Makalah Keteladanan Ali Bin Abi Thalib Dan Utsman Bin Affan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • hevi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KETELADANAN UTSMAN BIN AFFAN DAN ALI BIN ABI THALIB



DISUSUN OLEH : KEYLA SHABIRA AMATULLAH KELAS 9 M NO. ABSEN 13



MTs NEGERI 1 LAMONGAN TAHUN PELAJARAN 2021/2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah Keteladanan Utsman Bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Kami juga berterima kasih pada Bapak/Ibu Guru yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.  Lamongan, 28 Februari 2022



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak apa yang kita ketahui adalah apa yang kita dengar dan dan kita lihat. Dari banyaknya kita mendengar, maka banyak pula kita akan mengetahui isi dunia. Kita mengetahui suatu hal pastinya ada seseorang yang memberitahu baik dengan cara apapun, bercerita, membaca karya seseorang, melihat dan lain sebagainya. Akan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga dan bahkan tak ternilai harganya apabila kita mempelajari sebuah sejarah. Karena dari sejarah itu kita akan mendapatkan berbagai informasi yang bisa memotifasi kita dalam berjuan dalam kehidupan. Khulafaurrasyidin adalah para sahabat nabi yang setia mendampingi perjuangan Nabi, mereka menggatikan perjuangan dengan tetap memegang ajaran Nabi Muhammad SAW. Terkhususkan pada makalah ini Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, pada masa itu mereka mengembangkan peradaban sebagai bentuk kemajuan agama islam yang telah dikembangkan khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Maka kita sebagai umat yang hidup setelah mereka akan mendapatkan jalan lurus apabila mengikuti perjalanannya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaiman masa pemerintahan Utsman bin Affan? 2. Bagaimana masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib? 3. Apa saja sikap teladan dari Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib?    



 



BAB II PEMBAHASAN A. Masa Pemerintahan Utsman bin Affan Masa kekhalifahan Utsman bin Affan merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Ada yang menyebutkan dalam ceritanya sampai rakyatnya melakuakan haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya. Beliau adalah khalifah yang pertama kali melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotthob biasanya mengadili suatu perkara di masjid. Pada masa Utsman khutbah Idul fitri dan Idul adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian. Pada masa Utsman juga, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Adapun prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain bagai berikut: 1.  Perluasan wilayah Islam   Perlu diketahui bahwa setelah Kholifah Umar RA wafat ada beberapa daerah yang membelot terhadap pemerintahan Islam. Sebagaimana yang di lakukan oleh Yazdigard yang berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan perlawanan terhadap penguasa Islam, akan tetapi pemerintah Islam berhasil memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus melanjutkan perluasan ke negeri – negeri Persi lainnya, sehingga beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Turkistan jatuh pada kekuasaan Islam. Juga terdapat daerah lain yang membelot dari pemerintahan Islam, seperti Khurosan dan Iskandaria, adapun Iskandaria bermula dari kedatangan kaisar Konstan II dari Roma Timur atau Bizantium yang menyerang Iskandaria dengan mendadak, sehingga pasukan Islam tidak dapat menguasai serangan . Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang menjadi wali di daerah tersebut meminta pada



kholifah Utsman untuk mengangkat kembali panglima ‘Amru bin ‘ash yang telah di berhentikan untuk menangani masalah di Iskandaria. Dan permohonan tersebut di kabulkan, selain itu ,kholifah Utsman bin ‘Affan juga mengutus Salman Robi’ah Al-Baini untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia ( Afrika Utara ) di pimpin oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Zarrah, yang mana Tunisia sudah lama sebelumnya di kuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Mu’awiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus. Dimasa pemerintahan Utsman, negeri – negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain : Barqoh, Tripoli Barat, bagian selatan negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan telah melampui sungai Jihun ( Amu Daria ), negeri Balkh ( Baktaria ) Hara, Kabul, Gaznah di Turkistan. 2. Pembentukan Armada Laut Islam Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Kholifah Utsman untuk mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui lautan. Pada saat itu, Muawiyah, gubernur di Syiria harus menghadapi serangan angkatan laut Romawi di daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan di kabulkan oleh kholifah. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam. Selain itu, keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui lautan, juga ummat Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu pasukan di pimpin oleh Abdullah bin Qusay Al-Harisi yang di tunjuk sebagai Amirul Bahr atau panglima angkatan laut. Di samping itu, serangan yang di lakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir melalui laut, juga memaksa ummat Islam agar segera mendirikan angkatan laut. Bahkan pada tahun 646 M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan penyerangan dari laut. Atas perintah kholifah ‘Utsman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut yang besar pada tahun 651 M di Mesir. 3. Kodifikasi Al-Qur’an Pemerintahan Islam semakin meluas, beberapa negara telah di taklukkan dan para Qori’ pun tersebar di berbagai daerah, sehingga perbedaan bacaan pun terjadi yang di akibatkan berbedanya qiro’at dari qori’ yang sampai pada mereka. Sebagian kaum muslimin tidak mempermasalahkan perbedaan tersebut, karena perbedaan-perbedaan tersebut di sandarkan pada Rasul SAW. Sebagian yang lain khawatir akan menimbulkan keraguan pada



generasi berikutnya yang tidak langsung bertemu Rasul SAW. Ketika terjadi peperangan di Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak, Hudzaifah melihat banyak perbedaan dalam bacaan al-Qur’an. Melihat hal tersebut beliau melaporkannya kepada kholifah Utsman. Para sahabat khawatir kalau perbedaan tersebut akan membawa perpecahan pada kaum muslimin. Mereka sepakat menyalin lembaran pertama yang telah di lakukan oleh kholifah Abu Bakar yang di simpan oleh istri Rosul SAW, sayyidah Hafshoh RA. Dan menyatukan umat Islam dengan satu bacaan. Selanjutnya Kholifah ‘Utsman mengirim surat pada Sayyidah Hafsoh agar mengirimkan lembaran-lembaran yang bertuliskan al-Qur’an, kemudian Sayyidah Hafshoh mengirimkannya kepada kholifah Utsma. Kholifah ‘Utsman memerintahkan para sahabat antara lain ; Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,  Sa’ad bin Al-‘Ash, dan Abdurrohman bin Harits bin Hisyam,untuk menyalin mushaf . Kholifah ‘Utsman berpesan bila anda berbeda pendapat tentang hal al-Qur’an maka tulislah dengan ucapan lisan Quraisy karena al-Qur’an diturunkan di Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam beberapa mushaf, kholifah ‘Utsman mengembalikan lembaran mushaf asli kepada Sayyidah Hafshoh.Selanjutnya ia menyebarkan mushaf yang telah di salinnya ke seluruh daerah dan memerintahkan agar semua bentuk lembaran mushaf yang lain di bakar. Mushaf ditulis sebanyak lima buah, empat buah di kirimkan ke daerah-daerah Islam supaya di salin kembali , satu buah di simpan di Madinah untuk Kholifah ‘Utsman sendiri dan mushaf ini di sebut mushaf al-Imam atau mushaf ‘Utsmani. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa motif pengumpulan mushaf oleh Kholifah Abu Bakar dan Kholifah ‘Utsman berbeda. Pengumpulan mushaf yang di lakukan oleh Kholifah Abu Bakar dikarenakan danya kekhawatiran akan hilangnya al-Qur’an karena banyak huffadz yang meninggal pada peperangan, sedangkan motif pengumpulan mushaf oleh Kholifah ‘Utsman dikarenakan banyaknya perbedaan bacaan yang di khawatirkan timbulnya perpecahan.  B. Masa Pemerintahan Ali bin Abi Thalib Segera setelah terbunuhnya Usman, Kaum Muslimin meminta kesediaan Ali untuk dibaiat menjadi kalifah. Mereka beranggapan bahwa kecuali Ali, tidak adalagi orang yang patut menduduki kursi khalifah setelah Usman. Mendengar permintaan rakyat banyak itu, Ali berkata, “Urusan ini bukan urusan kalian. Ini adalah perkara yang teramat penting, urusan tokoh – tokoh ahl asy- syura bersama para pejuang perang Badar”.



Dalam suasana yang masih kacau, akhirnya Ali dibaiat, pembaiatan dilakukan pada tanggal 25 Zulhijjah 33 H. Baiat berlangsung di Mesjid Nabawi. Zubair Ibn Awwam dan Thalhah Ibn Ubaidillah mengangkat baiat denga terpaksa, dan justru keduanya mengajukan syarat di dalam bai’at itu, bahwa khalifah Ali akan menegakkan keadilan terhadap para pembunuh khalifah Utsman. Meskipun pembai’atan Ali berjalan mulus dan lancar, akan tetapi ada beberapa kelompok dari kalangan kaum muslimin saat itu dalam menyikapi kekhalifan Ali bin Abi Thalib. Pertama, kelompok yang melarikan diri dari Madinah menuju Syam segera setelah terbunuhnya Utsman dan menghindari ikut campur dalam pembai’atan pengangkatan Khalifah. Mereka adalah anak cucu Bani Umayyah dan para pendukung setianya. Di antaranya adalah tokoh dari Bani Umayah adalah Marwan bin al-Hakam dan al-Walid bin Uqbah. Sementara dari tokoh-tokoh pendukung setianya yang ikut melarikan diri ke Syam adalah Qudamah bin Madh’un, Abdullah bin Sallam, Mughirah bin Syu’bah dan Nu’man bin Basyir. Kedua, Kelompok yang menangguhkan pembai’atan terahadap Ali dan menyatakan menunggu perkembangan situasi. Diantaranya adalah Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdullah bin Tsabit, Muhammad bin Salamah, Usamah bin Zaid, dan Salamah bin Salamah bin Raqis. Ketiga, kelompok yang sengaja tidak mau memberikan bai’at kesetiannya kepada Ali bin Abi Thalib meskipun mereka tetap berada di Madinah saat pembaiatan Ali. Diantaranya adalah Hasan bin Tsabit, Ka’ab bin Malik, Zaid bin Tsabit, Rafi’ Khadij, Abu Sa’id alKhudry, Muhammad bin Maslamah, dan Maslamah bin Mukhallad. Mereka disebut-sebut sebagai kelompok yang sangat loyal terhadap Utsman bin Affan. Keempat, kelompok sahabat penduduk Madinah yang menunaikan ibadah haji pada tahun itu dan belum pulang saat terjadi pembai’atan. Setelah terjadi pembai’atan, sebagian kecil mereka tidak pulang ke Madinah melainkan menunggu perkembangan situasi dari Mekkah. Termasuk di antara mereka adalah Aisyah radiyallahu ‘anhaa. Setelah dilantik menjadi khalifah, Ali bin Abi Thalib menyampaikan pidato politik untuk pertama kalinya. Pidatonya tersebut secara umum menggambarkan garis besar dari visi politiknya, ada lima visi politik Ali dari pidatonya itu. Pertama, sumber hukum dan dasar keputusan politik yang akan dilaksanakan oleh Ali adalah kitab suci al-Quran. Ini tidak berarti bahwa Ali akan mengabaikan al-Sunnah, sebab al-Quran hanya dapat dilaksanakan secara tepat jika ia dibimbing oleh Sunnah Nabi saw, dan Ali tentulah orang yang paling memahami persoalan ini. Kedua, mewujudkan nilai-nilai kebaikan ideal al-Quran dan



menolak segala keburukan dalam masyarakat. Ketiga, tulus ikhlas dalam memimpin dan mengutamakan integrasi kaum muslimin. Keempat, melindungi kehormatan jiwa dan harta benda rakyat dari segala gangguan kezaliman lidah dan tangan. Kelima, membangun kehidupan masyarakat yang bertanggungjawab terhadap bangsa dan Negara dengan landasan ketaatan kepada Allah swt. Segera setelah dibaiat, Ali mengambil langkah- langkah politik, yaitu: 1.      Memecat para pejabat yang diangkat Utsman, termasuk didalamnya beberapa gubernur, dan menunjuk penggantinya. 2.      Mengambil tanah yang telah dibagikan Usman kepada keluarga dan kaum kerabatnya tanpa alasan yang benar. 3.      Memberikan kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari baitul mal, seperti yang pernah dilakukan Abu Bakar; pemebrian dilakukan secara merata tanpa membedakan sahabat yang lebih dahulu masuk Islam dan yang msuk belakangan. 4.      Mengatur tatalaksana pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat, dan 5.      Meninggalkan kota Madinah dan menjadikan Kufah sebagai pusat pemerintahan. Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Terjadi Beberapa kejadian penting terjadi di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Sedikitnya ada tiga kejadian yang menurut kami sangat penting untuk dibahas. Perang Jamal dan Perang Siffin serta pemberontakan khawarij. 1.    Perang Jamal 2.    Perang Shiffin 3.    Gerakan Kaum Khawarij KETELADANAN UTSMAN BIN AFFAN 1. Utsman bin Affan Adalah Sosok yang Dermawan Kisah abadi Utsman bin Affan mewakafkan sumur adalah bukti sifat kedermawanannya pada harta. Jika dikonversi ke dalam rupiah, nilai kekayaannya mencapai  Rp 2.532.942.750.000. Akan tetapi, ia sama sekali tidak menimbun, melainkan Utsman senang menggunakan hartanya untuk sedekah, zakat, atau wakaf yang manfaatnya berkepanjangan untuk dunia dan akhirat. Di dunia, banyak masyarakat Madinah yang merasa tertolong dan berdaya dengan adanya sumur Raumah.



Pada saat Nabi Muhammad dan masyarakat Madinah kesulitan mencari air, Rasulullah bersabda: “Wahai sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka ia akan mendapatkan surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim). Awalnya, Utsman membeli Sumur Raumah dari Yahudi agar Rasulullah dan masyarakat Madinah bisa minum di tengah panceklik. Bermula dari Utsman membeli setengah air, hingga akhirnya membeli sepenuhnya setelah kesepakatan yang lain dengan pemilik sumur. Sampai sekarang, wakaf sumur dari Utsman hadir dengan kokoh selama 14 abad sebagai devisa negara Saudi. 2. Menjaga Akidah dengan Menghafal Al Quran Sikap inspiratif dari Utsman bin Affan selanjutnya adalah teguh akidah. Selain pandai berfikir strategis, Utsman juga seorang penghafal Al Quran. Hasratnya dalam mengafal Al Quran membuat Ali berdecak kagum. Di sisi lain, ia mempraktekkan agama dan kehidupan secara berdampingan. Selain menjalani kehidupan sebagai penghafal Al Quran, ia memiliki kisah istimewa saat percaya terhadap Islam. Sahabat perlu tahu kalau Utsman bin Affan termasuk ke dalam golongan Assabiqunal Awwalun atau orang-orang pertama yang memeluk Islam. Setelah mendengar Utsman masuk Islam, pamannya yakni Al-Hakam bin Abil Ash sangat marah hingga mencambuknya berkali-kali agar kembali kepada agama nenek moyangnya. Utsman tidak gentar. Ia tetap teguh pada akidahnya hingga menjawab, “Demi Allah aku tidak mengganti keyakinanku, aku tidak akan meninggalkan agama yang diajarkan Rasulullah, apa pun yang terjadi pada diriku.” Karena keteguhannya, pamannya pun menyadari Utsman tidak mungkin kembali ke agama nenek moyang. Maka dari itu, ia melepaskan Utsman bin Affan dari siksaan. 3. Disegani Rasulullah dan Malaikat



Utsman adalah sosok yang selalu memprioritaskan urusan orang lain, baru kemudian urusan pribadi. Suatu hari, Abu Bakar bertamu ke Rasulullah. Saat itu, Rasulullah menyambutnya dengan salam. Posisi beliau sedang santai di atas tempat tidur, lalu duduk, kemudian bagian gamisnya sedikit terangkat, sehingga menampakkan sebagian betisnya. Usai Abu Bakar pulang, giliran Umar bin Khattab datang bertamu. Sikap duduk Rasulullah masih sama saat berbincang dengan Abu Bakar. Setelah Umar selesai dengan urusannya, giliran Utsman yang ingin bertemu Rasulullah. Sontak, beliau mengubah posisi duduknya yang tadinya betisnya tersingkap, menjadi tertutup. Mengutip dari Republika, sesaat setelah Utsman pulang, Aisyah yang memerhatikan gerak gerik Rasulullah bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak bersiap begitu bagi kedatangan ayahku (Abu Bakar) dan Umar?”  Rasulullah menjawab bahwa Utsman adalah sosok yang pemalu. Ia memiliki karakter apabila urusan orang lain, termasuk Rasulullah, belum selesai, maka ia akan buru-buru pulang, padahal keperluan Utsman sendiri belum kelar. Sikap pemalunya disegani oleh malaikat, “Utsman merupakan seseorang yang pemalu. Bila dia masuk, sedangkan aku masih berbaring, pasti dia malu untuk masuk dan akan cepat-cepat pulang, padahal belum dia menyelesaikan keperluannya. Wahai, Aisyah, tidakkah aku patut malu kepada seseorang yang dimalui (disegani) oleh para malaikat?” ujar Rasulullah.  4. Utsman bin Affan Berjiwa Sosial Tinggi Rasulullah mengenal Usman bin Affan sebagai sosok yang berjiwa sosial tinggi. Utsman akan gelisah bila ia mengetahui orang yang kesulitan, namun ia tidak dapat membantu. Seperti saat umat Islam di Madinah dilanda krisis ekonomi, sehingga sulit menghadapi Perang Tabuk karena minim armada. Utsman adalah sosok yang tidak akan meninggalkan Sahabat sendirian saat kesulitan. Ia pun menyumbang 300 ekor unta dan 1000 dinar dari kantong pribadinya untuk Perang Tabuk. Rasulullah SAW yang menerima bantuan tersenyum seraya mendoakan Utsman agar dosadosanya, baik yang dirahasiakan maupun dosa yang ia nyatakan diampuni oleh Allah.



“Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, wahai Ustman. Dosa yang kamu rahasiakan maupun dosa yang kamu nyatakan” (HR Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf) 5. Solutif, Membukukan Ayat Al Quran Jadi Mushaf Utsman bin Affan bersama para penghafal Al Quran seperti Abu Darda dan Zaid bin Tsabit menghimpun lembaran Al Quran menjadi mushaf. Sebelumnya, pengumpulan dan penulisan ulang ayat Al Quran sudah dilakukan sejak masa khalifah Abu Bakar. Hanya saja, saat itu lembarannya masih terpisah satu sama lain. Ide brilian utnuk menyatukan lembaran ayat muncul pada masa khalifah Utsman. Lalu, ia mengambil lembaran yang disimpan di rumah Hafsah binti Umar untuk dibukukan. Utsman bergegas membentuk panitia untuk mengemban tugas besar ini dengan memilih Zaid bin Tsabit sebagai ketua. Dalam prosesnya, lembaran ayat disalin untuk disusun menjadi bentuk mushaf. Setelah selesai, Usman mengembalikan lembaran Al Quran pada Hafsah. Mushaf pertama ia simpan di Madinah, empat buah lainnya dikirim ke Mekkah, Syria, Basrah, dan Kuffah untuk dicetak lebih banyak. 6. Berprinsip Hidup Sederhana Utsman bin Affan adalah saudagar kain kaya raya yang memiliki sifat sederhana. Ia adalah salah satu orang terkaya di antara orang-orang Quraisy. Kendati demikian, jiwanya tetap sederhana dan lebih suka berdonasi untuk membantu orang-orang yang kesulitan hingga mereka mampu berdiri di atas kaki sendiri. Itulah kisah dan biografi Usman bin Affan yang dapat Anda tiru sebagai sosok yang ideal. Semasa hidupnya, Usman menyeimbangkan dunia dan akhirat secara cerdas. Ia juga tidak acuh pada lingkungannya hingga Rasulullah merasa Usman adalah sahabat yang dapat diandalkan. Ia senantiasa tolong menolong dalam kebaikan. Bukan hanya Usman, Sahabat Dompet Dhuafa juga bisa belajar untuk menumbuhkan jiwa sosial. Ayo, terus berbuat baik kepada lingkungan dengan mendukung para penghafal Al Quran. Kisah sahabat nabi seperti Utsman bin Affan menjadi sosok inspiratif berkat lingkungan yang mendukung. Ia mendedikasikan diri dan mengajari kalam ilahi untuk generasi Islam di masa mendatang.



KETELADANAN ALI BIN ABI THALIB 1. Keberanian Ali terkenal akan sifatnya yang pemberani. Hal ini banyak disebut dalam buku-biografi dan al-Maghazi. Ini juga termasuk konfrontasinya dengan musuh. Saat Perang Khaibar, Ali menantang Murhib Yahudi dan membunuhnya. Pada Parang Khandaq, dia berduel dengan Amr bin Abdu Wudd yang terkenal prima dan berani dari Suku Quraisy, Ali berhasil membuatnya tersungkur dan tewas.      2. Pengorbanan diri Ali radhiyallahu anhu menjadi contoh dengan pengorbanan dirinya pada agama dan untuk tujuan yang mulia. Dia pernah tidur di ranjang Rasulullah, saat orang-orang kafir ingin membunuhnya. 3. Zuhud terhadap dunia Ali merupakan hamba yang saleh, dan dia tidak mengharapkan kemewahan  dan perhiasan dunia yang fana. Ali tidak tertipu oleh semua itu. Kantor pusat pemerintahannya di Kufah sangat sederhana, berbeda dengan para khalifah yang datang setelah masanya. 4. Ketakwaan Dia memiliki ketakwaan yang baik kepada Allah Ta'ala. Ali menggantungkan semua urusannya kepada-Nya. Meskipun banyak bahaya yang menimpa oleh musuh-musuh Islam, dia tidak memiliki penjaga. Ali terbunuh saat dia pergi sholat subuh oleh Abdurrahman bin Muljam tanpa penjagaan. 5. Kedermawanan Dia suka memberi dan menghabiskan hartanya di jalan Allah SWT.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Darisejarah peradaban pada masa khalifah Utsman dan Ali, kita melihat berbagai pengetahuan tentang bagaimana agama islam berkembang pada masa kekhalifahan mereka. Ada berbagai perkembangan yang ada pada saat itu, diantaranya perkembangan dari segi ekonomi, politik, pendidikan, dan lain sebagainya. Mereka juga memiliki gaya kepemimpinan yang tersendiri, hal itu sesuai dengan karakter dan pendirian mereka masingmasing. Pada masa keduanya juga terjadi berbagai peristiwa yang menjadi sebuah sejarah penting bagi umat setelahnya sebagai pelajaran yang berharga. Dari berbagai peristiwa itumereka menyikapi dengan penuh ikhlas dan perjuangan. Walaupun hingga akhirnya mereka terbunuh karena agama Allah. B. Kritik dan Saran Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat menambah ilmu wawasan bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sebagai acuan dalam pembuatan makalah selanjutnya.  



DAFTAR PUSTAKA Amin, Samsul Munir. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah Syuhada, Harjan dkk. 2011. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII . Jakarta: Bumi Aksara Murad, Musthafa. 2012. Kisah Hidup Utsman ibn Affan. Jakarta: Zaman ——. 2012. Ali ibn Abu Thalib. Jakarta: Zaman