Borang UKM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UKM F1 – PROMKES



JUDUL LAPORAN



LATAR BELAKANG



PERMASALAHAN



PENYULUHAN TRIPLE ELIMINASI PADA KADER PUSKESMAS LEKSONO 2 26 JUNI 2019



WHO mencanangkan eliminasi penularan penyakit infeksi dari ibu ke anak (mother-to-child transmission) di Asia dan Pasifik pada tahun 2018-2030. Tiga penyakit yang menjadi fokus adalah HIV, Hepatitis B, dan Sifilis. Tiga penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi yang endemik di wilayah Asia dan Pasifik. Penularan penyakit-penyakit tersebut ke bayi dapat dicegah dengan imunisasi, skrining dan pengobatan penyakit infeksi pada ibu hamil. WHO menyarankan upaya pencegahan tersebut dilakukan dengan pendekatan terkoordinasi untuk implementasi intervensi di fasilitas layanan kesehatan. Upaya pencegahan tersebut menggunakan layanan terpadu untuk untuk ibu dan anak agar tercapai eliminasi.



Menurut Sistem Informasi HIV AIDS dan IMS (SIHA) Depkes melalui laporan triwulan IV tahun 2018, didapatkan bahwa dari bulan Oktober hingga Desember tahun 2018 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 13.139 orang dengan presentase infeksi HIV tertinggi pada kelompok umur 25 – 49 tahun yaitu 69,9%. Jumlah ibu hamil dengan sifilis di periode yang sama adalah sebanyak 732 orang dan terdapat 65.523 ibu hamil yang berkunjung pertama kali ke ANC dan dites sifilis. Jumlah kasus HIV meningkat tiap tahunnya sejak tahun 2005 hingga 2018. Jawa Tengah termasuk dalam 5 provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi. Sampai Desember 2018, layanan pencegahan penularan dari ibu ke anak mencapai 169 layanan.



Eliminasi penularan HIV, Hepatitis B, dan Sifilis bersama – sama sering disebut dengan “triple eliminasi”. Program ini dilakukan untuk memastikan bahwa sekalipun ibu terinfeksi HIV, Hepatitis B, dan/atau Sifilis sedapat mungkin tidak menular ke anaknya. Eliminasi ini dapat dilakukan pada saat pelayanan kesehatan ibu hamil di Puskesmas dengan cara konseling dan pemeriksaan darah. Hal ini tidak lepas dari pengetahuan masyarakat mengenai ketiga penyakit tersebut. Peran masyarakat ternyata sangatlah



Di Puskesmas Leksnono 2 sendiri, menurut capaian SPM tahun 2017, capaian pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV masih kurang yaitu sebesar 36,7% dari target 100% dan capaian pelayanan kesehatan ibu hamil K4 sudah baik yaitu sebesar 90,7% dari target 100%. Berdasarkan hasil capaian kinerja upaya kesehatan wajib tahun 2017, capaian upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular juga masih kurang yaitu baru sebesar 54%. Sedangkan cakupan kunjungan ibu hamil K4 sudah 88 % dan cakupan kunjungan ibu hamil K1 sudah 98%.



PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI Ketua kader masing – masing desa memilih 5 kader untuk perwakilan dari masing – masing desa. 5 kader dari tiap desa ini akan mengikuti penyuluhan Triple Eliminasi yang dilaksanakan di Puskesmas Leksono 2. Dengan jadwal kegiatan sebagai berikut : 1. Kader datang dan mengisi daftar hadir yang disediakan oleh petugas Puskesmas 2. Kader menempatkan diri sesuai tempat yang disiapkan 3. Kader mendapatkan materi dari narasumber 4. Kader mempraktikkan apa yang sudah diberikan narasumber dan menanyakan hal yang belum dipahami kepada narasumber 5. Kader menularkan ke kader lain dan jua masyarakat sekitarnya mengenai apa yang sudah diberikan di pertemuan ini



PELAKSANAAN Penyuluhan Triple Eliminasi pada kader Puskesmas Leksono 2 dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2019 bertempatan di Aula Puskesmas Leksono 2. Tiap desa mengirimkan 5 kader perwakilan untuk mengikuti Penyuluhan Triple Eliminasi. Peserta mengikuti kegiatan sebagai berikut : 1. Kader datang dan mengisi daftar hadir yang disediakan oleh petugas Puskesmas 2. Kader menempatkan diri sesuai tempat yang disiapkan 3. Kader mendapatkan materi dari narasumber 4. Kader mempraktikkan apa yang sudah diberikan narasumber dan menanyakan hal yang belum dipahami kepada narasumber 5. Kader menularkan ke kader lain dan jua masyarakat sekitarnya mengenai apa yang sudah diberikan di pertemuan ini



MONITORING & EVALUASI Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh bidan dengan membandingkan jumlah kedatangan ibu hamil yang datang untuk pelayanan kesehatan K1K4 tiap bulannya. Juga dapat dilihat dari jumlah ODHA yang terdeteksi melalui pelayanan kesehatan ibu hamil K1K4.



REFRESHING KADER TB PUSKESMAS LEKSONO 2 26 JUNI 2019



penting dalam berlangsungnya kegiatan ini. Dan melalui pemberdayaan masyarakat, pembangunan kesehatan akan sangat terbantu. Melalui pemberdayaan masyarakat yaitu kader, dapat membantu masyarakat luas lebih mengerti masalah kesehatan dalam hal ini adalah ketiga penyakit di atas. Kader dilatih untuk mengenal ketiga penyakit ini lebih dalam dengan harapan kader – kader terlatih dapat menularkan pengetahuan mereka melalui media yang ada di masing – masing desa sehingga eliminasi tiga penyakit ini pada ibu hamil dapat berlangsung dengan baik, efektif dan maksimal.



Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan diri sudah cukup baik dan lebih baik lagi apabila terus dipertahankan dengan terus memperbarui pengetahuan mengenai penyakit – penyakit menular yang dapat ditransmisikan ke anak pada saat kehamilan melalui kader – kader terlatih.



Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2018, persentase jumlah kasus baru tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di Indonesia banyak ditemukan pada penduduk usia produktif: usia 15-24 tahun (16,41%), usia 25-34 tahun (18,29%), usia 3544 tahun (18,93%), dan usia 45-54 tahun (19,97%). Angka Case Detection Rate (CDR) penyakit TB di Indonesia adalah 60,7%, yang berarti jumlah pasien baru TB BTA positif yang ditemukan dan diobati baru sebesar 60,7%. Dari 204.394 kasus baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis pada tahun 2018, sebanyak 81,88% dinyatakan pengobatan berhasil (baik sembuh maupun pengobatan lengkap).



Berdasarkan RPK Puskesmas Leksono 2 pada tahun 2017, data cakupan penemuan pasien baru TB paru BTA positif sebesar 50%, sedangkan cakupan kesembuhan pasien TB paru BTA positif adalah 100%. Maka diperlukan upaya untuk menjaring 50% pasien yang belum terdeteksi TB karena dengan kepatuhan pengobatan yang baik angka kesembuhannya adalah 100%. Setelah dilakukan analisis penyebab masalah, penyebab cakupan temuan kasus baru TB paru BTA positif antara lain: kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penyakit TB, kurangnya sosialisasi tenaga kesehatan mengenai penyakit TB, kurangnya penemuan kasus oleh kader kesehatan, pencarian kasus oleh kader kesehatan yang belum



Ketua kader masing – masing desa memilih 5 kader untuk perwakilan dari masing – masing desa. 5 kader dari tiap desa ini akan mengikuti refreshing kader TB yang dilaksanakan di Puskesmas Leksono 2. Dengan jadwal kegiatan sebagai berikut : 6. Kader datang dan mengisi daftar hadir yang disediakan oleh petugas Puskesmas 7. Kader menempatkan diri sesuai tempat yang disiapkan 8. Kader mendapatkan materi dari narasumber 9. Kader mempraktikkan



Refreshing kader TB Puskesmas Leksono 2 dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2019 bertempatan di Aula Puskesmas Leksono 2. Tiap desa mengirimkan 5 kader perwakilan untuk mengikuti Refreshing Kader TB. Peserta mengikuti kegiatan sebagai berikut : 1. Kader datang dan mengisi daftar hadir yang disediakan oleh petugas Puskesmas 2. Kader menempatkan diri sesuai tempat yang disiapkan 3. Kader mendapatkan



Evaluasi diadakan tiap 1 bulan sekali oleh petugas Puskesmas dan Dokter yang bertugas di masing – masing desa bersama dengan 5 kader yang menjadi perwakilan dari tiap desa dalam pertemuan Refreshing Kader TB. Hal yang dievaluasi adalah 1. Pengetahuan kader lain mengenai materi yang sudah diberikan narasumber 2. Capaian suspek berdasarkan target yang sudah ditentukan menurut masing –



Angka ini menunjukkan bahwa semakin banyak kasus TB dapat terdeteksi dan diobati, dengan monitoring yang baik, pengobatan akan berhasil. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk menjaring tersangka TB sehingga angka penemuan kasus baru TB paru BTA positif meningkat dan demikian dapat segera dilakukan intervensi. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, dibutuhkan peran serta masyarakat sebagai salah satu strategi penyelenggaraan pembangunan kesehatan, meliputi perorangan misalnya kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, figur masyarakat, kelompok masyarakat misalnya posyandu, organisasi kemasyarakatan , organisasi profesi, lembaga sosial masyarakat dan pemerintah yang berperan sebagai agen perubahan untuk penerapan perilaku hidup sehat.



REFRESHING KADER



Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan merupakan salah satu cara untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan, salah satu diantaranya dengan pemberdayaan kader kesehatan. Kegiatan yang dilakukan lebih diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam menjaring tersangka TB dan pengobatan dapat segera dilakukan. Untuk mencapai tujuan dan



maksimal, dan tidak ada transpor kader untuk penemuan suspek. Maka, sebagai solusi pemecahan masalah, kami mengusulkan refreshing dan pendampingan langsung kader kesehatan dalam upaya meningkatkan temuan kasus baru TB paru BTA positif. Diharapkan kader TB tersebut dapat membuka wawasan masyarakat dengan memberikan edukasi mengenai penyakit TB kepada masyarakat sekitarnya dan sekaligus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam menjaring suspek TB, yang selanjutnya diharapkan memberikan kontribusi dalam memberantas penyakit TB di Indonesia.



Dari hasil survey pendataan



apa yang sudah diberikan narasumber dan menanyakan hal yang belum dipahami kepada narasumber 10.Kader menularkan ke kader lain mengenai apa yang sudah diberikan di pertemuan ini



Pelaksanaan program



materi dari narasumber 4. Kader mempraktikkan apa yang sudah diberikan narasumber dan menanyakan hal yang belum dipahami kepada narasumber 5. Kader menularkan ke kader lain mengenai apa yang sudah diberikan di pertemuan ini



Bentuk kegiatan adalah



masing desa 3. Cara kader dalam wawancara terhadap suspek TB 4. Pengetahuan kader mengenai kualitas sputum yang dapat dikirim ke Puskesmas 5. Kesulitan kader dalam mencari suspek



a. Dilakukan



DAN SOSIALISASI PHBSRT, PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R, DAN SOSIALISASI KEAMANAN PANGAN (KADER DESA SAWANGAN, SELOKROMO, LIPURSARI, JLAMPRANG, WONOKERTO) 10 JULI 2019



PEMBINAAN DOKTER KECIL WILAYAH PUSKESMAS LEKSONO 2 17 JULI 2019



sasaran pembangunan kesehatan, dibutuhkan peran serta masyarakat sebagai salah satu strategi penyelenggaraan pembangunan kesehatan, meliputi perorangan misalnya kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, figur masyarakat, kelompok masyarakat misalnya posyandu, organisasi kemasyarakatan , organisasi profesi, lembaga sosial masyarakat dan pemerintah yang berperan sebagai agen perubahan untuk penerapan perilaku hidup sehat (Kemenkes RI, 2012). Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan merupakan salah satu cara untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan, salah satu diantaranya dengan pemberdayaan kader kesehatan. Kegiatan yang dilakukan lebih diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam mempromosikan kesehatan terutama yang terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehatrumah tangga, pengelolaan sampah, dan keamanan pangan. Salah satu upaya strategis untuk meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia adalah dengan upaya pendidikan dan kesehatan. Upaya ini paling tepat dilakukan melalui institusi pendidikan. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus menjadi ”Health Promoting School” yang



keluarga (PIS-PK) pada tahun 2017, didapatkan data: keluarga mengikuti program KB baru 65 %, penderita TB Paru berobat sesuai standar masih rendah (37-50%), Penderita hipertensi berobat secara teratur masih sangat rendah (3-9%), keluarga mempunyai akses/menggunakan jamban sehat masih rendah (38-46%), dan keluarga sudah menjadi anggota JKN masih rendah (29-40%). Berlatar belakang data tersebut, maka perlu pemberdayaan kembali para kader di 5 desa wilayah kerja Puskesmas Leksono 2 sekaligus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para kader dalam mempromosikan kesehatan.



Upaya untuk terciptanya lingkungan kehidupan sekolah sehat dapat dilaksanakan melalui program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) termasuk upaya peningkatan kesehatan anak usia sekolah. Dalam program UKS ini siswa sekolah tidak hanya berperan sebagai obyek penerimaan layanaan kesehatan, tetapi juga sebagai



refreshing kader dilakukan dengan cara: a) Meningkatkan pengetahuan kader tentang perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga, pengelolaan sampah berbasis 3R, dan keamanan pangan b) Meningkatkan kemampuan kader dalam mempromosikan kesehatan dengan diskusi dan tanya jawab, serta pendampingan langsung di lapangan c) Meningkatkan ketrampilan kader dalam mempromosikan kesehatan dengan pendampingan langsung di lapangan dan evaluasi secara langsung terhadap kader. Sebelum melaksanakan pembinaan dokter kecil, terlebih dahulu tiap SD/MI/sederajat memilih 4 orang siswa untuk menjadi dokter kecil dengan syarat sebagai berikut : 1. Telah menduduki kelas 4 SD/MI/sederajat



refreshing kader satu hari dengan nara sumber dokter ataupun pemegang program. Metode yang digunakan adalah pembelajaran ceramah, diskusi dan demonstrasi. Peserta juga diberikan biaya transpor untuk menghadiri kegiatan refreshing kader, biaya untuk konsumsi peserta, dan biaya untuk penyediaan ATK bagi peserta.



Pembinaan Dokter Kecil wilayah Puskesmas Leksono 2 dilaksanakan pada Rabu, 17 Jul 2019 pukul 09.00 – 12.30 WIB di Aula Puskesmas Leksono 2. Jadwal pelaksanaan sebagai berikut :



pencatatan dan pelaporan harian kegiatan refreshing kader b. Dilakukan rekap laporan kegiatan refreshing kader setiap akhir bulan c. Dilakukan pelaporan hasil analisis kegiatan refreshing kader oleh penanggungjawab upaya promosi kesehatan kepada Kepala Puskesmas setiap tiga bulan dan diinformasikan serta dikoordinasikan dengan semua pihak terkait program



Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negatif pelaksanaan pembinaan dokter kecil. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna



artinya sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya, termasuk muridnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), untuk belajar dengan efektif anak – anak memerlukan kesehatan yang baik. Peran kesehatan pada murid adalah faktor penting pada waktu memasuki sekolah, ikut menentukan presensi (kehadiran) murid secara terus menerus, dan ikut pula dalam menentukan keberhasilan belajar di sekolah. Maka diperlukan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan dengan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid, dan masyarakat sekitar). Hal ini juga didasari dari UU Kesehatan no. 36 tahun 2009 pasal 79, pasal 136 dan pasal 139. Murid dapat mendapat pembinaan melalui program Dokter Kecil sehingga dapat berperan aktif dan berperan langsung dalam terciptanya lingkungan kehidupan yang sehat. Salah satu kegiatan untuk membina dan mengembangkan UKS adalah dengan mengadakan Lomba Cerdas Tangkas Dokter Kecil. Pembinaan dan Pengembangan dokter kecil adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam



subyek, bersama dengan masyarakat sekolah lainnya yaitu para guru, Bp3 dan orang tua siswa berperan dalam meningkatkan kesehatannya dan mewujudkan lingkungan sekolah sehat. Upaya strategis dalam melibatkan peran serta aktif masyarakat sekolah adalah melalui pendekatan kelompok teman sebaya yang mempersiapkan siswa sekolah menjadi pergerakan hidup bersih dan sehat, baik di lingkungan sekolah keluarga, maupun masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan data SPM Puskesmas Leksono 2 tahun 2017, jumlah anak usia sekolah SD adalah sebesar 1.349 anak dan jumlah dokter kecil dari 9 SD di wilayah Puskesmas Leksono 2 adalah sebanyak 240 anak. Cakupan sekolah (SD/MI/ sederajat) yang melaksanakan penjaringan kesehatan sebesar 100% menurut data SPM Puskesmas Leksono 2. Hal tersebut tidak lepas dari peran dokter kecil yang menjadi penggerak hidup bersih dan sehat di sekolah. Oleh karena itu, hendaknya siswa yang terpilih menjadi dokter kecil dari tiap sekolah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup agar dapat berperan sesuai yang di harapkan. Untuk mencapai hasil yang optimal, perlu dilakukan pembinaan bagi SD dan MI menjadi dokter kecil.



2. Siswa/i kelas 4,5,6 yang belum pernah mendapat pelatihan dokter kecil 3. Berprestasi di sekolah (tidak mutlak) 4. Berbadan sehat 5. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab 6. Berpenampilan bersih dan berperilaku sehat 7. Berbudi pekerti baik dan suka menolong 8. Diizinkan orang tua Semua peserta yang masuk dalam kriteria akan diikutkan dalam pembinaan dokter kecil yang dilaksanakan pada Rabu, 17 Juli 2019 di Aula Puskemas Leksono 2 dengan beberapa narasumber yaitu petugas kesehatan lingkungan, petugas gizi, dokter umum , dan dokter gigi Puskesmas Leksono 2. Peserta akan mendapatkan materi pembinaan sebagai berikut : 1. Dokter Kecil dan UKS 2. Kesehatan Lingkungan 3. PHBS 4. Imunisasi 5. Pencegahan penyakit menular 6. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) 7. Gizi 8. Kesehatan mulut dan



1. Peserta datang lalu diabsen oleh petugas Puskesmas Leksono 2 2. Peserta menempatkan diri di tempat yang sudah dipersiapkan 3. Narasumber menyiapkan materi yang akan disampaikan 4. Pembukaan oleh perwakilan kepala Puskesmas Leksono 2 5. Narasumber memberikan beberapa materi, yaitu a. Dokter Kecil dan UKS b. Kesehatan Lingkungan c. PHBS d. Imunisasi e. Pencegahan penyakit menular f. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) g. Gizi h. Kesehatan mulut dan gigi 6. Peserta ishoma 7. Peserta dipersilahkan pulang



melakukan perbaikan dan pengembangan dokter kecil berikutnya. Evaluasi oleh pelaksanaan dilakukan setiap selesai pertemuan.



F2 – KESLING



EVALUASI JAMBAN SEHAT DESA JLAMPRANG 28 MEI 2019



menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan dan membimbing untuk menghayati menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari – hari. Pembinaan dan Pengembangan dokter kecil adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari – hari. Sanitasi sesuai nomenklatur MDGs adalah pembuangan tinja. Termasuk dalam pengertian ini meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Sedangkan kriteria akses terhadap sanitasi layak jika penggunaan fasilitas tempat BAB milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis ‘latrine’ dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air limbah (SPAL). Sedangkan kriteria yang digunakan JMP WHO-UNICEF 2008, sanitasi terbagi dalam empat kriteria, yaitu ‘improved’, ‘shared’, ‘unimproved’ dan ‘open defecation’. Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja. Menurut Kusnoputranto (1997), pengertian jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut



gigi



Dampak buruk jamban terhadap penularan penyakit, menyangkut transmisi penyakit dari tinja. Berbagai penyakit menular seperti diare, hepatitis A, polio, kholera, dan lainnya merupakan penyakit yang terkait dengan akses penyediaan jamban. Di Puskesmas Leksono 2, penyakit diare termasuk dalam 10 besar penyakit di rawat jalan menurut data SPM tahun 2017 dan menempati peringkat ke 10 dengan jumlah kasus sebesar 47 kasus. Menurut identifikasi masalah SPM Puskesmas Leksono 2 tahun 2017, kepemilikan jamban sehat masuk nomor 3 dengan besar masalah sebesar 32%. Jamban sehat juga menjadi prioritas masalah utama berdasarkan hasil SMD dan MMD pada Desa Selokromo dan Desa Jlamprang. Menurut hasil pendataan PIS_PK tahun 2017, keluarga mempunyai akses/menggunakan jamban sehat di Desa Lipursari dan Desa Selokromo masih rendah, yaitu sebesar 46% dan 38%. Cakupan pengawasan jamban sendiri menurut identifikasi



Perencanaan dan pemilihan intervensi kegiatan evaluasi jamban sehat sendiri adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan pokok a. Inspeksi jamban keluarga (JAGA) sehat di setiap Rumah Tangga b. Penyuluhan perorangan di saat kunjungan langsung ke rumah warga 2. Rincian kegiatan a. Menentukan jadwal kegiatan b. Menyiapkan surat tugas pelaksanaan c. Menginformasikan kegiatan ke perangkat Desa Jlamprang atau yang mewakili sesuai dengan daerah yang akan dilakukan Inspeksi jamban keluarga (JAGA) sehat



Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Jamban Sehat Desa Jlamprang dilaksanakan dengan : a) Meminta ijin ke pemilik rumah untuk melakukan Inspeksi Rumah Sehat b) Pengisian formulir sesuai dengan isian daftar oleh petugas Kesehatan lingkungan Puskesmas Leksono 2 c) Penyuluhan perorangan sesuai kebutuhan oleh perangkat Desa Jlamprang, Petugas Puskesmas, Dokter yang bertugas, juga aparat yang bertugas d) Pamit kepada pemilik rumah setelah inspeksi selesai dilakukan e) Rekapitulasi hasil



Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara pencatatan data tentang kepemilikan jamban sehat keluarga oleh Petugas Puskesmas Leksono 2 dan Perangkat Desa Jlamprang sehingga warga Desa Jlamprang yang membutuhkan bantuan untuk membuat jamban dapat memperoleh bantuan dari Dinas Kesehatan. Monitoring sendiri dilakukan dengan cara pengecekan secara berkala oleh lintas sektor.



tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.



F3 – KIA KB



KUNJUNGAN RUMAH PASIEN TB PARU DESA SELOKROMO 15 JULI 2019 POS PELAYANAN TERPADU BALITA



masalah SPM Puskesmas Leksono 2 tahun 2017 hanya 85%. Oleh karena itu dibutuhkan pelaksanaan evaluasi jamban sehat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan menurunkan angka kesakitan terutama penyakit diare.



Pembangunan kesehatan diharapkan Riskesdas tahun 2018 menunjukkan mampu mewujudkan kesejahteraan bahwa data cakupan imunisasi dasar



d. Mempersiapkan Inspeksi jamban peralatan penunjang keluarga (JAGA) sehat pelaksanaan kegiatan, oleh petugas berupa: Puskesmas Leksono 2 - Formulir jamban juga perangkat Desa keluarga (JAGA) Jlamprang. sehat f) Pemberian kriteria - Kamera jamban keluarga - Peralatan tulis (JAGA) sehat oleh - Leaflet untuk petugas Puskesmas bahan penyuluhan Leksono 2 3. Cara melaksanakan kegiatan a. Melihat penentuan tanggal kegiatan b. Persiapan kuesioner, alat tulis dan dokumentasi c. Turun ke lapangan sesuai tanggal yang sudah dilakukan d. Pendataan sesuai keadaan rumah di lapangan e. Penyuluhan personal terhadap pemilik jamban keluarga (JAGA) dan memberi solusi f. Rekapitulasi hasil kegiatan lapangan g. Menyelesaikan surat tugas dengan mengisi pelaporan



Cara untuk melaksanakan



Pelayanan dilaksanakan dengan sistem 5 meja



Pencatatan dilakukan oleh Kader Desa



DESA JLAMPRANG 10 JUNI 2019



masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indicator pembangunan SDM, seperti meningkatnya derajat kesehatan dari status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak., terkendalinya laju dan pertumbuhan penduduk serta menurunnya kesenjangan antar individu, kelompok dan antar daerah dengan dengan mangutamakan upaya preventif, promotif serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satunya adalah menumbuhkembangkan posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk dan barsama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, terutama untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB. Secara garis besar adalah untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara rutin dan berkesinambungan, tercapainya pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader melalui adokasi, orientasi , pelatihan atau penyegaran dan tercapainya pemantapan kelembagaan Posyandu. Revitalisasi posyandu



lengkap pada anak umur 12-23 bulan sebesar 57,9%. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan Riskesdas 2013 sebesar 59,2%. Adapun proporsi berat badan lahir