5 0 1 MB
Tes Buta Warna Dan Penelusuran Minat Bakat Untuk Mengetahui Potensi Akademik Dan Non Akademik Pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Gunting, Gilangharjo, Pandak, Bantul Oleh: Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc. , Rahmad Setyo W Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN 1. Analisis situasi Dusun Gunting terletak di Gilangharjo,
Kecamatan
Pandak,
Kelurahan Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai macam potensi terutama dari sektor budaya. Salah satu upaya untuk meningkatkan potensi diri dalam anak adalah dengan melakukan tes buta warna dan penelusuran minat bakat guna mengetahui apakah anak memiliki cacat buta warna serta untuk mengetahui dan menelisik potensi, minat serta bakat yang dimiliki oleh anak. 1
Buta warna merupakan penyakit kelainan pada mata yang ditentukan oleh gen resesif pada kromosom
seks,
khususnya
terpaut
pada
kromosom X atau kondisi ketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya (Dhika, 2014). Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan
lain
yang
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu
(Mappiare,1982).
Sedangkan
Bakat
mengandung makna kemampuan bawaan yang masih bersifat potensial atau laten dan memerlukan pengembangan lebih lanjut (Ali, 2005). 2. Tujuan Mencari tahu apakah anak memiliki cacat buta warna atau tidak. Apabila ditemukan terdapat anak yang memiliki cacat buta warna maka akan ditindak lanjuti dengan melakukan penelusuran minat bakat guna mengetahui potensi serta minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa.
2
3. Manfaat Hasil dari pelaksanaan program dapat dijadikan acuan bagi wali murid dan pihak sekolah untuk mengasah dan meningkatkan potensi yang dimiliki oleh siswa.
B. METODE 1. Sosialisasi Sosialisasi pertama dilakukan bersamaan pelaksanaan sosialisasi program kerja kelompok KKN 187 yang bertempat di kediaman kepala Dukuh dusun Gunting. Selanjutnya sosialisasi kedua dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke pihak sekolah untuk meminta izin serta menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat program kerja yang akan dilaksanakan. 2. Demonstrasi Demonstrasi
dilaksanakan
dengan
menjelaskan ke pihak sekolah terkait media serta sistem pelaksanaan yang akan digunakan selama program kerja berlangsung.
3
3. Praktek Anak akan di tes menggunakan alat yang diberi
nama
buku
ishihara
dan
panduan
wawancara. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna
seperti
yang
dilihat
orang
normal
(Widianingsih, 2010).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan program tes buta warna dan penelusuran minat
bakat
dilaksanakan dengan
beberapa persiapan. Persiapan terkait tes buta warna dilakukan oleh rekan sesama penulis dengan menyiapkan buku isihara unuk mengetahui apa ada anak yang memiliki cacat buta warna. Sedangkan untuk persiapan penelusuran minat bakat dilakukan sendiri oleh penulis dengan mempersiapkan beberapa
4
pertanyaan dalam bentuk pertanyaan terbuka dan dirangkum dalam sebuah panduan wawancara. Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2018 di SDN Gunting dengan bantuan beberapa anggota tim KKN 187. Dengan total keseluruhan 63 anak dari kelas 4, 5, dan 6 didapati 2 orang anak yang mengalami cacat buta warna. Setelah proses tes buta warna selesai maka ditindak lanjuti dengan pelaksanaan penelusuran minat bakat pada tanggal 16 Agustus 2018 dengan melaksanakan wawancara dan didapati hasil yang nantinya akan ditulis dalam bentuk laporan dan diserahkan kepada pihak sekolah pada tanggal 20 Agustus 2018 agar dapat ditindak lanjuti pemberian laporan ke pihak wali murid.
D. PENUTUP 1. Kesimpulan Dari pelaksanaan tes buta warna dan penelusuran minat bakat ditemukan 2 anak yang mangalami cacat buta warna. Lalu dilanjutkan dengan penelusuran minat bakat baik dalam 5
bidang akademik dan non akademik yang mana kelak dapat dimunculkan dan menjadi potensi anak di masa depan. 2. Saran Pihak sekolah disarankan agar lebih memperhatikan perkembangan anak tidak hanya dalam
bidang
akademik
akademik.
6
tetapi
juga
non
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara. Dhika, Randy Viyata. 2014. Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Pada Smartphone Android. Jurnal Pseudocode. Vol. 1. ISSN 2355 – 5920. Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Jakarta : Usaha nasional. Widianingsih, Ratri. 2010. Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer. Jurnal Informatika Mulawarman. Vol. 5.
7
Lampiran
8
INTERVENSI DINI SEBAGAI LANGKAH UNTUK MENGETAHUI MASALAH BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI DUSUN GUNTING, GILANGHARJO, PANDAK, BANTUL Oleh: Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc. , Istiqomah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN 1. Analisis Situasi Gunting merupakan salah satu dusun yang berada di kelurahan Gilangharjo, Pandak, Bantul. Dusun Gunting memiliki jumlah penduduk banyak. Salah satunya adalah penduduk usia anak-anak dengan presentase 14,2 % dari jumlah penduduk di Gunting. Berdasarkan hasil observasi anak-anak mengalami masalah dalam pembelajaran. Terutama anak-anak yang berada pada usia Sekolah Dasar. Permasalahan yang dialami diantaranya adalah tinggal kelas, tidak mampu mengerjakan soal
9
penjumlahan atau pengurangan walaupun sudah diajarkan. Tidak bisa membedakan huruf baca Pendidikan adalah hak untuk semua orang. Begitu pula dengan anak-anak yang memiliki hambatan mendapatkan
belajar,
mereka
pendidikan
berhak
untuk
tanpa
harus
terdiskriminasi karena kemampuannya yang belum termaksimalkan, atau
bahkan karena ketidak
mampuannya dalam mengikuti pelajaran. Kesulitan belajar adalah mempunyai kesulitan dalam belajar, khususnya berbicara, mendengar, menulis, membaca (keterampilan mengenal kata dan memahami bacaan) dan matematika (Soetjiningsih, 2014). Berdasarkan hasil observasi awal, hambatan belajar menjadi salah satu permasalahan yang harus segera diselesaikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di dusun Gunting. 2. Tujuan Tujuan dari program ini adalah untuk melatih kader agar mampu melakukan intervensi dini hambatan belajar pada anak-anak di dusun Gunting 10
dan memberikan solusi yang tepat, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
B. METODE Metode yang digunakan dalam program ini adalah observasi, wawancara dan unjuk kerja. : 1. Ceramah untuk menjelaskan pada kader-kader yang telah dipilih tentang hambatan belajar pada anakanak di usia sekolah dasar. 2. Observasi digunakan untuk menemukenali atau melihat langsung perilaku dan cara menyelesaikan soal pada anak-anak. 3. Wawancara digunakan untuk melihat kemampuan membaca, menulis dan berhitung dasar pada anak. 4. Tes unjuk kerja digunakan untuk melihat bagaimana kemampuan anak dalam mengerjakan soal yang diberikan dan cara menjawabnya (Ginanjar 2008).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan program intervensi dini dilakukan pada tanggal 4, 11, 12 dan 17 Agustus 2018. Tahapannya meliputi 1) penjelasan hambatan belajar 11
dan intervensi dini; 2) pelatihan intervensi dini; 3) praktik asesmen intervensi dini; 4) pemberian solusi belajar dan 5) penyebaran pelatihan. Tahap pertama yaitu pencarian kader yang tepat untuk pelatihan intervensi dini. Harapannya melalui kader pelatihan intervensi dini pada hambatan belajar ini akan lebih mendalam sehingga dapat ditularkan pada ibu-ibu yang lainnya. Kader yang digunakan sebanyak 20 orang dengan dibangi menjadi 2 kelompok agar lebih efektif. Setiap kader yang telah dipilih diajarkan tentang hambatan belajar. Materi yang diberikan meliputi faktor penyebab hambatan belajar, jenis-jenis hambatan belajar yaitu : 1) gangguan motorik dan persepsi; 2) kesulitan belajar kongnitif; 3) gangguan perkembangan bahasa; 4) kesulitan dalam penyesuaian perilaku; 5) kesulitan belajar akademik membaca; 6) kesulitan belajar akademik menulis; dan 7) kesulitan belajar akademik menghitung (Hallahan, 2009). Tahap kedua kader yang telah dipilih diajarkan untuk melakukan intervensi dini pada anak yang diduga mengalami hambatan belajar. Contoh kasus yang 12
digunakan adalah menggunakan contoh dari pengabdi. Pada tahap ini kader bersama pengabdi mempraktikkan materi yang telah didapat dimulai dari tahapan yang paling mudah yaitu intervensi dini pada bidang akademik membaca menulis dan berhitung. Pada tahap ini para kader lebih ditekankan untuk mengetahui teknik-teknik untuk mengetahui kesalahan dalam belajar anak, seperti bagaimana cara anak menjawab pertanyaan, menulis dan membaca. Hasil dari latihan ini dievaluasi bersama-sama untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam contoh yang diberikan. Tahap ketiga didatangkan anak yang memiliki hambatan belajar untuk dilakukan praktek asesmen bersama. Tahap ini kader diberi kesempatan untuk melakukan observasi dan pengetesan. Tahap ini dibutuhkan kejelian yang baik untuk mengetahui hambatan belajar pada anak. Hasilnya dievaluasi bersama untuk mengetahui ketepatan dari hasil intervensi dini yang telah dilakukan. Tahap selanjutnya kader diajarkan untuk memberikan solusi atau
13
mengatasi masalah dari hasil intervensi dini yang telah dilakukan. Tahap ke empat, para kader diminta untuk melakukan penyebaran pelatihan, artinya kader yang telah diberikan pelatihan diberikan kesempatan untuk membagikan ilmu yang dimilikinya kepa ibu-ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar ataupun usia menengah.
D. PENUTUP 1. Kesimpulan Dusun Gunting sudah memiliki kader pada setiap RT yang siap untuk melakukan intervensi dini dan solusi terhadap anak yang diduga mengalami hambatan belajar pada sekolah dasar untuk meningkatkan kulitas pendidikan ditempat tersebut. 2. Saran a. Masyarakat
dapat
melanjutkan
program
intervensi dini yang telah dilakukan. b. Aparat dusun membantu keberlanjutan program setelah pelaksanaan intervensi dini.
14
DAFTAR PUSTAKA Ginanjar, A. 2008. Menjadi Orang Tua Istimewa. Jakarta : Dian Rakyat. Hallahan,D.P., Kauffman, J.M. & Pullen, P.C. (2009). Exceptional Learners An Introduction to Special Education. New York: Pearson. Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak, Edisi 2. Jakarta: EGC.
15
LAMPIRAN
(Pelaksanaan program intervensi dini pada kader)
16
PEMBUATAN HERBARIUM UNTUK PENGEMBANGAN PENGETAHUAN BIOLOGI ANAK-ANAK DUSUN GUNTING Oleh: Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc. , Arwindina Cahya T Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN 1. Analisis Situasi Dusun Gunting yang terletak di Kabupaten bantul
merupakan
dusun
yang
memiliki
keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang cukup tinggi. Keanekaragaman
tumbuh-tumbuhan ini
menimbulkan gagasan untuk membuat herbarium, guna mengetahui manfaat dari tumbuh-tumbuhan serta
mendokumentasikan
keanekaragaman
tumbuhan yang ada. Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”,
artinya 17
kebun
botani
yang
dikeringkan. Herbarium adalah koleksi spesimen yang telah
dikeringkan,
biasanya
disusun
berdasarkan sistem klasifikasi. Pengertian kedua dari
herbarium
adalah
spesimen
(koleksi
tumbuhan), baik koleksi basah maupun kering. Spesimen kering pada umumnya telah ditekan menggunakan alat pres dan dikeringkan, serta ditempelkan pada kertas (kertas mounting), diberi label berisi keterangan yang penting dan sulit dikenali secara langsung dari spesimen kering tersebut, diawetkan serta disimpan dengan baik ditempat penyimpanan yang telah disediakan. Spesimen basah yaitu koleksi yang diawetkan dengan menggunakan larutan tertentu, seperti FAA (Formalin Aseto Alkohol) atau alkohol (Majid, 2013). Berdasarkan hasil pengamatan lingkungan di sekitar Dusun gunting, keanekaragaman tumbuh-tumbuhan
yang
ada
perlu
didokumentasikan guna mengetahui manfaat dari tumbuhan tersebut.
18
2. Tujuan Menambah pengetahuan anak-anak Dusun Gunting tentang biologi melalui pembuatan herbarium dan identifikasi tumbuhan 3. Manfaat Hasil program kerja ini diharapkan dapat menambah pengetahuan biologi anak-anak Dusun Gunting
B. METODE 1. Sosialisasi Sosialisasi pertama dilakukan bersamaan pelaksanaan sosialisasi program kerja kelompok KKN 187 yang bertempat di kediaman kepala Dukuh Dusun Gunting. 2. Demonstrasi Demonstrasi menjelaskan
dilaksanakan
kepada
anak-anak
dengan mengenai
herbarium serta prosedur pembuatan herbarium. 3. Praktek Praktek dilaksanakan setelah sosialisai berlangsung. Masing-masing anak diminta untuk 19
mencari beraneka ragam tumbuh-tumbuhan serta perlengkapan
pembuatan
herbarium
seperti
selotip dan pensil, selebihnya alat pemotong seperti gunting dan cutter telah disediakan oleh mahasiswa KKN.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi (Bridson, 1992). Fungsi herbarium secara umum antara lain: 1) Sebagai pusat referensi atau sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli. 2) Sebagai lembaga dokumentasi atau koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru. 3) Sebagai
pusat
penyimpanan
data
(Pujariyanto, 1996). Melihat keanakeragam tumbuh-tumbuhan yang ada,
maka
dirancanglah 20
program
pembuatan
herbarium. Program kerja ini termasuk program kerja fisik yang direncanakan sebanyak 6x pertemuan akan tetapi terlaksana sebanyak 8x pertemuan. Pembuatan herbarium diawali dengan mencari tumbuh-tumbuhan yang akan dibuat herbarium kemudian menempelkannya pada kertas karton yang kemudian dikeringkan selama 2 minggu. Tumbuhan yang dicari meliputi jenis bunga-bungaan, pakupakuan, dan dedaunan dari pohon besar. Kegiatan selanjutnya adalah identifikasi tumbuhan dan juga penulisan manfaat dari tumbuhan tersebut. Jenis tumbuhan yang dapat teridentifikasi berjumlah 7 tumbuhan dan yang belum teridentifikasi berjumlah 4 tumbuhan. Tumbuhan yang berhasil teridentifikasi yaitu Waru (Hibiscus tiliaceus), Puring, Pare (Momordica charantia L.), Tembelekan/Cente Manis (Lantana camara), Yodium (Jatropha multifida), Sonokeling, Pancasuda (Cecropia peltata). Setelah dilakukan identifikasi dan penulisan manfaat, maka dilakukan
proses
laminating
dan
pemasangan
gantungan kunci. Proses laminating dan pemasangan gantungan
kunci
ini 21
dilakukan
sendiri
oleh
mahasiswa, dikarenakan hasil yang didapat akan lebih rapi dan juga aman.
D. PENUTUP 1. Kesimpulan Pelaksanaan Pembuatan herbarium dan dokumentasi tumbuhan sekitar Dusun Gunting mendapat sambutan yang baik dari anak-anak. Berdasarkan hasil pencarian tumbuhan di sekitar diperoleh sebanyak 7 tumbuhan yang sudah teridentifikasi dan 4 tumbuhan yang belum teridentifikasi.
Lalu
dilanjutkan
dengan
menjelaskan manfaat tumbuhan yang sudah teridentifikasi. Dengan pelaksanaan program herbarium ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan anak-anak terkait biologi dengan mengetahui fungsi dari tumbuhan dan manfaatnya 2. Saran Pembuatan herbarium dan dokumentasi tumbuhan
lebih
memperhatikan
penempelan dan pengeringan. 22
teknik
DAFTAR PUSTAKA Bridson, D and L. Forman. 1992. The Herbarium Handbook. 2 nd. Royal Bontanic Garden. Kew. Majid, D. dan Sunarti, M. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Herbarium Pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi 2(1): 196 Pujariyanto, A. 1996. Teknik Herbarium dan Pengelolaan Herbarium.
Makalah
Lokakarya
Taksonomi
Tumbuhan. HEDS PROJECT – FMIPA Universitas Bengkulu. Sigh, G. 1999. Plant Systematics. Science Publisers, Inc, United States of America
23
Lampiran
24
PELATIHAN PEMBUATAN SAPUTANGAN DENGAN TEKNIK IKAT CELUP/JUMPUTAN UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc. , Erika Tianisa Wahyu P Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN 1. Analisis situasi Dusun Gilangharjo,
Gunting
terletak
Kecamatan
di
Pandak,
kelurahan Kabupaten
Bantul memiliki banyak potensi terutama dari sektor kebudayaan. Salah satu kebudayaan yang ada di dusun Gunting dan telah diakui oleh UNESCO adalah batik. Batik adalah kebudayaan yang memiliki seni tinggi. Dusun Gunting merupakan sentra pembuatan batik tulis dan lukis (wikipedia.org). Selain batik, di dusun Gunting juga mulai memproduksi blangkon dengan skala rumahan dan mulai merambah pasar internasional
25
serta memproduksi tas yang di pasarkan khusus ke pulau Bali. Tim penulis telah melakukan kegiatan yang dirasa memiliki manfaat bagi siswa-siswi dan masyarakat, yaitu pelatihan pembuatan sapu tangan dengan teknik ikat celup/jumputan untuk siswa sekolah dasar yang diharapkan dapat membantu siswa-siswi dan bapak ibu guru baik dalam sektor pendidikan maupun ekonomi melalu penciptaan suatu produk tekstil dengan teknik ikatcelup/jumputan. 2. Tujuan Mengenalkan dan melatih anak-anak dusun Gunting membuat sapu tangan menggunakan teknik ikat celup/jumputan untuk menambah wawasan dan pengetahuan anak-anak. 3. Manfaat Sebagai bekal siswa-siswi untuk dapat berinovasi menciptakan produk baru yang belum ada di dusun Gunting celup/jumputan.
26
dengan teknik ikat
B. METODE 1. Sosialisasi Sosialisasi
dilakukan
dengan
melaksanakan presentasi yang berisi materi sistem, bahan-bahan dan cara pembuatan kepada siswa-siswi kelas 5 SD N Gunting yang berjumlah
24
siswa.
Lalu
dilanjutkan
pembahasan dari KKN 187 UNY secara lisan. 2. Praktek Praktek dilangsungkan setelah sosialisasi berlangsung. Masing-masing siswa diberikan 1 lebar kain berukuran 30cm x 30cm serta perlengkapan pembuatan ikat celup/jumputan.
C. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Pelatihan pembuatan sapu tangan dengan teknik ikat celup/jumputan diawali pada tanggal 5 Agustus 2018 mempersiapkan segala alat dan bahan yang dibutuhkan seperti membeli kain, baskom .Pada tanggal 13 Agustus 2018 menyerahkan surat izin pelaksanaan ke SD N Gunting, Kemudian pada tanggal
15
Agusus
2018 27
dilanjutkan
dengan
mempersiapkan bahan-bahan lain seperti membeli pewarna teksil dan kebutuhan yang lain. Pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2018 pukul 11.00 WIB dilaksanakan pelatihan pembuatan sapu tangan dengan teknik ikat celup/jumputan untuk siswa sekolah dasar yang berlokasi di SD Negeri Gunting yang dihadiri 24 siswa. Awal pelaksanaan dimulai
dengan
celup/jumputan
menjelaskan dan
apa
apa
itu
perbedaan
ikat ikat
celup/jumputan dengan batik, alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan, bagaimana cara membuat, dan memberikan beberapa contoh motif yang bisa diterapkan diatas kain yang akan di buat saputangan. Dilanjut dengan praktik pembuatan saputangan, masing-masing siswa diberi 1 lembar kain putih berukuran 30cm x 30cm dan beberapa karet gelang. Kemudian masing-masing siswa menggambar pola diatas kain dengan menggunakan pensil, setelah pola masing-masing siswa sudah jadi kemudian di tali dengan karet gelang dan dibantu oleh tim KKN 187. Kemudian selanjutnya proses mewarna, dalam proses ini secara bergantian masing-masing siswa mewarna 28
saputangan dengan menggunakan pewarna tekstil yang sudah disiapkan oleh tim KKN. Setelah proses pewarnaan selesai kemudian melepas karet yang ada dikain, dan akhirnya
pada pukul 13.30 praktek
pembuatan saputangan ikat celup/jumputan telah selesai, siswa-siswi antusias mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan saputangan ikatcelup/jumputan dan kegiatan ditutup dengan foto bersama dan berdoa.
D. PENUTUP 1. Kesimpulan Program pembuatan sapu tangan dengan teknik ikat celup/ jumputan telah terlaksana, siswasiswi kelas 5 SD Negeri Gunting telah memahami cara membuat sapu tangan dengan teknik ikat celup,
masing-masing
siswa
juga
telah
mempraktikkan membuat sapu tangan. 2. Saran a. Persiapan waktu pelaksanaan harus dilakukan jauh-jauh hari agar tidak berbenturan jam pelajaran yang ada disekolah
29
b. Diharapkan selepas kegiatan pelatihan ini berakhir siswa-siswi dapat menyerap ilmu yang didapat.
30
DAFTAR PUSTAKA http://www.artikelsiana.com/2015/09/pengertian-senikriya-fungsi-macam.html# Widi, 1998. Modul Tekstil . SMK Negeri 1 Kalasan https://id.wikipedia.org/wiki/Gilangharjo,_Pandak,_Bant ul
31
Lampiran
(Pelaksanaan program individu)
32
PELATIHAN PEMANFAATAN KAIN PERCA DENGAN METODE KREASI KERUT YOYO SEBAGAI PELUANG USAHA AKSESORIS KELOMPOK PKK DUSUN GUNTING Oleh: Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc. , Zulfa Ash Habul Jannah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN 1. Analisis Situasi Dusun
Gunting
terletak
di
Kelurahan
Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, merupakan sebuah Dusun yang terkenal dengan industri rumah tangganya yaitu industri batik dan blangkon. Mayoritas penduduk Dusun Gunting berprofesi sebagai pengusaha batik dan blangkon. Bahkan ada pula warga yang berprofesi sebagai pengusaha tas yang berbahan dari kain perca. Beberapa hal tersebut membuktikan bahwa warga Dusun Gunting merupakan warga yang kreatif dalam menciptakan suatu produk yang benilai jual. Namun, 33
warga yang berprofesi sebagai buruh tani dan perkebunan dan bahkan yang belum bekerja pun juga masih sering ditemui di Dusun Gunting. Oleh sebab itu, tim penulis pun melakukan kegiatan yaitu pelatihan pemanfaatan kain perca dengan metode kreasi kerut yoyo pada kelompok PKK Dusun Gunting
yang
diharapkan
dapat
membantu
meningkatkan produktivitas warga dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari analisis situasi yang ada di Dusun Gunting, salah satu limbah yang dihasilkan oleh industri batik dan blangkon adalah kain perca. Kain perca merupakan kain sisa atau limbah pembuatan pakaian atau barang tekstil lainnya dalam bentuk potongan-potongan kain kecil. Sebuah pelatihan yang tidak membutuhkan modal yang banyak, metode yang digunakan yaitu kerut yoyo merupakan metode yang sangat mudah dilakukan, dan tentunya hasilnya dapat bernilai jual tinggi. Sehingga dengan adanya pelatihan tersebut, diharapkan dapat membantu warga yang belum bekerja dan dapat meningkatkan kreativitas warga Dusun Gunting. 34
2. Tujuan Tujuan diadakannya pelatihan pemanfaatan kain perca dengan metode kerut yoyo sebagai peluang usaha
aksesoris
adalah
untuk
memberikan
ketrampilan kepada peserta sehingga dapat digunakan untuk penghasilan tambahan untuk dirinya sendiri ataupun
keluarganya.
Selain
itu
juga
untuk
meningkatkan produktivitas dan kreativitas. 3. Manfaat Sebagai
pengetahuan
dasar
warga
Dusun
Gunting dalam menciptakan lapangan usaha dengan memanfaatkan limbah industri rumah tangga yang ada di Dusun Gunting yaitu kain perca.
B. METODE Metode
yang
digunakan
pada
pelatihan
pemanfaatan kreasi kain perca dengan metode kerut yoyo sebagai peluang usaha aksesoris kelompok PKK Dusun Gunting adalah dengan praktik secara langsung dalam pembuatan aksesoris. Pada tahap persiapan, metode yang digunakan adalah dengan sosialisasi kepada masyarakat lewat perkumpulan Ibu-Ibu PKK di 35
dusun Gunting yang selanjutnya diberikan undangan secara personal kepada 10 orang perwakilan tiap RT untuk dapat menghadiri acara pelatihan tersebut. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, metode yang digunakan adalah dengan penjelasan awal mengenai peluang usaha yang akan tercipta dan cara membuat kreasi kerajinan tangan lalu kemudian peserta mulai mepraktikannya sesuai dengan kreativitas masingmasing. Pada tahap akhir, metode yang digunakan adalah dengan memberikan suatu souvenir berupa jepit rambut dari kreasi kerut yoyo sebagai salah satu contoh hasil jadi yang akan dipasarkan, kemudian memberikan sedikit informasi mengenai cara pemasaran dan teknik pemasaran yang tepat untuk kreasi kerajinan kerut yoyo.
C. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pelatihan pemanfaatan kreasi kain perca dengan metode kerut yoyo sebagai peluang usaha aksesoris kelompok PKK Dusun Gunting dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2018 bertempat di Sanggar Tunas Budaya RT 03 atau lebih tepatnya di posko KKN 36
UNY. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 20.00 WIB dengan jumlah peserta 28 orang dari 40 tamu yang diundang. Kegiatan pelatihan ini terbagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir atau finishing. Tahap persiapan adalah tahap yang dilakukan sebelum dilakukannya kegiatan, yaitu menyiapkan bahan yang diperlukan seperti kain perca, jepit rambut, peniti bros, bandana, gunting kain, benang, jarum jahit, cetakan lingkaran dengan berbagai ukuran dan lem tembak. Setelah semua bahan tersedia, langkah selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Langkah
pertama
adalah
membuat
pola
lingkaran-lingkaran dengan berbagai ukuran pada kain perca dengan menggunakan cetakan yang dapat berupa mangkuk, gelas, selotip, atau benda apapun yang memiliki bidang datar lingkaran. Setelah membuat berbagai macam ukuran pola lingkaran, langkah selanjutnya adalah memotong pola tersebut dengan menggunakan gunting kain. Lalu langkah selanjutnya adalah membuat kreasi yoyo, yaitu dengan jarak melipat ke dalam sedikit bagian pinggiran kain 37
kemudian menjelujur pinggiran kain yang sudah dilipat tadi dengan menggunakan benang dan jarum. Setelah selesai menjelujur bagian pinggiran kain, langkah selanjutnya adalah menarik hasil jelujuran pada lingkaran tersebut. Maka akan terbentuk kerutan yang berbentuk lingkaran. Setelah dikerut, maka jahitan dikunci dengan jahit paten agar jahitan tahan lama dan tidak mudah lepas. Setelah selesai maka produk yang sudah dibuat tersebut lalu dikemas dengan plastik kemas dan kemudian siap dipasarkan.
D. HASIL Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah masyarakat Dusun Gunting khususnya Ibu-Ibu PKK mendapatkan
pelatihan
ketrampilan
berupa
pemanfaatan kain perca.
E. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di
atas, pelatihan
pemanfaatan kain perca dengan metode kreasi kerut yoyo sebagai peluang usaha aksesoris kelompok PKK Dusun Gunting dapat meningkatkan produktivitas dan 38
kreativitas
warga.
Serta
menambah
pemasukan
pendapatan bagi rumah tangga peserta pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA https://www.fesyendesign.com/2018/03/09/mengenalkerajinan-kain/perca/ diakses pada tanggal 29 Agustus 2018 pukul 20.05 WIB. https://www.scribd.com/dosument/327194576/Apa-ItuKain-Perca diakses pada tanggal 29 Agustus 2018 pukul 20.10 WIB. Widjiningsih. 1998. Lenan Rumah Tangga. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
39
LAMPIRAN
40
PENANAMAN BUDI PEKERTI LUHUR PADA SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI CERITA INSPIRATIF Oleh: Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc. , Jati Suseno Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN Dusun Gunting yang terletak di kelurahan Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, merupakan daerah dataran tinggi dengan penduduk yang ramah dan menjunjung tinggi adat istiadat orang jawa. Namun kurangnya sarana pendidikan agama dan kuatnya pengaruh negatif pergaulan bebas hendaknya perlu diwaspadai. Dua alasan tersebut mendasari saya untuk melaksanakan program individu KKN dengan tema Penanaman Budi Pekerti Luhur Pada Siswa Sekolah Dasar. Penanaman budi pekerti luhur khususnya pada siswa sekolah dasar dan umumnya bagi semua warga negara adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan. Negara bisa runtuh karena 41
pejabat pemerintah atau karena rakyatnya berprilaku tidak
bermoral.
Prilaku
tidak
bermoral
akan
memunculkan kerusakan, kerusuhan, penyimpangan dan dampak negatif lainnya yang dapat menyebabkan kehancuran suatu bangsa. Untuk itu perlu ditanamkan budi pekerti luhur sejak dini. Tujuan dari program individu KKN ini adalah terwujudnya manusia Indonesia
yang bermoral,
berkarakter, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur yang juga merupakan tujuan dari pembangunan manusia Indonesia yang kemudian di implementasikan ke dalam tujuan pendidikan nasional. Manfaat dari program ini adalah siswa sekolah dasar memiliki budi pekerti luhur, mampu membedakan hal yang baik dan hal yang tidak baik, mengambil hal yang baik untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan menolak hal-hal yang tidak baik yang bisa merugikan diri sendiri, orang lain, nusa dan bangsa.
42
B. METODE Metode yang digunakan dalam penanaman budi pekerti luhur ini adalah dengan pemutaran film inspiratif,
mendongeng
dan
bercerita
yang
dilaksanakan di kelas bekerja sama dengan SD Gunting dan di sanggar belajar dengan menyisipkan nilai-nilai budi pekerti luhur saat anak-anak belajar dan bermain di
sanggar
belajar,
dan
dilanjutkan
dengan
pendampingan parentingpada orang tua peserta didik agar mengarahkan anak-anaknya untuk menerapkan nilai-nilai budi pekerti luhur di lingkungan keluarga.
C. PEMBAHASAN DAN HASIL Pengertian pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar yang dilakukan dalam rangka menanamkan dan menginternalisasikan nilai-nilai moral kedalam sikap dan prilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam/ lingkungan.
43
Tujuan pendidikan budi pekerti adalah untuk mengembangkan nilai,sikap dan prilaku peserta didik yang memancarkan akhlak mulia/ budi pekerti luhur. Hal ini mengandung arti bahwa dalam pendidikan budi pekerti nilai-nilai yang ingin dibentuk dan ditanamkan adalah nilai-nilai akhlak mulia kedalam diri peserta didik yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya. Berkaitan dengan implementasi strategi pendidikan budi pekerti secara teknis dilakukan melalui 4 kegitan yaitu : 1. Pemutaran film inspiratif di sekolah Lokasi
: ruang kelas 6 SD Gunting
Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Agustus 2018 Waktu
: 09.00- 13.00 WIB
Sasaran
: siswa kelas 6
Judul Film
: Gadis Pemerah Susu
Media
: LCD
2. Penanaman nilai budi pekerti luhur di sanggar belajar Lokasi
: Posko KKN 187
Tanggal
: 3 sampai 25 Agustus 2018
Waktu
: 13.00-16.00 WIB 44
Sasaran
: Anak-anak SD yang belajar dan bermain di sanggar belajar
Media
: Buku cerita, dongeng dan alat tulis
3. Parenting/ pendampingan pola asuh keluarga Lokasi
: Rumah warga
Tanggal
: 13 Agustus 2018
Waktu
: 13.00-17.30 WIB
Sasaran
: ibu-ibu warga dusun Gunting
Metode
:Penyuluhan/Ceramah
4. Penanaman budi pekerti luhur di TPQ Himmatul ‘Aliyyah. Lokasi
: Rumah bapak Ratno RT 03
Tanggal
: 15 sampai 25 Agustus 2018
Waktu
: 15.30-17.30 WIB
Sasaran
: Anak-anak dan remajadusun Gunting
Metode
: bercerita
45
D. PENUTUP 1. Kesimpulan Program unggulan individu KKN ini terlaksana dengan baik dan memuaskan dengan hasil anakanak peserta didik mempunyai moral yang baik, etika yang baik, karakter yang baik dan berbudi pekerti luhur, indikator keberhasilanya adalah anakanak mampu membedakan hal yang baik dan hal yang tidak baik, tumbuh sikap menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, berbudaya rapi, berbicara santun. 2. Saran Penanaman budi pekerti luhur hendaknya diawali dari lingkungan keluarga. Orang tua hendaknya memberikan teladan yang baik pada anak-anaknya dan mendorong anak untuk mengikuti kegiatan
TPQ
mendapatkan
agar ilmu
anak agama
semakin yang
diajarkan nilai-nilai budi pekerti luhur.
46
banyak
didalamnya
DAFTAR PUSTAKA
Hasan oetomo, 2012, Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti, Prestasi Pustakaraya, Jakarta. A.Thabrani Rusyan,dkk, Pendidikan Budi Pekerti, PT. Intemedia Cipta Nusantar, Jakarta. Muchlas Samani dan Hariyanto, 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Remaja Rosdakarya, Bandung.
47
LAMPIRAN
48
PENDAMPINGAN TURNAMEN BOLA VOLI DAN PENGADAAN PRASARANA BOLA VOLI Oleh: Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc. , Mu’arif Khoirul Latif Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN 1. Analisis situasi Dusun Gunting, Gilangharjo, Pandak, Bantul memiliki potensi yang berkaitan dengan olahraga. Hal itu ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas yang berkaitan dengan olahraga seperti, sepak bola, futsal dan bola voli. Untuk ibu-ibu sendiri juga terdapat senam rutin setiap selasa malam. Untuk pemuda setiap sore juga melakukan aktivitas olahraga yaitu dengan bermain bola voli di SD N Gunting. Menurut
penjabaran
di
atas,
penulis
memutuskan untuk melakukan pendampingan serta membuat prasarana untuk terlaksananya aktivitas olahraga yaitu bola voli dengan menggandeng pemuda untuk terlaksananya kegiatan tersebut. 49
Penulis
berharap
dengan
adanya
pendampingan dan pembuatan prasarana bola voli dapat memberikan pengetahuan tentang sistematis pelaksanaan turnamen serta menyediakan tempat untuk kegiatan olahraga. Selain itu kegiatan tersebut diharapkan dapat menampung dan menyalurkan minat bakat pemuda dan masyarakat Dusun Gunting, Gilangharjo, Pandak, Bantul. 2. Tujuan Tujuan pendampingan turnamen bola voli dan pengadaan prasarana bola voli adalah untuk memberikan
pengetahuan
tentang
sistematis
pelaksanaan turnamen yang baik dan benar serta menyediakan
tempat
untuk
menyalurkan minat bakat
menampung
dan
masyarakat Dusun
Gunting. 3. Manfaat Manfaat dari program kerja Pendampingan Turnamen Bola Voli dan Pengadaan Prasarana Bola Voli adalah memberikan pengetahuan kepada pemuda dan masyarakat Dusun Gunting mengenai cara sistematis pelaksanaan turnamen bola voli yang 50
baik dan benar sehingga masyarakat Dusun Gunting untuk ke depannya dapat melaksanakan turnamen yang lebih besar.
B. METODE 1. Sosialisasi Sosialisasi dilakukan dengan cara mengikuti aktivitas olahraga berupa permainan bola voli di SD N Gunting, selanjutnya menyampaikan program kerja yang akan penulis lakukan. Selain itu penulis melakukan kerjasama dengan pemuda di Dusun Gunting untuk mengadakan prasarana serta lomba bola voli. 2. Praktek Penulis ikut serta dalam pencarian peserta turnamen dan pembagian tim dalam grup. Penulis juga berpartisipasi langsung dalam turnamen bola voli sebagai peserta. Pendampingan turnamen dilakukan dengan cara membagi dalam dua grup yaitu grup A dan grup B dimana masing-masing grup terdiri dari 5 tim.
51
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Permainan Bola Voli adalah salah satu cabang olahraga yang dimainkan oleh 2 (dua) regu, masingmasing regu berjumlah 6 (enam) orang bertujuan untuk menjatuhkan bola ke daerah lawan, dengan maksud dan tujuannya dapat menjatuhkan bola ke dalam petak lapangan lawan dan untuk mencari kemenangan dalam bermain. Menurut persatuan bola voli seluruh indonesia (2004-2008 : 7) “bola voli adalah olah raga yang di mainkan oleh dua tim dalam setiap lapangan dengan dipisahkan oleh sebuah net”. Tujuan dari permainan adalah melewatkan bola di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lawan. Setiap tim dapat memainkan tiga kali pantulan untuk mengembalikan bola. Pelaksanaan pendampingan turnamen bola voli dilaksanakan di lapangan mini di samping posko KKN pada : 1. Babak penyisihan grup Hari Selasa,31 Juli 2018 - Kamis, 9 Agustus 2018 dari jam 19.30-22.00 WIB
52
2. Babak semifinal Hari Selasa, 14 Agustus 2018 – Rabu, 15 Agustus 2018 dari jam 19.30-22.00 WIB 3. Babak final Hari Kamis, 16 Agustus 2018 dari jam 19.30-22.00 WIB D. PENUTUP 1. Kesimpulan Kegiatan pendampingan turnamen bola voli dan pengadaan prasarana bola voli memberikan pengetahuan
tentang
sistematis
pelaksanaan
turnamen yang baik dan benar serta menyediakan tempat untuk menampung dan menyalurkan minat bakat masyarakat Dusun Gunting. Kegiatan yang penulis lakukan mendapatkan respon yang positif dari masyarakat Dusun Gunting terlihat dari antusias peserta turnamen dengan 10 (sepuluh) tim yang mengikuti turnamen.
53
2. Saran Waktu penyelenggaraan lomba sesuai jadwal pertandingan sehingga selesainya pertandingan tidak terlalu larut malam.
54
DAFTAR PUSTAKA https://www.jatikom.com/2017/07/pengertian-bolavoliperaturanukuranseja.html http://pengertianmenurut.blogspot.com/2015/10/pengerti an-bola-voli-menurut-para-ahli.html https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kompetisi
55
LAMPIRAN
56
PERMAINAN SEMAI (SEMBILAN NILAI) ANTI KORUPSI Oleh: Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc. , Diyanah Shoviyah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN 1. Analisis Situasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu
wujud
pengabdian
masyarakat
melalui
pemberdayaan,
mahasiswa pemberian
pelatihan,
pembimbingan,
kepada bantuan
penyuluhan,
pendampingan
dan
mengembangkan potensi yang dimiliki. KKN kelompok 187 Universitas Negeri Yogyakarta pada
semester
khusus
tahun
ajaran
2018
dilakasanakan di dusun Gunting, kelurahan Gilangharjo, Bantul,
kecamatan
Pandak,
Kabupaten
Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
tanggal 13 Juli 2018 hingga 27 Agustus 2018. Sebelum dilaksanakanya KKN terlebih dahulu 57
dilakukan observasi, bedasarkan hasil observasi diperoleh berbagai rencana program kerja yang salah satunya adalah dengan pengenalan Semai sebagai media pendidikan anti korupsi. Kata korupsi berasal dari bahasa Latin “corruputio” atau “corruptus” yang berarti kerusakan atau kebobrokan (Samidan, 2011: 11). Dalam konteks pendidikan, “memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya” berarti melakukan rangkaian usaha untuk melahirkan generasi yang tidak bersedia menerima dan memaafkan suatu perbuatan korupsi yang terjadi (Sumiarti, 2007:8). SEMAI (Sembilan Nilai), dikenalkan oleh Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai
nilai
moral
yang
ampuh
dalam
memberikan doktrin prilaku anti koruptif. Tujuan pendidikan antikorupsi tersebut dapat dipahami tujuan pendidikan antikorupsi adalah menanamkan pemahaman
dan
perilaku
antikorupsi.
Jika
merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 ayat (3) disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan 58
sebagai
suatu
proses
pembudayaan
dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (Qodir, 2003:13). Sembilan Nilai kehidupan yang mengajarkan kepada anak tentang nilai moral yang diharapkan akan mampu menumbuh kembangkan sikap sejak dini dengan contoh sehari-hari yang sering mereka jumpai setiap harinya. 2. Tujuan Tujuan dari program permainan Semai ini adalah memberi pemahaman kepada anak-anak untuk anti korupsi sejak dini dengan permainan Semai. 3. Manfaat Manfaat program permainan Semai adalah agar anak-anak mengetahui dan faham mengenai nilai-nilai moral anti korupsi dan harapannya nilai moral
tersebut
dapat
kehidupan sehari-hari.
59
diaplikasikan
dalam
B. METODE 1. Demonstrasi Demonstrasi dilakukan sebelum permainan dilangsungkan agar mempermudah peserta dalam memahami permainan Semai. 2. Praktek Permainan demonstrasi
Semai
dilangsungkan
berlangsung.
Dalam
satu
setelah kelas
terdapat satu Semai, yang dimainkan oleh siswa kelas IV.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Permainan Semai dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 31 Juli 2018 di kelas IV SD N 1 Gunting. Sebelum program ini terlaksana diawali dengan mempersiapkan permainan terlebih dahulu. Mencari permainan Semai dari KPK dengan sumber yang terpercaya, mencetak permainan, membuat kartu putih dan kartu merah, kartu putih merupakan kartu yang berisi soal-soal mengenai nilai-nilai moral anti korupsi sedangkan kartu merah adalah hukuman. SEMAI terdiri dari: 60
1. Papan permainan (Beberan) 2. Kartu Putih berisi sebuah situasi. 3. Kartu Merah berisi satu pertanyaan. Cara main: SEMAI dimainkan oleh 2 orang atau kelompok dan dipandu seorang fasilitator. Jumlah anggota kelompok bebas. Pada papan permainan di tiap sisinya terdapat 9 kotak bergambar. Sembilan kotak tersebut bertuliskan nilai-nilai: Kesederhanaan, Kegigihan, Keberanian,
Kerjasama,
Kedisiplinan,
Keadilan,
Kejujuran, Bertanggung jawab, dan Kepedulian. Letakkan tumpukan Kartu Putih dan Kartu Merah di tempatnya masing-masing di tengah papan permainan dengan posisi logo SEMAI di atas. Jelaskan cara dan aturan permainan kepada peserta dan pastikan mereka memahaminya. Tentukan siapa yang akan memulai permainan dengan cara yang disepakati. Pemain yang mendapat giliran pertama harus mengambil satu Kartu Putih, membaca dengan seksama situasi
yang
digambarkan di situ, lalu menentukan apakah situasi tersebut termasuk kelompok kesederhanaan, kegigihan, keberanian,
kerjasama, 61
kedisiplinan,
keadilan,
kejujuran, bertanggung jawab, atau kepedulian. Setelah itu, letakkan Kartu Putih tersebut pada salah satu kotak di papan permainan (Beberan) sesuai kelompoknya. Pemain lainnya harus memberi penilaian, apakah peletakkan Kartu Putih di dalam kelompok sudah benar atau tidak. Fasilitator bertugas untuk memberikan penjelasan lengkap untuk setiap jawaban yang diberikan pemain dengan merujuk pada Kunci Jawaban. Pelaksanaan program permainan Semai anti korupsi telah terlaksana dengan lancar. Antusias peserta cukup besar sehingga membantu memperlancar jalannya program permainan Semai. Pelaksanaan program Semai ini tidak hanya berlangsung di sekolah saja, namun di posko KKN 187 tepatnya di taman baca juga tetap dilaksanakan. Tentu dalam
melaksanakan
program
Semai
terdapat
hambatan-hambatan. Hambatan tersebut antaralain waktu
pelaksanaan
yang
kurang
jika
hanya
dilaksanakan di Sekolah, dikarenakan sampai jam sekolah saja. Namun sejauh pelaksanaan program permainan Semai dapat berjalan lancar dan sesuai tujuan pelaksanaan. 62
D. KESIMPULAN Anak-anak di Gunting telah mengetahui permainan Semai anti korupsi, dan memahami setiap nilai dari permainan anti korupsi seperti nilai kesederhanaan, kegigihan,
keberanian,
kerjasama,
kedisiplinan,
keadilan, kejujuran, bertanggungjawab, dan peduli. Hal tersebut dilihat dari cara anak-anak saat bermain dan menjawab soal dari permainan Semai.
DAFTAR PUSTAKA https: //id.wikipedia.org/wiki/Gilangharjo, Pandak, Bantul https: //acch.kpk. go.id Al Hikmah: Indonesian Journal Ofearly Childhood Islamic Education Issn ( P) : 2598-9588, Issn ( E) 2550-1100,Vol.1 ( 2),2017,Pp.223-238
63
LAMPIRAN
(Pelaksanaan program permainan Semai Anti Korupsi)
64
TEKA-TEKI SILANG SEJARAH Oleh Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc. , Erlin Nurkhasanah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam E-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN
1. Analisis Situasi Penduduk Dusun Gunting yang mayoritas bermatapencaharian
sebagai
memiliki
pendidikan
tingkat
mengakibatkan
kurangnya
buruh
dan
petani
yang
rendah
pengetahuan
mereka
mengenai pentingnya sejarah bagi anak-anak mereka nanti, sehingga rasa ingin lebih mengenal sejarah Indonesia minim terutama bagi anak-anak dan remaja dewasa ini. Melihat kondisi tersebut, maka dibutuhkan program kerja yang dapat membantu anak-anak dalam mengenalkan sejarah Indonesia agar anak-anak tersebut tidak akan melupakan peristiwa sejarah di Indonesia. Program kerja tersebut yaitu Teka-Teki Silang Sejarah yang diperuntukkan untuk siswa SD. 65
2. Tujuan Tujuan dari diadakannya lomba Teka-Teki Silang Sejarah adalah mengetest serta menambah pengetahuan
siswa
dengan
lembar
pertanyaan
mengenai sejarah di Indonesia. 3. Manfaat Manfaat diadakannya lomba Teka-Teki Silang Sejarah adalah siswa mendapat pengetahuan yang lebih mengenai sejarah di Indonesia melalui soal sejarah.
B. METODE
Metode yang dilakukan dalam program kerja ini, antara lain. 1. Sosialisasi Sosialisasi dilakukan dengan melakukan penjelasan mengerjakan
singkat
mengenai
soal
yang
sistem
dalam
diberikan
oleh
penyelenggara kegiatan secara lisan. 2. Praktik Praktik dilakukan langsung oleh peserta lomba yang merupakan siswa kelas VI SDN 66
Gunting. Masing-masing peserta diberikan lembar pertanyaan dan jawaban.
C. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
Kuliah
Kerja
Nyata
UNY
2018
yang
dilaksanakan dari tanggal 16 Juli 2018 sampai tanggal 24 Agustus 2018 di Dusun Gunting, Gilangharjo, Pandak, Bantul ini melaksanakan beberapa progam kerja baik itu kelompok maupun individu. Salah satu program kerja individu yang dilaksanakan adalah mengadakan lomba Teka-Teki Silang Sejarah yang bertempat di SDN Gunting pada hari Kamis, 02 Agustus 2018 pukul 10.30 WIB sampai 13.00 WIB. Sasaran kegiatan ini adalah siswa SDN Gunting kelas VI. Para siswa dalam pelaksanaan kegiatan lomba Teka-Teki Silang Sejarah ini mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan serius dalam pengawasan TIM KKN UNY 187 untuk menghindari adanya tindak kecurangan. Dalam pelaksanaan lomba Teka-Teki Silang Sejarah ini akan diambil lima siswa dengan nilai terbaik
untuk
menerima 67
suatu
reward
dari
penyelenggara. Dalam pelaksanaan kegiatan, yang dilakukan antara lain sebagai berikut. 1. Para Siswa diberi penjelasan singkat mengenai sistem dari kegiatan lomba Teka-Teki Silang Sejarah, seperti pemberian lembar soal dengan kotak
jawaban,
waktu
pengerjaan,
dan
pemberitahuan mengenai adanya reward bagi lima siswa dengan nilai terbaik. 2. Setelah waktu pengerjaan soal selesai, para siswa mengumpulkan hasilnya di depan dibantu oleh TIM KKN UNY 187. 3. Penyelenggara (Erlin Nurkhasanah) mengecek dulu masing-masing soal bersama dengan siswa. 4. Penyelenggara mengoreksi hasil kerja para siswa sampai terpilihlah lima siswa dengan nilai terbaik. 5. Penyerahan hadiah di depan kelas. Adapun soal yang disediakan, antara lain: 1. Raja yang terkenal dari kerajaan Singasari adalah.... (Ken Arok) 2. Zaman
sebelum
orang
mengenal
dan
menggunakan tulisan disebut dengan zaman.... (Praaksara) 68
3. R.A. Kartini merupakan seorang pahlawan yang berasal dari.... (Jepara) 4. Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari.... (Pahlawan) 5. Tiga dewa dalam kerajaan Hindu disebut.... (Trimurti) 6. Kerajaan Mataram terletak di.... (Yogyakarta) 7.
Mengambil
keputusan
rapat
dengan
cara
musyawarah mufakat merupakan penerapan dari sila Pancasila sila yang ke.... (Empat) 8. Raja yang terkenal dari kerajaan Gowa-Tallo adalah Sultan.... (Hasanuddin) 9. Raja yang diceritakan pada prasasti Ciareteun adalah.... (Purnawarman) 10. Peristiwa yang terjadi di masa lampau disebut.... (Sejarah)
D. HASIL
Hasil dari dilakukannya lomba Teka-Teki Silang Sejarah ini, diharapkan para siswa lebih menyadari bahwa sejarah itu penting untuk dipelajari, karena dengan mempelajari sejarah manusia dapat 69
menginstropeksi diri mereka dengan melihat ke peristiwa masa lampau.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan Lomba Teka-Teki Silang Sejarah yang telah dilaksanakan di SDN Gunting kelas VI yang terdiri dari 22 siswa memberikan kesimpulan bahwa penyelenggara
dapat
mengetahui
tingkat
pengetahuan siswa mengenai sejarah di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil lomba TekaTeki Silang Sejarah tersebut beberapa siswa masih cukup rendah tingkat pengetahuannya, karena untuk pertanyaan seperti “Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari ...” dan “Peristiwa yang terjadi di masa lampau disebut ...” para siswa cukup kesulitan dalam menjawab. 2. Saran Diharapkan apabila melaksanakan kegiatan kembali di SDN Gunting dapat menambah kelas, jadi tidak hanya di satu kelas saja.
70
DAFTAR PUSTAKA Rukiyati, dkk., Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: UNY Press, 2013. http://iklim.kalbar.bmkg.go.id/file/pengumuman/e28d84c 8fd750a71888ea9e1abd6e62d0aa4058b.pdf Diakses pada tanggal 28 Agustus 2018. https://www.kamerabudaya.com/2018/04/inilah-isiprasasti-ciaruteun-peninggalan-kerajaantarumanegara.html Diakses pada tanggal 28 Agustus 2018. LAMPIRAN
71
PENUTUP Kami panjatkan puja dan puji syukur terhadap Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga dapat terselesainya buku kumpulan artikel program kerja unggulan individu KKN UNY Kelompok 187 sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah KKN di Universitas Negeri Yogyakarta. Semoga buku ini dapat menjadi acuan bagi para mahasiswa yang akan melaksanakan KKN selanjutnya. Buku ini membahas program kerja anggota KKN UNY kelompok 187 yang merupakan program kerja unggulan masing-masing anggota. Buku ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari beberapa pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih. Penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar penulis dapat membuat tulisan yang lebih baik lagi. Dengan demikian, kami sampaikan terima kasih atas segala
perhatian
dan
mohon
kekurangannya.
72
maaf
atas
segala
BIODATA PENULIS
Nama
: Husna ‘Arifah, S.Si., M.Sc
NIP
: 197810152002122001
Agama
: Islam
Alamat
: Munggur RT 2, Srimartani, Piyungan, Bantul, Yogyakarta
Riwayat Pendidikan : 1. S1 Matematika Universitas Negeri Yogyakarta 2. S2 Matematika Universitas Gajah Mada Status
: Dosen Pendidikan Matematika (S1), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 73
74
75
76