Budidaya Jati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jati merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, karena tanaman jati dapat dibuat sebagai bahan bangunan dan meubel yang memiliki kualitas dan kelas pasar yang cukup tinggi. Tanaman jati tergolong tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di hutan tropis, dan tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di hutan hujan. Tanaman jati termasuk dalam famili verbenaceae, dimana daerah penyebarannya meliputi; Negara-negara India, Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia jati dapat tumbuh dengan baik di beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan jati, maka menyebabkan pembudidayaan tanaman jati harus ditingkatkan agar menghasilkan produksi yang seimbang dengan kebutuhan pasar terhadap kayu jati tersebut. Oleh karena itu, penelitianpenelitian tentang pembudidayaan jati harus terus dilakukan untuk menemukan metode yang tepat dengan hasil yang baik serta biaya yang relatif murah. Secara umum, tanaman jati dapat dibudidayakan secara generatif dan vegetatif. Dimana pembudidayaan jati secara generatif dapat dilakukan dengan cara memperbanyak tanaman jati melalui biji yang ditanam secara langsung, sedangkan pembudidayaan tanaman jati secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara memperbanyak tanaman jati tersebut menggunakan bagian-bagian atau organ dari tanaman jati tersebut. Di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hutan (Puslitbang-SDH) Perum Perhutani Cepu, tanaman jati dibudidayakan dengan cara vegetatif. Perbanyakan tersebut diantarannya dilakukan dengan cara; stek pucuk, grafting dan kultur jaringan. Perbanyakan dengan stek pucuk ini memungkinkan tanaman mempunyai sifat genetik dan epigenetik yang sama dengan induknya, sehingga mampu mencukupi kebutuhan bibit secara besar dalam skala waktu yang tidak terlalu lama.



1



1.2 Tujuan 1) 2)



Untuk mengetahui proses dan prosedur dalam stek pucuk tanaman jati. Untuk mengetahui perlakuan apa saja yang diberikan dalam stek pucuk tanaman



3)



jati. Untuk mengetahui kelebihn dan kekurangan dari kegiatan stek pucuk tanaman jati.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Produksi yang Digunakan Stek pucuk adalah usaha perbanyakan tumbuhan secara vegetatif dengan cara menyemaikan pucuk pohon sehingga menjadi bibit yang siap tanam. Stek pucuk bisa menjadi alternatif dalam memenuhi kebutuhan bibit, karena bahan stek yang mudah didapat, namun begitu bukan berarti stek pucuk tidak ada kekurangannya. Salah satu kekurangan dari stek pucuk ini adalah diperlukannya pengetahuan dan keterampilan tentang penyetekan. Sebab dalam hal perlakuan tiap jenis pohon tidak sama akan teknik penyetekannya.



Gambar 1. Kondisi tempat stek pucuk jati kuningan Jawa Barat (Manurung, Ginting.2009)



2.1.1 Pelaksanaan Teknis 



Kebun Pangkas 1. Tanaman induk berasal dari indukan yang sudah berumur satu tahun. 2. Kebun pangkas di buat pada 12 Desember 2008. 3. Keutuhan pohon induk dipertahankan untuk mencegah kematian. 4. Saat pemangkasan, diperhatikan juga teknis pengambilan pucuk. 5. Pucuk yang layak diambil dengan ciri-ciri memiliki tiga pasang daun, batang berbulu, batang masih muda dan pemotongan dilakukan secara rata. 6. Menjaga kondisi pucuk agar tetap segar dengan di simpan dalam ember yang sudah di isi air. 7. Pemilihan Pucuk dari tanaman induk menggunakan rumus 3:5:7. dalam artian 3 pasang daun 5 cm jarak daun ke daun dan 7 untuk tinggi keseluruhan.



3







Kondisi Sungkup Sungkup terbuat dari bambu yang di tutup dengan menggunakan plastik berukuran 0,5 mm. Sungkup yang dibuat di usahakan tertutup rapat jangan sampai terdapat lubang yang berpeluang masuk keluarnya udara terlal banyak. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi dan kualitas sungkup yang akan mempengaruhi pertumbuhan akar. Sungkup yang dibuat berkapasitas 700 buah untuk per



sungkupnya dengan ukuran 1x 5 Meter.  Tahapan Stek Pucuk 1. Pucuk dari hasil pemangkasan di kumpulkan dan dibersihkan menggunakan air. Hal ini di lakukan agar pucuk dalam kondisi bersih dari kotoran dan agar daun tetap segar. 2. Pucuk kemudian di celupkan kedalam larutan hormon IBA untuk merangsang pertumbuhan akar selama 10 menit. 3. Pucuk yang sudah siap ditancapkan pada polybag yang sudah di beri media tanam dengan perbandingan 3 pupuk : 2 Pasir: 1 Top Soil. 4. Polybag yang digunakan adalah polybag yang transparat dengan maksud agar 5.



akar yang tumbuh dapat terlihat dengan jelas saat proses sleksi. Untuk perawatan Stek pucuk di siram setiap pagi dan sore. Waktu ideal, untuk



pagi adalah pukul 7-10 dan sore pukul 3-5. 6. Setelah berumur 1-2 minggu dilakukan proses akli, yaitu sungkup sengaja di buka sebelum proses sleksi. 7. Setelah berumur 1,5 bulan dilakukan proses sleksi untuk pemilihan stek pucuk yang akan di pindahkan pada bedeng seeding. Kriteria sleksi stek pucuk diantaranya adalah: a. Tanaman jati yang sudah tumbuh akar. b. Akar tumbuh dengan bagus dan banyak. c. Akar yang keluar dari polybag di pangkas. d. Daun yang tumbuh sehat. e. Kuat saat di keluarkan dari sungkup. f. Pucuk berwarna kekuningan. 8. Jika di temukan tanaman jati yang mati atau layu segera di pisahkan dari sungkup. Sedangkan jika terdapat daun dan batang yang kering harus segera di bersihkan di bersihkan. Untuk tanaman yang masih belum tumbuh akarnya tetapi masih dalam kondisi segar akibat telat tumbuh (Akli) tetap di simpan dalam sungkup. 9. Setelah bibit di perkirakan kuat dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, kemudian di pindahkan ke bedeng open area. Dalam tahapan ini, bibit memiliki resiko kematian.



4



10. Bedengan dalam open area di alasi plastik terlebih dahulu untuk menekan akar hingga pertumbuhan menjadi rata. Setelah beberapa minggu, media tanam pada polybag akan berkurang seiring dengan pertumbuhan akar yang semakin banyak. 2.1.2 Kelemahan Dan Kelebihan Stek Pucuk Kelebihan dalam stek pucuk ini yaitu tanaman yang di perbanyak memiliki karakteristik yang sama dengan induknya, juga peluang hidup yang lebih besar walaupun pertumbuhan akar terlambat. Sedangkan kekurangan dari stek pucuk ini yaitu kondisi media tanam dan peralatan yang digunakan harus dalam keadaan yang steril dan bersih. Polybag yang sudah di gunakan dalam sek pucuk ini tidak dapat di gunakan lagi karena kondisi media tanam yang sudah tidak steril. 2.2 Panen dan Pasca Panen Saat panen usahakan agar penebangan tidak merusak batang utama tanaman Jati dan dilakukan dengan menggunakan Chain saw. Untuk menghindari adanya blue stin (sejenis jamur kayu) dapat pula kayu dipolesi dengan fungisida setelah tebang. Apabila budidaya dilakukan dengan jumlah pohon yang relatif banyak, baik dengan sistem monokultur maupun tumpang sari, maka perlu dilakukan penjarangan dengan pentahapan sebagai berikut: Pada usia tanaman jati antara 5 s/d 7 tahun 50% dari populasi tanaman jati awal ditebang (penjarangan I). Jadi jika jarak tanam awalnya 2 x 2,5 meter dijarangkan menjadi 4 x 2,5 meter. Kemudian pada saat usia tanaman jati antara 10 s/d 12 tahun dilakukan lagi penjarangan ke II yakni 50% dari jarak tanam hasil penjarangan I: 4 x 2,5 meter dijarangkan menjadi 4 x 5 meter. Sisa tanaman jati setelah penjarangan ke II seluruhnya ditebang atau dipanen pada usia 15 s/d 20 tahun.



5



Untuk Pasca panen yang perlu diperhatikan meliputi Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) Penerasan.



(2) Inventarisasi tegakan( 3). Teknik



penebangan (4) arah rebah kayu cara menebang) (5). Pembagian batang (t) Penyaradan (Sarjono, 2009) 2.3 Pemasaran dan Analisis Usaha Tani 2.3.1 Pemasaran Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu spesies pohon komersial yang memiliki nilai jual tinggi karena telah dikenal sebagai bahan baku plywood, lantai, furnitur dan kerajinan. Di pulau Jawa, sebagian besar pohon jati diproduksi oleh Perhutani. Sekitar 512 ribu m3 kayu jati dihasilkan oleh Perhutani pada tahun 2007 dan sebanyak 200 ribu m3 kayu jati kualitas menengah telah dijual oleh perusahaan ini. Selain Perhutani, ribuan petani juga menanam jati meskipun total produksinya tidak terdokumentasi dengan baik. Sensus perdagangan nasional tahun 2003 menunjukkan bahwa 80 juta pohon jati berada di lahan rakyat dan 25% diantaranya siap tebang. Petani umumnya menjual kayu jati dalam bentuk pohon yang masih berdiri di lahan mereka. Informasi tentang jati yang akan dijual diperoleh para pedagang kayu dari perantara yang disebut sebagai makelar kayu. Setelah terdapat kesepakatan harga dan pedagang kayu membayar kepada makelar kayu, penebangan dilakukan oleh pedagang kayu jati. Sistem seperti ini memunculkan risiko yang cukup besar bagi petani dan pedagang. Petani kehilangan kesempatan mendapatkan harga jual yang lebih tinggi karena pembeli tidak melihat langsung ukuran pohon yang akan dijual, sedangkan pedagang berspekulasi dengan marjin keuntungannya karena pembayaran harus dilunasi sebelum pohon ditebang. Sementara itu pedagang masih harus menanggung biaya pengurusan dokumen yang tidak selalu sama di tiap desa serta biaya transaksi tak terduga lainnya. (Aulia Perdana,2011) 2.3.3 Analisi Biaya Budidaya Jati Tabel 1.Biaya pengeluaran tahun ke 1 (Hendro,2011) 6



N



Jenis Pengeluaran



Jumlah @



O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14



Pembersihan lahan 1 ha Pembuatan lobang 2500 lubang Penanaman 2500 biji Bibit tanaman 2500 biji Puradan 100 kg Pupuk kandang Pupuk NPK Pupuk Kompos daun 2 x 1 th Obat Pembasmi Hama 4 x 1 th Tenaga u. 1 thn /7 ha Peralatan / 7ha Transportasi u. 1 thn 1 Biaya CSR 1 Lain-lain u. 1 th. 1



5,000,000 2,500 1,000 11,000 8,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 2,785,714 142,857 428,571 600,000 1,000,000



Total Pengeluaran



jumlah total 5,000,000 6,250,000 2,500,000 27,500,000 800,000 2,500,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 2,785,714 142,857 428,571 600,000 1,000,000 Rp58,507,143



Tabel 2. Biaya pengeluaran tahun ke 2-7(Hendro,2011) N



Jenis biaya



jumlah



O 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Pupuk NPK 6x Pupuk Kompos daun 12 x Obat Pembasmi Hama,24 x Tenaga u. 6 thn/7 ha 6 x Peralatan / 7 ha 2x Transportasi u. 6 thn/7ha 6x Biaya CSR/10 ha 6x Lain-lain u. 6 th./ha 6x Lain-lain u. 6 th./ha 6x



2,000,000 1,500,000 500,000 2,785,714 285,714 428,571 600,000 1,000,000 1,000,000



Total



Jumlah biaya 12,000,000 18,000,000 12,000,000 16,714,286 571,429 2,571,429 3,600,000 6,000,000 6,000,000 81,457,143



 Biaya Setelah Panen Jasa Konsultan Setelah Panen 9%/ha1x324,903,214 324,903,214 Bonus Tenaga Setelah Panen 1%/ha 1x36,100,357 36,100,357 Sub Total Rp361,003,571  Total pengeluaran Termasuk Biaya Fee Konsultan & Bonus Tenaga Rp442,460,714  Pengeluaran Budidaya Jati Th. Ke-1 s/d Th. Ke-7 (Selain Biaya Fee Konsultan & Bonus Tenaga); TOTAL Rp139,964,286



7



 Pengeluaran Budidaya Jati Th. Ke-1 s/d Th. Ke-7 (Termasuk Biaya Fee Konsultan & Bonus Tenaga); TOTAL Rp500,967,857  Keuntungan Hasil Panen : Perkiraan Pemasukan hasil panen "JATI “dengan metode tanam stek pucuk"dengan harga terendah Rp. 1.500.000/ m3 ; harga tertinggi hingga Rp. 5.000.000,- /m3, dengan asumsi harga 2,5 jt / m3 1 Penjarangan tahun 1-2, 25% 2 Penjarangan tahun ke 2-3 , 15% 3 Panen tahun ke 7 ,75% x 0,8 m3 1875 2000000 Rp3,750,000,000 Total Rp3,750,000,000  Hasil Panen Jati dikurangi Biaya ; 1. Hasil Bersih Panen Jati Sebelum Dikurangi Fee Konsultan & Bonus Tenaga Rp3,610,035,714 2. Hasil Bersih Panen Jati Seteah Dikurangi Fee Konsultan & Bonus Tenaga Rp3,249,032,143 (Hendro, 2011)



8



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Teknologi Budidaya Jati Dengan Stek Pucuk 3.1.1 Teknis Budidaya Stek pucuk Stek Pucuk adalah metode perbanyakan vegetatif secara konvensional dengan menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas pada media persemaian sampai berakar sebelum dipindahkan ke lapangan Keberhasilan stek pucuk menurut beberapa penelitian tergantung pada beberapa faktor dalam dan luar. Yang termasuk faktor di dalam di antaranya adalah tingkat ketuaan donor stek, kondisi fisiologi stek, waktu pengumpulan stek, dsb. Sedangkan yang termasuk faktor luar antara lain adalah media perakaran, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan hormon pengatur tumbuh. Tahapan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan stek pucuk:  Peralatan stek 1. Gunting stek untuk memotong batang stek, pisau atau cutter untuk memperhalus permukaan stek, timbangan analitik, cetok, sekop, ayakan pasir, gembor, sprayer. 2. Tempat/bak stek yang memperhatikan drainase guna menghindarkan adanya genangan air (bak perakaran dengan ukuran 500x600x20 cm), plastik sungkup, ember plastik, bak palstik. 3. Peneduh/sharlon dan sungkup untuk menjaga suhu dan kelembaban udara rata – rata 80% dalam bak serta mengurangi intensitas cahaya matahari secara langsung (+25 %). 4. Label yang memadai untuk memberikan informasi yang jelas dari perlakuan 5.



yang digunakan dan tanggal pelaksanaan. Media yang sesuai untuk stek, yaitu media yang mampu menahan kelembaban air, cukup aerasi dan dapat menahan dengan baik kedudukan stek yang ditanam



(media stek yaitu pasir, kompos, dan topsoil dengan perbandingan 2:2:1). 6. Fasilitas penunjang diperlukan untuk memproduksi stek dalam jumlah besar dan jangka panjang, antara lain adalah pengaturan suhu, pengaturan naungan, pengaturan ventilasi, pengaturan penyiraman, dan pengaturan kelembaban ruangan yang dijalankan secara otomatis merupakan suatu hal yang menunjang keberhasilan pembuatan stek. 9



 Medium stek Umumnya media yang digunakan untuk penyetekan adalah media yang mampu menahan kelembaban air, cukup aerasi dan dapat menahan dengan baik kedudukan stek yang ditanam. Media tersebut dapat menggunakan pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1 atau menggunakan pasir, kompos dan topsoil dengan perbandingan 2:2:1. Penempatan medium stek dapat menggunakan bak stek atau langsung menggunakan polybag yang selanjutnya ditempatkan pada bak stek permanen.  Metode Pengguntingan Stek Pengguntingan dilakukan pada tunas – tunas yang tegak (orthotrop) pengguntingan pada setiap sumbu pokok atau tunas dilakukan pada sekitar 1 cm diatas mata/nodum (duduk daun) karena zat auksin yang membantu pertumbuhan jaringan baru terletek di bawah nodum tersebut. Pada prinsipnya setiap mata akan menghasilkan tunas baru asalkan dijaga pertumbuhan dominansi apikalnya. Pada cabang yang tertinggal disumbu pokok dibiarkan tumbuh sampai mempunyai 3 - 5 daun dewasa baru digunting ujung cabangnya. Daun pada stek dikurangi hingga tinggal 2/3 nya.  Metode pemberian hormon. Pemberian hormon dalam bentuk IBA (Indole Buteric Acid), NAA (Naftalene Acetic Acid) dan IAA (Indole Acetic Acid), biasanya menggunakan konsentrasi 10 sampai 30 gram/liter dan direndamkan selama beberapa saat. Cara pembuatan hormon dalam bentuk larutan ini pertama – tama adalah melarutkan hormon dengan sedikit alkhohol kemudian ditambahkan air sedikit demi sedikit dengan pipet sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Pemberian dengan cara bubuk dapat dilakukan dengan cara mencampur hormon tersebut dengan bubuk (talk) sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan dan langsung dioleskan pada stek secara langsung atau terlebih dahulu dibuat pasta.  Cara penanaman stek jati Penanaman stek memerlukan syarat – syarat tertentu antara lain : 1. Kelembaban tinggi (80%), disemprotkan dengan sprayer 2x sehari (pagi dan siang). 2. Suhu lingkungan berkisar antara 24 - 32ºC. 3. Media tanah mempunyai aerasi yang baik dan terjaga kelembabannya dengan baik. 4. Intensitas cahaya matahari yang masuk 25%. a. >> Beberapa cara penanaman stek yang umum digunakan adalah :



10



5. Penanaman langsung pada bedengan, dengan membuat gundukan di bawah rinbunan tanaman yang sengaja dibuat untuk peneduh dan akan lebih baik bila tanahnya disterilkan terlebih dahulu. 6. Penanaman dengan menggunakan bak tabur. Umummnya media yang digunakan adalah dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai kemampuan untuk menahan air dengan baik dan drainase yang baik. Bak tabur dapat dilengkapi sungkup plastik dan jaring naungan untuk menjaga suhu dan kelembaban serta intensitas cahaya. 7. Penanaman menggunakan polybag secara langsung yaitu dengan cara ditanami di bawah sungkup plastik yang diberi naungan. Penanaman stek dengan polybag lebih praktis dan efisien, karena stek yang berakar tidak perlu disapih lagi. 8. Pemeliharan dan penyapihan stek Pemeliharaan stek terdiri atas penyiraman secara rutin pagi dan sore, penyiangan dari rumput/lumut serta penyemprotan dari hama dan penyakit. Penyapihan stek dilakukan apabila stek yang ditanam sudah berakar dan siap diaklimatisasi pada tempat di luar bedeng dengan intensitas cahaya yang bervariasi. 3.1.2 Pembuatan kebun pangkas jati Kebun pangkas adalah kebun yang digunakan sebagai sumber materi vegetatif dalam hal ini adalah bahan stek pucuk untuk pembuatan bibit jati. 1. Persiapan pembuatan kebun pangkas Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahapan persiapan dan pembuatan bedeng untuk kebun pangkas jati terdiri atas :  Pemilihan lokasi  Tempatnya rata sampai agak miring, tidak tergenang air, dan mendapat cahaya sepanjang hari,juga mempunyai tanah yang subur dan gembur, serta lapisan tanahnya agak dalam dan tidak terdapat pohon besar.  Lokasinya berada didekat persemaian.  Pembuatan bedeng  Bedeng dibuat membujur arah utara selatan.  Tanah dicampur pupuk kandang kompos yang digundukan.  Ukuran bedeng disesuaikan dengan kebutuhan bibit dan jenis tanaman.  Sekeliling bedeng dibuat parit (selebar 50 cm).  Jarak antara tanaman dalam bedengan 1x1 meter dengan pembuatan guludan pada jalur tanaman tersebut berkisar antara 40-60 cm. Sebaiknya setiap 10 bedeng dibuatkan jalan angkutan dan jalan pemeriksaan.  Pengadaan medium



11



Komposisi media umum digunakan adalah tanah topsoil dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1:1.  Pengisian bedeng Bedeng yang sudah siap diisi dengan medium campuran setinggi 20-30 cm. Campuran medium hendaknya dilakukan secara merata untuk mendapatkan kesuburan dan kegemburan yang merata. Setelah bedeng terisi dengan medium hendaknya segera dilakukan penanaman bibit. Apabila bibit yang akan ditanam belum siap, pemeliharaan bedeng dilakukan dengan penyiraman 2x sehari dan pembersihan rumput dan tanaman lain secara periodik. 2. Pengadaan bibit bahan dasar kebun pangkas  Materi kebun pangkas Materi yang baik untuk digunakan dalam kebun pangkas adalah menggunakan materi stek, kultur jaringan maupun grafting dari hasil eksplorasi dari pohon induk yang terpilih dan pohon plus hasil seleksi yang diketahui hasil identitasnya. Selanjutnya stek yang dihasilkan dari kebun pangkas dapat juga digunakan sebagai bahan dasar kebun pangkas. Kelebihan kebun pangkas adalah materi yang digunakan sebagai biakan vegetatif menjadi lebih mudah (rejuvenasi).



Berdasarkan penelitian jaringan



yang muda memiliki presentase keberhasilan yang tinggi untuk membiakan vegetatif dibandingkan sumber yang lebih tua.  Ukuran bibit dan waktu penyiapan bibit Pada umumnya ukuran bibit yang digunakan dalam kebun pangkas adalah bibit dengan jumlah daun 2 sampai 5 helai. Bibit sebagai materi kebun pangkas hendaknya sudah dipersiapkan 1 sampai 2 bulan sebelum pembuatan kebun pangkas . 3. Penanaman bibit di kebun pangkas  Seleksi bibit Seleksi dilakukan dengan memilih bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam, baik diameter, tinggi dan jumlah daun yang relatif sama.  Pembuatan jarak tanaman Jarak tanam untuk kebun pangkas jati yang biasa digunakan adalah 1x1 m atau 1 setengah meter antar scion, 1 meter antar tanaman dalam guludan.  Pembuatan lubang tanam Pembuatan lubang tanam lebih mudah karena bedeng telah diisi terlebih dahulu dengan tanah gembur 2030 cm. Lubang tanam dapat berukuran 20x20x30 cm, 30x30x30 cm, atau disesuaikan dengan ukuran kantong sapihan.  Penanaman Penanaman dilakukan dengan membuka kantong (polybag) secara hati – hati agar akar bibit tidak terganggu, kemudian bibit dimasukan ke dalam lubang 12



tanam dengan posisi yang tegak lurus. Setelah berumur 50 bulan di lapangan, dipangkas setinggi 50 cm, kemudian dibiarkan bertunas sampai ketinggian tertentu untuk selanjutnya dirundukan. Fungsi dari perundukan untuk menghasilkan stek yang pertumbuhannya kearah apikal (keatas, bukan mendatar). 4. Pemeliharaan  Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari untuk mempertahankan temperatur dan kelembaban tanah.  Pembersihan Pembersihan kebun pangkas dilakukan dengan pembebasan dari tanaman pengganggu dan daun – daun kering yang jatuh di dalam bedeng.  Pemupukan Jenis pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk NPK dengan dosis yang disesuaikan dengan keadaan tanah. Umumnya pupuk yang digunakan berkisar antara 20 – 50 gram pertanaman, atau kurang lebih 2- 5 sendok teh.  Pemberantasan hama Pemberantasan hama dapat dilakukan dengan menggunakan intektisida yang bersifat sistemik (mematikan fungsi pada jaringan serangga), misalnya menyerang sistem pencernaan/pernafasan/saraf 3.2 Panen dan Pasca Panen Saat panen usahakan agar penebangan tidak merusak batang utama tanaman Jati dan dilakukan dengan menggunakan Chain saw. Untuk menghindari adanya blue stin (sejenis jamur kayu) dapat pula kayu dipolesi dengan fungisida setelah tebang. Apabila budidaya dilakukan dengan jumlah pohon yang relatif banyak, baik dengan sistem monokultur maupun tumpang sari, maka perlu dilakukan penjarangan dengan pentahapan sebagai berikut: Pada usia tanaman jati antara 5 s/d 7 tahun 50% dari populasi tanaman jati awal ditebang (penjarangan I). Jadi jika jarak tanam awalnya 2 x 2,5 meter dijarangkan menjadi 4 x 2,5 meter. Kemudian pada saat usia tanaman jati antara 10 s/d 12 tahun dilakukan lagi penjarangan ke II yakni 50% dari jarak tanam hasil penjarangan I: 4 x 2,5 meter dijarangkan menjadi 4 x 5 meter. 13



Sisa tanaman jati setelah penjarangan ke II seluruhnya ditebang atau dipanen pada usia 15 s/d 20 tahun. Untuk Pasca panen yang perlu diperhatikan meliputi Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) Penerasan, (2) Inventarisasi tegakan, (



3)Teknik



penebangan,



(4)



arah



rebah



kayu



cara



menebang),



(5)Pembagian batang, dan (6) Penyaradan Perlakuan Pemotongan



pasca



panen



(3)Penyortiran,



jati



dan



meliputi



(1)Pemanenan



(4)Pengemasan



jika



(2)



diperlukan.



Perlakuan pasca panen jati bersifat tidak mengikat, jadi bisa diterapkan maupun tidak. Tergantung keadaan dan permintaan pasar. Petani jati rata-rata lebih banyak menjual hasil panen dalam bentuk jati gelondongan, meskipun ada beberapa yang menjualnya dalam bentuk olahan jadi. Dalam pemasarannya selain dalam bentuk kayu gelondongan juga ditemui berbentuk usuk-usuk dengan ukuran tertentu, berbentuk lemari, sofa, dan bentuk kerajinan kayu jati lainnya.



3.3. Pemasaran dan Analisis Usaha Tani Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu spesies pohon komersial yang memiliki nilai jual tinggi karena telah dikenal sebagai bahan baku plywood, lantai, furnitur dan kerajinan. Di pulau Jawa, sebagian besar pohon jati diproduksi oleh Perhutani. Sekitar 512 ribu m3 kayu jati dihasilkan oleh Perhutani pada tahun 2007 dan sebanyak 200 ribu m3 kayu jati kualitas menengah telah dijual oleh perusahaan ini. Selain Perhutani, ribuan petani juga menanam jati meskipun total produksinya tidak terdokumentasi dengan baik. Sensus perdagangan nasional tahun 2003 menunjukkan bahwa 80 juta pohon jati berada di lahan rakyat dan 25% diantaranya siap tebang. Kabupaten Gunung Kidul memiliki potensi yang sangat besar dalam industri kayu jati. Sebanyak 1.130.290 batang atau sekitar 50,8 m3 kayu jati dari Gunung Kidul diangkut dalam bentuk kayu bulat ke wilayah lain, sebagian besar ke Jepara untuk industri furnitur dan ke Rembang untuk bahan baku kapal.



14



Data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan DI Yogyakarta tahun 2007, menunjukkan luas hutan jati rakyat DIY sekitar 58.486,6 hektar dan separuhnya (29.230 hektar) berada di wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Luasan tersebut ditanami sekitar 19.211.715 batang pohon jati yang merupakan 70,4% dari seluruh pohon jati di DIY. Dalam rangka memenuhi kebutuhan kayu jati di Indonesia yang cukup besar, petani jati menghadapi berbagai kendala dalam mengelola tanaman jatinya agar menguntungkan. Kendala-kendala tersebut antara lain: (1) teknik silvikultur yang kurang memadai sehingga menghasilkan kualitas kayu yang rendah; (2) kurangnya modal sehingga petani mengalami kesulitan jika harus menunggu rotasi pertumbuhan pohon; (3) ketidakpahaman akan informasi pasar yang menyebabkan harga jual rendah Petani sering menjadi korban biaya transaksi yang seharusnya ditanggung oleh pedagang; (4) kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada petani. Misalnya saja, prosedur perijinan penebangan dan pengiriman yang dirancang untuk perusahaan kayu berskala besar diaplikasikan pada petani kecil, sehingga menimbulkan biaya tak terduga. Petani umumnya menjual kayu jati dalam bentuk pohon yang masih berdiri di lahan mereka. Informasi tentang jati yang akan dijual diperoleh para pedagang kayu dari perantara yang disebut sebagai makelar kayu. Setelah terdapat kesepakatan harga dan pedagang kayu membayar kepada makelar kayu, penebangan dilakukan oleh pedagang kayu jati. Sistem seperti ini memunculkan risiko yang cukup besar bagi petani dan pedagang. Petani kehilangan kesempatan mendapatkan harga jual yang lebih tinggi karena pembeli tidak melihat langsung ukuran pohon yang akan dijual, sedangkan pedagang berspekulasi dengan marjin keuntungannya karena pembayaran harus dilunasi sebelum pohon ditebang. Sementara itu pedagang masih harus menanggung biaya pengurusan dokumen yang tidak selalu sama di tiap desa serta biaya transaksi tak terduga lainnya. Dalam kajian alur pemasaran kayu jati, beberapa peran penting pedagang diidentifikasi sebagai berikut: 1. Sebagai fasilitator pencarian, bersama dengan makelar pedagang mencari pohon jati, untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan pasar. Pedagang akan melakukan survey ke lokasi pohon yang siap ditebang untuk menaksir harga pohon dan bernegosiasi dengan petani. Di samping itu, pedagang juga menghubungi para calon pembeli untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan kayu mereka dan harga penawaran pembeliannya. Dalam hal ini



15



pedagang benar-benar menjadi perantara produsen dan konsumen kayu jati dengan tujuan memperoleh keuntungan dari transaksi jual beli ini; 2. sebagai penyortir yaitu memilih kayu yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pedagang mengumpulkan kayu sesuai dengan tingkat kualitas yang sama untuk dijual ke konsumennya; 3. sebagai pendata contact person dalam saluran pemasaran. Petani tidak perlu menghubungi satu persatu pembeli kayu jati glondongan, tetapi cukup menghubungi makelar dan pedagang kayu, selanjutnya pedaganglah yang akan melakukan pencarian pembeli. Begitu juga sebaliknya, jika konsumen membutuhkan kayu maka pedagang akan dihubungi untuk mencarikan kayu yang sesuai dengan keinginannya. 4. Bilamana dilihat dari sisi nilai, ketiga peran tersebut merupakan kegiatan yang meningkatkan nilai produk (value-added activities) yang menyertai proses transformasi bentuk pohon ke kayu glondongan. Ketiga peran pedagang di atas melibatkan berbagai komponen biaya dengan bermacam-macam interaksi, yaitu komponen



penguasaan fisik,



kepemilikan,



promosi, negosiasi,



pembiayaan, penanggungan risiko, dan pembayaran yang semuanya memiliki beban biaya masing-masing. Di pihak pedagang, pada setiap alur pemasaran ada biaya yang dikeluarkan yang bersifat sunk cost atau tidak dapat dipulihkan lagi karena harga pohon ditawar, disepakati dan dilunasi sebelum pohon ditebang. Harga jual ke konsumen disesuaikan dengan penawaran pembeli karena konsumen pasti tidak akan mau menaikkan harga beli dan pedagang juga tidak bisa banyak menurunkan harga jual. Dalam hal ini muncullah biaya yang menjadi beban pedagang kayu. 5. Permasalahan lain adalah perbedaan biaya transaksi, misalnya ijin tebang berbeda antar satu desa dengan desa lainnya, ada desa yang mengikuti aturan dari dinas ada pula yang menggunakan aturan sendiri. Hal ini mengakibatkan pembebanan biaya tinggi pada pedagang. Biaya-biaya yang rentan ini masih ditambah biaya tak terduga lain yang meresahkan para pedagang, misalnya jika harus mengirim kayu ke luar propinsi.



16



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Stek pucuk adalah usaha perbanyakan tumbuhan secara vegetatif dengan cara menyemaikan pucuk pohon sehingga menjadi bibit yang siap tanam. Stek pucuk bisa menjadi alternatif dalam memenuhi kebutuhan bibit, karena bahan stek yang mudah didapat, namun begitu bukan berarti stek pucuk tidak ada kekurangannya. Salah satu kekurangan dari stek pucuk ini adalah diperlukannya pengetahuan dan keterampilan tentang penyetekan. Sebab dalam hal perlakuan tiap jenis pohon tidak sama akan teknik penyetekannya.



17



Kelebihan dalam stek pucuk ini yaitu tanaman yang di perbanyak memiliki karakteristik yang sama dengan induknya, juga peluang hidup yang lebih besar walaupun pertumbuhan akar terlambat. Sedangkan kekurangan dari stek pucuk ini yaitu kondisi media tanam dan peralatan yang digunakan harus dalam keadaan yang steril dan bersih. Polybag yang sudah di gunakan dalam sek pucuk ini tidak dapat di gunakan lagi karena kondisi media tanam yang sudah tidak steril.



DAFTAR PUSTAKA Aulia



Perdana,2011.



Pemasaran



Kayu



Jati.



Source:



http://kiprahagroforestri.blogspot.com/2011/01/memahami-rantai-perdagangankayu-jati.html. Diakses 14 Oktober 2012 Hendro, 2011. Analisis Biaya Budidaya Jati .source: analisa-biaya-per-hektar-jatisolomon.html. Diakses 14 Oktober 2012 Manurung, Ginting.2009. Wira Usaha Bibit Jati. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan



Sarjono, 2009. Budidaya Jati. Source : http//Cara Budidaya Pohon Jati /ApaKabar PSBG.htm. Diakses 14 Oktober 2012 Tanto, 2011. Budidaya Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hutan (Puslitbang-SDH) Perum Perhutani. Cepu



18



19