Buku Panduan Praktikum Keperawatan Bencana OK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTIKUM KEPERAWATAN BENCANA Edisi Pembelajaran Secara Daring



Ns. Fitri Mailani, M.Kep Ns. Elvi Oktarina, M.Kep, Sp.Kep.MB



Penerbit : cv. Percetakan Syamza



Edisi Pembelajaran Daring



i



Praktikum Keperawatan Bencana EDISI PEMBELAJARAN SECARA DARING



Penulis : Ns. Fitri Mailani, M.Kep Ns. Elvi Oktarina, M.Kep, Sp.Kep.MB EDITOR : Ns. Arif Rohman Mansur, S.Kep. M.Kep SAMPUL : Abu Hasan ISBN : Ukuran Buku : 15,2 x 25,7 cm Tahun Terbit : 2020 Cetakan : Pertama



Penerbit: CV. PERCETAKAN SYAMZA JL. Dr. M. Hatta No. 47F Simpang Pasar Baru Unand RT.03/RW.01 Kelurahan Cupak Tangah Kecamatan Pauh Kota Padang Sumatera Barat Telp/Fax.: 0751- 4782578 email : [email protected] Redaksi : Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Dekanat Fakultas Keperawatan Kampus Limau Manis, Padang 25163 Telp./Faks.: 0751-779233, Fax (0751)779233, Alamat e-mail: [email protected] Website : https://fkep.unand.ac.id/



Hak Cipta Pada Penulis © 2020 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memproduksi atau memperbanyak seluruh atau sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara apa pun tanpa izin dari penulis dan penerbit



ii



Praktikum Keperawatan Bencana



PRAKATA Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji hanya bagi Alloh Subhanahu wa ta’ala yang hanya dengan nikmatnya kebaikan yang kita usahakan dapat terwujud. Dengan segala kemudahan dan kelapangan yang dianugerahkan oleh Alloh Azza wa Jalla penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku “Praktikum Keperawatan Bencana Edisi Pembelajaran Secara Daring. Buku ini ditujukan untuk dosen pembimbing dan mahasiswa yang mengikuti praktikum keperawatan bencana di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Buku ini disusun untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum keperawatan bencana yang dilakukan secara online/daring sejak pandemic Covid-19. Metode pembelajaran yang berubah menjadi pembelajaran daring menuntut penyesuaian dalam penyampaian materi dalam pembelajaran praktikum agar lebih mudah dipahami oleh mahasiswa. Buku ini memberikan solusi dalam pembelajaran praktikum keperawatan bencana. Buku ini berisi tentang penjelasan 14 materi Praktikum Keperawatan Bencana yang telah disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran Semester mata kuliah Keperawatan Bencana. Buku ini diawali dengan penjelsan tentang praktikum, tata tertib dan petunjuk teknis pelaksanaan praktikum secara daring dengan menggunakan LMS ilearning dan Ms. Team. Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis mengharapkan buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa di fakultas keperawatan Universitas Andalas. Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik dari pembaca sehingga buku ini dapat semakin lengkap dan bermanfaat dalam dunia pendidikan secara keseluruhan. Padang, Oktober 2020



Penulis



Edisi Pembelajaran Daring



iii



DAFTAR ISI Daftar isi .................................................................................................................................................... iv Daftar gambar ..........................................................................................................................................v Ketentuan Praktikum Keperawatan Bencana .........................................................................1 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Praktikum Online ...................................................................4 LEMBARAN KERJA 1 Survei Potensi Bencana Wilayah ...................................................................................................7 LEMBARAN KERJA 2 Pembuatan Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah...........................................................................................................12 LEMBARAN KERJA 3 Pembuatan Table Top........................................................................................................................21 LEMBARAN KERJA 4 Simulasi Table Top...............................................................................................................................23 LEMBARAN KERJA 5 Sosialisasi Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah....................................................................24 LEMBARAN KERJA 6 Role Play Masalah Psikososial Pada Anak dan Remaja....................................................25 LEMBARAN KERJA 7 Role Play Masalah Psikososial pada Dewasa dan Lansia.................................................33 LEMBARAN KERJA 8 Simulasi Penanggulangan Bencana: Evakuasi Korban dan Triase Lapangan........38 LEMBARAN KERJA 9 Simulasi Penanggulangan Bencana: Penanganan Gawat Darurat.............................45 LEMBARAN KERJA 10 Simulasi Penanggulangan Bencana: Rumah Sakit Lapangan.......................................53 LEMBARAN KERJA 11 Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Rujukan dan Penggunaan Ambulan...........................................................................60 LEMBARAN KERJA 12 Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Informasi dan Komunikasi.................67 LEMBARAN KERJA 13 Simulasi Penanggulangan Bencana: Pembekalan Dapur umum................................81 Disaster Camp........................................................................................................................................84



iv



Praktikum Keperawatan Bencana



DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Tampilan ilearning Mata Kuliah Keperawatan Bencana ............................. 4 Gambar 2 Tampilan Absensi Praktikum Sesuai Dengan Kelompok............................ 5 Gambar 3 Tampilan Lanjutan dari slot Attendence/Kehadiran......................................5 Gambar 4 Tampilan pengisian attendance mahasiswa dan dosen............................6 Gambar 5 Tampilan kelompok praktikum di Ms. Team.....................................................6 Gambar 6 Miniatur Daerah Resiko Bencana..........................................................................22 Gambar 7 skema triase START......................................................................................................40 Gambar 8 Area Triase.........................................................................................................................41 Gambar 9 Alur Rujukan.....................................................................................................................49 Gambar 10 SPGDT-B..........................................................................................................................51 Gambar 11 Bagian depan Rumah Sakit Lapangan.............................................................57 Gambar 12 ruang perawatan Rumah Sakit Lapangan......................................................58 Gambar 13 Ruang Perawatan Rumah Sakit Lapangan.....................................................58 Gambar 14 Ruang Operasi Rumah Sakit Lapangan...........................................................59 Gambar 15 alur informasi pra bencana....................................................................................75 Gambar 16 alur penyampaian informasi langsung............................................................76 Gambar 17 Alur Penyampaian Informasi Penilaian Kebutuhan Cepat.....................76 Gambar 18 Alur Penyampaian Informasi Perkembangan...............................................77



Edisi Pembelajaran Daring



v



vi



Praktikum Keperawatan Bencana



KETENTUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN BENCANA DESKRIPSI



Mata kuliah ini membahas tentang konsep, jenis, klasifikasi, dan karakteristik bencana, dampak bencana terhadap kesehatan, prinsip penanggulangan kedaruratan bencana, persiapan bencana, penilaian sistematis, tindakantindakan keperawatan selama fase bencana, perawatan psikososial dan spiritual bagi korban bencana, perawatan bagi populasi rentan, aspek etik dan legal pada bencana, perlindungan bagi petugas, pendekatan interdisiplin, pemulihan pasca bencana, dan penerapan evidence based practice dalam keperawatan bencana serta pemberdayaan individu, keluarga dan komunitas dalam bencana. Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir kritis, sistematis, dan komprehensif dalam mengaplikasikan konsep keperawatan bencana dengan pendekatan holistik, etis, dan peka budaya.



TUJUAN PEMBELAJARAN



Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa mampu: 1. Memahami gejala atau peristiwa yang mengindikasikan permulaan keadaan darurat pada individu/keluarga/komunitas 2. Melakukan perencanaan kesiapan individu, keluarga dan tenaga professional saat bencana 3. Memahami etika praktik selama tanggap bencana yang didasarkan pada prinsip-prinsip kebermanfaatan 4. Menjelaskan stuktur nasional respon tanggap darurat saat bencana 5. Memahami pendekatan yang di gunakan untuk menangani kelompok rentan (Venurable) saat tanggap darurat. 6. 6Memahami teknik komunikasi saat bencana mencakup terminologi bencana, teknik komunikasi darurat dan komunikasi dasar pada kondisi gawat darurat 7. Melakukan pendokumentasian proses keperawatan bencana dengan menggunakan skala darurat Edisi Pembelajaran Daring



1



8. Melakukan tindakaan pengendalian infeksi dengan peralatan yang tersedia (termasuk teknik penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan penilaian kontaminasi atau dekontamintasi pada individu saat bencana) 9. Mampu melibatkan pasien, anggota keluarga atau relawan yang di tugaskan sesuai kemampuan yang dimiliki dalam mengatasi kondisi bencana 10. Memberikan perawatan pasien berdasarkan kebutuhan prioritas dan sumber daya yang tersedia. 11. Memahami manajemen korban massal saat bencana 12. Melakukan pengelolaan psikososial saat bencana 13. Memahami rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana



KOMPETENSI PRAKTIKUM



Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran praktikum pada mata kuliah keperawatan bencana, mahasiswa akan mampu: 1. Melakukan survei potensi bencana wilayah di lingkungan tempat tinggal nya 2. Membuat perencanaan proses mitigasi (pra bencana), tanggap darurat, dan pasca bencana wilayah. 3. Melakukan simulasi menggunakan table top exercise disaster disuatu wilayah 4. Melakukan sosialisasi perencanaan proses mitigasi (pra bencana), tanggap darurat, dan pasca bencana 5. Role play masalah psikososial pada anak dan remaja 6. Role play masalah psikososial pada dewasa dan manula 7. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: evakuasi korban dan triage lapangan 8. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: penanganan gawat darurat 9. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: rumah sakit lapangan 10. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: sistem rujukan dan penggunaan ambulan 11. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: sistem informasi dan komunikasi 12. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: pembekalan dapur umum



TATA TERTIB



Tata tertib praktikum mengacu pada norma akademik mata kuliah keperawatan bencana. Berikut tata tertib yang khusus berlaku selama pelaksanaan praktikum: 1. Kehadiran mahasiswa dalam praktikum adalah 100% dari total pertemuan praktikum yang terlaksana. Jika tidak 100%, maka mahasiswa tidak diizinkan mengikuti ujian praktikum. 2. Kegiatan praktikum sesuai dengan jadwal resmi dan jika terjadi perubahan ditetapkan bersama dengan dosen dan mahasiswa. 3. Toleransi keterlambatan 15 menit. 4. Proses praktikum dilakukan via daring dengan meggunakan platform LMS i-learning Fakultas Keperawatan UNAND dan tatap maya dengan 2



Praktikum Keperawatan Bencana



5. 6. 7. 8. 9.



menggunakan Ms. Team. Pengumpulan worksheet/tugas praktikum ditetapkan sesuai jadwal kepada pembimbing praktikum terkait, dan dikumpulkan melalui slot yang sudah disediakan di i-learning. Mahasiswa yang berhalangan hadir karena sakit (harus ada keterangan sakit/ surat sakit dari dokter) dan halangan lainnya harus menghubungi dosen sebelum praktikum dimulai. Berpakaian sopan dan memakai jas praktikum saat pelaksanaan praktikum. Mahasiswa wajib membuka video tatap maya saat praktikum berlangsung. Kecurangan dalam ujian praktikum, nilai mata kuliah nol.



PERLENGKAPAN YANG DISEDIAKAN



Setiap pelaksanaan praktikum, mahasiswa menyediakan worksheet dan peralatan praktikum seperti yang tertera pada worksheet yang akan digunakan pada pertemuan tersebut.



PENILAIAN



Bobot penilaian untuk kompetensi praktikum adalah 20% dari total keseluruhan penilaian mata kuliah. Penilaian praktikum terdiri dari penilaian atas ujian praktikum (10%) dan worksheet (10%). Bobot penilaian proses untuk kompetensi praktikum tidak dapat dipisahkan daripenilaian secara keseluruhan penilaian proses. Penilaian proses terdirir dari keterampilan intrapersonal skills (15%), keterampilan interpersonal skills (15%) dan sikap dan tata nilai (10%).



UJIAN PRAKTIKUM



Ujian praktikum dilaksanakan pada jadwal yang telah ditetapkan. Mahasiswa mengikuti ujian praktikum dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Ujian praktikum dilaksanakan di ruang praktikum fakultas keperawatan 2. Setiap mahasiswa harus lulus ujian praktikum sebagai salah satu persyaratan lulus mata kuliah.



MATERI PRAKTIKUM



1. Survei Potensi Bencana Wilayah 2. Pembuatan Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah. 3. Pembuatan Table Top 4. Simulasi Table Top 5. Sosialisasi Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana 6. Role Play Masalah Psikososial Pada Anak dan Remaja 7. Role Play Masalah Psikososial pada Dewasa dan Manula 8. Simulasi Penanggulangan Bencana: Evakuasi Korban dan Triage Lapangan 9. Simulasi Penanggulangan Bencana: Penanganan Gawat Darurat Edisi Pembelajaran Daring



3



10. Simulasi Penanggulangan Bencana: Rumah Sakit Lapangan 11. Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Rujukan dan Penggunaan Ambulan 12. Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Informasi dan Komunikasi 13. Simulasi Penanggulangan Bencana: Pembekalan Dapur umum



PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL



Modul ini disusun berdasarkan metode pembelajaran pada saat pandemic COVID-19 dimana praktikum dilaksanakan secara daring/online. Modul Keperawatan Bencana terdiri daru 13 lembaran kerja. Setiap lembaran kerja memiliki tujuan pembelajaran, peralatan yang diperlukan dan daftar referensi. Mahasiswa perlu memahami tujuan pembelajaran, mempersiapkan peralatan yang diperlukan dan menyediakan buku rujukan sesuai dengan daftar referensi. Setiap lembaran kerja dibagi menjadi 3 bagian yaitu: kegiatan sebelum praktikum, kegiatan selama praktikum dan kegiatan setelah praktikum. Bagian kegiatan sebelum praktikum harus dikerjakan mandiri oleh mahasiswa sebelum praktikum dilaksanakan, dengan merujuk kepada referensi yang dianjurkan. Kegiatan selama praktikum merupakan panduan dalam melaksanakan praktikum pada pertemuan tersebut, dan dapat memiliki bagian yang harus diisi oleh mahasiswa baik secara individu atau kelompok. Bagian kegiatan setelah praktikum dkerjakan secara mandiri oleh mahasiswa setelah praktikum selesai.



PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM ONLINE



1. Mahasiswa membuka i-learning dan memilih slot Keperawatan Bencana.



Gambar 1 Tampilan ilearning Mata Kuliah Keperawatan Bencana



2. Mahasiswa mengikuti kegiatan praktikum dengan jadwal dan kelompok yang telah ditentukan



4



Praktikum Keperawatan Bencana



Gambar 2 Tampilan Absensi/Attendence Praktikum Sesuai Dengan Kelompok



3. Saat praktikum mahasiswa wajib mengisi attendance/kehadiran dislot yang sudah disediakan.



Gambar 3 Tampilan Lanjutan dari slot Attendence/Kehadiran



Edisi Pembelajaran Daring



5



Gambar 4 Tampilan pengisian attendance mahasiswa dan dosen



4. Setelah mengisi attendance, selanjutnya mahasiswa bergabung pada kelompok praktikum yag sudah disediakan di Ms.Team dan join meeting sesuai dengan topic praktikum saat itu (Link juga akan dibagikan melalui WA grup sesaat sebelum praktikum di mulai).



Gambar 5 Tampilan kelompok praktikum di Ms. Team



6



Praktikum Keperawatan Bencana



LEMBARAN KERJA 1 Survei Potensi Bencana Wilayah



TUJUAN PEMBELAJARAN :



Mahasiswa Mampu melakukan Survei Potensi Bencana di Wilayah tempat tinggalnya



PERLENGKAPAN PERSIAPAN :



1. 2. 3. 4.



Pena Kertas Laptop Hasil kegiatan dibuatkan dalam sebuah laporan kegitan dengan ketentuan : a. Jenis tulisan Times New Roman b. Font 12 c. Spasi 1.5



KEGIATAN SEBELUM PRAKTIKUM



1. Pelajari dan pahami Kembali proses Winshield Survey 2. Tuliskan dan Jelaskan Jenis Bencana : a. Bencana alam



b. Bencana Non Alam



Edisi Pembelajaran Daring



7



c. Bencana Sosial



Referensi:



WINSHIELD SURVEY



Winshield Survey merupakan pengamatan terhadap suatu wilayah untuk mendapatkan gambaran umum situasi dan keadaan suatu wilayah yang didapat melalui wawancara dengan penduduk setempat, tokoh dan observasi lingkungan. Gambaran umum tersebut dapat digunakan sebagai langkah awal dalam penentuan masalah yang ada di dalam suatu wilayah tersebut. Baik masalah kesehatan maupun masalah maladaptif lainnya yang ada dalam satu wilayah. Contoh Winshield Survey di suatu RW: ELEMEN



DESKRIPSI



Perumahan dan Bangunan lingkungan (daer- Mayoritas bangunan adalah bangunan permanen ah) terbuat dari tembok (156 orang). Arsitektur Hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Lantai yang terbuat dari tegel 169 rumah, yang terbuat dari semen 46 rumah dan yang terbuat dari tanah 9 orang. Rata-rata di setiap rumah terdapat jendela dengan pencahayaan yang baik yaitu 167 rumah. Keunikan lingkungan Banyak tanah kosong di sekitar rumah yang dimanfaatkan untuk membuang sampah terutama halaman belakang rumah.



8



Praktikum Keperawatan Bencana



Lingkungan terbuka



Batas Tingkat sosial ekonomi



Kebiasaan



Transportasi



Luas Luas wilayah RW III 100 Ha dengan kepadatan rata-rata 9-10 rumah / 100 m. Kualitas Lahan terbuka digunakan untuk membuang hasil pembakaran sampah dan sampah basah. Batas wilayah Barat : Kelurahan Sumur Welut, Timur : RW II, Utara : Perumahan Pondok Manggala, Selatan : RW IV Tingkat Sosial ekonomi Tingkat sosial ekonomi masyarakat RW III sebagian besar tingkat menengah dengan mata pekerjaan sebagai pegawai swasta (pegawai pabrik, kuli bangunan, tukang batu). Dewasa-tua Pada pagi dan sore hari sebagian warga bekerja. Dan pada malam hari warga mempunyai kegiatan rutin mengadakan pengajian di rumah secara bergilir (tiap minggu atau tiap bulan sekali). Pada 1 bulan 2 kali sekali ibu-ibu rumah tangga mengadakan arisan (tergantung masing-masing RT). Dan setiap bulan sekali diadakan arisan RW dan PKK. Anak-anak Pada pagi mayoritas pergi ke sekolah, siang hari bermain dengan teman sebaya dan sore hari mayoritas mengikuti kegiatan keagamaan dengan mengaji di TPA dan bermain sepak bola Transportasi menggunakan kendaraan pribadi (motor, sepeda, mobil) selain itu juga menggunakan mobil angkutan umum, ataupun jalan kaki. Situasi jalan beraspal, paving dan sepanjang waktu keadaan jalan ramai.



Edisi Pembelajaran Daring



9



Fasilitas umum



Kesehatan Terdapat dokter praktik umum dan Puskesmas Pembantu.. Sekolah Di wilayah Kelurahan Balas Klumprik khususnya RW III tidak terdapat bangunan sekolah Agama Masjid : 1



Ekonomi Banyak terdapat home industry, antara lain daur ulang sampah (kardus), krupuk, konveksi (tempat HP) dan isi ulang air. Pelayanan umum Tidak ada tempat pelayanan umum, seperti kantor Pos, Bank, dan lain-lain di wilayah RW III Pusat belanja Terdapat banyak toko yang menjual kebutuhan sehari – hari. Suku bangsa Mayoritas penduduk dari suku Jawa. Agama Mayoritas beragama Islam Kesehatan dan Penyakit terbanyak yang terjadi di masyarakat selama morbiditas 6 bulan terakhir adalah batuk pilek yaitu 67 KK Sedangkan pada usila 7 penyakit yang terbanyak adalah rheumatik yaitu 12 orang, hipertensi 6 orang, katarak 5 orang, Diabetes Mellitus 4 orang, penyakit jantung 1 orang dan TBC 1 orang. Sarana Penunjang Rata-rata warga mempunyai televisi dan radio, sebagian kecil mempunyai telepon. Media cetak yang dibaca oleh sebagian besar masyarakat adalah Jawa Pos dan Surya. Sudah ada sumber air bersih yaitu PDAM, tetapi air tersebut tidak digunakan sepenuhnya untuk pemenuhan kebutuhan sehari – hari karena masih ada sumber air bersih lainnya yaitu air sumur. Sumber penerangan menggunakan PLN



10



Praktikum Keperawatan Bencana



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM:



1. Mahasiswa Melakukan Survey Wilayah di salah satu RT/RW sekitar tempat tinggal menggunakan (Winshield Survey). Lengkapi pengkajian dengan luas wilayah, jumlah kepala keluarga, jumlah kelompok rentan yang ada di sekitar wilayah, ketersediaan lokasi/jalur evakuasi, lokasi pengungsian dan sarana kesehatan. 2. Dari hasil pengkajian yang dilakukan tentukan/kategorikan mana yang merupakan Hazard (bahaya/ancaman), Kerentanan, dan Kapasitas pada daerah tersebut. 3. Mahasiswa mengidentifikasi dan menganalisa akan potensi Bencana di RT/ RW tersebut. 4. Tentukan zona Merah, Zona Kuning, Zona Hijau dari wilayah tersebut. 5. Hasil kegiatan mahasiswa diketik lalu dikumpulkan di LMS (i-learn) Fakultas Keperawatan Universitas Andalas di slot lembar kerja yang sudah disediakan.



Edisi Pembelajaran Daring



11



LEMBARAN KERJA 2 Perencanaan Mitigasi Pra Bencana, Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah.



TUJUAN PEMBELAJARAN



Mahasiswa mampu membuat perencanaan terkait mitigasi pada saat pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana di wilayah tempat tinggalnya yang telah dilakukan survey sebelumnya.



PERLENGKAPAN PERSIAPAN :



1. 2. 3. 4.



Pena Kertas Laptop Hasil kegiatan dibuatkan dalam sebuah laporan kegitan dengan ketentuan : a. Jenis tulisan Times New Roman b. Font 12 c. Spasi 1.5



KEGIATAN SEBELUM PRAKTIKUM



1. Jelaskan strategi/ tahap kegiatan mitigasi pada saat pra bencana



2. Jelaskan strategi/ tahap kegiatan pada saat mitigasi tanggap darurat



12



Praktikum Keperawatan Bencana



3. Jelaskan Strategi Kegiatan pada saat mitigasi pasca bencana



Referensi:



MITIGASI BENCANA



Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6). Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana (UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1)) Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana (PP No 21 Tahun 2008 Pasal 20 ayat (1)) baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks bencana, dekenal dua macam yaitu (1) bencana alam yang merupakan serangkaian peristiwa bencana yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa gempa, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor, dll. (2) bencana sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia, seperti konflik social, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu: Edisi Pembelajaran Daring



13



a. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana. b. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana. c. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul, dan d. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana. Mitigasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural



1. MITIGASI STRUKTURAL



Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana.



2. MITIGASI NON-STRUKTURAL



Mitigasi non–struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan bencana. Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut: a. Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan kerusakan sumber daya alam. b. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan. c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam 14



Praktikum Keperawatan Bencana



menghadapi serta mengurangi dampak/risiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman. Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia): a. Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan b. Fokus bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga kerja, perumahan dan kebutuhan dasar lainnya. c. Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat d. Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun sendiri. e. Menggunakan sumber daya dan daya lokal (sesuai prinsip desentralisasi) f. Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan masyarakat kurang mampu, dan pilihan subsidi biaya tambahan membangun rumah. g. Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman. h. Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah yang rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun implikasi politik. i. Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.



TAHAP TANGGAP DARURAT BENCANA



Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi: 1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya; 2. Penentuan status keadaan darurat bencana; 3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; 4. Pemenuhan kebutuhan dasar; 5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan 6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat dalam penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat. a. Pengkajian ini dilakukan oleh tim kaji cepat melalui identifikasi terhadap: b. Cakupan lokasi bencana; c. Jumlah korban bencana; d. Kerusakan prasarana dan sarana; e. Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan; dan f. Kemampuan sumber daya alam maupun buatan. Edisi Pembelajaran Daring



15



Penentuan status keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan bencana. Penentuan status keadaan darurat bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat kabupaten/kota oleh bupati/walikota. Pengerahan Sumber Daya Manusia, Peralatan, dan Logistik dilakukan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana, memenuhi kebutuhan dasar, dan memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak akibat bencana. Pengerahan Sumber Daya Manusia untuk: a. Pencarian dan penyelamatan korban bencana; b. Pertolongan darurat; c. Evakuasi korban bencana; d. Pelayanan kesehatan; dan e. Penampungan serta tempat hunian sementara.



REHABILITAS DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA



Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat. Membangun menjadi lebih baik adalah sebuah prinsip dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi dimana pada saat pembangunan kembali baik aspek kerusakan dan kerugian akibat bencana, wajib dilakukan agar menjadi lebih baik serta berpedoman pada usaha/ upaya mengurangi risiko atau dampak bencana dimasa yang akan datang. Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana adalah suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak, dan perkiraan kebutuhan, yang menjadi dasar bagi penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi. Pengkajian dan penilaian meliputi identifikasi dan penghitungan kerusakan dan kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek kemanusiaan, perumahan atau pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor. Analisis dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan aggregat dari akibat-akibat bencana dan implikasi umumnya terhadap aspek-aspek fisik dan lingkungan, perekonomian, psikososial, budaya, politik dan kepemerintahan. Perkiraan kebutuhan adalah penghitungan biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Sasaran substansial rehabilitasi dan rekonstruksi adalah: 16



Praktikum Keperawatan Bencana



a. Aspek kemanusiaan, yang antara lain terdiri dari sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, keamanan dan ketertiban, partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; b. Aspek perumahan dan permukiman, yang terdiri dari perbaikan lingkungan daerah bencana, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat dan pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; c. Aspek infrastruktur pembangunan, yang antara lain terdiri dari perbaikan prasarana dan sarana umum, pemulihan fungsi pemerintah, pemulihan fungsi pelayanan publik, pembangunan kembali sarana dan prasarana, penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana, Peningkatan fungsi pelayanan publik dan Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat; d. Aspek ekonomi, yang antara lain terdiri dari pemulihan sosial ekonomi dan budaya, peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, mendorong peningkatan ekonomi lokal seperti pertanian, perdagangan, industri, parawisata dan perbankan; e. Aspek sosial yang antara lain terdiri dari pemulihan konstruksi sosial dan budaya, pemulihan kearifan dan tradisi masyarakat, pemulihan hubungan antar budaya dan keagamaan dan pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; f. Aspek lintas sektor yang antara lain terdiri dari pemulihan aktivitas/ kegiatan yang meliputi tata pemerintahan dan lingkungan hidup; Strategi penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan dengan cara : a. Pengkajian kebutuhan pasca bencana secara cermat dan akurat baik meliputi aspek fisik dan aspek pembangunan manusia; b. Penentuan prioritas dan pengalokasian sumberdaya secara maksimal, komprehensif dan partisipatif termasuk memasukkan sumberdaya lokal sebagai salah satu bentuk pemulihan aktivitas sosial kemasyarakatan; c. Penyebarluasan informasi atau sosialisasi rencana pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi secara bertanggungjawab dan membuka kesempatan semua pemangku kepentingan untuk berperan serta; Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Perbaikan lingkungan daerah bencana; b. Perbaikan prasarana dan sarana umum; c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; d. Pemulihan sosial psikologis; Edisi Pembelajaran Daring



17



e. Pelayanan kesehatan; f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik; g. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya; h. Pemulihan keamanan dan ketertiban; i. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan j. Pemulihan fungsi pelayanan publik Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Oleh sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului oleh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait. 1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana; 2. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; 3. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat 4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; 5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; 6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; 7. Peningkatan fungsi pelayanan publik; atau 8. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.



REFERENSI:



• Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana • PP no 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana • Perka BNPB no 4 tahun 2008 tentang Pedoman penyusunan Rencana Penanggulangan bencana • Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana • • Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM: MITIGASI PRA BENCANA



Dari hasil analisis resiko potensi bencana di daerah masing-masing yang telah dikaji oleh mahasiswa, harap di identifikasi kegiatan mitigasi bencana khusus nya di bidang kesehatan yang perlu dilakukan di daerah tersebut, sesuaikan dengan peta resiko bencana di daerah masing-masing. Silahkan dituliskan 18



Praktikum Keperawatan Bencana



kegiatan yang akan dilakukan pada saat mitigasi bencana di bidang kesehatan dalam tabel dibawah ini: Wilayah



Target populasi



Kegiatan dan Penanggung Jawab



FASE BENCANA/ TANGGAP DARURAT



Setelah membuat mitigasi pada fase pra bencana dibidang kesehatan sesuai dengan resiko bencana di daerah masing-masing, maka mahasiswa membuat skenario terjadinya bencana didaerah tersebut. Jika resiko bencana di daerah mahasiswa adalah banjir maka buat skenario bencana banjir terjadi di daerah tempat tinggal mahasiswa. Lalu lakukan kegiatan dibawah ini: Lakukan pengkajian cepat dan identifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan kesehatan dan kemampuan sumber daya kesehatan • Tentukan besaran/lokasi bencana • Perkiraan jumlah korban • Fungsi pelayanan kesehatan yang terganggu • Kemampuan sumber daya kesehatan • Buat plan of action perawat yang bekerja sama dengan pihak setempat ketika dalam fase bencana, seperti contoh pada tabel dibawah ini : Nama Kegiatan



Bantuan dan perawatan awal



(Silahkan dilanjutkan)



Jenis Kegiatan



1. Triase 2. Manajemen Trauma 3. Perawatan luka 4. Evakuasi Korban 5. Pengendalian infeksi



Penanggung Jawab



Perawat dan Relawan



Edisi Pembelajaran Daring



19



FASE PASKA BENCANA



Selama fase pemulihan, perawat berfungsi sebagai penghubung penting terhadap sumber daya komunitas yang dibutuhkan. Keterampilan perawat dalam pengumpulan data, surveilans penyakit, investigasi wabah dan pendidikan kesehatan juga akan dibutuhkan dalam bencana. Koordinasi individu, layanan perawatan keluarga dan komunitas adalah tanggung jawab berkelanjutan untuk perawat selama fase rehabilitasi. Buat plan of action perawat ketika fase pasca bencana sesuaikan dengan scenario yang telah dibuat mahasiswa, seperti contoh pada table dibawah ini: Nama Kegiatan



Perawatan yang Berkesinambungan



(Silahkan dilanjutkan)



Jenis Kegiatan



1. Intervensi pasca bedah 2. Perawatan suportif 3. Rehabilitasi fisiologis 4. Dukungan psikososial dan kesehatan mental



Penanggung Jawab



Perawat



Hasil lembar kerja diketik lalu dikumpulkan di LMS (i-learn) Fakultas Keperawatan Universitas Andalas di slot lembar kerja yang sudah disediakan.



20



Praktikum Keperawatan Bencana



LEMBARAN KERJA 3 Pembuatan Table Top



TUJUAN PEMBELAJARAN :



Mahasiswa Mampu Membuat Tabletop Disaster Exercise (TDE) pada resiko bencana di wilayah tempat tinggal nya. Perlengkapan Persiapan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Pena Kertas Laptop Steoroform Gambar yang dibutuhkan Kertas warna warni Perekat gambar Hasil kegiatan dibuatkan dalam sebuah laporan kegitan dengan ketentuan : a. Jenis tulisan Times New Roman b. Font 12 c. Spasi 1.5



TABLETOP DISASTER EXERCISE (TDE)



Tabletop Disaster Exercise (TDE) atau gladi meja adalah penerapan model mitigasi bencana komunikasi untuk mengurangi risiko bencana. Tujuan nya adalah memvalidasi pikiran atau ide, dari prosedur, rencana kontinjensi, rencana operasi, perjanjian kerjasama dalam, dan lainnya; tetapi juga bertujuan untuk memecahkan masalah dalam menjalankan perencanaan dan prosedur untuk menghasilkan umpan balik untuk evaluasi dan revisi rencana kontinjensi. TDE juga merupakan suatu latihan dalam bentuk diskusi pada level pengambil keputusan dari tiap-tiap instansi yang berfungsi membahas kasus atau permasalahan dalam operasi penanganan bencana berdasarkan skenario latihan guna meningkatkan pemahaman tentang SOP, buku petunjuk, serta tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sasaran peserta pelatihan harus memiliki kemampuan teknis sesuai dengan bidang masing-masing yang bersinergi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya pada skenario tertentu. Selain itu, dapat menguji rencana kontinjensi atau System Operating Procedure (SOP), serta dapat menguji peralatan baru sebelum digunakan. Edisi Pembelajaran Daring



21



Dampak positif dilaksanakannya TDE yaitu: 1. Efektif dan efisien dalam hal waktu, dana dan sumber daya; 2. Metode efektif untuk menguji rencana, kebijakan dan prosedur; 3. Sebagai sarana mempererat kerjasama dan koodinasi antara agensi 4. Untuk melihat peranan kontrol dan koordinasi antar pemilik kekuasaan



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM



1. Dari analisis resiko potensi bencana di wilayah masing-masing yang telah dibuat oleh mahasiswa sebelumnya, lalu buat peta kelompok pelaku manajemen bencana? 2. Siapa yang menjadi koordinator bencana di sektor kesehatan? 3. Bagaimana seharusnya sistem pendataan, komunikasi dan informasi dilakukan? 4. Buat miniatur sederhana dari wilayah masing-masing yang menunjukkan resiko potensi bencana diwilayah tersebut beserta dengan tempat/bangunan yang bermakna saat terjadinya nya bencana seperti: tempat pelayanan kesehatan, gedung tempat evakuasi, lapangan dan lain-lain



Contoh :



Gambar 6 Miniatur Daerah Resiko Bencana



5. Buat laporan dari kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa, beserta dengan foto miniatur wilayah yang dibuat, lalu di upload di LMS (i-learn) Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dalam slot yang sudah disediakan.



22



Praktikum Keperawatan Bencana



LEMBARAN KERJA 4 Simulasi Table Top



TUJUAN PEMBELAJARAN :



Mahasiswa mampu mempresentasikan tabletop disaster exercise yang telah dibuat nya beserta dengan plan of action fase bencana (tanggap darurat) dan sistem pendataan, komunikasi, informasi di wilayah tempat tinggal nya.



KEGIATAN PADA SAAT PRAKTIKUM



1. Seluruh mahasiswa mempresentasikan hasil pengkajian yang telah dilakukan mulai dari analisa resiko bencana pada wilayah tempat tinggal nya, lalu plan of action ketika fase bencana (tanggap darurat) dan sistem pendataan, komunikasi, informasi di wilayah tempat tinggal nya tersebut dengan dibantu alat peraga yaitu miniatur daerah wilayah yang telah dibuat mahasiswa pada praktikum sebelumnya. 2. Setelah mahasiswa presentasi, anggota kelompok lain di harapkan memberikan kritik dan saran .



Edisi Pembelajaran Daring



23



LEMBARAN KERJA 5 Sosialisasi Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah TUJUAN PEMBELAJARAN:



Mahasiswa mampu mensimulasikan sosialisasi program mitigasi (pra bencana), Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah.



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM



1. Dalam sosialisasi mitigasi (prabencana), mahasiswa ditugaskan membuat video edukasi berupa penyuluhan kesiapsiagaan menghadapi bencana (boleh bencana alam, non alam, dan social) kepada masyarakat yang berada di zona merah atau kuning. 2. Dalam kondisi tanggap darurat, mahasiswa ditugaskan membuat skenario saat terjadinya bencana dan roleplay sesuai dengan scenario yang telah dibuat. 3. Selanjutnya mahasiswa akan berdiskusi terkait perencanaan program pasca bencana di wilayah tersebut. 4. Tugas ini merupakan tugas kelompok praktikum, dan dipresentasikan pada saat praktikum berlangsung.



24



Praktikum Keperawatan Bencana



LEMBARAN KERJA 6 Role Play Masalah Psikososial Pada Anak dan Remaja TUJUAN PEMBELAJARAN:



Mahasiswa mampu melakukan role play dalam penanganan masalah psikosial yang terjadi pada anak dan remaja pada saat terjadinya bencana dan paska bencana.



DUKUNGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK



Untuk anak- anak, bencana bisa sangat menakutkan, fisik mereka yang tidak sekuat orang dewasa membuat mereka lebih rentan tehadap ancaman bencana. Rasa aman utama anak-anak adalah orang dewasa disekitar mereka (orang tua dan guru) serta keteraturan jadwal. Oleh karena itu anak-anak juga sangat terpengaruh oleh reaksi orang tua mereka dan orang dewasa lainya. Jika orangtua dan guru mereka bereaksi dengan panik, anak akan semakin ketakutan. Saat mereka tinggal di pengungsian dan kehilangan ketaraturan hidupnya. Tidak ada jadwal yang teratur untuk kegiatan belajar, dan bermain, membuat anak kehilangan kendali atas hidupnya. Dibawah ini beberapa gejala stress pada anak paska bencana: a. Takut pisah dari orang tua atau orang dewasa, selalu mengikuti orang tuanya, ketakutan orang asing, ketakutan berlebihan pada “monster” atau binatang b. Kesulitan tidur atau menolak untuk pergi tidur c. Kompulsif, bermain berulang-ulang yang merupakan bagian dari pengalaman bencana d. Kembali ke perilaku sebelumnya, seperti mengompol atau menghisap jempol e. Mudah menangis dan menjerit f. Menarik diri, tidak ingin bermain bersama anak-anak lain g. Ketakutan, termasuk mimpi buruk dan ketakutan suara tertentu, pemandangan, atau benda terkait dengan bencana h. Agresif dan lekas marah i. Mudah curiga j. Mengeluh sakit kepala, sakit perut atau nyeri k. Masalah di sekolah, menolak untuk pergi ke sekolah dan tidak mampu untuk berkonsentrasi Edisi Pembelajaran Daring



25



Hal utama yang perlu dilakukan adalah bersikap tenang saat bersama dengan anak-anak, karena reaksi orang dewasa akan mempengaruhi reaksi anak. Mulailah membuat kegiatan yang teratur dan rutin bagi anak. Kegiatan yang teratur adalah salah satu kebutuhan psikososial utama bagi anak-anak. Anak-anak akan merasa aman jika segera melakukan aktivitas yang sama/mirip dengn aktivitas rutin yang dilakukan sebelum bencana. Oleh karena itu penting sekali, untuk segera menyelenggarakan sekolah darurat, mencari tempat yang aman bagi anak-anak untuk bermain di sore hari, mengajak anak untuk mengaji di sore hari (atau bible study untuk anak-anak Nasrani). Dalam salah satu dari kegiatan tersebut dorong anak untuk membuat gambar tentang bencana atau menulis cerita atau puisi tentang bencana. Ini akan membantu kita memahami bagaimana ia melihat apa yang terjadi (namun juga lupa lakukan debreifing sebagi penutup). Berikan anak dengan informasi faktual tentang apa yang terjadi dan apa yang (atau akan terjadi). Gunakan bahasa sederhana, bahasa yang dapat dimengerti anak. Yakinkan anak bahwa ia aman. Anak-anak sangat rentan terhadap perasaan ditinggalkan saat mereka terpisah dari orang tua. Oleh karena itu hindari upaya “melindungi” anak-anak dengan mengirimkan mereka pergi ke tempat lain namun memisahkan mereka dari orang yang mereka cintai. Hal-hal yang perlu di perhatikan saat mengatasi masalah psikososial pada anak/ remaja: 1. Membangun emosi yang positif seperti keceriaan, ketertarikan pada anak, lembut, mendukung, peduli, kasih sayang, perhatian, hangat, dan puas setelah mengikuti kegiatan. 2. Menerima anak apa adanya. 3. Membiarkan anak-anak tahu bahwa anda ingin membantu. 4. Memberikan pujian dan penghargaan atas usaha-usaha yang sudah dilakukan anak atau perilaku positif yang ditampilkan anak 5. Hindari memberikan label atau cap buruk pada anak 6. Gunakan bahasa yang sederhana, sebisa mungkin menggunakan bahasa setempat 7. Mendengar aktif 8. Berempati dan peka dengan kebutuhan anak 9. Memperhatikan bahasa tubuh anak 10. Menggunakan kontak mata 11. Menghindari penggunaan bahasa yang tidak dimengerti anak (sesuaikan bahasa yang kita pakai dengan bahasa yang biasa dipakai anak sehari-hari) 12. Menyediakan waktu lebih banyak guna berbicara dengan anak bila ada anak yang membutuhkan waktu kita 13. Mendorong mereka untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan ide-ide mereka 26



Praktikum Keperawatan Bencana



14. Memastikan mereka mengerti apa yang anda katakan 15. Bersikap hangat dan menggunakan nada bicara yang tepat 16. Memberi anak kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide mereka 17. Memberi anak kesempatan untuk memilih 18. Jangan menganak-emaskan atau terlalu berlebihan memperhatikan anak tertentu 19. Bersikap fleksibel dan kreatif, mampu menyesuaikan diri apabila ada anak yang tidak mau terlibat atau merasa bosan 20. Melibatkan anak/remaja bekerja dalam tim.



PILIHAN KEGIATAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL



Dukungan psikososial pada anak dapat dilakukan melalui beberapa bentuk kegiatan. Ada kegiatan yang berbentuk rekreasional dan edukasi. Kegiatan rekreasional biasanya bersifat menyenangakn bagi anak. Ragam kegiatan rekreasional yang dapat dilakukan berupa kegiatan seni (yang mencakup melukis, bermain musik, menari, drama ataupun pertunjukan boneka). Dalam kegiatan tersebut, anak memiliki kesempatan untuk memahami apa yang terjadi pada diri mereka dan teman-temannya. ini dapat membantu mereka untuk melewati masa-masa sulit pasca bencana. Aktivitas lainnya adalah bercerita. Melalui kegiatan ini, anak dapat belajar untuk mendengarkan dan menghargai orang lain. Selain itu, mereka juga dapat mempelajari nilai-nilai dan cara apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Alternatif kegiatan rekreasional lainnya adalah bermain atau permainan. Dengan kegiatan ini, anak memiliki wadah untuk mengekspresikan dirinya secara bebas. Pada permainan yang terstruktur, anak dapat belajar mengenai nilai-nilai yang dapat diperoleh dari kegiatan permainan yang mereka lakukan. Kegiatan lainnya adalah olahraga. Olahraga dapat menyalurkan energi dan menyegarkan bagi orang yang melakukan. Anak-anak juga dapat belajar nilai-nilai positif dari kegiatan olahraga, seperti kerja sama, disiplin, rasa percaya satu sama lain, dll. Pada kegiatan yang bersifat edukasi. Pendamping perlu untuk melakukan koordinasi dengan pihakpihak terkait. Koordinasi perlu untuk dilakukan memastikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan level pendidikan anak. Dalam mendampingi korban bencana, relawan/pekerja kemanusiaan yang bergerak di bidang psikososial sebaiknya memiliki ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan untuk mendampingi mereka. Misalnya ketrampilan untuk mendengarkan dan menenangkan atau meredakan emosi yang meledak-ledak, ketrampilan memberikan emotional first aid, dan lainnya seperti dibawah ini: Psychological First Aid



Teknik menenangkan, defusing and debriefing, mengatasi kepanikan Edisi Pembelajaran Daring



27



Relaksasi dewasa Relaksasi anak



Kegiatan rekreasional Terapi Ekspresif



Otot: PMR, Visualiasasi : tempat kedamaian, Pernafasan : terapi meta Otot: PMR anak Gua Bertingkat, Menghalau Singa, Visualisasi: tempat rahasia, Pernafasan : menghirup bunga, Sugesti : sensor tubuh Seni, Teater, Olahraga, Bercerita, Permainan tradisional Menulis, Menggambar



RELAKSASI UNTUK ANAK



Berbagai jenis relaksasi dapat membantu anak-anak untuk menjadi nyaman dengan tubuh dan jiwa mereka. Relaksasi dapat membantu sirkulasi darah dan oksigen ditubuh, relaksasi juga membantu menstimulasi batang otak untuk melepaskan mekanisme freezing paska kejadian traumatic. Relaksasi yang selama ini dikenal sebagai pendekatan pra terapi bagi orang dewasa (progresive muscle, imajinasi, meta, dll) dapat dimodifikasi untuk relaksasi bagi anak. Pada prinsipnya, kita perlu menambahkan dunia anak dalam proses relaksasi, yakni dengan bermain dan imajinasi.



1. SENSOR TUBUH



Sensor tubuh adalah upaya untuk mendorong mereka menyadari setiap bagian dari tubuhnya dan melakukan self sugesti bahwa tubuhnya sehat. Jika hal ini dilakukan cukup sering maka anak-anak akan terlatih untuk menggunakan kekuatan mental untuk mengendalikan tubuhnya. Teknik ini cocok untuk anakanak usia 4-8 tahun yang senang berimajinasi. Katakan pada anak-anak bahwa mereka akan akan melakukan sensor pada tubuh untuk membuat tubuh mereka terasa nyaman dan sehat. Minta anak-anak untuk melakukan sensor dengan cara menyentuh seluruh tubuh mereka dengan perlahan-lahan (biasanya anakanak akan melakukan dengan cepat). (1) Gosok-gosokkan kedua tangan terebih dahulu, dan (2) tanyakan kepada anak-anak cahaya warna apa yang keluar dari tangan, setiap anak boleh memilih warna yang disukai. Kemudian (3) mulailah dengan mengusap kepala, diperinci ke dahi, pipi kanan, pipi kiri, belakang kepala, sekeliling leher, pundak kanan, tangan kanan, pundak kiri, tangan kiri, dada, perut, kaki kanan dan kaki kiri, ulangi aktivitas ini hingga 3 kali. Setiap kali selesai hingga kaki, (4) berikan sugesti positip dengan mengatakan : “tubuh kita terasa nyaman dan sehat”



2. MENGHIRUP BUNGA



Teknik ini bertujuan menstimulasi anak untuk menghirup oksigen dan nitrogen monoksida yang dibutuhan oleh tubuh. Nitrogen monoksida selain bertindak sebagai neurotsranmiter yang mempercepat pengiriman pesan juga 28



Praktikum Keperawatan Bencana



memberikan efek menenangkan, karena akan mengaktifkan reksi berantai dalam sel-sel tubuh yang menyebabkan pembuluh ddarah mengendur dan berdilatasi. Dengan bernafas menggunakan hidung maka seseorng menghirup udara dengan kadar yang tigg. (Oz, 2009, 267). Suplai oksigen dan nitogen dioksida yang memadai akan membuat tubuh lebih nyaman. Mintalah anakanak untuk menyebutkan bunga yang baunya harum. Andaikata ada seorang anak yang menyebut “Melati” tanyakan siapa yang pernah melihat bunga melati, bagaimana bentuknya, besar atau kecil, apa warnanya. Kemudian katakan; “ mari kita membayangkan memegang bunga melati, tutup mata kita……..sekarang kita hirup baunya dengan hidung kita, ingat dengan hidung kita….hmmmmmmm, bagaimana baunya…..harum khan……Kita ulangi lagi………….Satu dua tiga, kita hirup lagi………….., kita hirup sekali lagi dengan hidung kita……... Lakukan hal ini beberapa kali, agar anak-anak menghirup oksigen dan nitrogen dioksisa dengan melimpah. Tanyakan kepada mereka, “bunga apa lagi yang harum?”



3. TERIAKAN PENGHALAU SINGA



Teknik ini bertujuan untuk membuat anak melepaskan emosi dengan melakukan teriakan sekencang-kencangnya. Mulailah dengan cerita tentang Singa yang mengganggu desa, anda bisa membuat atau mengarang suatu cerita yang menarik tentang hal ini. Kemudian, anak-anak diminta untuk membantu menghalau singa dengan teriakan mereka. Minta anak-anak untuk lari-lari kecil di tempat, semakin lama semakin kencang, kemudian hitunglah 1, 2 dan 3, Pada hitungan ketiga , teriaklah bersama-sama Haauuuuuu sekencang mungkin. Kembali lari-lari kecil, semakin lama semakin kencang kemudian hitunglah 1,2 dan 3, teriak Haauuuuuu lagi. Lakukan hal ini 4-5 kali.



4. MENGELUARKAN RACUN



Katakan pada anak-anak bahwa kita akan mengeluarkan racun dari dalam tubuh, dengan cara menghirup udara sebanyak mungkin dan mengeluarkan dengan cara meniupkannya hingga udara di dalam tubuh terasa habis. Kemudian hirup kuat-kuat lagi dan tiupkan lagi. Ajak anak-anak untuk berimajinasi, setiap kali mereka meniup, ada udara hitam yang keluar dari mulut mereka. Lakukan hal ini sebanyak 5 kali.



5. DOA DAN SHOLAWAT



Ajak anak-anak untuk berdoa atau bershalawat. Setelah selesai, tutup dengan mengatakan “sekarang kita semua merasa lebih tenang” dan tunjukkan dengan gerakan menyentuh dada. Jika hal ini dilakukan terus menerus, anak-anak akan mengasosisasikan doa/sholawat dan menyentuh dada dengan ketenangan.



6. MENYANYIKAN LAGU



Minta anak-anak untuk berbaring dan memejamkan mata mereka. Dengan lembut nyanyikan lagu-lagu yang lembut pengantar tidur, nyanyikan lagu Edisi Pembelajaran Daring



29



tersebut 2-5 kali tergantung panjang pendeknya lagu. Misalnya, Nina bobok, Sayang anak loen sayang,



7. MEMBENTUK BENDA



Teknik ini merupakan modifikasi dari progressive muscle untuk menstimulasi batang otak, agar kembali memiliki control terhadap otot-otot tubuh. Minta anak-anak bergerak atau berjalan pelan di ruangan, setelah bergerak beberapa saat, minta mereka untuk menjadi : Kapas ringan yang terbang terbawa angin.........setelah beberapa saat, menjadi Tiang listrik yang kaku..ayo lebih kaku lagi, semakin kaku, tambah kaku.......menjadi pohon kelapa ditepi pantai....., lebih lentur lagi, semakin letur...menjadi batu yang keras........menjadi ular yang meliukliuk.....menjadi robot yang berjalan…., menjadi tanah liat yang lembek, menjadi batu karang yang keras dan seterusnya.



8. TEMPAT RAHASIA



Bagikan kertas hvs dan pensil warna kepada anak-anak. Minta mereka untuk menggambar suatu tempat yang mereka sukai, tempat itu bisa berupa taman bunga, taman bermain, rumah dari gula-gula, rumah diatas pohon atau apapun juga. Setelah mereka selesai menggambar minta mereka untuk menceritakan, apa yang mereka gambar, ada apa saja disitu, apa saja yang mereka senang lakukan ditempat itu. Setelah mereka selesai menceritakan, katakan bahwa mereka akan diajak untuk mengunjungi tempat rahasia mereka. Minta mereka untuk duduk dengan nyaman, menghirup nafas yang dalam 2-4 kali dan menutup mata mereka. Saat mereka menutup mata, katakan” Saat ini kita masuk dalam tempat rahasia kita, tempat yang kita sukai dan tidak ada seorangpun yang tahu. Lihatlah apa saja yang ada di tempat itu, adakah pohon? Bunga? mainan?..................................... Apa warnanya?...................... Apa lagi yang terlihat? ................Coba sentuh salah satu yang terlihat, rasakan! Bagaimana rasanya? Apakah kasar? Atau halus? Atau panas? Atau dingin? .......................... Coba hirup udaranya, ada bau apakah?..........................................Dengarkan ada suara apa saja disitu............................................Apa yang paling kamu ingin lakukan disitu? Lakukanlah......................Setelah beberapa saat katakan ” secara perlahan kita akan kembali ke tempat ini, Kakak/Abang akang menghitung hingga 5, pada hitungan ke 5, kita akan membuka mata kita dan kembali ke ruangan in, 1. ............,2................3 gerakkan secara perlahan kaki kita, 4, gerakkan secara perlahan ujung jari-jari kita, 5 buka mata perlahan-lahan kembali ke tempat ini”



9. GUA BERTINGKAT 3



Katakan pada anak-anak bahwa kita akan mengajak mereka mengunjungi gua bertingkat 3 . Ajak mereka untuk berdiri dan katakan : Anak-anak kita akan mengunjungi gua bertingkat tiga, kita akan berjalan pelan-pelan mendekati gua yang ada di depan kita (berjalanlah ditempat dengan pelan-pelan), injak batu 30



Praktikum Keperawatan Bencana



dengan menekan kuat (ajukan kaki kanan dan tekan dengan kuat), injak batu disebelah kiri dengan kuat juga (ajukan kaki kiri dan tekan dengan kuat). Ya...... pintu pertama sudah terbuka, liriklah mata ke atas, kita perlu melirik adakah kelelawar diatas (wajah tetap menhadap ke depan), adakah yang melihat? Liriklah sekali lagi? Adakah yang melihat kelelawar diatas? Liriklah sekali lagi? Apa yang terlihat anak-anak? Baik, kalau begitu situaisinya aman. Sekarang kita putuskan tali yang dapat mengangkat kita ke atas, gigit dengan kuat........lebih kuat......lebih kuat lagi............(ekspresikan seolah-olah kita sungguh-sungguh mengginggit sesuatu), ya kita butuh tenaga yang lebih kuat, anak-anak tarik nafas yang kuat.........nah sekarang kita lebih kuat, mari kita gigit lagi...........gigit yang kuat......lebih kuat lagi........., wah kita harus mengambil tenaga lagi, tarik nafas dalam... ya kita sekarang sudah lebih kuat lagi, mari kita gigit lagi.......... gigit yang kuat.........lebih kuat lagi................ya talinya putus, wah rasakan otot dipipi kita rasanya jadi lemas khan? Mari kita ikatkan tali itu ke perut kita, ikat yang kencang, tahan nafas kencangkan perut kita supaya tidak sakit, tarik lebih kencang lagi talinya, semakin kencang, ya tahan....kita diangkat naik ke tingkat 2. Nah lepaskan talinya, rasakan segera perut kita lega khan?.....mari kita ambil kekuatan lagi, tarik nafas.............ya kita sudah siap lagi mari kita ikatkan lagi, ikat lebih kencang, semakin kencang, kencangkan perut kita. Tahan......tahan.......ya kita sampai tingkat 3 , kendorkan perut kita....rasakan lemasknya perut kita..... lebih enak khan? Di depan kita ada batu yang menghalangi jalan, kita perlu menyingkirkannya.......tarik nafas dulu ambil tenaga, hembuskan perlahan, mari kita ambil batu itu, angkat ke atas, terus ke atas dan buang ke sampig kanan. Masih ada satu batu lagi, tarik nafas, keluarkan perlahan agar tenaga kita bertambah, angkat lagi, terus angkat, batu itu berat sekali, lempar ke kiri.. Mari kita berjalan lagi (berjalanlah ditenpat dengan perlahan), di depan kita ada pintu, mari kita dorong, tarik nafas dahulu, mengambil tenaga, hembuskan perlahan. Mari kita dorong, satu........dorong yang lebih kuat......dua............... Wah pintunya tidak mau terbuka (kendorkan tangan anda), kita ulangi lagi, ambil tenaga dulu (tarik nafas dan hembuskan perlahan), mari kita dorong bersama, satu........lebih kuat lagi........dua.........semakin kuat, tiga.......horeee pintu terbuka...... tepuk tangan......... rasakan tangan dan seluruh tubuh kita menjadi lemas rasanya. Kita sudah sampai tingkat 3



10. BERIMAJINASI DENGAN AWAN



Ajak anak-anak untuk berbaring atau duduk di tempat terbuka yang teduh. Ajak anak-anak untuk melihat awan dan berimajinasi tentang bentuk awan, misalnya mana awan yang berbentuk salju, berbentuk bola, berbentuk kuda, dan seterusnya



Edisi Pembelajaran Daring



31



REFERENSI:



• Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Buku Panduan Dukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana Alam. 2020. Diakses pada tanggal 01 Oktober 2020 di web https:// www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/38/2713/buku-panduandukungan-psikososial-bagi-anak-korban-bencana-alam • Kharismawan, Kuriake. Panduan Program Psikososial Paska Bencana. Pusat Pusat Pengendalian Trauma, Universitas Soegijapranata.



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM SKENARIO KASUS BENCANA ALAM:



Pada tanggal 30 September 2020 terjadi gempa bumi berkekuatan 7,6SR di kota Padang. Gempa tersebut membuat banyak kerusakan seperti gedung sekolah, perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan dan rumah warga. Daerah yang paling berdampak gempa adalah daerah Purus kota Padang. Hampir seluruh bangunan di daerah tersebut lulu lantak. Sebagian masyarakat mengungsi di Mesjid yang sudah dispersiapkan oleh pemerintah sebagai tempat pengungsian. Banyak anak-anak dan remaja yang menjadi korban. Satu kelompok relawan yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, datang ke tempat pengungsian untuk memberikan trauma healing pada anak dan remaja disana. Ketika sampai di daerah pengungsian tim relawan melihat sebagian besar anak-anak duduk dengan wajah bersedih. Bahkan ada anak yang belum bertemu dengan orang tua nya. Buatlah perencaan kegiatan trauma healing yang bisa dilakukan oleh mahasiswa keperawatan kepada anak dan remaja di tempat pengungsian tersebut, lalu lakukan role play dengan kelompok praktikum. Role play yang dilakukan dibuat dalam bentuk video dan di upload di LMS (i-learn) Fakultas Keperawatan UNAND.



32



Praktikum Keperawatan Bencana



LEMBARAN KERJA 7 Role Play Masalah Psikososial pada Dewasa dan Lansia



TUJUAN PEMBELAJARAN:



Mahasiswa mampu melakukan role play dalam penanganan masalah psikosial yang terjadi pada orang dewasa dan lansia pada saat terjadinya bencana dan paska bencana.



DAMPAK PSIKOLOGIS BENCANA PADA ORANG DEWASA



Kondisi psikososial didaerah bencana khususnya bagi kaum perempuan mengakibatkan berbagai goncangan psikologis seperti hilangnya rasa percaya diri, muncul kekhawatir bahkan memunculkan gejala phobia yaitu perasaan takut yang berlebihan. Individu dan komunitas mengalami trauma dan tekanan hidup bertubi-tubi dan berkelanjutan. Situasi demikian dapat menurunkan motivasi untuk mempertahankan hidup selanjutnya. Selain implikasi psikososial yang pada umumnya muncul dikalangan perempuan, biasanya mereka mengalami pengalaman traumatis dimana daya penyesuaian satu individu dengan individu lainnya akan mengalami kendala. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: a. Gambaran umum tentang dirinya, b. Dukungan sosial yang diterimanya, c. Kapasitas berpikir dan penyesuaian diri, d. Tingkat keparahan, e. Pengalaman traumatik Selain itu korban bencana akan mengalami perubahan dalam kepribadian yang berpengaruh pada tingkat fungsi dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya dan bahkan mereka tidak mampu menata kembali hidup mereka. Sebagian besar dari korban bencana mengalami gejala temporer. Gejala yang paling popular adalah stres dan stres paska trauma yang seringkali menghinggapi korban-korban bencana. Stres terjadi karena adanya situasi eksternal atau internal yang memunculkan tekanan atau gangguan pada keseimbangan hidup individu. Kaum perempuan di daerah bencana karena hidup dengan kondisi yang lebih lebih buruk dari sebelumnya maka memunculkan perasaan gelisah, sedih, Edisi Pembelajaran Daring



33



tak berdaya dan bingung. Harapan hidupnya seolah-olah hilang. Depresi akan mucul akibat ketidakmampuan melakukan perubahan. Individu dan komunitas mengalami situsi belajar dari pengalaman dan situasi hidup bahwa mereka tidak mampu mengatasinya. Trauma yang muncul ini bersifat kolektif dan memberikan dampak psikososial. Beberapa gejala yang pada umumnya muncul akibat bencana adalah sebagai berikut: 1. Ingatan yang senantiasai mencengkeram berbagai bayangan tentang trauma 2. Perasaan seolah-olah trauma muncul kembali 3. Mimpi buruk 4. Gangguan tidur 5. Gangguan makan (muntah/mual) 6. Gangguan saat mengingat traumna 7. Ketakutan 8. Kewaspadaan yang berlebih 9. Kesulitan mengendalikan emosi 10. Kesulitan berkonsentrasi



DAMPAK PSIKOLOGIS BENCANA PADA LANSIA



Para lansia  telah mengalami penurunan kemampuan fisik dan mental. Kemampuan adaptasi yang dimiliki juga sudah sangat jauh berkurang, sehingga sangat rentan terhadap perubahan. Selain itu kaum lanjut usia ini juga telah kehilangan peran, sehingga merasa dirinya tidak berarti dan tidak dibutuhkan lagi oleh keluarganya. Mereka juga rentan terhadap kemungkinan diabaikan oleh keluarga.



AKTIVITAS PSIKOSOSIAL PADA ORANG DEWASA



1. 2. 3. 4.



Ajak untuk perbanyak melakukan kegiatan agama Temani mereka Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa sendiri Menjadi pendengar yang baik terutama saat ia menceritakan perasaannya tentang bencana yang menimpa 5. Dorong korban untuk banyak beristirahat dan makan yang cukup 6. Ajak korban melakukan aktifitas yang positif 7. Ajak korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari 8. Ajak bercIbu-ibu/Bapak dengan menggunakan humor ringan 9. Ajak berbincang-bincang tentang kondisi saat ini diluar 10. Membantu menemukan sanak saudara yang masih terpisah 11. Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga menimbulkan harapan



34



Praktikum Keperawatan Bencana



AKTIVITAS PSIKOSOSIAL PADA WANITA 



Dalam memulihkan diri sendiri : 1. Mengungkap masalah yang dirasakan kepada orang yang dipercayai 2. Merawat dan menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun psikis 3. Melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai yang dapat mengalihkan dari pikiranpikiran akan kejadian, baik dilakukan sendiri maupun secara berkelompok 4. Belajar Ketrampilan Baru 5. Mencoba iklas dan mendekatkan diri kepada-Nya Membantu keluarganya dalam memulihkan kondisi pasca bencana 1. Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai bencana (gempa, banjir, tsunami, longsor dll) kepada anak dan keluarga. 2. Saling mendukung dan memperhatikan sesama anggota keluarga, serta memberikan perhatian lebih kepada anggota keluarga yang masih memiliki masalah akibat bencana dan peristiwa sulit 3. Memberikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah. 4. Apabila dia berperan sebagai orang tua tunggal, maka dia bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarga sesuai dengan kemampuan/ketrampilan yang dimiliki. Memulihkan sesama perempuan dalam komunitas: 1. Saling memberikan perhatian kepada sesama perempuan korban bencana yang tinggal di sekitarnya. 2. Saling bercerita dan berbagi perasaan antar sesama perempuan di komunitas 3. Saling memberi informasi kepada sesama perempuan baik dalam hal mengembangkan usaha (industri kecil) bersama-sama dan dapat berupa informasi lainnya. 4. Mengajak rekan perempuan dalam komunitas agar lebih percaya diri, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok 5. Bersama-sama ikut memberikan pendapat dalam rapat atau pertemuan penyelesaian masalah karena suara perempuan juga penting.



 AKTIVITAS PSIKOSOSIAL PADA LANSIA



1. Berikan keyakinan yang positif 2. Dampingi pemulihan fisiknya dengan melakukan kunjungan berkala 3. Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan kenyamanan pada lokasi penampungan 4. Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga maupun lingkungan sosial lainnya 5. Dampingi untuk menapatkan pengobatan dan bantuan keuangan



Edisi Pembelajaran Daring



35



TRAUMA HEALING



Untuk mengatasi trauma pada korban bencana, maka dilaksanakan program trauma healing. Trauma healing merupakan salah satu program yang bertujuan untuk penyembuhan luka trauma yang dialami oleh korban bencana, mulai dari anak-anak, dewasa, dan lansia. Beberapa program trauma healing yang dapat dilaksanakan yaitu: a. Diskusi kelompok Diskusi kelompok dapat dijalankan dengan membentuk FGD (Focus Group Discussion) dimana dalam kelompok ini, peserta mendiskusikan sebuah topic masalah kemudian mencari pemecahan masalah dari topic yang diangkat dan disepakati. b. Kegiatan ibadah Kegiatan ibadah sangat membantu korban bencana dalam menerima apa yang dialaminya dengan ikhlas dan lapang dada. Selain, fisik, rohani korban juga perlu diberikan siraman agar korban tetap tegar dalam menjalani kondisinya saat pasca bencana. Salah satu kegiatan ibadah yang dapat dijalankan untuk korban dewasa yaitu majelis taklim. c. Kesenian dan keterampilan Kegiatan kesenian dan keterampilan yang dilakukan hendaknya kegiatan yang dapat menghasilkan uang, sehingga kegiatan ini memberikan manfaat bagi korban dewasa. Diantara kegiatan kesenian dan keterampilan yang dapat dilakukan, yaitu: menyulam, merajut, memasak, dan lain-lain. d. Terapi Aktivitas dan exercise pada lansia Melakukan latihan fisik secara teratur dengan tujuan meningkatkan kesehatan, bisa dilakukan individu dan kelompok.



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM SKENARIO KASUS BENCANA ALAM:



Tanggal 01 Oktober 2020 terjadi hujan deras berturut-turut selama 2 hari menyebabkan meluapnya sungai di daerah Kuranji Kota Padang. Banjir merendam ratusan rumah warga di daerah tersebut, ratusan warga harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Kondisi tanggal 3 OKtober 2020 hujan sudah mulai berhenti dan air sudah mulai surut, namun masyarakat belum disarankan untuk kembali ke rumah masing-masing. Masyarakat mengungsi di daerah tinggi yaitu di sebuah gedung perkantoran yang dikondisikan sebagai tempat pengungsian. Satu kelompok relawan yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, datang ke tempat pengungsian untuk memberikan trauma healing pada masyarakat dan lansia disana. Ketika sampai di daerah pengungsian tim relawan melihat sebagian besar pengungsi duduk termenung dengan wajah muram, masyarakat banyak mengalami kerugian 36



Praktikum Keperawatan Bencana



terkait kerusakan rumah, kehilangan harta benda, bahkan ada yang anggota keluarga nya belum bisa dihubungi. 1. Buatlah perencaan kegiatan trauma healing yang bisa dilakukan oleh mahasiswa keperawatan kepada orang dewasa dan lansia di tempat pengungsian tersebut, lalu lakukan role play dengan kelompok praktikum. 2. Role play yang dilakukan dibuat dalam bentuk video dan di upload di LMS (i-learn) Fakultas Keperawatan UNAND.



Edisi Pembelajaran Daring



37



LEMBARAN KERJA 8 Simulasi Penanggulangan Bencana: Evakuasi Korban dan Triase Lapangan



TUJUAN PEMBELAJARAN:



Mahasiswa mampu mensimulasikan evakuasi korban dan triage lapangan pada kasus/skenario yang diberikan.



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM TRIASE



Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan kartu merah, kuning, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban. Prinsip utama triage adalah menolong para penderita yg mengalami cedera/keadaan yg berat namun memiliki harapan hidup. Triase lapangan dilakukan pada tiga kondisi: 1) Triase di tempat (triase satu) 2) Triase medik (triase dua) 3) Triase evakuasi (triase tiga)



TRIASE DI TEMPAT



Triase di tempat dilakukan di “tempat korban ditemukan” atau pada tempat penampungan yang dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama atau Tenaga Medis Gawat Darurat. Triase di tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke pos medis lanjutan. Metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T (Simple Triage and Rapid Treatment ). Metode ini dibagi 4 kategori, yaitu: 1. Prioritas I Merah: Merupakan prioritas utama, diberikan pada korban dalam keadaan kritis, seperti : a. gangguan jalan napas b. Perdarahan besar/tidak terkontrol c. Penurunan respon/status mental 38



Praktikum Keperawatan Bencana



2. Prioritas II Kuning : tidak ada ancaman nyawa, tapi perlu pertolongan, contoh: a. Luka bakar tanpa gangguan jalan napas atau kerusakan alat gerak b. Patah tulang tertutup yang tidak bisa jalan c. Cedera punggung 3. Prioritas III Hijau : kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai “walking wounded” atau orang cedera yang dapat berlajan sendiri. 4. Prioritas 0 hitam: korban sudah meninggal/mengalami cedera yang mematikan



PELAKSANAAN TRIAGE METODE S.T.A.R.T



1. Langkah pertama korban yang dapat ditunda. Kenali dan kelompokkan semua penderita yang dapat/mampu berjalan ke areal yg telah ditentukan, beri label HIJAU. 2. Langkah kedua pemeriksaan pernapasan. Sekarang para penolong menghampiri mereka yang tidak mampu berjalan. Kemudian menilai pernapasannya. Bila korban tidak bernapas buka napas dengan tekan dahi angkat dagu. Bila tetap tidak bernapas setelah jalan napas dibuka maka berikan tanda HITAM, jika ia bernapas 30 kali atau lebih per menit berikan tanda MERAH. 3. Langkah ketiga – Penilaian Sirkulasi 4. Melakukan penilaian sirkulasi dengan cara memeriksa WPK (Waktu Pengisian Kapiler) denagn cara menekan diatas kuku ujung jari korban, ujung jari dibawah kuku akan pucat. Bila tekanan dilepas maka ujung jari akan menjadi merah. Apabila ternyata llebih dari 2 detik beri warna MERAH bila kurang dari 2 detik lakukan langkah selanjtunya. 5. Langkah keempat Penilaian status Mental a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH c. Bila mampu beri label KUNING



TRIASE MEDIK



Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter bedah). Tujuan triase medik adalah menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.



TRIASE EVAKUASI



Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah Sakit yang telah siap menerima korban bencana massal. Jika pos medis lanjutan dapat Edisi Pembelajaran Daring



39



berfungsi efektif, jumlah korban dalam status “merah” akan berkurang, dan akan diperlukan pengelompokan korban kembali sebelum evakuasi dilaksanakan. Tenaga medis di pos medis lanjutan dengan berkonsultasi dengan Pos Komando dan Rumah Sakit tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat keputusan korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, Rumah Sakit tujuan, jenis kendaraan dan pengawalan yang akan dipergunakan.



Gambar 7 skema triase START



PERTOLONGAN PERTAMA



Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan, petugas Pemadam Kebakaran, Polisi, tenaga dari unit khusus, Tim Medis Gawat Darurat dan Tenaga Perawat Gawat Darurat Terlatih. Pertolongan pertama dapat diberikan di lokasi seperti berikut: 1. Lokasi bencana, sebelum korban dipindahkan 2. Tempat penampungan sementara 3. Pada “tempat hijau” dari pos medis lanjutan 4. Dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas Pertolongan pertama yang diberikan pada korban dapat berupa kontrol 40



Praktikum Keperawatan Bencana



jalan napas, fungsi pernapasan dan jantung, pengawasan posisi korban, kontrol perdarahan, imobilisasi fraktur, pembalutan dan usaha-usaha untuk membuat korban merasa lebih nyaman. Harus selalu diingat bahwa, bila korban masih berada di lokasi yang paling penting adalah memindahkan korban sesegera mungkin, membawa korban gawat darurat ke pos medis lanjutan sambil melakukan usaha pertolongan pertama utama, seperti mempertahankan jalan napas, dan kontrol perdarahan. Resusitasi Kardiopulmoner tidak boleh dilakukan di lokasi kecelakaan pada bencana massal karena membutuhkan waktu dan tenaga.



POS MEDIS LANJUTAN



Pos medis lanjutan didirikan sebagai upaya untuk menurunkan jumlah kematian dengan memberikan perawatan efektif (stabilisasi) terhadap korban secepat mungkin. Upaya stabilisasi korban mencakup intubasi, trakeostomi, pemasangan drain thoraks, pemasangan ventilator, penatalaksanaan syok secara medikamentosa, analgesia, pemberian infus, fasiotomi, imobilisasi fraktur, pembalutan luka, pencucian luka bakar. Fungsi pos medis lanjutan ini dapat disingkat menjadi “Three ‘T’ rule” (Tag, Treat, Transfer) atau hukum tiga (label, rawat, evakuasi). Lokasi pendirian pos medis lanjutan sebaiknya cukup dekat untuk ditempuh dengan berjalan kaki dari lokasi bencana (50–100 meter) dan daerah tersebut harus: 1. Termasuk daerah yang aman 2. Memiliki akses langsung ke jalan raya tempat evakuasi dilakukan 3. Berada di dekat dengan Pos Komando 4. Berada dalam jangkauan komunikasi radio.



Gambar 8 Area Triase



EVAKUASI KORBAN BENCANA



Evakuasi korban bencana merupakan memindahkan korban/penderita bencana dari lokasi bencana ke tempat yang lebih aman dan mengusahakan penderita/korban yang masih bernyawa untuk dapat diselamatkan. Tujuan evakuasi adalah untuk menyelamatkan nyawa penderita/korban yang masih Edisi Pembelajaran Daring



41



hidup dan memindahkan penderita/korban yang sudah tidak bernyawa. Kebijakan dalam melakukan evakuasi korban bencana adalah: 1. Mendahulukan korban yang masih bernyawa dan kemungkinan besar dapat diselamatkan. 2. Korban yang tingkat kegawatannya tinggi dan beresiko mati, lebih baik ditinggalkan terlebih dahulu.



PROSEDUR EVAKUASI:



1. Petugas evakuasi harus membekali diri dengan segala keperluan pribadi serta membekali diri dengan membawa alat dan obat untuk pertolongan pertama. 2. Menentukan skalasi bencana;luas wilayah,jumlah korban,jenis penyakit,sarana dan prasarana yang tersisa, sisa SDM dan akses jalan menuju lokasi bencana. 3. Menyampaikan hasil survey awal ke rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat mempersiapkan diri. 4. Petugas lapangan menilai tingkat kegawatan korban untuk korban luka ringan dan sedang di beri pertolongan pertama di tempat kejadian atau pos kesehatan lapangan. 5. Korban luka ringan dan sedang diperlakukan sama seperti masyarakat umum. 6. Korban luka berat segera dievakuasi ke RS rujukan wilayah/RS Polri / RS TNI terdekat. 7. Korban yang memerlukan perawatan lebih lanjut dapat dievakuasi ke pusat rujukan melalui jalan darat/sungai/laut/udara sesuai sarana yang dimiliki.



MEMINDAH DAN MENGANGKAT PENDERITA/KORBAN



1. Sebelum mengangkat penderita perlu memperhatikan beberapa hal seperti berapa berat objek, apakah memerlukan bantuan tambahan dalam mengangkat dsb. 2. Komunikasikan rencana untuk mengangkat dan mengangkut dengan rekan anda. 3. Pada saat mengangkat penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya: a. Posisikan kaki dengan baik. Kaki harus kokoh, menapak pada permukaan dan diposisikan sepanjang lebar bahu. b. Ketika mengangkat, gunakan kaki anda, bukan punggung anda untuk mengangkat. c. Ketika mengangkat, jangan berputar atau membuat gerakan lain selain mengangkat. Usaha untuk berbelok atau berputar ketika mengangkat merupakan penyebab utama cedera. d. Ketika mengangkat dengan satu tangan, jangan mengkompensasi. e. Hindari bersandar ke sisi manapun. Jaga punggung anda tetap lurus dan terkunci. 42



Praktikum Keperawatan Bencana



f. Jaga beban sedekat mungkin dengan tubuh anda. Semakin jauh beban dari tubuh anda, semakin besar kemungkinan anda cedera. g. Ketika membawa penderita pada tangga, jika memungkinkan gunakan kursi tangga daripada tandu. 4. Pada saat menjangkau penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya: a. Jaga punggung tetap dalam posisi lurus/ terkunci. b. Hindari berputar ketika menjangkau. c. Hindari menjangkau lebih dari 15-20 inchi di depan tubuh anda. d. Hindari menjangkau yang berkepanjangan ketika diperlukan usaha yang besar 5. Pada saat mendorong atau menarik penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya: a. Lebih baik dorong daripada tarik, jika memungkinkan. b. Jaga punggung tetap lurus/terkunci. c. Jaga garis tarikan melalui pusat tubuh anda dengan menekuk lutut. d. Jaga beban dekat dengan tubuh anda. e. Jika beban dibawah pinggang, dorong atau tarik dari posisi berlutut. f. Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala.



REFERENSI:



Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional) Edisi Revisi. Jakarta.



SKENARIO:



Bencana longsor kembali terjadi dan menimbulkan korban jiwa di kaki gunung Singgalaang pada tanggal 5/10 2020. Longsor menimbun 14 rumah. Team BPBD segera bergerak cepat dan dalam perjalanannya berkoordinasi dengan pusat pelayanan kesehatan terdekat baik puskesmas maupun rumah sakit serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Tim segera mengaktifkan Sistem Penaggulangan Gawat Darurat Terpadu-Bencana (SPGDT-B), dan dibantu dengan para relawan, tim segera menyisir beberapa lokasi untuk mencari korban, memberi pertolongan awal dan merujuk ke RS terdekat. Diantara korban tampak beberapa orang kritis. Adapun rincian korban bencana ini sebagai berikut: a. Seorang pria paruh baya yang terluka pada kaki dan kepalanya dan berkali-kali berteriak memanggil petugas kesehatan. b. Seorang korban usia lanjut tampak nafas yang tersengal – sengal dengan jejas di dinding dadanya disertai ketertinggalan gerak salah satu dinding dadanya. c. Seorang ibu muda dengan bayi menderita luka di kepala dan wajah penuh dengan tanah disertai adanya memar pada beberapa bagian tubuh dengan keadaan tidak menangis. Edisi Pembelajaran Daring



43



d. Seorang wanita hamil yang tampak lemah dengan perdarahan. e. Seorang laki-laki muda dengan tubuh penuh tanah dengan kondisi lemah namun masih bisa diajak berbicara. f. Seorang laki-laki yang terbaring lemah dan tampak pucat dengan perut yang distended dan nadi yang lemah. g. Seorang korban wanita muda terbaring tidak sadar dengan luka berat di kepala. h. Seorang anak-anak yang tergeletak terhimpit runtuhan bangunan dan naditidak teraba i. Seorang wanita paruh baya tergeletak di lantai, dengan kaki terhimpit reruntuhan bangunan, terlihat lemah dengan pendarahan di daerah kaki. j. Puluhan korban dengan luka-luka ringan di bagian tubuhnya. Lakukan triage pada kondisi diatas dan tentukan dari korban A-J mana yang termasuk kategori label hitam, merah, kuning dan hijau. Jelaskan cara evakuasi yang dilakukan untuk menyelamatkan korban bencana tersebut.



44



Praktikum Keperawatan Bencana



LEMBARAN KERJA 9 Simulasi Penanggulangan Bencana: Penanganan Gawat Darurat



TUJUAN PEMBELAJARAN:



Mahasiswa mampu mensimulasikan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu pada saat terjadinya bencana.



KONSEP SPGDT



Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah suatu sistem berupa koordinasi dari sektor kesehatan yang didukung oleh sektor lain dan kegiatan kelompok profesional pada keadaan kedaruratan medis sehari hari (SPGDT-S) dan pelayanan kedaruratan medis pada saat kejadian bencana (SPGDT-B). Pada penanganan bencana dengan korban masal (pra rumah sakit, dirumah sakit dan antar rumah sakit) memerlukan pengaturan dan penetapan tentang : 1. Koordinasi dan komando (perlu kesepakatan semua unsur terlibat baik unsur pelayanan medis maupun unsur penanganan bencana secara menyeluruh) pada saat penanganan bencana berlangsung. 2. Pengaturan bila diperlukan peningkatan (eskalasi) dan mobilisasi sumber daya (SDM, fasilitas dan sumber daya lain) terkait dengan masalah penugasan termasuk pembiayaan. 3. Pelatihan berupa simulasi dari prosedur tetap (Protap), petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis yang dibuat oleh masing-masing institusi agar dapat diimplementasikan, pada saat penyiagaan dan penanganan bencana. 4. Pelaporan, monitoring dan evaluasi yang didokumentasikan untuk menganalisis/ mengetahui masalah dan hasil penanganan pada saat pasca bencana.



PENILAIAN AWAL



Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang dapat terjadi dan memobilisasi sumber daya yang adekuat Edisi Pembelajaran Daring



45



sehingga penatalaksanaan lapangan dapat diorganisasi secara benar. Di dalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk mengidentifikasi: 1. Lokasi kejadian secara tepat 2. Waktu terjadinya bencana 3. Tipe bencana yang terjadi 4. Perkiraan jumlah korban 5. Risiko potensial tambahan 6. Populasi yang terpapar oleh bencana 7. Pelaporan ke Tingkat Pusat Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi kecelakaan. Keterlambatan akan timbul dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal, atau informasi yang dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan.



PENYEBARAN INFORMASI PESAN SIAGA



Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga, memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan bencana massal. Pesan siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat dengan menggunakan tata cara yang telah ditetapkan.



IDENTIFIKASI AWAL DILOKASI



Tugas kedua tim penilai awal adalah untuk mengidentifikasi lokasi penanggulangan bencana. Hal ini mencakup: 1. Daerah pusat bencana 2. Lokasi pos komando 3. Lokasi pos pelayanan medis lanjutan 4. Lokasi evakuasi 5. Lokasi VIP dan media massa 6. Akses jalan ke lokasi. Identifikasi awal lokasi-lokasi di atas akan memungkinkan masing-masing tim bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja mereka secara cepat dan efisien. Salah satu cara terbaik untuk proses pra-identifikasi ini adalah dengan membuat suatu peta sederhana lokasi bencana yang mencantumkan topografi utama daerah tersebut seperti jalan raya, batas-batas wilayah alami dan artifisial, sumber air, sungai, bangunan, dan lain-lain. Dengan peta ini dapat dilakukan identifikasi daerah-daerah risiko potensial, lokalisasi korban, jalan untuk mencapai lokasi, juga untuk menetapkan perbatasan area larangan. 46



Praktikum Keperawatan Bencana



Dalam peta tersebut juga harus dicantumkan kompas dan petunjuk arah mata angin.



TINDAKAN KESELAMATAN



Tindakan penyelamatan diterapkan untuk memberi perlindungan kepada korban, tim penolong dan masyarakat yang terekspos dari segala risiko yang mungkin terjadi dan dari risiko potensial yang diperkirakan dapat terjadi (perluasan bencana, kemacetan lalu lintas, material berbahaya, dan lain-lain). Langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan, antara lain: 1. Aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko seperti dengan memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya, penggunaan pakaian pelindung, dan evakuasi masyarakat yang terpapar oleh bencana. 2. Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area larangan berupa: a. Daerah pusat bencana—terbatas hanya untuk tim penolong profesional yang dilengkapi dengan peralatan memadai. b. Area sekunder—hanya diperuntukkan bagi petugas yang ditugaskan untuk operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan kontrol, komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos medis lanjutan, pusat evakuasi dan tempat parkir bagi kendaraan yang dipergunakan untuk evakuasi dan keperluan teknis. c. Area tersier—media massa diijinkan untuk berada di area ini, area juga berfungsi sebagai “penahan” untuk mencegah masyarakat memasuki daerah berbahaya. Luas dan bentuk area larangan ini bergantung pada jenis bencana yang terjadi (gas beracun, material berbahaya, kebakaran, kemungkinan terjadinya ledakan), arah angin dan topografi. Langkah penyelamatan akan diterapkan oleh Tim Rescue dengan bantuan dari Dinas Pemadam Kebakaran dan unit-unit khusus (seperti ahli bahan peledak, ahli material berbahaya, dan lain-lain) dalam menghadapi masalah khusus. Area larangan ditetapkan oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan jika diperlukan dapat dilakukan koordinasi dengan petugas khusus seperti kepala bandar udara, kepala keamanan di pabrik bahan kimia, dan lainlain.



LANGKAH PENGAMANAN



Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah campur tangan pihak luar dengan tim penolong dalam melakukan upaya penyelamatan korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi dengan melakukan kontrol lalu lintas dan keramaian. Langkah penyelamatan ini memengaruhi penyelamatan dengan cara: 1. Melindungi tim penolong dari campur tangan pihak luar Mencegah terjadinya kemacetan dalam alur evakuasi korban dan mobilisasi sumber daya. 2. Melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh kecelakaan yang terjadi. Edisi Pembelajaran Daring



47



Faktor keamanan ini dilaksanakan oleh Kepolisian, unit khusus (Angkatan Bersenjata), petugas keamanan sipil, petugas keamanan bandar udara, petugas keamanan Rumah Sakit, dan lain-lain.



POS KOMANDO



Pos Komando merupakan unit kontrol multisektoral yang dibentuk dengan tujuan: 1. Mengoordinasikan berbagai sektor yang terlibat dalam penatalaksanaan di lapangan. 2. Menciptakan hubungan dengan sistem pendukung dalam proses penyediaan informasi dan mobilisasi sumber daya yang diperlukan. 3. Mengawasi penatalaksanaan korban. Semua hal di atas hanya dapat terwujud jika Pos Komando tersebut mempunyai jaringan komunikasi radio yang baik. Penatalaksanaan lapangan dari suatu bencana massal membutuhkan mobilisasi dan koordinasi sektor-sektor yang biasanya tidak bekerja sama secara rutin. Efisiensi aktivitas pra-rumah sakit ini bergantung pada tercipta-nya koordinasi yang baik antara sektorsektor tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan koordinasi ini Pos komando harus dibentuk pada awal operasi pertolongan bencana massal. Kriteria utama bagi efektifnya Pos Komando adalah tersedianya sistem komunikasi radio. Sistem ini dapat bervariasi antara peralatan yang sederhana seperti radio-komunikasi di mobil polisi hingga yang kompleks pos komando bergerak khusus, bertempat di tenda hingga yang ditempatkan dalam bangunan permanen. Pos Komando ditempatkan diluar daerah pusat bencana, berdekatan dengan pos medis lanjutan dan lokasi evakuasi korban. Pos ini harus mudah dikenali dan dijangkau, dapat mengakomodasi semua metode komunikasi baik komunikasi radio maupun visual.



PENCARIAN DAN PENYELAMATAN



Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh Tim Rescue (Basarnas, Basarda) dan dapat berasal dari tenaga suka rela bila dibutuhkan. Tim ini akan: 1. Melokalisasi korban. 2. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat pengumpulan / penampungan jika diperlukan. 3. Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian). 4. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan. 5. Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan. Bergantung pada situasi yang dihadapi (gas beracun, material berbahaya), tim ini akan menggunakan pakaian pelindung dan peralatan khusus. Jika tim ini 48



Praktikum Keperawatan Bencana



bekerja di bawah kondisi yang sangat berat, penggantian anggota tim dengan tim pendukung harus lebih sering dilakukan. Di bawah situasi tertentu dimana lokalisasi korban sulit dilakukan (seperti korban yang terjebak dalam bangunan runtuh), pembebasan korban akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika kondisi korban memburuk, pimpinan tim SAR melalui Pos Komando dapat meminta bantuan tenaga medis lapangan dari tim medis untuk melakukan stabilisasi korban selama proses pembebasan dilakukan. Tenaga medis yang melakukan prosedur ini harus sudah dilatih khusus untuk itu, dan prosedur ini hanya boleh dilakukan pada situasi-situasi yang sangat mendesak. Jika daerah pusat bencana cukup luas mungkin perlu untuk membaginya menjadi daerah-daerah yang lebih kecil dan menugaskan satu tim SAR untuk setiap daerah tersebut. Dalam situasi seperti ini, atau jika daerah pusat bencana tidak aman bagi korban, tim SAR dapat membuat suatu tempat penampungan di dekat daerah pusat bencana dimana korban akan dikumpulkan sebelum pemindahan selanjutnya. Tempat penampungan ini diorganisasikan oleh tenaga medis gawat darurat bersama para sukarelawan dimana akan dilakukan triase awal, pertolongan pertama dan pemindahan korban ke pos medis lanjutan.



Gambar 9 Alur Rujukan



HOSPITAL DISASTER PLAN



Pada saat terjadi bencana (internal atau eksternal) maka rumah sakit harus sudah menyiapkan diri dengan membuat perencanaan sebelumnya yaitu : Edisi Pembelajaran Daring



49



a. Perencanaan penanganan korban bencana di area musibah/ area bencana (pengiriman tim ke lokasi bencana). b. Perencanaan RS menerima korban bencana (korban masal) yang dikirim ke rumah sakit dari lokasi bencana. c. Perencanaan penanganan pasien dan masyarakat RS menghadapi bencana yang terjadi di dalam RS Terdapat tugas dan tanggung jawab RS dalam menghadapi bencana yaitu: a. Membuat perencanaan bila menghadapi disaster dan selalu dievaluasi. b. Melakukan koordinasi dgn instansi di luar RS & antar unit kerja didalam RS c. Melakukan pelatihan periodik dan berkelanjutan bagi personil di RS d. Menyiagakan sistem komunikasi, sistem evakuasi penggerakan ambulans, penyediaan obat dan alat untuk korban masal. e. Menentukan penanggung jawab dan jadwal penugasan & diketahui oleh seluruh pegawai di RS pada saat kebakaran.



PENGIRIMAN TIM KE LAPANGAN (FOREIGN MEDICAL TEAM)



Pada kejadian bencana yang terjadi di luar Rumah sakit memerlukan pengkajian sbb (for external disaster; establish context ): 1. Keadaan khusus di masyarakat yang berhubungan dengan kepadatan penduduk (Characteristic community, demographic such as population density). 2. Tersedianya sumber dana /All resources (transportation, logistics). 3. Sistem komunikasi dan jejaring sosial yang tersedia saat itu/Social network , communication system. 4. Permasalahan yang berhubungan dengan infrastruktur /Infrastructure problem (jalan raya, tempat penampungan, bandara / pelabuhan). 5. Karakteristik kasus korban bencana /Characteristic the victims misalnya pada saat gempa akan ditemukan banyak kasus tauma, pada saat gunung meletus akan didapatkan kasus ISPA dan luka bakar, pada saat terjadi banjir akan banyak dijumpai kasus infeksi. Pengiriman tim ke lapangan memerlukan beberapa pertimbangan tentang beberapa hal penting: 1. Komposisi tim yang akan dikirim ketempat bencana dengan kemampuan khusus yang dimiliki /Team composition (speciality). 2. Komando/ Koordinator tim yang memiliki kemampuan mengaktivasi tim di lapangan/ Team commander and who activate the team. 3. Diperlukan peralatan medis, peralatan proteksi diri para petugas, logistic pendukung yang dibutuhkan tim/ Need the medical equipment, protective clothing, supporting logistics. 4. Kesepakatan sistim komunikasi dan transportasi/ Communication and transport arrangement. 50



Praktikum Keperawatan Bencana



KEGIATAN YANG DAPAT DILAKUKAN:



• Pembuatan rumah sakit lapangan (menggunakan tenda, bangunan yang ada dan mengelola penyelenggaraan pelayanan kesehatan di lokasi bencana • Membantu rumah sakit lain (RS terdekat dengan lokasi bencana/ RS rujukan di lokasi bencana). • Bila diperlukan membantu mengkoordinasikan tim medis/ rumah sakit pada penanganan di lapangan



Gambar 10 SPGDT-B



REFERENSI



Kepmenkes No. 106/Menkes/SK/I/2004 Tentang Tim SPGDT dan Pelatihan PPGD / GELS. Pedoman Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan National Emergency Medical Services Education Standards, an Emergency Medical Responder Instructional Guidelines (http://www.ems.gov/ pdf/811077b.pdf) Classification and Minimum Standards for Foreign Medical Teams in Sudden Onset Disasters (http://www.who.int/hac/global_health_ cluster/fmt_guidelines_september2013.pdf)



Edisi Pembelajaran Daring



51



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM: SKENARIO:



Pada tanggal 8 Oktober 2020 terjadi gempa berkekuatan 6,2 SR yang berpusat 10km dari pantai Bungus kota Padang. Gempa terjadi pada pukul 09.00WIB, dimana masyarakat sedang melakukan aktivitas sehari-hari. Daerah yang berdampak paling parah adalah kecamatan Bungus Teluk Kabung, diketahui beberapa penginapan di sekitar pantai roboh, dan satu gedung Sekolah Menengah Atas juga rata dengan tanah. Banyak korban yang tidak sempat menyelematkan diri. Setelah peringatan dari BMKG menyatakan situasi sudah aman dan Gempa tidak berpotensi Tsunami, maka diturunkan tim relawan untuk membantu mengevakuasi korban gempa terutama di tempat penginapan dan gedung sekolah tersebut. Diketahui di sekitar kecamatan Bungus tidak terdapat Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang tersedia hanya puskesmas rawat inap. Adapun korban yang sudah di evakuasi di gedung SMA adalah sebanyak 50 orang 30 orang dalam keadaan luka ringan, 5 orang cidera kepala berat, 5 orang adanya fraktur baik di ektremitas atas atau bawah, 6 orang dalam keadaan pingsan kemungkinan adanya trauma di dalam tubuh dan nadi lemah, dan 4 orang ditemukan dalam keadaan apnoe. 1. Lakukan roleplay penanganan gawat darurat dalam situasi bencana seperti scenario diatas, dimana seluruh mahasiswa akan berperan sebagai orang yang terlibat dalam manajemen SDM saat bencana. 2. Buatkan system komando dan informasi yang jelas antara semua tim. 3. Persiapkan lingkungan yang diperlukan untuk evakuasi korban. 4. Lakukan system rujukan jika dibutuhkan 5. Lalu evaluasi ke efektifan kebijakan penanggulangan gawat darurat bencana yang telah dilakukan.



52



Praktikum Keperawatan Bencana



LEMBARAN KERJA 10 Simulasi Penanggulangan Bencana: Rumah Sakit Lapangan



TUJUAN PEMBELAJARAN:



Mahasiswa mampu melakukan simulasi penanggulangan bencana dengan memahami system rumah sakit lapangan.



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM RUMAH SAKIT LAPANGAN (RS LAPANGAN)



Rumah sakit lapangan (RS lapangan) merupakan unit pelayanan yang diciptakan untuk membantu fungsi pelayanan kesehatan rujukan (rawat jalan, rawat inap, UGD, kamar operasi, laboratorium, dll) yang dilaksanakan dalam kondisi darurat. Dalam pengorganisasian, unit pelayanan tersebut terdiri dari bagian bagian yang saling bekerja sama di dalam memberikan pelayanan medik dasar dan spesialistik baik untuk perorangan maupun kelompok korban bencana. Untuk dapat menjalankan fungsi secara baik tentunya diperlukan pengorganisasian yang dijabarkan ke dalam bentuk organisasi dengan tugas dan fungsi masing-masing bagian yang jelas. Demikian pula, mekanisme koordinasi antar-bagian juga tergambar dengan jelas sehingga tidak menimbulkan kesan yang tumpang tindih di dalam operasionalisasinya. Selain itu, mobilisasi tenaga yang bekerja pada setiap bagian juga diatur sedemikian rupa agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.



KRITERIA KEPALA RS LAPANGAN, ANTARA LAIN :



1. Minimal dokter umum 2. Mempunyai pengalaman dalam penanggulangan bencana 3. Sehat jasmani dan rohani.



TUGAS KEPALA RS LAPANGAN, ANTARA LAIN:



1. Memimpin dan mengelola tim RS lapangan dan SDM setempat guna mencapai tujuan RS lapangan selama masa tugas. 2. Mengkoordinasikan operasional RS lapangan secara internal dan eksternal (dengan institusi kesehatan setempat dan institusi lain). 3. Memantau dan mengevaluasi operasionalisasi RS lapangan sesuai standar Edisi Pembelajaran Daring



53



pelayanan medis secara rutin. 4. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan RS lapangan. 5. Melaporkan seluruh kegiatan RS lapangan ke dinas kesehatan setempat dan PPK secara berkala (laporan harian, mingguan, bulanan, laporan akhir) yang mencakup data statistik kesehatan berdasarkan sistem pemantauan kesehatan. 6. Merencanakan dan menyiapkan serah terima tanggung jawab kepada tim pengganti yang meliputi unsur-unsur teknis dan administratif. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penilaian untuk pendirian RS lapangan di lokasi bencana, antara lain: 1. Keamanan. Lokasi pendirian RS lapangan harus berada di wilayah yang aman dari bencana susulan, misalnya, tidak berpotensi terkena gempa susulan atau banjir susulan. Jika bencana berkaitan dengan konflik maka lokasi RS lapangan harus berada di wilayah yang netral dan mendapat jaminan keamanan dari kedua pihak yang bertikai. 2. Akses. Dalam penetapan lokasi pendirian RS lapangan, kita harus memperhitungkan kemudahan akses bagi petugas dan pasien, juga untuk mobilisasi logistik. 3. Infrastruktur. Apakah terdapat bangunan yang masih layak dan aman dipergunakan sebagai bagian dari RS lapangan. Jika tidak, apakah ada lahan dengan permukaan datar dan keras yang dapat digunakan untuk pendirian RS lapangan. Apakah tersedia prasarana seperti sumber air bersih dan listrik yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan operasional RS lapangan. Selain itu, perlu pula dipertimbangkan ketersediaan bahan bakar untuk menghidupkan genset dan kebutuhan operasional lain. 4. Sistem komunikasi. Apakah tersedia system komunikasi di lokasi pendirian RS lapangan atau apakah diperlukan sistem komunikasi yang independen bagi RS lapangan. Faktor komunikasi memegang peranan penting baik untuk keperluan internal rumah sakit maupun untuk hubungan eksternal terkait dengan pelaporan, koordinasi dan mobilisasi tenaga dan logistik, dsb. Semua penilaian tersebut dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan hasil yang tepat sehingga mobilisasi RS lapangan dan sumber dayanya dapat berlangsung secara efektif dan efisien.



TENAGA MEDIS DAN NON-MEDIS



Pendirian RS lapangan memerlukan tenaga yang sudah terlatih dalam hal operasionalisasi RS lapangan, yang terdiri dari tenaga medis dan non-medis yang akan menjadi tim inti RS lapangan. Tim inti harus dipersiapkan sejak awal dan terdiri dari unsur manajerial, klinisi, keperawatan, penunjang medis, sarana, dan prasarana, biasanya merupakan tim yang melekat pada sistem RS atau dibentuk oleh suatu institusi atau badan dengan melibatkan berbagai unsur. Tenaga medis RS lapangan dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memang menjadi tujuan pendirian RS lapangan. Contoh tenaga medis 54



Praktikum Keperawatan Bencana



yang terlibat, antara lain: • dokter umum • dokter spesialis bedah • dokter spesialis bedah tulang • dokter anestesi • dokter penyakit dalam • dokter spesialis kandungan • dokter spesialis anak • dokter spesialis jiwa • perawat mahir (gawat darurat, kamar bedah, intensif, rawat bedah) • perawat anestesi • perawat umum • radiographer • tenaga analisis laboratorium • apoteker dan asisten apoteker • ahli gizi/dietisien • tenaga rekam medis • tenaga elektro medik, dan • tenaga sanitarian. Selain tenaga medis, tenaga non-medis juga diperlukan untuk mendukung kelancaran operasionalisasi RS lapangan. Kebersihan maupun perawatan tenda dan perlengkapan RS lapangan demikian pula dengan kesehatan dan kesejahteraan anggota tim RS lapangan maupun penduduk yang berobat menjadi tugas mereka. Tenaga non-medis yang terlibat, antara lain: • pengemudi /supir • juru masak • tenaga administrasi • tenaga laundry • tenaga teknisi listrik dan mesin • tenaga pembantu umum (untuk tenaga gudang, kebersihan, dll.) • tenaga keamanan. Untuk mempersiapkan anggota tim RS lapangan baik tenaga medis maupun non-medis, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan: • Tenaga yang dimobilisasi bersifat situasional bergantung pada bencana yang terjadi. • Tenaga lokal dapat disiapkan untuk mendukung tim inti yang bertugas. • Masa tugas ≤14 hari dan berkesinambungan dengan tim pengganti yang akan bertugas setelah serah terima dengan tim sebelumnya. • Penyediaan tenaga dilaksanakan secara bertahap dan disesuaikan dengan jenis pelayanan dan waktu yang disediakan.



Edisi Pembelajaran Daring



55



OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN



Pada prinsipnya pelayanan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) kepada pasien di RS lapangan hampir sama dengan pelayanan pada pasien di rumah sakit biasa karena kondisi darurat sistem pelayanannya dibuat lebih sederhana. Kriteria jenis obat yang disediakan di RS lapangan adalah obat untuk penyelamat jiwa (pertolongan pertama atau kondisi emergensi).



JENIS PENYAKIT DAN OBAT SAAT BENCANA



Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Buku Peta Bencana di Indonesia beberapa jenis penyakit dan kelainan yang sering ditemukan pada keadaan bencana dan di tempat pengungsian, antara lain: • diare • ISPA • campak • tifoid • stres • hipertensi • penyakit mata • asma • kurang gizi • penyakit kulit • DBD • tetanus Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan perhitungan kebutuhan obat dalam situasi bencana, yaitu: 1. Melihat jenis bencana yang terjadi, misalnya bencana banjir, bencana gunung meletus, bencana kebakaran hutan, bencana kebakaran, bencana akibat konflik (huruhara). Berdasarkan data tersebut, kita dapat melakukan perhitungan yang relatif sesuai dengan kebutuhan selain jenis obat yang disediakan juga dapat mendekati kebutuhan nyata. 2. Mendata jumlah pengungsi, berikut usia dan jenis kelaminnya. 3. Pedoman pengobatan yang umum digunakan. Dalam hal ini sebaiknya merujuk pada Pedoman Pengobatan yang diterbitkan oleh Depkes. Agar penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dapat membantu pelaksanaan pelayanan kesehatan pada saat kejadian bencana, jenis obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai dengan jenis penyakit dan pedoman pengobatan yang berlaku. (DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar terapi rumah sakit.). Rumah sakit lapangan ini bisa terdiri dari beberapa tenda yang disesuaikan dengan fungsi nya, seperti: 1. Tenda Gudang, tujuan: Sebagai tempat penyimpanan seluruh peralatan RS lapangan untuk bencana pada saat persiapan sampai operasionalisasi. 56



Praktikum Keperawatan Bencana



2. Tenda Unit Gawat Darurat (UGD), tujuan: Sebagai tempat untuk memberikan pelayanan gawat darurat (gadar) dan melakukan triase. 3. Tenda Bedah, tujuan: Sebagai tempat untuk tindakan operasi (bedah). 4. Tenda Perawatan tujuan: Sebagai tempat untuk perawatan pasien. 5. Tenda Intensive Care Unit (ICU) tujuan: Sebagai tempat untuk perawatan intensif pasien yang kritis. 6. Tenda Farmasi, tujuan: Sebagai tempat untuk menyiapkan dan menyediakan bahan sediaan farmasi (obat dan bahan habis pakai) 7. Tenda Personel, tujuan: Sebagai tempat istirahat personel RS lapangan. 8. Pendirian Tenda Administrasi, tujuan: Sebagai tempat pelayanan administrasi RS lapangan. 9. Tenda Laundry dan Sterilisasi, tujuan: Sebagai tempat untuk sterilisasi alat medis, alat operasi, linen (baju operasi, tutup kepala). 10. Tenda X-Ray tujuan: Sebagai tempat untuk memberikan pelayanan radiografi pada pasien.



PENYEDIAAN PRASARANA RUMAH SAKIT LAPANGAN



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Alat Kesehatan (Alkes) Prasarana Radio Komunikasi Pembangkit Daya Listrik (Generator Set) Prasarana Penerangan Prasarana Air Bersih Prasarana Pembuangan Limbah Prasarana Laundry dan Sterilisasi Prasarana Pelayanan Gizi (Dapur Umum) Prasarana Toilet dan Kamar Mandi



Sumber: https://republika.co.id/berita/phv9pr396/baznas-resmikan-rumah-sakit-lapangan-di-sigi Gambar 11 Bagian depan Rumah Sakit Lapangan



Edisi Pembelajaran Daring



57



Sumber: https://nasional.okezone.com/read/2018/11/08/337/1975126/baznas-bangun-rumah-sakit-lapangan-di-palu Gambar 12 ruang perawatan Rumah Sakit Lapangan



Sumber: https://covid19.go.id/p/berita/rs-lapangan-jatim-rawat-16-pasien-covid Gambar 13 Ruang Perawatan Rumah Sakit Lapangan



58



Praktikum Keperawatan Bencana



Sumber: http://metrobali.com/kesdam-jaya-gelar-rumah-sakit-lapangan-bantu-pemda-dalam-menanggulangikorban-bencana-alam/ Gambar 14 Ruang Operasi Rumah Sakit Lapangan



REFERENSI:



Kementrian Kesehatan. 2008. Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Lapangan untuk Bencana. Jakarta: Kemenkes RI.



Edisi Pembelajaran Daring



59



LEMBARAN KERJA 11 Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Rujukan dan Penggunaan Ambulance TUJUAN PEMBELAJARAN:



Mahasiswa melakukan simulasi sistem rujukan dan penggunaan ambulance pada saat terjadinya bencana.



SISTEM TRANSPORTASI DAN RUJUKAN



Transportasi saat bencana adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan tujuan untuk memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai. Kebijakan terkait sistem transportasi: 1. Pengoperasian alat transportasi belum di anggap berakhir hingga seluruh personil dan perlengkapan yang terdiri dari sistem pengiriman perawatan emergensi pra rumah sakit siap untuk pengiriman selanjutnya. 2. Alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan korban dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang lainnya. 3. Pada setiap alat transportasi minimal terdiri dari 2 orang para medik dan 1 pengemudi (bila memungkinkan ada 1 orang dokter)



PROSEDUR  TRANSPORTASI :



1. Persiapan ambulans Gawat darurat di rumah sakit maupun di lokasi pengungsi. 2. Menerima dan menanggapi panggilan emergensi dari lokasi bencana. 3. Mengoperasikan ambulans gawat darurat apabila ada korban yang membutuhkan pengangkutan. 4. Memindahkan korban/pasien dari tempat kejadian ke ambulans. 5. Transportasi pasien ke rumah sakit lapangan atau rumah sakit terdekat. 6. Pengiriman pasien ke rumah sakit menggunakan ambulan harus sesuai dengan peraturan penggunaan ambulans di jalan raya. 7. Memindahkan pasien ke unit gawat darurat untuk dilakukan penanganan secara cepat



60



Praktikum Keperawatan Bencana



AMBULANCE



Ambulance merupakan sarana transportasi untuk mengangkut penderita/ korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai. Tujuan nya untuk memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang memadai.



PROSEDUR PENGGUNAAN AMBULANCE SAAT DI RUMAH SAKIT



a. Kru ambulans harus mulai menyiapkan ambulans untuk pengiriman berikutnya. 1. Bersihkan dengan cepat ruang pasien dengan menggunakan sarung tangan industri. 2. Bersihkan darah, muntahan, dan cairan tubuh lainnya yang mengering di lantai. 3. Seka perlengkapan apapun yang terkena percikan. Masukkan handuk yang digunakan untuk membersihkan darah dan cairan tubuh langsung ke dalam kantung merah. 4. Buang sampah-sampah seperti bungkus perban, balut yang sudah dibuka walaupun belum dipakai, dan barang-barang sejenis. 5. Kain linen dan selimut besar yang kotor dapat dicuci dan digunakan kembali. 6. Gunakan pengharum ruangan untuk menetralisir bau muntah, urin, atau tinja. b. Siapkan perlengkapan pernafasan. 1. Bersihkan dan disinfeksi benda-benda yang tidak sekali pakai (non disposable) dengan cara yang benar, bersihkan pula unit masker bag-valve yang telah digunakan dan alat-alat pembantu pernafasan lain serta alat untuk terapi inhalasi untuk mencegah alat-alat tersebut menjadi tempat perkembangan agen infeksi yang dapat dengan mudah mengkontaminasi pasien berikutnya. Lakukan juga disinfeksi untuk unit suction. 2. Letakkan barang-barang sekali pakai yang telah digunakan ke kantung plastik dan bungkus. Ganti barang-barang serupa dengan cadangan yang dibawa dalam ambulans. c. Ganti barang-barang yang telah digunakan 1. Segera ganti barang-barang yang telah terpakai di ambulans dengan barang serupa yang diambil dari ruang logistik rumah sakit berdasarkan prinsip -satu untuk satu - seperti balut steril, perban, handuk, masker oksigen sekali pakai, sarung tangan sekali pakai, air steril, dan airways (alat bantu jalan nafas) oral. 2. Tukar barang-barang seperti bidai dan spinal board yang digunakan oleh pasien dengan barang serupa dari ruang logistik rumah sakit. Edisi Pembelajaran Daring



61



3. Jika perlengkapan memang bisa ditukar, segera periksa kelengkapan dan fungsi perlengkapan dengan cepat. Beberapa bagian biasanya hilang atau rusak, biasanya ketika alat-alat imobilisaasi dilepaskan dari pasien. 4. Jika menemukan bahwa ada bagian perlengkapan yang rusak atau tidak lengkap, beritahu otoritas rumah sakit untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat diperbaiki atau diganti.



TRANSPORTASI PASIEN / HELPER SAAT KEADAAN BENCANA



Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit. Tujuan untuk memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang memadai. Sarana transportasi terdiri dari: 1. Kendaraan pengangkut (ambulance) 2. Peralatan medis dan non medis. 3. Petugas (medis/paramedis) 4. Obat-obatan life saving dan life support. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi penderita/korban bencana adalah: a. Sebelum Diangkat 1. Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi. 2. Perdarahan telah dihentikan 3. Luka-luka telah ditutup 4. Patah tulang telah difiksasi b. Selama perjalanan harus dimonitor 1. Kesadaran 2. Pernafasan 3. Tekanan Darah 4. Keadaan luka



PROSEDUR MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANCE



1. Pada saat ambulans datang anda harus mampu menjangkau pasien sakit atau cedera tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya, melakukan prosedur penanganan emergensi di tempat dia terbaring, dan kemudian memindahannya ke ambulans. 2. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang berbahaya atau pasien yang memerlukan prioritas tinggi maka proses pemindahan pasien harus didahulukan sebelum menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi diselesaikan. 3. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara manual 62



Praktikum Keperawatan Bencana



dan penyangga leher (cervical collar) harus dipasang dan pasien harus diimobilisasi di atas spinal board. 4. Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap berikut: a. Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien b. Stabilisasi pasien untuk dipindahkan c. Memindahan pasien ke ambulans d. Memasukkan pasien ke dalam ambulans 5. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak memburuk. 6. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan, benda yang menusuk harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien diletakkan di alat pengangkut pasien. 7. Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera yang sangat buruk atau korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera transpor dengan cepat. 8. Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca, dan menjaga privasi. 9. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk menjaga posisi pasien tetap aman. Yang pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi pinggang atau panggul, dan yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang digunakan empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan di dada. 10. Jika penderita/korban tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada penggunaan spinalboard dan hanya bisa diletakkan di atas tandu/usungan ambulans (ambulance stretcher),maka disyaratkan untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah pasien tergelincir ke depan jika ambulans berhenti mendadak.



MEMPERSIAPKAN PASIEN UNTUK TRANSPORTASI



1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas usungan. 2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans. Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang mencegah roda usungan brgerak saat ambulans tengah melaju. 3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke usungan. Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi ke posisi recovery (miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak Edisi Pembelajaran Daring



63



ada kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman bila ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien harus diikat erat ke usungan. 4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan menyebabkan nyeri. 5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan papan seandainya jika benar terjadi henti jantung. 6. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan. Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk memperbaiki pakaian pasien. 7. Periksa perbannya. Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat menjadi longgar ketika pasien dipindahkan ke ambulans. Periksa setiap perban untuk memastikan keamanannya. Jangan menarik perban yang longgar dengan enteng. Perdarahan hebat dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut secara tiba-tiba. 8. Periksa bidainya. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke ambulans. Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi bagian distal, fungsi motorik, dan sensasinya. 9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Bila tidak ada cara lain bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah sakit,biarkan mereka menumpang di ruang pengemudi-bukan di ruang pasien- karena dapat mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan mereka mengunci sabuk pengamannya. 10. Naikkan barang-barang pribadi. Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien lainnya dibawa serta, pastikan barang tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah Anda bawa, pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa. Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 11. Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika dinaikkan ke ambulans. Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat bahwa mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak untuk menenangkan pasien anak 64



Praktikum Keperawatan Bencana



yang ketakutan. Senyum dan nada suara yang menenangkan adalah hal yang penting dan dapat menjadi perawatan kritis yang paling dibutuhan oleh pasien anak yang ketakutan. 12. Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap diberangkatkan, beri tanda kepada pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda tangani ini adalah pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien, bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan dilakukan selama perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi menunda transportasi pasien ke rumah sakit.



PERAWATAN PASIEN SELAMA PERJALANAN



1. Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika usaha bantuan hidup (life support) telah dimulai sebelum memasukkan pasien ke dalam ambulans, maka prosedur tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan ke rumah sakit. Pertahankan pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi, berikan dukungan emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan termasuk mencatat temuan baru dari usaha pemeriksaan awal (initial assesment) pasien. 2. Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar dan Anda telah mempertimbangkan bahwa perawatan emergensi selanjutnya tidak akan terganggu, maka Anda dapat mulai mencari informasi baru dari pasien. 3. Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign. Peningkatan denyut nadi secara tiba-tiba misalnya, dapat menandakan syok yang dalam. Catat vital sign dan laporkan perubahan yang terjadi pada anggota staf bagian emergensi segera setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian ulang vital sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan setiap menit untuk pasien stabil. 4. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan informasi hasil pemeriksaan dan penanganan pasien yang sudah Anda lakukan, dan beri tahu perkiraan waktu kedatangan Anda. 5. Periksa ulang perban dan bidai. 6. Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi Anda. Bercakap-cakap terkadang berguna untuk menenangkan pasien yang ketakutan. 7. Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk menghentikan ambulans sementara Anda melakukan Resusitasi dan memberikan AED (defibrilator). Beri tahu pengemudi untuk menjalankan ambulans lagi setelah memastikan bahwa henti jantung telah teratasi. Pastikan bahwa UGD mengetahui adanya henti jantung. Adalah hal yang sangat membantu jika Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras di antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami henti jantung. Edisi Pembelajaran Daring



65



MEMINDAHKAN PASIEN KE UNIT GAWAT DARURAT



1. Dampingi staf UGD bila dibutuhkan dan berikan laporan lisan atas kondisi pasien Anda. Beritahu setiap perubahan kondisi pasien yang telah Anda amati. 2. Segera setelah Anda tidak lagi menangani pasien, siapkan laporan perawatan pra rumah sakit. 3. Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah sakit.. Jika bendabenda berharga pasien dipercayakan penuh pada penjagaan anda, segera serahkan kepada staf UGD yang bertanggung jawab. 4. Minta diri untuk meninggalkan rumah sakit. Bertanyalah kepada dokter atau perawat UGD apakah layanan anda masih dibutuhkan.



REFERENSI



Kepmenkes No. 106/Menkes/SK/I/2004 Tentang Tim SPGDT dan Pelatihan PPGD / GELS. Pedoman Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan National Emergency Medical Services Education Standards, an Emergency Medical Responder Instructional Guidelines (http://www.ems.gov/ pdf/811077b.pdf) Classification and Minimum Standards for Foreign Medical Teams in Sudden Onset Disasters (http://www.who.int/hac/global_health_ cluster/fmt_guidelines_september2013.pdf) Catatan: Untuk mencapai kompetensi pada materi Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Rujukan dan Penggunaan Ambulance, mahasiswa akan melakukan simulasi langsung pada saat dilakukan kegiatan disaster camp. Kegiatan disaster camp direncanakan akan dilakukan pada akhir pelaksanaan praktikum keperawatan bencana, dimana kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa dan dosen pembimbing praktikum. Kegiatan akan dilaksanakan di lingkungan kampus Fakultas Keperawatan, dengan sarana dan prasarana di fasilitasi oleh PMI cabang Sumatera Barat.



66



Praktikum Keperawatan Bencana



LEMBARAN KERJA 12 Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Informasi dan Komunikasi



TUJUAN PEMBELAJARAN



Mahasiswa melakukan Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Informasi dan Komunikasi



INFORMASI PRABENCANA



Dalam rangka mendukung upaya-upaya sebelum terjadi bencana diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bahan masukan pengelola program di dalam mengambil keputusan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang menggambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan upaya- upaya yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat kabupaten/kota. Informasi yang dikumpulkan dalam bentuk profil terdiri dari: 1. Gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitas wilayah, gambaran wilayah rawan bencana, geomadic mapping, data demografi dan informasi bencana yang pernah terjadi. 2. Upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang pernah dilakukan 3. Upaya tanggap darurat dan pemulihan yang pernah dilakukan 4. Gambaran pengelolaan data dan informasi Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota diharapkan dapat menyusun profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ini yang dikumpulkan secara berkala setahun sekali. Informasi profil ini diharapkan sudah tersedia pada setiap bulan April. Sumber informasi pra-bencana yang dituangkan kedalam bentuk profil tersebut berasal dari dinas kesehatan, rumah sakit, instansi terkait dan puskesmas. Edisi Pembelajaran Daring



67



INFORMASI SAAT DAN PASCABENCANA



Informasi saat dan pasca-bencana ini terdiri dari : 1. Informasi pada awal kejadian bencana; Informasi ini harus disampaikan segera setelah kejadian awal diketahui serta dikonfirmasi kebenarannya dengan menggunakan formulir penyampaian informasi Form B-1 atau B-4 (terlampir). Sumber informasi dapat berasal dari masyarakat, serta pelayanan kesehatan, dinas kesehatan provinsi/kabupaten/ kota dan lintas sektor.



68



Praktikum Keperawatan Bencana



Form B-1 Form Pelaporan Awal Kejadian Bencana



FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN BENCANA A. JENIS BENCANA ................................................................................................................. B. DESKRIPSI BENCANA ........................................................................................................ C. LOKASI BENCANA 1. Dusun : .............................. 2. Desa/Kelurahan : .............................. 3. Kecamatan : .............................. 4. Kabupaten/Kota : .............................. 5. Provinsi : .............................. 6. Letak Geografis Pegunungan/Kepulauan/Pantai/ Lain-lain (sebutkan) ........................... D. WAKTU KEJADIAN BENCANA ........../........./20............ Pukul .............................. E. JUMLAH KORBAN 1. Meninggal : ........................... jiwa 2. Hilang ........................... jiwa 2. Luka Berat : ........................... jiwa 4. Luka Ringan .................jiwa 3. Pengungsi : ........................... jiwa ............ KK, Lokasi Pengungsian : ..................................................... F. FASILITAS UMUM 1. Akses lokasi kejadian bencana □ Mudah dijangkau menggunakan ...................................................................... □ Sukar karena.................................................................................................... 2. Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan...................................................... 3. Keadaan jaringan listrik □ Baik □ Terputus □ Belum tersedia/belum ada G. SARANA KESEHATAN YANG RUSAK 1. Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan Sarana Kesehatan



Kondisi Bangunan Rusak



Fungsi Pelayanan



Tidak



Ya



Tidak



a. RS b. Puskesmas c. Pustu d. Gudang Farmasi e. Polindes 2. Sumber air bersih yang digunakan □ Cukup □ Tidak Cukup H. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN 1. .............................................................................................................................................. 2. .............................................................................................................................................. I. BANTUAN SEGERA YANG DIPERLUKAN 1. .............................................................................................................................................. 2. .............................................................................................................................................. ................../............/20............. Kepala Puskesmas Nama NIP.



Edisi Pembelajaran Daring



69



Form B-4 Form Pelaporan Kejadian Bencana Melalui SMS FORM B-4



FORM PELAPORAN KEJADIAN BENCANA MELALUI SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)



Tanggal/Bulan/Tahun (TBT) : ............................................................................ Jenis bencana (JB) : ............................................................................ Lokasi bencana (LOK) : ............................................................................ Waktu kejadian bencana (PKL) : ............................................................................ Jumlah penduduk terancam (PAR) : ............................................................................ Jumlah Korban : a. Meninggal (MGL)............................... orang b. Hilang (HLG)........................................ orang c. Luka Berat (LB).................................... orang d. Luka Ringan (LR)................................ orang e. Dirawat • Puskesmas (RWP) : ....................... orang • Rumah Sakit (RWS) : ....................... orang f. Pengungsi : ....................... orang g. Jumlah Poskes : ....................... orang INFORMASI PENILAIAN KEBUTUHAN CEPAT Informasi ini dikumpulkan segera setelah informasi awal kejadian bencana diterima olej Tim Penilaian Kebutuhan Cepat dengan menggunakan formulir isian Form B-2 (terlampir). Sumber informasi dapat berasal dari masyarakat, serta pelayanan kesehatan, dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan lintas sektor.



70



Praktikum Keperawatan Bencana



FORM B-2



FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN BENCANA A. JENIS BENCANA ................................................................................................................. B. DESKRIPSI BENCANA ........................................................................................................ C. LOKASI BENCANA 3. Dusun : .............................. 4. Desa/Kelurahan : .............................. 5. Kecamatan : .............................. 6. Kabupaten/Kota : .............................. 7. Provinsi : .............................. 8. Letak Geografis Pegunungan/Kepulauan/Pantai/ Lain-lain (sebutkan) ........................... D. WAKTU KEJADIAN BENCANA ........../........./20............ Pukul .............................. E. JUMLAH PENDUDUK YANG TERANCAM : .................... jam .................................. KK F. JUMLAH KORBAN 1. Meninggal : ........................... jiwa 2. Hilang ........................... jiwa 2. Luka Berat : ........................... jiwa 4. Luka Ringan .................jiwa 3. Pengungsi : ........................... jiwa ............ KK, Lokasi Pengungsian : ..................................................... 4. Jumlah kelompok rentan pada pengungsian : • Bayi ....................................................... jiwa • Balita .................................................... jiwa • Ibu hamil ........................................... jiwa • Ibu menyusui .................................. jiwa • Lansia .................................................. jiwa 5. Jumlah korban yang dirujuk ke : • Puskesmas ........................................ jumlah ...................................... jiwa • Rumah Sakit ..................................... jumlah ...................................... jiwa G. SARANA KESEHATAN YANG RUSAK 1. Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan Sarana Kesehatan



Kondisi Bangunan Rusak



Tidak



Fungsi Pelayanan Ya



Tidak



a. RS b. Puskesmas c. Pustu d. Gudang Farmasi e. Polindes



2. Sumber air bersih a. Sumur Gali : ................. buah d. PAH : ................. buah



b. SPT : ........................... buah c. PMA ............................ buah e. Perpipaan : .............. buah



3. Sarana Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan : a. Jamban Keluarga : ........ buah b. MCK : ................ buah c. Lain-lain (sebutkan)........ buah H. FASILITAS UMUM 1. Akses lokasi kejadian bencana □ Mudah dijangkau menggunakan ...................................................................... □ Sukar karena.................................................................................................... 2. Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan...................................................... 3. Keadaan jaringan listrik □ Baik □ Terputus □ Belum tersedia/belum ada



Edisi Pembelajaran Daring



71



I. KONDISI SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI LOKASI PENAMPUNGAN PENGUNGSI No



Jenis Fasilitas



Kondisi



1.



Jenis tempat penampungan



□ bangunan permanen



□ bangunan darurat



2.



Kapasitas penampungan pengungsi



□ memadai (min 10m3/or)



□ tidak memadai



3.



Kapasitas penyediaan air bersih



□ memadai (min 20 lt/or/hr)



□ tidak memadai



4.



Sarana MCK



□ memadai (min 20 or/MCK)



□ tidak memadai



5.



Tempat pembuangan sampah



□ memadai (min 3 m3/60 or)



□ tidak memadai



6.



Sarana SPAL



□ memadai (min 4m dari penampungan)



□ tidak memadai



7.



Penerangan



□ Ada



□ tidak ada



J. KESIAPAN LOGISTIK 1. Obat dan Bahan Habis Pakai : Tidak ada / Kurang / Cukup 2. Alat Kesehatan : Tidak ada / Kurang / Cukup 3. Bahan Sanitasi • Kaporit : Tidak ada / Kurang / Cukup • PAC : Tidak ada / Kurang / Cukup • Aquatab : Tidak ada / Kurang / Cukup • Kantong Sampah : Tidak ada / Kurang / Cukup • Repellant Lalat : Tidak ada / Kurang / Cukup 4. Ketersediaan Pangan : Tidak ada / Kurang / Cukup K. SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN 1. Transportasi operasional pelayanan kesehatan : Tidak ada / Kurang / Cukup 2. Alat komunikasi : Tidak ada / Kurang / Cukup 3. Sarana listrik untuk pelayanan kesehatan : Tidak ada / Kurang / Cukup L. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN 1. ........................................................................................................................................... 2. ........................................................................................................................................... M. BANTUAN YANG DIPERLUKAN 1. ........................................................................................................................................... 2. ........................................................................................................................................... N. RENCANA TINDAK LANJUT 1. ........................................................................................................................................... 2. ........................................................................................................................................... .........../........./20........... Mengetahui, Petugas yang melaporkan Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota...................................... .......................................... ..................................................... NIP. NIP.



INFORMASI PERKEMBANGAN KEJADIAN BENCANA Informasi ini dikumpulkan setiap kali terjadi perkembangan informasi terkait dengan upaya penanganan krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi. Formulir penyampaian infromasinya menggunakan Form B-3 (terlampir). Sumber informasi dapat berasal dari masyarakat, serta pelayanan kesehatan, dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.



72



Praktikum Keperawatan Bencana



FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN BENCANA Tanggal/Bulan/Tahun : ................................................................................................................. Jenis Bencana : ................................................................................................................. Lokasi Bencana : ................................................................................................................. Waktu Kejadian Bencana : ................................................................................................................. A. JUMLAH KORBAN KEADAAN TERAKHIR 1. Meninggal : ....................... jiwa, Balita : ....................... jiwa 2. Hilang : ....................... jiwa 3. Luka Berat : ....................... jiwa 4. Luka Ringan : ....................... jiwa 5. Pengungsi : ....................... jiwa .................. KK Lokasi Pengungsian : .................................................... Jumlah kelompok rentan pada pengunsi : a. Bayi : ....................... jiwa b. Balita : ....................... jiwa c. Ibu Hamil : ....................... jiwa d. Ibu menyusui : ....................... jiwa e. Lansia : ....................... jiwa 6. Jumlah korban yang dirujuk ke : a. Puskesmas ..................................................... Jumlah : ....................... jiwa b. Rumah Sakit ..................................................... Jumlah : ....................... jiwa B. PERKEMBANGAN KONDISI KESEHATAN KORBAN 1. Jumlah Korban Fasilitas Kesehatan



Korban Masih Dirawat



Korban Meninggal



Korban Pulang



Korban Dirujuk



Keterangan



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



Jumlah



2. Jenis Penyakit Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan (RS. Puskesmas, Posko Kesehatan) No



Diagnosa



(1)



(2)



Umur



Sex



0-5 thn



> 5 thn



Jumlah



L



P



Jumlah



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



Jumlah



3. Jenis Penyakit Rawat Inap di Fasilitas Kesehatan (RS. Puskesmas, Posko Kesehatan) No



Diagnosa



(1)



(2)



Umur



Sex



0-5 thn



> 5 thn



Jumlah



L



P



Jumlah



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



Jumlah



Edisi Pembelajaran Daring



73



C. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN 1. .................................................................................................................................... 2. .................................................................................................................................... 3. .................................................................................................................................... 4. dst ............................................................................................................................. D. BANTUAN SEGERA YANG DIPERLUKAN 1. .................................................................................................................................... 2. .................................................................................................................................... 3. .................................................................................................................................... 4. dst ............................................................................................................................. E. RENCANA TINDAK LANJUT 1. .................................................................................................................................... 2. .................................................................................................................................... 3. .................................................................................................................................... 4. dst ............................................................................................................................. .........../........./20........... Mengetahui, Kepala Dinas Kesehatan Petugas yang melaporkan .......................................... ..................................................... NIP. NIP.



74



Praktikum Keperawatan Bencana



SARANA PENYAMPAIAN INFORMASI



a. Informasi Pra Bencana Profil yang menggambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan upaya-upaya yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat kabupaten/kota dapat disampaikan melalui email dan secara online melalui website. b. Informasi Saat dan Pasca Bencana Informasi pada awal kejadian bencana yang menggunakan Form B-1 dapat disampaikan melalui telepon dan melalui faksimil, sedangkan yang menggunakan Form B-4 dapat disampaikan memalui sms gate-way. Informasi penilaian kebutuhan cepat yang menggunakan Form B-2 dapat disampaikan melaui e-mail dan secara online melalui website serta melalui faksimil. Informasi perkembangan kejadian bencana yang menggunakan form B-3 dapat disampaikan melalui e-mail dan secara online melalui website serta melalui faksimil.



ALUR, MEKANISME PENYAMPAIAN INFORMASI



a. Informasi Pra Bencana Informasi terintegrasi dengan sistem informasi yang sudah ada







Gambar 15 alur informasi pra bencana



b. Informasi Saat Bencana 1. Bagan alur penyampaian informasi langsung Informasi awal tentang krisis pada saat kejadian bencana dari lokasi bencana langsung dikirim ke Dinas Kab/Kota atau Provinsi, maupun PPK Setjen Depkes dengan menggunakan sarana komunikasi yang paling memungkinkan pada saat itu. Informasi dapat disampaikan oleh masyarakat, unit pelayanan kesehatan dan lain-lain. Unit penerima informasi harus melakukan konfirmasi. Edisi Pembelajaran Daring



75







Gambar 16 alur penyampaian informasi langsung



2. Alur penyampaian informasi penilaian kebutuhan cepat secara berjenjang Informasi penilaian kebutuhan cepat disampaiakn secara berjenjang mulai dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke Depkes melalui PPK dan di laporkan ke Mentri Kesehatan. Alur informasi dapat dilihat pada bagan berikut ini:







Gambar 17 Alur Penyampaian Informasi Penilaian Kebutuhan Cepat



3. Alur penyampaian informasi perkembangan PK-AB Informasi perkembangan disampaikan secara berjenjang mulai dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke Depkes melalui PPK dan dilaporkan ke Mentri Kesehatan. 76



Praktikum Keperawatan Bencana







Gambar 18 Alur Penyampaian Informasi Perkembangan



LEMBAGA YANG BERPERAN DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI



Lembaga-lembaga yang berperan dalam mata rantai peringatan dini ini berkewajiban untuk segera memberikan konfirmasi (secara manual) bahwa mereka telah menerima berita peringatan dini yang telah dikirimkan oleh BMKG. Konfirmasi ini dilatihkan melalui penerimaan berita gempabumi. Pihakpihak dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing. a. BMKG. Lembaga ini menjadi penyedia berita peringatan dini tsunami di Indonesia. BMKG menyampaikan berita gempabumi, berita peringatan dini tsunami, dan saran untuk tindak lanjut di daerah yang terancam tsunami kepada pihak lain dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami. b. BNPB. BNPB berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG. BNPB membantu menyebarluaskan peringatan dini tsunami dan saran kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Selain itu, BNPB berkewajiban untuk segera menyiapkan tanggap darurat, yaitu kegiatan search and rescue dan bantuan darurat, setelah ancaman tsunami berakhir. c. Pemda. Pemerintah daerah (pemda) berkewajiban untuk menindaklanjuti berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG. Pemda adalah satusatunya pihak dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami yang mempunyai wewenang serta tanggung jawab memutuskan dan mengumumkan status evakuasi secara resmi berdasarkan informasi dari BMKG. Berdasarkan UU 24/2007 pasal 46 dan 47; PP 21/2008 pasal 19 dan Perka BNPB 3/2008 khususnya di dalam Bab 2 yang menyebutkan bahwa pemda bertanggung jawab untuk segera dan secara luas mengumumkan arahan yang jelas dan instruktif Edisi Pembelajaran Daring



77



untuk membantu penduduk dan pengunjung di daerah tersebut bertindak cepat dan tepat terhadap ancaman tsunami. d. TNI. TNI berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG. TNI ikut berperan dalam usaha menyebarluaskan berita gempabumi atau berita peringatan dini tsunami khususnya di tingkat daerah. Bila status evakuasi diumumkan, TNI dapat mendukung proses evakuasi masyarakat. TNI berkewajiban untuk segera menyiapkan tanggap darurat, yaitu kegiatan search and rescue dan bantuan darurat, setelah ancaman tsunami berakhir. e. POLRI. POLRI berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG. POLRI ikut berperan serta dalam usaha menyebarluaskan berita gempabumi atau berita peringatan dini tsunami khususnya di tingkat daerah. Bila status evakuasi diumumkan, POLRI dapat mendukung proses evakuasi masyarakat. POLRI berkewajiban untuk segera menyiapkan tanggap darurat, yaitu kegiatan search and rescue dan bantuan darurat, setelah ancaman tsunami berakhir. f. Stasiun TV dan radio. Stasiun TV dan radio di tingkat nasional atau daerah (milik pemerintah dan swasta) wajib menyiarkan berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG. Hal ini berdasar pada UU 31/2009 pasal 34 dan Permenkominfo 20/2006 pasal 1 - 5. Stasiun TV dan radio merupakan pihak dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami yang mempunyai akses langsung dan cepat kepada publik. Stasiun TV dan radio berkewajiban untuk segera menangguhkan siaran yang sedang berlangsung dan menyiarkan peringatan dini tsunami dan saran yang diterima dari BMKG kepada pemirsa dan pendengar. g. Masyarakat berisiko. Masyarakat berisiko berhak mendapatkan informasi tentang ancaman tsunami serta arahan instruktif yang memungkinkan orang-orang yang terancam bencana bertindak secara tepat dan cepat. Masyarakat bertanggung jawab untuk siap menyelamatkan diri dari ancaman gempabumi dan tsunami. Individu dan lembaga masyarakat wajib meneruskan informasi serta arahan yang benar kepada orang lain. Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI), Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Search and Rescue (SAR) ikut beperan dalam penyebaran berita gempabumi, berita peringatan dini tsunami, serta saran yang disampaikan oleh BMKG. h. Penyedia layanan selular. Penyedia layanan selular merupakan salah satu bagian dari mata rantai penyebaran berita gempabumi dan peringatan dini tsunami melalui moda SMS. Penyedia layanan ini berkewajiban meneruskan berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami dari BMKG ke para pengguna ponsel yang sudah terdaftar. Secara internal penyedia layanan ini juga harus memberikan prioritas yang lebih tinggi untuk pengiriman SMS dari BMKG daripada SMS pada umumnya, seperti 78



Praktikum Keperawatan Bencana



SMS perorangan. Dengan demikian, dalam situasi di mana arus SMS padat, SMS dari BMKG akan didahulukan dalam antrian untuk sampai ke pengguna. Selain itu juga mereka wajib menjaga agar server untuk layanan ini tetap beroperasi dengan terus menerus dan dalam kondisi baik. Semua layanan ini tidak dipungut biaya. i. Pengelola hotel. Pengelola hotel berkewajiban untuk menyelamatkan para tamu yang menginap di hotel tersebut, berkunjung ke hotel tersebut, dan masyarakat yang berada di sekitar hotel tersebut. Pengelola hotel bertanggung jawab untuk menyiapkan segala prosedur dan rencana tindak untuk keadaan darurat gempabumi dan tsunami melalui langkahlangkah sebagai berikut: membuat mekanisme penerimaan peringatan dini dari BMKG atau Pusdalops atau BPBD; memberikan informasi yang lengkap pada para tamu mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat darurat tsunami; serta menyiapkan tempat evakuasi sementara dan rambu evakuasi baik di dalam bangunan hotel maupun di luar bangunan (evakuasi dalam bangunan hotel harus memenuhi persyaratan bangunan tahan gempabumi dan tsunami dan memiliki ketinggian melebihi perkiraan tinggi tsunami di daerah tersebut). Apabila para tamu hotel harus melakukan evakuasi ke luar dari hotel, maka pengelola hotel berkewajiban memberikan informasi yang lengkap kepada para tamu lokasi tempat evakuasi sementara dan membimbing para tamu menuju tempat evakuasi pada saat darurat tsunami.



SISTEM KOMUNIKASI DALAM SITUASI BENCANA



Dalam keadaan darurat semua sistem komunikasi dapat digunakan untuk penyampaian informasi dan koordinasi sebagai upaya penanggulangan bencana. Sarana komunikasi yang bisa dilakukan yaitu membunyikan tanda bahaya atau mengirimkan kurir dengan menggunakan telephone / selular / fax atau menggunakan pemancar radio. Namun pada kondisi sekarang penggunaan media social dalam sarana komunikasi mengenai bencana kepada masyarakat dirasa sangat efektif. Namun, yang menjadi kendala adalah ketika jaringan internet terputus atau tidak bisa digunakan ketika bencana terjadi. Sehingga pada saat terjadinya bencana yang mengganggu jaringan seluler/ internet penggunaan radio sebagai media komunikasi akan sangat efektif. Pemancar radio dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dinas pemerintah /swasta/badan2 lainnya untuk mengirim/menerima berita dari pihak ketiga kecuali penyampaian berita pada saat terjadi marabahaya, bencana alam dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda atau penyampaian berita berdasarkan instruksi menteri yang menangani telekomunikasi. Apabila jaringan komunikasi team penanganan bencana telah berfungsi & mencukupi atau operasi dinyatakan selesai maka kegiatan dukungan komunikasi amatir radio dihentikan.



Edisi Pembelajaran Daring



79



REFERENSI



Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional). Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional) Edisi Revisi. Jakarta. ________. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengelolaan Data Dan Informasi Bencana Indonesia.



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM INFORMASI BENCANA ALAM



Telah terjadi banjir bandang di Dusun Pambaka, Desa Lapapa, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara pada hari Jumat tanggal 17 Juli 2020. Berdasarkan data hingga Sabtu (18/07), terdapat 36 orang meninggal dunia, 40 orang hilang, 58 luka-luka dan 14.483 jiwa mengungsi di 76 titik di tiga kecamatan. Korban yang mengalami luka-luka, di identifikasi sebanyak 30 orang mengalami luka ringan dan selebihnya mengalami luka berat dan perlu penanganan lanjut di RS. Jumlah korban jiwa diprediksi akan terus bertambah. Akses lokasi kejadian bencana untuk saat ini masih sulit untuk dijangkau akibat cuaca yang buruk. Tim BPBD dan BASARNAS mengevakuasi korban dengan menggunakan perahu karet. Adanya ganguan sinyal seluler membuat sistem komunikasi sedikit terganggu. Untuk sementara ini jaringan listrik juga terputus didaerah tersebut. Didaerah bencana terdapat satu puskesmas yang kondisi nya terbenam banjir dan tidak bisa digunakan lagi. Saat ini tim BASARNAS dan BPBD terus melakukan evakuasi terhadap warga yang masih berada di zona merah. Tim penanggulangan bencana juga sudah mulai menyalurkan bantua makanan dan pakaian ke beberapa titik pengungsian. Dari informasi diatas, mahasiswa ditugaskan mengisi Form B-1 yaitu Form Pelaporan Awal Kejadian Bencana (format terlampir di atas). Hasil pelaporan di upload di slot LMS yang telah disediakan di ilearning F.Kep Univiersitas Andalas.



80



Praktikum Keperawatan Bencana



LEMBARAN KERJA 13 Simulasi Penanggulangan Bencana: Pembekalan Dapur umum



TUJUAN PEMBELAJARAN:



Mahasiswa mampu melakukan Pembekalan dapur umum.



simulasi



penanggulangan



bencana:



KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM DAPUR UMUM SAAT BENCANA



Salah satu unsur dalam manajemen penanggulangan bencana alam adalah adanya dapur umum. Dapur umum digunakan untuk mobilisasi bantuan berupa penyaluran kebutuhan makanan dan logistik untuk petugas dan korban. Dapur umum adalah merupakan suatu tempat dalam bentuk tenda sementara untuk menyikapi terjadinya bencana yang diselenggarakan oleh instalasi gizi. Tujuan dibuatnya dapur umum adalah sebagai tempat/wadah proses penyelenggaraan makanan untuk korban bencana. Tempat penyelenggaraan dapur umum harus berdasarkan keadaan tempat yang aman, terjangkau, terpenuhi dalam waktu tertentu, memenuhi syarat higiene dan sanitasi, terpisah dengan instalasi gizi. Unit terkait yang terlibat dalam pembuatan dapur umum adalah:    1. Internal : perencanaan, RTP, keuangan, Pelayanan, Rawat Inap, IPS PL 2. Eksternal : Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Rumah Sakit lain, LSM dan Sukarelawan Secara umum, peralatan dapur umum lapangan sama dengan peralatan dapur skala rumah tangga, tetapi yang membedakan hanyalah tentang kapasitasnya saja. Selain kapasitas juga yang harus dimengerti adalah teknik kemasan alat dapur umum lapangan karena kegiatan dapur umum lapangan ini sangat mobile sehingga perlu suatu tempat kemasan yang dapat memudakan activitas personil dalam pelayanan penanggulangan bencana. Dapur umum lapangan yang disingkat dengan Dumlap, setiap kegiatan dapur umum lapangan dalam penanganannya sangat berbeda, sebab setiap pelayanan tim dapur umum lapangan ini juga ahli dalam pemahaman karakter jenis bencana dan penempatannya. Sehingga pada saat waktu membuka kegiatan dapur umum lapangan tersebut bisa maksimal dan memenuhi standartnya. Yang perlu diperhatikan dalam membuka dapur umum juga harus dekat dengan akses jalan dan air bersih. Edisi Pembelajaran Daring



81



LOKASI DAPUR UMUM



Dalam menentukan lokasi agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Letak Dapur Umum dekat dengan posko atau penampungan supaya mudah dicapai atau dikunjungi oleh korban 2. Kebersihan lingkungan cukup memadai 3. Aman dari bencana 4. Dekat dengan transportasi umum 5. Dekat dengan sumber air



HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENDISTRIBUSIAN :



1. Distribusi dilakukan dengan SABAR dan juga di iringi data yang akurat 2. Lokasi atau tempat pendistribusian yang aman dan mudah dicapai oleh korban 3. Waktu pendistribusian yang konsisten dan tepat waktu 4. Pengambilan jatah seyogyanya diambil oleh KK atau perwakilan yang sah 5. Pembagian makanan bisa menggunakan daun, piring, kertas, atau sesuai dengan pertimbangan aman, cepat, praktis, dan sehat



LAMA PENYELENGGARAAN DAPUR UMUM:



1. 2. 3. 4.



Diselenggarakan bila situasi untuk memberikan bahan mentah tidak mungkin Lamanya 1 – 3 hari untuk seluruh korban bencana Hari ke 4 – 7 pemberian dilakukan secara selektif Setelah lebih dari 7 hari diupayakan bantuan berupa bahan mentah



KAITAN DAPUR UMUM DENGAN STANDAR MINIMUM



Standar-standar minimum ketahanan pangan, gizi, dan bantuan pangan adalah suatu pernyataan praktis dari asas-asas dan hak-hak seperti yang terkandung dalam Piagam kemanusiaan. Setiap orang berhak atas pangan yang cukup, hak ini diakui dalam Instrumen Hukum Internasional dan termasuk hal untuk terbebas dari kelaparan. Aspek-aspek hak untuk mendapatkan kecukupan pangan tersebut di atas mencakup : • Ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi individu, bebas dari bahan-bahan yanag merugikan, dan dapat diterima dalam suatu budaya tertentu. • Pengan tersebut dapat dijangkau dengan cara berkesinambungan dan tidak mengganggu pemenuhan hak-hak asasi manusia lainnya. • Pemasokan pangan saat bencana diberikan dalam bentuk makanan matang • Distribusi makanan harus dimulai secepat mungkin berdasarkan perkembangan sehari-hari tanpa rencana yang terlalu rinci. • Stok makanan baik jenis dan jumlah tersedia beraneka ragam à kualitas dan kuantitas nutrisi. • Jumlah kalori minimal 1600-2000 kcal/org/hari à tanpa memperhatikan jenis makanan yang diperlukan untuk populasi yang akan menerima. 82



Praktikum Keperawatan Bencana



KETENAGAAN DIDAPUR UMUM



• Sehat: para pejamah makanan/ relawan/petugas jika sedang sakit tidak boleh turut serta mengolah makanan. • Higiene perorangan: pejamah makanan harus memperhatikan aturan higiene perorangan, seperti: memotong kuku, menutupi rambut dengan penutup kepala, berpakaian rapi dan bersih, mencuci tangan setelah defakasi dan mengolah makanan, dll. • Terlatih dalam pengelolaan makanan.



FASILITAS PENDUKUNG DAPUR UMUM



• Penyediaan air bersih, • kamar kecil, • tempat cuci tangan, • fasilitas untuk air kotor dan sampah padat, • bak dapur, • bak cuci piring, • perlengkapan alat-alat dapur • lemari pendingin.



PERENCANAAN DISTRIBUSI MAKANAN



• Segera memberikan pasokan makanan kepada kelompok yang amat memerlukan, misal populasi yang terisolasi, institusi dan petugas bantuan sosial. • Segera membuat perkiraan awal kebutuhan makanan setempat à dapat ditentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memperoleh stok makanan, transportasi, penyimpanan dan pembagian makanan • Segera menentukan lokasi tempat memperoleh stok makanan dan lakukan penilaian kelayakan konsumsi stok makanan tersebut • Memantau informasi perkembangan kebutuhan makanan sehingga mengantisipasi dan mengatur perubahan-perubahan yang diperlukan dalam memperoleh stok makanan, transportasi, penyimpanan dan pembagian makanan.



PERKIRAAN KEBUTUHAN KOMPOSISI MAKANAN SEHARI:



• Makanan yang dibagi sesederhana mungkin • Pilih makanan yang tidak mudah rusak dan tidak memakan tempat untuk penyimpanan dan distribusi • Jenis makanan terdiri dari makanan pokok, sumber energi tambahan: lemak dan protein. • Anak balita/ibu hamil/ibu menyusui : perlu makanan tambahan.



Edisi Pembelajaran Daring



83



REFERENSI



Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat (2011). Manajemen Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. Pusat penanggulangan Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pedoman teknis penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Jakarta: Depkes RI.



DISASTER CAMP Untuk mencapai tujuan pembelajaran praktikum keperawatan bencana pada mahasiswa program studi S1 ilmu Keperawatan, dan mendukung tercapainya Visi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yaitu menjadi pusat pendidikan sarjana keperawatan/ners yang bermartabat dengan keunggulan dalam bidang keperawatan bencana berbasis kemitraan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang tangguh ditingkat nasional dan regional tahun 2030. Maka diadakan kegiatan simulasi bencana kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah Keperawatan Bencana di program studi S1 Ilmu keperawatan. Adapun tujuan nya adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran pada lembar kerja 9-14 pada materi praktikum keperawatan bencana, yaitu simulasi penanggulangan bencana: evakuasi korban dan triage lapangan, penanganan gawat darurat, rumah sakit lapangan, sistem rujukan dan penggunaan ambulance, sistem informasi/komunikasi dan pembekalan dapur umum. Kegiatan ini dilakukan di lingkungan kampus Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dan wajib diikuti oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Keperawatan Bencana dan dosen pembimbing kelompok praktikum. Kegiatan disaster camp akan dilaksanakan selama 3 hari dengan dibantu sebagai penyedia sarana, prasarana dan fasilitator dari Palang Merah Indonesia (PMI) cabang provinsi Sumatera Barat. Dalam sistem pembelajaran daring/online, kegiatan ini tetap direncanakan dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan protocol kesehatan yang telah ditetapkan oleh Fakultas Keperawatan. Jadwal dan rundown acara akan dibagikan sebelum kegiatan dilaksanakan. Acara ini dilaksanakan diakhir pelaksanaan praktikum keperawatan bencana. Pada saat pelaksanaan disaster camp, proses evaluasi terhadap kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa dilakukan. Pemahaman mahasiswa terhadap penanggulangan bencana secara keseluruhan langsung akan dievaluasi oleh masing-masing dosen pembimbing praktikum.



84



Praktikum Keperawatan Bencana