Biografi Utsman Bin Affan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIOGRAFI UTSMAN BIN AFFAN, KHALIFAH KETIGA PEMILIK DUA CAHAYA Setelah Abu Bakar RA wafat, kekhalifahan Islam dipegang oleh sahabat Nabi bernama Utsman bin Affan. Utsman diangkat menjadi khalifah ketiga merupakan Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama (644-656). Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy. Pada masa Jahiliyah beliau dipanggil dengan Abu 'Amr dan pada masa Islam julukannya (kunyah) adalah Abu 'Abdillah. Dan Beliau digelari dengan sebutan "Dzun Nura'ini" dikarenakan menikahi dua puteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Ibunya bernama Arwa' bin Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin '‘Abdi Syams yang kemudian menganut Islam yang baik dan teguh. Keistimewaan Utsman bin Affan Imam Muslim telah meriwayatkan dari 'Aisyah, seraya berkata, "Pada suatu hari Rasulullah sedang duduk dimana paha beliau terbuka, maka Abu Bakar meminta izin kepada beliau untuk menutupinya dan beliau mengizinkannya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka). Kemudian Umar minta izin untuk menutupinya dan beliau mengizinkannnya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka), ketika Utsman meminta izin kepada beliau, maka beliau melepaskan pakaiannya (untuk menutupi paha terbuka). Ketika mereka telah pergi, maka aku (Aisyah) bertanya, "Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah meminta izin kepadamu untuk menutupinya dan engkau mengizinkan keduanya, tetapi engkau tetap berada dalam keadaan semula (membiarkan pahamu terbuka), sedangkan ketika Utsman meminta izin kepadamu, maka engkau melepaskan pakaianmu (dipakai untuk menutupinya). Maka Rasulullah menjawab, "Wahai Aisyah, Bagaimana aku tidak merasa malu dari seseorang yang Malaikat saja merasa malu kepadanya". Ibnu 'Asakir dan yang lainnya menjelaskan dalam kitab "Fadhail ash Shahabah" bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Utsman, maka beliau menjawab, "Utsman itu seorang yang memiliki kedudukan terhormat dan



dipanggil dengan Dzun Nur'aini, dimana Rasulullah menikahkannya dengan kedua putrinya (pemilik dua cahaya). Keutamaan lain yang dimiliki Utsman yang tidak pernah dilupakan dalam sejarah Islam adalah beliau membukukan Alqura'an dalam satu versi bacaan dan membuat beberapa salinannya yang dikirim ke beberapa negeri-negeri Islam. Beliau juga memerintahkan umat Islam agar memusnahkan mushaf yang dianggap bertentangan dengan salinan tersebut.Atas izin Allah Ta'ala, melalui kebijakan Utsman, umat Islam dapat memelihara dan menjaga keaslian Alqur'an sampai saat ini. Diriwayatkan dari oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya dari Yunus bahwa ketika Al-Hasan ditanya tentang orang yang beristirahat pada waktu tengah hari di masjid? maka ia menjawab, "Aku melihat Utsman bin Affan beristirahat di masjid, padahal beliau sebagai khalifah, dan ketika ia berdiri nampak sekali bekas kerikil pada bagian rusuknya, sehingga kami berkata, "Ini Amirul Mukminin, Ini Amirul Mukminin." Berpulang ke Rahmat Allah Utsman bin Affan wafat pada hari Jumat, 18 Dzulhijjah 35 Hijriyah. Riwayat lain mengatakan wafat pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzulhijjah, dalam usia 80 tahun lebih. Beliau dibunuh oleh kaum pemberontak (Khawarij) di rumahnya. Diriwayatkan oleh Abu Na'im dalam kitabnya "Hulyah Al Auliyah" dari Ibnu Sirin ketika Utsman dibunuh, maka istri beliau berkata, "Mereka tega membunuhnya, padahal mereka menghidupkan seluruh malam dengan Alquran". Keluarga Ayah : Affan bin Abi Al-'Ash bin Umayyah bin Abdu-Syam. Ibu



: Arwa binti Kuraiz. Berasal dari Bani Abdu Syams. Dia ikut hijrah dan



menjadi muslimah. Arwa meninggal pada masa kekhalifahan putranya. Istri dan Anak: Selama



hidupnya



Utsman



menikah



dengan



delapan



perempuan.



pernikahannya beliau dikaruniai sembilan putra dan enam putri.



Dari



Berikut ini istri-istri dan anak Beliau: 1. Ruqayyah binti Rasulullah SAW. Darinya Utsman memiliki anak bernama Abdullah yang meninggal pada usia 6 tahun. 2. Ummu Kultsum binti Rasulullah SAW. Darinya Utsman tidak memperoleh keturunan. Ummu Kultsum wafat pada 9 H. 3. Fakhitah binti Ghazwan. Darinya Utsman memperoleh anak bernama Abdullah yang juga wafat saat masih kecil. 4. Ummu Amr binti Jundub, yang memberinya beberapa anak, yaitu Amr, Khalid, Abban, Umar, dan Maryam. 5. Fathimah binti Al-Walid Al-Makhzumiyyah, yang memberinya tiga orang anak, yaitu Sa'id, Al-Walid, dan Ummu Sa'id. 6. Ummu Al-Banin binti Uyaynah bin Hishn Al-Fazariyyah, yang memberinya anak bernama Abdul Malik, namun ia meninggal dunia di usia dini. 7. Ramalah binti Syaibah bin Rabiah, yang memberinya anak bernama Aisyah, Ummu Iban, dan Ummu Amr. 8. Nailah binti Al-Farafashah, yang melahirkan Maryam junior. Nailah berasal dari keluarga Nasrani di Kufah dan diislamkan oleh 'Aisyah Ummul Mu'minin. Menikah dengan 'Utsman pada 649. Saat pemberontak (kaum khawarij) berusaha membunuh 'Utsman, Nailah yang berusaha melindungi suaminya tertebas pedang yang menyebabkan jari tangannya terputus.



3 KAROMAH UTSMAN BIN AFFAN, SAHABAT BERJULUK DZUN NURAIN Sayyidina Utsman Bin Affan adalah sosok sahabat Nabi yang berjasa dalam merangkum Al-Quran menjadi mushaf yang kita baca saat ini. Sayyidina Utsman bin Affan radhiallahu anhu (RA) adalah khalifah ketiga Islam setelah Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar Bin Khattab radhiyallahu 'anhuma. Beliau digelari "Dzun Nuraini (pemilik dua cahaya)" karena menikahi dua puteriRasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) yaitu Sayyidah Ruqayyah dan Sayyidah Ummu Kultsum. Utsman bin Affan selain dikenal karena kedermawanannya, beliau adalah orang yang berjasa dalam merangkum Al-Qur'an menjadi mushaf yang kita baca saat ini. Berikut tiga karomah beliau yang dikutip dari berbagai sumber. 1. Mampu Melihat Dosa Orang Lain. Dalam Kitab Al-Thabaqat, Taj al-Subki menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertamu kepada Sayyidina Utsman. Laki-laki itu baru saja bertemu dengan seorang perempuan di tengah jalan, lalu ia menghayalkannya. Sayyidina Utsman berkata kepada laki-laki itu, "Aku melihat ada bekas zina di matamu". Laki-laki itu bertanya, "Apakah wahyu masih diturunkan sctelah Rasulullah SAW wafat?" Utsman menjawab: "Tidak, ini adalah firasat seorang mukmin". Utsman mengatakan hal tersebut untuk mendidik dan menegur lakilaki itu agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukannya. Selanjutnya Taj al-Subki menjelaskan bahwa bila seseorang hatinya jernih, maka ia akan melihat dengan nur Allah, sehingga ia bisa mengetahui apakah yang dilihatnya itu kotor atau bersih. Maqam orang-orang seperti itu berbeda-beda. Ada yang mengetahui bahwa yang dilihatnya itu kotor tetapi ia tidak mengetahui sebabnya. Ada yang maqamnya lebih tinggi karena mengetahui sebab kotornya, seperti Utsman. Ketika ada seorang laki-laki datang kepadanya, Sayyidina Utsman dapat melihat bahwa hati orang itu kotor dan mengetahui sebabnya yakni karena menghayalkan seorang perempuan.



2. Memiliki Tongkat Keramat. Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu menceritakan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati Sayyidina Utsman yang sedang berada di atas mimbar. Jahjah merebut tongkat Utsman, lalu mematahkannya. Belum lewat setahun, Allah Ta'ala menimpakan penyakit yang menggerogoti tangan Jahjah, hingga menyebabkannya mati. (Riwayat Al-Barudi dan Ibnu Sakan) Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati Utsman yang sedang berkhutbah, merebut tongkat dari tangan Utsman, dan meletakkan di atas lututnya, lalu mematahkannya. Orang-orang menjerit. Allah Ta'ala lalu menimpakan penyakit pada lutut Jahjah dan tidak sampai setahun ia meninggal. (Riwayat Ibnu Sakan dari Falih bin Sulaiman yang saya kemukakan dalam Kitab Hujjatullah 'ala al-Alamin). 3. Berbicara dengan Rasulullah SAW Menjelang Wafatnya. Diceritakan bahwa Abdullah bin Salam mendatangi Sayyidina Utsman yang sedang dikurung dalam tahanan untuk mengucapkan salam kepadanya. Utsman bercerita: "Selamat datang saudaraku. Aku melihat Rasulullah SAW dalam ventilasi kecil ini". Rasulullah bertanya, "Utsman, apakah mereka mengurungmu?’ Aku menjawab, 'Ya'. Lalu beliau memberikan seember air kepadaku dan aku meminumnya sampai puas. Rasulullah SAW berkata lagi, "Kalau kamu mau bebas niscaya kamu akan bebas, dan kalau kamu mau makan bersama kami mari ikut kami. Kemudian aku memilih makan bersama mereka." Pada hari itu juga Sayyidina Utsman terbunuh dan wafat dalam keadaan syahid. Menurut Jalaluddin al-Suyuthi, kisah ini adalah kisah masyhur yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis dengan beberapa sanad berbeda, termasuk jalur sanad Harits bin Abi Usamah. Menurut Ibnu Bathis, apa yang dialami Utsman adalah mimpi pada saat terjaga sehingga bisa dianggap karamah. Karena semua orang bisa bermimpi ketika tidur, maka mimpi ketika tidur tidak termasuk kejadian luar biasa yang bisa dianggap sebagai karamah. Hal ini disepakati oleh orang yang mengingkari karamah para wali. (Dikutip dalam Tabaqat Al-Munawi dari Kitab Itsbat Al-Karamah karya Ibnu Bathis).



KONSEP ROJA’ DALAM ALQURAN Roja’ berasal dari bahasa Arab yang artinya harapan. Dalam kehidupan saat ini terutama dalam ruang lingkup keseharian ini banyak orang yang salah mengartikan pengertian dari kata Roja’. Misalnya banyak orang yang menolong hanya karna ingin mendapatkan pujian bahkan hanya ingin mendapatkan balasan atas apa yang ia usahakan atau ia bantukan kepada orang lain tsb, padahal roja’ disini harapan hanya kepada Allah SWT,harapan atas apa yang telah kita lakukan lillah. Agama islam adalah agama yang paling sempurna, Agama islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan hal-hal yang terpuji. Segala tingkah laku Rasulullah SAW. Patut dijadikan teladan atau uswatun hasanah bagi seluruh umatnya. Beliau mempunya sifat yang terpuji, sifat itu selalu diterapkan dalam tingkah laku sehari-hari baik dalam keluarga, masyarakat, bahkan dalam pemerintahannya sehingga beliau patut di beri gelar Al Amin. Sebagai umatnya, kita wajib mencontoh prilaku- prilaku beliau baik dirumah, sekolah maupun di lingkungan masyarakat yang mungkin memang saat ini sudah sulit kita temukan orang yang melakukan kebaikan seperti hal  yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan kita sebagai umat islam harus memulai dan mencontohkan prilaku tersebut seperti  hanya mengharap kepada Allah SWT saja. Roja’ adalah mengharap rahmat Allah secara terus menerus dengan mengikhtiarkan sababiyahnya. Hal ini merupakan sebuah bentuk pengharapan kepada Allah yang haris diaplikasikan didalam kehidupan sehari-hari terutama ketika seseorang memiliki tujuan yang mulia disisi Allah. Namun demikian halnya persoalan tersebut harus didukung dengan sikap syukur, tawadhu, zuhud, tawakal, rasa cinta, ridho, dan berbenah diri (muhasabah) karena hal ini menjadi salah satu faktor yang mendukung dan sebagai penghubung antara kedekatan kholiq dengan makhluknya, tentu saja dibarengi dengan usaha yang keras,berdoa dan selalu bersikap raja’ di dalam hidup agar apa yang di cita-citakannya tercapai dengan baik. Terlebih lagi sikap Roja’ akan melahirkan sikap kehati-hatian dan rasa takut,hal itu harus selalu seimbang dan tidak boleh mendahulukan salah satu



diantara keduanya. Menjadikan sikap roja’ menjadi suatu dambaan yang harus diwujudkan melalui pengabdian kepada Allah,memahami pengetahuan tentang hal tersebut sehingga rasa takut akan dating dengan sendirinya karena khawatir harapannya tidak tercapai. Terkadang



sangat



sedikit



sekali



masyarakat



muslim



yang



mau



memperhatikan dan mempelajari keutuhan aspek sosial didalam kehidupannya. Terlebih



lagi



diamalkan



secara



mendalam



dan



menyeluruh



untuk



pribadinya.begitu pentingnya bagi seorang memiliki etika sosial yang islami agar dapat menemukan kehidupan tentram,sejahtera,terhormat serta seluruh amalnya diberi pahala oleh Allah SWT. Akan tetapi sikap apa yang harus ditunjukkan oleh pribadi muslim didalam membangun dirinya dan kehidupan sosialnya sehingga menjadi pemberangkatan yang bisa bergerak dan  menggerakan,menjadi pertanyaan bagi peneliti bahwa realita yang terjadi sekarang memiliki dampak yang berbeda pada tiap individu. Maksud Roja’ pada pembahasan ini adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia dari Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat. Roja’ termasuk akhlakul karomah terhadap Allah SWT yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang muslim atau muslimah yang mengharapkan ampunan Allah, berarti ia mengakui bahwa Allah SWT itu maha pengampun. Roja’ (harapan atau mengharap) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan.ada beberapa ciri-ciri dari sifat Roja’ yaitu optimis,dinamis,berfikir kritis,dan mengenali diri dengan mengharapkan ridho Allah SWT. Agar terbiasa selalu berharap hanya kepada Allah SWT,maka ketika menghadapi hal-hal yang sekiranya memberatkan kehidupan kita misalnya kekurangan makanan, terserag penyakit dll kita harus sabar dan bertawakal kepada Allah. Kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang menimpa kita dan terlihat merugikan justru membawa nikmat dan hikmah dibalik itu semua.



RAJA' (ROJA')



Pengertian Roja' Roja' menurut bahasa artinya berharap. sedang menurut istilah senang hati menunggu sesuatu yang dicintai setelah syarat-syarat yang mampu diusahakan terpenuhi. Roja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Dengan kata lain mengharapkan sesuatu yang mungkin dicapai dengan berusaha untuk memenuhi syarat-syarat. Ketika berdo’a maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah Swt. Maksudnya adalah mengharap ridha Allah SWT. Raja’ termasuk akhlak yang terpuji yaitu suatu akhlak yang dapat berguna untuk mempertebal iman dan taqwa kepada Allah SWT. Roja (harapan/mengharap) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan. Berkata Ibnul Qoyyim dalam “Madarijus-Salikin”: “..bahwa roja` tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal”. Allah juga berfirman, “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada tuhannya.” [Al-Kahfi: 110]. Ibnul Qayyim -rahimahullah- membagi roja` menjadi tiga bagian, dua di antaranya roja`,yang benar dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya tercela. Roja` yang menjadikan pelakunya terpuji, pertama: seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah, di atas cahaya Allah, ia senantiasa mengharap pahalaNya; kedua: seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela: seseorang terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan; roja` yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta. Sebagai muslim dan muslimah tentunya mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Supaya harapan tersebut dapat tercapai maka harus menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.dan tidak lupa untuk berdo’a. Dalam surat Al Mukmin (40) ayat 60 dikatakan: Artinya: “Dan



Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Q.S. Al Mukmin (40) : 60). Seorang yang beriman kepada Allah SWT tentunya memiliki sifat raja’. Dengan sifat raja’ tersebut maka akan tercermin suatu sikap yang khusnudzon, berhaluan maju, dan berpikir yang islami. Khusnudzon adalah sifat yang terpuji yaitu sifat yang menunjukkan prasangka yang baik. Sifat kebalikannya adalah su’udzan yaitu suatu prasangka buruk. Seseorang yang bersifat raja’ akan selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT, selalu optimis dalam hidup guna meningkatkan kualitas hidup, berusaha sekuat tenaga untuk meraih yang diinginkan, masalah hasil diserahkan kepada Allah SWT Berhaluan maju artinya dalam hidup dan kehidupan seorang muslim selalu dinamis, terus menerus dan sungguh-sungguh dalam meningkatkan dan mengaktualkan kualitas diri. Kebalikan dari sifat berhaluan maju ialah berhaluan mundur yaitu suatu sifat yang tercela dan menghambat dalam kemajuan dan sangat merugikan. Seseorang yang berhaluan mundur tidak kompetitif, sehingga yang ada adalah kemalasan yang menyebabkan tidak berkualitas. Berfikir yang Islami adalah suatu sifat yang sehat dan terpuji, tajam dalam analisa dan berusaha untuk menunjukkan kesalahan dan kekurangannya sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah. Dengan berpikir yang islami maka akan sangat terjauhkan dari hal-hal yang bersifat kasar, menyakitkan hati, tempramen, mendengki dan bermusuh-musuhan. Berpikir yang Islami merupakan berpikir dalam rangka mencari ridho allah SWT, sehingga dengan pemikiran tersebut dapat mengenali dirinya sendiri dengan menyadari bahwa hidup ini tidak lain adalah untuk menyembah kepada Allah SWT yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. (Baca surat Adzariyat ayat 56) Peranan Roja' Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya



adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga, pent). Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka." (QS. Yunus: 62) Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta. Roja' yang terpuji Syaikh Al 'Utsaimin berkata: "Ketahuilah, roja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun roja' tanpa disertai amalan adalah roja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58) Roja' adalah ibadah Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmatNya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57) Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya



Roja' yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diri Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Roja' yang disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan roja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58) Mengendalikan roja' Sebagian ulama berpendapat: "Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat. Sebagian yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalm kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Dan apabila dikhawatirkan dengan lebih condong kepada harap maka dia merasa aman dari makar Allah maka hendaknya dia memulihkan diri dan menyeimbangkan diri dengan memperbesar sisi rasa takutnya. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam, hal. 58-59)



Ciri-ciri orang yang mempunyai sifat roja' 1. Optimis dalam hidup dan tidak pernah putus asa. 2. Dinamis dalam hidup, artinya selalu berusaha memperbaiki diri dari hari-ke hari. 3. Berpikir kritis dan maju untuk masa depan. 4. Mengenali kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri. 5. Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah. 6. Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil, serta siap menghadapi resiko. 7. Munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan. 8. Selalu bertawakkal kepada Allah.Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih baik. 9. Memiliki sifat bersyukur kepada Allah. Kesimpulan 1.



Raja : Segala perbuatan yang semata-mata mengharapkan keridaan Allah S.W.T



2.



Syarat Raja : Optimis dan Kesungguhan



3.



Faktor raja :



4.



a. Internal



: niat , mengharapkan rida Allah



b. Eksternal



: melakukan sesuatu untuk kehidupan manusia



Ciri-ciri orang yang raja : a. Bahagia di dunia b. Bahagia di alam kubur c. Bahagia di akhirat



5.



Manfaat dan hikmah raja : a. Memperoleh keridaan Allah b. Terhindar dari perbuatan dosa c. Mendapatkan kepuasan hidup d. Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T e. Sarana penyelesaian persoalan hidup f. Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat



6.



Contoh perilaku raja dalam kehidupan : a. Bekerja dengan mengharap rida Allah atas penghasilan yang ia dapat b. Bersedekah dengan mengharap rida Allah c. Membantu orang lain tanpa pamrih dan hanya mengharap rida Allah