Buku Pedoman PAH [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU PEDOMAN DOSEN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ( Intern )



Edit By : Ida Made Sugita. S.Ag



UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA - 2007



1



KATA SAMBUTAN



Om Swastyastu, Dalam rangka meningkatkan efektifitas proses pembelajaran pendidikan Agama Hindu, Buku Pedoman Dosen Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi umum ini disusun berdasarkan kurikulum dan GBPP Tahun 1994. Dengan diterbitkannya Buku Pedoman Dosen Pendidikan Agama Hindu ini diharapkan dapat bermanfaat dalam proses belajar mengajar, mempermudah pemahaman materi dan standar di dalam menyampaikan materi perkuliahan Pendidikan Agama Hindu. Apabila dapat proses pembelajarannya berjalan dengan baik maka diharapkan mampu meningkatkan Sraddha dan Bhakti serta Budhi pekerti yang luhur, sehingga tercipta peningkatan sumber daya manusia yang memiliki daya saing dalam menghadapi Era Globalisasi. Dengan demikian kami pengurus Mata Kuliah Dasar Umum menyambut baik pencetakan buku ini dikalangan intern kampus Universitas Indonusa Esa Unggul dan kepada pencetak kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya, semoga Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melimpahkan Wara Nugrahanya kepada kita semua sehingga dapat melaksanakan pengabdian dengan sebaik-baiknya.



Kepala PAMU Universitas Indonusa Esa Unggul



2



DAFTAR ISI



1. Kata Sambutan ................................................................................ 2 2. Daftar Isi ............................................................................................3 3. Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama .............................................4 4. Sejarah Agama Hindu .......................................................................... 5. Alam Semesta....................................................................................... 6. Weda..................................................................................................... 7. Panca Sraddha Dasar Keyakinan Agama Hindu ................................. 8. Catur Purusartha dan Catur Asrama .................................................... 9. Catur Marga ......................................................................................... 10. Agama Hindu dan Pembangunan Nasional ......................................... 11. Sosiologi Hindu dan Dharma ............................................................ 12. Sad Darsana........................................................................................ 13. Etika Agama Hindu ........................................................................... 14. Yahnya................................................................................................. 15. Pandita dan Pinandita ....................................................................... 16. Tempat Suci ........................................................................................ 17. Hari Suci Agama Hindu..................................................................... 18. Nitisastra .............................................................................................



3



1. POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN



: Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama : a. Pengertian Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama b. Hubungan filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama



TUP



: Mahasiswa



dapat



memahami



pengertian



tentang



filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. TKP



: Setelah



mengikuti



mata



kuliah



ini,



mahasiswa



diharapkan dapat : POKOK MATERI



: a. Menjelaskan perbedaan pengertian filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. b. Menunjukkan batas kebenaran bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. c. Menjelaskan hubungan filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.



PEMBAHASAN A.



Pengertian, Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama Pengertian filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan dan berbeda pula dengan



pengertian agma. Menurut Drs. S.P. Siagian. MPA. Dalam bukunya Filsafat Administrasi mengatakan “kata filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, dari kata “philllos” berarti gemar, senang atau cinta, dan kata “sophia” artinya kebijaksanaan. Karena itu filsafat berarti cinta kepada kebijaksanan. Seseorang menjadi bijaksana karena berusaha mendalami hakekat sesuatu. Dengan demikian filsafat berarti berusaha mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai hakekat adanya sesuatu fungsi, ciri-cirinya, kegunaannya, masalahnya serta pemecahan terhadap masalah-masalah itu (Drs. S.P Siagian, MPA, 1980:2,3).



4



Selain itu Prof. Ir. R. Pudjawijatna, dalam bukunya Pembimbing ke arah Filsafat, juga menegaskan arti Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab-sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Disamping kedua pendapat di atas ada pula pendapat tentang definisi filsafat sebagai berikut; 1. Plato (427-347 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan hakikat 2. Aristoteles (384-322 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis. 3. Immanuel Kant Filsafat adalah ilmu pengetahuan pokok pangkal dari segala pengetahuan dan perbuatan. 4. D.C Mulder Filsafat adalah pemekaran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan. Ilmu filsafat itu mengabtraksikan susunan itu menjadi sasaran pemikirannya. 5. N. Driyarkara Filsafat adalah pemekaran yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab "ada" dan "berbuat, perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya sampsi ke "mengapa" yang penghabisan 6. Hasbullah Bakry Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu mengenai Ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu 7. NotoNagoro Filsafat menelaah hal-hal yang menjadi obyeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam yang tetap tidak berubah yang disebut mutlak.



5



Ilmu pengetahuan terdiri dari "ilmu" dan "pengetahuan". Segala sesuatu yang dapat diketahui melalui indria disebut pengetahuan (know ledge). Tidak semua pengetahuan disebut ilmu. Pengetahuan yang bisa dikatakan ilmu apabila pengetahuan itu memenuhi beberapa persyaratan sebagai persyaratan ilmiah dengan cirinya sebagai berikut: -



Bersistem; Pengetahuan yang dapat diuraikan dari hal-hal yang dianggap paling mudah sampai yang paling rumit, atau mempunyai hubungan fakta yang satu dengan fakta yang lainnnya



-



Bermethode; Pengetahuan



mempunyai



cara-cara



dalam penyajiannya, sehingga



mudah dipahami atau mempunyai cara-cara memperoleh kebenaran. -



Obyektif: Pengetahuan dapat mengukur / menilai apa adanya atau dapat mencari persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya.



-



Universal; Pengetahuan berlaku umum yaitu berlaku bagi semua orang. Siapapun dapat menguji kebenaraannya berdasarkan norma ilmiah yang ada. Suatu keuntungan besar bagi manusia adalah karena manusia memiliki sifat



kodrati ingin tahu. Dari apa yang ingin diketahuinya, manusia tak akan puas sampai batas itu saja, tetapi mereka ingin lebih tahu lagi. Demikian seterusnya dan tak mempunyai batas akhir. Mengapa demikian, karena yang paling pokok adalah apa yang diterima sebagai suatu kenyataan alam ditanggapi sebagai dwifungsi, yaitu ditanggapi secara statis dan dinamis. Justru inilah yang merupakan daya dorong yang paling mendasar, sehingga manusia selalu ingin lebih tahu. Sehingga wajarlah apabila ilmu pengetahuan selalu berkembang pesat sejalan dengan perkembangan teknologi. Untuk memperoleh suatu pengertian yang lebih jelas maka berikut ini ada beberapa difmisi tentang ilmu pengetahuan, antara lain; a. Drs. Ong Hian Hoey, dalam majalah perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, 11/2 1957 mengatakan; ilmu pengetahuan adalah jumlah pengetahuan yang teratur setelah diabstraheer dan diobyektiver, sedang sifat kegunaannya menjadi ciri yang utama.



6



b. Mohammad



Hatta,



dalam



bukunya



Pengantar



Kejalan



Ilmu



Pengetahuan



menyebutkan; Ilmu adalah suatu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiat dan kedudukannya maupun menurut bangunnya dari luar. Dengan demikian jelaslah bahwa ilmu itu adalah pengetahuan juga, tetapi pengetahuan yang sudah teratur, tersusun secara sistematis, metodhis, obyektif dan universal. Kata agama secara etimologi berasal; dari bahasa Sansekerta, dari kata "gam" yang dalam bahasa Inggrisnya sama dengan "go" berarti pergi. Prefiks “a” dari kata gam berarti tidak. Jadi agama berarti sesuatu yang tidak pergi, yaitu langgeng, yang kekal. yang abadi. Yang dimaksudkan dengan semua itu adalah Tuhan. Agama dalam bahasa Inggrisnya merupakan terjemahan "relegion" yang berarti kedatangan kembali, maksudnya kedatangan wahyu Tuhan. Selain agama dikenal dengan "dharma" yang berarti menjinjing, memangku, mengatur dan memelihara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud agama adalah ajaran suci bersifat, rohani yang menuntun, mengatur kehidupan manusia. Agama adalah suatu kepercayaan akan adanya Tuhan serta segala sesuatu yang bersangkut paut dengan itu. Agama adalah kayakinan yang didasarkan atas wahyu Tuhan. Agama memberi petunjuk bagaimana cara mengadakan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan Tuhan.



B.



Kebenaran filsafat, Ilmu Pangetahuan dan agama. Kebenaran filsafat terletak pada kemampuan berpikir yang mendalam. Segala



sesuatu yang ada dan yang mungkin akan ada. Dipikirkan sedalam-dalamnya, sampai keakar-akarnya hinggd melewati batas kebenaran ilmu. Kebenaran filsafat sebenarnya kebenaran ilmu juga, namun bidang pengkajiannya lebih mendalam serta tidak terbatas. Filsafat pengkajiannya tidak membatasi diri. Seorang filosof tidak akan pernah merasa



7



puas dengan kebenaran yang sudah ada. Sama halnya dengan ilmu pengetahuan, filsafat juga menuntut suatu kebenaran secara sadar dan bermethode, bersistem dan universal. Tetapi sifat kebenaran yang diperoleh tanpa ada batasnya. Dengan demikian bidang filsafat lebih luas lingkupnya dari pada ilmu pengetahuan. Filsafat menuntut daya berpikir tinggi dalam menghadapi masalah. Kebenaran ilmu pengetahuan lingkupnya terbatas yaitu sebatas pengalaman indria, segala sesuatu yang dapat diketahui secara sadar bersistem, bermethode, obyektif dan universal disebut ilmu. Kemampuan berpikir dalam mengkaji ilmu menjadi dasar utama dalam memperoleh kebenaran ilmiah. Jika kita berpikir ilmiah maka kita harus mempunyai pola pikir yang bercirikan ilimiah. Panca indria merupakan sarana vital menentukan keberhasilan mengkaji kobenaran secara ilmiah, sebab Panca Indra adalah pintu gerbangnya ilmu pengetahuan. Dengan panca indria kita dapat mengetahui segala sesuatu yang ingin diketahui secara sadar. Proses pengkajian ilmu diawali dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong manusia untuk bertanya dan menyelidiki apa yang ingin diketahuinya. Mula-mula manusia ragu-ragu terhadap kebenaran tertentu yang sedang dihadapi, maka mulailah mengadakan hepotesa, mengumpulkan data/fakta, manganalisa berdasarkan data yang ada, membuktikan dengan percobaan secara berulang-ulang, barulah dapat mengambil kesimpulan tentang sesuatu kebenaran. Proses pengkajian filsafat pun sebenarnya sama dengan proses ilmu pengetahuan, hanya saja filsafat mengkaji lebih jauh dan tidak mandeg sampai disana, dikaji terus sampai keakar-akarnya. Hal ini disebabkan manusia mempunyai kemampuan berpikir serta daya nalar apa yang didengar, dialami dan diketahuinya, ia tidak puas sampai disitu. la ingin mendapatkan keterangan yang lebih luas dan lebih dalam, sehingga dapat menentukan bagaimana kedudukan persoalan dan mengapa demikian ? Karena manusia berpijak ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang memuaskan.



8



Bila ruang lingkup ilmu pengetahuan hanya sampai pada obyek-obyek nyata yang dapat ditangkap indria, maka ruang lingkup filsafat lebih luas dari pada itu, mencakup apa yang ada dan apa yang mungkin akan ada, namun bersifat abstrak, maka ruang 1 ingkup agama sampai di luar jangkauan indria. Karena itu tidak semua masalah-masalah agama dapat dibuktikan seperti ilmu pengetahuan, dan agama tidak memerlukan pembuktian. Jadi kebenaran agama berbeda dengan kebenaran ilmiah. Kebenaran agama adalah mutiak, kekal, abadi. Kebenaran agama adalah kebenaran Tuhan yang bersifat gaib, artinya (tak terpikirkan oleh akal) namun kenyataan hidup yang sering dihadapi manusia membuat ia tidak berdaya atas kuasa Tuhan terhadap segalanya. .Keyakinan menjadi dasar kebenaran agama. Secara konseptual kebenaran agama terletak pada kepercayaan kepada Tuhan. Seseorang yang mengaku dirinya beragama harus diawali dengan terlebih dahulu tanpa ada keragu-raguan menerima kebenaran agama. Meskipun kebenaran agama tidak perlu pengujian ilmiah, tetapi kebenaran agama dapat disajikan dengan pendekatan secara ilmiah. Kebenaran agama menuntun semangat hidup atau memberi motivasi hidup terhadap manusia. Agama memberikan janji di hari depan. Agama memberi ramburambu kehidupan menuju kehidupan yang lebih baik. Agama mengajarkan kepada manusia untuk meyakini adanya wahyu Tuhan, karena didalam wahyu itu terdapat dua ajaran pokok yaitu; tuntunan / pedoman harus dilaksanakan dari sesuatu yang harus dihindari. Sebagai contoh air. Air dalam filsafat memandang tidak hanya sebagai kebutuhan vital, tetapi masalah airdikaji dan diteliti secara mendalam. Apakah air itu?. Mengapa perlu diadakan air? Dari mana air itu berasal '?. Demikian seterusnya pertanyaan itu dilontarkan u.ntuk memperoleh jawaban. Dari segi ilmiah/ilmu pengetahuan memandang air adalah sebagai suatu kebutuhan vital yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Tanpa air kita tidak bisa hidup. Air dianalisis terdiri dari dua unsur. yaitu hidrogen dan oksigen (H 2 0). Air juga dianalisis dari segi fungsinva. sifatnya, warnanya dan sebagainya. Berbeda dengan



9



pandangan agama. air ditempatkan pada posisi yang istimewa. Air dipandang mempunyai nilai tambah yakni nilai kepercayaan, nilai kesucian nilai religius. Air juga dipakai sebagai sarana pemujaan seperti ; Tina amertha. dan sebagainya. C.



Hubungan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama. Filsafat, ilmu pengetahuuan dan agama, meskipun ketiganya memiliki bidang



yang berbeda, namun semuanya memiliki hubungan yang erat. Adapun hubungannya, filsafat adalah induknya ilmu pengetahuan yang menjadi dasar pengkajian timbulnya filsafat. Filsafat dan pengetahuan sama-sama menuntut kebenaran secara sadar bermethode, bersistem, obyektif dan universal. Antara ilmu dan filsafat sejalan dan saling berkaitan. Ibarat sebuah pisau belati dengan kedua belah sisinya, satu dengan yang lainnya berbeda. namun satu fungsi. Ilmu mendukung tumbuh kembangnya filsafat dan sebaliknya dalam filsafat sudah terkandung ilmu pengetahuan. Demikian halnya dengan agama yang berdasarkan keyakinan, namun penyajian ajarannya tidak terlepas dengan methode penyajian ilmiah. Demikian methode penyajian ilmiah, ajaran agama dengan mudah dipahami. Dengan demikian methode penyajian ilmiah mutlak diperlukan dalam bidang agama. Selain dengan ilmu pengetahuan agama juga mempunyai hubungan erat dengan filsafat. Bahkan agama (Hindu) mempunyai aspek filsafat sebagai salah satu bagian yang amat penting berupa Tri Kerangka Agama Hindu yaitu aspek Tattwa, Etika dan Upacara. Tattwa adalah filsafat yang dikemas dalam ajaran Hindu. Di India filsafat yang serupa dengan itu dinamai Darsana. Oleh karena itu memperdalam ajaran Hindu tidak terlepas dengan aspek Tattwa. Inilah bukti bahwa agama dan filsafat tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.



10



POKOK BAHASAN



: Sejarah Agama Hindu



SUB POKOK BAHASAN



: a. Sejarah agama Indu di India dan Perkembangannya. b. Sejarah



agama



Hindu



di



Indoensia



dan



perkembangannya. TUP



: Mahasiswa dapat memahami sejarah perkembangan agama Hindu di India dan di Indonesia



TKP



: Setelah



mengikuti



mata



kuliah



ini,



mahasiswa



diharapkan dapat : a. Mengetahui sejarah agama Hindu. b. Menjelaskan bukti kehidupan jaman India kuno. c. Menjelaskan fase perkembangan agama Hindu ke Indonesia d. Menjelaskan masuknya pengaruh agma Hindu ke Indonesia e. Menjelaskan mashab-mashab Hindu di Indnesia MATERI



: a. Kehidupan tata keagamaan Hindu kuno di India b. Masuknya agama Hindu di Indonesia. c. Perkembangan agama Hindu di Indonesia. d. Mashab-mashab Hindu di Indoesia



PEMBAHASAN A. SEJARAH AGAMA HINDU DI INDIA Dalam kitab Weda bangsa Arya mempunyai peran penting sejarah agama Hindu di kemudian hari. Bangsa Arya diperkirakan berasal dari darata Eropa. Penyebaran bangsa Arya ke arah timur menuju dataran Asia dengan melalui pantai selatan laut hitam



11



menuju Bactria (Asia Kecil). Bangsa Arya ketika menduduki daerah Bactria disebut masa Indo Iran. Pada saat menduduki Bactria, mereka menyebar ke dua arah yaitu ke utara menuju Iran (Timur Tengah) dengan menghimpun kitab Avesta di Iran yang menjadi agama Zoroaster. Ke arah selatan menuju daratan India dengan melalui celah Keyber dan pegunungan Hindukus dengan menghimpun kitab Weda yang berbahasa Sansekerta. Selanjutnya bangsa Arya menyebar kepedalaman dan menduduki lembah sungai Saraswati. Lembah sungai Saraswati ini dalam Reg Weda disebut Brahmawarta (daerah suci). Lembah sungai saraswati ini memegang peran sangat penting, dan dikemudian hari akhirnya dianggap merupakan tempat turunnya wahyu Weda, sehingga nama Saraswati dianggap sebagai Dewi ilmu Penetahuan. Bangsa Drawida adalah bangsa asli India yang menduduki lembah sungai Sindhu. Bangsa Drawida menempati dua kota besar yaitu Mohenjodaro dan Harapa. Daerah penyebarannya meliputi perbukitan Baluchistan, Rajasthan serta Punyab. Bukti-bukti adanya kehidupan keagamaan bangsa Drawida di lembah sungai Sindhu adalah 1. Ditemukan area Teracota yang dianggap sebagai konsepsi Dewi Kesuburan. Pemujaan kepada Dewi Kesuburan ini kemudian berlanjut menjadi pernujaan kepada Dewi Perthiwi yang menjadi salah satu kepercayaan dalam agama Hindu. 2. Ditemukan area Batu Dewa dengan bentuk kepala bertanduk yang terpadu dengan pohon suci Pitaia. 3. Ditemukan materi bergambar seekor binatang yang dianggap sebagai raja binatang. Sedangkan didepannya terdapat empat ekor binatang buas dan binatang besar lainnya seperti gajah, lembu nandini dan badak. Raja binatang tersebut memiliki ciri-ciri seperti, duduk beryoga, seperti seorang yogi, rambutnya dihias seperti kipas. Hiasan rambut yang demikian menjadi bentuk senjata yang bercabang tiga (tri sula) sebagai atribut Dewa Siwa. Penemuan tersebut membuktikan adanya konsepsi Dewa Pasopati. Tokoh ini dipersamakan dengan tokoh Siwa Maha Dewa pada berikutnya.



12



Demikian pula gambar Lembu Nandini yang pada jaman berikutnya merupakan tokoh sebagai wahana Dewa Siwa. 4. Ditemukan area batu seorang penari yang dianggap sebagai konsepsi pemujaan Siwa Nataraja. SiwaNataraja melambangkan Siwe sedang menari sebagai simbol untuk menciptakan, memelihara dan, mempralina 5. Ditemukan materi bergambar burung Elang yang sedang terbang, yang pada masingmasing sayapnya ada seekor ular. Gambar tersebut membuktikan adanya konsepsi burung Garuda sebagai wahana Dewa Wisnu. 6. Ditemukan materi teracota yang terdapat gambar pohon yang didekatnya berdiri seorang manusia. Ini membuktikan adanya konsepsi pohon suci yang memberikan perlindungan kepada umat manusia. Konsepsi ini dijaman selanjutnya menjadi kepercayaan umat Budha menjadi pohon Badhi, sedangkan dalam agama Hindu disebut Kalpa Wrksha / Kalpa Taru. 7. Ditemukan arca batu seorang tokoh rohaniwan dengan ciri-ciri sebagai berikut; mata mengarah keujung hidung sebagai lambang melihat dunia spiritual, memakai ikat kepala dari alang-alang (sirovista), memakai jubah dengan hiasan daun. Penggunaan jubah dalam agama Budha disebut Sanghati yaitu menutup bahu kiri dan bahu kanan tetap terbuka. Dari data tersebut membuktikkan bahwa kehidupan keagamaan sebelum datangnya bangsa Arya, ternyata bangsa Drawida (India kuno) memiliki tata cara kehidupan keagamaan yang tinggi Perkembangan kehidupan keagamaan bangsa Drawida setelah terjadi asimilasi dengan bangsa Arya dapat dikelompokan sebagai berikut 1. Jaman Weda. Tata cara kehidupan keagamaan dijaman Weda banyak sekali mengenal namanama Dewa. Dewa-dewa ini masing-masing dihubungkan dengan tenaga alam yang menguasai dan mempengaruhi kehidupan manusia saat itu. Tenaga alam itulah merupakan manifestasi Dewa, demikianlah maka Agni adalah dewa api, Surya adalah



13



dewa matahari, Candra adalah dewa bulan, Maruta adalah dewa badai, Indra adalah dewa perang dan sebagainya. Walaupun pada jaman itu mereka mengenal berbagai macam Dewa tetapi Tuhan tetaplah satu. hanya mereka orang bijaksana menyebutkan dengan berbagai macam nama. Pada umumnya pada jaman Weda ini hubungan manusia dengan Dewa sangat dekat sekali, dimana aspek kekuatan alam yang dipuja melalui Dewa tertentu dengan memakai upakara tertentu. Maka peranan para pendeta saat itu mulai dominan yang akhirnya ditandai dengan munculnya jaman Brahmana.



2. Jaman Brahmana Jaman ini ditandai adanya kitab-kitab Brahmana yaitu bagian dari Weda yang berisi peraturan dan kewajiban keagamaan. Di lihat dari segi filsafat, jaman Brahmana ini merupakan pendahulu pemikir secara sistematis. Namun dasar-dasar pemikiran filsafat ini sebenarnya telah ada pada jaman Weda, hanya saja jaman Brahmana ini sistem filsafat diperluas lagi dalam bentuk yang lebih abstrak, dan sintesis. Penguraian yang lebih sistematis terjadi pada jaman berikutnya yaitu jaman Upanisad? Oleh karena kehidupan pada jaman Brahmana lebih banyak dikuasai masalah yadnya, maka tidak heran jika banyak pemikiran keagamaan bersifat spikulatif, dan menganggap bahwa yadnya itu memiliki daya sakti yang mistik dan bersifat rahasia. Pada jaman ini juga mempercayai adanya hidup itu sesudah mati, adanya pitara dan dunia Dewa/ sorga. Sebagai kesimpulan bahwa pemikiran keagamaan pada jaman Brahmana Sudah mengarah kepada pemikiran yang lebih logis dan rasional. Pemikiran masalah ketuhanan pada jaman ini sudah ada dan kemudian disempurnakan pada jaman Upanisad.



3. Jaman Upanisad.



14



Jaman upanisad ini ditandai adanya kitab-kitab Upanisad. Pemikiran keagamaan jaman ini sudah mulai bersifat filosofis, begitu juga masalah hakekat Tuhan digambarkan secara filsafat. Pandangan yang menonjol dalam kitab Upanisad adalah suatu ajaran yang bersifat monitis dan absolutisms, artinya ajaran yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bermacam-macam itu dilahirkan dari satu azas yang tertinggi. Realitas ini tidak keiihatan, bebas dari awidya, tidak tembus oleh akal manusia tetapi menyelami segala sesuatu. Realitas itu disebut Brahman (Tuhan).



4. Jaman Wiracaritra. Jaman ini adalah jaman yang penting dalam sejarah perkembangan agama Hindu di India. Pada waktu itu India mengalami krisis politik, hal ini sempat mempengaruhi kehidupan keagamaan. maka mulai banyak timbul pemikir/ahli agama yang ingin mengadakan pembangunan dibidang agama, sebagai contoh munculnya aliran Jainaisme dan Budhaisme.



5. Jaman Sutra-Sutra. Jaman ini, pembaharuan dibidang agama mulai terasa. Pada jaman ini mulai bermunculan komentar-komentar yang sederhana untuk mempelajari arti dan makna ajaran Weda, seperti upacara, filsafat, etika dan sebagainya. Untuk upacara korban yang diuraikan secara sistematis, maka timbulah sutra-sutra seperti Kalpa Sutra, dan begitu juga bermunculan sutra-sutra yang lain seperti Sulwa Sutra. Dharma Sutra, Graha Sutra. Selain pembaharuan dibidang upacara juga ada pembaharuan dibidang filsafat seperti Nyaya, Waisesika, Samkhya. Yoga, Mimamsa dan Wedanta.



6. Jaman Skholastik.



15



Jaman ini merupakan jaman pemimpin besar sebagai kelanjutan jaman Wiracarita seperti tokoh Ramanuja, Sankara, Madwa. Setelah masuknya pengaruh Islam, mulailah ada gejala-gejala perkembangan baru dalam sejarah agama Hindu, seperti Kabir (1140-1518) yang berusaha memberikan pengaruh agama Hindu dengan agama Islam, dan mencoba untuk menjadikan agama Hindu dan agama Islam saling mempengaruhi. Ajarannya dikemudian hari menjadi salah satu sumber-ajaran Nanak (1469-1538) sebagai pendiri agama Sikh. Kebangkitan agama Hindu pada abad XVIII dipelopori oleh Ram Mohan Roy (1772-1833). la adalah seorang tokoh Hindu yang mendapat pendidikan Barat. Disamping ia berusaha keras untuk membangun dibidang agama, juga mengusahakan pembangunan dibidang sosial seperti mempelopori pemberantasan poligamL menghindari Sati (pembakaran janda). Gerakannya disebut Brahma Samaj. Setelah ia meninggal ajarannya diteruskan oleh Debendra Nathagore ayah dari Rabindra Nathagore. Setelah Rabindra Nathagore meninggal dilanjutkan oleh Kesab Candra Sen dan akhirnya ajarannya terpecah menjadi berbagai macam aliran. Aliran lain yang lebih dipengaruhi oleh politik ialah Arya Samaj yang dipelopori oleh Swami Dayananda Saraswati. Maksudnya ajaran ini adalah untuk membangun agama Hindu dan untuk mengadakan sintesa antara yang baru dengan yang kun'o, antara budaya Barat dengan budaya Timur. Arya Samaj ajarannya mencakup tiga hal yaitu: Weda adalah wahyu Tuhan, Weda adalah satu-satunya wahyu Tuhan, dan Weda adalah sumber pokok bagi ilmu agarna-agama di dunia. Seorang pembaharu ajaran Hindu lainnya adalah Sri Kamaknsna (1834-1886). la adalah pemimpin spiritual dari Kuil Daksinawar dekat Calcutta. Pembaharuan agama Hindu yang besar sekali pengaruhnya adalah Mahatma Gandhi (1869-1948), Ajarannya adalah Monisme, Satya Graha dan Ahimsa.



B. SEJARAH AGAMA HINDU DI INDONESIA.



16



Walaupun secara sederhana, pada jaman prasejarah di Indonesia juga telah mengenal kepercayaan kepada kekuatan gaib mereka juga melakukan upacara pemujaan/Sradha. Pada waktu orang meninggal maupun saat penguburan bahkan sesudah selesai penguburan masih juga dilakukan upacara sradha agar hubungan mereka tidak terputus. Hal ini juga masih dilakukan dibeberapa daerah di Indonesia. 1. Masuknya agama Hindu di Indonesia. Data yang memuat secara rinci masuknya agama Hindu ke Indonesia belum dijumpai, baik di Indonesia maupun diluar negeri. Oleh karena itu dipakailah sumber-sumber tidak langsung yang berasal dari luar Indonesia. a. Kitab Ramayana yang digubah sebelum Masehi, yang pada bagian Kiskenda Kanda menyebutkan bahwa Sugriwa dalam usaha mencari Dewi Sita memerintahkan para pasukan kera untuk pergi ke Jayadwipa dan Swarnadwipa. b. Kitab Periploustest Erythastolesses yang ditulis oleh seorang nahkoda Yunani. Bukti ini merupakan pedoman berlayar di samudra Indonesia (lautan Erythrasa). Dalam kitab ini menyebutkan terjadinya hubungan antara India dengan wilayah yang bernama Chryse Chora (negeri emas). Hal ini mengingatkan pada daerah Swarnadwipa (pulau emas). c. Kitab Geographika Hepigeses seorang Yunani Iskandariah pada abad 2 masehi, yang menyebutkan beberapa tempat seperti Agryse Chora (negeri perak), Chryse Chora (Negeri emas), Chrsyse Chersonesus (semanjung emas) dan juga menyebutkan tempat bernama Jabadion yang dalam bahasa Sansekrta sama dengan Jawadwipa. Dengan data tersebut teranglah bahwa hubungan India dengan Indonesia telah terjadi ribuan tahun yang silam. Ada beberapa teori tentang masuknya agama Hindu ke Indonesia. Teori tersebut adalah; a. Mookerjee (India 1912) menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang yang besar. Setelah sampai di



17



Indonesia mereka membentuk koloni dan membangun kota kemudian mengadakan kontak hubungan dengan India, maka terjadilah penyebaran agama Hindu di Indonesia b. Moens (Belanda) menyatakan bahwa peranan kaum ksatriya sangat besar dalam proses kolonisasi. Melalui proses ini agama Hindu mulai menyebar di Indonsia. c. Krom (Belanda) dengan teori Wesya menyatakan bahwa diterimanya pengaruh Hindu di Indonesia melalui penyusupan jalan damai yagn dilakukan oleh golongan pedapang (wesya). d. Bosh (Belanda) menyatakan bahwa dalam penyebaran agama 1 lindu ke Indonesia, peranan kaum ksatriya sangat besar. sekalipnn unsur India merupakan zat penyubur kebudayaan. e. 1. B. Mantra, dengan leori gabungan menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia dibawah oleh kaum brahmana, dan wesya f. Dari data peninggalan sejarah di Indonesia disebutkan bahw Rsi Agastya pernah menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Para ahli sejarah berkesimpulan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi awal tahun masehL sekalipun tak ada bukti tertulis atau benda-benda purba kala dari kehidupan agama saat itu.



2. Agama Hindu di Indonesia. Kehidupan keagamaan di Indonesia dapat diketahui pada abad IV masehi dengan ditemukannya tujuh buah Yupa peninggalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dalam kehidupan keagamaan didapatkan keterangan pada dua buah Yupa yang menyatakan bahwa maksud pendiriannya itu untuk memperingati yadnya yang dilaksanakan oleh raja Mulawarman.



18



Setelah di Kutai agama Hindu ternyata berkembang di Jawa Barat pada abad V. Hal ini dibuktikan dari tujuh buah prasasti yaitu Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasiwari, Muara Cianten,Tugudan Prasasti Lebak. Prasasti tersebut memakai huruf Pallawa dan bahasa Sansekrta. Dari prasasti tersebut dapat dipastikan bahwa raja Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang beragama Hindu. Perkembangan agama Hindu selanjutnya ternyata bergeser ke arah timur yaitu Jawa Tengah. Perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah dapat dibuktikan dengan adanya prasasti Tukmas di lereng gunung. Merbabu. Kesaksian lain kehidupan agama Hindu di Jawa Tengah dapat diketahui dari prasasti Canggal yang dikeluarkan oleh raja Sanjaya tahun 654 Saka dengan candra sengkala “Sruti indria rasa". Keseluruhan prasasti itu berbentuk syair yang terdiri 12 bait, diantaranya memuat pemujaan terhadap dewa Siwa, satu bait untuk dewa Wisnu dan satu bait lagi untuk dewa Brahma. Di jaman berikutnya agama Hindu berkembang di Jawa Timur, dibuktikan dengan ditemukan prasasti Dinoyo 682 Saka dengan memakai hurup Jawa Kuno yang bahasa Sansekrta. Isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja Simha dari kerajaan Kanyuruhan mengadakan upacara besar beserta para pendeta dan penduduk negeri. Bangunan suci peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur adalah candi Badut di Malang. Dengan berakhirnya kerajaan Kanyuruhan maka muncullah dinansti I sana Wamsa dengan raj any a Empu Sendok. Perkembangan selanjutnya, agama Hindu hidup pada jaman Singosari tahun 1042-1222 masehi. Ken Arok sebagai raja pertama digelari Bhatara Guru. Hal ini membuktikan Ken Arok adalah penganut Hindu yang setia. Peninggalan lain yang membuktikan pada jaman Singasari adalah berdinnva candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari. Pada abad XIII berakhirlah masa Singosari sehingga muncul kerajaan Majapahit. Jaman Majapahit merupakan masa gemilang perkembangan agama Hindu.



19



Bukti kemegahan agama Hindu jaman Majapahit adalah berdirinya candi Penataran di Blitar. Setelah Majapahit mulai suram, maka agama Hindu berkembang di Bali. Bersamaan masuknya agama Hindu di Bali pada abad VIII, ternyata agama Budha juga datang ke Bali. Menurut lontar-lontar yang ada di Bali, bahwa Empu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali. Beliau datang pada abad XI pada pemerintahan Udayana. Kehidupan keagamaan dengan berbagai sekta-sekta yang hidup pada jaman sebelumnya dan akhirnya dapat disatukan dengan melalui Sad Kahyangan. Kahyangan Jagad, Kahyangan Tiga. Konsepsi pemujaan Dewa Tri Muni dimasyarakatkan dengan melalui Desa Pakraman pada setiap Kahyangan Tiga. Sebagai penghormatan kepada Empu-Kuturan dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang pada kebanyakan pura yang ada di Bali. Sedangkan tempat moksa beliau didirikan pura Silayukti. Setelah mundurnva masa kerajaan di Bali, kehidupan agama Hindu kurang mendapat perhatian. maka pembinaan agama Hindu diatur oleh desa adat dan Griya-griya (sulinggih) secara lokal. Oleh karena muncullah organisasai keagamaan seperti : Suita Gama Tirtha tahun 1921 di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud Gianyar. Surya Kama tahun 1925 di Singaraja. Perhimpunan Catur Wangsa Dirg/Gama Hindu Bah tahun 1926. di Klungkung. Paruman Para Pandita tahun 1949 di Singaraja. Madjelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung. Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950 di Denpasar. Yayasan Dwi Jendra tahun 1959 di Denpasar. Dan lain-lain. Pada tanggal 23 Pebruari 1959 beberapa organisasi keagamaan mengadakan pentemuan membentuk Majelis Agama Hindu. Kemudian tanggal IT-23 Nopember



20



1961 umat Hindu berhasil menyelenggarakan Dharma Asrama Para Sulinggih di Campuan Ubud Gianyar dengan menghasilkan Piagam Campuan Ubud yang merupakan titik awal sebagai landasan pembinaan umat Hindu. Selanjutnya tanggal 7-10 Oktobrr 7-10) diadakan Mahasabha Hindu Bait dengan menetapkan majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bah sekarang menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia 2. Mashah-Mashab Hindu di Indonesia Perkembangan agama Hindu dari India menuju seluruh pelosok dunia termasuk Indonesia tidak lerlepas adanya mashab (sekta) yang ada. Prof. Krom mengatakan bahwa di Jawa pernah berkembang mashab Saiwa. Mashab Saugata. dan Mashab Rsi atau sermg disebut Mahabrahmana Sewa Sogata. Dr. Bosh menyebutkan pada masa Pemerintahan Hayam Wuruk pernah berkembang mashab Sora Mashab Budha. R. Goris dalam bukunya sekta-sekta di Bali menyebutkan ada 9 mashab yang pernah berkembang di Baii yaitu : a. Siwa Sidhanta yaitu mashab yang lebih mengutamakan pemujaan kepada Dewa Siwa. Semuapanditadi Bali disebut sebagai Sidhanta ciri-ciri Sidhanta antara lain; adanya upacara agama, sikap tangan (mudra), mengucapkan doa tiga kali sehari, persembahan air suci untuk upacara. b. Pasupata, mashab ini sudah hilang ciri-cirinya pemujaan Lingga sebagai lambang Siwa. c. Bhairawa, mashab ini aliran Durga dari tangan kiri. Cirinya adanya pemujaan pada setra, menggunakan kekuatan leak, sihir dsb. d. Wesnawa, mashab ini mengutamakan pemujaan kepada dewa Wisnu dengan saktinya dewi Sri sebagai dewa kesuburan.



21



e. Budha / Soghata, mashab ini masih ada di Bali Selatan yaitu daerah Karangasem, tepatnya Desa Budha Keling masih terdapat pandita Budha yang menggunakan tata upacara Hindu. f. Brahma/ Smartha adalah mashab yang masih menggunakan cara-cara hidup secara tradisi. g. Rsi, mashab ini lebih cenderung melakukan tapa, brata, yoga, semadi di tempat-tempat yang sunyi. h. Sora, mashab ini mengutamakan pemujaan kepada dewa Surya. i. Ganesha, mashab ini mengutamakan pemujaan kepada dewa Gana sebagai dewa penghalang dari ganggilan. . Dari kesembilan mashab yang pernah hidup di Bali akhirnya dapat disatukan menjadi Siwa Sidhanta yaitu Hindu yang kita warisi sampai sekarang.



POKOK BAHASAN



: ALAM SEMESTA



SUB POKOK BAHASAN



: a. Proses terciptanya alam semesta b. Asal mula manusia dan unsur-unsurnya.



TUP



: Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui asal mula alam



semesta



dan



unsur-unsur



serta



meyadari



kedudukanya sebgai makhluk yang merupakan bagian dari alam semesta. TKP



: Mahasiswa diharapkan dapat : a. Menjelaskan proses terciptanya alam semesta



22



b. Menjelaskan asal mula manusia dan unsur-unsurnya c. Menjelaskan hakekat manusia. d. Menjelaskan perbedaan antara manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan POKOK MATERI



: a. Asal mula alam semesta b. Asal mula manusia dan unsur-unsurnya c. Hakekat manusia d. Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan



PEMBAHASAN A.



Asal Mula Alam Semesta Telah kita ketahui bahwa Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) adalah



Maha Pencipta. Hyang Widhilah yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Sebelum Hyang Widhi mencipta, alam dengan segala isinya tiada. “Duk tan hana paranparan, anrawang anruwung”. Artinya ketika sebelum ada pencipta maka tidak ada apaapa dan semuanya tidak menentu. Didalam Weda (Brihad Aranyaka dan Chandogya Upanisad) disebutkan sebagai berikut ; Idam wa agra naiwa kincid asit, sad ewa saumya idam agra asit, ekam ewa adwitya. Artinya sebelum diciptakan alam ini tidak ada apa-apa, Maha Esa dan tidak ada duanya. Alam semesta dan segala isinya adalah ciptaan Hyang Widhi yang merupakan pancaran kemahakuasaan-Nya, yang tercipta melalui tapanya Hyang Widhi sendiri. Tapa adalah pemusatan tenaga pikiran yang terkeram hingga menimbulkan panas memancar. Dengan tapa inilah Hyang Widhi menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Di dalam Weda (Taittriya Upanisad) disebutkan sebagai berikut: "Sa tapo tasyata so tapas taptva. idam sarvam asjata yad idam kim ca, tat srstva tad eva anupray icat, tad anupravicya sac ca tyao ca abhavat" Artinya; Hyang Widhi melakukan tapa, setelah mengadakan tapa tcrciptalah semuanya yaitu segala apa yang ada di alam semesta ini. Setelah menciptakan kedalam ciptaannya itu Hyang Widhi menjadi satu.



23



Demikianlah kemahakuasaan Hyang Widhi, disamping menciptakan alam semesta dengan segala isinya ini juga menyatu dan meresap kedalam ciptaanNya serta menghidupkan atau memberikan jiwa alam semesta dengan segala isinya sehingga adanya kehidupan. Alam semesta dengan segala isinya ini yang dahulu kala pernah tidak ada, lain ada, kemudian tidak ada lagi dan demikian seterusnya berulang kali. Pada saat ini tercipta disebut "Srsti” atau Brahma Diva (siang hari Brahma) dan ketika alam ini meniada disebut "pralaya" atau Brahma Nakta (malam hari Brahma). Demikianlah proses terciptanya alam semesta. Proses ini bcrlangsung secara berjenjang. Dari jenjang yang teramat gaib atau halus sampai jenjang yang tampak atau berwujud. Penciptaan oleh Hyang Widhi melalui tapa-Nya. pada mulanya terjadi dua kekuatan asal, yaitu Purusa dan Prakerti. Purusa adalah unsur dasar yang bersifat kejiwaan. sedang Prakerti adalah unsur dasar yang bersifat kebendaan. Baik Purusa maupun Prakerti kedua-duanya memiliki sifat yang tak dapat diamati dan tanpa pernuilan, seperti dijelaskan dalam Weda (Bagawadgita, XIII. 19) sebagai, berikut: Prakrtim purusam cai va viddhy anandi ubhavapi. Vikarams ca gunas cai va viddhi prakrtisambhavan. Artinya : Ketahuilah bahwa Purusa dan Prakerti kedua-duanya adalah tanpa permulaan dan ketahuilah juga bahwa segala bentuk dan ketiga guna lahir dari Prakerti. Purusa dan Prakerti inilah kemudian bertemu atau bekerja sama menyebabkan adanya alam semesta ini secara bertingkat dan berjenjang. Pertemuan antara Purusa dan Prakeni ini dilukiskan sebagai kerja sama antara yang melek tapi lumpuh dengan yang kuat tapi buta. Dengan kerja itulah mereka baru bisa melakukan atau membuat sesuatu. Prakerti yang merupakan azas kebendaan memiliki Tri Guna, yaitu Samttwam. Rajas dan Tamas. Samttwam sifat dasarnya adalah tenang dan menerangi. Rajas sifat dasarnya adalah aktif dan dinamis, dan Tamas sifat dasarnya adalah berat dan gelap,



24



Akibat adanya kerja sama Purusa dengan Prakerti ini menyebabkan kekuatan yang ada pada Tri Guna menjadi seimbang. Pertama-tama kekuatan Sattwam yang lebih besar dari Rajas dan Tamas melahirkan adanya Mahat. Mahat yang berarti agung. Dari mahat ini kemudian muncullah Budhi yaitu benih kejiwaan tertinggi, Budhi ini adalah sifat yang dimiliki oleh Satmam sehingga keputusannya bersifat bijaksana. Selanjutnya dari Budhi ini lahirlah Ahamkara. Ahamkara herfungsi untuk merasakan. Dari Ahamkara lahirlah Manas yaitu akal pikiran yang berfungsi untuk berpikir. Dari Manas selanjutnya lahir Panca Tanmatra yaitu lima unsur halus yangmeliputi Sabda tanmatra (sari suara). Sparsa tanmatra (sari rabaan). Rupa tanmatra (sari warna). Rasa tanmatra (sari rasa), dan Ganda tanmatra (sari bau). Perkembangan selanjutnya dari Panca Tanmatra adalah Panca Maha Bhuta yaitu lima unsur yang kasar meliputi: Akasa (ether/ruang). Bayu (hawa/udara). Teja (api ), Apah (air) dan Pertiwi (tanah). Panca Maha Bhuta ini kemudian menjadi alamsemesta dengan segala isinya seperti matahari, bulan, bumi yang disebut Brahmanda. Demikian juga gunung. sungai, pohon. binatang. manusia serta yang lainnya. Jadi jelaslah bahwa alam semesta dengan segala isinya lahir dan mengalir dari tubuh Hyang Widhi. pada saatnya nanti akan kembali kepada Hyang Widhi. Demikian dinyatakan dalam Weda (Bhuwana Kosa, lp.22b) sebagai berikut ; Mangkana pwa Bhatara Siwa irikang tattwa kabeh. riwekasan lina ring sira mwah, nihan drtopamaya kadhyangganing wereh makweh mijilnya tunggal ya sakeng way. Artinya : demikianlah halnya Bhatara Siwa (Tuhan) keberadaan-Nya pada segala makluk pada akhirnya akan kembali kepada-Nya, demikian umpamanya bagaikan buih banyak timbulnya, tunggallah itu asalnya dari air.



B.



Asal mula manusia dan unsur-unsurnya.



25



Asal mula manusia dan alam ini pada hakekatpya sama yaitu dari Purusa dan Prakerti juga. Maka itu alam semesta ini Lazim disebut Bhuwana Agung dan manusia disebut Bhuwana Alit. Pada diri manusia unsur Purusa itu menjadi Jiwatma, sedangkan unsur Prakerti menjadi badan kasar atau stula sarira. Suksma Sarira disebut Raga Sarira. Suksma Sarira terdiri dari Budhi, Manas dan Ahamkara yang disebut dengan Jri Antah Karana Sarira. Tri Antah Karana Sarira inilah menciptakan alat badan mausia yang amat menetukan watak seorang. Indra manusia ada 10 banyaknya sehingga disebut Dasendriya yang terbadi menjadi dua bagian yaitu : 1.



Panca Budhindriya yaitu terdiri dari Cakswindriya (indriya pada



mata). Srotendriya (indriya pada telinga), Ghranendriya (indria pada hidung), Jihwendriya (indria pada lidah), Twakindriya (indriaya pada kulit). 2.



Panca Karmendriya yaitu terdiri dari Panindriya (indriya pada



tangan). Padendriya (indirya pada kaki). Wakindriya (indriya pada mulut). Upasthendriya (indriya pada Anus). Manas disamping berkedudukan sebagai anggota dari Tri Antah Karana Sarira juga berkedudukan sebagar Rajendriya, karena semua indriya itu berpusat pada pikiran manusia. Indriya itu tak dapat di amati. Stula Sarira atau Raga sarira yang terjadi pada Panca Tanmatra dan Panca Maha Bhuta uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Tulang belulang, otot, daging dan segala yang pada sifatnya terjadi dari Gandha atau Perthiwi. 2. Darah, lemak, kelenjar, empedu, air badan dan segala yang cair sifatnya terjadi dari Rasa atau Apah. 3. Panas badan, sinar mata dan yang panas dan bercahaya sifatnya terjadi dari Rupa atau Teja. 4. Napas dan udara dalam badan terjadi dari Sparsa atau Wayu. 5. Rongga dada, rongga mulut dan segala rongga lainnya terjadi dari Sabdha atau Akasa.



26



Dalam hubungannya dengan Sthula Sarira manusia terjadi dari unsur antara lain ; 1. Sad Rosa yaitu lapis pembungkus yang terdiri dari. Asti/tawulan (tulang). Odwad (otot). Sumsum (sumsum). Mamsa (daging). Rudhira (darah) dan Carma (kulit). 2. Dasa Bayu atau Dasa Prana yaitu 10 macam udara dalam badan manusia yang terdiri dari: Prana (udara pada paru-paru). Samana (udara pada pencernaan). Apana (udara pada pantat). Udana (udara pada kerongkongan). Byana (udara yang menyebar ke seluruh tubuh). Naga (udara pada perut yang keluar pada saat perut mengempis), Kurrnara (udara yang keluar dari badan oleh tangan dan jari). Krkara (udara pada saat bersin). Dewadatta (udara pada saat menguap), Dananjaya, (udara yang memberi makan pada badan). Sedangkan yang mempunyai hubungan dengan Suksma Sarira (badan halus) manusia antara lain adalah Panca Kosa yaitu 5 pembungkus dari badan halus manusia yang terdiri dari: Annamaya kosa (badan dari sari makanan). Pranamaya kosa (badan dari sari nafas), Manomaya kosa (badan dari sari pikiran). Wijnanamaya kosa (badan dari sari pengetahuan), Anandamaya kosa (badan dari sari kebahagiaan).



C. Hakekat Manusia Manusia adalah makluk yang berakal. Manusia sering juga disebut Atmaja. Anuja. Jadma, Purusa. Manusia disebut Atmaja. Anuja. Jadma, karena pada hakekatnya ia adalah Atma atau Anu yang lahir dari Atma atau Anu yang berbadan. Disebut Purusa karena memang berasal dari Purusa, dan semua itu adalah sama yaitu percikan yang mengalir dari Tuhan. Dengan demikian manusia pada hakekatnya adalah penjelmaan dari Atma. sedangkan Atma adalah berasal dari percikan Tuhan



D. Manusia, Binatang dan Tumbuh-tumbuhan. Asal mula manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan pada hakekatnya adalah sama, tetapi berbeda. Berbeda pada sabda, bayu dan idep. Perbedaan kelahiran



27



disebabkan dari karma wasana. Karma wasana bersumber pada perbuatan masa lalu. Atma menjelma menjadi manusia, menjadi binatang, menjadi tumbuh-tumbuhan, yang ditentukan oleh pertimbangan kekuatan Tri Guna. Tri Guna adalah bagian dari Prakerti. Apabila Prakerti bertemu dengan Purusa, maka Tri Guna itu mulai aktif dan ingin saling menguasai. Apabila kekuatan Tri Guna ini berimbang maka Atma gienjelma menjadi manusia, Apabila kekuatan Sattwam yang paling unggul dibanding dengan Rajas dan Tamas menyebabkan Atma akan mencapai moksa. Tetapi jika Sattwam dan Tamas sama kuatnya menyebabkan akan mencapai surga. Jika berimbang kekuatan Sattwam, Rajas dan Tamas, maka Atma menjelma menjadi manusia. Sedangkan jika Rajas lebih unggul dari Sattwam dan Tamas menyebabkan Atma jatuh ke neraka. Akhirnya jika Tamas lebih unggul dengan yang lain maka Atma menjelma sebagai binatang atau bisa pula menjadi tumbuh-tumbuhan. Demikianlah disebutkan dalam Weda (Wrhaspati Tattwa) sebagai berikut; 1. Yan satwika ikang citta ya henuning atma pamanggihaken kamoksa, apan ya nirmala dumeh ya gumayaken rasa ning agama lawan wekasning guru. (Ws.Tw.20) Artinya; Apabila sattwa citta unggul, itulah sebabnya atma menemukan kelepasan, sebab ia suci yang menyebabkan melaksanakan rasanya (isi) agama dan tuntunan guru. 2. Yapwan pada gong nikang satwa lawan rajah yeka matangnyan mahyun magawaya dharma denysu kadadi pwakang dharma denya kalih, ya ta matangnyan mulih ring swarga, apan ikang satwa mahyun ing gawe hayu ikang rajah manglakwaken. (Ws. Tw. 21) Artinya : Apabila sama besarnya antara sattwam dan rajas, itulah menyebabkan ingin mengamalkan dharma, karenanya berhasillah dharma itu. menyebabkan pulang ke sorga. sebab sattwam adalah sifat ingin berbuat baik, si rajas itu yang melaksanakannya.



28



3. Yan pada gongnya katelu. ikang sattwa. rajah, tamah. ya ta matangnyan pangjadma manusa. apan pada winch kahyunya... (WsTw. 22) Artinya: Apabila sama besarnya ketiga guna. itulah yang menyebabkan menjelmanya manusia. karena sama-sama memberikan kehendaknya / keinginannya 4. Yapwan cina rajah magong. krodha kewala. sakti pwa ring gawe hala ya ta hetuning atma tibeng naraka (Ws Tw .23). Artinya; Apabila cina rajas yang besar, hanya marah kuat pada perbuatan jahat. itulah yang menyebabkan atma jatuh ke neraka..... 5. Yapwan tamah magong ring cina. ya hetuning atma matemah tiryak ya tan dadi ikang dharmasadhana denya, an pangdadi ta ya janggama (Ws.Tw.24). Artinya: Apabila tamah yang besar pada cina. itulah menyebabkan atma menjadi binatang. ia tidak dapat melaksanakan dharma olehnya, yang menyebabkan menjadi tumbuhtumbuhan. Dengan memperhatikan sloka di atas maka jelaslah bahwa penycbab utama dart perbedaan kelahiran itu adalah Tri Guna. Tri Guna ini mclahirkan karma wasana. Karma wasana inilah yang menentukan corak dan jenis kehidupan di dunia ini.



29



SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)



MATA KULIAH



: Agama Hindu



SEMESTER



:



TAHUN KULIAH



:



SKS



:



JENJANG



: S1



Tujuan Kurikuler : Mahasiswa dapat meyakini bahwa Veda sebagai kitab suci sekaligus sebagau sumber hukum agama Hindu yang berasal dari wahyu Tuhan yang diterima oleh para Maha Rsi. Yaitu sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akherat kelak.



Pokok Bahasan



: Weda sebagai kitab suci sekaligus sebagai sumber hukum Hindu



Sub Pokok Bahasan



: a. Pengertian Weda b. Bahasa dalam Weda c. Umur kitab suci Weda d. Sapta Rsi penerima wahyu e. Pembagian dan isi Weda



TUP



: Mahasiswa dapat meyakini bahwa Weda sebagai kitab suci sekaligus sebagai sumber hukum agama Hindu berasal dari wahyu Hyang Widhi dan sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia.



TKP



: Setelah mengikuti perkuliahan mengenai pokok materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:



30



a. Memahami pengertian Weda b. Mengetahui bahasa yang dipakai dalam Weda c. Mengetahui umur kitab suci Weda d. Mengetahui Sapta Rsi penerima wahyu e. Mengetahui pembagian isi Weda Pokok Materi



: a. Pengertian Weda b. Bahasa dalam Weda c. Umur kitab suci Weda d. Sapta Rsi penerima wahyu e. Pembagian dan isi weda



Alokasi waktu



: 2 x 50 menit



Pengalaman Belajar



: Kuliah, baca buku, Dharma Tula



Sumber belajar



: Buku, dosen, media masa



Media



: OHP, papan tulis



Evaluasi



: Lisan, tertulis



PEMBAHASAN A.



Pengertian Weda Secara etimologi kata Veda berasal dari bahasa Sansekerta yaitu terdiri dari akar



kata Vid yang artinya mengetahui. Dari akar kata Vid berubah menjadi kata benda Veda yang artinya pengetahuan. Kemudian secara sematik kata Veda mengandung arti pengetahuan suci. kebenaran. kebijaksanaan. kitab suci yang mengandung kebenaran abadi. ajaran suci atau kitab suci bag! umat Hindu. Maharsi Sayana mengatakan bahwa Veda merupakan wahyu Tuhan yang mengandung



ajaran



kebajikan



untuk



kesempurnaan



umat



manusia



serta



menghindarkannya dari perbuatan jahat. Akan tetapi kata Veda ditulis dengan huruf a panjang (a) maka kata Veda berarti kata-kata yang diucapkan dengan aturan-aturan



31



tertentu. Jadi dalam pengertian ini Veda adalah kata-kata yang diucapkan dengan aturanaturan tertentu. dinyanyikan atau dilagukan. Dengan dasar pengertian inilah akhinna dipergunakan istilah mantra (G. Pudja : 1981 : 6). Maharsi Manu dalam ajarannya sebagaimana yang ditulis oleh Bhagawan Bhrgu memberi keterangan tentang arti kata Veda secara limitatif. Dalam Manawa Dharmasastra Bab 11.10 disebutkan : Srutis tu Vedo wijneyo Dharmasastram tit wai smrtih te sarwatheswam immamsye tabbyam dharmohi nirbabhau Artinya : Sesungguhnya Sruti (wahyu) adalah Veda, demikian pula yang dimaksud Smrti adalah Dharmasastra, kedua hal ini tidak boleh diragukan dalam hal apapunjuga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber daripada Dharma (agama Hindu). Dari yang tersirat dalam Manawa Dharmasastra bab 11.10 tersebut di atas dapat diperoleh pengertian bahwa yang dimaksud dengan Veda ialah Sruti yang merupakan kitab suci yang tidak boleh diragukan kebenarannya. Demikian pula Dharmasastra karena keduanya adalah sumber hukum suci, jadi Veda adalah kitab suci. Dr. M. Winternitz dalam bukunya A History Of Indian Literature Vol 1 (1959) menegaskan bahwa kitab suci Veda tidak terdiri dari satu buku saja melainkan terdiri dari banyak buku. Hal ini dibenarkan pula baik oleh tradisi maupun kenyataan sebagaimana yang diperoleh dari hasil riset para ahli Weda.



B.



BAHASA DALAM VEDA Bhagauan Panini mulai men\usuntata bahasa Sansekerta sebelum Veda mulai



diselidiki yaitu pada tahun 700 SM. dan menamakan bahasa yang dipakai di dalam Veda dengan nama Daiwi Wak (bahasa dewata). Kemudian pada tahun 200 SM. bahasa itu mulai dikenal dengan nama Sansekena setelah Patanjali menulis kitab Bahasa pada abad



32



11 SM. Nama Sansekerta yang untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Bhagawan Patanjali adalah untuk menvebutkan nama bahasa yang dipakai oleh masyarakat umum dalam pergaulan di Bharata Warsa. Kemudian bahasa itupundibedakandari bahasa Pali, bahasa yang dipakai oleh orang-orang Magadhi di dalam penxebaran agama Budha. Setelah Panini berhasil menyusun tata bahasa Sansekerta, kemudian dilanjutkan oleh Bhagawan Katyayana yang lebih populer dengan nama Bhagawan Wararuci. Pada abad V SM. Beliau menulis keterangan-keterangan tambahan atas karya Panini. Selain itu beliau juga menulis kitab Sarasamuccaya yang kemudian di Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Jawab Luno pada zaman keemasan Hindu di Jawa. Kemudian muncul pertanyaan pada kita yaitu bahasa apakah yang dipakai ketika wahyu itu diturunkan dan ketika Veda itu dituliskan? Jika dibandingkan dengan berbagai kitab suci lainnya yang cenderung mempergunakan bahasa yang dipakai pada tempat wahyu. itu diturunkan seperti Alquran dengan bahasa Arab dan yang lainnya. Memperhatikan hal itu maka dapat disimpulkan bahwa wah\u itu diterima menurut bahasa yang digunakan oleh penerima wahyu. Para Rsi penerima wahyu Veda menggunakan bahasa Sansekerta. maka seluruh wah\u Veda menegunakan bahasa Sansekerta dan bahkan bahasa untuk seluruh susastra Hindu yang berkembang kemudian juga menggunakan bahasa Sansekerta walaupun kemudian telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.



C.



UMUR KITAB SUCI VEDA Kapankah Veda diwahyukan atau kapan para Maha Rsi menerima wahyu Veda



dari Tuhan Yang Maha Esa ? Tidak ada jawaban yang pasti terhadap pertanyaan ini. Oleh karena tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan Veda diwahyukan maka pendapat para sarjana baik di dunia barat maupun di timur tidak ada kesamaan pandangan. Perlu juga ditandaskan bahwa Veda pada mulanya diterima secara lisan dan kemudian diajarkan kepada pengikutnya secara lisan pula mengingat pada saat Veda diwahyukan



33



beium dikenal adanya tulisan. Jadi bahasa lisan lebih duhulu digunakan baru kemudian ketika tulisan ditemukan. mantra-mantra Veda kemudian dituliskan kembali dan tentang penulisan kembali ini secara tradisional berdasarkan kitab-kitab Purana. Maharsi Wyasa atau Krsnadvipayanalah yang menuliskan kembali ajaran Veda kedalam empat himpunan (samhita) dibantu oleh empat orang siswanya yaitu Pulaha yang menyusun Rg Veda. Vaisampayana yang menyusun Yajur Veda. Jaimini menyusun Athanva Veda. Kembali tentang kapan wahyu Veda diterima dapat dilihat pendapat para ahli berikut ini: 1.



Vidyaranya menyatakan sekitar 1.500 tahun sebelum masehi.



2.



Lokamanya Tilak Shastri menyatakan 6.000 tahun sebelum masehi.



3.



Bal Gangadhar Tilak menyatakan 4000 tahun sebelum masehi.



4.



DR. Haug memperkirakan 2.400 tahun sebelum masehi.



5.



Max Muller menyatakan sekitar 1.200 - 800 tahun sebelum masehi.



6.



Heina Gelderen memperkirakan 1.150-1000 lahun sebelum masehi.



7.



Sylvain Levy memperkirakan 1.000 tahun sebelum masehi



8.



Stutterheim memperkirakan 1.000-500 tahun sebelum masehi. Diantara pendapat para ahli seperti tersebut di atas tentu mempunyai alasan-alasan



tersendiri. Namun demikian pada dasarnya umat Hindu mempunyai keyakinan bahwa Veda bersifat Anadi Ananta yang artinya tidak berawal dan tidak berakhir dalam pengertian waktu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu yang lebih awal daripada Veda. Dengan demikian berarti Veda itu telah ada sebelum pengertian waktu itu ada. Oleh karena itu Veda telah ada saat Brahma ada, sebelum alam semesta diciptakan. Tentang hal ini Brhadaranyaka Upanisad (II.4.10) menyatakan Sayathardraidhagner abhyahitat prtag vinicaranti, evam va are symahato bhutasya nihsvasitam etad yad rgvedo Yajurvedah Samavedo tharwangirasa itihasah puran avidya Upanisadah slokah sutrany anuvyakhyani vyakhyani asyaivaitanisarwani nihsvasitani Artinya :



34



Seperti juga sinar api yang dihidupkan dengan minyak campur air. berbagai asap akan keluar dan menyebar, begitu juga Rg. Veda, Yajur Veda. Sama Veda, Atharwa Veda (Atharwangirasa). Itihasa, Purana dan ilmu pengetahuan, Upanisad, SI oka, Sutra (aphorisms), penjelasan, komentar-komentar. Dari padaNya semua dinapaskan. Dari Sloka di atas tersirat makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat terpisahkan dengan Veda ibarat hidup yang tidak dapat terpisahkan dengan napas.



D.



SAPTA RSI PENERIMA WAHYU Sapta Rsi artinya tujuh Rsi. Sapta Rsi ini tergolong vipra yang dianggap sebagai



nabi penerima wahyu yang pertama di dalam Veda (Rg. Veda). Istilah Rsi tidak sama artinya dengan pendeta, walaupun kadang-kadang diartikan demikian seperti terdapat di beberapa daerah. Seorang Rsi mempunyai sifat-sifat tertentu dan jabatan tertentu. la adalah pendeta dan juga sastrawan, ia adalah nabi. Jadi sukarlah untuk mengatakan kedudukan Rsi yang sebenarnya, sedangkan dewasa ini Rsi adalah pendeta. Oleh karena itu untuk membedakan arti kata Rsi sekarang dengan Rsi jaman dahulu digunakan istilah Maha Rsi. yang artinya Rsi , yang agung dan utama melebihi dari Rsi-Rsi lainnya. Sapta Rsi ini merupakan Rsi-Rsi yang paling banyak disebutkan namanya. baik sebagai nabi maupun sastrawan. Ketujuh Rsi ini merupakan kelompok keluarga. Dari beliau-beliaulah semua ayat-ayat yang terdapat di dalam Veda ini dianggap sebagai sumbernya. sebab beliaulah yang pertama menerima melalui Dewa Brahma yang menyampaikan ayat suci itu. Untuk mengetahui kedudukan serta peranan dari ke tujuh Maha Rsi itu dalam rangkaian turunnya wahyu itu, berikut ini di uraikan masing-masing sebagai berikut



35



1. GRTSMADA Maha Rsi Grtsmada adalah Maha Rsi yang dihubungkan dengan turunnya ayat-ayat Veda Rg. Veda, terutama mandala ke II. Namun demikian sejarah kehidupan Maha Rsi Grtsmada tidak banyak diketahui. Dari beberapa sumber diketahui bahwa beliau adalah keturunan dari Sunahotra dari keluarga Angira. Anehnya dari catatan lainnya dijumpai bahwa Grtsmada lahir dari keluarga Bhrgu. Sehingga dapat dikatakan bahwa sejarah Grtsmada tidak diketahui dengan pasti. 2. WISWAMITRA Wiswamitra adalah Maha Rsi yang kedua yang banyak disebut-sebut. Beliau menerima wahyu yang kemudian dihirnpun dalam Veda. Seluruh mandala III dari Rg. Veda dihimpun oleh Maha Rsi Wisuamitra dan keluarganya Kitab mandala III ini terdiri atas 58 sukta, yang terdiri atas beberapa pasal. Ada pula yang mengatakan bahwa diantara pasal-pasal itu diturunkan melalui Kusika, putra dari Maha Rsi Isiratha. Selanjutnya dikatakan Wiswamitra merupakan putra Maha Rsi Kusika. Karena dapat diduga bahwa ayat-ayat Veda mandala III ini ada yang diturunkan se-belum Wiswamitra yang kemudian oleh Wiswamitra digabungkan dengan ayat-ayat yang diterimanya ke dalam satu mandala.



3. WAMADEWA Wamadewa adalah Maha Rsi penerima wahyu Veda, khususnya ayat-ayat Rg. Veda mandala ke IV. Sebagaimana Maha Rsi lainnya, sejarah Maha Rsi Wamadeu a juga tidak banyak diketahui. Hampir semua mantra-mantra yang terdapat pada Mandala IV Rg. Veda dikatakan diterima oleh beliau. Salah satu dari mantra yang terpenting yaitu Gayatru tidak terdapat di dalam mandala IV tetapi terdapat pada mandala III. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa Maha Rsi Wamadewa telah mencapai penerangan sempurna sejak masih berada dalam kandungan ibunya. Maha Rsi



36



Wamadewa berdialog dengan malaekat Indra dan Aditi. Cerita tentang dialog ini dihubungkan dengan kedudukan Wamadewa yang telah mencapai kesucian.



4. ATRI Atri merupakan Maha Rsi keempat yang menerima wahyu Veda Mandala ke V. Sejarah Atri sebagai seorang Maha Rrsi tidak banyak dikenal. Ada banyak dugaan yang membuktikan bahwa nama Atri dan keluarganya bam ak dirangkaikan dengan turunnya wahyu-wahyu. Nama Atri juga dihubungkan dengan keluarga Angira. Nama-nama yang banyak disebutkan di dalam Mandala ini ialah Dharuna, Prabhuwasu. Samwarana, Ghaurauwiti. Putra Sakti. Di dalam mandala ini, terdapat 87 sukta. Dari 87 Sukta ini 14 sukta diturunkan melalui Atri sedangkan lainnya diturunkan melalui keluarga Atri. Dalam catatan yang ada 36 anggota keluarga Atri dianggap ikut sebagai penerima wahyu.



5. BHARADWAJA Bharadwaja adalah seorang Maha Rsi yang dikaitkan dengan turunnya ayatayat Veda. Rg. Veda Mandala VI. Rg. Veda Mandala VI ini memuat 75 sukta. Hampir seluruh isi dari mandala VI ini dikatakan kumpulan dari Maha Rsi Bharadwaja. Sebagian kecil dari ayat-ayat mandala VI ini diduga ditenma oleh keluarga Bharadwaja antara lain disebut nama Sahotrau Sarahotra. Kara. Gargarjiswa. Dicentakan pula Bharadwaja adalah putra Brehaspati. akan tetapi kebenarannya masih disangsikari. karena selain nama Bharadwaja terdapat pula nama Samyu yang dianggap sebagai putra Brehaspati. Sedangkan hubungan antara Samyu dah Bharadwaja tidak diketahui.



6. WASISTHA



37



Nama Maha Rsi Wasistha sama terkenalnya dengan Maha Rsi Wiswamitra terutama sebagai Maha Rsi yang dijelaskan di dalam epos Mahabharata. Dijelaskan di dalam Mahabharata bahwa Maha Rsi Wasistha bertempat tinggal di hutan Kamyaka di tepi sungai Saraswati. Dalam kaitannya dengan turunnya wahyu Veda, maka Rsi Wasistha disebut sebagai penerima ayat-ayat Rg. Veda Mandala VII. Dijelaskan pula seperempat dari .ayat-ayat Mandala VII ini diterima oleh putranya yaitu Sakti Sakti lahir dari perkawinan Maha Rsi Wasistha dengan Arundhati saudara perempuan Dewa Rsi Narada.



7. KANWA Sebagaimana diceritrakan sastrawan Kalidasa. Maha Rsi Kanwa banyak disebut-sebut dalam kisah cintanya Sakuntala. Kanwa sendiri merupakan Maha Rsi yang ketujuh yang dinyatakan sebagai penerima wahyu Veda, khususnya ayat-ayat Rg Veda mandala VIII. Selanjutnya dijelaskan bahwa Maha Rsi Kanwa hanya menerima sebagiah kecil saja dari mandala VIII ini. karena selain Maha Rsi Kanwa masih banyak nama-nama Maha Rsi yang dikaitkan dengan turunnya wahyu Veda mandala VIII ini antara lain: Gosukti, Aswasukti. Pustigu. Bhrgu. Manu. Waiwasta. Nipatithi, dan sebagainya.



NAMA-NAMA MAHA RSI LAINNYA Ayat-ayat Rg. Veda mandala I merupakan kelompok mini yang diwahyukan oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui berbagai keluarga Maha Rsi. Di dalam Mandala I ini banyak nama-nama keluarga. diantaranya Maha Rsi Sunahsepa yang merupakan putra angkat dari Maha Rsi Wiswamitra, juga golongan putra Raguhana dan Nodha dari Gotama. Kaksiwan putra dari Dhirgatama. dan yang paling banyak disebut dalam Mandala I ini adalah Maha Rsi Agastya. Keluarga Maha Agastyapulalah yang paling banyak disebut di Indonesia.



38



Sedangkan Mandala IX dan X yang memuat dasar-dasar kefllsafatan kerohanian terutama pada bagian Purusa sukta. Ayat-ayat Rg.Veda mandala IX dan X ini diceritrakan diwahyukan melalui Bhagawan Narayana. Prajapati dan Hiranyagarbha putra Prajapati.



E.



PEMBAGIAN DAN ISI VEDA Secara garis besarnya Weda di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok Sruti



dan kelompok Smerti. A. Sruti Kelompok Sruti menurut Maha Rsi Manu merupakan Veda yang schcnarnya atau Veda originair. Menurut sifat isinya Veda ini dibagi atas tiga bagian, yaitu : 1. Bagian Mantra 2. Bagian Brahmana (karma kanda) 3. Bagian Upanisad /Aranyaka (Jnana Kanda) Bagian Mantra Bagian mantra terdiri atas empat himpunan (samhita) yang disebut Catur Veda Samhita yaitu: a. Rg. Veda atau Rg. Veda Samhita. b. Sama Veda atau Sama Veda Samhita. c. Yajur Veda atau Yajur Veda Samhita. d. Atharwa Veda atau Atharwa Veda Samhita Tiga kelompok pertama dari Catur Veda itu sering disebut-sebut sehagai Mantra yang berdiri sendiri. karena itu sering disebut dengan istilah Tri Veda atau Veda Trayi. Pengenalan istilah Catur Veda, karena kenyataan Veda itu secara sistimatis telah dikelompokkan atas empat Veda. Dapat dijelaskan lebih lanjut mengenai keempat kelompok tersebut yaitu 1.



Rg Veda Samhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran



umum dalam bentuk pujaan (Re atau Rcas. Arc = memuja)



39



2.



Sama Veda Samhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran



umum mengenai lagu-lagu pujaan (saman) 3.



Yajur Veda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat



ajaran umum mengenai pokok-pokok Yajus (plural Yajumsi). Yajur Veda terdiri dari dua kelompok : a. Yajur Veda hitam (Krsna Yajur Veda) yang terdiri atas beberapa resensi yaitu : Taitiriya Samhita dan Maitrayani Samhita b. Yajur Veda Putih (sukla yajur Veda) yang juga disebut Wajasaneyi Samhita 4.



Atharxva Veda samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang



memuat ajaran yang bersifat magic (atharwan). Kitab Rg. Veda merupakan kumpulan dari ayat-ayat yang tertua. Kitab ini dikumpulkan dalam berbagai resensi seperti resensi Sakala, Baskala. Aswalakana, Sankhyayana dan Mahdukeya. Dari lima macam resensi ini yang masih terpelihara ialali resensi Sakala, sedangkan resensi-resensi lainnya banyak yang tidak sempurna karena mantra-mantranya hilang. Di dalam mempelajari ajaran-ajaran Hindu dewasa ini para sarjana umumnya berpedoman pada resensi Sakala, untuk mengetahui seluruh ajaran yang terdapat di dalam Rg. Veda ini. Berdasarkan resensi Sakala Rg. Veda Samhita terdiri atas 1017 mantra atau 1028 mantra termasuk mantra Walakhitanya, atau disebut pula terdiri atas 10580 1/2 Stanza atau 153826 kata-kata atau 432000 suku kata. Rg. Veda terbagi atas sepuluh mandala yang tidak sama panjangnya. Selain itu ada juga pembagian atas delapan mandala yang disebut Astaka Mandala. Mandala 2-8 merupakan himpunan ayat-ayat dari keluarga Maha Rsi yang sama. Sedangkan mandala 1.9, 10 merupakan himpunan ayat-ayat dari banyak Maha Rsi. Sama Veda terdiri atas mantra-mantra yang berasal dari Rg. Veda. Menurut penelitian, Sama Veda terdiri atas 1810 mantra, atau kadang-kadang ada yang menyebutkan 1875. Sama Veda terbagi atas dua bagian yaitu bagian Arcika terdiri atas mantra-mantra Pujaan yang bersumber dari Rg. Veda dan bagian Uttaracika yaitu



40



himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan. Kitab ini terdiri dari beberapa kitab nyanyian pujaan (gana). Dari kstab-kitab yang ada yang dapat dijumpai antara lain Ranayaniya. Kautuma dan Jaiminiya (Talawakara). Yajur Veda terdiri atas mantra-mantra yang sebagian besar berasal dari Rg. Veda, ditambah dengan beberapa mantra yang merupakan tambahan baru. Tambahan ini umumnya berbentuk prosa. Menurut Maha Rsi Patanjali, kitab ini terdiri atas 101 resensi yang sebagian besar sudah hilang. Kitab ini terdiri atas dua aliran yaitu : 1.



Yajur Veda Hitam (Krsna Yajur Veda) terdiri dari tiga resensi yaitu a.



Kathakasamhita



b.



Mapisthalakathasamhita



c.



Taithiriyasamhita terdiri dari dua aliran yaitu ; Apasthamba dan



Hiranyagharba 2.



Yajur Veda Putih (Sukla Yajur Veda) juga dikenal dengan sebutan



Wajasaneyi Samhita, terdiri dari dua resensi yaitu a)



Kanwa



b)



Madhyandina



Antara kedua resensi itu hanya terdapat sedikit perbedaan. Yajur Veda putih ini terdiri atas 1975 mantra yang isinya menguraikan berbagai jenis yadnya besar seperti Wejapeya, Aswamedha. Sanvamedha dan berbagai jenis yadnya lainnya. Bagian terakhir dari Veda ini memuat ayat-ayat yang kemudian dijadikan Isopanisad. Atharveda yang disebut Athanvangira, merupakan kumpulan mantra-mantra yang juga banyak berasal dari Rg. Veda. Kitab ini memiliki 5967 mantra (puisi dan prosa) kitab ini terpelihara dalam dua resensi yaitu : 1.



Resensi Saunaka terditi atas 21 buku



2.



Resensi Paippalada



41



BAGIAN BRAHMANA (KARMA KANDA) Kitab Brahmana atau karma kanda merupakari bagian kedua dari kitab Sruti. Tiaptiap kitab mantra (Rg. Veda. Sama Veda. Yajur Veda dan Atharwa Veda) memiliki kitab Brahmana masing-masing. Brahmana berarti doa.jadi kitab Brahmana adalah kitab yang berisi himpunan doa-doa yang dipergunakan dalam upacara Yadnya. Kitab Rg. Veda memiliki dua kitab Brahmana yaitu Aitareya Brahmana dan Kausitaki Brahmana (Sankhyana Brahmana). Kitab Brahmana yang pertama atas 40 Bab dan yang kedua terdiri atas 30 Bab. Kitab Sama Veda memiliki kitab Tandya Brahmana, yang sering juga dikenal dengan nama Panca\vimsa, kitab ini memuat legenda (ceritra-ceritra kuno) yang dikaitkan dengan upacara Yadnya. Selain itu ada juga Sadwimsa Brahmana. Kitab ini terbagi atas 25 buku. Bagian terakhir yatu paling terkenal ialah kitab Adhibuta Brahmana. merupakan jenis wedangga yang memuat mengenai ramalan-ramalan dan penjelasan mengenai berbagai mujizat. Yajur Veda memiliki beberapa kitab Brahmana. Yajur Veda hitam (Krsna Yajurveda) memiliki Taitiriya Brahmana. Kitab ini merupakan lanjutan Taitiriya Samhita yang merupakan simbolisasi Purusamedha. Yajur Veda putih memiliki Sathapatha Brahmana. Disebut demikian karena kitab ini terdiri atas seratus adhyaya. Bagian terakhir dari kitab ini merupakan sumber dari kitab Brhadaranyaka Upanisad. Kitab Athanva Veda memiliki kitab Brahmana yang disebut Gopatha Brahmana.



BAGIAN UPANISAD DAN ARANYAKA (JNANA KANDA) Aranyaka atau Upanisad adalah himpunan mantra-mantra yang rnembahas berbagai teori mengenai-Ketuhanan. Menurut DR. G. Sriniwasa murti di dalam introduksi kitab Saiwa Upanisad mengemukakan bahwa tiap-tiap sakha (cabang ilmu) Veda merupakan satu Upanisad. Selanjutnya disebutkan : "



42



Rg. Veda terdiri atas 21 sakha Sama Veda terdiri atas 1000 sakha Yajur Veda terdiri atas 109 sakha Atharwa Veda terdiri atas 50 sakha Namun demikian dalam Muktikopanisad disebutkan ada 108 buah buku Upanisad. Upanisad yang tergolong Rg. Veda : Aitareya. kausitaki. Nada Bindhu. Atmaprabodha. Mint ana. Mudgala. Aksamalika. Tripura. Saubhagya dan Bahwrca Upanisad. Upanisad yang tergolong jenis Sama Veda : Kena Chandogya. Arum, Maitrayani. Maitreyi. Wajrasucika. Yogacudamani, Wasudewa. Mahat Sanyasa. Awyakta. Kondika. Sawirei. Rudraksajabala, Darsana dan Jabali. Upanisad yang tergolong jenis Yajur Veda : Yajur Veda Hitam Kathawali. Taittiriyaka. Brahma. Kaivsalya. Swetaswatara. Garba Narayaria, Amrtabindu. Asartanada, Katagnirudra, Kausika. Sarwasara, Sukharahasya, Tejobindu, Dhyanabindhu, Brahmavidya, Yoga Tattwa, Duksinamurti, Skanda Sariraka, Yogasikha, Ekaksara. Aksi. Awadhuta, Katha, Rudrahrdaya. Yoga Kundalini, Pancabrahma, Pranagnihotra. Waraka, Kalisandarana dan Saraswatirahasya. Yajur Veda Putih : Isawasya. Bradaranyaka. Jabala, Hamsa, Paramahamsa. Subata. Matrika, Niralambha, Trisikhibrahmana, Mandala Brahmana, Adwanyataraka. Pingala bhiksu, Turiyatita. Adhyatma. Tarasara. ^'aJna\^alk\a. Satyayani. dan Muktika. Upanisad yang tergolong jenis Atharwa Veda : Prasna Munduka. Mandukva. Athawasira, Atharwasikha, Brhajjabala. Nrsimkatapini. Naradapariwrajaka. Sita. Sarabha, Mahanarayana. Ramarahasa, Ratnatapini. Sandilya. Paramahamsa. Pariwrajaka, Ahnapurna. Sura. Atma, Pasupata. Parabrahmana, Tripuratapini,



43



Dewi. Bhawana. Brahma. Gamppati. Mahawakya, Gopalatapini, Krsna, Hayagriwa, Dattatreya. dan Garuda.



B. SMERTI Secara garis besarnya Smrti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu: 1.



Kelompok Wedangga (batang tubuh Veda)



a.



Siksa (phonetika)



b.



Wyakarana (Tata Bahasa)



c.



Chanda (lagu)



d.



Nirukta (sinonim dan antonim)



e.



Jyotisa (astronomi)



f.



Kalpa (ritual)



2.



Kelompok Upaveda (Weda Tambahan) terdiri atas beberapa cabang ilmu : a.



Jenis Itihasa



b.



Jenis Purana



c.



Jenis Arthasastra



d.



Jenis Ayurveda



e.



Jenis Gandharwa Veda.



44



DAFTAR BACAAN



1. Anonim (Tim Penyusun)



: Buku Pelajaran Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta 1984



2. G. Pudja. MA. SH



: Pengantar Agama Hindu (Weda III). Mayasari. Jakarta : 1981



45



POKOK BAHASAN



: PANCA SHADHA DASAR KEYAKINAN AGAMA



SUB POKOK BAHASAN



: a. Panca Sradha dasar keyakinan dalam agama Hindu b. Teologi Hindu



TUP



: Mahasiswa dapat meningkatkan bhakti dan meyakini sungguh-sungguh kebenaran adanya Tuhan dengan segala manifestasinya dan berbagai aspeknya.



TKP



: Setelah mengikuti perkuliahan ini. a. Menjelaskan pengertian Panca Sradha b. Menyebutkan dan menjelaskan bagian dari Panca Sradha c. Menjelaskan pengertian Teologi Hindu



POKOK MATERI



: a. Panca Sradha dasar keyakinan dalam agama Hindu b. Theologi Hindu



PEMBAHASAN Perlu diketahui bahwa disaat munculnya minat umat Hindu untuk mendalami agama Hindu karena tuntutan lingkungan memang demikian dimuatlah rumusan Panca Sradha sebagai dasar keyakinan agama Hindu dalam buku Upadesa. Secara khusus urutan Panca Sradha ini kita dapatkan dalam buku Panca Sradha karya Drs. Ida Bagus Oka Punyatmaja. Departemen



46



Agama mengemukakan konsep keimanan yang digali dari Weda dengan sebutan Sad Sradha (enam keyakinan). Sad Sradha dimaksud adalah 1. Satya artinya kebenaran, kesetiaan, kejujuran. 2. Rtha dan Dharma adalah hukum kebenaran dan hukum yang dibuat. 3. Diksa (inisiasi) artinya penyucian. pentasbihan. 4. Tapa artinya pengendalian diri. 5. Brahma atau pujian yaitu semacam doa yang disebut tiga mantra. 6. Yadnya artinya memuja atau memberi (menjadi suci). Nampaknya konsepsi Sad Sradha ini merupakan unsur pendukung dari Sradha itu sendiri sehingga antara Sad Sradha dengan Panca Sradha tidaklah ada masalah. Panca Sradha .yang menjadi keyakinan umat Hindu unsurnya adalah Sad Sradha atau dengan kata lain Panca Sradha nampaknya diterapkan dalam wujud nyata dalam Sad Sradha. Contohn\a. kita \akin adan\a Tuhan yang suci untuk sampai pada yang suci kita harus menvucikan diri. .Usaha dalam manyucikan diri salah satu bentuknya adalah pelaksanaan yadnya dan demikian seterusnya. 1. Pengertian Panca Sradha. Kata Panca Sradha berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti lima kayakinan. Sradha bersifat filosofls abstrak yang mengarah pada tatrwa. yaitu tentang Itu (abstrak). Panca Sradha terdiri dari : -



Brahma Tamva



-



Atma Tattwa



-



Karma Phala Tamva



-



Punarbhawa Tatt\va



-



Moksa Tamva



a. Brahma Tamva adalah keyakinan adanya Hyang \Vidhi. Beberapa sioka dalam Weda menyebutkan :



47



Ekam sad wiprah bahudha vadanti. Agni Yamam Matarisvanam. Artinya hanya ada satu hakekat dari pada Tuhan. akan tetapi para arif bijaksana menyebutkan dengan ban\ak nama seperti Agni. Yama. Matariswa dsb. Melihat adarna sloka tersebut di atas. maka ajaran agama Hindu adalah Monotheisme. Namun dalam penghayatan dan pengamalan ajaran agama Hindu dipakai gelar sesuai dengan fungsi. sinar suci dan kekuatan Tuhan itu sendiri. Penamaan atas fungsi, sinar suci dan kekuatan itulah disebut Deua Berasal kata Div artinya sinar suci. Dewa ada beribu-ribu. tetapi Tuhan tetaplah tunggal. b. Atma Tamva adalah keyakinan adanya Atma sebagai sumber makluk hidup. Atma bersumber pada Brahman yang merupakan percikan halus yang manghidupkan makluk hidup. Di dalam badan/sarira atman disebut Jiwatman. Sesungguhnya tiap makluk hrdup terdiri dari unsur raga dan jiwa atau Atman. Bila Atma meninggafkan badan itu disebut mati. Hal ini bagaikan bolalampu tidak akan menyala tanpa ada aliran listrik. Begitu pula aliran listrik tidak terlihat dalam lampu yang nyala. Sifat Atma adalah kekal abadi. karena merupakan unsur Brahman. Hanya badan raga yang mengalami kematian sedang Atma lidak pernah mati. Agama Hindu yakin bahwa setiap makluk hidup dihidupkan olch Atman yang sumbernya adalah Brahman. c. Karma Phala Tattwa adalah ke\akinan adanya perbuatan \ang akan mcnerima hasil. Perbuatan baik akan menghasilkan hasil \angbaik. dan perbuatan tidak baik akan mcnerima hasil yang tidak baik. Perbuatan yang baik disebut Subha fcCarma. dan perbuatan yang tidak baik disebut Asubha Karma. Karma Phala dibedakan menjadi tiga; -



Sancinta Karma Phala artinya perbuatan yang terdahulu'yang belum habis



dinikmati dan sisanya dinikmati pada kehidupan sekarang ini. -



Prarabdha Karma Phala artinya'hasil dari pada perbuatan ktia masa hidup ini



dan langsung kita nikmati tanpa ada sisanya.



48



-



Kryamana Karma Phala artinya bahwa hasil dari perbuatan kehidupan ini



hasilnya belum sempat dinikmati dan akan dinikmati pada kehidupan yang akan datanu. d. Punarbhawa Tattwa adalah percaya adanya kehidupan yang berulang-ulang, atau percaya pada reinkarnasi. Hal ini disebabkan karena Karma seorang belum habis dinikmati. sehingga Atma harus mengalami kelahiran kembali. Dari penjelmaan satu ke penjelmaan berikutnya selalu berbeda. disebabkan dari Karma Wasananya. Bila seorang lebih banyak Subha karma maka dalam penjelmaan akan lebih baik. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu kelahiran itu disebabkan oleh Karma Wasananya. e. Moksa Tattwa adalah bebas dari reinkarnasi. bebas dari kelahiran dan ini berati Moksa adalah apabila Atma menyatu dengan Paramatma/Tuhan. Moksa dalam arti yang lebih luas adalah kebebasan dari ikatan duniawi, yakni apabila kita bisa melepaskan segala nafsu duniawi. Hal ini disebut dengan Jiwan Mukti. Orang yang dapat mencapai keadan seperti itu akan menerima wahyu langsung dari Brahman. Demikian yang disebut Moksa Tattwa secara singkat, dan untuk jelasnya kita ambil perumpaan dalam dalam bagan berikut ini.



Umpama Atma



TUHAN



Div = Dewa = sinar



Matahari Unsur panca



H



M



Purna Karma



Moksa



Maha bhuta



I



A



Perthiwi



D



T



Subha Karma Sorga-Neraka



Apah



U



I



Asubha karma



Bayu



P



Roh



Teja Akasa



Purnarbhawa



2. Theologi Hindu



49



Theologi atau Brahma Widhya adalah ilmu tentang Tuhan. Theos (bahasa Yunani) berarti Tuhan dan Loghos berarti ilmu. Dalam ajaran Hindu, ilmu yang mempelajari ketuhanan disebut Bhrahma Widhya atau Tattwa Jnana. Brahma artinya Tuhan dan Widhya artinya ilmu. Di dalam ilmu agama khusus daam bidang theologi dikenal berbagai ajaran (isme) yang menggambarkan hubungan kepercayaan manusia terhadap hakekat Tuhan. Seperti monotheisme, politheisme, animesme, totemisme dan sebagainya. Ditinjau dari berbagai masalah istilah itu, agama Hindu yang paling banyak menjadi obyek pembicaraan, yang hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat dari para indolog. Penggabaran yang berbeda-beda itu disebabkan karena melihatnya tidak secara keseluruhan. Untuk melihat sistem ketuhanan Hindu harus dengan melihat secara konsepsional dan menyeluruh. Konsep ketuhanan dalam agama Hindu adalah MONOTHE1SME, hal ini dapat diketahui dari Nasadhya Sukta dan Purusa Sukta Reg Weda. Adapun pembahasan secara khusus mengenai theologi Hindu secara panjang lebar terdapat dalam kitab Upanisad. Brahma sutra. Darsana. Mithologi yang terdapat dalam kitab-kitab Purana sangat banyak mempengaruhi cara berpikir para theolog Hindu yang kurang menyadari arti serta kedudukan kitab-kitab Purana. Mempelajari ketuhanan sebagaimana diungkapkan dalam kitab Brahma Sutra 1.1.1 merupakan hal yang penting dan perlu karena dengan mengenai Tuhan secara tepat dan baik dikatakan sebagai jalan mengantar manusia menuju jalan kesempurnaan yaitu Moksa. Surga dan neraka. moksa dan samsara mempunyai ani dan hubungan yang erat sekali. Bebicara soal Tuhan bukan merupakan hal baru. Masalah Tuhan telah lama menjadi bahan pembicaraan sejak ribuan tahun silam. Kitab Aranyaka dan Upanisad banyak membahas tentang Tuhan dengan 'berbagai pengertiann\a. Demikian pula kitabkitab Brahmana membahas masalah ketuhanan dan kitab upanisad yang melukiskan secara filosofis dan doktrmer. Kesemuan\a cukup membuka pokok-pokok pikiran baru



50



dalam bidang ketuhanan seperti Brahma sutra yang membicarakan masalah ketuhanan dalam hubungann\a dengan segala ciptaamna. Kesemuanya itu membuka era baru dalam alam ketuhanan baik segi ilmu maupun segi obyek. Ketuhanan vang diajarkan sebagai unsur Sradha dalam agama Hindu dapat dijumpai dalam kitab Athar\\a Weda XII.1.1 \ang merupakan unsur dalam penghayatan agama Hindu. Oleh karena itu Tuhan merupakan topik bahasan yang terpenting diantara para Vipra. Keinginan manusia untuk lebih ba'n\ak tahu tentang Tuhan yang serba gaib dan mutlak mengenai gambaran sifat hakekat Tuhan. mendorong manusia untuk lebih banyak menghabiskan. \\aktunya untuk merenung kegaiban Tuhan dengan berbagai fenomenanya. Penggabaran tentang Tuhan secara lahiriah tidak lebih hanva membaiasi sifat keabsolutannva. Setiap orang akan berpikir dan berbicara lain tentang Tuhan, karena itu apa yang lahir dari pikirannya akan lain pula, wujudnya, baik dalam kefilsafatannya maupun sastra bahasa.



Perlunya Mempelajari Ketuhanan. Di atas telah dikemukakan bah\sa mempelajari ketuhanan itu perlu untuk mengeni dan memahami tentang Tuhan itu sendiri sebagai halnya dilihat dari kaca mata bahasa atau kata dan pikiran penganutnya. Dengan demikian akan dapat dihindarkan pengertian yang salah sejauh mungkin tcntang pengenian Tuhan yang dibedakan dari hal yang bukan Tuhan. Demikian pula dijelaskan bahwa dalam mencari jalan menuju Tuhan. seorang sadhaka akan dapat menentukan tujuan sembahyang kepada Tuhan secara tepat dengan mengurangi sedikit mungkin kesalahan-kesalahan sebagai akibat penggunaan bahasa yang berbeda. Tuhan dalam pandangan agama adalah merupakan subyek. berkuasa atas segala ciptaannya. Berpikir tentang Tuhan orang akan sampai kepada Tuhan. Berpikir tentang raksasa orang akan sampai kepada raksasa. Oleh karena itu untuk sampai kepada Tuhan. orang harus



51



berpikir tentang Tuhan. berarti orang harus mengenal Tuhan. baik yang dikenal sebagai aspek NIRGLNA BRAHMAN maupun sebagai aspek SAG UNA BRAHMAN. Kita harus berhati-hati menggunakan istilah kata-kata yang berkaitan dengan pengenian Tuhan dan bukan Tuhan. Masalahnya adalah perbedaan bahasa dapat memben am lain dari \ang dimaksudkan. walaupun maksud pikiran adalah sepem jpa >ang dimaksudkan sebenarnya. Penggunaan yang salah dapat menimbulkan arti yang berbeda sehingga dapat pula menimbuikan image yang salah pula. Itulah sebabnya mengapa seseorang periu mempelajari remans pengenian Tuhan sebaik-baiknya. sehingga perbedaan bahasa tidak akan mempcngaruhi pokokdan makna yang dimaksud sebagaimana diajarkan agama. Akhirnya bagi seorang sadhaka yang bhakti iman. bahasa adalah simbol untuk mengemukakan hakekat yang dimaksudkan olehnya. Oleh karena itu tanpa mempergunakan bahasa. pengenian Tuhan itupun akan dapat dikemukakan



sebagaimana



kita



jumpai



dalam



ajaran



TANTRAYANA



yang



menggantikannya dengan simbol-simbol atau suara yang kadang-kadang sukar dimengerti. Agama Hindu sebagai agama paling awal dikenal manusia sudah tentu mempunyai sumber yang cukup luas sebagai akibt pertumbuhan dan perpaduan berbagai tradisi yang kejadiannya sangat panjgn waktunya, mempengaruhi berbagai wilayah yang luas. Berbagai konsep dan pengertian telah berkembang sebagai akibat perbedaan cara berpikir dan cara penapsirannya atas satu pokok keimanan yang sama tentang Tuhan. Oleh karena itu sudah menjadi suatu keharusan yang tidak dapat dielakkan untuk mempelajari pokok pengertian tentang ketuhanan sebagai keimanan dalam sistem penghayatan sebagaimana kita jumpai dalam berbagai ungkapan dalam Weda. Demikianlah yang diharapkan menurut sistem Hindu untuk benar-benar mengerti dan menghayati agama dalam berpikir tentang Tuhan perbedaan bahasa tidak akan mempertajam perbedaan pengertian yang pada hakekatnya tidak berbeda maksud dan tujuannya.



52



POKOK BAHASAN



: Catur Purusartha dan Catur Asrama.



SUB POKOK BAHASAN



: a. Pengertian Catur Purusartha dan Catur Asrama. b. Pembagian Catur Purusartha dan Catur Asrama. c. Hubungan Catur Purusartha dengan Catur Asrama.



TUP



: Mahasiswa dapat mengerti dan memahami bahwa Catur Purusartha dengan Catur Asrama merupakan hubungan yagn erat sebagai tujuan dan lapangan hidup yang di tempuh dalam kehidupan dengan mengetahui dan memahami ajarannya secara benar.



TKP



: Setelah



mengikuti



perkuliahan



ini



diharapkan



mahasiswa dapat : a. Menjelaskan pengertian Catur Purusartha dan Catur Asrama.



53



b. Menyebutkan pembagian Catur Purusartha dan Catur Asrama. c. Menunjukkan



sloka



yang



memuat



tentang



pembagian Catur Purusartha dan Catur Asrama. d. Menjelaskan hubungan Catur Purusartha engan Catur Asrama. e. Menerapkan ajaran Catur Purusartha Catur Asrama. PEMBAHASAN A.



Catur Purusartha 1.



Pengertian Catur Purusartha



Secara etimologi Catur Purusartha terbentuk dari tiga kata yaitu Catur berarti empat. Purusa berarti Hidup manusi. Sedangkan Artha berarti tujuan. Dari pengertian tersebut maka Catur Purusartha berarti empat tujuan hidup manusia dalam upaya mencapai jagadhita dan moksa. Penjelasan Catur Purusartha dapat kita temui dalam kitab Brahmana Purana, Santi Par\va dan sebagainya. Ajaran Catur Purusartha adalah bersifat Universal dan berlaku sepanjang jaman. Di dalam kitab Brahmana Purana, 228.45 ada disebutkan sebagai berikut; "Dharmarlhakamamoksanam sariram sadhanam " Artinya : Tubuh adalah aiat untuk mendapatkan dharma. artha kama dan moksa. Dalam kitab Sarasamuscaya disebutkan sebagai berikut: Dharma caste ca kame ca moksa ca bharathasabda. yadihasti tadanya tra yanne-hasti an tat kvacit. Artinya : Anak Janamejaya segala ajaran tentang Catur Warga (dharma, artha. kama. moksa) baik sumber maupun uraian arti dan tafsirannya ada terdapat disini. Singkatnya segala yang terdapat disini akan terdapat dalam sastra lain, yang tidak terdapat di sini tidak akan terdapat dalam sastra lain dari sastra ini.



54



Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia harus menyadari apa yang harus dicari dengan badan yang dimilikinya. semuanva tak lain adalah dharma. artha. kama, moksa.’



2.



Pembagian Catur Purusartha.



Catur Purusartha merupakan empat tujuan hidup manusia yang terdiri dari: Dharma. Artha. Kama dan moksa a. Dharma. Kata Dharma berasal dari kata "dhr" yang berarti menjinjing, memelihara. memangku. mengatur. Dharma juga sering diartikan dengan kata "agama". Jadi kata dharma berarti sesuatu yang dapat mengatur atau memelihara dunia beserta isinya. Hal ini dapat pula berarti ajaran suci yang mengatur umat manusia untuk memperoleh kesejahteraan rohani. Dalam kitab Santi Parxsa. 109.11 disebutkan : Daranad dharma ithyahur, dharmena widhrtah prajah" Artinya ; Dharma dikatakan datangnya dari dharma, dengan dharma semua makhluk diatur Santi Parwa 259.26 menyebutkan : “Lkasamgrhasamyuktam widatrawihitam puram suksma-dharmathaniyatam satam caritam uttamam". Artinya; Kesentosaan umat manusia dan kesejahteraan masyarakat datang dari dharma, laksana dan budhi pekerti yang luhur. untuk kesejahteraan itulah dharma dikatakan utama. Selanjutnya dalam Mahabarata 2.28 dinyatakan; “Dharmena dharyate sanvam jagat sthawarajanggam" Artinya; Semua alam, tumbuh-tumbuhan dan binatang diatur oleh dharma Dengan penjelasan kutipan sloka tersebut di atas jelaslah kiranya dharma sebagai hukum yang mengatur. memelihara dan mempralina alam semesta beserta



55



isinya serta hukum tata tertib kehidupan dan kesusilaan yang abadi. Dengan demikian dharma menjadi salah satu tujuan hidup manusia. hal ini berarti setiap manusia dapat menegakan eksistensi dharma dalam pribadinya. Bagi mereka yang melanggar dharma akan mendapatkan penderitaan. hal ini ditegaskan dalam Sarasamuscaya 47: “Yetu dharmasuyante bhuddhimohanwita janah apatha gacchatam tesam anuyatapi pidyate". Artinya ; Lagi pula orang yang merendahkan perbuatan dharma. karena angkuhnya serta tetap melakukan perbuatan yang bertentangan dengan dharma dan juga yang mengikutinya niscaya akan mendapatkan penderitaan. Dharma disamping berarti hukum. guna mengatur perbuatan manusia agar. terbebas dari dosa untuk mencapai kebebasan lahir batin, maka dharma juga berkaitan erat dengan tugas dan kewajiban dimasyarakat. Dalam palaksanaannya ada dikenal ajaran Catur Dharma yaitu ; •



Dharma Kriya.



Manusia harus berusaha. bekerja. berbuat demi perikemanusiaannya. yaitu untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga pada umumnya. •



Dharma Sentosa.



Berarti berusaha mencapai kedamaian lahir batin dan diri senndiri. kemudian baru dalam lingkungan keluarga. masyarakat. bangsa dan negara. Tanpa adanya kebahagiaan dan kedamaian dalam diri akan sangat sukar mewujudkan kesentosaan dalam keluarga apalagi dalam bangsa dan negara •



Dharma Jati.



Melakukan kewajiban untuk menjamin kesejahteraan dan kedamaian keluarga serta selalu mengutamakan kepemingan umum disamping pribadi. •



Dharma Putus.



Berarti malakukan kewajiban dengan penuh keiklasan beramal dan bertanggung jawab demi terwujudnya keadilan masyarakat dan selalu mengutamakan



56



keutamaan budhi yang baik untuk menjauhkan diri dari noda dan dosa yang menyebabkan moral menjadi rusak. b. Artha. Kata artha mempunyai makna yang luas. Dalam kaitannyaa dengan Purusartha. bahwa "artha" berarti tujuan. Dalam kaitannya dengan Paramartha. bahwa "artha" berarti Tuhan. Dalam naskah Silakrama. kata "artha" berarti harta benda. material, anak. istri. ilmu pengetahuan dan kesenian. Tetapi sebagai tujuan hidup dalam Calur Purusartha. kata "artha" berarti harta benda atau kekayaan duniawi. Berdasarkan kegunaannya yang sesuai dengan ajaran agama. artha dapat dibagi sebagai berikut: -



Bhoga yaitu kebutuhan primer bagi kebutuhan jasmani segala makluk



hidup. seperti makan minum. -



Upabhoga yaitu kebutuhan hidup yang perlu bagi hidup manusia



seperti pakaian. hiburan. perhiasan. -



Paribhoga yaitu kebutuhan berupa perumahan. anak istri dan



sebagainya. Artha bertalian erat dengan dharma. sebagaimana disebutkan dalam kitab Brahmana Purana 121.16. "Dharmo dharmanubandharto, dharmo natmarthapidakah". Artinya; Dharma itu bertalian erat dengan artha, dharma tidak menentang artha.



Demikian juga dalam Sarasamuscaya 263 disebutkan; "Apan ikang artha, yan dharma Iwining karyanya, ya ika labha ngaranya. paramartha ning amanggih suka sang tumemwaken ika, kuneng van adharma Iwirning kary ananya kasmala ika sianggahan de sang sajjana, matangnyan aywa anasar sakeng dharma, van tangarjana".



57



Artinya; Sebab artha itu jika dharma landasan memperolehnya. untung (laba) nanianya. sungguh-sungguh mengalami kebahagiaan bagi orang yang memperoleh artha. akan tetapi jika artha itu diperoteh denganjalan adharma merupakan noda/dosa. dan dihindari oleh orang yang berbudi utama. karena itu janganlah bertindak menyalahi dharma untuk mendapat artha. Dengan penjelasan sloka tersebut di atas jelaslah bahwa dalam memperoleh artha hendaknya dhanna manjadi landasamna. agar artha tersebut memberikan mantaat. Disampingdiharapkan untuk memperoleh artha yang benar. dalam ajaran agama Hindu diajarkan mcnggunakan artha secara benar. c. Kama Kama berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan kepuasan atau kesejahteraan hidup. Kepuasan atau kenikmatan tersebut memang merupakan salah satu tujuan atau kebutuhan manusia. karena manusia mempunyai dasendria (sepuluh indra) yaitu : 1)



Srotendriya



: keinginan untuk mendengar.



2)



Twagendriya : keinginan untuk mcrasakan sentuhan



3)



Caksu indriya : keinginan untuk melihat.



4)



Jihwenindriya : keinginan untuk mengecap



5)



Ghranendriya : keinginan untuk mencium.



6)



Panindriya



: keinginan untuk memegang



7)



Padendriya



: keinginan untuk bergerak jalan



8)



Paywindriya : keinginan untuk membuang kotoran



9)



Upasthendriya : keinginan untuk kenikmatan dengan



sesuatu



kelamin



58



Kesepuluh indriya tersebut menyebabkan manusia berbuat sesuatu karenanya betapa pentingnya indriya tersebut. Perasaan ingin tahu yang senantiasa menyebabkan manusia memiliki pengetahuan adalah diakibatkan oleh adanya indriya itu juga. Namun indriya tersebut perlu dikendalikan. karena ia sering juga dapat menjerumuskan manusia. Indriya sering diumpamakan seperti kuda liar yang kalau dapat dikendalikan akan merupakan kekuatan yang luar biasa. Kama atau kesenangan/kenikmatan menururt ajaran agama tidak akan ada artinya jika diperoleh menyimpang dari dharma. Karenanya dharma menduduki tempat di atas dari kama dan menjadi pedoman dalam pencapaian kama. Dalam hal ini dikemukakan suatu contoh bagaimanakah hendaknya seorang raja dalam pencapaian kama tersebut. Dalam kakawin Ramayana adalah disebutkan : Dewakusalasala nwang dharma. yqpahayun mas ya la pahawreddhin byaya ring hayu ktkesan bhitkti sukahareptu dnehing bala kasukfuw dharma nrivang ariha nmang kama la ngaran ika aninya: Tempat-tempat suci hendaknya dipelihara. kumpulkanlah emas yang banyak serta diabdikan untuk pekerjaan yang baik. nikmati kesenangan dengan memberi kesempatan bersenang-senang kepada rakyatmu. itulah yang disebut dharma. anha dan kama. Dalam baik kakaum Ramaxana di atas telah dinsatakan bah\\a kenikmatan (kama) hendaknya terletak dalam kemungkinan yang diberikan kepada orang lain utnuk merasakan kenikmatan. Jadi pekerjaan sang bersifat ingin menguntungkan diri sendiri dalam memperoleh harta dan kenikmatan tidak dilaksanakan.



d. Moksa Moksa adalah merupakan tujuan terakhir yang tertinggi dari manusia. Moksa berani kebebasan atau kelepasan. Maksudnya adalah suatu kebahagiaan dimana atma dapat lepas dari pengaruh maya dan ikatan subha-asubhakarma serta bersatu kembali



59



dengan asalnya yaitu Brahman. Hal itu disamping discbut moksa juga disebut mukti atau nirwana. Pada hakekatnya setiap manusia mendambakan apa yang disebut kebahagiaan yang kekal abadi (sat cit ananda). namun kebahagiaan seperti itu tak kunjung dirasakan. Menurut ajaran agama Hindu kebahagiaan yang sejati atau kebahagiaan yang kekal abadi hanya didapat dalam persatuan dengan Ida Sang H\ang Widhi \anv: disebut moksa itu Manusia harus men\adari.bah\\a perialanan hidupnya pada hakekatnya adalah perjalanan mencari Ida Sang Hyang Widhi lalu bersatu dengan Beliau. Perjalanan seperti itu adalah perjalanan yang penuh dengan rintangan, bagaikan mengarungi samudra yang bergelombang. Sudah dikatakan di atas bahwa ajaran agama telah men\ iapkan sebuah perahu untuk mengarungi samudra itu, yaitu dharma. Hanya dengan berbuat berdasarkan dharma manusia akan dapat mengarungi dengan selamat samudra yang luas dan ganas itu. Demikianlah pembagian dan susunan dari catur purusa artha (Catur Warga). Dari uraian di atas terlihat betapa pentingnya kedudukan ajaran catur purusa artha tersebut untuk dapat dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap manusia. Tujuan hidup adalah untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki dalam penunggalan dengan Ida Sang Hyang Widhi atau moksa. B.



CATUR ASRAMA 1. Pengertian Catur Asrama Secara etimologi. Catur Asrama terdiri dari dua kata yaitu Catur berarti empat dan Asrama berarti lapangan atau tempat. Dengan demikian Catur Asrama berarti empat lapangan (pase), kehidupan berdasarkan petunjuk kerohaniaan. Dalam Agastya Parwa disebutkan "Catur Asrama ngaranya: Brahmacari. Grhastha. Wanaprastha. Bhiksuka nahan tang Catur Asrama ngaranya". Artinya : Yang bernama Catur Asrama ialah Brahmacari. Grhastha. Wanaprastha dan Bhiksuka



60



Dengan memahami sloka tersebut di atas bahwa Catur Asrama itu terdiri dari empat pase kehidupan yang mesti dilalui setiap orang.



2. Pembagian Catur Asrama. Catur Asrama merupakan pase kehidupan manusia yang terdiri dari; Brahmacari Asrama. Grhastha asrama. Wanaprastha asrama dan Bhiksuka asrama. -



Brahmacari asrama.



Brahmacari berasal dari kata "brahma" artinya ilmu pengetahuan sedangkan "acarya" berarti berguru atau tingkah laku menuntut ilmu. Berdasarkan makna kata tersebut maka Brahmacari berarti pase kehidupan bagi seorang dalam berguru. Pengertian ini akan diperjelas lagi dalam naskah Silakrama hal. 8 dikatakan sebagai berikut: "Brahmacari ngaranya sang sedeng mmangabhyasa sanghyang Castra, mwang sang wruh ring tingkah sanghyang aksara. sang mangkana kramanya sang brahmacari ngaranya . Artinya : Brahmacari namanya. bagi orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan dan yang mengetahui perihal ilmu pengetahuan . Brahmacari dalam istilah lain disebut "aguron-guron” atau "asewaka guru". Dalam fase kehidupan Brahmacari ini. guru mendidik para siswa dengan petunjuk kerohanian. kebajikan. amal dan pengabdian yang didasari oleh dharma (kebenaran). Sistem Brahmacari lebih mengutamakan pada pembentukan sikap mental manusia yang tangguh dan handal dengan berbagai disiplin ilmu dan keterampilan. Semua itu menjadikan manusia bisa hidup mandiri dan siap untuk menempuh kehidupan selanjutnya. -



Grhastha asrama Grhastha asrama adalah fase kehidupan setelah melewati kehidupan Brahmacari. Kata Grhasta berasal dari kata "Grha" artinya rumah, dan kata "stha"



61



artinya berdiri atau membina. Jadi Grhastha artinya fase kehidupan dalam rangka membina rumah tangga. Maka Grhastha asrama memiliki tanggung jawab yang besar seperti; tanggung jawab terhadap istri, anak, leluhur, orang tua dan masyarakat. Dengan



demikian



membangun



kehidupan



rumah



tangga



hendaklah



memperhitungkan dengan seksama dan cermat mengenai kesiapan diri baik secara lahir maupun batin. Lebih lanjut dalam Manawa Dharmasastra menyatakan bahwa kehidupan Grhastha itu adalah sangat mama. "Yasmatra yo pyacramino, jnawenanannena canwaham grhasthenaiwa, dharyante tasmajjyesthacramo grahi". Artinya : orang-orang dari golongan lainnya, setiap harinya dibantu oleh kepala rumah tangga dengan pemberian pengetahuan suci dan makanan. Oleh karenanya golongan kepala rumah tangga adalah golongan yang terutama. -



Wanaprastha asrama Wanaprastha adalah fase kehidupan untuk mengasingkan diri dan kesibukan hidup yang bersifat duniawi dengan melalui usaha-usaha pengendalian diri untuk bisa melepaskan keterikatan belenggu duniawi. Pada masa kehidupan Wanaprastha, tanggung jawab terhadap keluarga dan kewajiban dimasyarakat mulai ditinggalkan. dan diambil alih oleh anak cucunya. Mulai kapan seorang dapat memasuki tase kehidupan Wanaprastha? Jawaban ini tersurat dalam Manama Dharmasastra 'l .2. “Grihashastu yada pasyed walipalitamatmamnah Aparyadyawa capatyam dataranvam sanderayed” Artinya : Jika seorang kepala rumah tangga sudah terlihat mulai keriput dan rambutn\a sudah putih dan sudah mempunyai cucu. pada waktu itulah ia boleh hidup dalam tase Wanaprastha.



-



Bhisuka/Sanyasin asrama.



62



Bhiksuka / Sanyasa adalah fase kehidupan yang terakhir setelah melewati hidup wanaprastha. Pada fase ini aktivitas kehidupan sepenuhnya ditujukan untuk mengabdikan diri pada pencapaian manunggalnya Atma dengan Paramatma dengan mengajarkan ajaran kebenaran. Arti kata Bhiksuka sebenarnya adalah peminta-minta. namun yang dimaksud bhiksuka adalah seorang yang berada dalam fase kehidupan ini tidak menghendaki adanya kepemilikan untuk kepentingan dirinya sendiri. semua adalah milik Tuhan, bahkan untuk makan ditanggung oleh murid-muridnya. Sedangkan ani kata Sanyasin adalah meninggalkan keduniawian dan hanya mengabdikan kepada Tuhan dengan mengajarkan atau menyebarkan ajaran kebenaran (dharma). Manawa Dharmasastra menyebutkan : "Ewam samnyasa karmani swakaryaparamo sprihah. Samnyasenapahatya prapnoti paranam gatim" Artinya; la yang dengan demikian, menghentikan petaksanaan upacara yang hanya tekun mencapai moksa (kebebasan akhir) dan bebas dari nafsu, menghancurkan dosanya dengan melepaskan segalanya mencapai tingkat tertinggi.



C. HUBUNGAN CATUR PURUSARTHA DENGAN CATl R ASRAMA. Catur Purusartha dengan Catur Asrama merupakan dua disiplin hidup yang diajarkan dalam agama Hindu. Catur Purusartha adalah tujuannya dan Catur Asrama adalah fase kehidupannxa. Dharma adalah yang melandasinya. Fase Brahmacari melandasi kehidupan dalam menegakkan dharma. Dharma dimaksud adalah mencari kebenaran dengan menuntut ilmu pengetahuan. Fase Grhastha lebih menekankan pada upaya pemenuhan untuk mendapatkan arta dan kama. Sedang fase Wanaprastha dan Bhiksuka lebih menitik beratkan pada upaya untuk mencapai moksa.



63



POKOK BAHASAN



: CATUR MARGA



SUB POKOK BAHASAN



: a. Bhakti Marga b. Karma Marga c. Jnana Marga



TUP



: Mahasiswa



dapat



memahami,



mentaati



dan



mengamalkan Catur Marga sebagai jalan hidup menuju Tuhan. TKP



: Setelah



mengikuti



perkuliahan



ini



mahasiswa



diharapkan dapat : a. Menjelaskan pengertian dan makna ajaran Catur Marga. b. Menguraikan prinsip dasar masing-masing Marga c. Mengidentifikasi



pelaksanaan



masing-masing



Marga dalam kehidupan sehari-hari. d. Menumbuhkan toleransi hidup beragama. POKOK MATERI



: a. Pengertian Catur Marga b. Pembagian Catur Marga c. Pelaksanaan Catur Marga dalam kehidupan seharihari



64



PEMBAHASAN A.



Pengertian Catur Marga



Catur Marga terdiri dari kata Catur artinya empat dan Marga artinya jalan. Catur Marga adalah empat jalan untuk menuju Tuhan. Secara keseluruhan Catur Marga bertujuan untuk menyatukan diri dengan Hyang Widhi (Tuhan) dengan cara mengabdikan diri utnuk kebaikan dan kesujudan yang tulus iklas secara terus menerus, melakukan perbuatan mulia dengan tanpa pamrih. dengan cara mengabdikan pengetahuan yang dimiliki serta dengan melakukan brata, yoga, tapa dan semedi.



B.



Pembagian Catur Marga. Catur Marga meliputi; Bhakti marga. Karma marga. Jnana marga dan Yoga



marga. Dalarn beberapa buku ditemukan istilah Catur Marga dan Catur Yoga. Marga menekankan kepada jalan yang ditempuh, sedangkan Yoga menekankan kcpada hubungan dengan Tuhan. -



Bhakti Marga. Kata Bhakti bcrasal dari kata "bac" artinya cinta kasih. Marga artinya jalan. Bhakti marga adalah jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan dengah cinta kasih sebagai landasannya. Bhakti marga adalah jalan murni yang sewajarnya untuk mencapai Tuhan dengan sungguh-sungguh yang dimulai dengan cinta. berlangsung dengar cinta dan berakhir dengan cinta. Bhakti adalah cinta yang mendalam kepada Tuhan. Bhakti muncul karena kehausan dan kerinduan yang mendalam akan Tuhan. Syarat utama bhakti marga adalah hasrat yang sungguh-sungguh. Ciri-ciri bhakti : 1) Bhakti tidak mangenal jual beli. jiwanya bhakti memberi mempersembahkan. 2) Bhakti tidak mengenal takut. dimana ada rasa takut disana tak ada cinta. Contohina tikus tidak pernah jatuh cinta kepada kucing. 3) Cinta itu idial.



65



Bhakti marga adalah jalan umum yang dapat dilaksanakan oleh semua lapisan. sehingga pengikutnya berjumlah besar. Bhakti tidak bisa berkembang hanya dengan berteori tentang ketuhanan. Tunas bhakti akan tumbuh jikalau egoisme. iri hati. loba. kebencian sudah dipudarkan. Karena itu bila bhakti mulai tumbuh patut dijaga dan dikembangkan dengan cara Srauanam (mendengarkan perihal Tuhan), Smaranam (mengenang.kanmia Tuhan). Kirthanam (memuji Tuhan). Pada Sewanam (melayani Tuhan dengan melalui pelayanan kepada semua makluk). Sneham (mendekati Tuhan bagaikan seorang kawan) Atmaniwedanam (pasrah kepada Tuhan). Arcanam (Memuja Tuhan). Tingkatan bhakti ada dua yaitu Apara Bhakti dan Para Bhakti. Apara bhakti adalah tingkatan bhakti sang masih sederhana. Dalam menuju Tuhan ditandai dengan rasa takut. Adanya petisi dengan Tuhan. melalui doa-doa dan pujian. Hal ini adalah wajar dalam perjalanan evolusi Spiritual. Adapun media dari tingkatan Apara Bhakti adalah: murti puja (Tuhan dalam wujud Saguna Brahma), oleh karena itu sarana pemujaan berbentuk sesaji. Para Bhakti adalah bhakti yang tingkatannya sudah tinggi. Ciri-cirinya adalah: seorang bhakta mempersembahkan apa saja yang dimiliki. ia tidak meminta imbalan/pamrih dari Tuhan. Seorang bhakta sudah cukup dengan apabila mencintai Tuhan. Itulah kepuasan seorang bhakta yang tergolong para bhakti. -



Karma Marga. Karma Marga berasal dari kata "kr" yang berarti berbuat. Segala karma adalah karma. Karma Marga adalah jalan menuju Tuhan melalui perbuatan tanpa mengharapkan hasilnya. Semua orang setiap saat berbuat karma. Secara batiniah karma beraiti apa yang terjadi sekarang dan perbuatan masa lalu. Tetapi dalam Karma Marga. kata karma berarti bekerja/berbuat. Setiap orang tidak bisa tinggal diam menghindari kerja (Bhagawadgita.IIl.5). Sejak baru bangun tidur seorang sudah melakukan kerja. Tuhan sendiri untuk



66



menjaga alam dengan tidak pernah berhenti bekerja (Bhagawadgita, Hl.23,24). Dalam Bhagawadgita disebutkan ada tiga jenis karma yakni: Akarma. Karma dan Wikarma. Akarma adalah karma yang membebaskan. Karma adalah perbuatan yang mengikat pelakunya karena berhubungan dengan indria. Wikarma adalah perbuatan yang menyimpang/salah. Karma yang membebaskan bersifat murni. tak tercela, tidak mementingkan diri sendiri. Ciri karma adalah sangat menekankan pada gagasan Niskama Karma (perbuatan tidak mementingkan hasil). Pertanyaan yang muncul apakah dengan menekankan kepada perbuatan yang tidak mementingkan diri sendiri kita akan kehilangah hasil. bukankah kalau kita melakukah Niskama Karma akan ditipu? Jawabnya adalah tidak. Seperti kita ketahui bahwa setiap perbuatan ada buahnya. Selanjutnya, buah itu menghasilkan perbuatan baru. Rentetan perbuatan dan buah, buah dan perbuatan berwujud seperti rentetan benih dan pohon. Benih dan pohon timbul bergantian. Benih menjadi pohon dan pohon menjadi benih. Dalam benih ada pohon, tanpa benih kita tidak mendapat pohon, tanpa pohon tidak mendapat benih. Peristiwa ini sangat alamiah sekali. Kendati demikian kita tidak mudah menerima kenyataan ini. Apabila kesedihan menimpa diri kita, segera kita menyalahkan orang lain dan berpikir dunia ini jahat hanya kita yang benar. Sementara kita lupa akan hukum karma pala. Kita lupa bahwa Karmalah sumber baik atau buruk, untung atau rugi, kesedihan dan kebahagiaan. Seluruh hidup kita ini berkaitan dengan karma, karena itu kita harus mengerti akan pentingnya arti karma dan melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. Tidak benar bahwa karma itu sebagai soal yang tidak berarti. Kita harus ingat pohon beringin yang besar itu tumbuh dari bibit yang kecil. -



Jnana Marga.



67



Jnana Marga adalah jalan menuju persatuan dengan Tuhan melalui ilmu pengetahuan. Marga ini dimaksudkan untuk para pencari kehidupan rohani yang mempunyai kecenderungan intelektual yang kuat. Tujuan Jnana marga adalah untuk membelah bidang-bidang yang sangat rahasia dengan wiweka. Yang diperlukan adalah kemampuan untuk membedakan bagian permukaan dari diri kita yang terletak berlapis-lapis dibagian luar dengan diri kita yang sejati atau Atman yang terletak didalamnya. Jalan untuk mencapai kemampuan ini terdiri dari tiga langkah: Pertama Srawana \aitu mendengarkan ucapan orang bijaksana, kitab suci. Kedua Manana yaitu merenungkan secara mendalam dan berkesinambungan tentang siapa Aku. Untuk bahan renungan ini ditauarkan beberapa cara yang bisa dipilih. Misalnya merenungkan tentang kata badanku. tanganku. Dalam kata badanku dan tanganku selalu lerkandung antara yang dimiliki dengan yang memiliki. Siapa Aku yang memiliki itu. Jawabnya adalah Atma. Atma tidak sama dengan badan. Badan ini tumbuh. berkembang dan akhirma hancur. Atma yang menjadi penghuni badan tetap abadi. Langkah ketiga adalah mempraktekan. Dalam panggung kehidupan pemeran (Atma) menggunakan topeng (tubule) untuk mementaskan drama kehidupan. Topeng itu memperlihatkan watak dan peran yang bersangkutan. sedangkan pribadi yang memakai topeng itu berdiri dibelakangnya tanpa dikenal. Pada saat orang sampai pada kesadaran Atma. saat itu lapisan-lapisan itu tidak mengikat lagi. Dari sini kcsadaran itu meluas kedalam berbagai fenomena kehidupan dengan suatu kesimpulan bahua Atma scmua makluk itu satu. Tat Twam Asi. bahwa Atma dan Paramatma juga satu. Brahma Atman Akyam. Menurut ilmu yoga kehadiran kita ini dikatakan merupakan unit yang berlapis-lapis yang saline menembus. terpadu berupa satu kesatuan yang menyeluruh. Lapisan itu mulai dari yang paling kasar. masuk kelapisan yang paling halus dan



68



berakhir pada lapisan yang sangat halus yang dinamakan Atma. Para Yogi membagi tingkatan lapisan itu mejadi lima yang disebut Panca Maya Kosa \aitu : 1. Annamaya Kosa. badan jasmani. lapisan paling luar yang kasar terdiri dari unsur makanan. 2. Pranamaya Kosa. lapisan energi vital. 3. Manamaya Kosa. lapisan bawah sadar termasuk ingatan dan refleksi. 4. \\'ijnamax a Kosa. tingkat pengetahuan khusus. 5. Ananda Mayakosa. lapisan selubung atma atau tingkat kebahagiaan. Memandang diri sendiri sebagai orang lain mempunyai manfaat ganda. Pertama. memisahkan identifikasi diri dengan tubuh. dan yang kedua menekankan identifikasi diri dengan tubuh. dan yang ketiga menekankan identifikasi diri ketaraf yang lebih dalam melalui suatu pengetahuan yang identik dengan jati diri. kemudian menyatu dengan jati diri. Selain dirinya yang sejati tidak ada lagi pengamat. pendengar atau pemikir atau pelaku. Maka tingkatan persatuan dalam kebinekaan tercapailah. Inilah suatu keindahan yang mendatangkan Annanda yaitu Sukha Tanpauali Dhuka. -



Yoga Marga. Yoga Marga adalah jalan untuk merealisasikakan Tuhan melalui Yoga. Orang-orang yang mempunyai kecenderungan dan disiplin diri untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan didukung sepenuhnya dan diberi dorongan untuk melaksanakannya. Jalan yang ditempuh adalah jalan Yoga. Syarat untuk menempuh jalan ini adalah harus memiliki keyakinan yang kuat bahwa Atma jauh tebih mengagungkan dari pada yang kita sadari dan mempunyai hasrat yang kuat untuk menjalaninya sccara langsung. Tanpa ada keyakinan dan kencenderungan seperti ini peminat akan jatuh di tengah jalan. karena kurang sabar. Orang yang menempuh Yoga Marga tidak dituntut untuk menerima apapun. Yang diperlukan adalah pengendalian



pikiran.



Sebelum



mulai



69



dengan



pengendalian



pikiran



perlu



mengendalikan tindakan yang bersifat lahiriah terlebih dahulu. Ada beberapa tahapan yang ditempuh yang discbut Astangga Yoga, lima diantaranya merupakan latihan. pengendalian pisik. Bagian Astangga Yoga adalah: 1. Yama. adalah pengendalian tahap pertama yang isinya berupa pantanganpantangan. 2. Nyama. adalah pengendalian diri lebih lanjut. yang merupakan ajaran kesucian menuju Tuhan. 3. Asana. adalah sikap duduk. yang efisien sesuai dengan kondisi masingmasing. 4. Pranayama. adalah pengendalian prana melalui pengaturan napas –yang teratur. 5. Pratihara, adalah penarikan pikiran dari obyeknya di dunia luar. untuk kemudian dikembalikan kedalam batin. 6. Darana. adalah pemusatan pikiran bagian ini sudah berwujud pengendalian rohani. 7. Dhyana, adalah meditasi. pemusatan pikiran yang lebih intensif. 8. Semadi adalah luluhnya pikiran dengan Atma. Kedelapan tahapan Yoga itu dapat dikelompokan empat tingkat yaitu. a. Persiapan Etis, yaitu Yama dan Nyama. b. Persiapan fisik. yaitu Asana dan Pranayama. c. Perenungan. yaitu Pratihara dan Dharana. d. d Pemusatan, yaitu Dyana dan Samadi. Pelaksanaan Catur Marga dalam kehidupan sehari-hari. walaupun dalam pembicaraan dipisah-pisahkan namun di dalam prakteknya ke empatnya (Bhakti, Karma. Jnana. Yoga) merupakan satu kesatuan yang utuh Bhakti. Karma. Jnana. Yoga marga berintikan kegiatan ego. Puncak dari Bhakti. Karma. Jnana dan Yoga adalah penyerahan diri secara total dimana Sang Aku lebur dengan cinta.



70



POKOK BAHASAN



: Agama Hindu Dan Pembangunan Nasional



SUB POKOK BAHASAN



: a. Keselarasan tujuan agama Hindu dan tujuan pembangunan Nasional b. Dharma agama dan Dharma Negara. c. Agama dan modernisasi.



TUP



: Mahasiswa dapat memahami kedudukan agama Hindu dalam pembangunan nasional. Mampu menterjemahkan dan menjabarkan sumber-sumber nilai, hukum, normanorma



yang



ada



dalam



agama



Hindu



untuk



mensukseskan tujuan pembangunan nasional. TKP



: Setelah mengikuti perkuliahan mengenai materi ini mahasiswa dapat :



71



a. Menjelaskan keselarasan tujuan agama Hindu dengan tujuan pembangunan nasional. b. Menjelaskan tentang hakekat dharma agama dan dharma negara. c. Menjelaskan tentang sikap agama Hindu terhadap modernisasi. POKOK MATERI



: a. Tujuan agama Hindu dan tujuan pembangunan nasional b. Dharma agama dan dharma negara. c. Agama Hindu dan modernisasi



PEMBAHASAN A.



Tujuan Agama Hindu dan Tujuan Pembangunan Nasional. 1.



Tujuan agama Hindu



Dharma eva plavo nanyah, svargam samabhivanhatam. Sa ca naurpvanijastatam jaladhed paramic chatatah. Ikang dharma ngaranya, henuning mara ring swarga ika. Kadigatining perahu an henuning banyaga nentasing tasik. Ss. 14). Artinya : Yang disebut dharma (agama) adalah merupakan jalan untuk pergi ke surga bagai halnya perahu. sesungguhnya adalah merupakan alat bagi seorang pedagang untuk mengarungi lautan. Benotak dari sloka di atas. dapatlah diuraikan bahwa dharma agama) adalah merupakan sarana atau alat untuk mencapai suatu tujuan. agama merupakan pedoman. tuntunan bagi umat manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup yakni kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin. Tujuan hidup ini dapat dirinci lagi dengan sebutan "Catur Purusartha" aninya empat tujuan hidup yang meliputi dhanna artha kama dan moksa.



72



Dharma berarti kebenaran dan kebajikan. yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. Artha adalah benda-benda yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama artinya hawa nafsu. keinginan Juga berarti kesenangan. Sedangkan moksa berarti kabahagiaan yang tertinggi yaitu kelepasan. Di dalam memenuhi segala nafsu atau keinginan harus didasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan. Karena sering. manusia lupa akan dasar-dasar dharma dalam upaya mamenuhi kebutuhannya. sehingga penderitaan yang di perolehrya Oleh sebab itul dharma harus benar-benar ditegakkan sebagai pengendali guna memenuhi artha dan kama. Seperti dijelaskan dalam kitab Sarasamuscaya 12. Karmathau Iipsmarastu. dharmam euaditaccaret Nahi dhammada petyanhah karma vopi kadacana Artinya : Pada hakekatnya jika artha dan kama dituntut. maka hendaknva dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi. pasti akan diperoleh artha dan karma itu nanti. Tidak akan ada artinya jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma. Jadi dhartna (agama) mempunyai kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusanha. karena dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan lahir batin.



2.



Tujuan Pembangunan Nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang



berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat. bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan negara seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum. mencerdaskan



73



kehidupan bangsa. serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan. perdamaian abadi dan keadilan sosial. Adapun tujuan pembangunan nasional seperti yang tertuang dalam GBHN Tap. II/MPR/1993 bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah kesatuan negara Republik Indonesia yang merdeka berdaulat bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman. tentram tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka. bersahabat. tertib dan damai. Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhrnya. dengan Pancasila sebagai dasar. tujuan dan pedoman pembangunan nasional. Atas dasar uraian tersebut di atas maka pada dasarnya bahwa tujuan agama Hindu dengan tujuan pembangunan nasional adalah selaras dan serasi. Keduanya mempunyai tujuan yang sama. ingin mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia lahir dan batin. kesejahteraan dunia (jagadhita) maupun kesejahteraan batin (moksa). ini berarti terbetuknya manusia Indonesia seutuhnya. selaras. serasi dan seimbang lahir dan batin.



B.



Dharma Agama dan Dharma Negara. 1.



Dharma Agama Dharma agama adalah menipakan tugas dan kewajiban yang patut



dilaksanakan oleh sctiap Umat untuk mencapai tujuan agama. Sebagaimana telah diuraiakan di depan. tentang makna dharma dan tujuan agama Hindu yakni Catur Purusartha. maka secara mutlak bahwa setiap umat Hindu berkewajiban menegakkan dharma (agama). Dengan menghayati. mengarnalkan. menegakkan dan melestarikan



74



ajaran-ajaran dharma sesuai dengan tuntunan Weda maka akan terciptalah suatu kondisi kedamaian. Apabila sctiap umat Hindu benar-benar mentaati segala tuntunan dan berpedoman dharma dalam segala gerak dan aktivitas hidup dan kehidupan. niscaya kedamaian, kesejahteraan akan tercapai. Segala kegiatan yang terlepas dan/atau meninggalkan dharma niscaya penderitaan yang diperolehnya. Sarasamuscaya 16 menyebutkan : Yatahadityah



samudyan



vai



tamah,



sarvyam



vyapohati



cvam,



Kalyanamatirtam sar\vapapan vyapohati. Artinya : Seperti perilakunya matahari yang terbit. melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma adalah memusnahkan segala macam dosa. Dengan demikian jelaslah bahwa kewajiban utama umat manusia adalah melaksanakan dharma agama demi tercapainya kebahagiaan. ketentraman dan kedamaian. Dharma merupakan sumber kebajikan. sumber kebahagiaan dan sumber kedamaian. Sarasamuscaya 18 menyebutkan : Dharmah



sada



Hitah



pumsam



dharmachaivacrayah



satam,



dharmallokastrayastata pravrttah sacaracarah. Artinya : Dan keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumber datangnya kabahagiaan bagi yang melaksanakannya. lagi pula dharma itu merupakan perlindungan orangyang berilmu. tegasnya hanya dharma yang dapat melebur dosa Triloka.



2.



Dharma Negara.



Dharma negara berarti suatu kewajiban atau tugas yang harus dilaksanakan umat terhadap negaranya kewajiban berbakti kepada negara dalam ajaran agama Hindu telah dituangkan dalam Catur Guru Bhakti yang salah satunya adalah Bhakti kepada



75



Guru Wisesa (negara). Berbakti kepada negara berarti bahwa sebagai warga negara yang baik akan selalu mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebab. pemerintahlah yang melindungi segenap warga negaranya. Seperti \angberkaitan dengan pelaksanaan ibadah keagamaan yangdisebutkan dalam UUD 1945 pasal 29 ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Dengan demikian sudah selayaknya kalau sebagai umat beragama dan sebagai warga negara yang baik berperan dalam segala gerak dan aktivitas yang dilaksanakan oleh negara demi terwujudnya cita-cita bangsa dan negara.



C.



Agama Hindu dan Modernisasi. Agama Hindu merupakan agama yang tertua diantara agama-agama yang ada di



dunia. Agama Hindu ada sebelum adanya agama lain di dunia. Agama Hindu disebut “tanpa permulaan” la adalah selalu ada. la adalah sanatadharma atau agama yang kekal abadi. Jadi agama Hindu walaupun agama yang usianya paling tua. namun tetap ada dan berkembang sesuai keadaan jaman. Ajaran Weda tetap sesuai dan tetap diterapkan pada jaman sekarang. Dan bahkan dengan ajaran-ajaran Weda akan mampu mengendalikan perkembangan, sehingga terjadi keselarasan. keserasian dan keharmonisan antara jasmani dan rohani. Agama Hindu menerima bak modernisasi secara selektif, sepanjang tidak bertentangan denean nilainilai agama Hindu. Modernisasi berperan sebagai penopang atau penunjang untuk mencapai hakekat dari pada tujuan hidup beragama.



SATUAN ACARA PERKULIAHAN



76



Matakuliah



: Sosiologi Hindu Dharma



Semester



:



Tahun Kuliah



:



SKS



: 2 SKS



Jenjang



: S1



1. Tujuan Kurikulum Mahasiswa dapat mengerti memahami sosiologi Hindu Dharma, memiliki pengetahuan sosiologi Agama Hindu dapat berfikir strategis, mengkaji struktur, mampu mengembangkan sifat dan sikap, serta menyadari kedudukan sebagai anggota keluarga dan masyarakat, memiliki toleransi dalam kehidupan sosial.



2. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan



:



Pengertian dan ruang lingkup sosiologi Agama Hindu



:



a. Pengertian sosiologi Agama Hindu b. Spsiologi agama Hindu sebagai suatu ilmu. c. Keluarga dan masyarakat dalam agama Hindu.



TPU



:



Mahasiswa dapat mengerti dan memahami sosiologi agama Hindu menyadari kedudukanya sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakatm serta mampu mengembangkan



sifat



dan



sikap



toleransi



dalam



kehidupan sosial. TPK



:



Mahasiswa mampu : a. Pemahaman dan pengetahuan mengenai sosiologi agama Hindu b. Kemampuan untuk menjelaskan materi sebagai mana tersebut pada pokok bahasan.



77



c. Mengembangkan



dan



mengaplikasikan



pada



kehidupan di masyarakat. 3. Pokok Materi



:



a. Pengertian sosiologi Agama Hindu b. Keluarga dan masyarakat dalam agama Hindu. c. Catur Warna



SOSIOLOGI AGAMA HINDU



a. Pengertian Sosiologi Agama Hindu. Manusia adalah sebagai mahluk dinamis yang memiliki banyak aspek dalam kehidupan, disadari atau tidak manusia adalah mahluk daiam kesatuan sosial yang sekaligus adalah mahluk individu. demikian pula manusia dipahami sebagai satuan kehidupan keagamaan tertentu. tidak akan menjadi lengkap jika hanya memahami. aspek dogmatik agama yang dijadikan tatanan masyarakat tertentu. atau sebaliknya hanya memahami aspek sosiologi secara umum. Penjelasan yang lebih lengkap tentang kesatuan manusia dalam suatu kehidupan keagamaan tertentu. dapat diharapkan secara wajar dari suatu bagian studi sosiologi agama Hindu, lebih khusus lagi sosiologi agama Hindu. Dr. H. Goddijn dan Dr. W. Godijn (dalam Hendropuspita 1983) mengatakan bahwa sosiologi agama adalah bagian sosiologi umum yang mempelajari suatu ilmu sosial emperis. propan dan positif yang menuju pada pengetahuan yang bersifat universal, tentang structural, fungsi-fungsi serta perubahan-perubahan yang dialami kelompok keagamaan. Difinisi sosiologi agama seperti terurai di atas masih bersifat umum. karena belum menunjukkan pada satu kelompok keagamaan tertentu. bila dikaitkan dengan kesatuan kehidupan keagamaan Hindu, maka sosiologi agama Hindu dapat diartikan sebagai satu disiplin ilmu yang merupakan bagian dari sosiologi agama yang mempelajari masyarakat



78



pemeluk agama Hindu secara emperis yang bersifat Universal, perihal structural, fungsifungsi serta perubahan-perubahan yang dialami masyarakat penganut agama Hindu. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sosiologi agama Hindu adalah suatu ilmu, yang merupakan bagian dari ilmu sosiologi agama, dan untuk dapat lebih menemukan pengertian terhadap sosiologi agama hindu, maka kita menarik depinisi sebagai berikut : Sosiologi Agama Hindu adalah suatu disiplin ilmu yang merupakan bagian dari sosiologi agama, yang mempelajari masyarakat pemeluk agama Hindu secara emperis yang bersifat positif, menuju pengetahuan yang bersifat universal mengenai structural, fungsi-fungsi serta perubahan - perubahan yang di alami masyarakat penganut agama Hindu.



b. Keluarga dan masyarakat dalam agama Hindu. Kata keluarga berasal dari bahasa sansekerta yaitu kula dan warga artinya abdi pelayan dan warga berarti jalinan atau ikatan. jadi kata keluarga berarti jalinan atau ikatan pengabdian dan pelayanan. Ikatan pengabdian dan pelayanan antar bapak dengan ibu (suami istri), ayah ibu kepada anak-anak, anak-anak kepada ayah ibu bahkan pada leluhur. Jelasnya bahwa seluruh anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anakanak, harus menyadari sepenuhnya bahwa apa yang diperbtiat adalah tugas dan kewajiban, dalam agama Hindu disebut Swadharma. sehingga semua itu merupakan suatu karma yang sepatutnya dilaksanakan agar tujuan hidup dan tujuan agama dapat tercapai. Tujuan hidup manusia dalam pandangan Hindu adalah tercapai Catur Purusartha. yang terikat sebagai suatu jalinan yang harmonis dalam kehidupan yang terdiri dari Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Tujuan hidup yang sekaligus merupakan dasar kehidupan ini adalah hal yang sangat hakiki dan bersifat universal. Sedangkan tujuan agama Hindu yang ingin dicapai diwujudkan dalam kehidupan



79



umat beragama Hindu, adalah Moksatham Jaeaditha vaca iti dharmah, Moksatham adalah kebahagiaan bathin. dan Jagaditha kesejahtraan lahir dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan petunjuk ajaran agama. Dengan demikian tujuan Hindu mengantarkan umat untuk mencapai kesejahtraan lahir. kebebasan bathin dengan berdasarkan dharma. Tujuan agama melandasi tujuan hidup setiap umat Hindu, yang merupakan dasar dan pedoman hidup dalam mencapai tujuan itu, umat Hindu mempunyai pedoman dan pegangan yaitu kitab suci Weda yang tidak boleh diingkari. diyakini kebenarannya. Berkaitan dengan itu, ajaran Tri Hita Karana menjelaskan bahwa ada tiga penyebab kesejahtraan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara : Manusia dengan Tuhan. manusia dengan alam sekitar (lingkungan), manusia dengan sesama mahlukhidup. Pembentukan keluarga diawali dengan pelaksanaan perkawinan (sauskara wiwaha ) sebagaimana tertuang dalam kitab suci Manawa Dharmasastra IX disebutkan bahwa adadelapan jenis perkawinan \aiui 1. Brahma Wiwaha 2. Daiwa Wiwaha 3. Rsi (Arsa) Wiwaha 4. Prajapati Wiwaha 5. Asura Wiwaha 6. Gandhanva Wiwaha 7. Raksasa Wiwaha 8. Paisaca Wiwaha Dari kedelapan jenis sistim perkawinan tersebut yang masih relevan dan dapat dilaksanakan ada empat: 1. Prajapati Wiwaha 2. Asura Wiwaha 3. Gandharwa Wiwaha 4. Rsi (Arsa) Wiwaha



80



Selanjutnya kita meninjau bahwa manusia sebagai mahluk sosial (libido sosialis ). maka kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. karena manusia individu adalah sebagai bagian dan masyarakat. Sehubungan dengan itu ajaran agama Hindu membagi. kehidupan individu menjadi empat fase atau empat tahapan kehidupan sang disebut catur asrama. Sedangkankan dalam kehidupan sosial. kehidupan masyarakat juga dibagi menjadi empat bagian sesuai dengan fungsi dan pembagian tugas masyarakat masingmasing disebut catur warna. c. Catur Warna. Didalam bahasa sansekerta kata warna berasal dari urat kata Vr yang berarti pilihan . catur warna berarti empat pilihan propesi atau fungsi sesuai dengan tugas yang dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kehidupannya dimasyarakat. Ajaran catur warna tersurat dan tersirat dalam kitab weda mandala. sukta 90 yang terkenal dengan nama purusa sukta, dijumpai pula didalam sama weda, Arannya samhita (IV.3) Bhagawadgita dan Manawa Dharma sastra. Sebagaimana ditegaskan didalam Bhagawadgita, bahwa Catur Warna berdasarkan Guna dan Karma. Guna berarti sifat dan karma berarti kegiatan. tugas dan perbuatan. disebut pula dalam Bab (IV.13) bahwa ada empat golongan manusia dengan bagian sifat dan kegiatan yang berbeda. Ketahuilah bahwa aku (Tuhan ) yang menjadi asal mula, walaupun tanpa kerja dan terjadi terus menerus. Dari ungkapan tersebut diatas dapat kita pahami Catur Warna adalah bagian dari empat golongan manusia sesuai dengan sifat dan kegiatan yang berbeda-beda. yang terdiri dari : a. Brahmana Brahmana warna adalah mereka yang didalam kehidupan ini lebih mengutamakan dan mengembangkan Guna Satwan, artinya mereka senantiasa melaksanakan pengendalian diri. kesederhanaan. kebijaksanaan. oleh karena itu yang



81



dapat disebut Brahmana Warna adalah para bijaksana. rohaniawan. sanyasin atau orang yang senantiasa menuntun dan mengembangkan sifat ketuhanan dalam kehidupan. b. Ksatrya Kesatria Warna adalah mereka yang didalam kehidupan ini akan senantiasa cendrung bersifat heroik. pemberani penuh aktivitas atau enerjik. Guna dari sifat kesatrxa dimiliki dilaksanakan oleh pemerintah sipil maupun militer. atau orangorang yang bertugas bertempur membela negara. menjaga keteniban dan keamanan Negara dan orang-orang yang benugas melaksanakan tata pemerintahan. c. Wasya Wanna Yakni orang \ang dalam guna karman\a mengatur tata perekonomian



masyarakat untuk mewujudkan kemakmuran negara. Mereka adalah ira pengusaha atau wiraswasta yang melakukan perdagangan dan Ttanian. idra Warna jdra Warna adalah yang mempunyai fungsi dan tugas dalam kehidupan dimasyarakat kita lihat sebagian orang mengambil kegiatan bagai pekerja pela\an seperti buruh dipabrik-pabrik. Pembantu rumah tangga. pelayan toko dan sebagainya itulah guna karma seorang idra. ip orang tidak dapat memiahkan diri dari kehidupan masyarakat. masyarakat yang makmurdan sejahtera akan dapat diwujudkan apa bila ,p individu dalam masyarakat dapat melaksanakan fungsi dan snya dengan baik dengan melaksanakan kewajiban atau suadharma masing-masing. maka akan tenvujud suatu hubungan yang serasi dan lonis antara seseorang dengan yang lain, antara individu dengan , arakat. Para Rsi mempelajari sifat-sifat manusia secara cermat dari waktu iktu sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa setiap orang, sama kemampuannya dalam suatu



82



pekerjaan. Oleh karena itu dapat mukakan adanya prinsip-prinsip yang mendasari sistim golongan warna Dharma. yang rnerupakan bagian fungsi dan kegiatan kerja. masing-masing jenis tugas yang berbeda untuk golongan mental spiri-Ksatrya mengenai bidang administrasi. politik. pemerintahan dan ahanan. Selanjutn\a Waisya dipercaya melayani tugas onomian. untuk kemakmuran dan kesejahtraan bangsa. sedangkan a melakukan pekerjaan pelayanan untuk membantu kelancaran atan dari. golongan yang lain. Mengenai kewajiban hidup dalam masyarakat lebih detail maha lanu dan Yajnawalkya menjelaskan bahwa ada bermacam-macam ma yang menjadi Swadharma bagi seseorang antara lain : Varna Dharma yakni keuajiban hidup sesuai dengan warna atau ropesi masingmasing seperti Brahmana (Pendeta). Ksatrya Angkatan bersenjata, Politik). Waisya (Para pedagang) dan Sudra buruh dan tani). b. Asrama Wama Dhanna yakni kewajiiban hidup sesuai dengan tingkat atau tahapan hidup seseorang. misalnya sebagai Brahmacari (pelajar. Mahasisua). Cirihasta (rumah Tangga). Wana Prasta (orang Tua yang mengurangi ikatan duniaui) dan sebagai Sanyasm (seorang yang mempersiapkan din mencapai pelepasan). c. Warnasrama Dharma yaitu kewajiban hidup antara profesi dan tingkatan hidup seperti diatas. d. Guna Dharma yaitu kewajiban seorang yang hubungan dengan sifat dan pembawaan, misalnya seniman, dan lain-lain. e. Nimta Dharma yaitu kewajiban seseorang yang ada hubungannya dengan halhal tertentu misalnya kelahiran.



83



f. Sadharana Dharma yaitu kewajiban meliputi kewajiban umum hagi seiiap anggota masvarakat dengan tidak mengindankan pangkat atan jabatan seseorang dalam masyarakat. 5. Pembelajaran a. Alokasi waktu



: 2 x 50 menit



b. Pengalaman belajar



: kuliah, baca buku, diskusi



c. Sumber belajar



: buku, media massa, dosen



d. Media



: OHP, papan tulis



e. Evaluasi



: lisan dan tertulis



84



DAFTAR PUSTAKA



A.



Buku Pelajaran Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi Umum,



Hanuman Sakti Jakarta. 1994. B.



Sosiologi untuk PGA



I Gede Rudia Adipura, I Nyoman Warjana 1982 C.



Tuntunan Dasar Agama Hindu



Drs. A. A. Gde Oka Netra. Hanuman Sakti 1994 D.



Pedoman Pembinaan Umat Hindu



Pesamuan Agung PHDI 1980 E.



Sosiologi Agama Hindu – UT



F.



Sosiologi Suatu Pengantar



G.



Bhagawad Gita



H.



Manawa Dharmasastra



85



SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Matakuliah



: Pendidikan Agama Hindu



Semester



:



Tahun Kuliah



:



SKS



:



Jenjang



: S1



1. Tujuan Kurikulum Terbentuknya dan terbinanya Sarjana Hindu yang bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, berpikir yang fisiolofis dan strategis, berpandangan luas dan memiliki wawasan yang jauh kedepan, bersikap susila rasional, dinamis dan terampil menghargai kerjasama antar umat beragama dalam mengabdikan ilmu teknologi dan seni untuk kepentingan nasional dan meningkatnya rasa pengabdian kepada agama, bangsa dan negara. 1. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan



:



Sad Darsana



:



a. Pengertian Sad Darsana b. Pokok-pokok ajaran Sad Darsana c. Pokok-pokok ajaran Nawa Darsana



TPU (TIU)



:



Mahasiswa memahami pengertian dan pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam Sad Darsana dan Nawa Darsana.



86



TPK (TIK)



:



Setelah mengikuti perkuliahan mengenai pokok materi ini, mahasiswa diharapkan dapat: a. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup Sad Darsana. b. Menjelaskan pokok-pokok ajaran Sad Darsana. c. Menjelaskan pokok-pokok ajaran Nawa Darsana.



2. Pokok Materi



:



a. Pengertian Sad Darsana b. Pokok-pokok ajaran Sad Darsana c. Nawa Darsana



SAD DARSANA



I.



PENGERTIAN SAD DARSANA Kata darsana berasal dari urat kata "drs" yang artinya melihat atau memandang. Dalam hubungan ini kata darsana artinya adalah sesuatu pandangan yang benar terhadap apa yang harus dilakukan oleh seseorang baik moral maupun material untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan abadi dalam kehidupan tertentu. Nama atau istiiah lain yang memiliki ani mendekati dengan darsana adalah a. Tattwa; kata ini berasal dari kata "tat" yang artinya itu. Dalam bahasa seharihari kata tattwa berarti uraian tentang Ke-Tuhanan: b. Mananasastra: kata. ini berarti pemikiran, perencanaan.pertimbangan atau renungan. yangdimaksud adalah pemikiran atau renungan filsafat; c. Wicarasastra; kata ini berarti pertimbangan, renungan. Penyelidikan dan keragu-raguan. yang dimaksud adalah penyelidikan tentang kebenaran; d. Tarka; kata ini berarti spikulasi yang dimaksud adalah penyelidikan tentang kebenaran.



87



II. RUANG LINGKUP SAD DARSANA Darsana sebagai Filsafat India memiliki pembahasan yang berbeda dengan filsafat barat yang lebih mengarah pada pembidangan-pembidangan khusus. Pembahasan darsana bersifat sintesis dari semua sistim dan metode secara integratif. Dalam hal ini yang akan dibahasa adalah pembagian dari sad darsana tersebut. antara lain adatah : Nyaya. Waisasika, Mimamsa. Samkya. yoga dan Wedanta



III.POKOK-POKOK AJARAN SAD DARSANA ANYAYA Nyaya disebut juga tarkawsada yaitu ilmu berdebat. munculnya akibat perdebaian diantara akhli pikir didalam mereka bcrusaha mencari kebenaran dari ayat-ayat suci Weda untuk dijadikan landasan melaksanakan upacara-upacara korban Ajaran filsafat nyaya disebut, bersifat realistis, karena mengajui benda-benda sebagai suatu kenyataan atau mengajui keberadaan dunia yang terlepas dari pikiran dan berdiri sendiri. A.



PENGERTIAN DAN SIFAT AJARANNYA Waisasika adalah saltu satu bagian dari filsafat India atau Sad Darsana



yang usianya lebih tua dari sistem filsafat Nyaya yang timbul pada abad 4 SM. Dengan tokohnya adalah Maha Rsi Kanada Beliau juga dikenal dengan nama Ulaka. Sistem Filsafat Waisasika bersifat metaphisis dengan tujuan pokok ajarannya adalah bersifat Dharma yaitu tentang kesejahteraan duniawi dan kelepasan. A. 2. SUMBER DAN POKOK-POKOK AJARANNYA Sumber utama ajaran nyaya adalah Nyayasutra buah karya Maha Rsi Gotama. Selain itu ada beberapa kitab komentar dan Nyayasutra diantaranya: a.



Nyayabhasya; hasil komentar Wastyayana



88



b.



Nyaya Wartika: oleh Uddyotakara



c.



Nyaya Wartika Tatpana Tika: oleh Wascapati



d.



N\aya WartikaTatparya Parisuddhi dan Kusumanjali oleh Udayana



e.



Nyaya Manjani oleh Jayanta.



Semua kitab-kitab komentar ini menjelaskan dan mengembangkan cita-cita ajaran nyaya yang ada dalam kitab Nyaya Sutra serta mempertahankan cita-cita itu dari serangan kritikan oleh pihak-pihak yang menentangnya.



2. Pembuktian Theologi Pembuktian ini menyatakan bahwa didunia ini ada sesuatu tata tertib dan aturan tertentu sehingga dunia ini menampakan sesuatu rencana yang berdasarkan pemikiran dan tujuan tertentu, tentu ada yang mengadakan rencana dan tujuan tersebut yang mengadakan itulah Tuhan. Tuhan menjadi sebab pertama adanya alam semesta dan pada akhirnya Tuhanlah akan melebur dunia ini.



B.



WAISESIKA



B.I. PENGERTIAN DAN SIFAT AJARANNYA Waisesika adalah salah satu bagian dari filsafat India atau sad darsana yang usianya lebih tua dari sistem filsafat Nyaya. yang timbul pada abad 4 SM. dengan tokohnya adalah Maha Rsi Kanada. Beliau juga dikenal dengan nama Ulaka. Sistem filsafat waisasika bersifat metaphisis dengan tujuan pokok ajarannya adalah bersifat dharma yaitu tentang kesejahteraan di duniaxv i dan kelepasan.



B.2. SUMBER DAN POKOK-POKOK AJARANNYA Sumber ajaran waisesika kitab Waisesika Sutra. Kitab ini terdiri atas 10 adhyayas atau jilid dan setiap jilid terdiri dari dua ahnikas atau bab.



89



Isi pokok ajaran waisasika adalah menerangkan tentang dharma. yaitu apa yang rnemberikan kesejahteraan didalam dunia ini dan yang memberikan kelepasan yang menentukan. Yang terpenting dari ajaran Waisasika adalah ajaran tentang katagorikatagori dan semua yang ada didunia ini. menurut waisasika ada 7 (tujuh) katagori (padharta) yaitu: 1. Drauya (substansi) 2. Guna (kwalitas) 3. Karitia (Aktivitas) 4. Samaya (sifat umum) 5. Wisesa (keistimewaan) 6. Samaya (pelekatan) 7. Abhawa (ketidakadaan) Demikianlah ketujuh katagori itu menjadikan segala sesuatu didalamnya sehingga manusia menyaksikan adanya segala sesuatu yang bcraneka ragam keaneka ragaman itu terjadi justru karena kombinasi dan ketujuh katagori yang diajarkan waisesika.



C.



MIMAMSA



C. 1 PENGERTIAN DAN SIFAT AJARANNYA Sistem filsafat mimamsa terbagi menjadi dua jenis yaitu: Purwa Mimansa dan Utara Mimansa. Mimamsa sering juga disehut Purwa mimaniba yang artiya penyelidikan sistimatis yang pertama, yang dimaksud bahwa sistim ini membicarakan bagian Weda yang pertama yaitu kitab Brahmana. Sedangkan Utara Mimamsa disebut juga Wedanta yang artinya penyelidikan sistematis yang kedua, yang dimaisud adalah sistem ini membicarakan bagian Weda yang kedua yang kitab Upanisad. Sifat ajaran filsafat adalah pluralistis dan realistis Disebut pluralistis karena mengakui adanva baynak jiwa dan penggandaan asas badani yang membenahi alam



90



semesta. sedangkan disebut realistis karena mengakui bahwa obyek-obyek pengamatan adalah nyata.



C. 2 SUMBER DAN POKOK-POKOK AJARANNYA Yang menjadi sumber pokok ajaran Mimamsa adalah Mimam Sutra buah karna Maha Rsi Jaimini. Dalam perkembangan selajutnya timbulah kitab komentar terhadapMimamsa Sutra ditulis oleh Sabarawamin Komentar ini diterangkan dengan cara yang herbeda oleh Kumarila Bhatta dan Prabhakara. oleh karena itu timbtillah dua aliran yaitu pengikut Kumarila Bhatta dan pengikut Prabhakara Pokok-pokok ajaran kedua ini pada prinsipnya sama. Aliran dari filsafat Mimamsa yang dipimpin oleh Maha Rsi Prabhakara mengemukakan adanya lima sumber pengetahuan (pramana) antara lain :



1. Pratyaksa



: pengamatan langsung



2. Anumana



: menarik suatu kesimpulan



3. Upamana



: mengadakan perbandingan



4. Sabda



: pembuktian melalui sumber yang dipercaya



5. Arthaparti



: perumpamaan



Fungsi filsafat Mimamsa adalah membantu praktik keagamaan melalui dua cara yaitu memberi metode interpretasi terhadap Weda dan memberi pertimbanganpertimbangan yang bersifat filosofis terhadap pelaksanaan upacara keagamaan. Mengenai jiwa dalam sistim Mimamsa dipandang sebagai substansi, keadaannya berbeda dengan tubuh. indria dan budi. Jiwa itu jumlahnya sangat banyak dan tak terhitung. tiap tubuh ada satu jiwa. Semua jiwa memiliki kesadaran bersifat kekal berada dimana-mana dan meliputi segala sesuatu.



D.



SAMKYA



91



D. 1 PENGERTI AN DAN SIFAT AJARANNYA Perkataan samkya terdiri dari dua kata yaitu "sam” yang artinya bersama-sama atau dengan dan "khya" yang artinya bilangan. Jadi samkya



berarti susunan yang



berukuran bilangan. Perkataan samkya juga berarti pengetahuan yang sempurna. yang dimaksud adaiah filsafat tentang sesuatu yang memberi pelajaran untuk mengenal. diri sendiri secara metafisik. Ajaran samkya disebut realistis. dualitis dan pluralitas. Disebut realistis karena mengakui realitasduma ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena prinsip ajarannya ada dua realitas yang berdiri sendiri. saling bertentangan dan dapat dipadukan. yaitu purusa dan prakerti. dan samkya disebut pluralisms karena mengajarkan bahwa nurusa itu barnak sekali. Menurut samkya tentang kebenaran Tuhan tidak perlu dibuktikan lagi. karena itu pula ajarannya disebut Nirisuara Samkva.



D. 2. SUMBER DAN POKOK-POKOK AJARANNYA Sumber pokok ajaran samkya adalah Samkya Sutra atau disebut juga Samkya Prawacana Sutra buah karya Maha Rsi Kapila. Ajaran pokok dari samkya adalah adanya dua realitas asasi yaitu Purusa dan Pekerti atau asas kejiwaan dan asas kebendaan yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Menurut ajaran samkya ada tiga sumber pengetahuan yang benar yaitu Pratyaksa. Anumana dan Sabda pramana. sedangkan pengamatan ada dua yaitu nirwakalpa dan sawikalpa. Nirwikalpa adalah pengamatan yang tidak menentukan yang ada hanya pengenalan obyek sebagai sesuatu. bukan sebagai benda yang jelas identitasnya, sedangkan sawikalpa adalah pengamatan yang menentukan. ia merupakan hasil analisis. sintesis dan interprestasi alam pikiran. Dalam ajaran samkya kelepasan itu adalah penghentian yang sempurna dari semua pendentaan. inilah tujuan akhir dari hidup kita. kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi memperingan hidup kita, namun tidak bisa melepaskan kita dari penderitaan yang sepenuhnya.



92



E.



YOGA



E. 1. PENGERTIAN DAN SUMBER AJARANNYA Kata Yoga berasal dari urat kata "Yuj" yang artinya berhubungan. Kata yoga bcrarti hubungan atau berhubungan, dimana maksudnya adalah pertemuan roh individu (atma purusa) dengan roh universal yang tidak berpribadi (mahapurusa/paramaatma). Maha Rsi Patanjali mengartikan yoga sebagai "Cittawrttinirodha" yaitu penghentian geraknya pikiran. Ajaran yoga sangat popular dikalangan umat Hindu dengan tokoh pendirinya adalah Maha Rsi Patanjali. Tulisan pertama tentang ajaran yoga adalah kitab Yoga Sutra karya Maha Rsi Patanjali. walaupun unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu. Kemudian munculah buku-buku komentar atas ajaran beliau, seperti Yoga Bhasya atau Wyasabhasya yang ditulis oleh Wyasa. Yoga Maniprabha ditulis oleh Bhojaraja dll. Komentar-komentar ini menguraikan ajaran yoga karya Patanjali yang berbentuk sutra berupa kalimat-kalimat pendek dan padat isinya.



E. 2. SIFAT DAN POKOK-POKOK AJARANNYA Berbeda dengan Samkya, yoga mengakui adanya Tuhan. Adanya Tuhan dipandang lebih bernilai praktis dari pada bersifat teori dan merupakan tujuan akhir semadi yoga, dengan demikian maka yoga dikatakan bersifat teori dan praktek dalam hubungan Tuhan. Ajaran yoga juga bersifat teistis dan mengakui kewenangan Weda. kebenaran Tuhan dipandang sebagai suatu yang lebih tinggi dari purusa dan prakerti. Pokok-pokok ajaran yoga ada dalam kitab Yoga Sutra Karya, Maha Rsi Patanjali yang dibagi atas empat bagian dengan 194 Sutra, adapun keempat bagian tersebut adalah :



93



a.



Bagian Samadhi Pada, isinya ialah tentang sifat, tujuan dan bentuk



ajaran yoga, dibagian ini diterangkan tentang perubahan-perubahan pikiran dan cara pelaksanaan ajaran yoga, b.



Bagian Sdhana Pada, isinya tentang pelaksanaan ajaran yoga seperti



cara mencapai semadhi, tentang kedudukan, karma phala. c.



Bagian Wibhuti Pada, isinya tentang segi ajaran batiniah yoga juga



tentang kekuatan gaib yang terdapat karena melakukan praktek yoga, d.



Bagian Kailwalya Pada. isinya melukiskan alam keiepasan dan



mengatasi roh yang mengatasi alam dunia. Menurut filsafat yoga kelepasan itu dapat dicapai melalui pandangan spiritual pada kebenaran roh sebagai suatu daya hidup yang kekai yang berbeda dengan badan dan pikiran. Pandangan spiritual seperti tersebut diatas hanya dapat dimiliki bila pikiran itu bersih, tenang dan tak tergoyahkan oleh sesuatu apapun juga.



E.3. TUHAN DALAM AJARAN YOGA Menurut ajaran Yoga Tuhan itu adalah roh tertinggi yang mengatasi roh perorangan dan bebas dari segala cacat, ia adalah ada. sempurna. kekal abadi, berada dimana-mana. maha kuasa dan maha tahu. Tuhan adalah roh yang abadi tak tersentuh oleh dukacita. Tuhan adalah penguasa tertinggi dunia ini yang mempunyai pengetahuan tak terbatas. kekuatan tak terbatas yang membedakan ia. dari prihadi lain. Bhakti kepada Tuhan tidak hanya merupakan praktek Yoga, tapi juga merupakan sarana pemusatan pikiran dan samadi Yoga. Tuhan akan memberikan karunia yang mulia kepada seseorang yang bhakti kepadanya berupa kesucian dan penerangan bhatin. Tuhan melenyapkan semua rintangan jalan orang-orang yang bhakti kepada-Nya.



F.



WEDANTA



94



F. 1 PFNGERT1AN DAN SIFAT AJARANNYA Kata Wedanta berarti akhir dari pada Weda (Wedasya antah) Ststem filsafat Wedanta juga disebut dengan Uttara Mimamsa. Yaitu penyelidikan yang kedua yaitu Upamsad. Mula-mula kata Wedanta berani upanisad karena Upanisad dianggap akhir dari pada Weda. Oleh karena Wedanta bersumher pada kitab-kitab upanisad. Brahmasutra dan Bhagawadgita. maka sifat ajarannya adalah absolutisme dan theitisme Absolutisme maksudnsa adalah aliran yang meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah mutlak dan tidak berpribadi (impersonal God), sedangkan yang theisme mengajarkan bahwa Tuhan yang berpribadi (personal God).



F.2. SIMBER DAN POKOK-POKOK AJARANNYA Sebagai sumber sistem filsafat Wedanta adalah kitab-kitab Upanisad mengingat kitah-kitab Upanisad sistemrna tidak sistimatis. maka Bhadaraxana atau yang disebut juga Maharsi Wyasa menyusun kitab yang bernama Wedanta Sutra. Kitab ini terdiri dari 4 adhyaya (bab) dan masing-masing adluaya dari Wedanta Sutra ini membahas : Bab 1. Membahas Brahma adalah realitas tertinggi Bab II Mengkaji ajaran yang tidak sesuai dengan Wedanta Bab III. Mengkaji ajaran moksa Bab IV. Membahas pengetahuan tentang Brahma Dalam perkembangan kemudian banyak muncul kitab-kitab komentar dari Wedanta Sutra yang dikemukakan oleh komentator. Para komentator ini kemudian mendirikan tempat-tempat belajar untuk mendalami ajaran Wedanta Sutra dan sekaligus menjadi tokoh atau pemimpin aliran filsafat Wedanta. adapun para tokoh aliran dalam sistem filsafat Wedanta adalah Sankara. Ramanuja. Madwa. Wallabha. Nimbarka. Semua aliran dari Wedanta ini mentransper ajaran Wedanta Sutra dengan cara pandang masing-masing misalnva : Sankara menampilkan ajaran yang disebut



95



Adwaita. Ramanuja menampilkan aliran yang disebut Wasistadwaita dan Madwa menampilkan aliran yang disebut Dwaita Dibawah ini akan dijelaskan sedikit pandangan masing-masing aliran filsafat terebut.



F.



SAWA DARSASA Istilah Nawa Darsana sebenarnya adalah penggabungan Sad Darsana dengan



filsafat Nastika yang heterodok. yang terdiri dari Carwaka, Jaina, Budha.



F.I. C A R W A K A Aliran filsafat Carwaka digolongkan dalam aliran materialisme. Aliran ini hanya. bisa percaya kepada apa yang bisa dilihat oleh mata. Aliran Carwaka percaya terhadap Catur Mahabhuta (4 unsur alam : Udara. air. api dan tanah). Tokoh aliran Carwaka adalah Watsyayana dengan bukunva Kamasutra. Canvaka tidak percaya kepada sorga dan neraka dan terhadap Tuhan yang menciptakan alam semesta. karena itu aliran ini bersifat atheis.



F.2. J A I N A Pendiri dari aliran ini adalah Seorang Mahauira yang namanya Wardkamana (abad 6 SM). Aliran filsafat ini bersifat atheis. percaya bahwa seseorang dapat mencapai kebebasan rohani seperti gurunya. Ada dua golongan Jaina yaitu : a.



Digambara yakni golongan yang sangat panatik dan bahkan telanjang bulat



(berpakaian langit) b.



Swetambara yaitu golongan yang lebib moderat. menggunakan pakaian serba



putih. Kedua golongan ini menekankan ajaran ahimsa (tidak membunuh. menyakiti mahkluk lain). Pengikut aliran ini umumnya menggunakan masker (penutup mulut).



96



jangan sampai salah ucap atau mahkluk-mahkluk kecil masuk ke mulut atau hidung. Bila bepergian selalu membawa sapu.



F.3. BUDDHA Filsafat Budha didirikan oleh pengikut Sang Budha Siddhartha Gautama dan Dinasti Sakya (600 tahun sebelum masehi) hampir bersama dengan filsafat Jaina. Ajaran Filsafat Buddha meliputi : a. Catur Arya Satyani Catur Arya Satyani yaitu empat kebenaran mulia meliputi : 1. Dukha. Hidup adalah penderitaan. 2. Tresna, ada yang menyebabkan penderitaan. 3. Nireda, ada jalan untuk mengatasinya. 4. Asta Marga, jalan itu, ada delapan b. Pratitya Samut pada Pratitnya Samut pada adalah dua belas hal yang menyebabkan penderitaan, yaitu 1. Awidya, kebodohan 2. Samkara, kesan dimasa lalu 3. Wijnana, kesadaran awal 4. Nama, rupa, pikiran dan badan 5. Sadayatana, enam anggapan 6. Sparsa, kotak hubungan dengan obyek 7. Vedana, pengalaman yang lalu 8. Tresna, haus akan kenikmatan. 9. Upadana, perhatian yang lebih. 10. Bhaya, keinnginan supaya terjadi. 11. Jati, kelahiran., 12. Jara Marana, umur tua dan kenikmatan.



97



c. Asta Mania adalah delapan jalan yang benar yaitu : Asta Marga adalah delapan jalan yang benar yaitu : 1.



Samya drsti, berpandangan yang benar.



2.



Samyak samkalpa, pemecahan masalah dengan benar



3.



Samyagyak, berbicara yang benar



4.



Samyak karma, berbuat benar



5.



Samyak jiwa, hidup yang benar



6.



Samyak wayama, berusaha yang benar.



7.



Samyak smerti, berpikir yang benar.



8.



Samyak samadi, bermeditasi yang benar.



Demikianlah antara lain pokok-pokok ajaran filsatat Buddha.



Alokasi waktu



: 2 x 50 menit.



Pengalaman Belajar : Kuliah, baca buku dharma tula (diskusi). Sumber belajar



: Buku, dosen, media masa



Media



: OHP, papan tulis



Evaluasi



: Lisan dan tertulis



JAWABLAH DENGAN JELAS DAN BENAR SOAL-SOAL DI BAWAH INI 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Darsana ? 2. Filsafat Nyaya percaya dnegan adanya Tuhan dan Tuhan disamakan dengan Siwa. Jelaskan bagaimana caranya Nyaya membuktikan tentang Tuhan ?



98



3. Jelaskan bagaimana pandangan Mimamsa tentang Weda ! 4. Menurut Samkya ada dua pengamatan. Sebutkanlah dan jelaskan pengamatan tersebut ? 5. Jelaskan mengapa filsafat Wedanta bersifat, absolutisme dan theistisme.



SUMBER BACAAN



Rudia Adiputra, Wayan Suarjaya. I Gde Sura. Tattwa darsana III PGA. Ditjen Bimas Hindu dan Budha.



99



Hadi Wiyono, Harun DPK. Sari Filsafat India. Gunung Mulia Jakarta 1985.



Buku Pelajaran Agama Hindu untuk perguruan Tinggi. Tim penyusun Ditjen Bimas Hindu dan Budha. Departemen Agama RI.



SATUAN ACARA PERKULIAHAN (S A P) MATA KULIAH



: Pendidikan Agama Hindu



SEMESTER



:



100



TAHUN KULIAH



:



SKS



: 2 SKS



JENJANG



: S1



Tujuan Kurikuler



: Terbentuknya Sarjana Hindu yang memiliki sradha bhakti kepada Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Berbudi pekerti luhur, berpikir yang kritis, trampil, dan bertanggung jawab serta memiliki rasa pengabdian yang



bertanggung



jawab



serta



memiliki



rasa



pengabdian yang tinggi kepada agama bangsa dan negara. Pokok Bahasan



: Etika Agama Hindu



Sub Pokok Bahasan



: a. Pengertian Etika Hindu b. Kedudukan Etika Hindu c. Pokok-pokok etika Hindu



TUP



: Mahasiswa dapat memahami etika agama Hindu secara umum dapat mengamalkan dalam kehidupan seharihari.



TKP



: Setelah mengikuti perkuliahan mengenai pokok materi ini, mahasiswa diharapkan : a. Mampu menjelaskan pengertian etika agama Hindu b. Dapat memahami kedudukan etika dalam agama Hindu c. Dapat mengamalkan pokok-pokok ajaran etika agama Hindu.



Pokok Materi



: a. Pengertian etika Hindu b. Kedudukan etika dalam agama Hindu



101



c. Wiweka d. Daivi dan asuri sampad e. Pengendalian diri Pembahasan



a.



: Etika Agama Hindu



Pengertian etika Hindu : Etika adalah bentuk pengendalian diri dalam pergaulan hidup bcrsama. (I Gede



Sura. Pengendalian diri dan Etika ). Manusia sebagai mahluk sosial. perlu membina hubungan yang seraii dan harmonis dengan orang lain, atas dasar saling menghargai dan menghormati. Dalam kehidupan bersama orang harus mengatur dirinya bertingkah laku. Tidak seorang pun boleh berbuat sekehendak hatinya. la harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. tunduk kepada aturan bertingkah laku yang berlaku. Dengan demikian maka orang hanya bebas berbuat dalam ikatan aturan tingkah laku yang baik. Peraturan untuk bertingkah laku yang baik disebut orang tata susila. Nama lainnva ialah etika. Bila etika beretika masih dalam angan disebut budi pekerti yang baik. Dalam tindakan disebut budi baik dan bila diwujudkan dalam tindakan disebut budi pekerti yang baik. Tata susila. berarti peraturan tingkah laku yang baik dan mulia yang menjadi pedoman hidup manusia (Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Tata susila Hindu Dharma) Dengan istilah Tata susila. tampak lebih menekankan pada aturan beningkah laku yang baik dan mulia. dan sejauh mungkin menghindari perbuatan yang tidak baik atau dursila. Etika Hindu atau tata susila agama Hindu, adalah peraturan bertingkah laku yang baik dan mulia menurut ajaran agama Hindu.



b.



Kedudukan Etika dalam agama Hindu Agama adalah merupakan dasar tata susila yang kokoh dan kekal, ibarat landasan



bangunan, dimana suatu bangunan harus didirikan. Maka landasan itu tidak kuat, maka mudah benar bangunannya roboh. Demikianjuga halnya dengan tata susila; bila tidak



102



dibangun atas dasar agama, sebagai landasan yang kokoh dan kekal, maka tata susila itu tidak mendalam dan tidak meresap dalam diri pribadi manusia. (Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Tata susila Hindu Dharma). Demikian pula sebaiknya, tata susila, atau etika merupakan wujud pengalaman dari ajaran agama dalam perilaku yang baik dan mulia. Dalam etika maka seseorang dinilai dari tingkah laku mana yang dapat dinilai baik dan mana yang buruk.



c.



Pokok-pokok Ajaran etika agama Hindu



1. Baik dan buruk Apa yang disebut baik dan apa yang disebut buruk, sulit dirumuskan. Walaupun demikian manusia tahu apa yang disebut baik dan buruk itu. Membohong, mencuri adalah buruk. Menolong, jujur adaiah baik. Kesadaran akan adanya baik dan buruk disebut kesadaran etis. Akan tetapi apa yang baik tidak selalu benar dan apa yang buruk itu salah. (I Cede Sura. Pengendalian diri dan Etika) 2. Benar dan Salah Bilamanakah perbuatan itu dianggap benar dan btlamanakah perbuatan itu dianggap salah ? Segala sesuatu \ang dapat menofong dunia ini melalui jalan yang telah ditentukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa adaiah benar. dan segala sesuatu yang menghalangi jalan ini adaiah salah. (Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Tata susila Hindu Dharma) Keutamaan kebenaran itu dapat dijumpai dalam kitab Slokantara sebagai berikut : Kalinganya. tan hana dharma lewihe sangkeng kasatyan. matangyan haywa lupa ring kasatyan ikang wang Untuk menentukan mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang salah Agama Hindu mengajarkan agar orang berpedoman pada tri pramana. tiga ukuran. Ada beberapa ukuran itu.



103



1. Desa. Kala. Patra. Disamping ukuran-ukuran lain, maka desa. kala dan patra adalah juga merupakan ukuran-ukuran untuk menentukan salah dan benar. Desa artinya tempat. kala berarti waktu dan patra artinya keadaan. Apa yang benar pada suatu waktu belum tentu benar pula pada waktu yang lain. Demikian pula apa yang benar pada suatu tempat atau keadaan dapat berubah menjadi salah pada tempat dan keadaan yang lain. 2. Prauaksa. anumana dan agama. Dapat puia dipenimbangkan benar salahnya perbuatan kita atas dasar pratyaksa. anumana dan agama. Pratyaksa adalah memperoleh kebenaran atas pengamatan lansung. Anumana adaiah memperoleh kebenaran atas dasar logika berpikir. Agama ialah memperoleh kebenaran atas dasar pertimbangan orang lain yang dapat dipercaya. 3. Sastratah. gurutah. dan swatah. Ada lagi dasar pertimbangan lain untuk mendapatkan kebenaran \aitu atas dasar sastratah. gurutah dan swatah. Sastratah ialah pertimbangan atas dasar ajaranajaran sastra. gurutah atas dasar pertimbangan ajaran-ajaran guru dan swatah ialah pertimbangan atas dasar belajar sendiri dari pengalaman dan sebagainya. (I Gede Sura. Pengendalian diri dan Etika) 3. Wiweka Karena penentuan baik dan buruk. benar dan salahnya perbuatan itu atas dasar pertimbangan-pertimbangan. ini berarti ada faktor kesengajaan untuk memilih yang baik dan buruk. Manusia sebagai mahluk berpikir. secara potensial telah memiliki kemampuan yang perlu dikembangkan. yaitu kemampuan untuk membeda-bedakan. dan menimbang-nimbang. dan akhirnya memilih antara yang baik dan buruk. salah dan benar dan sebagainya.



104



Kemampuan yang demikian dalam ajaran agama Hindu disebut wiweka. Kemampuan untuk memilih ini dan atas dasar pilihan ini ia dapat meningkatkan hidupnya dari tidak baik menjadi baik. Ri sakweh ning sanva bhuta. iking janma wwang juga wenang gumawayaken iking subha asubba karma, kuneng panentasakena ring subha karma juga ikang asubha karma, phalaning dadi wwang. Terjemahannya : Diantara semua mahluk hidup. hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang dapai melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk. leburlah kedalam perbuatan baik. segala perbuatan buruk itu. demikian gunanya menjadi manusia. (Sarasamuscaya. 2. I Nyoman Kajeng DKK) 4. Daivi dan asuri sampad Menurut sastra-sastra agama Hindu, kecendrungan-kecendrungan perilaku orang itu bersumber dari tri guna: yaitu tiga sifat yang dibawa sejak lahir. terdiri dari sarwam. rajas dan tamas. Ketiga guna ini saling mempengaruhi sehingga mewarnai kecendrungan berlaku lembut dan tenang dan ada yang mempunyai kecendrungan keras dan kasar. Dalam Bhagawad Gita dibedakan kedua kecendrungan itu dengan istilah - Daivi sampad. yaitu kecendrungan kedewaan dan - Asuri sampad. yaitu kecendrungan keraksasaan. Dalam mengatur diri bertingkah laku. faktor dalam atau tri guna itu harus diperhatikan. Faktor yang sifatnya garang harus dijinakkan dengan jalan yang ditunjukan oleh sastra-sastra agama. Untuk itu orang perlu mengendalikan diri. 5. Pengendalian diri Dengan adanya kemampuan berwiweka maka orang dapat memilih yang baik. yang benar dan menghindar dari yang buruk dan salah.



105



Oleh karena itu dalam diri orang. kedua itu selalu berdampingan. yaitu unsur baik dan unsur buruk. unsur raksasa dan unsur dewata. maka orang harus mengarahkan daya pikir dan da\a-da\a lain dalam dirinva untuk menundukkan yang tidak baik itu. Ini berarti orang harus mengendalikan diri dalam segala hal. berpikir. berkata dan benindak sehingga segala daya menuju kepada yang baik. Suatu daya yang terkendali menuju suatu sasarn akan menjadi tenaga yang maha hebat, baik tenaga yang menyenangkan maupun tenaga yang menakutkan kepentingan-kepentingan yang berlawanan pun yang teratur seperti tertib lalu lintas. Ajaran tentang pengendalian diri banyak dijumpai dalam kitab Bhagawadita. Yoga Satra Patanjali. Sarasamuscaya dan Slokantara. Demikianlah etika memerlukan kemampuan untuk melaksanakan pengendalian diri. Alokasi waktu



: 2 x 50 menit satu kali pertemuan



Fungsi aman belajar : Kuliah, baca buku, diskusi Sumbi Belajar



: Dosen, buku, media masa dan masyarakat



Media



: Papan tulis, media elektronika dll.



Evaluasi



: Tertulis, lisan dan pengamatan



106



DAFTAR PUSTAKA



1.



Bhagawad Gita



2.



Pengendalian diri dan etika



3.



Manawa Dharma Sastra



4.



Tata Susila Hindu Dharma



5.



Sarasamuscaya



6.



Slokantara



107



SATUAN ACARA PERKULIAHAN SAP



Mata Kuliah



: Pendidikan Agama Hindu



Semester



:



Tahun Kuliah



:



SKS



:



Jenjang



:S1



Tujuan Kurikuler : Terbentuknya dan terbinanya sarjana Hindu yang bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berpandangan luas dan memiliki wawasan yang jauh ke depan. Bersikap rasional dan dinamis dan terapil menghargai kerja sama, antara umat beragama dalam mengabdikan ilmu teknologi dan seni untuk kepentingan nasional dan meningkatkan rasa pengabdian kepada agama. Bangsa dan negara.



1. Pokok Bahasan



: YADNYA



Sub Pokok Bahasan



:



a. Pengertian dan dasar pelaksanaan Yadnya



108



b. Maksud dan tujuan pelaksanaan c. Tingkatan dan jenis-jenis Yadnya TUP



:



Mahasiswa dapat memahami ruang-ruang lingkup yadnya, mengerti dan menyadari akan kedudukan dan kewajibannya mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai Rna, sujud dan bhakti kehadapannya menghormati orang-orang suci, orang tua atau leluhur, guru dan mau bekerja sama serta bersikap toleransi dalam kehidupan sosial.



TKP



:



Setelah mengikuti perkuliahan mengenai pokok materi ini mahasiswa diharapkan dapat : a. Menjelaskan pengertian yadnya b. Menjelaskan dasar pelaksanaan yadnya c. Menjelaskan tujuan pelaksanaan yajnya d. Menyebutkan jenis-jenis yadnya e. Menyebutkan tingkatan yadnya



2. Pokok Materi



:



a. Pengertian yadnya b. Dasar pelaksanaan yadnya c. Tujuan pelaksanaan yadnya d. Jenis-jenis yadnya e. Tingkatan yadnya



Alokasi waktu



:



2 x 50 menit



Pengalaman belajar



:



Kuliah, baca, dharma tula



Sumber belajar



:



Buku, dosen, media masa



Media



;



OHP, papan tulis



Evaluasi



:



Lisan dan tertulis



109



YADNYA



A. Pengertian Yadnya Kata yadnya adalah kata yang berasal dari bahasa sansekerta berarti memuja, mempersembahkan. Ajaran yadnya bersumber pada pustaka suci weda, terdapat dalam kita Reg Weda (X. 90.6). lebih lanjut secara simantik yadnya mengandung pengertian yang sangat lurus: pengabdian, pengorbanan dan berbagai aspek kegiatan yang bertujuan untuk kesejahteraa, kedamaian dan kelestarian alam semesta. Dengan demikian maka jelaslah bahwa pengertian Yadnya itu tidak saja terbatas pada upacara persembahan dalam arti secara harpiah namun juga upacara persembahan maupun pemujaan dan pengorbanan suci dalam pengertian secara simbolis filosopis untuk berkorban.



B. Dasar Pelaksanaan yadnya Yadnya dalam agama Hindu merupakan bagian yang utuh dari seluruh ajaran dan aktivitas agama. Bahkan yadnya merupakan unsur yang sangat penting, bagaikan kulit telor yang membungkus dan melindungi bagian dalamnya yang merupakan inti dari telor itu sendiri. Seperti itulah yadnya dengan upacara dan upakaranya merupakan kulit telor yang nampak dan dilaksankan dalam kehidupan agama sehari-hari. Yadnya tidak hanya menandakan identitas keagamaan tetapi lebih dari pada itu yadnya merupakan pengajawantahan ajaran agama itu sendiri. Dalam atharwa weda dijelaskan sebagai berikut: Satyam brhad rtan uggram Diksa tapo brahma yajnah prthivim dharyanti Sano bhustaya asya patyanyurumlom (Atharwa Veda. XII. 1.1) Artinya :



110



Kebenaran atau satya hukum yang agung, yang kokoh dan suci (Rta0. tapa Brata, doa dan yadnya, inilah yang menegakkan bumi. Semoga bumi ini, ibu kami sepanjang masa memberikan tempat yang lega bagi kami. Kitab suci Bhagavadgita juga memberikan petunjuk kepada kita sebagai berikut : Sahajnah prajah srstva Puro, vaca prajapatih Anena prasavisyadham Esa vo.stv istakhamadhuk (Bhagavad Gita III. 10) Artinya: Pada jaman dahulu kala Prajapati menciptakan manusia dengan yajnya dan bersabda dengan ini engkau akan mengembangkan dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu. Demikianlah yadnya merupakan salah satu penyangga kehidupan didunia ini. Tuhan telah menciptakan manusia dengan yadnya. Dengan yadnya pulalah manusia mengembangkan dan memelihara kehidupannya Keiklasan Jan kesucian diri adalah dasar yang utama dalam pelaksanaan suatu yadnya. Kesucian diri dicerminkan dalam hidup yang benar memiliki kesiapan rohani dan jasmani seperti mantapnya sradha. rasa hhakti. keimanan. Kesucian hati maupun kehidupan yang suci. yaitu kehidupan yang sesuai dengan ketentuan moral dan spiritual.



C. Tujuan Pelaksanaan Yadnya 1.



Sebagai Pengejauantahan Weda Weda menguraikan empat cara yang berbeda-beda untuk mengungkapkan



ajaran Weda : Ream tvah posagaste pupusvan



111



gayatram tvo gayati savavarisu brahma tvo vadati jatavidyam yajnasya niatram mimita utuah (Reg Veda. V. 71. I!) Artinya : Seorang bertugas mengucapkan.sloka-sloka weda seorang melakukan nyanyainnyanyian pujian dalam sakwari, seorang lagi yang menguasai pengetahuan weda. mengajarkan isi weda. dan mengajarkan lain mengajar kan tata cara melaksanakan korban suci (yadnya) Demikianlah yadnya merupakan salah satu cara mengungkapkan ajaran weda oleh karena itu yadja merupakan pengajawantahan ajaran weda. Yang dilukiskan dalam bentuk Simbul-simbul (nyasa) melalui myasa dalam yadnya realisasi ajaran agama diwujudkan untuk lebih mudah dapai dihayati. dan dilaksanakan oleh umat kebanyakan disamping juga dapat meningkatkan kemantapan dalam pelaksanaan kegutan keagamaan mi sendiri. Kebesaran dari keagungan Tuhan yang dipuja. perasaan hati pemujanya, maupun wujud persembahan semuanya dilukiskan dalam bentuk niyasa (simbulsimbul) yang dicerminkan dalam berbagai bentuk upacara yang menyenai suatu yadnya. Dalam kehidupan beragama, manusia sangat memerlukan apa yang bisa dilukiskan. dan orang bijaksana berpendapat bahwa ia harus dapat melukiskan apa yang tak terlukiskan termasuk yang paling abstrak sekalipun. Dengan niyasa yang diwujudkan dalam bentuk upacara menjadi lebih menyentuh dan lebih mudah dihayati. Melalui lukisan niyasa dalam upakara. umat Hindu ingin menghadirkan Tuhan yang akan disembah serta mempersembahkan isi dunia yang paling baik.



112



2.



Sebagai Cetusan Rasa Terima Kasih Dalam Bhagawad gita dijelaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia melalui



yadnya dengan yadnya pula manusia akan mencapai kebaikannya yang maha tinggi. Sahayajna prajah srstva puro vaca prajapatih anena prasavisyavam esa vo stv istakamadhuk. (Bhagavad gita. Ill 10) Artinya : Pada jaman dahulu kala prajapati menciptakan manusia dengan yadnya dan bersabda : dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu. devam bhawayata nena te deva bhavayantu vah parasparam bhavay amah sreyah param avapsyatah. (Bhagavad gita. III. II) Artinya : Dengan ini kamu memelihara para dewa dan dengan ini pula para dewa memelihara dirimu. jadi dengan saling memelihara satu sama lain, kamu akan mencapai kebaikan yang maha tinggi. evam pravanitamcakram na nuvanayati ha yah aghayur indriyaramo mogham partha sa jivati ( BhagauadGita. 111. 16) Artinya :



113



La yang ada didunia ini tidak ikut memutar roda (cakra) yadnya yang timbal balik ini adalah jahat dalam alamnya. Puas dengan indriyanya dan ia. O. Arjuna hidup sia-sia. Kehidupan didunia ini pada hakekatnsa memiliki ketergantunean dentian yang lain. Ada tiga jenisketergantungan dalam hidup manusia yang membaua ikaian huiang (Rna) Ketiga hutang (Tri Rna) tersebut adalah: 1. Ketergantungan manusia pada Tuhan yang telah menciptakan kehidupan memelihara dan memberikan kebutuhan hidup membawa ikatan hutang jasa yang dikenal dengan Dewa Rna. 2. Ketergantungan kepada leluhur yang telah melahirkan mengasuh dan membesarkan diri kita membawa ikatan hutang jasa yang dikenal dengan nama Pitra Rna. 3. Jasa para Maha Rsi yang telah memberikan pengetahuan suci untuk membebaskan hidup ini dari kebodohan menuju kesejahtraan dan kebahagiaan hidup lahir batin membawa ikatan hutang jasa yang dikenal dengan Rsi Rna. Agama Hindu mengajarkan untuk menampaikan rasa terima kasih atas pengorbanan suci yadnya yang telah diterima dalam kehidupan ini melalui yadnya pula. oleh karena itu yadnya juga dimaksudkan sebagai cetusan rasa terima kasih. Dalam pelaksanaan suatu yadnya sarana pendukung yang tidak pernah lepas adalah lagu nyanyian direpleksikan dalam bentuk doa pujian. kidung. maupun dalam berbagai jenis gamelan. Dalam Regveda diuraikan sebagai berikut : ava savanti gargaro godha pari samsxanat pingga pari canis kadat indraya brahmodxatam (Reu Veda. Vlll. 69. Q. A 20 92 5-6) Artinya : Nah geseklah gargar (rebab) dengan nyaring. kumandangkanlah suara godha (kecapi). dengungkanlah suara musik Kepada Tuhan kami persembahkan nyanyian.



114



Inilah cara pemujaan menurut bhakti marga. Doa yang diiringi musik yang dilahirkan dari hati manusia yang penuh cinta kasih. Doa yang sederhana dan diucapkan langsung oleh anak maupun orang dewasa. Orang-orang suci dalam jaman veda mcnemukan bahwa nyanyian merupakan sarana pengungkapan perasaan yang sangat mendalam. Oleh karena itu kccintaan rnereka kepada Tuhan dilahirkan dalam bentuk nyanyian. serta mengharapkan agar nyanyian mcrcka diterima dengan rasa penuh cinta kasih. Dalam bhakti marga Tuhan dipandang sebagai tamu utama yang diberi persembahan dan dipuji dalam yadnya yang dilaksanakan. Visoviso vi athithi vajayantah pupupriyam agni vo durya vacah stuse susasya nianmabhuh (Regveda.VlII.74.2.S) Artinya la adalah aditi (yang utama) diantara semua penerima sajian; la adalah atiti (tarnu) diantara semua manusia. Berdasarkan keyakinan tersebut. dalam pelaksanaan dewa yadnya biasa diawali dengan upacara pemendak atau penyambutan dan dilanjutkan dengan persembahan serta pemujaan. Kita memberikan kepada tamu dan tidak mcngharapkan balasan apapun dari pada Nya. Demikian pula halnya yadnya yang dipersembahkan kepada Tuhan merupakan perwujudan cinta kasih dan rasa bakti yang suci tanpa pamrih.



3.



Untuk Meningkatkan Kualitas Diri Dari segi pcningkatan diri. yadnya pada hakekatnya merupakan pengorbanan



suci dengan maksud untuk mengurangi keakuan (ego).



115



Tiap-tiap usaha yang membawa akibat mengurangi rasa penyuburan keakuan untuk kearah kenikmatan yang lebih tinggi dan pengurangan dorongan-dorongan nafsu yang rendah, memerlukan pengorbananya yadnya. Tiap-tiap pengorbanan mencari dasarnya pada keiklasan berbuat untuk tujuan yang lebih mulia. Oleh karena itu setiap pelaksanaan suatu upacara yadnya yang pertama-tama dilaksanakan adalah proses penyucian diri dalam artian yang luas menyangkut aspek jasmani dan rohani untuk menuju peningkatan spiritual. Yajnya upacara itu sendiri juga dimaksudkan untuk menciptakan usana suci dan membahagiakan. Dalam pelaksanaan yadnya dikembangkan sikap yang paling sederhana dalam kehidupan yaitu cinta kasih dan pengorbanan. Tuhan dalam bhakti marga dipandang sebagai yang Maha pengasih. Maha penyayang, Maha pemurah dan sebagainya. Orang yang memuja menginginkan kebahagiaan rohani. ia mohon perlindungan Tuhan. mohon ampun, mohon kemurahan. cinta kasih dan sebagainya. Melalui yadnya itu pula tersirat adanya pengakuan akan keterbatasan kekurangan dan kepapaan hidup kita. Hal ini terlukis dalam doa maupun upakara yang dikenal dengan nama guru piduka dari sejenisnya. 4.



Sebagai salah satu Cara Untuk Menghubungkan Diri dengan Tuhan yang



Dipuja Upacara/Yadnya bagi umat Hindu juga merupakan pelaksanaan yuga. Tidak saja



bagi



para



pandita/pinandita



tetapi



bagi



seluruh



masyarakat



yang



melaksanakannya. Karena pelaksanaan upacara itu sejak awal rnula merencanakan. mempersiapkan dan lebih-lebih pada waktu melaksanakan telah diiringi sikap hatin yang suci dengan konsentrasi yang tertuju kepada Tuhan yang dipuja, serta dilandasi prilaku yang menampilkan susila yang tinggi. Pengendalian diri seperti larangan kata-kata yang kotor. Berprilaku yang menyimpang dari dharma dilaksanakan secara ketat pada saat-saat mempersiapkan



116



suatu yadnva. Dari segi jasmani, kebersihan diri sebelum melaksanakan sesuatu pekerjaan yang berhubuagan dengan yadnya yang akan dipersembahkan juga sangat diperhatikan. Walaupun telah mandi dengan bersih. berpakaian dengan sopan, diikuti dengan prilaku yang baik masih ditambah dengan tirta penglukatan/pamarisudha sebelum akan memasuki areal tempat mempersiapkan suatu yadn\a yang disucikan. Tidak jarang dalam tingkatan yadnya yang cukup besar juga diikuti dengan melaksanakan brata sepeni puasa dalam jangka waktu tertentu. pantang. berkata-kata (mono brata) dan lain-lainnya. kesemuanva itu tidak lain untuk meningkatan kosentrasi dalam menghubungkan diri dengan Hyang Widhi Wasa.



5.



Untuk Menyucikan Dalam yadnya yang tergolong dewa yadnya. bhuta yadnya. Manusia Yadnya.



Pitra Yadnya dan Rsi yadnya. hampir seluruhnya bagian-bagiannya mengandung makna dan untuk membersihkan dan menyucikan. disamping sebagai persembahan. Kesucian adalah landasan yang patut ditegakkan dalam melaksanakan ajaran agama. Oleh karena itu upacara yang bermakna menyucikan, sepeni itu hampir dijumpai pada setiap pelaksanaan suatu yadnya lebih-lebih pada tingkatan yadnya yang besar Sradha. kebaktian, keimanan. ketulusan dan kesucian hati yang menyatu melahirkan kualitas spiritual yang lebih tinggi pada manusia begitu pula upacara tidak akan berani apabila orang melaksanakan belum memiliki kesiapan rohani. Untuk itu jasmani yang suci. hati yang suci dan kehidupan yang suci. kehidupan yang sesuai dengan moral dan spiritual patut menjadi landasan pelaksanaan yadnya.



D. Jenis Jenis Yadnya Yadnya terdiri atas lima (lima) penghormatan yang umumnya disebut Panca yadnya. Adapun bagian dari kelima jenis yadnya itu terdapat dalam beberapa sumber.



117



1.



Panca yadnya menurut kitab Manawa Dhanna Sastra III. 69-70 sebagai



berikut a.



Brahma yadnya yaitu belajar dan mengajar Veda



b.



Pitra \adnya yaitu upacara menghaturkan tarpana dan air



c.



Dewa yadnya yaitu upacara mempersembahkan minyak dan susu.



d.



Bhuta yadnya yaitu upacara bali banten



e.



Nri yadnya yaitu menerima tamu dengan ramah.



2.



Pada bagian kitab Manawa Dharma Sastra menyebutkan 5 jenis upacara yaitu



a. Ahuta



-



yaitu upacara yang dilakukan tanpa memper-gunakan kesaksian api.



b. Huta



-



yaitu upacara dengan mempergunakan api sebagai unsur yang penting.



c. Prahuta



-



yaitu upacara yang dilakukan dengan penyebaran bendabenda upacara ditanah.



d. Brahmahuta -



yaitu upacara yang ditujukan sebagai penghormatan pada para Brahmana.



e. Prasita



-



yaitu upacara yang diselenggarakan dengan cara penyuguhan jenis-jenis, kapur sirih dsb. Terutama ditujukan pada yang meninggal.



Demikian disebutkan dalam Manawa Dharma Sastra III-73. 3.



Dalam kitab Bhagawad Gita IV.28. disebutkan : a.



Dnvya yadnya yaitu yadnya dengan sarana benda-benda material,



b.



Tapa yadnya yaitu yadnya dengan melakukan tapa



c.



Yoga yadnya yaitu yadnya dengan melaksanakan yoga,



d.



Swadaya yadnya yaitu yadnya dengan mempelajari ajaran suci



secara tekun.



118



e.



Jnana yadnya yaitu yadnya dengan ilmu pengetahuan dan



kebijaksanaan. 4.



Panca yajna menurut pustaka Agastya Parwa : a.



Dewa yadnya



b.



Rsi yadnya



c.



Pitra yadnya dan upacara Sradha



d.



Bhuta yadnya



e.



Manusia yadnya Demikianlah jenis-jenis yadnya menurut beberapa sumber yang ada. Akan



tetapi secara umum dalam masyarakat yang dimakud dengan panca yadnya dalam pengertian upacara sebagai berikut: a.



Dewa yadnya adalah upacara pemujaan atau persembahan



kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam berbagai manifestasinya b.



Bhuta yadnya adalah upacara tawur untuk keseimbangan alam.



c.



Manusia yadnya adalah upacara (samkara) terhadap seseorang sejak



terwujudnya jasmani dalam kandungan sampai akhir hidupnya. d.



Pitra yadnya adalah penghormatan kepada leluhur.



e.



Rsi yadnya adalah upacara pcnghorrnatan dan punia yang kepada



para Rsi dan Guru.



E. Tingkatan Yadnya Perbedaan rangkaian yudnya ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan umai molaksanakan. Dan segi kwalitas kesembilan tmgkatan yadnya tersebut tidak ada perbedaan. sepanjang dalam pelaksanan ya didsasari dengan rasa bhakti. ketulusan dan kesucian hati. Dalam kenyataannya kehidupan dimasyarakat tingkat kemampuan materi yang dimilikinya umat tidaklah sama. Oleh karena itu keharmonisan antara besar kecilnya yadnya yang akan dilaksanakan dengan tingkat kemampuan yang bersangkutan



119



sangat diperlukan agar pelaksanaan yadnya bertujuan menuju kesejahtraan dan kebahagiaan.



POKOK BAHASAN



:



PANDITA DAN PINANDITA



SUB POKOK BAHASAN



:



a. Pengertian Pandita dan Pinandita b. Stauts dan wewenang Pandita serta Pinandita c. Syarat-syarat calon Pandita dan Pinandita



TUP



:



Mahasiswa



dapat



mengerti



keberadaan



serta



kedudukan Pandita dan Pinandita dalam ajaran agama Hindu TKP



:



Setelah mengikuti perkuliahan materi ini, mahasiswa diharapkan dapat : a. Menjelaskan pengertian Pandita dan Pinandita b. Menjelaskan status Pandita dan Pinandita c. Menjelaskan Wewenang pandita dan Pinandita d. Menyebutkan syarat-syarat Pandita dan Pinandita



POKOK MATERI



:



a. Pinandita b. Pinandita



PEMBAHASAN A.



Pengertian Pandita dan Pinandita



120



Pandita artinya terpelajar, pintar, bijaksana. Pandita adalah rohaniwan Hindu yang tergolong Dwijati. Karena Dwijati berasal dari kata dwi artinya dua dan jati artinya lahir. Jadi dwijati adalah lahir yang kedua kali. Lahir yang pertama adalah lahri dari kandungan ibu sedangkan lahir yang kedua adalah lahir dari Kaki Dang Guru yang disebut Nabe. Maka dalam peningkatan kesuciaan seorang harus menempuh upacara Diksa, yang didalam Weda disebut dengan upacara Upanayana. Upanayana adalah penerimaan seseorang untuk menjadi keluarga brahmana dalam mempelajari ilmu Weda. Sejak itu seorang mulai masuk dalam fase brahmacari. Setelah seseorang melaksanakan upacara Diksa mereka disebut sebagai Dwijati. Dalam upacara Diksa juga dilakukan Nuuun Peta ataujuga disebut Metapak. Gelar Dwijati dalam masyarakat Hindu yang berada di Bali terdiri dari; •



Pedanda adalah gelar seorang sulinggih yang berasal



dari keluarga Brahmana. •



Bhagawan adalah gelar seorang sulinggih yang berasal



dari keluarga Ksatriya. •



Rsi adalah gelar seorang sulinggih yang berasal dari



keluarga Wesya •



Bujangga adalah gelar seorang sulinggih yang berasal



dari keluarga Wasnawa. •



Empu adalah gelar seorang sutinggih yang berasal dari



keluarga Pande •



Dukuh Adalah gelar seorang sulinggih yang berasal



dari keluarga Pasek. 2. Pengertian Pinandita Pinandita adalah rohaniawan Hindu yang bertugas selaku pembantu mewakili Pandita. Hal ini ditetapkan oleh Parisada dalam Mahasaba; ke II tahun 1968 yang



121



menetapkan sebagai berikut: Selaku pembantu mewakili Pandita ditetapkan adanya Pinandita terdiri: •



Pemangku







Wasi







Mangku Balian







Mangku Dalang







Pangemban







Dharma Acarya. Sebutan pemangku umumnya dikaitkan dengan adanya suatu Pura dimana ia



bertugas. Sedangkan Pemangku Dalang. Wasi. Mangku Balian. Pengemban maupun Dang Acarya tidak selalu memiliki ikatan dengan suatu tempat suci tertentu. Oleh karena itu mereka lebih banyak melaksanakan tugas selaku rohaniwan yang bersifat umum. seperti melaksanakan upacara Perkawinan. manusa yadnya dsh. Selain jenis dari Pinandita yang tersebut diatas ada lagi jenis pinandita seperti Dukuh yang berasal dari masyarakat Hindu Tengger.



B.



Status Pandita dan Pinandita.



1. Status Pandita. Status Pandita adalah rohaniawan Hindu yang telah di Diksa dan tergolong Dwijati. Pelaksanaan upacara Diksa ini bersifat merubah status yang bersangkutan setelah melalui disiplin hidup yang cukup ketat. Ikatan disiplin pertama-tama yang patut dilaksanakan dikenal dengan istilah Catur Bandana Dharma. aninya empat ikatan disiplin kehidupan kerohanian meliputi : a. Amari aran: Artinya yang bersangkutan sejak diresmikan menjadi seorang Pandita dengan melalui upacara Diksa wajib mengganti namanya dengan nama yang baru sesuai dengan pemberian Nabe



122



b. Amari Sasana; Artinya meninggalkan tugas dan kewajiban semula (saat sebelum mediksa) dan mengganti dengan sasana kawikon, yaitu tugas dan kewajiban serta disiplin kehidupan seorang Pandita. Contohnya Tan Wenang adol atuku (tak boleh jual beli) dsb. c. Amari Wesa: Artinya meninggalkan dan mengganti atribut/tanda kawalakaan dengan Wesa atau ciri/identitas Pandita. Misalnya dalam tata busana. tidak boleh bercukur. melainkan bagi Pandita Siwa yang iaki-laki biasanya mengenakan dandanan rambut yang disebut Aketujata memakai mahkota rambut yang diikat sedemikian rupa atau disebut Melingga Mudra. di Bali dikenal dengan Maprucut. Bagi yang wanita memakai dandanan rambut yang disebut Anondong. Pakaian saat memuja memakai -



Sempet yaitu secarik kain yang dilipat pada dadanya.



-



Rudraksa yaitu hiasan dari rangkaian buah ginitri yang dikenakan pada



kedua bahunya. -



Gondala yaitu anting-anting yang umumnya juga terbuat dari



rangkaian buah gmitn. -



Kantha Bharata yaitu hiasan pada leher



-



Kama Bharata yaitu hiasan pada telinga.



-



Guduha yaitu gelang rangkaian biji buah ginitn yang dikenakan pada



kedua pergelangan tangannya. -



Bhawa yaitu hiasan pada kepala. Yang sering disebut dengan Ketu. Pada saat melaksanakan pemujaan juga dilengkapi dengan peralatan



penuijaan yang disebut Siuopakarana. serta gerakan tangan yang bersifat magis(mudra). Pakaian sehari-hari setelah menjadi Pandita antara lain



123



Bagi Pandita Iaki-laki mengenakan kain putih. kampuh kuning bertcpi putih. ikat pinggang putih. bila keluar rumah memakai "tongkat. Boleh juga"memakai jubah.\angdisebut Kauaca Rajeg. Pandita Istri memakai kain yang dasarma kuning. boleh dengan motif kembang. baju uarna putih. selendang kuning. ikat pinggang putih. d. Umulaken Kaguru Stisrusa: Annna melaksanakan dengan patuh dan berdisiplm ajaran Nabe. sclalu hormat dan patuh kepada Nabe termasuk keluargaina. kesemua ciri-cin tersebut hanya boleh dipergunakan oleh seorang \ang telah resmi menjadi Pandita. Dengan melaksanakan disiplin yang ketat mengantarkan seorang Pandita pada status sebagai seorang Wiku Dang Acharya Sulinggih/ Dwijati. Kedudukan Pandita selaku Dwijati adalah kedudukan khusus yang hanya menuruti sasana serta sesuai dengan ketentuan Parisada. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penguasaan ajaran kePanditaan yaitu : -



Kemahiran Pujapari Krama termasuk mudra dan Siwapan Krama.



-



Kamahiran Puja Arghapatra serta penghayatannya.



-



Puja Siwalingga.



2. Status Pinandita. Status Pinandita adalah tergolong Ekajati. Seorang Pinandita juga diharuskan mempelajari Weda untuk Ngeloka Palasaraya. Upacara pengesahan untuk menjadi Pinandita hanya sampai pada tingkat Pewmtenan. Upacara pweintenan juga bisa dilakukan oleh umat secara umum. yang tujuannya han\alah untuk mcnsucikan diri. Upacara pweintenan boleh dilakukan berulangkali. Berbeda dengan upacara Diksa yang hanya boleh dilakukan sekali (tan wenang anyusum diksa) Seorang Pinandita boleh bercukur, berpakaian selayaknya masyarakat biasa, masih memiliki tugas dan kewajiban dalam hubungannya dimasyarakat sebagai seorang Walaka. Namanyapun setelah diwinten tidak diganti dengan nama baru.



124



Seorang



Pinandita



dalam



melaksanakan



tugasnva



tidak



diperkenankan



mempergunakan alat pemujaan seperti Pandita, dan juga tidak mempergunakan Mudra. Pelanggaran dalam hal ini disebut Nyumuka yaitu "anguikon awaknya dauak" artinya menjadikan dirinya selaku Pandita. Bagi seorang Pinandita memiliki sasana khusus yang disebut Sasana Pemangku. yaitu : -



Gagelaran/ageman-ageman pemangku melaksanakan tugasnsa disesuaikan



dengan ketentuan dalam lontar Kusuma Dewa. Sang Kulputih. Gegelaran Pemangku. -



Bagi Pemangku Dalang, sasananya sesuai dharmaning Dalang. Panyudamalan



dan Nyapu Leger. Ciri-ciri timum yang dipergunakan seorang Pinandita. -



Rambut panjang atau boleh bercukur.



-



Pakaian dalam melakukan upacara; memakai destar putih. baju putih. kampuh putih.



-



Dalam melakukan pemujaan memakai: Genta. Pasepan. Bunga, Gandaksata, tempat tirta (Kumba).



C.



Wewenang Pandita dan Pinandita 1.



Wewenang Pandita. Sesuai Keputusan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu, seorang



Pandita berwenang menyelesaikan upacara Panca Yadnya. Kewenangan seorang Pandita tidak secara otomatis diperoleh setelah menyelesaikan upacara Diksa, melainkan. masih memerlukan pengesahan yang bersitat memberi legalitas. Penyesahan tersebut terkadang harus dilalui beberapa tahapan laui. Untuk menggunakan Weda. dan menyelesaikan upacara tingkat sederhana. seorang Pandita harus melaksanakan upacara Ngelinggihan Weda xang disaksikan oleh Nabenya. Pada upacara ini seorang Pandita dites kembali dalam hal kemampuan pernguasaan



125



Weda. Setelah upacara Ngelinggihang Weda ini dapat dilaksanakan dengan baik. barulah seorang Pandita memiliki kewenangan menyelesaikan upacara tingkat tenentu yang sesuai dengan ijin Nabenya. Untuk menxelesaikan upacara tingkat besar (upacara yang manggunakan Sanggar Tawang Rong Tiga). seorang Pandita harus memiliki kemampuan dalam penguasaan Weda (Apasang Lingua) yaitu tingkat tertentu dalam penguasaan Weda. Bagi seorang Pandita yang sudah melewati tahapan ini maka tugas pokoknya adalah Ngeloka Palas raya yaitu melaksanakan tugas selaku sandaran umat untuk memohon bantuan dalam hal kehidupan keagamaan secara umum. Oleh karena itu Pandita juga disebut sebagai Guru Loka atau Dang Acharya. Tugas dan keuajiban Pandita setiap harinya adalah melaksanakan pemujaan yang dikenal dengan Nyurya Sewana yaitu melaksanakan pemujaan untuk manyucikan diri serta mendoakan kesejahteraan dan kebahagiaan semua makluk di dunia (sanaprani hitang karah). Pemujaan ini biasanya dilaksanakan di Tempat Suci. Tugas dan keuajiban Pandita sesuai Keputusan Mahasabha II Parisada Hindu Dhatma Tahun 1968 adalah sebagai berikut: a.



Memimpin umat dalam hidupnya untuk mencapai kebahagiaan lahir



batin b.



Melakukan pemujaan penyelesaian Yadnya. Pandita sejak mendapat ijin Ngeloka Paiasraya. hendaknya melakukan Tirta



Yatra ketempat-tempat suci. Dalam pembinaan umat. seorang Pandita diharapkan untuk melaksanakan tugas seperti: a.



Dalam memimpin upacara Yadnya menyesuaikan dengan kitab suci.



b.



Pandita hendaknya berkenan membimbing untuk meningkatkan



kesucian dan kemampuan para Pinandita. c.



Aktif mengikuti Paruman dalam rangka meningkatkan ajaran agama



dalam hubungannya dengan perkembangan jaman.



126



d.



Pandita hendaknya dapat melakukan dharmawacana kepada umat.



2.



Wewenang Pinandita. Sesuai dengan Ketetapan Mahasabha II tahun 1968 bahwa Pinandita tidak



diperkenankan untuk melakukan Pewintenan kepada seorang yang ingin menjadi Pinandita. Pinandita tidak dibolehkan untuk membuat Tirta Pangentas. Dalam menyelesaikan upacara Dewa Yadnya dan Manusia Yadnya hanya pada tingkat Madudus Alit. Kewenangan seorang Pinandita Sesuai dengan Kesatuan Tafsir Agama Hindu adalah sebagai berikut: a.



Nganteb upakara pada Kahyangan yang diamongnva



b.



Boleh Ngeloka Palasraya sampai dengan Medudusan Alit atas



panugrahan Pandita. c.



Waktu melakukan tugas agar berpakaian putih. Dalam melakukan upacara Panca Yadnya. batas kewenangan Pinandita adalah



sebagai berikut: -



Menyelesaikan upacara Pujauali'piodalan sampai tingkat piodalan pada pura yang bersangkutan.



-



Apabila Pinandita menyelesaikan upacara yang harus menggunakan tirta sulinggih. maka Pinandita boleh menyelesaikan dengan nganteb serta menggunakan tirta sulinggih selengkapnya.



-



Pinandita dibolehkan untuk mehyelesaikan upacara rutin di dalam



-



Pura dengan nganteb serta mohon tirta kehadapan Hyang Widhi atau Bhatara yang melinggih di pura.



-



Dalam menyelesaikan upacara



Bhuta Yadnya/caru. Maksimal sampai tingkat



menggunakan tirta sulinggih.



127



-



Dalam menyelesaikan upacara Manusia Yadnya. berwenang dari upacara bayi lahir sampai tingkat otonan. Dalam menyelesaikan upacara Pitra Yadnya. hanya sampai dari pada tingkat



Mendem Sawa sesuai dengan Catur Drstha.



D.



Syarat-syarat Calon Pandita dan Pinandita.



1. Laki-Iaki yang sudah kaum. 2. Wanita yang sudah kawin. 3. Laki-laki yang Nyukla Brahmacari. 4. Wanita yang tidak kawin (kenya). 5. Pasangan suami istri yang sah. 6. Umur sudah dewasa. 7. Paham dalam bahasa Kawi. Indonesia. Sansekerta. Memiliki pengetahuan agama (Hindu), memiliki pengetahuan umum. 8. Sehat lahir dan batin. 9. Mendapat tanda kesetiaan dari Pandita calon Nabenxa.



SATUAN ACARA PERKULIAHAN



Mata Kuliah



: Pendidikan Agama Hindu



Semester



:



128



Tahun Kuliah



:



SKS



: 2 SKS



Jenjang



:S1



Tujuan Kurikuler Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang istilah dan fungsi tempat suci. Ikut berpartisipasi dalam usaha melestarikan kesucian tempat suci dan menyadarkan akan pentingnya tempat suci bagi umat Hindu dimanapun berada sebagai tempat untuk menghubungkan dan mendekatkan diri kehadapan Tuhan dengan segala manifestasinya. Pokok Bahasan



:



Tempat suci



Sub Pokok Bahasan



:



a. Pengertian tempat suci b. Syarat-syarat mendirikan tempat suci



TUP



:



Mahasiswa dapat memahami pengertian tempat suci dan syarat-syarat mendirikan tempat suci



TKP



:



Setelah mengikuti perkuliahan mengenai pokok materi ini mahasiswa diharapkan dapat : a. Memahami pengertian tempat suci dan syarat-syarat mendirikan tempat suci b. Menjelaskan syarat-syarat mendirikan tempat suci



Pokok Materi



:



a. Arti dan fungsi tempat suci b. Syarat-syarat mendirikan tempat suci c. Mengenal bangunan suci Hindu BAB I TEMPAT SUCI



A.



Pengertian Tempat suci.



129



Tempat suci adalah tempat untuk melakukan persembahyangan, tempat untuk bersujud, berbakti, menyernbah secara lahir batin, kehadapan Hyang Widhi Wasa secara tulus iklas.



B.



Fungsi Tempat Suci 1.



Tempat suci berfungsi sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi



beserta manifestasinya, tempat manusia mengabdi dan berbakti kepada Hyang Widhi. tempat memohon pertolongan dan tuntunan dalam hidupnya. tempat manusia menyatukan dirinva dengan Hyang Widhi dan tempat memohon ampun atas dosa yang pernah dilakukan selama hidupnya. Manusia disaat suka datang ke tempat suci untuk mengucapkan rasa syukur atas segala anugrah yang dilimpahkan oleh Hyang Widhi. Demikian pula pada saat duka; menderita. dan sebagainya. seorang datang kepura untuk memohon ketenangah Jiwa dan memohon petunjuk kepada Hyang Widhi. 2.



Pada bagian lain dari tempat suci dapat berfungsi sebagai



sarana sosial keagamaan. seperti dharma tula, sarasehan dan sebagaiina.



C.



Jenis-jenis Tempat suci 1.



Pura.



Istilah pura berasal dari kata Pur yang aninya Kola, benieng. Pura berarti suatu tempat \ang khusus dipakai untuk dunia kesucian. Sebelum Pura diperkenalkan sebagai tempat suci atau tempat pemujaan. dipergunakan Hyang atau Kahyangan dan juga I Ion untuk tempat pemujaan umat Hindu.



2.



Candi.



Candi berasal dari kata Candika Grha artinya Rumah Durga. Dan pengertian ini akhirnya candi dijadikan tempat pemujaan untuk Deui Durga. Di India candi



130



merupakan sarana pemujaan. dan merupakan simbol gunung Mahameru. sebagai tempat para. Dewa. Maka itu candi merupakan tempat pemujaan kepada dewa. Nama lain candi adalah: Prasada. Sudarma. Mandira. Dr. Sukmono mengatakan bahua fungsi candi seperti : 1. Candi berfungsi sebagai tempat pemujaan. Candi Dieng. Candi Prambanan, Candi Penataran. 2. Candi berfungsi sebagai pemujaan roh suci seperti : Candi KidaK Candi Jago. Candi Singosari. Candi Simpino. Candi Jaui. 3. Candi berfungsi sebagai tempat semedi seperti ; Candi Borobudur. Candi Pauon. Candi Mendut Candi Sewu. Candi Kalasan. Candi Sari.



3.



Kuil. Mandir. Kuil adalah tempat suci umat Hindu dari keturunan India Tamil. Fungsi Kuil



adalah tempat suci untuk memuja manifsetasi Tuhan (Dewa) yang dikagumi. Mandir adalah tempat suci umat Hindu keturunan India Tamil. Mandir berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Tuhan dengan segala manifestasinya.



4.



BALAI ANTANG



Balai Arang adalah tempat suci umat Hindu dari Kaharingan. Balai Antang ini dibuat dari kayu yang dirangkai sehingga bentuknva mirip dengan pelangkiran di Bali. Fungsi Balai Antang adalah sebagai tempat menstanakan roh leluhur yang sudah di sucikan \ang bersifat sementara.



5.



BALAI KAHARINGAN



Balai Kaharingan adalah tempat suci umat Hindu dari Kaharingan. Bentuknva hampir mirip bangunan rumah, dan di ruangan diletakkan sebuah tiang yang besar sebagai



131



penyangga. Atapnya bersusun Tiga. semakin keatas semakin kecil. Fungsi Balai Kaharingan adalah untuk menstanakan Hyang Widhi dengan berbagai manifestasinya. Balai Kaharingan dibangun ditengah-tengah wilayah masyarakat atau pada tempat yang mudah dijangkau oleh umat Hindu Kaharingan untuk melaksanakan persembahyangan.



6.



SANDUNG



Sandung adalah tempat suci umat Hindu Kaharingan. Sandung terbuat dari kayu dirangkai berbentuk pelinggih rong satu. bentuk atapnya segi tiga sama kaki dan memakai satu tiang sebagai penyangga. Sandung diletakkan diluar rumah atau dipekarangan. Fungsi Sandung adalah sebagai Stana roh leluhur yang telah ditixsahkan (disucikan).



7.



INAN KEPEMALARAN PAK BUARAN.



Adalah tempat suci umat Hindu Tanah Toraja, dengan ciri-cirinya terdapat Lingga/batu besar. Pohon Cendana dan Pohon andong. Pak Buaran merupakan tempat sembahyang yang digunakan dalam lingkungan satu Desa (di Bali sama dengan Pura Desa). 8.



INAN KAPEMALARAN PEDATUAN.



Adalah tempat suci umat Hindu Tanah Toraja. dengan ciri-cirinya, terdapat lingga / batu besar. pohon cendana dan pohon andong. Pedatun ini merupakan tempat sembahyang yang digunakan dalam beberapa lingkungan keluarga (di Bali = Banjar). Pedatuan ini biasanya terleiak dilereng Gunung.



9.



INAN KAPEMALARAN PAK PESUNGAN.



Adalah tempat Sembahyang bagi umat Hindu di Tanah Toraja. yang digunakan dalam lingkungan rumah tangga (di Bali = Merajan)



10.



SANGGAR.



132



Adalah salah satu bentuk tempat persembahyangan umat Hindu di Jawa. Sanggar ini merupakan tempat suci \ang ukuran ruangnya kecil yang berisikan satu buah Padmasana untuk tempat persembahyangan yang bersifat umum.



11.



PAJUH- PAJUHAN.



Pajuh-Pajuhan adalah tempat pc.sembahyangan umat Hindu Batak Karo. Pajuh - pajuha terbuat dari kayu yang dirangkai berbentuk segi empat. Pajuh-Pajuhan biasanya dibangun dekat mata air dan sifatnya umum yaitu tempat sembahyang sccara umum. Fungsinya adalah stana roh leluhur ang telah disucikan.



12.



CUBAl -CUBALAN



Adalah tempat sernbahxang umat Hindu Batak Karo Cubal-Cubalan bentuknxa scienis Pelangkiran yang diletakkan di dalam rumah yang Uijuamua untuk mclakukan perscmbahyangan dan xadnxa yang ditujukan pada roh leluhur dan Hyang Widhi. D.



PENGELOMPOKAN PURA. Dan ribuan tempat suci yang tersebar di seluruh Ball dapat dikelompokkan



berdasarkan t'ungst dan karakter (ciri Khasnya). Sebagai berikut. 1.



Pengelompokkan berdasarkan fungsi. -



Pura sebagai tempat suci untuk memuja Sang Hyang Widhi



-



Pura sebagai tempat suci untuk mernuja Roh Leluhur.



2. Pengelompokkan berdasarkan karakter (ciri Khasnxa) antara lain : a. Tempat suci yang bersifat UMUM Tempat suci ini mempunyai ciri umum sebagai tempat pemujaan H\ang Widhi dengan segaia manifestasinya. Tempat suci yang tergolong umum ini merupakan tempat pemujaan untuk semua lapisan umat Hindu secara keseluruhan. b. Tempat suci yang bersifat teritorial.



133



Tempat suci ini mempunyai ciri kesatuan wilayah dari anggota masxarakat suatu desa. Tempat suci yang bersifat teritorial sudah lazim berlaku di Bali karena ciri khas suatu desa yang berdaulat pada dasarnya memiliki ? (tiga) buah tempat ihadah disebut Tri Kahyangan Tiga. c. Tempat suci yang bersifat Fungsional. Tempat suci ini berkarakter fungsional dimana penanggung jawabnya adalah memiliki ikatan kekaryaan atau mata pcncaharian yang sama seperti ; -



Petani Tanah Basah



-



Petani Tanah Kering



-



Nelayan



-



Pedagang



1.



Petani Tanah Basah.



Tempat suci untuk petani tanah basah misalnya; Pura Empelan, Pura Bedugul yang letaknya di Pusat irigasi (pintu air) Tingkatan Hirakhinya adalah : -



Tempat suci Masceti



-



Tempat suci Ulun Suwi



-



Tempat suci Ulun Danu



2. Tempat suci untuk para petani Tanah Kering seperti.



3.







Tempat suci alas angker







Tempat suci alas harum







Tempat suci alas rasmini Tempat suci untuk pedagang disebut tempat suci Pura Melanting



tempatnyadi sekitai lingkungan pasar. 4.



Tempat suci untuk Para Nelayan di sebut Pura segara. tempatnya



disekitar pantai tempat nelayan beroperasi. d. Tempat suci yang berdasarkan Kauitan.



134



Tempat suci mi ditentukan oleh garis keturunan (leluhur) \ang terbatas pada keluarga sapinda (pertikal geneologis).



BAB II SYARAT-SYARAT MENDIRIKAN TEMPAT SUCI



A.



SYARAT SYARAT MENDIRIKAN TEMPAT SUCI. Dalam mendirikan Tempat suci Hindu selalu berpedoman pada dua hal yaitu



Peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Hukum Agama (Weda). Peraturan tersebut adalah Surat keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama No.OI BER.mdn/mag/!969 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.SK.556/DJA 1986. Persavaratan yang terdapat dalam hukum agama (Weda). tentunya harus mengacu kepada sastra agama Hindu seperti Lontar. Awig-awig. Bhisama. Keputusan Mahasabha dan sebagainya.



B.



PROSEDUR MENDIRIKAN TEMPAT SUCI 1.



Tahap awal yang harus dipersiapkan antara lain



135



a. Menyiapkan tempat yaitu tersedianya tanah yang cocok dengan pertimbangan kemungkinan kecilnya terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Ekosistimnya menguntungkan dan sesuai dengan ketentuan agama. b. Tanah yang tersedia tidak dalam keadaan sengketa. c. Status tanah yang akan dipakai sudah sah dengan bukti adanya sertiftkat dari pihak yang beruenang yang dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional (BPN). 2.



Pengurusan sertifikat sebagai berikut



a. Adarna surat pengantar dari lurah Kepala Desa berupa akta jual beli tanah atau akta serah terima tanah disertai pula surat pengantar dari PHD1 setempat ditujukan kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN). b. Mengisi blangko yang diberikan oleh pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang disertai lampiran akta jual beli tanah. 3. Pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan Hal-hal yang harus dipersiapkan adalah. a. Surat Pengantar dari lurah kepala Desa yang berisikan persetujuan terhadap tempat lokasi bangunan Pura. b. Denah tempat suci (sesuai pianologi) Desa/Koia diketahui oleh Pemda setempat. c. Adanya sertifikat atas tanah tempat suci d. Adanya daftar nama umat yang berdomisili disekitar tempat suci. 4. Pengukuran Bangunan Pada saat pengukuran bangunan tempat suci disertai rentetan upacara dan upakara seperti: Canang Genten 5 buah diletakkan disetiap sudul dan tengah. masing-masing 1 buah. Segehan Agung 1 buah yang diletakkan ditcngah-tengah halaman. 5. Waktu mendirikan bangunan: Mengenai waktu mendirikan bangunan Tempat suci kita tidak boleh lepas dari penentuan hari yang baik yang disesuaikan dengan Desa Kala Pntra



136



C.



DENAH PURA SESUAI DENGAN TR1 MANDALA



Secara umum denah tempat suci di bagi atas 3 bagian sesuai dengan ketentuan Tri Mandala antara lain : 1. Utama Mandala (jeroan) adalah tempat bangunan suci. 2. Madya Mandala (halaman tengah) adalah wilayah tempat mendirikan bangunan pelengkap untuk menunjang kegiatan upacara keagamaan. ?. 3. Kanista Mandala (halaman luar) adalah wilayah yang dipergunakan untuk keperluan yang langsung berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Pembagian ruana halaman pada sebuah Pura adalah berorientasi pada makrokosmos (bhuana Agung) yaitu dibagi menjadi 3 bagian adalah lambang dari Tri Loka yaitu : Bhur Loka (Bumi). Bhwah Loka (langit). Swah Loka (Sorga) Pertimbangan lain jika tanah yang tersedia sangat sempit. dimungkinkan pembagian ruang Pura terdiri dari 2 halaman /ruang yaitu lambang dari alam atas (akas) dan alam bawah (pertiwi). Bila pura yang terdiri dari hanya satu halaman yang fungsinya sebagai halaman utama disebut Ekabhuana yaitu, penunggalan antara pertiwi dan aksa. Sedangkan jika tanah memungkinkan ada Tempat suci (pura) pembagian ruangannya terdiri atas 7 halaman ruang adalah lambang dari Sapta loka yaitu Bhur, Bwah, Swah, Maha, Jnana, Tapa, dan Satya Loka. Antara Utama Mandala dengan Kanista mandala didirikan Candi bentar yaitu pintu masuk pertama dari kanista mandala menuju madya mandala sekaligus batas antara kanista mandala dengan madya mandala. Di kiri dan kanan pintu masuk candi bentar dipajang patu Dwarapala (dua buah patung raksas) yang mempunyai fungsi sebagai penjaga. Pintu masuk ke Utama mandala yaitu Kori agung sehari-harinya tertutup dan baru dibuka apabila ada upacara keagamaan di Pura seperti Pujawali hari jadi dari pura tersebut disamping upacara keagamaan yang lain. Petugas penunggu pura dalam



137



melaksanakan tugas di Pura seperti membersihkan Pura dapat memakai jalna kecil yang terletak di sebelah kiri dan kanan Kori Agung. BAB III MENGENAL BANGUNAN SUCI HINDU.



Bentuk bangunan suci Hindu motipnya berbeda sesuai dengan budaya setempat tetapi secara hakiki semuanya sama sesuai dengan amanat Kitab Suci Agama Hindu. Adapun bentuk-bentuk bangunan tersebut antara lain : 1.



PRASADA Bentuknya serupa tugu, terdiri dari tiga bagian yaitu Dasar. Badan dan Atap. Atap



atau kepalanya memakai gelung mahkota segi empat bertingkat semakin keatas semakin kecil. Denah bangunan bujur sangkar, tinggi bangunannya dapat berkisar setinggi Tugu sampai sekitar 10 meter, Bahan bangunannya dipakai batu alam, batu padas, batu karang dan batu-batu merah. Fungsi Prasada adalah sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi. Bangunan prasada dapat kita saksikan di Pura Prasada desa Kapal kabupaten Badung, Candi Margarana, Pura Maos Pahit Desa Tatasan Badung.



2.



MERU. Pada umumnya atapnya adalah dari ijuk. bagian dasar pada umumnya terbuat dari



batu alam dan badan Meru terbuat dari bahan kayu. kecuali beberapa Meru di Pura Besakih di Kabupaten Karangasem bahwa badan meru terbuat dari batu cadas dan ukurannya lebih besar dari pada badan Meru yang terbuat dari kayu. Fungsi Meru adalah tempat memuja Hyang Widhi dengan segala manifestasinya.



3.



GEDONG.



138



Gedong juga merupakan salah satu bangunan Tempat suci Hindu di Bah. Bentuk Gedong pada umumnya bujur sangkar atau segi empat. Bangunan ini terdiri dari tiga bagian yaitu : dasar. badan. dan puncak atau atap. Bagian dasar pada umumnya terbuat dari batu bata atau padas diisi ukiran yang didukung oleh seekor empas (kura-kura) dengan dibelit oleh seekor naga. Bagian badan ada yang terbuat dari batu bata atau batu padas tetapi ada juga yang terbuat dari kayu. Bagian badan dilengkapi dengan relief atau ukiran para dewa. Bagian atas selalu terbuat dari konstruksi kayu. atapnya terbuat dari alang-alangdan bisajuga ijuk dan genteng.



4.



RONGT1GA. Bentuk bangunan Rong Tiga pada umumnya sama dengan bangunan gedong



yakni empat persegi panjang. Bangunan ini terdiri dari tiga bagian yaitu Bagian dasar dibuat dari batu padas, disusun sesuai dengan bentuk bangunan. Bagian badan. letaknya agak ke atas. terbuat dari kayu dengan tiga ruangan menghadap kedepan. Bagian atas terbuat dari konstruksi kayu dengan atap alang-alang ijuk dan bisajuga genteng. Rong Tiga merupakan salah satu bagian bangunan merajan (tempat pemujaan keluarga). Fungsi rong tiga adalah tempat untuk memuja Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Tri Murii dan Roh Leluhur yang sudah disucikan.



5.



TUGU.



Bentuk bangunan tugu hampir sama dengan bangunan prasada cuma ukurannya lebih kecil dan fungsinya juga berbeda. Fungsi Tugu adalah untuk tempat bersemayamnya para Bhuta agar tidak mengganggu aktifitas manusia pada saat malaksanakan upacara suci. Bangunan tugu di letakkan di halaman luar Pura. Tidak seperti bangunan Padmasana. Gedong dan Meru yang terletak pada bagian halaman utama Pura. 6.



PADMASANA



139



Istilah Padmasana banyak kita jumpai dalam mantram-mantram untuk menstanakan Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa. Di Jawa bentuk Padmasana digambarkan dengan bentuk bunpa tratai sebagai simbul Stan- Hyang Widhi. sedangkan di Bali Padmasana di perkenalkan oleh Dang Hyang Nirarta pada abad ke 16 masehi. Jenis-jenis Padmasana Dikalangan umat Hindu banyak yang tidak dapat membedakan yang mana disebut Padmasana. Padmasari. Padma Capah maupun Padma Kurung. Menurut lontar Catur Winasari disebutkan bermacam-macam Padmasana berdasarkan atas arah. rong (ruang). pepalihan (tingkatan). a.



Berdasarkan arah (pencider ideran). 1.



Padma kencana di Timur menghadap ke Barat adalah sthana



Hyang Iswara. 2.



Padmasana di Selatan menghadap ke Utara adalah sthana



Dewa Brahma 3.



Padmasana sari bertempat di Barat menghadap ke timur



sthana Dewa Maheswara. 4.



Padmasana Lingga di Utara menghadap ke Selalan adalah



siana Dewa Wisnu. 5.



Padma Saji di Timur laut menghadap ke Barat daya adalah



stana Dewa Sambhu. 6.



Padma Asia sedana bertempat di Tenggara menghadap ke



Barat Laut adalah stana Dewa Mahesora. 7.



Padmanoja di Barat Daya menghadap ke Timur Laut adalah



stana Dewa Mahadewa. 8.



Padmokaro di Barat laut menghadap ke Tenggara adalah stana



Sangkara.



140



9.



Padma Kurung di Tengah berruang tiga menghadap kearah



depan adalah stana Trimurti. b.



Beradasarkan Ruang dan tingkatannya dapat dibedakan atas : 1.



Padmasana



anglayang,



berruang



tiga



mempergunakan



Bedawang Nala dengan Palih Tujuh. 2.



Padma agung, berruang tiga dan mempergunakan Bedawang



Nala dengan Palih Lima 3.



Padmasana. berruang satu mempergunakan Bedawang Nala



dengan palih lima. 4.



Padmasari. Bangunan Padmasari menyerupai Padmasana.



Perbedaannya adalah sebagai berikut: Bangunan padmasana menggunakan dasar Bedawang Nala yang dililit oleh naga sedangkan Padmasari tidak menggunakan Bedawang Nala dan naga. Padmasari berruang satu dengan Pali Tiga yaitu Pali Taman (bawah), Palih Sancak (tengah) dan Palihsari (atas). 5. Padma Capah. bangunan ini mirip Padmasari tetapi lebih rendah, tidak memakai Palih (tingkatan) biasanya tidak lebih tinggi dari mata manusia berdiri. Padma Capah adalah berruang satu dengan Palih Dua yaitu Pali Taman (bawah) dan Palih Capah (atas) tidak mempergunakan Bedawang Nala. Padma Capah adalah stana mahluk alus atau mahluk yang derajatnya lebih rendah dari manusia.



BAB IV PENGESAHAN TEMPAT SUCI SECARA AGAMA



141



Menurut ajaran Agama Hindu sahnya suatu bangunan tempat suci ditandai dengan adanya pemhersihan secara spiritual (Pcmelaspas adalah upacara penyucian atau sakralisasi suatu bangunan menurul ajaran Agama Hindu. Tuiuan pemelaspas adalah selain menyakralisasi bangunan iuga mohon keselamatan kehadapan Hyang Widhi \\asa sehingga umat yang melaksanakan ihadah dianugrahi ketenangan lahir batin. Unuik upacara Pemelaspas bangunan dikenal beberapa tingkatan yang disesuaikan dengan keadaan bangunan. kemampuan umat ketentuan-ketentuan lain yang ada yang kaitannva dengan upacara pemelaspas Tingkatan pemelaspas bagi umat Hindu di Bali adalah sebagai berikut: A.



Tingkat Pemelaspas Alit (sederhana). Pemelaspas alit dilaksanakan apabila bangunan sudah dianggap rampung 90 %



dan rencana semestinya. Tujuannya adalah supaya bangunan yang sudah ada dapat dipergunakan sesuai dengan Upakaranya : 1. Disanggarpesaksi/Surya -



Daksina



-



Peras



-



Ajuman



-



Pembersihan



2. Didepan bangunan yang baru selesai. -



Banten Pemelaspas



-



Ayaban tumpeng pitu (7)



3. Ditanam panca datu terdiri dari sekeping emas.tembaga. perak. besi dan permata -



Pada bagian puncak bangunan diisi berapa buah arti (rangkaian daun lontar berbentuk segi empat). a. Hari Raya yang berdasarkan Sasih atau Bulan dan Vahun Caka. yaitu hari raya Nyepi. Purnama Tilem dan Sivva Ratri



142



b. Hari raya yang berdasarkan Pawukon, yaitu hari raya Galungan, Kuningan dan Saraswati. 4. Dihalaman tempat suci -



Byakala



-



Prayascita



-



Durmanggala



-



Segehan agung



-



Caru ayam brumbun (bulunya warna warni)



5. Di depan pemimpin upacara -



Prayascita



-



Peras



-



Lis



-



Cecepan



-



Penastan



-



Nira, arak, grem



-



Dua/pasepan



-



Ajuman



-



Daksina



-



Rayunan



-



Tipat kelanan



-



Sesari sesuai kemampuan



Pemelaspas alit boleh dipimpin oleh Pinandita



B.



Tingkat



Pemelaspas agung dilaksanakan apabila bangunan sudah selesai secara tuntas seratus persen. Pada pemelaspas agung biasaya disertai dengan upacara Panca Kelud. Pada pemelaspas Agung dilanjutkan dengan upacara Ngenteg linggih yang sekaligus



143



merupakan puja wali/ hari jadi tempat ibadah yang bersangkutan. Hari jadi tempat ibadah ada berdasarkan wuku dan ada pula yang berdasarkan sasih.



DAFTAR PUSTAKA



Buku Pelajaran Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi Umum. Hanuman Sakti. Jakarta. Tahun 1994



144



Himpunan keputusan Seminar kesatuan Tafsir terhadap asfek-asfek agama Hindu Parisada Hindu Dharama Pusat. Tahun 1982-1983



Oka Netra A. A. Gde Drs. Tuntunan Dasar Agama Hindu. Hanuman sakti tahun 1994.



Pedoman Pembina umat Hindu Dharma Pesamuan agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Denpasar tahun 1980. IGA Mas Putra. Panca Yadnya. Yayasan Dharma Sarathi tt.



Asta Kosala Kosali Ida Pedanda Made Kemenuh. Fungsi Pura



Ketut Soebadi. Pura Kawitan. Pedarman dan Penyungsungan Jagad. Gunung Agung.



PHDI Kabupaten Bandung. Keputusan Pelinggih dan Welaka sekabupaten Bandung di Psraman Uluwatu. Tahun 1986.



ACARA PERKULIAHAN (SAP)



Mata Kuliah



: Pendidikan Agama Hindu



Semester



:



Tahun Kuliah



:



Jenjang



:



145



Tujuan kurikuler Mahasiswa memahami dan mengerti hari raya Agama Hindu dan mampu mewujudkanmnya serta mengerti tentang makna yang terkandung dalam setaip hari raya Agama Hindu yang dirayakan. Sehingga mereka sadar terhadap dirinya sebagai warga negara dan bertanggung jawab dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945, yang dilandasi dengan semangat dari nilai-nilai yang terkandung di dalam hari raya Agama Hindu. Pokok Bahasan



:



Pengertian dan ruang lingkup hari raya suci Agama Hindu



Sub Pokok Bahasan



:



a. Pengertian hari raya suci Agama Hindu b. Ruang lingkup hari raya suci Agama Hindu



TUP



:



Mahasiswa memahami pengertian dan makna serta tuntunan pelaksanaan hari raya suci Agama Hindu.



TKP



:



Setelah mengikuti perkuliahan mengenai pokok materi ini, mahasiswa diharapkan dapat : a.



Mengerti dan memahami hari raya suci Agama Hindu



b.



Memahami dan dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam hari raya suci agama Hindu



c.



Menjelaskan tuntunan pelaksanaan hari raya suci Agama Hindu



Pokok Materi



:



a.



Pengertian dan makna serta runtutan pelaksanaan hari raya nyepi



b.



Pengertian dan makna serta runtutan pelaksanaan hari raya Siwalatri



c.



Pengertian dan makna serta runtutan pelaksanaan hari raya Saraswati



146



d.



Pengertian dan makna serta runtutan pelaksanaan hari raya Galungan.



e.



Pengertian dan makna serta runtutan pelaksanaan hari raya Kuningan



f.



Pengertian dan makna serta runtutan pelaksanaan hari raya Purnama dan Tilem.



Alokasi Waktu



:



2 x 50 menit



Pengalaman belajar



:



Kuliah, baca buku, dharma tula diskusi



Sumber belajar



:



Buku, dosen, media masa



Evaluasi



:



Lisan dan tertulis



HARI RAYA SUCI AGAMA HINDU



Hari raya suci agama Hindu merupakan tonggak pensucian diri dan mengingatkan umat Hindu untuk mengungkapkan rasa bakti kepada-Nya. Rasa bhakti itu diwujudkan dalam bentuk persembahan sesajen yang diiringi dengan doa-doa tertentu. Pada umumnya doa-doa itu mengandung dua (2) hal yaitu : a.



Unsur pujian, yang berarti memuja, memuji, mengungkapkan kebesaran



Tuhan yang kuasa atas segalanya. b.



Unsur permohonan, yaitu memohon diberikan keselamatan, kesejahteraan,



panjang umur dijauhkan dari mara bahaya. Pada hari raya suci Agama Hindu umat Hindu merayakannya dengan penuh hikmat dengan hati yang suci. Nama – nama hari raya suci Agama Hindu



147



a.



Hari raya yang berdasarkan Sasih atau Bulan Tahun Caka,



yaitu hari raya Nyepi Purnama Tilem dan Siwa Ratri b.



Hari raya yang berdasarkan Pawukon, yaitu hari raya



Galungan, Kuningan dan Saraswati



1. NYEPI Pengertian dan Makna Nyepi Pengertian Nyepi berasal dari kata sepi, sipeng atau hening. Sedangkan hari raya Nyepi adalah hari raya suci Agama Hindu yang berdasarkan sasih atau bulan dan tahun masehi yang dirayakan dengan penuh keheningan dengan menghentikan segala aktifitas yang bersifat duniawi maupun dalam bentuk keinginan dan ha\va nafsu. Berusaha mengendalikan diri agar dapat tenang don drrmai lahir batin dengan menjalankan catur-brata penyepian. Makna Nyepi adalah perdamaian lahir batin dengan jalan.saling maafmemaafkan dan kunjung mengunjungi atau dipusatkan pelaksanaannya dengan melaksanakan Dhannasanti pada suatu tempat tertentu. Hal ini dapat diatur sesuai dengan keperluan. Dasar pemikirannya adalah balma hari raya Nyepi dikenal sebagai tahun baru saka. Kenapa disebut tahun baru saka Untuk itu dapat kita simak dalam sejarah lahinna tahun saka. Tahun sakajuga disebut saka Warsa. Warsa artinya tahun sedangkan saka adalah nama keluarga raja yang terkenal di India yang menciptakan kedamaian diantara rakyat. Centarna demikian : Pada tahun 78 Masehi di India dinobatkan seorang raja bernama Kaniska. Raja Kaniska sangat terkenal dibidang pembinaan Agama dan kebuduyaan. Beliaulah yang membuat tahun saka pertama kali dan berkembang sampai ke Indonesia. Pada kepemimpinan beliau berkemhangan Agama dan kebudayaan sangatlah baik yang menyebabkan para pemeluk Agama merasa damai. Dengan adanya kerukunan diantara umat beragama yang sebelumnya sering



148



terjadi peperangan merebut kekuasaan dan pengaruh. Dari cerita ini dapat diambil hikmahnva bahwa perdamaian sangatlah penting diantara kita sebagai umat yang mempunyai nilai moral yang sangat tinggi. Untuk itu dituntut belajar saling maafmemaafkan agar kerukunan tetap terjaga. Hari raya Nyepi adalah cukup penting. malah satu-satunva hari raya Hindu yang pertama kali mendapat pengakuan hukum dari pemerintah negara republik Indonesia, berdasarka KEPRES. No.3, Tanggal 9 Januari 1983 menjadi hari libur Nasional.



Runtulan Pelaksanaan Hari raya Nyepi. a. Melis/mekiyis/Melasti. Upacara ini bertujuan untuk memohon kehadapan Hyang Widhi Wasa manipestasi Beliau yang beristana dilaut sebagai sumber air membersihkan semua alam beserta isinya yang telah setahun lamanya berada dalam arena dunia manusia dengan berbagai noda dan gangguan hingga kotor. Disamping itu juga mengambil tirta amerta untuk sarana penyucian alam semesta beserta isinya. b. Pecaruan / Bhutayajna. Upacara ini dilaksanakan dari masing-masing perumahan. banjar. desa, kecamatan, kabupaten dan Propinsi. dengan mengambil tempat melalui tabuh (depan pintu masuk pekarangan) perempatan jalan. alun-alun/ lapangan. Adapun tujuannya adalah memohon pada Hyang Widhi Wasa/ manifestasi beliau sebagai Dewa nawasanga (Penguasa penjuru mata angin) dialam raya ini agar menciptakan dan mengharmoniskan kembali alam semesta beserta segala isinya menjadi bersuasana baru. Selain itu juga meredakan gangguan dari kekuatan bhutakala yang tidak baik. c. Pelaksanaan Nyepi.



149



Menurut sunari gama, Nyepi dimulai jam 12 malam setelah ngrupuk sampai jam 12 malam besoknya, jadi berhimpit pada akhir dan awal tahun saka. Selama itu dipenuhi dengan yoga atau brata pralina untuk mengakhiri segala karma terdahulu agar pada tahun-tahun berikutnya kita benar-benar hidup baru yang bersih. Pelaksanaan Nyepi dilakukan melalui catur brata penyepian untuk dapat sepi, sipeng lahir dan batin. Keempat Brata tersebut antara lain : 1. Amati Gni. Maksudnya adalah untuk tidak menyalakan api secara lahir, sedangkan secara batin dimaksudkan untuk meredakan nafsu yang mengarah pada hal-hal bersifat negatif seperti: Sadripu. Sad Atatayi. Sapta timira dan lain sejenisnya. 2. Amati Karya. Maksudnya tidak bekerja secara lahir, sedangkan secara batin berusaha untuk menghentikan kegiatan jasmani dengan merenung dan menghitung-hitung perbuatan dimasa lampau, seberapa yang masih perlu diperbaiki karena kesempatan hidup yang diperoleh itu justru patut dipergunakan untuk menolong diri dengan jalan berbuat baik. 3. Amati Lelungan. Maksudnya tidak pergi yaitu menyediakan waktu untuk memusatkan pikiran melaksanakan tapa, brata, yoga dan semadhi serta mawasdiri. 4. Amati Lelangunan. Maksudnya menekan atau meredakan tuntutan hawa nafsu kesenangan terhadap Sadripu, Sad Atatayi. Sapta Timira d. Ngembak Gni. Setelah perayaan berakhir, dilanjutkan dengan upacara ngembak Gni yang dilakukan setelah lewat jam 12 malam termasuk sudah pergantian hari, sasih kesanga berakhir tahun saka, disasih kedasa yang menurut wariga adalah sasih yang terbaik.



150



Dilanjutkan dengan pelaksanaan Dharmasanti, yang bermakna saling maafmemaafkan dengan saling kunjung mengunjungi atau dipusatkan pelaksanaannya pada suatu tempat tertentu. Ngembak Gni maksudnya menghidupkan dan mengobarkan api kehidupan yang baru penuh gairah dan suci. Demikianlah pelaksanaan hari raya Nyepi yang terdiri dari empat fase sebagai hari raya tahun baru saka 2. SIWALATRI Pengertian dan Makna Siwalatri. Siwalatri berasal dari kata Siwa dan Latri. Siwa adalah manifestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai pengembali ke alam peredarannya yang semula. Sedangkan ratri berarti malam. Jadi Siwalatri adalah malam Siwa dan dirayakan berdasarkan sasih atau bulan dan tahun saka. Ini merupakan yang sangat utama menurut ajaran Agama Hindu, sebab pada saat ini Sang Hyang Siwa melaksanakan yoganya untuk membasmi ikatan karma setiap umatnya yang sungguh-.sungguh bakti kepadanya. Makna hari raya Siwalatri adalah sebagai malam peleburan dosa. Menurut ajaran Agama Hindu dosa itu dapat dibasmi atau dilebur dengan kata lain atma itu bisa terlepas dari segala ikatan karma (perbuatan). Manusia yang lahir kedunia ini di ikat atau dipengaruhi oleh suatu kekuatan maya. Karena pengaruh maya manusia menjadi lupa, disebut dengan "Awidya" yang juga berarti bodoh, gelap dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan ajaran susila ditunjukkan ada tujuh macam kegelapan jiwa manusia yang disebut sapta timira (bandingkanlah dengan tilem sasih kepitu, Tilem atau bulan mati /gelap, dan pitu sama dengan tujuh). Kegelapan dan kebodohan inilah cendrung mendorong manusia berbual dosa. Segala perbuatan itu akan tercatat serta mewarnai sukma manusia bagaikan tali belenggu jiwatman sehingga sang atman tidak bebas. Itulah disebut ikatan maya,



151



ikatan karma atau ikatan dosa yang luar biasa kuatnya, namun menurut ajaran Agama Hindu dapat dilebur. Secara filosopis Siwalatri juga mempunyai makna yaitu malam renungan suci. Kenapa dikatakan demikian? ini dapat kita lihat pada pustaka Padma Purana yang menceritakan tentang sang Lubdaka. Dari cerita ini kita dapat ambil hikmahnya sebagai contoh. Ceritranya demikian; Sang Lubdaka sebagai seorang pemburu yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitu juga kita ini juga selalu berburu agar bisa memenuhi kebutuhan. Dalam cerita dikatakan Lubdaka berburu sampai malam belum dapat seekorbinatang. Kemalaman yangdimaksud disini kegelapan pikiran kita. Karena pikiran itu disimboliskan dengan pohon itu sendiri. Pohon atau Kayu artinya kayun, Kayun adalah pikiran. Disinilah dituntut kita untuk menyadari apa yang kita lakukan dalam perjuangan hidup mungkin ada kekeliruan yang kita perbuat tanpa disadari. Dalam cerita dikatakan Lubdaka memetik daun satu persatu untuk menghilangkan rasa kantuknya satu persatu. Ini artinya kita merenungkan perbuatan kita yang sudah-sudah satu persatu. Dari hasil perbuatan yang pernah kita lakukan agar dipakai sebagai guru dalam melangkah lebih lanjut, yaitu yang baik kita ambil sebagai contoh dan yang buruk kita buang jangan lagi sampai terulang lagi. Karena pada malam Siwalatri ini sangat baik untuk memohon ampun kepada Tuhan atas dosa kita yang telah kita perbuat. Hari raya Siwaratri merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun sekali, perayaannya dilaksanakan pada hari panglong ping pat belas, sehari sebelum Tilem sasih kepitu, pada umumnya jatuh pada bulan pebruari tahun masehi. Menurut lontar sunari gama dan Siwa ratri kalpa, Sang Hyang Siwa beryoga tiap-tiap tileming sasih kepitu yakni malam yang tergelap setiap umat terutama yang betul-betul mencari kesucian dan kebebasan diajarkan



152



menyambut Siwalatri dengan satya brata, berdasarkan bakti yang setulustulusnya pada Tuhan yang juga disebut Sang Hyang Siwa sehubungan dengan itu, Pelaksanaan Siwalatri ini tidak banyak berbentuk upacara-upakara, melainkan lebih ditekankan pada brata yaitu latihan ketahanan mental spiritual latihan kebatinan.



Runtutan Pelaksanaan hari raya Siwalatri. Pelaksanaan upacara Siwalatri dilakukan pada hari panglong ping pat belas dan diwajibkan melaksanakan brata antara lain : 1.



Mono brata artinya tidak berbicara atau berkata-



kata. 2.



Upawasa tidak makan dan tidak minum.



3.



Jagra tidak tidur dari pagi hingga malam sampai



pagi kembali. Pada pokonya Ada tiga tingkat brata Siwalatri sebagai berikut a.



Yang paling ringan ( nista ).



Hahya berusaha tidak tidur, tidak terlena selama 24 jam yaitu setelah membersihkan diri dan bersembahyang pada pagi panglong ping 14 sampai petang panglong ping 15 sasih kepitu. Tingkat brata ini soring disebut Sambang semadhi. b.



Tingkat madya.



Sama dengan cara diatas ditambah dengan tidak makan dan tidak minum selama 24 jam yaitu dari pagi panglong ping 14 sampai pagi panglong ping 15 sasih kapitu itu. Brata ini sering disebut Masesirih. c.



Tingkat Utama.



153



Disamping kedua cara diatas ditambah lagi dengan mono brata yaitu tidak berbicara dan melaksanakan yoga samadhi sampai petang panglong ping 15 sasih itu. Selama melaksanakan brata Siwalatri yaitu selama dua kali siang dan satu malam, sembahyang dilaksanakan sebanyak tujuh kali yakni : pagi, siang, sore, tengah malam, pagi, siang dan sore. Jadi melaksanakan Trisandya ditambah sembahyang tengah malam satu kali. Brata yang paling ditekankan atau brata pokok siwalatri adalah berusaha tidak tidur selama 36 jam. 3. SARASWATI Pengertian dan makna Saraswati. Sebelum membahas Saraswati dalam Weda terlebih dahulu dijelaskan tinjauan Etimologis Saraswati sebagai berikut: Kata Saraswati berasal dari akar kata " Sr" yang artinya mengalir. Kata Saraswati berani yang mengalir, yang dimaksud adalah sungai atau Dewi sungai sumber kehidupan. Disamping Saraswati berani sungai didalam Weda disebut sebagai Dewi llmu pengetahuan atau kecerdasan. Selanjutnya daiam Itihasa dan Purana Dewi Sarasuati adalah GavatrL Maheswari, BharatL Bralimi, Putkari, Sarada, Wagiswari, dan lain-lain. Dari Saraswati sebagai nama sungai merupakan salah satu cabang dari hulu sungai Sindhu. Disamping sungai Saraswati disebtitkan juga nama sungai Dri Sadwati dan diantara sungai itu, terdapat lembah yang subur yang merupakan tempat tinggal Bangsa Arya. Dari penjelasan diatas dapat pula diketahui bahwa Saraswati adalah nama Sungai yang diyakini suci. Tentang sungai Saraswati adalah selalu disebutkan dalam puja para pendeta ketika memohon tirta amerta melalui pujangga satwa yang didalam puja disebut diungkapkan nama-nama sungai yang dipandang suci diantaranya : Gangga, sindhu, Saraswati, Yamuna, Gadawari, Narmada, Kaweri dan lain-lain.



154



Setiap 210 hari sekali, yakni setiap hari sabtu umanis. wuku watugunung, hari terakhir dari wuku terakhir umat Hindu di Indonesia selalu melaksanakan Saraswati Puja, yakni memuja Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagai Hyang Hyangning Pangeweruh, sumber pengetahuan disebutkan dalam berbagai kitab Upanisad, diantaranya : "Satyam - jananam anantam - anandam brahma ( sarwa upanitsatsara. 21) yang artinya : Tuhan Yang Maha Esa adalah Kebenaran, Pengetahuan, Kebahagiaan dan tidak terbatas. Makna hari raya Saraswati adalah memperingati turunnya ilmu pengetahuan. Sepcrti kila ketahui Ilmu pengetahuan sangatlah penting. Sebab jika Ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan tidak ada, mungkinkah akan ada kemakmuran dan kebahagiaan dalam bidang materiil dan moril? Tanpa kebijaksanaan, manusia tidak akan bisa bahagia, dan tanpa kebahagiaan. manusia menjadi lemah dalam kehidupan ini yang penuh dengan perjuangan ini. Digambarkan bahwa Dewi Saraswati adalah wanita ayu, bertangan empat yang masing-masing membawa wina (Gitar, keropak, Genitri dan yang satunya bersikap mendamaikan, serta mengendarai burung merak, atau berdiri diatas bunga teratai. Dari simbolis ini dapat kita ambil hikmahnya antara lain bahwa ilmu pengetahuan memang betul-betul berarti antara lain : a.



Wanita ayu simbol keindahan dan ilmu pengetahuan memang indah dan iuhur.



b.



Wina (gitar) melambangkan kehalusan rasa (aesthetica)



c.



Keropak



adalah



tempat



disimpannya



lontar-lontar



(simbul



ilmu



pengetahuan). d.



Genitri adalah simbul lingkaran yang tiada akhirnya, yang melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu tidak akan habis-habisnya kita pelajari. Ada pepatah Bali mengatakan "Wiadin ririh enu liu peplajahan"



155



Walaupun pandai tapi masih banyak lagi yang harus kita pelajari. e.



Burung merak adalah lambang kewibawaan yang bisa dibawakan oleh ilmu pengetahuan itu.



f.



Bunga teratai adalah lambang kesucian



Rangkaian Pelaksanaan Hari raya Saraswati. 1.



Upacara pemujaan Saraswati dilaksanakan pagi hari atau sebelum tengah hari



2.



Sebelum upacara Saraswati dan sebelum lewat tengah hari dianjurkan tidak membaca atau menulis mantra dan kesusastraan.



3.



Bagi umat Hindu yang melaksanakan Brata Saraswati secara penuh jidak diperkenankan mambaca dan menulis selama 24 jam. Upacara Saraswati puja tidaklah berdiri se'ndiri melainkan merupakan



rangkaian pemujaan Dewi-Dewi Trimurti lainnya. Upacara Saraswati puja dilaksanakan pada hari Sabtu Umanis wuku watugunung dan redite paing sinte (banyu pinaruh). Hari soma pon sinta disebut soma ribek ditujukan kepada Dewi Sri Laksmi (dewaning sarwa mule/pandang) dan hari Budha kliwon sinta disebut pagerwesi ditujukan kepada Sang Hyang Pramesti Guru (Siwa). Mengapa hari Saraswati jatuh pada wuku umanis watugunung hal ini perlu dikaji Iebih jauh.-Di India pelaksanaan Saraswati dilakukan tiap-tiap tahun sekali scdang di Indonesia setahun dua kali. Di Indonesia tafiun a>!i rupan\a umurnya 210 hari. Ketika diterimanya hari raya Hindu hari-hari itu dimasukkan dalam sistim kalender Indoesia Asli. Inilah kiranya melatar belakangi mengapa Saraswati jatuh pada hari terakhir dari wuku terakhir dan berbeda dengan perayaan di India.



4. GALUNGAN Pengertian dan Makna Galungan.



156



Hari raya Galungan merupakan hari suci Agama Hindu berdasarkan Pawukon dan diperingati setiap 210 hari (6 bulan) sekali yaitu pada hari rabu kliwon, Wuku dungulan. Hari raya Galungan sudah ada di Indonesia sejak abad ke XI, hal infdidasarkan atas kidung Panji Malat Rasmi dan Pararaton kerajaan Majapahit. Perayaan semacam ini di India dinamakan hari raya Sradha Wijaya Dasami. Makna hari raya Galungan adalah memperingati hari kemenangan Dhama melawan Adharma. Disini dapat anda simak dalam cerita Raja Mayadanawa yang begitu sakti tapi mereka melarang orang yang melakukan persembahyangan. Sebab dia tidak percaya.dengan adanya Tuhan. Tindakannya selalu sewenang-wenang membunuh orang yang tanpa dosa. Akhirnya Tuhan turun untuk membunuh Raja yang lalim itu. Disini ditekankan bagaimanapun saktinya manusia, tidak akan bisa melampaui kekuasaan Tuhan. Dari cerita ini dapat kita petik nilai filosofisnya agar selalu menghorrnati Dharma dan melaksanakan Dharma agar kebahagiaan selalu dipihak kita dan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Runtutan Pelaksanaan Hari raya Galungan. Perayaan Galungan diawali dengan : a.



Tumpek Warige.



Yaitu 25 hari sebelum Galungan yang jatuh pada hari sabtu Kliwon wuku wariga. Tumpek ini juga disebut dengan nama tumpek pengatag, Pengarah, Bubuh dan uduh, yang intinya memohonkan keselamatan kepada semua jenis tumbuhan agar dapat memberikan hasil untuk bekal merayakan Galungan. b.



Hari Sugihan Jawa.



Dirayakan setiap 210 hari atau 6 Bulan sekali pada hari Kamis Wage Uku Sungsang yaitu 6 hari sebelum hari raya Galungan. Perayaan ini bertujuan memohonkan kesucian terhadap BJjuana Agung (alam semesta). c.



Hari Raya Sugihan Bali



157



Dirayakan setiap 210 hari sekali atau 6 bulan sekali pada hari Jumat Kliwon Wuku Sungsang yaitu 5 hari sebelum hari raya Galungan. Perayaan saat ini bermakna memohonkan kesucian terhadap diri pribadi (Bhuana Alit). d. Hari Raya Penyekeban. Jatuh pada hari Minggu/Redite Paing Wuku Dungulan yaitu 3 hari sebelum Galungan. Hari Raya ini merupakan awal Wuku Dungulan yang bermakna patut waspada karena parU Bhuta Kala (Sang Tiga Wisesa) mulai turun mengoda kemampuan dan keyakinan manusia dalam vvujud Bhuta Galungan. Penyekeban bermakna anyekung jnana sudha nirmala agar terhindar dari godaan-godaannya. e. Hari Penyajaan Galungan. Jatuh pada hari Senin Pon Wuku Dungulan, 2 hari sebelum hari raya Galungan. Hari raya ini dipergunakan sebagai persiapan membuat jajan. Juga dimaksudkan sebagai hari-hari yang patiit diwaspadai terhadap godaan sangkala tiga wisesa dalam wujud. Bhuta Dungulan. Hari Penyajaan bermakna sebagai hari kesungguhan hati untuk menyambut dan merayakan Galungan. f.



Hari Penampahan Galungan. Hari raya ini jatuh pada hari Selasa Wage Wuku Dungulan yaitu sehari sebelum hari raya Galungan. Pada hari ini dilaksanakan untuk memotong hewan, membuat sate dan lawar untuk perlengkapan sesajen. Pada hari ini juga patut diwaspadai karena merupakan hari yang terakhir bagi Sang Kala Tiga dalam wujud sebagai Bhuta Amangkurat untuk mengganggu manusia. Hindarkan diri dari pertengkaran agar terhindar dari godaannya.



g.



Hari Raya Galungan. Jatuh setiap Rabu Kliwon Wuku Dungulan, merupakan puneak upacara peringatan terhadap hari kemenangan Dharma melawan Adharma sebagai hari



158



paodalan jagat dengan mempersembahkan upacara sesajen pada setiap tempattempat suci dilanjutkan dengan pelaksanaan persembahyangan. h.



Pemaridan Guru Jatuh setiap hari Sabtu Pon Wuku Dungulan hari akhir Wuku Dungulan. Pada hari ini dipergunakan sebagai hari penyucian diri dilanjutkan dengan memohon keselamatan ditandai dengan memakan sisa yadnya berupa tumpeng Guru secara bersama-sama sekeluarga.



5. HARI RAYA KUNINGAN Pengertian dan makna hari Raya Kuningan. Hari raya Kuningan adalah hari raya Agama Hindu yang berdasarkan tahun pawukun yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan. Hari raya ini disebut juga tumpek Kuningan. Pada saat ini ShangHyang Widhiturun keduniadiikuti oleh para Dewa/Bhatara dan Pitra untuk melimpahkan karunianya kepada manusia berupa kebutuhan-kebutuhan pokok. Makna merupakan hari pahlawan. Kenapa dikatakan hari pahlawan? ini dapat kita lihat dari pelaksanaan Hari Raya Kuningan yaitu setelah hari raya Galungan yang bermakna perang Dharma melawan Adharma. Dalam mencapai dharma banyak pengorbanan oleh penegak dharma itu sehingga kita dapat menikmati hasilnya.



Rangkaian Pelaksanaan hari raya kuningan Pada hari raya Kuningan biasanya dipersembahkan nasi benvarna kuning sebagai lambang kemakmuran. Demikian pula pada saat ini dihaturkan sesajensesajen sebagai tanda terima kasih. Pada hari ini para Dewa/Bhatara hanya sebentar beliau ada di dunia sehingga setiap umat yang mengaturkan sesajen dilakukan sebelum surya tepat ditengahtengah atau tengah hari (jam 12 siang Pada hari ra\a ini setiap rumah dan



159



Pemerajan dihias dengan endongan, tamiang kolem. Pemasangan pada tempattempat yang tidak penting tidak perlu disertai dengan kolem dan endongan. akan tetapi pemasangan tamiang pada Padmasana, Merajan, Penjor dan lain-lain tempat suci perlu dihiasi dengan endongan dan kolem. Artinya : a. Tamiang untuk menangkis dari serangan b. Endongan tempat makanan, oleh karena berisi buah-buahan tebu tumpeng serta lauk-pauk. c. Kolem berarti tidur atau istirahat. Jadi tamiang endongan dan kolem ini merupakan suatu alat untuk melindungi hal-hal yang tidak diinginkan.



6. PURNAMA DAN TILEM Pengertian dan Makna Purnama dan Tilem. Purnama adalah saat bulan bersinar penuh, dan Tilem adaiah saat bulan tidak memberikan sinarnya sama sekali (bulan mati). Purnama dan Tilem merupakan hari pembersihan bagi umat Hindu. Karena itu pada hari Purnama bervogalah Sang Hyang candra yaitu kekuatan atau sinar suci Tuhan sebagai pembersih dunia karena kalau ditilik dari arti kata maka candra berarti bulan atau soma yang berarti air. Pengertian Sanghyang candra yang beryoga pada bulan Purnama. merupakan kekuatan Tuhan yang berada didalam air yang bertujuan untuk membersihkan bumi dan pada bulan Purnama ini air laut menjadi pasang atau naik sehingga pada bulan ini kesempatan yang baik untuk mandi kelaut sebagai tanda pelebur dosa. Bulan Tilem (bulan mati) jatuh 14 hari atau 15 hari dari bulan Purnama. Pada bulan Tilem, ini beryogalah Bhatara Siwa yang merupakan manifestasi dari Tuhan/kekuatan Tuhan untuk mengatur air didunia, sehingga pada Tilem ini air laut naik setinggi-tingginya karena merupakan dua kekuatan (bulan dan matahari sama-sama menarik airdibumi).



160



Maknanya adalah pembersihan diri secara lahir dan batin, sehingga dianjurkan untuk mandi agar jiwa menjadi bersih maka muncuiiah pemikiran yang bersih. Rangkaian Pelaksanaan Purnama dan Tilem. Pada hari Purnama (bulan penuh) Tilem (bulan mati) dan kliwon merupakan hari yang sangat baik untuk penyucian lahir batin. Pemujaan ini dilakukan dengan menghaturkan persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, para Dewa. Leluhur, serta menyampaikan rasa tertma kasih kepada unsur kekuatan alam yang di anggap telah membantu kehidupannya. Pelaksanaannya dapat dengan jalan melakukan yoga samadhi. tapa brata yaitu melaksanakan pantangan-pantangan. Persembahyangan yang dilakukan dengan menghaturkan sesajen yang disebut canang genten. canang burat wangi, canang sari dan sejenisftya.



161



DAFTAR PUSTAKA



1. Saraswati tahun 1989



:



Dr. Tjok Rai Sudharta, MA dan M. Titib



2. Acara Agama II Tahun 1983 :



I. G. Badjera Yasa BA dan I Gst. G. Goda BA



3. Buku Pelajaran Agama Hindu :



GD Sura BA Wayan Reneng, BA D



SMP Kelas I Tahun 1982



:



Drs. Ketut N. Natih



4. Buku Pelajaran Agama Hindu : Tim Penyusun Untuk Perguruan Tinggi



: Ditjen Humas Hindu dan Budha



Tahun 1994



162



LATIHAN SOAL



1.



Coba anda jelaskan pengertian hari raya Nyeri ?



2.



Makna apa yang terkandung dalam hari raya Nyepi serta apa dasar



pemikirannya kita merayakannya hari raya Nyepi ? 3.



Apa tujuan Melasti ?



4.



Makna apa yang terkandung pada saat melaksanakan ngembak Gni ?



5.



Coba anda jelaskan pengertian Siwaltri ?



6.



Secara fisolofis, siwalatri yang mempunyai makna malam renungan suci.



Kenapa dikatakan demikian coba anda jelaskan secara singkat ? 7.



Jelaskan pengertian Siwalatri ?



8.



Apa makna hari raya Purnama dan Tilem ?



9.



Apa makna dari hari raya Galungan ?



163



SATUAN ACARA PERKULIAHAN



Mata Kuliah



: Pendidikan Agama Hindu



Semester



:



Tahun kuliah



: 2 SKS



Jenjang



:S1



Tujuan Kurikuler Mahasiswa dapat mengerti dan memahami kedudukan Nitisastra dalam ajaran Hindu, mampu menerangkan norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran. Niti Sastra sebagai jalan kehidupan. Pokok bahasan



:



Pengertian dan ruang lingkup Nitisastra



Sub pokok bahasan



:



a. Catur Pariksa b. Panca Stiti Dharmaning Prabu c. Asta Bratha d. Panca Dasa Paramiteng Prabu e. Nawa Natya



TUP



:



Mahasiswa dapat memiliki pemahaman mengenai Nitisastra dan aplikasinya dalam kehidupan



TKP



:



Mahasiswa dapat memiliki : a. Pemahaman mengenai Nitisastra b. Kemampuan untuk menjelaskan materi sebagaimana termuat dalam pokok bahasan. c. Mengembangkan dan mengaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat



Pokok Materi



:



a. Catur Pariksa b. Panca Stiti Dharmaning Prabhu c. Asta Brata d. Panca Dasa Pramiteng Prabhu e. Nawa Natya



164



NITI SASTRA



Pengertian Menurut kamus sansekerta susunan AA Macdonel! Niti berarti kebijaksanaan duniawi (wordly wisdom) etika sosial politik. niti juga bcrarti menuntun. Sastra diartikan doajuga berarti pujaan (praise). Daiam kamusjawa kuna susunan mordi warsito. Niti berarti kelakuan. pedoman hidup, kesopanan siasat negara (kebijakan) politik, ilmu tata negara, sedangkan sastra berarti kitab peiajaran atau iimu pengetahuan. Pandangan DR. Rajendra Mishra pengetahuan Niti Sastra adalah didaktik poem atau upadesa karya. yaitu karya sastra yang bersifat mendidik. memimpin atau membimbing. Nitisastra berasal dari kata Niti dan Sastra. Niti berasal dari kata ni .+ ktin menjadi nitih. Niyate anaya iti nitih. berarti dibimbing. dipimpin. dituntun sedangkan sastra berarti ilmu pengetahuan. Artinya dengan ilmu pengetahuan orang dibimbing. dipimpin. dituntun kearah kebijaksanaan dunia. kejalan benar dituntun kearah cinta bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan pengertian etimologis diatas maka pengertian Niti Sastra dapat diperluas lagi ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu negara baik dari segi tata negaranya, tata pemerintahan dan tata kemasyarakatan (dhanna negara). Bahwa Niti Sastra juga mengandung ajaran kepemimpinan juga bersitat umum dan praktis bcrlandaskan ajaran agama Hindu. Perlu dijelaskan Niti Sastra ini bukanlah ilmu pengetahuan yang ham a untuk kalangan negarawon atau politisi saja tetapi juga untuk setiaporang dalam rangka memantapkan pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Nitisastra mengajarkan kesadaran. warga negaram a kepada hukum. kekuasaan dan kebijaksanaan negara, mengajarkan pula jiwa patriotisme. kesadaran untuk membela bangsa dan negara. Penulis Niti Sara adalah seorang Brahmana bernama Canakya, juga dikonal 'Jenuan nama Visnugupta atau Kautiliya. Beliau adalah seorang brahmana yang hebat mempunyai pemikiran yang suci. dapat menghancurkan kekuatan raja Nanda. Berdasarkan keterangan inilah didapat bahwa Visnugupta atau Canakya sama dengan Kautiliya.



165



Mengingat ruang lingkup Niti Sastra demikian luasnyamakapadauraianberikut kami batasi padakonyep ajaran kepemimpinan Hindu seperti : Catur Pariksa. Panca Stiti Dharmaneng Prabhu. Astha Bratha, Panca Dasa Paramiteng Prabhu dan Nawaa Natya.



A.



CATUR PARIKSA Catur Pariksa sering discbut dengan nama Catur Upaya Naya Sandhi. Dalam Niti



Sastra Sarjinh 11.3 : dalam bentuk ke kawin: Dhana wisesa ring catur upaya Lene-kene kaheh rinji sama bheda danda trayaningdhana tnhhana karna sang maharcp musuh catur upaya juga kena-kena byakta kasoraning ripu. balanta maealak ring ayun. Artinya : Dari keempat macam "alat Uang yang paling utama. jika tiada uang akan sia-sia penyelesaian perselisihan dengan damai (sama), maupun usaha memecah belah bheda) atau dengan kekerasan (perkosa). Mereka yang akan pergi perang harus mengunakan keempat alat itu juga (dhana. sama. bheda dan dandha) pasti musuh dapat ditundukkan oleh bala tentara, jika mereka maju dengan gagah berani. 1. Dhana berarti uang,dapat pulaborarti pembcrian. bernurali hati. Seorang pemimpin harus rela memberikan



dhana bantuan menolong sesama dengan ikhlas.



Mengusahakan sandang, pangan. papan/perumahan untuk dapat memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2. Sama adalah seorang pemimpin harus berbuat adil. bcrbuat dan memandang sama kepada seluruh anggota/bawahannya. Setiap orang adalah insan hamba Tuhan. oleh karenanya diberikan kesempatan dan hak yang sama untuk maju dan berkembang. 3. Bheda adalah seorang pemimpin dapat mengatur/memelihara tata tertib. disiplin. pengendali pemerintahan termasuk agama yang berbeda-beda. anak buah yang tekun dan raj in dapat imbalan yang seimbang. anak buah yang malas dan membangkang dapat diberi hukuman. 4. Danda adalah seorang pemimpin harus tegas, berani mengambil tindakan bila perlu, hukuman bagi yang mtlakukan pelanggaran. Ketegasan, keberanian mengambil



166



tindakan/keputusan adalah sikap seorang pemimpin walaupun penuh resiko memberikan hukuman bagi siapapun yang berbuat salah dengan penuh rasa keadilan



B.



PANCA STITI DHARMANING PRABHU Panca Stiti" Dharmaning Prabhu ini merupakan wejangan ajaran dari Arjuna



Sastra Bahu, bahwa seorang pemimpin harus melakukan tindakan/melaksanakan tugas sebagai berikut: 1.



Ing Arsa Asung Tulada, yang artinya didepan anak buah selalu



memberi suri teladan/contoh untuk melakukan perbuatan yang baik dan memberikan semangat pengabdian yang luhur untuk kepentingan nusa dan bangsa. 2.



Ing Madya Mangun Karsa, bila berada ditengah-tengah anak



buah memberikan penerangan/penjelasan dan membangkitkan semangat mereka dan membangun kemauan untuk maju berprestasi lebih baik Tut Wuri Andayani, berarti melepas anak buah dan mengikuti dan belakang sambil melihat kemajuannya juga memberikan arahan apabila ada penyimpangan dari tugas dan kewajiban yang harus dilakukan. 3.



Maju



Tanpa



Bala,



relakan



mereka



maju



sendiri.



mengembangkan diri dengan penuh inisiatif. 4.



Sakti Tanpa Aji, artinya setelah berhasil melaksanakan tugas



janganlah terlalu rnengharapkan balas jasa atau tanpa pamrih Pada kepemimpinan Pancasila sekarang ini hanya diambil dan nomor 1 s/d 3 sedangkan nomor 4 dan 5 tidak dipakai oleh tokoh pendidikan Nasional yaitu Ki Hajar Dewantoro.



C.



ASTABRATHA



167



Didalam Manawa Dharma Sastra atau Weda Smrti (atha sapta mo dhayah) buku VII, 4 : Indra Yanmarkanam agnisca warunasyaca, candra wittesa yuscaiwa matra nirhtya saswatih. Artinya : Untuk memenuhi maksud tujuan itu Raja/pemimpin harus memiliki sifat-sifat pertikal yang kekal dari pada Dewa Indra, Wayu, Yama, Surya, Agni, Candra, Kuwera. Sebagai pembanding didalam kekawin Ramayana Sargah XXIV sloka 52 yang mengandung ajaran astabratha sebagai berikut : Hyang Indra, Yama, Surya, Candra, Anila, Kuwera, Baruna, Agm nakan wwalu, sirata waka angga sang Bupati, matang nira inisti asta bratha. Artinya : Brata dewa Indra, Yama, Surya. Candra, Kuwera, Nila, yang seharusnya dihayati oleh seorang pemimpin agar meresap dalam jiwa raganya. Selanjutnya marilah kita simak apa yang tersirat dalam Manawa Dharmasastra Bab IX sloka 303 sebagai berikut: Indrasyarkasya pritiwyasca yamasya warunasya ca candrasyagneh pritiwyasca tejowritam nripascaret. Artinya : Hendaknya Raja berbuat seperti perilaku yang sama dengan Dewa Indra, Surya, Wayu, Yama Waruna, Candra, Agni dan Prithiwi. Sloka 304: Warsikamscaturo nasanyalha Indro bhiprawarsati, tathabhiwarsetsmam rastra kamair indrawratam caran. Artinya: Laksana Indra yang mengirimkan hujan yang berlimpah selama empat bulan di musim hujan, demikianlah raja menempati kedudukan indra dengan menghujankan keuntungan bagi kerajaannya. Sloka 305 : Astau masyanyathadityastoyam hariti rasmibhih,



168



tatha haretkaram rastran nityamarka wratam hitat. Artinya : Laksana Surya, selama delapan bulan menyerap air melalui sinar-sinarnya dengan tidak terlihat demikianlah hendaknya ia dengan perlahan-lahan menarik pajak dari kerajaannya, karena inilah kedudukan yang menyerupai matahari. Sloka: 306 Prtawisya sarwabhautani yatha carati-marutah, tatha caraih prawestawyam wratametaddi marutam. Artinya : Laksana wayu bergerak kemana-kemana masuk merupakan nafas bagi seluruh mahluk hidup, demikianlah hendaknya ia melalui mata-matanya masuk kemana-mana kedudukannya menyerupai angin. Sloka: 307 Yatha yamah priya dwesyau prapte kaleniyacchati, tatha rajna nyantawyah prajastaddhi yamawratam Artinya : Laksana Yama pada saatnya berkuasa baik kepada teman-temannya maupun kepada lawan-lawannya demikianlah hendaknya semua rakyatnya dikuasai oleh raja, demikianlah kedudukannya menyerupai Dewa Yama. Sloka: 308 Warunena yatha pasair badha ewabhiddreyate, tatha papannigrihniyad wrtametaddl warunam. Artinya : Laksana orang-orang berdosa tampak terikat tali oleh waruna, demikianlah hendaknya ia menghukum orang-orang jahat itu, itulah kedudukannya yang menyerupai Waruna. Sloka : 309 Paripurnam yatha candram



169



drasfwa hrsyanti manawah, tatha prakritayo yasminsa candrawratiko, nripah. Artinya : la adalah raja yang menduduki tempatnya Dewi Candra, yang rakyat menyambut kehadirannya dengan penuh senang hati laksana orang-orang bersenangsenang melihat bulan purnama. Sloka : 310 Pratapa yuktasstejaswi nityam syat papa karmasu dustasamantahimsrasca tadagneyam wratam smritam. Artinya : Bila ia bersemangat menumpas penjahat dan memiliki kekuatan-kekuatan cemerlang serta menghancurkan penguasa-penguasa daerah yang jahat. maka sifatnya dikatakan sama dengan agni. Sloka :311 Yatha sarvvani bhutani dhara dharayata samam, yatha sarwani bhutani bibratah parthiwam wratam. Artinya : Laksana bumi menunjang semua mahluk hidup sama rata, demikianlah hendaknya raja terhadap rakyatnya, dalam menduduki tempatnya dewi pertiwi. Sloka: 312 Etairupayairanyaisca yukto nityamatandri tah, stenan raja nigrihniyat swarastre para ewa ca. Artinya : Dengan mempergunakan cara-cara dan sifat-sifat ini, raja tanpa jemujemunya akan mengendalikan pencuri-pencuri baik dinegerinya sendiri maupun dinegeri orang lain.



170



D.



PANCA DASA PARAMITENG PRABHU Ajaran ini bersumber dari ajaran kepemimpinan Maha Wira Gajah Mada yakni



ketika kerajaan Majapahit mencapai kejayaannya. Ajaran kepemimpinan Gajah Mada ini terdiri dari lima belas ajaran yang disebut dibawah. 1.



Widnya



Adalah ajaran yang mengajarkan bahwa seorang pemimpin. baik pemimpin negara maupun pemimpin agama atau pun pemimpin dibidang lainnya agar senantiasa bersikap tenang dan bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan atau dalam melaksanakan tugas kewajibannya. Pemimpin harus bertindak benar, sebab kebenaran dapat memberikan kekuatan penerangan dan semangat hidup. Pemimpin yang arif bijaksana adalah pemimpin yang dapat melihat semua bawahannya sama sebagai insan ciptaan Tuhan. Dalam hal ini seorang pemimpin harus mempraktekkan ajaran tat twam asi. Mereka yang tidak memiliki kepercayaan pada ilmu pengetahuan dan budi pekerti ini tidak mencapai aku. Wahai parantapa, kembali kejalan dunia inkarnasi.(Bg. Gita, IX.3)



2.



Mantriwira



Mantriwira merupakan ajaran untuk memupuk jiwa yang teguh untuk berani membela kebenaran dalam keadaan bagaimanapun juga. Karena kebenaran adalah sumber dari kekuatan dan cahaya terang dalam hidup. Ketahuilah bahwa semua dosa dan kejahatan adalah bersumber dari, kelemahan oleh karenanya jangan biarkan kelemahan itu menjangkiti tubuh maka segala tugas dan kewajiban akan mencapai kebahagiaan. Sri Kresna berkata kepada Arjuna: "Tugas dan kewajiban akan mencapai tujuan kebahagiaan jangan biarkan kelemahan itu oh partha sebab itu tidak sesuai bagimu, enyahkanlah rasa lemah dan kecut itu. bangkitlah oh pahlawan Jaya.



171



3. Berlaku



Wicaksanen naya bijaksana



didalam



segala



tindakkan.



Kebijaksanaan



inilah



yang



menempatkan Patih Gajah Mada selalu tepat dalam pergaulan baik dalam kalangan pejabat maupun di tengah rakyat. Dengan kebijaksanaan ini pula, Patih Gajah Mada menempatkan Majapahit bukan sebagai penakluk, tetapi sebagai pengayom negaranegara lain dikawasan Nusantara.



4.



Natangwan



Dapat dipercaya. Pribadi patih Gajah Mada yang patut dijadikan teladan adalah karena ia tidak pernah mengabaikan kepercayaan rakyat yang telah dilimpahkan kepadanya. Karena rasa tanggung jawabnya yang besar. kepercayaan itu tak pernah tergoyahkan.



5. Satya Bhakti Aprabu Sifat setia dengan hati yang tulus dan iklhlas kepada negara dan pemerintahan. Lebih kurang setengah abad lamanya (1319- 1364) patih Gajah Mada selalu penuh pengabdian dan kesetiaan.



6. Wagmi Wak Fash mengutarakan pendapat, khususnya dalam mempertahankan argumentasi berdasarkan kebenaran yang ada dan keahlian



7. Sajarwopasana Tingkah laku yang memperlihatkan kerendahan hati, berwajah cerah, tulus ikhlas, jujur dan sabar. Sifat ini memang hams dimiliki bila seseorang menjadi politikus yang



172



berderajat tinggi. Seorang diplomat sejati melatih diri agar menguasai dan menghayati sifat-sifat tersebut.



8. Dirotsaha Selalu bekerja rajin dan tekun dilandasi keteguhan hati. Didalam hati yang teguh kelihatan pula keberanian dan kesetiaan.



9. Tan lalana Berketepatan hati, tahan uji dan tak mudah terombangambing oleh keadaan sekitar. Dengan ketabahan dan ketawakalan ini menyebabkan patih Gajah Mada dikenal sebagai tokoh negarawan yang ulet dan berhati baja.



10. Diviyacita Selalu berhati terbuka dalam hubungan dengan orang lain, selalu siap mendengarkan pendapat dan pikiran orang lain meskipun terhadap pendapat yang bertentanean dengan pendapat pribadinya.



11. Tan Satrsna Tidak menonjolkan ambisi. Dengan sifat ini, Patih Gajah Mada tidak ingin di Dewadewakan. apabila menikmati kesenangan duniawi secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku.



12. Asihi Samastabhuwana Mencintai dunia dengan seluruh isinya. Sifat ini berpangkal tolak dari keyakinan filsafat bahwa segala yang ada didunia ini hanyalah bersifat fana dan sementara, Patih Gajah Mada mencintai dunia karena menyadari keterbatasan. disamping meyakini



173



bahwa dengan mencintai dunia dan isinya berarti pula mencintai Maha Pencipta yang menjadikan dunia beserta segenap isinya.



13. Gineng Pratidina Selalu mendahulukan yang baik dan menyingkirkan yang buruk, sifat ini nampaknya timbul dari keyakinan Karmaphala yang mengajarkan bahwa siapapun yang menanam kebaikan ia akan memetik buah yang baik pula. dan sebaliknya siapa yang bersalah. kelak akan menerima balasan sesuai dengan perbuatannya. 14. Sumantri Sifat untuk menjadi petugas Negara yang sempurna didasari itikad yang baik. Tanpa memperhitungkan posisinya. Gajah Mada selalu berbuat yang terbaik. Hal ini yang mengakibatkan keberhasilannya sejak ia menjadi magang. melalui mekal hingga menjabat patih.



15. Hanayaken Musuh Selalu bertindak tegas menghadapi lawan. Bila perlu lawan yang membahayakan harus dimusnahkan. Sebaiknya untuk mereka yang menunjukkan kesetiaan kapada negara. Patih Gajah Mada selalu memberikan penghargaan dan bimbingan. Demikian uraian tentang Panca Dasa Paramitheng Prabhu dari kepemimpinan Maha Patih Gajah Mada pada masa jaman keemasan kerajaan Majapahit.



E.



NAWA NATYA



Dalam lontar berbahasa jawa kuno yang berjudul Nawa Natya diperoleh penjelasan, bahwa seseorang Raja/Pemimpin itu dalam memilih para pembantu-pembantunya (para Menteri). Raja atau pemimpin itu harus memiliki suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini diibaratkan memilih segunung bibit bunga yang harum baunya, indah warnanya, yang tidak cepat layu serta mempunyai manfaat yang utama. memberikan kepuasan bagi yang



174



melihat maupun yang menggunakannya. Demikian seseorang raja (pemimpin) dalam memilih pembantu-pembantunya seperti memilih segunung bibit bunga itu. Adapun orang-orang yang patut dipilih sebagai pemimpin menurut lontar Nawa Natya adalah sebagai berikut: 1.



Pradnya Widaghda : sikap bijaksana dan mahir dalam



berbagai cabang ilmu dan memiliki pendirian yang teguh. 2.



Wira sarwa yudha : memiliki sifat pemberani. pantang



menyerah dalam pertempuran. 3.



Paramartha: mempunyai sifat mulia dan luhur.



4.



Dhirotsaha: tekun dan ulet dalam mensukseskan setiap usaha.



5.



Pragivakya: Pandai berbicara dan mempunyai kemampuan



mempengaruhi orang masyarakat. 6.



Sama upaya : selalu setia kepada janji atau sumpah.



7.



Lagha vangartha : tidak pamrih terhadap harta benda.



8.



Wruh ring sarwa bhasata : tahu mengatasi permusuhan.



9.



Viveka : mampu membedakan antara yang salah dan benar,



baik dan buruk. Demikianlah selintas tentang ajaran Niti Sastra, khusus yang menyangkut kepemimpinan Hindu yang menekankan moral/etika sebagai landasan melaksanakan kepemimpinan untuk mencapai jagat kita.



175



DAFTAR PUSTAKA



1. Pudja MA dan Tjokcorda Rai Sudharta MA. Manawa Dharma Sastra atau Weda Smerti. Departemen Agama RI 1976/1977 2. Dharmayasa, Canakya Niti Sastra, Dep. Agama RI 1972 3. Parisada Hindu Dharma Pusat, Niti Sastra dalam bentuk kekawin 1982/1983 4. Tim Penyusun, Hanuman Sakti, Buku Pelajaran Agama Hindu untuk perguruan Tinggi, Jakarta 1994. 5. Drs. Wayan Mertha Sutedja BA, Dasar – dasar kepemimpinan Tradisional Di Bali, CV, Sumber Mas bali 1978 6. Drs.G.K.Adia Wiratmaja, Leadership : Kepemimpinan Hindu. 7. Ketut Pasek, Ketut Wiana, Ida bagus Made jaya Semara. Niti Sastra Proyek Pembinaan Mutu Pendidikan Agama Hindu dan Budha Dep. Agama RI. Cetakan I/1982. 8. Prof.Dr.Tjokcorda Rai Sudharta MA. Asta Brata dalam Pembangunan. Penerbit Prasasti Jakarta 1992. 9. Drs. I Nengah Wadrana. Konsepsi Penerapan Kepemimpinan Asta Brata dalam peningkatan pelaksanaan Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha, Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jabar Skripsi/ 1985. 10. Tim Penyusun, Buku Pedoman Dosen Agama Hindu, Hasil Rumusan Penyusunan Pedoman Pendidikan Agama Hindu Diperguruan Tinggi Umum 1995/1996, Dep. Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha, Jakarta 1998/1999.



176