Bujang Kurap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang pemuda yang sangat tampan. Pemuda itu sedang dalam perjalanan dan menyempatkan diri untuk mampir di sebuah desa yang sangat makmur bernama Karang Panggung Lamo. Selain tampan, ternyata pemuda ini juga sakti mandra guna. Ia dapat malih rupa, mampu mengubah wajah nya yang tampan menjadi jelek, berbau tidak sedap, dan juga banyak kurap di sekujur tubuhnya. Sehingga orang yang melihatnya sering memanggilnya si Bujang Kurap. Ia melakukan hal tersebut untuk mencari orang yang tidak hanya menilai seseorang dari fisiknya saja. Namun, lebih dari sekedar fisik, bisa dari kebaikan hatinya dan kejujurannya. Suatu hari di Desa Karang Panggung Lamo, si Bujang Kurap pergi kesebuah acara pernikahan. Namun, ia sengaja ingin mengetes penduduk desa. Jadi, ia memutuskan untuk menjadi pemuda yang jelek, busuk, dan juga berkurap. Tentu saja, siapapun orang yang melihatnya akan langsung membencinya. Tidak terkecuali warga desa Karang Panggung Lamo. Saat si Bujang Kurap ingin menemui calon mempelai, warga desa tidak mengizinkannya, ada yang menghina, mengusir, bahkan ada yang meludahinya. Hal ini membuat si Bujang Kurap memutuskan untuk pergi dari desa tersebut. Namun, ia memberikan 1 syarat kepada warga desa. Barang siapa ada yang bisa mencabut lidi yang ditancapkannya ketanah, maka ia akan langsung pergi dari desa tersebut. Mendengar syarat yang diajukan oleh si Bujang Kurap, warga desa banyak yang tertawa dan langsung menyetujui persyaratannya. Warga memanggap hal tersebut tidaklah susah dan sangat gampang untuk dilakukan. si Bujang Kurap memanglah bukan orang sembarangan. Ilmu yang dimilikinya sangatlah tinggi. Setelah ia menancapkan sebatang lidi ke tanah, maka secara bergantian warga desa mencoba mencabut lidi tersebut dengan tujuan untuk mengusir si Bujang Kurap. Namun apa yang terjadi? Tidak ada satupun warga yang sanggup untuk mencabutnya. Hingga si Bujang Kurap berkata: “Kalian warga desa! Kalian hanya menilai orang dari fisiknya saja. bukan menilai seseorang dari hati nuraninya. Kalian sombong dan arogan. Kalian akan mendapatkan balasannya!” Bersamaan dengan itu si Bujang Kurap mencabut lidi yang ditancapkannya dengan sangat mudah. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Setelah lidi tersebut dicabut, maka lubang nya langsung mengeluarkan mata air yang sangat deras dan tidak berhenti-henti. Maka, desa Karang Panggung Lamo



tenggelam ditelan air dan saat ini desa tersebut berubah menjadi sebuah danau. Danau inilah yang kita kenal dengan Danau Rayo.



Dulu ade uhang bujang yang merantau ke daerah sumatra,bujang tu jak pulau sebrang.bujang tu singgah di doson yang kaye dan makmur,karang panggong lame tempatnye.bujang tu merantau kemane-mane tapi nye kini di doson tu,bujang tu belagak nian sehingga cewek-cewek nak nian bekenalan dengan nye dem tu selaen nye belagak dan ade ilmu nye pacak merubah diri nye menjadi jak nian banya kuhap dan bauk busuk.bujang kuhap tu tingggal di duma jande teu,jande tu mesara senang karena ade yang nolong-nolong nye,cak nyari pontong,ngangkat ayo,nyucinyuci pakain dll. Kenian kak nye keluo dengan merubah diri nye menjadi bujang kuhap yang busuk,dan anyo genes mau nye,jande tu dak tau kalo bujang belagak di duma nye tu ade ilmu yang pacak merubah diri nye jadi bujang kuhap dan jat mamu.bujang kuhap kaluo umah dengan rupe nye yang jat,nye ngarap kalu ade batine yang nak nerime nye dengan keadaan nye yang jat tu.uhang tau nye kuhapan,uhang ngire hetu penyakit uneannya,tapi sebenok nye tu ilmu nye be pacak mmerubah diri nye jadi jat.kenian kak nye pegi kaleho nak ngelek tempat rami-rami,sampai lah tempat rami disitu ade hang batunak,tapi sebelum nye datang uhang lah jijik ngelek nye,ngate nye,mehina meludah nye.hang dosong tu mintek nye pegi jauh-jauh jak doson tu,uhang takut gek panyeketnye tu nular,kanian kak bujang kuhap bapintek kalu nye nak pegi asal kan nurut pentean nye tu,hang doson tu mengabul kan pintean bujang kuhap tu.”hoi hang dosong sikak awak ade pintean deng kamu,kalu kamu pacak nyabut lidi yang awak tanam dem tu awak pegi jak doson kak’’,hang doson pun setuju dengan pintean bujang kuhap.



”payo kami nyobot nye lidi tu” kate hang dosong karang pangong lamo.bujang kuhap langsung ngambek lidi nio mude,sambel di bace-bace nye dem tu di tanam nye lidi tu di tengah-tengah doson,kate buajgn kuhap”payo kamu hang dosong sikak jabot lah kidi kak”.hang doson pun sikok-sikok gantian nyabut lidi tu,tapi dak katek yang te cabut dengan lidi tu,datang lah raje nye nak milu nyabut pulek,raje nye di doson tula yang terakhi nyabut lidi tu,tapi raje angkat tangan nye dak sanggup pulek,kenian kak bujang kuhap lah yang nyabut lidi tu,dan lidi tu tecabut disitu lah keluo mate ayo yang besok nian yang merampus doson tu.bujang kuhap dem tu pegi dak tau ke mane,nah rumah tempat nye tu dak terendam ayo,sampai jande tu meninggal rumah yang bekas ditempati bujang kuhap tu tumbuh lah SEMPUN BENGKUANG KONENG.



Dahulu ada seorang pemuda yang merantau ke daerah sumatra,pemuda itu berasal dari pulau seberang,pemuda itu mampir di desa yang kaya dan makmur,karang panggung lama tempanya.pemuda itu telah merantau kemana-mana,tapi dia sekarang mampir di desa karang panggung itu.pemuda itu sangat tampan sehingga cewek-cewek sangat ingin berkenalan dengan nya,selain dari dia tampan dan mempesoana dia mempunyai ilmu yang sangat sakti yang bisa merubah dirinya menjadi pemuda yang kurapan dan berbau busuk.pemuda itu tinggal di tempat janda tua,janda tua itu sangat senang karena pemuda itu sangat rajin,sering membantu seperti mencari kayu bakar,menyuci,mengakat air dll, Kemudia pemuda itu berniat untuk keluar rumah dan merubah diri nya menjadi pemuda kurapan dan bau busuk,janda tua itu tidak tahu kalau pemuda tampan mempunyai ilmu yang bisa merubah dirinya menjadi kurapan dan bau busuk,pemuda yang tampan dan telah merubah dirinya menjadi pemuda kurapan dan badan nya berbau busuk,pemuda itu berharap dengan dia keluar dengan keadan yang jelek,kurapan dak bau itu,ia dapat menemukan wanita yang bisa menerimanya,orang tahu dia kurapan dan orang mengira itu penyakit yang menimpa nya,tapi sebenar nya itu hanya ilmu dia yang dapat merubah dirinya menjadi kurapan dan bau. kemudian dia keluar rumah mencari tempat-tempat ramai,dan sampai lah dia di tempat ramai di acara pernikahan,akan tetapi sebelum dia sampai ketempat ramai orang-orang pada jijik dan menghinanya dan sampai meludahi pemuda kurapan itu,orang desa meminta pemuda itu pergi jauh-jauh ke luar dari desa panggong lamo itu.takut nantinya penyakit pemuda itu menular ke orang desa itu.kemudian pemuda itu memohon satu permintaan sebelum dia pergi,asal kan permohonannya dikabulkan oleh orang kampung itu,”hai orang desa sini aku meminta kalian untuk menjabut lidi yang ku tanam di tengah-tengah kampung ini,kemudian aku pergi dari desa ini”.orang kampung setuju dengan permohonan pemuda kurapan itu,”baiklah kami akan cabut lidi itu”orang desa meminta.pemuda itu pun mengambil daun lidi yang masih muda dan di baca mantra ny kemudian di tamankan lidi itu ditengahtengah kampung.setelah ditamana pemuda itu berkata ”hai waraga desa cabut lah lidi yang sudah kutanam ini,akan tetapi tidak satu orang pun dapat menyabut lidi itu,kemudian datang lah kepala kampung sana (kades) yang mencoba mencabut lidi



yang sudah di tanam itu.akan tetapi kepala kampung pun menyerah dia tidak sanggup mencabut lidi yang di pasang oleh pemuda itu,kemudian pemuda kurap itulah yang mencabut lidi yang di tanam nya itu dan pa yang terjadi,lidi tercabut kelauar lah mata air yang besar dan membanjirkan desa tersebut,dan rumah janda tua yang baik itu tidak terendam oleh air,sampai janda itu meninggal dan rumah yang dulunya juga ditempati oleh pemuda kurap kini menjadi serumpun BENGKUANG EMAS(KUNING) dan desa yang dulu dinamain KARANG PANGGUNG LAMO menjadi DANAU RAYO.



BUJANG KURAB (Legenda Danau Rayo) Zaman dahulu kala ada sebuah desa yang bernama Pagar Remayu, dan pada akhirnya berubah menjadi Karang Panggung. Dipimpin oleh empat orang kakak beradik, yaitu Seteguk Abang Mata, Rio Cinde, Raden Cili dan Bujang Teriti. Di antara keempat kakak beradik itu ada seorang yang mempunyai anak gadis luar biasa cantiknya. Yang bernama Putri Seruni. Sejak kecil telah di tinggal mati ibunya. Tak ada seorangpun yang berani melamar putri Seruni karena kecantikannya hingga Seruni tumbuh menjadi gadis dewasa. Karena kecantikannya membuat Raja tidak mengizinkan lelaki lain mendekatinya. Munculah niat baginda untuk mempersunting anaknya sendiri untuk dijadikannya permaisuri. “Aku nak kawin dengan putriku Hulubalang. Tolong kau restui aku” Kata Baginda suatu hari. “Jangan baginda, ini tidak pantas kita lakukan. Melanggar adat Baginda” kata Hulubalang meyakinkan.Tapi baginda masih bersikukuh untuk mengawini putrinya. Semakin dihalangi, semakin besarlah hasratnya. Suatu hari baginda pergi menemui seorang Sunan yang bijak di Palembang. Sang Raja bertanya kepada Sunan.



“Sunan, apabila ada orang yang menanam pisang, siapa yang berhak mengambil buahnya” Lalu jawab Sunan “Tentu orang yang menanamnya”. “Terima kasih Sunan aku telah mendapat jawabannya” Kata Raja dengan wajah berseri. Rajapun pulang dan mengabarkan kepada rakyatnya bahwa Sunan menyetujuinya. Akhirnya tersiarlah keseluruh pelosok negeri dan dipersiapkanlah pesta besar-besaran tujuh hari tujuh malam menjelang perkawinan Baginda dengan Putri Seruni anaknya. Di tengah keramaian pesta, tiba-tiba muncul seorang pemuda yang buruk rupa. Badanya penuh koreng yang menjijikan. Semua merasa jijik melihatnya. Si buruk rupa dihardik, bahkan dilempari dan dicaci maki. “Hai Bujang Kurap! Mengapa kau datang kemari? Tidak pantas orang seperti kau datang di pesta yang meriah ini” Kata seorang Hulubalang. “Kau dengar Bujang Kurap!! Pergi kau dari sini. Kami jijik melihat badanmu yang penuh kurap dan busuk!!” Akhirnya Bujang Kurap pergi ke pinggir dusun. Dilihatnya semua masyarakat pergi ke pesta Baginda. Hanya ada seorang nenek yang berdiam di rumah. Nenek Bengkuang namanya. Sang nenek sangat ramah menyambut kehadiran Bujang Kurap. “Nek, mengapa tidak pergi ke alun-alun? Bukankah di sana ada pesta besar?” “Nak, aku tidak suka dengan baginda. Adat mana yang memperbolehkan bapak menikahi anaknya?” Kata Si nenek. “Nek, aku lapar sekali, apakah nenek punya makanan” kata bujang kurap sambil memegang perutnya. “Aduh anak muda…, sejak pagi nenek belum makan. Di rumah nenek tidak ada makanan nak” “Jangan takut nek, lihatlah di situ sudah ada makanan untuk kita” Ajaib! tiba-tiba munculah hidangan yang lezat-lezat tergelar di tikar. ”Mari nek kita makan sama-sama”. Sang nenek makan bersama Bujang Kurap. Selesai makan, Bujang Kurap berpesan dengan nenek. “Nek, apakah nenek ada lidi kelapa hijau dan parang?” “Untuk apa anak lanang?”



“Aku akan membuat rakit dari aur kuning dan meraut tujuh helai lidi, nek. Apabila terjadi sesuatu, naiklah nenek di atas rakit yang akan kuikat di tiang pondok nenek”. Si nenek mengangguk mengerti. Tahulah nenek bahwa pemuda yang dihadapannya bukanlah pemuda sembarangan. Lalu Bujang Kurap menuju alun-alun tempat pesta setelah berpamitan dengan nenek Bengkuang. Sampai di tempat pesta, kembali Bujang Kurap ditendang, dilempari, diludahi dan di hardik disuruh pergi. Mendapatkan hinaan tersebut, naiklah darah Bujang Kurap. Di tancapkannyalah tujuh helai lidi itu ke tanah. “Hai!! Orang-orang sombong! Baik! Kalian boleh membunuh atau mengusirku dari sini. Setelah kalian berhasil mencabut lidi yang kutancapkan ini” Lalu Bujang Kurap menancapkan lidi tersebut dekat kakinya. Semua mentertawakan dan meremehkannya. Bergantian mereka mencabut lidi tersebut. “Aii!! Cak kepakam nian kau Bujang Busuk!. Hanya mencabut lidi? Ini kan permainan anak kecil” Kata salah seorang penggawal. Tapi tak satupun dari penduduk tersebut yang mampu mencabut lidi yang ditancapkan Bujang Kurap, semua menyerah. “Hai orang-orang sombong. Hanya mencabut lidi saja kalian tidak mampu” Kata Bujang Kurap. Lalu Bujang Kurap membanca mantranya; “Ping kecaping piring beling beruang hitam beruang putih embun semibar cabut lidi nyiur hijau” Dan “Hap!!” Apa yang terjadi? Tiba-tiba dari tempat lidi tertancap itu menyembur air yang sangat kencang. ”Tolooong....tolong....” Teriakan minta tolong datang dari mana-mana tak mampu menahan air yang keluar dari bumi begitu kencangnya. Sebentar saja panggung tempat keramaian karam. Dusun Remayu dan penduduknya tenggelam, Dusun yang maha luas berubah menjadi genangan air. Untuk mengenang kejadian tersebut dusun Remayu berubah menjadi desa Karang Panggung. Dan genagan air yang telah menenggelamkan dusun tersebut karena luasnya maka disebutlah Danau Rayo. Sementara itu, pondok tempat nenek Bengkuang terapungapung di tengah danau yang berubah menjadi rumput rumpai yang kekuning-kuningan



Sejak saat itu, pahamlah orang jika Bujang Kurap bukanlah manusia biasa. Usai menenggelamkan dusun Remayu, Bujang kurab raib entah kemana.*