Buku Pengantar Cedera Olahraga 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Adi Buana University



SERIAL NUMBER : 20181M



Press



PENGANTAR CEDERA OLAHRAGA



Oleh; Mulyono, S.Or, M.Kes Eva Ferdita Yuhantini, S.Pd, M.Kes



Adi Buana University Press Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Jl. Ngagel dadi III-B/37 Surabaya, 60245 Telp. 031-5041097 Fax. 0315042804 E- Mail: www.unipasby.ac.id @2017



PENGANTAR CEDERA OLAHRAGA Penulis Editor Design Sampul Layout



: Mulyono, S.Or, M.Kes., Eva Ferdita Yuhantini S.Pd, M.Kes : Dr. Muhammad Muhyi, M.Pd : Adi Buana University Press : Adi Buana University Press



Diterbitkan Oleh: Adi Buana University Press Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Jl. Ngagel dadi III-B/37 Surabaya Telp. : 031-5041097 Fax : 031-5042804 Website : www.unipasby.ac.id E-mail : [email protected]



ISBN:XXX-XXX-XXX-XX-X



Hak cipta dilindungi Undang-undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan teknik perekam lainya, tanpa izin tertulis dari penerbit



KATA PENGANTAR



Buku Pengantar Cedera Olahraga ini disusun untuk membantu pemahaman mahasiswa tentang penyebab dan penanganan awal cedera olahraga. Membantu dalam mengevaluasi sub bahasan perkuliahan sehingga memudahkan mahasiwa dalam mengukur pemahaman tentang mata kuliah yang berkaitan dengan cedera olaharag. Mengarahkan mahasiswa pada penyelesaian tugas mandiri sehingga mahasiswa mampu memaksimalkan potensi diri. Semoga buku ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam mempelajari tentang mata kuliah Pencegahan Dan Penanganan Cedera Olahraga.



Surabaya, Oktober 2017



Penulis



ii



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL BUKU....................................................... PRAKATA................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................ DAFTAR GAMBAR................................................................... DAFTAR TABEL........................................................................ BAB I. JARINGAN TUBUH MANUSIA A. OTOT......................................................................... B. KULIT........................................................................ C. JARINGAN LEMAK................................................ D. PEMBULUH DARAH............................................. E. MEMBRAN SINOVIAL........................................... F. LIGAMEN DAN TENDON...................................... G. SARAF....................................................................... BAB II. PRINSIP DASAR CEDERA OLAHRAGA PENYEBAB DAN PERTOLONGAN SECARA UMUM........................................................................... BAB III. CEDERA JARINGAN LUNAK A. LUKA TERBUKA..................................................... B. LUKA TERTUTUP................................................... C. DISLOKASI.............................................................. BAB IV. SYOK DAN PINGSAN A. PENYEBAB DAN GEJALA..................................... B. PENANGANAN AWAL........................................... BAB V. P3K A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM................. B. TATA LAKSANA PERTOLONGAN PERTAMA.. BAB VI. BANTUAN HIDUP DASAR DAN RJP A. PENGERTIAN........................................................... B. INDIKASI.................................................................. C. PRINSIP BANTUAN HIIDUP DASAR................... DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM INDEKS



iii



i ii iii iv v 4 5 11 13 22 25 34



47 67 76 84 111 119 129 134 146 147 148



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar.1.1. Penampang Otot............................................................................ Gambar 1.3. Bagian – bagian kulit.................................................................... Gambar 1.4. Lapisan Epidermis kulit................................................................ Gambar 1.4. Lapisan Dermis............................................................................. Gambar. 1.5. Jaringan lemak............................................................................. Gambar.1.6. Pembuluh Darah............................................................................ Gambar 1.7. Struktur Dinding Pembuluh Darah............................................... Gambar 1.8. Membran sinovial......................................................................... Gambar. 1.9. Ligamen manusia......................................................................... Gambar.1.10. Struktur Ligamen........................................................................ Gambar. 1.11. Struktur Tendon......................................................................... Gambar 3.1. Luka Lecet.................................................................................... Gambar 3.2. luka sayat...................................................................................... Gambar3.3. Luka Robek.................................................................................... Gambar 3.4 Luka tusuk...................................................................................... Gambar 3.5. Balutan Kedap Udara.................................................................. Gambar 3.6. Cara menutup luka....................................................................... Gambar 3.7. Luka Amputasi............................................................................ Gambar 3.8. mengompres memar.................................................................... Gambar 3.9. Hematoma Pada kaki.................................................................... Gambar 3.10. Penanganan dislokasi pada pergelagan tangan........................... Gambar 3.11. Patah Tulang Terbuka................................................................ Gambar 3.12. Patah Tulang Tertutup................................................................ Gambar 3.11. Struktur kulit.............................................................................. Gambar 5.1. Pemasangan bidai untuk pata tulang lengan atas atau pergeseran sendi bahu ............................................................................ Gambar 6.1. Rantai keselamatan.................................................................. Gambar 6.2. Memeriksa Keadaan Korban......................................................... Gambar 6.3. Posisi Penolong Pada Korban....................................................... Gambar 6.4. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala dan mengangkat dagu......................................................................... Gambar 6.5. Memberikan napas bantuan........................................................... Gambar. 6.6. Cara melakukan posisi pemulihan................................................ Gambar 6.7. Alogaritma Bantuan Hidup Dasar korban dewasa ......................



iv



4 7 8 10 13 18 22 24 26 27 32 68 68 69 71 72 74 74 79 84 88 92 93 99 145 148 149 150 151 152 153 154



DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya ..................................................................... Tabel 2 : Respon fisiologis terhadap panas ....................................



63 64



BAB I JARINGAN TUBUH MANUSIA



Jaringan merupakan kumpulan sel-sel yang sejenis baik struktur maupun fungsinya berikut zat interselulernya. Meskipun sangat kompleks, pada mammalia diketahui 4 jenis jaringan utama, yaitu : 1. jaringan epitel, 2. jaringan ikat (jaringan penyambung), 3. jaringan otot, dan 4. jaringan saraf. Keempat jaringan utama tersebut tidaklah terpisah satu sama lain atau membentuk satu kesatuan tersendiri akan tetapi biasanya saling berhubungan satu sama lain dan dalam perbandingan yang berbeda-beda membentuk berbagai organ dan sistem tubuh.



STRUKTUR FUNGSI JARINGAN 1. Pengertian Jaringan Jaringan adalah gabungan dari beberapa atau banyak sel yang memiliki fungsi yang sama dalam suatu ikatan. 2. Struktur Jaringan Jaringan penyusun tubuh dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu jaringan epitelium, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.



1



a. Jaringan Epitelium Jaringan epitelium merupakan jaringan penutup permukaan tubuh, baik permukaan tubuh sebelah luar maupun sebelah dalam. Permukaan sebelah luar yang memiliki jaringan epitelium adalah kulit, sedangkan permukaan sebelah dalam tubuh yang mengandung epitelium adalah permukaan dalam usus, paru-paru, pembuluh darah, dan rongga tubuh, Jaringan epitelium dapat berasal dari perkembangan lapisan ektoderma, mesoderma, atau endoderma.



Nama epitelium sangat erat hubungannya dengan letaknya di dalam tubuh. Epitelium yang melapisi dinding dalam kapiler darah, pembuluh limfa, dan jantung disebut endotelium. Endotelium berasal dari perkembangan laoisan mesoderma. Sedangkan epitelium yang melapisi rongga tubuh, misalnya perikardium, pleura, dan peritoneum disebut mesotelium. Mesotelium juga berasal dari lapisan mesoderma.



Sel-sel epitelium terikat satu dengan lainnya oleh zat pengikat (semen) antarsel, sehingga hamper tidak ada ruangan antarsel. Proses pengeluaran atau pemasukan zat dari dalam atau luar tubuh banyak melalui epitelium,maka sifat permeabilitas darin sel-sel epitel memegang peranan penting dalam pertukaran zat antara lingkungan di luar tubuh dan di dalam tubuh.



Jaringan epitelium dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah lapisan sel dan bentuknya, serta berdasarkan struktur dan fungsinya. 1. Epitelium berdasarkan jumlah lapisan sel dan bentuk Dua kriteria yang digunakan untuk mengklasifikasikan epitelium adalah jumlah lapisan sel dan bentuknya. Berdasarkan jumlah lapisannya, epitelium dapat dibedakan menjadi epitelium sederhana dan epitelium berlapis. Epitelium sederhana adalah 2



epitelium yang sel-selnya hanya selapis. Epitelium berlapis adalah epitelium yang terdiri atas beberapa lapis sel.



2. Epitelium berdasarkan struktur dan fungsi Berdasarkan struktur dan fungsinya jaringan epitelium dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan epitelium penutup dan jaringan epitelium kelenjar. 1. Jaringan epitelium penutup Jaringan epitelium penutup berperan melapisi permukaan tubuh dan jaringan lainnya. Jaringan ini terdapat di permukaan tubuh, permukaan organ, melapisi rongga, atau merupakan lapisan disebelah dalam dari saluran yang ada pada tubuh.



2. Jaringan Epitelium kelenjar Jaringan epitelium kelenjar tersusun oleh sel sel khusus yang mampu menghasilkan sekret atau getah cair .Getah cair ini berbeda dengan darah dan cairan antar sel.Berdasarkan cara kelenjar mensekresikan cairannya , kelenjar dibedakan menjadi dua ,yaitu kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin.



A. Otot Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak ini adalah suatu penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu. Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran 3



sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibil.



Gambar.1.1. Penampang Otot B. KULIT Kulit manusia adalah lapisan luar dari tubuh. Pada manusia, itu adalah organ terbesar dari sistem yg menutupi. Kulit memiliki beberapa lapisan jaringan ectodermal dan penjaga otot-otot yang mendasarinya, tulang, ligamen dan organ internal. Kulit manusia sama dengan mamalia lainnya, kecuali bahwa itu tidak dilindungi oleh suatu bulu. Meskipun hampir semua kulit manusia ditutupi dengan folikel rambut, tampak tak berbulu. Ada dua jenis umum dari kulit, kulit berbulu dan tidak berbulu. Karena antarmuka dengan lingkungan, kulit memainkan peran penting dalam melindungi tubuh terhadap patogen dan kehilangan air yang berlebihan. Fungsi lainnya adalah isolasi, pengaturan suhu, sensasi, sintesis vitamin D, dan perlindungan vitamin B folates. Kulit yang rusak parah akan mencoba untuk menyembuhkan dengan membentuk jaringan parut. Ini menyebabkan kulit sering berubah warna dan 4



depigmentasi. Pada manusia, pigmentasi kulit bervariasi antar populasi, dan jenis kulit dapat berkisar dari kering ke berminyak. Variasi kulit seperti menyediakan habitat yang kaya dan beragam untuk beberapa bakteri yang kira-kira 1000 spesies dari 19 filum. Komponen kulit Kulit memiliki sel mesodermal, pigmentasi, atau melanin yang disediakan oleh melanosit, yang menyerap sebagian radiasi ultraviolet berpotensi berbahaya (UV) sinar matahari. Hal ini juga mengandung enzim perbaikan DNA yang membantu mengurangi efek merusak UV, dan orang-orang yang tidak memiliki gen enzim ini mengalami potensi tinggi kanker kulit. Pigmentasi kulit manusia bervariasi antara populasi secara mencolok. Hal ini telah menyebabkan klasifikasi orang atas dasar warna kulit. Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Untuk manusia dewasa rata-rata, kulit memiliki luas permukaan antara 1,5-2,0 meter persegi (16,1-21,5 sq ft), sebagian besar tebalnya antara 2-3 mm (0,10 inci). rata-rata 1 inci persegi (6,5 cm ²) dari kulit memegang 650 kelenjar keringat, 20 pembuluh darah, 60.000 melanosit, dan lebih dari 1.000 ujung saraf.



Pigmen o Melanin : Ini berwarna coklat dan hadir dalam zona germinative dari epidermis. o Melanoid : Ini menyerupai melanin namun hadir difus di seluruh epidermis. 5



o Karoten : Pigmen ini berwarna kuning sampai oranye. ini ada dalam stratum korneum sel-sel lemak dermis dan fasia superfisialis. o Hemoglobin (juga dieja Hb) : Hal ini ditemukan dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit tetapi mengembangkan warna ungu. o Oksihemoglobin : Hal ini juga ditemukan dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit. Ini mengembangkan warna merah. Lapisan kulit Kulit terdiri dari tiga lapisan utama: •



Epidermis, yang tahan air dan berfungsi sebagai penghalang terhadap infeksi







Dermis, yang berfungsi sebagai lokasi untuk pelengkap kulit







Hipodermis (subkutan lapisan adiposa)



6



Gambar 1.3. Bagian – bagian kulit



Epidermis (Kulit Ari) Epidermis, "epi" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "lebih" atau "pada", adalah lapisan terluar dari kulit. Ini membentuk pembungkus, tahan air pelindung atas permukaan tubuh dan terdiri dari epitel skuamosa berlapis dengan lamina basal yang mendasarinya.



7



Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, dan sel-sel di lapisan terdalam dipelihara oleh difusi dari darah kapiler memanjang hingga ke lapisan atas dari dermis. Jenis utama dari sel-sel yang membentuk epidermis adalah sel Merkel, keratinosit, dengan melanosit dan sel Langerhans . Epidermis dapat dibagi lagi menjadi strata berikut (dimulai dengan lapisan terluar).: korneum, lucidum (hanya di telapak tangan dan telapak kaki),granulosum, spinosum, basale. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, dan dipelihara oleh difusi dari dermis. Jenis utama dari sel-sel yang membentuk epidermis keratinosit, melanosit, sel Langerhans dan sel Merkels. Epidermis membantu kulit untuk mengatur suhu tubuh.



Gambar 1.4. Lapisan Epidermis kulit



8



Epidermis dibagi menjadi beberapa lapisan di mana sel-sel dibentuk melalui mitosis pada lapisan terdalam. Epidermis dibagi menjadi 5 sub bagian berikut atau strata: 1. stratum korneum 2. stratum lucidum 3. stratum granulosum 4. stratum spinosum 5. Stratum germinativum (juga disebut "stratum basale").



Dermis Dermis adalah lapisan kulit di bawah epidermis yang terdiri dari jaringan ikat dan bantal tubuh dari stres dan ketegangan. Dermis erat terhubung ke epidermis dengan membran dasar. dermis juga merupakan pelabuhan banyak ujung saraf yang menyediakan indra peraba dan panas. dermis berisi folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebaceous, kelenjar apokrin, pembuluh limfatik dan pembuluh darah. Pembuluh darah di dermis menyediakan makanan dan pembuangan sampah dari sel sendiri serta dari basale Stratum dari epidermis. Dermis secara struktural dibagi menjadi dua daerah: daerah yang dangkal berbatasan dengan epidermis, yang disebut daerah papiler, dan area dalam tebal dikenal sebagai wilayah reticular.



9



Gambar 1.4. Lapisan Dermis Hipodermis Hipodermis bukan merupakan bagian dari kulit, dan terletak di bawah dermis. fungsinya untuk menempelkan kulit ke tulang dan otot yang mendasarinya serta menyuplai dengan pembuluh darah dan saraf. Ini terdiri dari jaringan ikat longgar dan elastin. Jenis sel utama adalah fibroblast, makrofag dan sel lemak (hipodermis mengandung 50% lemak tubuh). Lemak berfungsi sebagai bantalan dan isolasi untuk tubuh. Mikroorganisme seperti Staphylococcus epidermidis mengkolonisasi permukaan kulit. Kepadatan flora kulit tergantung pada daerah kulit. Permukaan kulit 10



didesinfeksi akan rekolonisasi dari bakteri yang berada di daerah yang lebih dalam folikel rambut, usus, dan bukan urogenital.



C. JARINGAN LEMAK Pengertian jaringan lemak adalah jaringan yang tersusun atas sel sel lemak. Sel sel lemak sendiri adalah sel yang berisi sebuah gumpalan lemak atau globul lemak sehingga inti dan sitoplasma terdorong ke tepi sel. Nama lain untuk sel lemak ini adalah sel adiposit. Jaringan lemak manusia tersusun atas 87 % lipid. Jaringan lemak adalah salah satu contoh dari jaringan ikat pada hewan. Asam lemak bebas atau free fatty acid tersusun secara kimiawi atas asam karboksilat dengan rantai alifatik panjang. Asam lemak bebas tidak terikat dengan molekul lain selain hal tersebut. Asam lemak bebas yang dipisahkan dari lipoprotein oleh lipoprotein lipase akan masuk ke dalam sel adiposit. Setelah itu asam lemak bebas akan disusun menjadi trigliserida.



Fungsi Jaringan Lemak Jaringan lemak pada tubuh manusia memiliki fungsi utama sebagai penyimpanan lemak. Selain itu, beberapa fungsi jaringan lemak adalah: •



Menyediakan insulasi dari panas dan dingin bagi tubuh







Melindungi organ organ tertentu







Pada kasus tertentu menjadi tempat terjadinya sintesis lemak



11







Menjadi salah satu penyedia informasi tubuh tentang rasa lapar dan kenyang untuk otak



Pada jaringan adiposa, terdapat beberapa sel khusus yaitu SVF atau stromal vascular fraction. Sel sel ini terdiri atas preadiposit, fibroblas, makrofag, dan sel sel endotelium. Oleh karena itu, jaringan adiposit juga memiliki fungsi dalam sistem imun. Fungsi jaringan lemak dalam menyimpan lemak sebagai salah satu sumber energi tubuh. Lipolisis atau proses pembentukan lemak terjadi akibat terjadinya kelebihan asupan nutrisi seperti karbohidrat dan protein. Kemudian kelebihan tersebut akan dibentuk menjadi lemak dan disimpan dalam sel sel adiposit.Dikenali terdapat dua jenis sel adiposit pada hewan yaitu sel adiposit putih dan sel adiposit coklat. Sel adiposit coklat banyak ditemukan pada hewan yang melakukan hibernasi di musim dingin. Jaringan ikat lemak disebut pula jaringan adiposa. Di dalamnya banyak tersimpan sel lemak berbentuk bulat. Jaringan adiposa berfungsi melapisi dan menginsulasi tubuh, kemudian juga menyimpan molekul bahan bakar. Letaknya berada pada epidermis kulit, sumsum tulang, sekitar sendi dan ginjal. Selain itu, jaringan ini berfungsi sebagai penyimpan lemak, dan berperan sebagai bantalan. Cermatilah bentuk jaringan ikat lemak pada gambar berikut:



12



Gambar. 1.5. Jaringan lemak Simber: http://www.biomagz.com/2015/11/jaringan-ikat-berserat-elastis-lemak.html



D. PEMBULUH DARAH Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa darah dari jantung, kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan kimia antara darah dan jaringan dan vena, yang membawa darah dari kapiler kembali ke jantung. Pembuluh darah terbesar adalah aorta. Pembuluh darah adalah salah satu bagian dari sistem sirkulasi pada tubuh untuk membawa darah dari jantung yang terikat dengan oksigen ke organ tubuh, serta mengembalikan kembali darah yang telah dipakai dan terikat dengan karbon dioksida ke jantung untuk diambil lagi oksigen di paru-paru. 13



Bagi orang awam, pembuluh darah sering disebut dengan sebutan “urat”. Ada beberapa jenis pembuluh darah di tubuh manusia, seperti arteri, arteriol (arteri kecil), kapiler (pembuluh draha kecil di jaringan dan sel), venula (vena kecil), dan vena. Kesemua jenis pembuluh darah ini merupakan satu kesatuan dalam menjalankan fungsi sistem sirkulasi. Ibarat selang air yang mendistribusikan air keluar, maka pembuluh draah juga seperti itu, tetapi yang didistribusikan adalah darah.



JENIS – JENIS PEMBULUH DARAH Seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat beberap amacam jenis pembuluh darah di dalam tubuh manusia. Pembuluh darah dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu :



1. Arteri Arteri adalah pembuluh darah yang meninggalkan jantung. Fungsi dari arteri adalah mendistribusikan darah yang kaya oksigen ke kapiler sehingga dapat memperdarahi organ-organ tubuh. Darah meninggalkan jantung dari aorta menuju ke arteri. Pembuluh darah arteri memiliki dinding yang kuat. Selain itu, dindingnya juga bersifat elastis, sehingga mampu menahan tekanan yang kuat dari jantung, sehingga pembuluh darah arteri tidak mudah robek.



Letak pembuluh arteri agak ke dalam tubuh bila dibandingkan dengan jenis pembuluh darah vena. Hanya di beberapa bagian tertentu yang letaknya agak ke tepi, seperti di leher, pergelangan tangan, dan pelipis.



14



Pembuluh arteri ikut berdenyut mengikuti denyutan jantung. Aliran darah yang berada di dalam arteri pun sangat cepat, karena berasal langsung dari jantung. Terdapat perbedaan mendasar antara pembuluh arteri dan vena, yaitu jika pembuluh darah vena memiliki banyak katup, maka lain halnya dengan arteri. Pembuluh darah arteri hanya memiliki satu katup di pangkal berbatasan dengan bilik kiri jantung, atau biasa disbeut dengan valvula semilunar. Pembuluh darah arteri dibedakan lagi menjadi 3 bagian yang memiliki perbedaan pada letak dan ukurannya. Akan tetapi, fungsinya tetap sama. Ke-3 arteri tersebut adalah : a) Arteri Elastik Arteri elastik merupakan pembuluh darah arteri yang memiliki ukuran yang besar di tubuh. Contoh arteri-arteri elastik seperti aorta (arteri yang berada di dekat jantung dan menyambut darah langsug dari jantung) dan trunkus pulmonalis (pembuluh arteri yang mengalirkan darah dari bilik kanan jantung), serta cabang-cabang utamanya seperti aorta abdominalis, dan lain-lain Arteri jenis ini memiliki dinding yang tersusun dari jaringan ikat elastik yang banyak, sehingga ketika arteri ini mampu menahan tekanan yang tinggi dari darah saat dipompa oleh jantung. Sifat elastik yang dimiliki juga sangat membantu dalam melebarkan dan mengerutkan diameter pembuluh di saat-saat tertentu.



b) Arteri Muskular Sesuai dengan namanya, arteri jenis ini terletak di dekat otot-otot tubuh ataupun dekat dengan organ-organ tubuh. Contohnya adalah arteri radialis, arteri komunis, arteri brachialis, dan lain-lain. Penyusun arteri ini adalah jaringan otot polos.



15



c) Arteriol Arteri ini merupakan pipa terakhir dari arteri yang menghubungkan langsung dengan kapiler-kapiler dalam tubuh. Arteri jenis ini memiliki satu sampai dengan lima lapis jaringan otot polos. 2. Vena Pembuluh vena merupakan pembuluh darah yang bertugas membawa darah yang berasal dari kapiler menuju ke jantung. Pembuluh vena memiliki dinding yang tipis bila dibandingkan dengan arteri, namun tetap memiliki sifat elastis. Vena yang paling besar yang terletak di dekat jantung disebut dengan vena kafa. Vena kafa sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan letak dan fungsinya yang berbeda, yaitu : a) Vena Kafa Superior, yaitu vena kafa yang membawa darah ke jantung dari bagian tubuh atas b) Vena Kafa Inferior, yang bertugas membawa darah ke jantung dari bagian tubuh bawah. Vena terletak di bagian tubuh agak ke tepi. Pembuluh vena tidak memiliki aliran darah secepat arteri, karena vena tidak membawa darah yang berasal langsung dari jantung. Karena tidak mempunyai tekanan yang besar, maka pembuluh vena memiliki banyak katup yang berfungsi mencegah agara aliran darah tidak kembali lagi ke kapiler. Selain vena kafa, pembuluh vena juga terbagi lagi menjadi :



a) Vena Pulmonalis 16



Vena pulmonalis merupakan pembuluh vena yang bertugas untuk emmbawa darah segar yang telah terikat dengan oksigen ke dalam jantung. Terdapat dua vena pulmonalis, yaitu vena pulmonalis dextra yang membawa darah dari paru-paru kanan ke jantung, serta vena pulmonalis sinistra yang membawa darah dari paru-paru kiri ke jantung. b) Vena Cutanea Cutanea berarti kulit. Sesuai dengan namanya, vena jenis ini berada di bawah kulit, yang biasanya ditusuk saat seseorang diambil darah untuk melakukan cek gula darah, kolesterol dan lain-lain. c) Deep Vein Vena ini terletak berdekatan dengan arteri dan tidak tampak dengan mata telanjang jika dilihat dari luar. d) Venula Sama halnya seperti arteriol, venula merupakan vena dengan ukuran terkecil dan bertanggung jawab terhadap distribusi darah ke kapiler.



17



Gambar.1.6. Pembuluh Darah



3. Kapiler Pembuluh kapiler merupakan kelanjutan dari pembuluh arteri yang bertugas untuk mendistribusikan dan memberi makanan berupa darah yang kaya oksigen ke organorgan tubuh tempat kapiler tersebut berada. Setelah kapiler memberi darah yang kaya oksigen tersebut, maka kapiler juga akan mengambil dan menyerap sampah-sampah sisa metabolism seperti karbon dioksida sehingga dapat dialirkan melalui vena kembali ke jantung.



Terdapat beberapa jenis kapiler di dalam tubuh manusia, yaitu : a) Vas Capillare Continuum Jenis kapiler ini adalah kapiler terbanyak yang ada dalam tubuh. Dinding kapiler ini tersusun atas banyak jaringan endotel



18



b) Vas Capillare Fenestratum Perbedaan dengan vas capillare continuum terletak pada adanya pori-pori (fenestra) dalam kapiler jenis ini. Biasanya kapiler ini terletak di kelenjar endokrin, usus halus, dan glomerulus ginjal.



c) Vas Capillare Sinusoideum Biasanya kapiler ini terletak di hati, limpa, dan sumsum tulang. Membrane basalis kapiler ini tidak terbentuk secara sempurna, dan mempunyai diameter yang lebar serta terdapat celah di antara sel endotelnya.



C. FUNGSI PEMBULUH DARAH Secara umum, pembuluh darah ialah ibarat sebuah pipa panjang yang menyalurkan air ke tempat yang akan dituju. Begitu juga dengan pembuluh darah yang bertugas untuk mengalirkan darah k eorgan-organ di seluruh tubuh. Fungsi pembuluh darah juga dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenis dari pembuluh arteri dan vena, yaitu : •



Arteri berfungsi untuk mengangkut atau mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh, serta mengangkut oksigen ke organ-organ tubuh







Arteriola berfungsi untuk mengangkut darah dari arteri ke kapiler, dan juga sebagai regulator (pengaturan) utama aliran darah dan tekanan darah.







Kapiler berfungsi untuk memasok darah dari arteriola ke organ-organ tubuh, dan membuang sampah hasil metabolism organ tubuh







Venula berfungsi sebagai mengalirkan darah yang kembali dari organ tubuh kembali ke jantung







Vena berfungsi untuk mengangkut darah ke jantung dari venula serta mengangkut darah yang kaya akan karbon dioksida. 19



D. Perbedaan Arteri dan Vena •



Letak arteri lebih dalam (tidak tampak dari luar tubuh) daripada pembuluh vena







Dinding pembuluh arteri lebih tebal dan elastis daripada pembuluh vena







Aliran darah pada arteri bergerak meinggalkan jantung, sedangkan vena mendekati jantung







Denyut arteri dapat kita raba dan terasa pada bagian-bagian tertentu Karena memiliki tekanan yang kuat, daripada pembuluh vena







Hanya terdapat satu katup di pembuluh arteri, sedangkan di vena banyak







Jika terjadi luka dan pembuluh darah robek, maka darah di arteri akan memancar dengan kuat, tidak begitu dengan vena







Darah yang dibawa oleh arteri berisi darah bersih dengan kandungan oksigen, sedangkan vena berisi darah kotor yang mengandung karbon dioksida



Struktur Pembuluh Darah 1. Tunika Intima Tunika intima adalah lapisan paling dalam dari pembuluh darah yang terdiri dari selapis sel endotel yang membatasi permukaan dalam pembuluh. Terdapat lapisan subendotel yang berada dibawah lapisan endotel. Lapisan ini berperan dalam kontraksi pembuluh darah.



2. Tunika Media Lapisan ini berada di atas tunika intima dan merupakan lapisan tengah dari pembuluh darah. Tunika media tersusun atas serat otot polos yang melingkar. Tunika media dipisahkan oleh membrane lamina elastik interna yang mengandung serat elastik dan



20



berpori, sehingga zat-zat dapat masuk melalui pori tersebut. Sedangkan yang membatasi tunika media dengan tunika adventitia adalah lamina elastik eksterna.



3. Tunika Adventitia Merupakan lapisan terluar daripada pembuluh darah dan mengandung banyak jaringan ikat kolagen terutama kolagen tipe 1 dan jaringan elastik.



4. Arteri elastik



Merupakan penyambungan langsung antara arteri dengan vena. Anastomosis arteriovenosa tersebar di seluruh tubuh dan biasanya terdapat di pembuluh-pembuluh kecil, seperti di kuku, jari, dan telinga. Anastomosis ini dipersarafi oleh sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Anastomosis arteriovenosa juga perperan dalam sistem pengaturan suhu (termoregulator).



5. Vasa Vasorum Vasa Vasorum merupakan pembuluh darah kecil yang memberikan suplai metabolit untuk sel-sel di tunika media dan tunika adventitia pembuluh darah besar, baik arteri maupun vena.



21



Gambar 1.7. Struktur Dinding Pembuluh Darah



E. MEMBRAN SINOVIAL Membran sinovial adalah membran penting yang bertindak sebagai pelumas untuk pergerakan bebas sendi tersebut. Kata ‘sinovium’ berasal dari kata Latin yang berarti ‘dengan telur’, karena cairan sinovial yang hadir dalam sendi menyerupai putih telur. Membran sinovial adalah membran yang melapisi sendi sinovial. Membran ini terdiri dari jaringan lunak yang merupakan garis permukaan non-tulang rawan sendi dalam yang memiliki rongga (sendi sinovial).



22



Struktur Membran Sinovial Meskipun struktur sinovium sangat variabel, umumnya terdiri dari dua lapisan. Lapisan luar, juga dikenal sebagai subintima, bisa hampir semua jenis, yaitu, terdiri dari berserat, lemak atau jaringan longgar areolar. Lapisan dalam, juga dikenal sebagai intima, terdiri dari lembaran sel, ketebalan yang lebih tipis dari selembar kertas. Subintima yang longgar dan intima berada di membran lentur. Membran ini, bersama-sama dengan sel-sel intima, bertindak sebagai ban, yang melapisi cairan sinovial dari jaringan sekitarnya. Ini adalah refleks pelindung, yang membantu mencegah sendi terjepit ketika terjadi benturan. Sel-sel intima terdiri dari dua jenis, yaitu fibroblas dan makrofag. Fibroblast bertanggung jawab untuk pembuatan rantai polimer gula yang dikenal sebagai Hyaluronan. Hal ini memberikan cairan sinovial konsistensi berurat-nya. Hal ini membantu untuk melumasi permukaan sendi. Makrofag bertanggung jawab untuk menelan molekul asing yang berbahaya. Permukaan sinovium mungkin datar atau dapat ditutupi dengan jari seperti proyeksi yang dikenal sebagai vili. Bantuan ini untuk memungkinkan jaringan lunak untuk mengubah bentuk sebagai sendi bergerak. Pasokan darah dilakukan oleh jaring padat pembuluh darah yang hadir tepat di bawah intima. Ini membantu untuk memberikan nutrisi untuk sinovium dan kartilago avaskular. Membran sinovial dan periosteum juga sangat dekat satu sama lain, dan kadangkadang beberapa daerah dari tulang rawan sebelah perlu untuk mendapatkan nutrisi secara tidak langsung dan dapat melakukannya dengan difusi melalui tulang rawan.



23



Gambar 1.8. Membran sinovial



Fungsi Membran Sinovial Bertentangan dengan kepercayaan umum, ruang di mana cairan sinovial berada tidak terlalu besar. Dengan demikian, membran memiliki berbagai fungsi, yang paling penting adalah untuk menyediakan ruang pemisahan atau pemutusan antara jaringan padat sehingga gerakan dapat terjadi dengan lancar tanpa gesekan apapun. Membran sinovial juga membantu sebagai kemasan yang dapat berubah bentuk dengan cara yang diperlukan untuk gerakan. Ini adalah alasan mengapa Membran sinovial harus begitu fleksibel. Membran ini juga memiliki tugas mengendalikan volume cairan yang hadir dalam rongga sinovial sehingga hanya cukup untuk 24



memungkinkan komponen solid untuk bergerak bebas satu sama lain. Setiap perubahan mendadak dalam buku ini bisa mengakibatkan berbagai penyakit dan gangguan.



F. LIGAMEN DAN TENDON Ligamen adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut yang berperan dalam menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang lain pada sendi. Ligament adalah pita jaringan elastis yang mengikat luar ujung tulang yang saling membentuk persendian, membantu mengontrol rentang gerak, dan menstabilkan mereka sehingga tulang dapat bergerak dengan baik. Tanpa adanya ligament, antara tulang yang satu dengan tulang yang lain tidak akan menyatu dan juga tidak dapat melakukan pergerakan saat otot berkontraksi. Walaupun bisa, gerakan yang ditimbulkan tidak akan sempurna.



Ligament biasanya memiliki elastisitas yang tinggi, yang dapat memperpanjang dan mengubah bentuk mereka ketika berada dalam ketegangan dan kemudian kembali ke bentuk aslinya saat ketegangan itu mereda. Namun, terdapat beberapa pengecualian dalam hal ini, seperti ligament ovarium ligament putaran rahim, dan ligament suspensorium ovarium.



25



Gambar. 1.9. Ligamen manusia



STRUKTUR LIGAMEN Ligament merupakan jaringan ikat yang memiliki komponen-komponen biomekanik yang unik. Ia digambarkan sebagai pita padat jaringan ikat kolagen. Struktur ligament terdiri dari protein yang disebut dengan kolagen. Protein kolagen ini berbentuk panjang, fleksibel, dan berbentuk seperti benang atau serat.



Serat kolagen banyak ditemukan di tubuh manusia maupun mamalia lainnya. Kehadiran jaringan kolagen membuat kulit menjadi elastis dan membentuk sebagian besar jaringan ikat. Sifat elastis yang dimilikinya membuat kulit dapat teregang ketika 26



tubuh melakukan gerakan seperti melipat siku, dan lain sebagainya. Serat kolagen sering diatur dalam pola persimpangan, yang membantu mencegah sendi tubuh bergerak melebihi batas kewajarannya.



Gambar.1.10. Struktur Ligamen



FUNGSI UMUM LIGAMEN 1. Menentukan rentang gerakan Ligament yang berada dalam setiap sendi tubuh bertanggung jawab terhadap menentukan sejauh mana rentang gerakan yang dari sendi tersebut. Sehingga dengan demikian, dapat mencegah terjadinya dislokasi sendi. Ligament juga dapat membantu mencegah hiperekstensi tulang atau sendi. Jadi singkatnya, ligament berfungsi untuk menstabilkan sendi dan membimbing mereka selama gerakan.



27



2. Perlindungan tulang dan sendi Ligament dapat memberikan perlindungan terhadap tulang dan sendi dari patah, dikarenakan ketika terjadi ketegangan pada sendi, ligament dapat berubah bentuk di bawah beban konstan. 3. Proprioseptif Fungsi lain dari ligament adalah untuk mempertahankan postur seseorang dengan sistem proprioseptif. Contohnya ialah ketika sendi lutut dibengkokkan, maka akan merangsang saraf proprioseptif untuk membuat kontraksi otot pada saat yang bersamaan ,sehingga membuat orang menyadari posisi lutut dan kaki.



JENIS DAN FUNGSI KHUSUS LIGAMEN Ligament dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utaman, yaitu : 1. Ligament articular Ligament articular merupakan jaringan ikat yang menghubungkan antara tukangtulang untuk membentuk sendi. Ligament ini sangat kuat dan berserat padat. Fungsi dari ligament articular ialah untuk mengubungkan jaringan dan membantu melenturkan atau memperpanjang jaringan tubuh. Contoh ligament ini seperti : •



Bagian kepala dan leher meliputi ligament krikotiroid, ligament periodontal, dan ligament suspensorium okluar







Bagian pergelangan tangam terdiri atas ligament dorsal radiokarpal, ligament kolateral, ligament palmar radiokalpar, dan lain sebagainya.







Bagian dada meliputi ligament suspensorium







Bagian lutut meliputi ligament patella, ligament cruciatum anterior, ligamen kaudal, ligament kolateral lateralis, dan ligament kolateral



28



2. Ligament remnant fetal Ligament ini merupakan ligament yang telah ada sejak lahir dan masih tetap berkembang menjadi jaringan menyerupai ligament. Contohnya ialah : •



Ligament venosum







Ligament arteriosum







Tali arteri umbilikalis







Ligamentum lingkaran hati



3. Ligament peritoneal Merupakan ligament yang terbentuk di dalam dan di sekitar lapisan membrane dari rongga perut. Ligament peritoneal mengelilingi sejumlah pembuluh darah di rongga perut, termasuk pembuluh darah portal ke hati, dan berperan pad abagian penting dari sistem reproduksi wanita. Contoh dari ligament ini ialah : •



Ligament hepatoduodenal







Ligament uterus



4. Ligament Aksesorium Merupakan ligament dengan struktur yang dapat memperkuat ligament lain (pembantu). Contohnya ligament yang ada di tulang belakang yang dapat memberikan stabilitas tulang atau tulang rawan



MEKANISME KERJA LIGAMEN Pada dasarnya, prinsip kerja dari ligament sangat berkaitan dengan tendon. Ligament dan tendon merupakan jaringan pasif yang tidak memiliki kemampuan melakukan kontraksi untuk menghasilkan gerakan. Tendon membantu terjadinya pergerakan sendi dengan cara mentransmisikan tekanan dari otot ke tulang. Dibandingkan dengan otot, tendon memiliki serat yang kaku, memiliki kekuatan tarik yang besar, dan dapat 29



menahan tegangan yang besar. Oleh karen aitu pada ruang yang pergerakannya terbatas, kerjasama otot ke tulang dilaksanakan oleh tendon.



Tendon mampu menahan beban yang sangat besar dengan deformasi yang sangat kecil. Sifat ini mampu menjadikan tendon untuk mentransformasikan gaya ke tulang tanpa menghabiskan energi untuk regangan tendon.



Ligament sendiri berperan melanjutkan gaya yang ditransmisikan dari otot antara tulang yang satu dengan tulang yang lain, sehingga ketika terjadi suatu pergerakan, stabilitas sendi dapat dipertahankan. Tendon dan ligament termasuk kuat dan tidak akan putus dengan mudah. Kerusakan umumnya terjadi di pertemuan dengan tulang.



TENDON Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Contohnya ditubuh kita terdapat otot rangka yang bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan kita untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan bergerak. Nah, Ketika otot berkontraksi, maka tendon lah yang menarik tulang dan menyebabkan terjadinya gerakan.



STRUKTUR TENDON Jadi, setiap struktur dalam tubuh kita dapat dipecah menjadi empat tipe dasar dari jaringan, meliputi : • • •



Jaringan epitel → meliputi struktur untuk melapisi permukaan tubuh Jaringan otot → menghasilkan gaya dan gerakan Jaringan saraf → mendeteksi perubahan tubuh dan menyampaikan pesan 30







Jaringan ikat → melindungi dan mendukung organ dan jaringan lain



Tendon termasuk dalam kategori jaringan ikat. Sebuah tendon yang utuh dibangun dengan membentuk dan menggabungkan beberapa lapisan jaringan ikat. Berikut akan dijelaskan lapisan-lapisan yang selanjutnya membentuk susunan tendon, meliputi : 1. Kolagen Bahan bangunan utama tendon adalah serat kolagen. Serat ini sangat kuat, fleksibel, dan tahan terhadap kerusakan dari tarikan atau tegangan. Serat kolagen biasanya diatur dalam berkas/bundel paralel, yang membantu memperbanyak kekuatan serat individu.



2. Endomisium Struktur tendon dan otot secara harfiah terhubung dan saling terkait. Jauh di dalam otot terdapat selubung yang sangat tipis yang menjaga serat otot yang paling dalam yang terpisah satu sama lain. Lapisan ini disebut endomisium (Endo: dalam, mysium: otot)



3. Perimisium Sekelompok 10 sampai 100 serat otot aman dibungkus dalam lembaran endomisium membentuk fasikula. Kolagen dari lapisan endomisium memanjang keluar dan bergabung dengan lapisan kolagen yang lebih besar yang mencakup setiap lembaran. Lapisan ini disebut perimisium (peri : sekitar).



31



4. Epimisium Disekitar setiap otot terdapat lapisan lain yang disebut epimisium (epi: pada). Lapisan ini juga terdiri dari serat kolagen panjang dari lapisan di bawahnya, perimisium dan endomisium.



5. Fasia dalam Setiap otot-otot ini dibungkus dalam epimisium sendiri, tetapi mereka juga terhubung satu sama lain dengan lapisan lain yang disebut kolagen fasia dalam. Lapisan ini memegang otot bersama-sama, memungkinkan untuk gerakan bebas dari otot-otot, dan menyediakan suplai darah. Kolagen dari fasia dalam juga terhubung ke kolagen dari lapisan otot yang sebelumnya.



Lalu masing-masing dari empat lapisan dari atas yang terutama kolagen dari lapisan terdalam endomisium membentang sampai ke kolagen dari fasia dalam bergabung membentuk tendon.



Gambar. 1.11. Struktur Tendon 32



struktur tendon susunan yang paling kecil sampai membentuk unit tendon, meliputi :



FUNGSI TENDON Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya fungsi utama dari tendon adalah untuk memungkinkan pergerakan bebas dan fleksibel dalam tubuh seperti berlari, melompat, berjalan, mengangkat, menari dan kegiatan fisik lain yang serupa yang bisa dilakukan oleh tendon.



MEKANISME KERJA TENDON Kita sudah mengetahui bahwa tendon itu adalah struktur kolagen yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon biasanya terdapat pada otot rangka yang ujung dari otot itu melekat pada tulang. Untuk mekanisme kerjanya sangat berhubungan dengan kontraksi otot dimana awalnya pada saat kita bergerak atau mengangkat barang maka secara tidak langsung otot mengalami peregangan sehingga akan terjadi impuls aferen ke reseptor peregangan di medulla spinalis, kemudian impuls ini akan diteruskan menjadi impus eferen ke motor neuron yang menyebabkan kontraksi otot. Kontraksi dari otot yang mengalami peregangan akan diteruskan sampai ke tendon untuk menarik tulang sehingga terjadi pergerakan. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut : •



Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.







Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang ikut bergerak ketika otot berkontraksi.



33



G. SARAF Istilah penting ➢ Impuls yaitu rangsangan atau pesan . Disampaikan melalui senyawa kimia dalam tubuh yaitu asetilkolin. ➢ Reseptor yaitu struktur yang dapat menerima impuls.Dapat berupa sel, jaringan atau organ, alat gerak, otot. ➢ Efektor yaitu struktur yang dapat menanggapi impuls. Dapat berupaa sel, jaringan atau organ, alat gerak, otot. ➢ Neuron atau sel saraf yaitu merupakan sel yang terpanjang yang dimilki oleh tubuh manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke tempat yang dituju. Organel penyusun sel Neuron 1. Dendrite merupakan penjuluran pnedek yang keluar dari badan sel. Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari luar sel neuron ke dalam badan sel. 2. Badan sel merupakan bagian neuron yang banyak mengandung cairan sel (sitoplasma) dan terdapatnya nucleus (inti sel). Berfungsi sebagai penerima impuls dari dendrti dan menghantarkannya menuju axon dengan perantaraan sitoplasma. 3. Sitoplasma merupakan cairan pengisi badan sel. Berfungsi untuk mempercepat penyampaian/penghantaran impuls dalam sel. 4. Nukleus



merupakan



bagian



terpenting



dari



sel.benetuknya



akan



menyesuaikan bentuk sel. Berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel dan pembelahan sel.



34



5. Axon/neurit merupakan poenjukluran yang panjang yang keluar dari badan sel. Berfungsi untuk menerima impuls dari badan sel dan menghantarkannya ke percabangan axon. 6. Percabangan axon merupakan bagian dari axon yang bercabang-cabang. Berfungsi menerima impuls dari axon. 7. Selubung neurolema/neurilema merupakan selaput tipis yang berda paling luar dari axon. Berfungsi untuk melindungi axon serta memberikan nutrisi pada axon serta regenrasi pada selubung mielin. 8. Selubung myelin merupakan selaput tipis yang berhubungan langsung dengan axon dan terletak setelah selubung neurilema. Berfungsi untuk melindungi axon dan memberikan nutrisi pada axon. 9. Sel Schwann merupakan sel-sel yangterdapat di dalam selubung myelin. Berfungsi untuk memperbaiki sel axon yang rusak/regenerasi. 10. Nodus Ranvier merupakan celah diantara axonyang tidak tertutup oleh selubung neurilema. Berfungsi untuk mempercepat penyampaian impuls ke neuron. Pembagian sel neuron a. Berdasarkan fungsinya 1.



Saraf sensorik/aferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (SSP).



2.



Saraf motorik/eferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari SSP ke efektor.



3.



Saraf asosiasi/interneuron yaitu neuron yang menghubungkan saraf sensorik dengan sarf motorik di dalam SSP.



35



b. Berdasarkan strukturnya 1. Neuron unipolar yaitu neuron yang memiliki satu buah axon yang bercabang. 2. Neuron bipolar yaitu neuron yang memiliki satu axon dan satu dendrite. 3. Neuron multipolar yaitu neuron yang memiliki satu axon dan sejumlah dendrite.



Sinapsis ➢ Merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain. biasanya terjadi dari ujung percabangan axon dengan ujung dendrite neuron yang lain. ➢ Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Di dalam celah sinapsis inilah terjadi loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion,baik ion positif dan ion negatif. Di dalam celah sinapsis ini juga terjadi pergantian antara impuls yang satu dengan yang lain, sehingga diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan asetilkolin pembawa impuls yang ada. Dalam celah sinapsis juga terdapat penyampaian impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai pengirim (transmitter).



Muatan listrik dalam neuron ➢ Muatan listrik yang terjadi dalam satu axon akan memiliki muatan listrik yang berbeda antara lapisan luar dan lapisan dalam axon. ➢ Polarisasi yaitu keadaan istirahat pada sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik positif dibagian luar dan muatan listrik negative di bagian dalam.



36



➢ Depolarisasi yaitu keadaan bekerjanya sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik positif di bagian dalam dan muatan listrik negative di bagian luar.



Gerakan berdasarkan tanggapan impuls 1. Gerak biasa merupakan gerakan yang disadari dan impuls akan diolah oleh SSP (otak dan medulla spinalis) terbeih dahulu sebelum terjadi gerakan.



Skema/bagan gerakan biasa Impuls →



reseptor → neuron sensorik → medulla spinalis → otak →



Medulla spinalis → interneuron → neuron motorik → Efektor → gerakan



2. Gerak refleks merupakan gerakan yang tanpa disadari karena menanggapi impuls secara langsung. Sehingga sifat gerakan ini tidak diolah terlebih dahulu oleh otak. Jarak terpendek efektor dalam menanggapi impuls disebut dengan lengkung refleks.



Skema/bagan gerak refleks Impuls → reseptor → neuron sensorik → medulla spinalis → interneuron → Neuron motorik → efektor → gerakan.



3. Macam gerakan refleks tergantung dari tanggapan efektor terhadap impuls yang ada. Bila tanggapan terhadap impuls melibatkan satu efektor saja, maka disebut dengan refleks tunggal. Jika tanggapan terhadap impuls melibatkan lebih dari 1 efektor maka disebut dengan refleks kompleks.



37



SSP (Sistem Saraf Pusat) 1. Otak Diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan : a. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis. b. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan. c. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.



Otak dibagi menjadi beberapa bagian : a. Cerebrum ✓



Merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu 7/8 dari otak.







Mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan kiri yang berfungsi mengatur kegaiatan organ tubuh bagian kanan. Kemudian otak besar belahan kanan yang berfungsi mengatur kegiatan organ tubuh bagian kiri.







Bagian



kortex



cerebrum



berwarna



kelabu



yang banyak



mengandung badan sel saraf. Sedangkan bagian medulla berwarna 38



putih yang bayak mengandung dendrite dan neurit. Bagian kortex dibagi menjadi 3 area yaitu area sensorik yang menerjemahkan impuls menjadi sensasi. Kedua adalah area motorik yang berfungsi mengendalikan koordinasi kegiatan otot rangka. Ketiga adalah area asosiasi yang berkaitasn dengan ingatan, memori, kecedasan, nalar/logika, kemauan. ✓



Mempunyai 4 macam lobus yaitu : •



Lobus frontal berfungsi sebagai pusat penciuman, indera peraba.







Lobus temporal berungsi sebagai pusat pendengaran







Lobus oksipetal berfungsi sebagai pusat pengliihatan.







Lobus



parietal



berfungsi



sebagai



pusat



ingatan,



kecerdasan, memori, kemauan, nalar, sikap.



b. Mesencephalon ✓



Merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan jembatan varol.







Berfungsi sebagai pusat pengaturanan refleks mata, refleks penyempitan pupil mata dan pendengaran.



c. Diencephalaon ✓



Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan mesencephalon.







Terdiri dari talamus yang berfungsi untuk stasiun pemancar bagi impuls yang sampai di otak dan medulla spinalis. 39







Bagian yang kedua adalah hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan suhu tubuh, selera makan dan keseimbangan cairan tubuh, rasalapar, sexualitas, watak, emosi.



d. Cerebellum ✓



Merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar. Berfungsi sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubuh serta posisi tubuh.







Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan belahan cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan varoli yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari otot-otot belahan kiri dan kanan.



2. Medula a. Medulla oblongata ✓



Disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau batang otak.







Terletak langsung setelah otak dan menghubungkana dengan medulla spinalis, di depan cerebellum.







Susunan kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna putih dan bagian medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna kelabu.







Berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut jantung, penyempitan dan pelebaran pembuluh darah, tekanan darah, gerak alat pencernaan, menelan, batuk, bersin,sendawa.



b. Medulla spinalis 40







Disebut dengan sumsum tulang belakang dan terletak di dalam ruas-ruas tulang belakang yaitu ruas tulang leher sampaia dengan tulang pinggang yang kedua.







Berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls dari organ ke otak dan dari otak ke organ tubuh.



SST (Susunan Saraf Tepi/Perifer) Merupakan system saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan system saraf pusat.



1. Sistem saraf sadar/somatik Merupakan system saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah oleh otak. Bedakan menjadi dua yaitu : a. Sistem saraf pada otak ✓



Merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan menjadi 12 pasang saraf yaitu : No



Nama saraf



Jenis saraf



Menuju



Fungsi



I



OLFAKTORI



Sensorik



Pusat pembau



Berkaitan dengan penciuman



II



OPTIK



Sensorik



Retina mata



Berkaitan dengan penglihatan



III



OKULOMOTOR



Motorik



Otot bola Menggerakan mata dan bola mata (kiri otot dan kanan) kelopak mata 41



Untuk akomodasi dan kontraksi iris IV



TROKLEAR



Motorik



Oto bola Untuk mata memutar bola mata



V



TRIGEMINUS a. OFTALMIK



Motorik



Membawa Kelopak impuls yang mata atsa, berkaitan bola mata, dengan sensai kelenjar rasa, nyeri, lakrimal raba dan suhu.



b. MAKSILAR



c. MASNDIBULA R



VI



Abdusen



Motorik



Mukosa hidung, langitlangit rongga mulut, taring, gigi atas, pipi dan kelopak mata bawah. Lidah bagian atas (bukan pengecap) , gigi bawah dan rahang bawah. Otot Pergerakan penggerak rektus lateral bolamata 42



VI I



No



Facial



Nama saraf



VIII Vestibulo koklear



Motorik



Jenis saraf Sensorik



Menuju



Lidah bagian oengecap anterior



Mempengaruh i pergerakan otot-otot rahang, wajah, kepala serta ekskresi kelenjar ludah dan air mata.



Fungsi



Koklea telinga, Berkaitana vestibula dan kanal dengan semisirkularis pendengaran dan keseimbangan.



IX



Glosofaring



Motorik



Lidah pengecap, Mempengaruhi tonsil langit-langit pergerakan otot mulut, kulit telinga faring dan lidah.



X



Vagus



Motorik



Faring, trakea, pulmo, aorta



XI



Asesori spinal



Motorik



Otot Mengkoordinasi sternokleidomastoid gerakan bahu dan otot trapezius dan leher.



XII



Hipoglosus



Motorik



Otot lidah



laring, Mempengaruhi bronkus, pergerakan lengkung menelan, stimulasi kelenjar lambung, usus, hati dan pankreas.



Berkaitan dengan kegiatan



43



menelan berbicara.



dan



b. Sistem saraf sumsum spinalis ✓ Merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinali (sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis. ✓ 31 pasang saraf medula spinalis yaitu : Jumlah



Menuju



8 pasang



Medula spinalis daerah Servix



12 pasang



Punggung



Organ-organ dalam



5 pasang



Lumbal/pinggang



Paha



5 pasang



Sakral/kelangkang



Otot betis, kaki dan jari kaki



1 pasang



koksigeal



Sekitar tulang ekor



Kulit kepala, leher dan otot tangan



2.Sistem saraf Otonom ➢ Merupakan sistem saraf yang cara kerjanya secara tidak sadar/diluar kehendak/tanpa perintah oleh otak. ➢ Sistem saraf yang mensarafi seluruh otot polos, otot jantung, kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. ➢ Dibedakan menjadi 2 bagian yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik yang keduanya bekerja secara antagonis/berlawanan.



a. Sistem saraf simpatik ✓



Merupakan 25 pasang simpul saraf (ganglion) yang terdapat di medulal spinalis. 44







Disebut juga dengan sistem saraf thorakolumbar karena saraf ini keluar dari vertebrae thorak ke-1 sampai ke-12 dan vertebrae kolumbar ke-1 sampai dengan ke-3.







Beberapa fungsi sistem saraf simpatik yaitu : ▪



Mempercepat denyut jantung







Memperlebar pembuluh darah







Menghambat pengeluaran air mata







Memperluas/memperlebar pupil







Menghambat sekresi air ludah







Memperbesar bronkus







Mengurangi aktivitas kerja usus







Menghambat pembentukan urine



b. Sistem saraf parasimpatik ✓



Merupakan sistemsaraf yang keluar dari daerah otak.







Terdiri dari 4 saraf otak yaitu saraf nomor III (okulomotorik), nomor VII (Facial), nomor IX (glosofaring), nomor X (vagus).







Disebut juga dengan sistem saraf craniosakral karena saraf ini keluar dari daerah cranial dan juga dearah sakral.







Beberapa fungsi sistem saraf parasimpatik yaitu : ▪



Memperlambat denyut jantung







Mempersempit pembuluh darah







Memperlancar pengeluaran air mata







Memperkecil pupil







Memperlancar sekresi air ludah







Menyempitkan bronkus 45







Menambah aktivitas kerja usus







Merangsang pembentukan urine



46



BAB II PRINSIP



DASAR



CEDERA



OLAHRAGA



PENYEBAB



DAN



PERTOLONGAN SECARA UMUM



Olahraga merupakan aktivitas fisik yang membutuhkan tenaga dan semangat untuk melakukannya. Dengan berolaraga tubuh menjadi sehat dan bugar sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Seseorang yang rutin berolahraga akan terhindar dari berbagai penyakit dan badan menjadi bugar. Orang yang rutin berolahraga memiliki daya tahan tubuh atau sistem imun yang baik, dibandingkan dengan orang yang jarang berolahraga. Sehingga terhindar dari berbagai penyakit yang dapat menyerang tubuh kapanpun. Untuk itu kita harus menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar. Dengan berolahraga dapat menghilangkan rasa malas dan menjadikan tubuh menjadi bugar. Ketika tubuh bugar dalam melakukan aktivitas sehari – hari, seperti : bekerja, belajar dan sekolah menjadi ringan dan mudah. Dalam dunia olahraga kita tentunya mengenal yang namanya cedera. Cedera merupakan musuh yang menakutkan bagi para olahragawan. Karena setiap olahragawan atau atlit dapat menderita cedera yang diakibatkan oleh pergerakan yang salah pada saat bermain atau berolahraga. Menurut wibowo (1995) dalam jamal (2009:1) “Cedera olahraga (sport injury) yaitu segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan) ataupun sesudah pertandingan”. Yang biasa terkena adalah tulang, otot, tendo serta ligamentum. Dengan demikian pengetahuan tentang cedera olahraga berguna untuk mempelajari cara terjadinya cedera olahraga mengobati/menolong/menanggulangi (kuratif) serta tindakan preventif (pencegahan). Biasanya cara yang efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenalai bagaimana tubuh kita memberi respon terhadap 47



cedera tersebut. Hal itu juga, dapat memahami tubuh sehingga kita dapat mengetahui apa yang harus dilakukan unuk mencegah terjadinya cedera, Untuk mendeteksi suatu cedera agar tidak menjadi lebih parah, yang dilakukan adalah dengan diberi penanganan secara profesionalannya.



Pengertian Prinsip Cedera Olahraga Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Atok Iskandar (1994;13)



cedera



adalah suatu gaya-gaya bekerja pada tubuh atau sebagian dari tubuh yang melampui kemampuan tubuh untuk mengatasinya. Gaya-gaya ini berlangsung dengan cepat atau jangka lama. Ada pun menurut Hardianto Wibowo (1995; 11) yang dimaksud dengan cedera olahraga (Sport Injures) adalah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupn pada waktu olahraga (pertandingan) ataupun sesudah pertandingan. Menurut Garisson (2001: 320-321) faktor penyebab terjadinya cedera olahraga adalah: (a) Faktor instrinsik yang meliputi: kelemahan jaringan, fleksibilitas, kelebihan beban, kesalahan biomekanika, kurangnya penyesuaian, ukuran tubuh, kemampuan kinerja, gaya bermain (b) Faktor ekstrinsik yang meliputi: perlengkapan yang salah, atlet lain, permukaan bermain, cuaca. Cedera dalam dunia olahraga dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu: cedera ringan/cedera tingkat pertama, cedera sedang/cedera tingkat kedua, dan cedera berat/cedera tingkat ketiga. Dengan memiliki pengatahuan tentang cedera dapat berguna



untuk



mempelajari



cara



terjadinya



cedera,



mengobati/menolong/menanggulangi (kuratif) serta tindakan pencegahan (preventif). Jones (1996; 53) mengemukakan bahwa dalam Ilmu kesehatan diutamakan tindakan preventif (pencegahan) daripada tindakan kuratif (pengobatan) karena: 1. Mencegah memerlukan biaya yang lebih ringan daripada mengobati. 2. Jika tindakan pengobatan tidak sempurna akan menimbulkan cacat/ invalid. 3. Selama sakit dapat mengurangi produktivitas. 48



Faktor Penyebab Cedera Olahraga A. Faktor Internal Adalah penyebab cedera olahraga yang terjadi karena adanya rangsang/ pengaruh yang berasal dari dalam individu. Faktor – faktor internal tersebut diantaranya adalah : 1. Umur : pada usia 30 – 40 tahun kekuatan otot relatif menurun, sedangkan elastisitas tendon telah menurun setelah usia 30 tahun sementara kekuatan otot menurun setelah usia 40 tahun. Kekuatan otot mencapai maksimal pada usia 25 tahun. Sehingga semakin usia seorang atlet bertambah maka semakin berpengaruh terhadap kondisi fisik atlet dan lamanya proses penyembuhan akibat cedera semakin lama. 2. Faktor Pribadi : kematangan ( motoritas )/ keterampilan seorang atlet/ olahragawan yang masih rendah akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan seorang atlet/ olahragawan yang telah terampil. Maka semakin bagus kemampuan motoriknya maka semakin kecil kemungkinan terkena cedera. 3. Pengalaman : seorang atlet yang telah berpengalaman akan lebih kecil kemungkinan terkena cedera bila dibandingkan dengan atlet yang masih belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan pengalaman seorang atlet senior atau atlet yang banyak pengalaman dalam bertanding telah menyadari akan resiko dari terjadinya cedera sehingga resiko terjadinya cedera akan lebih kecil dibandingkan dengan seorang atlet pemula. 4. Tingkat latihan : latihan – latihan yang berat sehingga overuse akan dapat menambah resiko cedera dibandingkan dengan latihan dasar. Karena penggunaan otot yang yang lebih kompleks. 49



5. Teknik Latihan : bila teknik latihan dilakukan secara benar maka akan mengurangi resiko cedera. Misalnya seorang pemain bola Voli melakukan smash dengan meloncat dan turun dengan posisi pergelangan kaki menekuk akan mengakibatkan kerobekan ligament talofibolare atau ketika berlari salah satu kaki terperosok ke lubang sempit sehingga sendi lutut seperti diluruskan secara paksa atau tulang betis tertekuk sehingga mengakibatkan patah tulang. 6. Warming Up : apabila pemanasan/ warming up ini tidak dilaksanakan dengan baik/ tidak memadai akan menyebabkan latihan fisik yang terjadi secara fisiologi tidak dapat diterima oleh tubuh karena otot belum siap menerima pembebanan. Jadi pemanasan itu penting agar tubuh dapat beradaptasi terlebih dahulu sehingga mengurangi resiko cedera akibat kurang elastisitas sendi. 7. Recovery Period : perlunya pemberian waktu istirahat bagi organ tubuh untuk merecovery organ – organ agar dapat bekerja prima lagi sangat penting untuk mengghindari resiko terkena cedera. Semisalnya padatnya frekuensi latihan menjelang kompetisi tanpa adanya waktu recovery atau jarak kompetisi yang terlalu dekat mengakibatkan kurangnya waktu bagi organ tubuh untuk recovery. 8. Kondisi Tubuh yang Kurang Fit : kondisi tubuh yang kurang baik sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahraga karena jaringan – jaringan tubuh kekurangan sistem imun dan lemahnya system koordinasi sehingga akan lebih mudah mengalami cedera. 9. Keseimbangan nutrisi : bila seorang atlet memiliki keseimbangan nutrisi yang baik maka lebih kecil kemungkinan mendapatkan cedera, dan bila cedera pun akan lebih cepat proses penyembuhannya karena nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk recovery terpenuhi dengan baik. 10. Hal – Hal lain yang berpengaruh : istirahat yang cukup, hindari gaya hidup tidak sehat



50



B. Faktor Eksternal Adalah faktor – faktor yang berada di luar individu namun memberikan pengaruh terhadap individu tersebut. Faktor – faktor eksternal penyebab cedera tersebut antara lain : 1. Kondisi lapangan : lapangan yang licin dan tidak rata akan lebih mudah mengakibatkan cedera. 2. Peralatan : peralatan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga akan menghindari terjadinya cedera. 3. Kondisi lingkungan : bila kondisi penerangan kurang semisal dalam permainan basket akan mengakibatkan benturan dengan pemain lawan sehingga mengakibatkan cedera. Selain itu cuaca yang buruk juga lebih banyak menyebabkan cedera. 4. Penonton : penonton yang fanatic biasanya melakukan apa saja saat timnya kalah bahkan dapat mencederai pemain lawan timnya. 5. Wasit ; wasit yang kurang tegas dalam memimpin pertandingan dan kurang memahami peraturan terutama pertandingan yang memerlukan kontak fisik akan dapat mengakibatkan atletnya cedera. 6. Sifat dari cabang olahraga, misalnya olahraga yang membutuhan kekuatan yang besar dan penggunaan otot yang lebih kompleks akan lebih mudah mengakibatkan cedera. 7. Kesimpulan : Cedera olahraga dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut antara lain umur, faktor pribadi, pengalaman, tingkat latihan, teknik latihan, warming up, recovery period, kondisi tubuh yang kurang fit, keseimbangan nutrisi, dan gaya hidup atlet. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah kondisi lapangan, peralatan, kondisi lingkungan, penonton, wasit, dan sifat dari cabang olahraga tersebut. Cedera olahraga dapat 51



diminimalisasi dengan pemberitahuan pengetahuan tentang cedera olahraga pada atlet dan dampaknya serta pengorganisasian sistem latihan dan perlengkapan latihan atlet.



Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera olahraga. Sekarang hendakna kita satukan bahasa dahulu bahwa yang paling sental dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang olahraga.



Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit. Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera.



Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar. Banyak sekali penyebab-penyebab cedera olahraga yang perlu diperhatikan, sehingga para atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga.



PENYEBAB LAIN CEDERA OLAHRAGA 52



Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara olahraga.



1. Faktor olahragawan/olagragawati a. Umur Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatankegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.



b. Faktor pribadi Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.



c. Pengalaman Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.



d. Tingkat latihan Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena “over use”.



e. Teknik Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.



53



f. Kemampuan awal (warming up) Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain.



g. Recovery period Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari. h. Kondisi tubuh yang “fit” Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.



i. Keseimbangan Nutrisi Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat.



j. Hal-hal yang umum Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.



k. Peralatan dan Fasilitas Peralatan



:



Bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik



akan mudah terjadinya cedera. 54



Fasilitas



:



Kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat



body contack, serta jenis olahraga yang khusus.



2. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.



PENCEGAHAN CEDERA Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masingmasing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.



1.



Pencegahan lewat keterampilan



Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapat mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.



1. Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap 2. Kulit dan otot terasa mengembang 3. Kehilangan selera makan 55



4. Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah 5. Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat 6. Penurunan berat badan 7. Melambatnya pemulihan 8. Cenderung menghindari latihan atau pertandingan



2.



Pencegahan lewat Fitness



Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.



1. Strength Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera.



2. Daya tahan Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.



3. Pencegahan lewat makanan Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya.



56



Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan. Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan : ▪



Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai.







Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.







Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.



3.



Pencegahan lewat lingkungan



Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.



1. Peralatan Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari orang lain. Sepatu yang baik sangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat memperkecil resiko cedera olahraga.



Kontruksi sepatu 57



Sepatu lari yang baik mempunyai cirri-ciri kontruksi sebagai berikut: 1)



Sol relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga mampu meredam



benturan. Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata (bergelombang atau berkembang-kembang). 2) Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm). 3)



Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “Achilles pad” dengan



tujuan mencegah cedera tendon Achilles. 4) Terdapat “arch support” yang baik. 5) Harus cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah. 6) “Heel counter” harus kuat dan kaku. 7) Berat sepatu sekitar 238-340 gram.



Sepatu dikatakan pas jika jarak antara ujung jari kaki dengan bagian depan sepatu selebar satu jari tangan (1,5 cm), bagian yang lebar dari kaki pas dengan bagian lebar dari sepatu, serta tumit “terpegang” dengan pas pada “counter” (bagian belakang sepatu). Pengepasan sepatu harus dengan memakai kaos kaki (harus cukup empuk dan tebal) yang bisa digunakan.



2. Medan Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.



4.



Pencegahan lewat pakaian



Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan 58



tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit.



5.



Pencegahan lewat pertolongan



Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.



6.



Implikasi terhadap pelatih



Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting.



PERAWATAN DAN PENGOBATAN CEDERA OLAHRAGA Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur tulang (patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil atau besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi akan ada warna ungu, nyeri dan bengkak.



1.



Penanganan pendarahan



59



Penanganan cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan lokal. 1. Akut (0-24 jam) Terjadi cedera antara saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti, biasanya samapai 24 jam. Dalam pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini. 2. Sub-Akut (24-48 jam) Pada saat masa akut telah berakhir, pendarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah kembali. Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke tingkat akut dan berdarah kembali. 3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih) Pendarahan telah berhenti, dan kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut, pada saat ini penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baikmasa ini dapat mempersingkat. Pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus meminta pertolongan dokter.



2.



Penanganan pertama



Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari keputusan yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan. Bila dokter tidak ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan sendiri, keadaan ini paling banyak berlaku. Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti, untuk cedera yang berat keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk cedera yang ringan keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan atlit anda, pelatih sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional dilapangan.



3.



Penanganan rehabilitasi medik



Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering digunakan adalah : 60



1. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik 2. Pelayanan fisioterapi 3. Pelayanan alat bantu (ortesa) 4. Pelayanan pengganti tubuh (protesa)



Penanganan rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera. 1. Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut. Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting adalah penangananya. Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan upaya yang terkenal yaitu RICE :



R - Rest : Diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. I – Ice : Terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri. C – Compression : Penekanan atau balut tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut. E – Elevatin : Peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema (pembengkakan) dan rasa nyeri.



2. Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut 61



Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa : Terapi dingin : Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut : 1) Kompress dingin Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit. 2) Masase es Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5-7 menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit. 3) Pencelupan atau peredaman Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang dicampur dengan es. Lamanya 10-20 menit. 4) Semprot dingin Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang cedera.



Terapi panas : Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah bila diberikan pada fase subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi panas juga dapat diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya. Kedalam penetrasi ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.



Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.



Penetrasi



Macam



62



Dangkal



Lembab/Basah



Kompres kain air panas



(superfisial)



Kering



“Hydrocollator pack”



Dalam(Deep)



Diatermi



Mandi uap panas “Paraffin wax bath” Hydrotherapy Kompres botol air panas Kompres bantal pemanas tenaga listrik Lampu merah infra Diatermi gelombang pendek Diatermi gelombang mikro Diatermi suara ultra



Secara ringkas efek pemberian panas secara lokal dapat dilihat pada tabel no 2. Tabel 2 : Respon fisiologis terhadap panas 1.



Panas meningkatkan efek vaskulatik jaringan kolagen.



2.



Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit



3.



Panas mengurangi kekakuan sendi



4.



Panas mengurangi dan menghilangkan spasme otot



5.



Panas meningkatkan sirkulasi darah



6.



Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan eksudasi



63



7.



Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker



Terapi air (Hydroterapy) Pada sebagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong. Terapi air dipilih karena adanya efek daya apung dan efek pembersihan. Jenis terapi ini dapat kita berikan dengan memakai bak atau kolam air. Teknik lain terapi air adalah “contrast bath” yaitu dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat suhu 40,5-43,3 C dan satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 10-15 C. anggota gerak yang cedera bergantian masuk ke bejana secara bergantian dengan jarak waktu.



Perangsangan listrik Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal maupun otot yang denervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal antara lain relaksasi otot spasme, re-edukasi otot, mengurangi spastisitas dan mencegah terjadinya trombloflebitis. Sedang pada otot denervasi efeknya meliputi menunda progrese atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.



Masase Dengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang lebih satu minggu setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dan dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot. ▪



Pemberian terapi latihan



64



Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan atau robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian perifer. Sedangkan cedera tulang, persendian (ligament) memerlukan waktu yang lebih lama. Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa : 1. Latihan luas gerak sendi 2. Latihan peregangan 3. Latihan daya tahan 4. Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh) ▪



Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)



Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya ortesa dapat berfungsi lebih banyak, antara lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu. ▪



Pemberian protesa (pengganti tubuh)



Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang mengalami cedera dan mengalami kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggantikan bagian tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.



65



BAB III CEDERA JARINGAN LUNAK



A. LUKA TERBUKA



66



Luka terbuka merupakan jenis luka yang dapat dilihat melalui permukaan kulit. ada 7 jenis luka yang digolongkan ke dalam luka terbuka yaitu: 1. Luka Lecet 2. Luka Sayat/Iris 3. Luka Robek 4. Luka Tusuk 5. Avulsi / Sobek 6. Amputasi 7. Cedera Remuk (Crush Injury). 1. Luka Lecet. Tentunya hampir setiap manusia pernah mengalami luka lecet ini, bisa karena terjatuh atau penyebab lainnya. Secara umum luka lecet ini terjadi karena adanya gesekan antara permukaan kulit dengan sesuatu yang mengakibatkan permukaan kulit terkelupas dan tampak titik-titik perdarahan. Luka ini terjadi hanya dipermukaan kulit namun menimbulkan rasa nyeri bagi korbannya, hal ini akibat ujung-ujung syaraf juga mengalami cedera dan biasanya bentuk dari luka lecet tidak beraturan.



Gambar 3.1. Luka Lecet 67



2. Luka Sayat/Iris. Jenis luka terbuka yang satu ini sering terjadi karena adanya kontak dengan benda tajam seperti pisau dan lain sebagainya namun berbeda dengan luka tusuk. Biasanya pada luka sayat/iris, permukaan kulit dan lapisan di bawahnya akan terputus sampai kedalaman yang bervariasi namun tepi luka teratur.



Gambar 3.2. luka sayat



3. Luka Robek. Umumnya luka robek ini terjadi karena adanya benturan dengan benda keras yang tumpul. Karakteristik luka robek hampir sama dengan luka sayat namun ketidak teraturan tepi luka yang menjadi pembeda keduanya.



Kondisi yang tidak teratur ini menyebabkan sulitnya penolong untuk menilai kedalaman luka termasuk juga untuk menilai kerusakan bagian dalam.



68



Perdarahan pada luka ini sangat sulit untuk diatasi dan dikendalikan apalagi jika mengenai pembuluh darah yang besar, kalau pun bisa dikendalikan hanya setengahnya saja. Untuk jelasnya lihat gambar luka robek berikut:



Gambar 3.3. Luka Robek



4.Luka tusuk



Penanganan luka tusuk tanpa ada benda yang masih menancap sedikit lebih mudah menanganinya dibandingkan dengan yang masih ada benda yang menancap pada tubuh korban.



Perlu cara khusus untuk hal ini, mengingat jika benda yang menusuk tersebut bisa berupa pisau, paku atau benda runcing lainnya apabila dicabut akan mengakibatkan luka dan perdarahan bertambah parah dan terjadi perdarahan luar yang sangat hebat. Untuk kasus seperti ini apabila teman-teman temukan, maka langkah-langkah pertolongan pertama yang harus dilakukan untuk menolong korban tersebut adalah sebagai berikut: 1. Stabilkan benda yang menancap tersebut agar jangan bergerak karena bisa menyebabkan luka bertambah lebar dan parah. Gunakan tangan penolong untuk menjaga agar benda yang menancap tidak bergerak. 69



2. Jangan mencabut benda yang menancap tersebut!! Kecuali jika benda tersebut menancap di pipi korban. 3. Buka bagian yang luka sehingga terlihat dengan jelas oleh penolong. 4. Segera hentikan perdarahan dan ingat jangan sampai menekan benda yang menancap tersebut. 5. Stabilkan benda yang masih menancap tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasi misalnya membuat pola seperti donat dari pembalut mitela, pembalut gulung dan lainnya. 6. Jika mulai tampak tanda syok segera lakukan pertolongan pertama syok untuk korban. 7. Berusaha menjaga agar korban tetap tenang dan istirahat. 8. Segera bawa korban ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan medis selanjutnya. Satu hal yang harus diingat, ketika kita menemukan benda yang menancap tersebut sangat panjang sehingg menyulitkan kita untuk memberikan pertolongan pertama maka langkah yang harus diambil adalah memotong benda tersebut. Lakukan dengan sangat hati-hati agar benda tersebut tidak menyebabkan luka makin parah dan makin bertambah dalam. Luka tusuk adalah luka yang ditimbulkan oleh tusukan benda-benda berujung runcing. Mulut luka lebih sempit jika di bandingkan dengan ukuran dalamnya. Tepi luka mungkin ikut terdorong masuk ke dalam luka. Luka tusuk biasanya sangat dalam. Seandainya benda yang masuk itu kotor, bahaya infeksi kuman biasa dan kuman tetanus lebih besar. Letak luka juga perlu di perhatikan, mengingat bahayanya terhadap alat-alat dalam tubuh. Apabila tusukan mengenai pembuluh darah yang besar, terlebih dahulu lakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan itu. Luka tusuk yang mengenai jantung, dapat dipastikan selalu membawa kematian yang cepat (Kartono Muhamad 2008:65) 70



Gambar 3.4 Luka tusuk (Muriel Skeet 1988:88)



Luka tusuk di dada Luka tusuk di dada yang tidak mengenai jantung dapat menembus rongga paru-paru. Akibatnya, selain perdarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu paru-paru pada sisi luka tusuk akan memngempis. Penderita nampak kesakitan saat bernafas, dan mendadak merasa sesak. Gerakan iga disisi yang terluka berkurang.



Tindakan petolongan: a. Tutup lukanya dengan kasa steril yang dibasahi dengan cairan steril. b. Kemudian balut luka tersebut dengan plester. Balutan tersebut harus dibuat kedap udara (lihat Gambar 2).



71



Gambar 3.5 c. Saluran pernafasan harus dibersihkan dari kotoran, lendir atau darah. Karena batuk akan terasa sakit, maka penderita tidak akan berani batuk untuk mengeluarkan kotoran tersebut. d. Apabila tidak terjadi shock, patah tulang belakang, atau gegar otak, bawalah penderita diusung ke rumah sakit dalam posisi setengah duduk. e. Untuk mengurangi rasa sakit, berilah obat pelawan rasa sakit atau penekan batuk (codein, dan sebagainya). (Kartono Muhamad 2008:66) Luka tusuk di perut 72



Perdarahan pada rongga perut yang diakibatkan oleh luka terbuka mudah diketahui. Tetapi rongga perut dapat juga terjadi tanpa luka terbuka, misalnya yang di timbulkan oleh pukulan yang keras oleh benda tumpul ke arah perut. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, hal semacam ini tidak jarang di jumpai. Bahaya perdarahan rongga perut selain infeksi (bila ada luka terbuka), juga shock dan kematian cepat menyusul. Tanda-tanda perdarahan rongga perut tanpa luka terbuka ialah: penderita merasa kesakitan yang hebat pada di daerah perut. Dinding perut menegang (kadang-kadang sampai sekeras papan). Bila dipegan atau ditekan perutnya penderita akan merasa kesakitan. Mual dan muntah yang kadangkadang berdarah merupakan salah satu tanda-tandanya. Kemudian akan cepat menjadi shock dan meninggal. Tindakan pertongan: a. Bila ada luka terbuka: ➢ Tutup lukanya dengan snelverband. Jika tidak ada snelverband, tutuplah dengan setumpuk tebal kasa steril. Siramlah kasa seteril dengan cairan steril (aquadest steril atau larutan garam steril). ➢ Apabila ada usus yang nampak keluar, jangan berusaha untuk memasukkannya kembali. ➢ Balutlah luka tersebut dengan balutan yang menekan. ➢ Jangan dfiberi minum atau makanan apa pun. Jika penderita merasa haus, cukup basahi bibirnya dengan air. ➢ Kirim segera ke rumah sakit.



73



Gambar 3.6



b. Tanpa luka terbuka (akibat pukulan atau ledakan): ➢ Jangan diberi minum atau makan apa pun. ➢ Balut perut dengan balutan menekan. ➢ Kirim segera ke rumah sakit. (Kartono Muhamad 2008:95)



Luka tusuk di anggota badan Tindakan pertolongan: a. Bersihkan tepi luka dari kotoran dengan cairan steril dan obat antiseptik. b. Kalau luka tidak dalam siramlah dengan larutan hidrogen peroksida untuk menghentikan kegiatan kuman tetanus. c. Luka tusuk biasanya tidak memerlukan jahitan. d. Tutup luka tersebut dengan kasa steril yang kering dan beri balutan penekan. e. Bawa penderita ke rumah sakit untuk mendapat suntikan antitetanus dan antibiotika. 74



5. Avulsi / Sobek Luka ini terjadi akibat terkelupasnya kulit dan sedikit lapisan dibawahnya, bisa saja kulit dan lapisan dibawahnya itu masih menempel atau sudah hilang sama sekali. Bila masih menempel, maka itu disebut dengan flap atau lembaran gantung. Ujung hidung yang terkelupas disebut Avulsi.



6. Amputasi Luka ini terjadi akibat terpisahnya jaringan tubuh korban, paling sering terjadi pada alat gerak mulai dari jari sampai hilangnya seluruh alat gerak. Pada ujung luka mungkin terlihat lembaran kulit dan ujung tulang.



Gambar 3.7. Luka Amputasi Perdarahan yang terjadi pada luka ini sangat hebat atau bisa juga sebaliknya karena pembuluh darah dapat menutup sendiri untuk membatasi keluarnya darah.



7. Cedera Remuk / Crush Injury



75



Luka jenis ini adalah gabungan antara luka terbuka dan luka tertutup, yang terjadi karena terjepitnya alat gerak korban dengan alat-alat berat. Hampir seluruh jaringan lunak dan jaringan keras seperti tulang dapat terlibat, tulang dapat patah dan pecahannya atau patahannya dapat menembus sampai keluar. Hal ini akan menimbulkan pembengkakan dan Perdarahan, baik Perdarahan Luar maupun Perdarahan Dalam. Luka ini sangat bervariasi sekali bentuknya dan perlu untuk segera diberikan Pertolongan Pertama pada korban mengingat perdarahan yang terjadi sangat kuat.



B. LUKA TERTUTUP Pada luka tertutup, jaringan luka dibawah kulit mengalami kerusakan sedangkan kulit itu sendiri tidak rusak, biasanya luka tertutup merupakan luka memar kadang juga dapat berupa pengumpulan darah dibawah kulit Biasanya luka tertutup tidak berbahaya namun kadang dapat bertanda bahwa luka memar ini ada yang lebih serius, terutama bila diatas kepala atau batang hidung Penangan luka tertutup Memar kecil umumnya tidak memerlukan perawatan, tetapi jika memar cukup besar kita dapat memberikan kompres dingin untuk menghilangkan rasa sakit dan mengurangi pembengkakan. Jangan mendinginkan luka yang memar lebih lama dari 15 sampai 30 menit, dan naikan bagian yang memar kira-kira sejajar dengan jantung Tetapi perlu diingat jika memar tersebut cukup besar dan memar tersebut berada dibagian kepala, dada dan perut maka bawa ke rumah sakit,mungkin saja terjadi pendarahan didalam dan hal tersebut harus segera dibawa ke rumah sakit. Kalau memar terdapat pada anggota gerak bisa berarti kemungkinan ada patah tulang.



luka yang tidak disertai kerusakan jaringan kulit , lika ini dapat berupa cedera ringan dan luka ini tidak disertai darah yang keluar . 76



Contoh : 1. Memar 2. Hematoma 3. Cedera remuk



Memar Luka memar biasanya disebabkan bagian tubuh terkena benturan benda keras. Bagian kullit yang terkena benturan biasanya mengalami perubahan warna menjadi agak hitam atau kebiru-biruan. Hal tersebut di sebabkan adanya pembuluh darah kecil di bawah kulit yang mengalami kebocoran sehingga darah merembes di sekitar jaringan tersebut.



Memar yang terbentuk oleh benturan biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu dua sampai empat minggu. Biasanya kecepatan penyembuhan tgergantung penanganan awal saat terjadinya benturan dan juga bergantung pada daerah tubuh yang terkena benturan. Semakin keras benturan akan semakin lama peoses pemulihannya di karenakan semakin banyaknya pembuluh darah tyang mengalami kebocoran. Memar pada daerah kaki biasanya akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh di bandingkan memar pada badan, muka maupun tangan.



Pertolongan pertama yang dilakukan untuk mengatasi memar agar proses penyembuhan atau pemulihan lebih cepat adalah sebagai berikut : •



Sesaat setelah terjadi benturan untuk secepatnya memberikan kompres dengan air dingin atau es pada bagian tubuh yang mengalami benturan. Dengan pemberian kompres air dingin atau es akan membuat pembuluh darah menjadi mengecil sehingga akan menekan terjadinya perdarahan di bawah kulit dan juga dapat mencegah terjadinya pembengkakan. Kompres dingin sebaiknya 77



digunakan sesaat setelah terjadi benturan saja dan maksimal pemberiannya hanya 24 jam pertama. •



Hindari pemberian kompres hangat sesaat setelah terkena benturan. Karena hal tersebut bisa menimbulkan memar semakin parah dan bahkan bisa terjadi pembengkakan. Biasanya orang awam mengunakan balsem atau sejenisnya.







Apabila memar sudah melampaui 24 jam gunakan kompres hangat (bisa juga di gunakan balsem atau sejenisnya). Dengan memberikan kompres hangat akan melancarkan peredaran darah akan mempercepat proses penyembuhan memar.







Apabila benturan pada daerah kaki atau tangan sesegera mungkin mengelevasikan (mengangkat bagian tubuh tersebut lebih tinggi dari jantung). Hal tersebut mampu mengurangi aliran darah yang menuju ke daerah yang mengalami memar karena benturan







Apabila memar bertambah parah dan bahkan terjadi pembengkakan dan disertai dengan rasa nyeri yang hebat sesegera mungkin di bawa ke rumah sakit terdekat dikarenakan kemungkinan tidak hanya memar yang terjadi tetapi bisa juga terjadi robekan tendon bahkan juga terjadi patah tulang.



Gambar. 3.8. mengompres memar



78



Hematoma Hematoma adalah kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah. Kumpulan darah ini bisa berukuran setitik kecil, tapi bisa juga berukuran besar dan menyebabkan pembengkakan. Hematoma dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja. Darah yang keluar dari pembuluh darah bisa menyebabkan rasa nyeri pada jaringan sekitarnya dan muncul gejala peradangan atau inflamasi. Dinding pembuluh darah kita memiliki kemampuan untuk terus menerus memperbaiki diri bila terluka dan ini adalah kondisi normal. Bila lukanya kecil, maka perbaikan akan dilakukan dengan pembentukan bekuan darah dan jaringan fibrin (senyawa protein untuk menutup luka). Tapi jika pembuluh darah terkena tekanan hebat, dan kerusakan dinding pembuluh darah luas, maka darah akan selalu bocor melalui dinding pembuluh yang rusak (perdarahan lebih lama). Darah yang keluar terus menerus akan membuat hematoma semakin membesar. Gejala Hematoma Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Gejala yang ditimbulkan hematoma tergantung dari lokasi munculnya, ukurannya, dan apakah hematoma menyebabkan munculnya pembengkakan. Hematoma juga akan menyebabkan iritasi dan peradangan. Beberapa gejala umum peradangan atau inflamasi akibat hematoma adalah: •



Pembengkakan.







Warna kemerahan pada bagian tubuh yang muncul hematoma. 79







Bagian munculnya hematoma akan sakit saat disentuh dan terasa lebih hangat.



Penyebab dan Faktor Risiko Hematoma Penyebab umum terjadinya hematoma adalah trauma atau cedera. Trauma atau cedera yang terjadi bisa disebabkan karena kecelakaan, terjatuh, cedera kepala, patah tulang. luka tembak, bersin yang terlampau keras, atau terkilirnya lengan dan kaki. Beberapa hal yang meningkatkan risiko seseorang terkena hematoma adalah: •



Aneurisma, adalah benjolan atau pelebaran tidak normal pada pembuluh darah.







Pengobatan. Obat antikoagulan atau pengencer darah bisa meningkatkan potensi perdarahan mendadak atau memperparah hematoma.







Penyakit. Kondisi medis atau penyakit tertentu yang menyebabkan turunnya jumlah trombosit atau menghilangkan fungsi trombosit.







Cedera. Keretakan tulang selalu menyebabkan peningkatan risiko hematoma pada lokasi terjadinya keretakan.







Keretakan tulang panggul. Biasanya dibutuhkan hentakan besar untuk membuat tulang panggul retak. Jadi pasti jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya ikut rusak.







Menstruasi. Darah menstruasi bisa berkumpul di vagina dan bisa membentuk gumpalan darah bukannya mengalir keluar.







Kehamilan dan melahirkan. Gumpalan darah atau perdarahan dari vagina tidak normal saat kehamilan, sehingga penderita harus segera memeriksakan diri ke dokter. Tapi pada saat setelah melahirkan, hal ini adalah normal.



80



Jenis Hematoma Seringkali hematoma dibedakan berdasarkan lokasi terjadinya. Beberapa jenis hematoma adalah: •



Hematoma epidural, adalah hematoma yang muncul karena cedera pada bagian kepala di mana terdapat pembuluh arteri meningeal tengah. Darah akan berkumpul pada ruang epidural, antara bagian luar selaput otak dengan tulang tengkorak.







Hematoma perianal, terjadi pada batas luar anus.







Hematoma subdural, hematoma yang muncul karena cedera pada bagian kepala. Namun, cederanya terjadi pada pembuluh darah vena di otak, sehingga kebocoran darah terjadi secara perlahan. Darah akan terkumpul pada ruang subdural (di bawah selaput otak) yang lebih luas dan butuh waktu lebih lama sebelum akhirnya gumpalan tersebut menekan jaringan otak.







Hematoma intraserebral, terjadi pada jaringan otak sendiri. Salah satu penyebabnya adalah hipertensi tidak terkontrol.







Hematoma scalp, hematoma yang terjadi di luar tengkorak di bawah kulit kepala dan kadang bisa dirasakan seperti benjol.







Hematoma telinga, muncul karena cedera yang mengakibatkan perdarahan di struktur tulang rawan telinga, persis di bawah kulit telinga.







Hematoma septum, terjadi jika seseorang mengalami cedera hidung. Jika tidak segera diobati, tulang rawan akan rusak dan septum akan robek.







Hematoma intramuskular, terjadi di dalam jaringan otot. Bisa menyebabkan terhambatnya suplai darah ke otot sehingga otot dan pembuluh darah di sekitarnya bisa rusak permanen.







Hematoma subungual, biasanya hasil dari cedera pada jari tangan atau kaki. Darah akan berkumpul di bawah kuku, sehingga menyebabkan rasa nyeri. 81







Hematoma subkutan, adalah lebam dan memar di kulit. Hal ini terjadi akibat cedera pada pembuluh darah di bawah kulit.







Hematoma payudara, berkumpulnya darah di dalam payudara akibat perdarahan internal.







Hematoma intra-abdominal, terjadi di bagian dalam perut. Hal ini bisa terjadi akibat beragam cedera atau kondisi medis tertentu.



Diagnosis Hematoma Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi yang menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Beberapa langkah yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis hematoma adalah: •



Pemeriksaan fisk. Jika hematoma terjadi pada kulit dan jaringan lunak seperti otot atau persendian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik.







Uji pencitraan. Jika penderita menunjukkan gejala perdarahan internal, maka dokter akan melakukan uji pencitraan, Pencitraan sinar-X diperlukan untuk memeriksa hematoma di sekitar tulang retak. Sedangkan penderita yang mengalami cedera kepala perlu diperiksa dengan CT-scan. Ultrasonografi biasanya dianjurkan saat memeriksa penderita yang sedang hamil.



Pengobatan dan Komplikasi Hematoma Pengobatan untuk hematoma yang muncul pada kulit dan jaringan lunak seringkali ditangani cukup dengan hanya beristirahat, mengompres dengan es batu, pembalutan atau penekanan untuk menghentikan perdarahan, dan elevasi (mengangkat organ tubuh lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi aliran darah ke area yang mengalami perdarahan). Teknik ini dikenal dengan istilah RICE/rest, ice, compression, elevation.



82



Beberapa dokter juga menyarankan untuk menjalankan terapi panas sebagai penanganan hematoma alternatif tiga hari setelah perdarahan diatasi. Rasa sakit yang disebabkan peradangan di sekitar hematoma, bisa diatasi dengan obat pereda rasa sakit. Jenis penanganan hematoma dipilih berdasarkan pada kondisi kesehatan penderita. Sedangkan perawatan untuk hematoma pada organ lain dalam tubuh bergantung pada jenis organ dan kondisinya. Hematoma bisa menyebabkan peradangan dan pembengkakan. Dua hal tersebut bisa menyebabkan beberapa komplikasi yaitu: •



Iritasi, pada organ dan jaringan tubuh.







Infeksi. Darah yang terkumpul akan berkolonisasi dengan bakteri.



Gambar 3.9. Hematoma Pada kaki



C. DISLOKASI Dislokasi adalah cedera pada sendi. Cedera ini terjadi ketika tulang bergeser dan keluar dari posisi normalnya pada sendi. Sebagian besar kasus dislokasi terjadi akibat 83



benturan yang dialami oleh sendi. Contohnya saat bermain basket atau jatuh dari sepeda. Diskolasi umumnya terjadi pada jari dan bahu. Meski demikian, persendian lain seperti lutut, pinggul, siku tangan, maupun pergelangan kaki juga bisa mengalami cedera ini. Gejala-gejala Dislokasi Gejala utama dislokasi biasanya akan terlihat melalui kejanggalan yang muncul pada bentuk sendi. Misalnya, muncul benjolan aneh di dekat tempurung atau soket sendi. Sendi tersebut juga akan mengalami pembengkakan, lebam, terasa sangat sakit, serta tidak bisa digerakkan. Sensasi geli atau kebas juga terkadang muncul di sekitar atau di bawah sendi yang mengalami dislokasi. Cedera ini termasuk kondisi darurat yang membutuhkan penanganan medis untuk mengembalikan tulang pada posisi yang seharusnya. Karena itu, segera ke rumah sakit jika Anda atau anak Anda mengalami gejala-gejala tersebut. Diagnosis dan Pengobatan Dislokasi Cedera ini cenderung sulit dibedakan dengan patah tulang. Selain memeriksa kerusakan bentuk sendi dan sirkulasi darah di area tersebut, dokter juga akan menganjurkan X-ray serta MRI scan untuk memastikan diagnosis. Keadaan kulit di area itu juga diperiksa untuk mencari adanya luka terbuka. Setelah Anda positif mengalami dislokasi sendi, dokter akan menentukan pengobatan yang akan Anda jalani berdasarkan sendi yang mengalami dislokasi dan tingkat keparahannya. Berikut ini adalah beberapa langkah penanganan yang umumnya dilakukan. 84







Mengembalikan tulang pada posisi yang seharusnya secara manual atau disebut tindakan reduksi.







Menghambat gerakan sendi setelah posisi tulang dikembalikan atau disebut imobilisasi. Contohnya dengan memakai penyangga sendi, biasanya beberapa minggu.







Operasi. Prosedur ini dibutuhkan jika proses pengembalian tulang manual tidak bisa dilakukan; terjadi komplikasi seperti kerusakan pembuluh darah, saraf, ligamen di sekitar lokasi dislokasi; atau dislokasi terjadi berulang kali.







Proses rehabilitasi. Program ini akan dijalani oleh pasien setelah penyangga dilepas dan bertujuan untuk melatih sendi agar mobilitas serta kekuatan sendi yang cedera bisa kembali seperti semula.



Selain penanganan secara profesional, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan setelah sendi diobati oleh dokter, untuk membantu penyembuhan sendi yang cedera. Langkah-langkah tersebut adalah: •



Mengistirahatkan sendi yang mengalami diskolasi. Pastikan Anda menghindari gerakan yang memicu rasa sakit atau menyebabkan cedera.







Mengompres sendi yang cedera dengan air hangat dan es. Kompres dingin dapat mengurangi inflamasi serta rasa sakit. Sedangkan kompres hangat akan membantu mengendurkan otot yang tegang.







Menggunakan obat pereda sakit jika dibutuhkan, misalnya ibuprofen.







Melatih sendi yang cedera sesuai petunjuk dari dokter atau ahli terapi. Ini dilakukan untuk membantu sendi Anda terbiasa dengan gerakan kembali dan tidak kaku.



85



Komplikasi Dislokasi Jika dibiarkan begitu saja tanpa penanganan medis, dislokasi akan semakin parah dan bisa menyebabkan beberapa komplikasi. Di antaranya meliputi: •



Kerusakan saraf atau pembuluh darah pada atau di sekitar sendi.







Sobeknya otot, ligamen, dan tendon pada sendi yang cedera.







Munculnya arthritis pada sendi yang cedera seiring bertambahnya usia pengidap.







Meningkatnya kemungkinan cedera untuk kembali terjadi. Komplikasi ini biasanya terjadi pada pengidap dislokasi yang parah atau terjadi berulang kali.



Pencegahan Dislokasi Dislokasi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi



1. Gejala : - Nyeri yang sangat terutama bilasendi digerakkan atau ditekan - Bentuk persendian berubah dan bengkak 2. Lokasi yang sering terjadi : - Sendi Bahu - Sendi Siku - Sendi Pergelangan Tangan - Sendi Panggul/ Paha 86



- Sendi Pergelangan Kaki Tindakan P3K : - Jangan mengupayakan memasukkan kembali kepala sendi - Pertahankan posisi sendi yang terkilir tersebut seperti adanya - Pasang bidai seperti bidai fraktur di regio tersebut - Bawa segera ke rumah sakit Waspada dan berhati-hati dalam setiap aktivitas merupakan cara utama untuk menghindari dislokasi. Langkah ini bisa dilakukan dengan cara: •



Menghindari aktivitas atau gerakan yang menjadi penyebab dislokasi.







Menggunakan pelindung saat berolahraga, misalnya helm saat bersepeda.







Memastikan rumah Anda merupakan lingkungan yang ramah anak, misalnya tidak membiarkan barang-barang berserakan di lantai agar tidak ada yang tersandung.







Senantiasa memperhatikan dan mengawasi anak Anda.







Mengajarkan sikap hati-hati dan kewaspadaan pada anak Anda, misalnya untuk berpegangan pada pagar tangga saat naik atau turun tangga.



87



Gambar 3.10. Penanganan dislokasi pada pergelagan tangan



PATAH TULANG Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari: Tulang kepala: 8 buah; Tulang kerangka dada: 25 buah; Tulang wajah: 14 buah; Tulang belakang dan pinggul: 26 buah; Tulang telinga dalam: 6 buah; Tulang lengan: 64 buah dan Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah. Fungsi kerangka antara lain: ➢ menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh ➢ melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru ➢ tempat melekatnya otot-otot ➢ untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot ➢ tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah ➢ memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi 88



peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur. Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363). Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah. Patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang baik lengkap atau patah tulang tidak lengkap. Pada setiap korban kecelakaan akibat benturan keras harus diperhatikan apakah terjadi patah tulang, bila kita ragu anggap saja ada. Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915) Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183) Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. 89



Gejala Patah Tulang/Faktur Penyebab fraktur diantaranya : •



Nyeri tekan, pembengkakan, deformitas (perubahan bentuk), dan perubahan warna terjadi dengan fraktur dan/ atau dislokasi.







Perdarahan terjadi saat tulang yang retak menusuk kulit (fraktur atau fraktur terbuka).







Sensasi yang dapat hilang di bawah fraktur atau dislokasi, menunjukkan kemungkinan cedera saraf dan/ atau pembuluh darah.







Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.







Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.







Fraktur Patologis Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.







Degeneras Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut







Spontan Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.



Tanda – Tanda Patah Tulang/Faktur a. Nyeri lokal b. Pembengkakan c. Eritema d. Peningkatan suhu e. Pergerakan abnorma f. Rasa sakit g. Memar 90



h. Kulit beruah warna di area sekitar i. Fraktur yang terbuka, terjadi pendarahan j. Tidak bisa bergerak di area terkait k. Tidak mampu menahan berat di area fraktur l. Permukaan kulit pada area fraktur, bergerigi Nyeri



terus



menerus



dan



bertambah



beratnya



sampai



fragmen



tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera. Hubungan Tulang yang Patah dengan udara luar, ada 2 jenis: •



Patah tulang TERBUKA. Yaitu patah tulang disertai kerusakan kulit diatasnya, hingga bagian tulang yang patah berhubungan langsung dengan dunia luar.







Tulang yang patah bisa menonjol keluar kulit, tertarik kembali kedalam atau tetap berada dibawah kulit. 91







Patah tulang TERTUTUP. Yaitu patah tulang tanpa disertai kerusakan kulit diatasnya



Gambar 3.11. Patah Tulang Terbuka



Gambar 3.12. Patah Tulang Tertutup



Bentuk Garis Patahan, ada 5 jenis: 1. Transversal (Melintang) 2. Obliqua (Serong) 3. Spiral (Melingkar) 4. Comminuted (Remuk) 5. Compressi (Kompresi



92



Tindakan P3K pada patah tulang a. UMUM 1. Harus hati-hati, karena bila penanganannya tidak benar malah memperberat patah tulangnya. 2. Jangan sekali-kali menggerakkan atau mengangkut korban sebelum bidai terpasang 3. Perhatikan kalau korban shock, atau perdarahan atasi dulu 4. Cegah terjadinya infeksi dengan menaburkan antiseptic 5. Tutup dengan kain kasa steril bila patah tulang terbuka 6. Pasang bidai b. KHUSUS. → Pemasangan bidai pada tulang panjang diusahakan melewati 2 atau lebih persendian (1). Fraktur tulang PAHA bagian ATAS - Sebelum memasang bidai usahakan meluruskan tulang seanatomis mungkin - Pasang bidai luar dari tumit hingga pinggang 93



- Pasang bidai dalam dari tumit hingga selangkangan - Ikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali diatas dan diawah bagian yang patah - Tulang betis diikat dengan pembalut dasi lipatan 1 kali - Kedua lutut diikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali -Tumit diikat dengan pembalut dasi lipatan 3 kali - Bagian yang patah ditinggikan



(2). Fraktur tulang PAHA bagian BAWAH - Pasang bidai luar dan dalam sepanjang tungkai - Tindakan selanjutnya sama seperti (1)



(3). Fraktur pada SENDI LUTUT/ tempurung lutut - Balut denga pembalut tekan diatas lutut - Pasang bidai dibawah lutut, dengan posisi agak dibengkokkan 94



- Beri bantalan dibawah lutut dan pergelangan kaki - Untuk mengurangi rasa sakit pergunakan kompreses



(4). Fraktur TUNGKAI BAWAH - Pasang bidai yang sudah dibungkus selimut dari tumit sampai paha bagian bawah - Berikan bantalan dibawah lutut dan pergelangan kaki



(5). Fraktur pada pergelangan kaki dan telapak kaki - Pasang pembalut tekan - Pasang bidai dibawah telapak kaki - Berikan bantalan dibawah tumit



95



(6). Fraktur tulang LENGAN ATAS - Pasang bidai luar dari bawah siku hingga melewati bahu dan bidai dalam sampai ketiak. - Ikat dengan 2 pembalut dasi lipatan 3 - Lipat siku yang sudah dibidai ke dada dan gantungkan ke leher dengan pembalut segitiga



96



LUKA BAKAR Luka bakar dapat terjadi kapan saja, baik kepada anak-anak maupun orang tua. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya dan radiasi.Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Beberapa para ahli memberikan definisi tentang luka bakar dengan berbagai konsep dan pandangan. Menurut Smeltzer dan Bare(2001), luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas, bahan kimia, radiasi, arus listrik, dan suhu sangat dingin. Sedangkan menurut Moenajat (2001), luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Sedangkan pendapat lainya, luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti ap, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bite). Syamsuhidayat (2005), luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian 97



jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Adapun menurut Basbeth keren (2004), luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan.



Gambar 3.11. Struktur kulit Luka bakar adalah sejenis cedera olahraga pada daging atau kulit yang disebabkan oleh gesekan pada benda yang dipakai pemain seperti sepatu yang tidak sesuai. Luka bakar yang hanya mempengaruhi kulit bagian luar dikenal sebagai luka bakar superfisial atau derajat I. Bila cedera menembus beberapa lapisan di bawahnya, hal ini disebut luka bakar sebagian lapisan kulit atau derajat II. Pada Luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera meluas ke seluruh lapisan kulit. 98



Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan cedera ke jaringan yang lebih dalam, seperti otot atau tulang. Perawatan yang diperlukan bergantung pada tingkat keparahan luka bakar. Luka bakar superfisial mungkin dapat ditangani dengan pereda nyeri sederhana, sementara luka bakar besar mungkin memerlukan pengobatan yang lebih lama di pusat perawatan luka bakar khusus. Luka bakar bisa menjadi keadaan yang berbahaya, bukan saja mengakibatkan nyeri pada daerah yang terbakar, tetapi juga mengakibatkan perubahan kimia di dalam tubuh, bahkan kematian. Luka bakar bisa terjadi karena cairan panas, kompor, knalpot, radiator, aliran listrik, petasan, zat kimia, setrika, gas, sinar matahari, dan masih banyak sebab-sebab lainnya. Keadaan luka bakar yang berbahaya adalah bila sampai terjadi shock. Shock sering terjadi karena luka bakar yang terjadi pada sebagian besar dari tubuhnya. Bila seseorang mengalami luka bakar yang serius, mereka akan kehilangan cairan di dalam tubuh dalam jumlah besar dan ini sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak. Ginjal dan kelenjar anak ginjal bisa saja tidak lagi bekerja dengan baik dan organ-organ tubuh lainnnya mungkin juga akan terganggu akibat luka bakar. Luka bakar yang terlihat kecil pun mungkin akan menyebabkan kelainan bentuk bila terjadi pada persendian yang besar, misalnya pada lutut dan siku. Apabila luka bakar itu berkategori dalam, maka akan mengakibatkan timbulnya jaringan parut. Seandainya jaringan parut ini mengganggu fungsi dari persendian, maka bagian itu harus dikeluarkan/diangkat dengan cara pembedahan.



klasifikasi luka bakar Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman lukanya yaitu : 99



1..Luka bakar derajat satu. Luka bakar derajat satu hanya mengenai lapisan luar kulit yang menimbulkan peradangan lokal pada daerah tersebut. Sunburn sering dimasukan dalam klasifikasi luka bakar ini. Peradangan yang terjadi ditandai dengan rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan ringan. Kulit terasa sangat perih atau nyeri saat disentuh. 2. Luka bakar derajat dua. Luka bakar mengenai kulit yang lebih dalam dan menimbulkan rasa sakit, kemerahan dan inflamasi yang lebih parah. Kulit juga tampak melepuh. 3. Luka bakar derajat tiga. Luka bakar yang sangat dalam dan mengenai ketiga lapisan kulit. Kulit pada daerah luka bakar juga akan mati. Karena saraf dan pembuluh darah juga rusak maka luka bakar derajat tiga akan tampak keputihan, keras dan relatif tidak sakit.



Penyebab luka bakar Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah: 1. Suhu tinggi (thermal burn) Luka bakar karena panas (suhu tinggi) merupakan luka bakar yang disebabkan karena terpapar atau kontak dengan api, api cairan panas atau objek-objek panas lainya seperti gas dan bahan padat (solid). 2.



Bahan kimia (chemical burn)



Luka bakar kimia disebabkan oleh adanya kontak jaringan kulit dengan asam atau basa kuat [zat kimia]. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya cidera karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan 100



dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia. 3. Sengatan listrik (Electrical Burn) Luka bakar yang disebabkan oleh karena adanya kontak antara tubuh manusia dengan energy listrik. Berat ringanya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh. Radiasi (radiation injury) Luka bakar radiasi disebabkan oleh karena tubuh manusia terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe cidera ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Contoh lain adalah terpaparnya tubuh manusia yang terlalu lama oleh sinar matahari juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.



Proses penyembuhan luka Penyembuhan lukaadalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut. Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu :



1.



Fase Inflamasi (Reaksi)



Inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai setelah beberapa menit dan berlangsung selama sekitar 3 hari setelah cedera. Proses perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostatis), mengirim darah dan sel ke area yang mengalami cedera (inflamas), dan membentuk selsel epitel pada tempat cedera sel (epitelialisasi). 101



Selama proses hemostatis, pembuluh darah yang cedera akan mengalami konstriksi dan trombosit berkumpul untuk menghentikan perdarahan. Bekuan-bekuan darah membentuk matriks fibrin yang nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan sel. 2.



Fase Proliferasi (Regenerasi)



Fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari. Aktivitas utama selama fase regenerasi iniadalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau jaringan granulasi yang baru dan menutup bagian atas luka dengan epitelisasi. 3.



Maturasi (Remodeling)



Maturasi, yang merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka, dapat memerlukan waktu lebih dari satu tahun, bergantung pada kedalaman dan kaluasan luka. Serat kolagen mengalami remodeling atau reorganisasi sebelum mencapai bentuk normal. Perawatan luka bakar Perawatan luka bakar adalah suatu tindakan untuk membersihkan, menganti balutan luka,merawat dan mengobati luka dengan obat antimikroba. Untuk luka bakar yang ringan, tidak perlu dibawa ke rumah sakit, cukup dirawat di rumah saja. Cucilah bagian yang terkena luka bakar itu dengan sabun dan air hangat, sesudah itu oleskan petrolatum atau vaselin dan tutup dengan kain kasa. Balutlah dengan baik. Tekanan karena kain kasa yang dibalutkan akan membantu mengurangi rasa nyeri dan juga untuk mengurangi kehilangan cairan tubuh. Jika terjadi nyeri yang cukup hebat, berilah si korban obat penghilang rasa sakit seperti antalgin atau asam mefenamat (awas, ini obat keras) atau juga paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri. Luka bakar yang serius bisa diartikan sebagai luka bakar yang menembus lapisan kulit dalam dan biasanya menyebabkan lepuh. Bersihkan kulit terlebih dahulu dan keluarkanlah semua kotoran (bila ada) dengan sabun dan air hangat. Keadaan lepuh yang besar boleh dipecahkan dengan menggunakan jarum atau ujung pisau 102



yang tajam yang sebelumnya sudah disterilisasi (dibersihkan dari kuman) dengan nyala api atau juga bisa dengan alkohol. Taruhlah kain kasa yang sudah dibubuhi dengan vaselin pada bagian yang terbakar dan balut dengan baik. Ingat, jika luka bakar terjadi 10% dari tubuh, maka si korban harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Luka bakar akan sangat berbahaya bila bagian wajah, tangan, kaki dan alat kelamin juga ikut terbakar. Jika si korban dalam keadaan shock, namun masih sadar, berilah ia minum air hangat. Segera bawa si korban ke rumah sakit, dan ingat jangan pernah berusaha memberikan minum untuk orang yang tidak sadar. Luka bakar karena bahan kimia mungkin akan mengakibatkan parut yang dalam. Lepaskan semua pakaian (ganti) yang Anda pakai ketika Anda terkena bahan kimia dan cuci dengan baik bagian yang terkena dengan air yang banyak. Ada baiknya untuk membasuh bagian yang terkena bahan kimia (luka bakar) dengan air mengalir selama beberapamenit.Jika bahan kimia itu adalah asam yang keras, cobalah menetralkannya dengan kain basah yang direndam dalam larutan natrium bicarbonat (BicNat). Luka bakar karena alkali dapat dinetralkan denga cuka. Luka bakar karena karbol dapat dinetralkan dengan alkohol. Jika terbakar hebat, taruhlah kain basah seperti yang dianjurkan tadi, dan segera bawa si korban ke rumah sakit. Luka Bakar karena uap panas harus dirawat seperti luka bakar serius lainya. Jika si korban merasa lemah, berilah ia minum minuman yang hangat. Jika ia tidak sadar, baringkanlah dan jangan beri minum dan segera bawa ke rumah sakit. Luka bakar karena listrik dapat dirawat seperti pada luka bakar serius lainnya. Rawatlah seperti perawatan untuk luka bakar serius. Luka bakar karena sinar matahari bisa saja terjadi. Oleskan minyak zaitun atau krim dingin pada bagian yang terbakar. Si korban harus tetap diam, dan berbaring. 103



Obat penghilang rasa sakit boleh diberikan guna menghilangkan nyeri. Kantong es dan alat pendingin lainnya, seperti handuk yang dicelupkan ke dalam air es, boleh ditempelkan ke kulit yang terbakar untuk menghilangkan nyeri. Tujuan perawatan luka bakar o Mempercepat proses penyembuhan o Mencegah kontaminasi dari kotoran tubuh o Mengimobilisasi luka o Mencegah, menghambat dan membunuh mikroorganisme o Memberikan rasa aman dan nyaman baik mental dan fisik pasien o Memberikan lingkungan psikologis yang sesuai untuk penyembuhan luka Cara menangani orang dengan luka bakar a)



Untuk luka bakar luas (derajat dua dan tiga) o Pindahkan korban dari daerah kebakaran. Ingat untuk tetap menjaga keselamatan diri sendiri. o Bersihkan korban dari semua material yang terbakar dari tubuhnya. o Telepon ambulance terdekat untuk memindahkan korban ke rumah sakit terdekat. o Saat korban telah berada di daerah aman, usahakan korban tetap dalam keadaan nyaman dan jangan banyak bergerak. Jika tersedia, bersihkan daerah luka bakar dengan kasa bersih. Jangan coba coba menyiram atau mengompress korban dengan air dingin sebab sangat berbahaya dan dapat menyebabkan hipotermi. 104



o Luka bakar pada daerah wajah, tangan dan kaki harus selalu diwaspadai sebagai luka bakar berat meskipun hanya disebabkan oleh terbakar sinar matahari. b)



Untuk luka bakar ringan (derajat satu atau derajat dua dengan luas area yang



kecil) o Bersihkan luka dengan air hangat suam suam kuku. o Jangan gunakan pasta gigi, kopi mentega atau yang sejenisnya untuk mengobati luka bakar. o Cincin, kalung dan semua benda yang tidak penting sebaiknya disingkirkan. o Untuk luka bakarnya dapay diolesi salep antibiotika. o Jika luka bakar dicurigai agak dalam dan berbahaya segeralah ke dokter. o Bila perlu, vaksinasi tetanus dapat diberikan.



Perkirakan total daerah yang terbakar dengan menjumlahkan persentase permukaan tubuh yang terkena seperti yang ditunjukkan dalam gambar (lihat tabel untuk daerah A–F yang berubah sesuai dengan umur pasien).



105



Tatalaksana •



Rawat inap semua pasien dengan luka bakar >10% permukaan tubuh; yang meliputi wajah, tangan, kaki, perineum, melewati sendi; luka bakar yang melingkar dan yang tidak bisa berobat jalan.







Periksa apakah pasien mengalami cedera saluran respiratorik karena menghirup asap (napas mengorok, bulu hidung terbakar), o



Luka bakar wajah yang berat atau trauma inhalasi mungkin memerlukan intubasi, trakeostomi



o •



Jika terdapat bukti ada distres pernapasan, beri oksigen.



Resusitasi cairan (diperlukan untuk luka bakar permukaan tubuh > 10%). Gunakan larutan Ringer laktat dengan glukosa 5%, larutan garam normal dengan glukosa 5%, atau setengah garam normal dengan glukosa 5%. 106



o



24 jam pertama: hitung kebutuhan cairan dengan menambahkan cairan dari kebutuhan cairan rumatan dan kebutuhan cairan resusitasi (4 ml/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar) ▪



Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan sisanya 16 jam berikutnya. Contoh: untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar 25% Total cairan dalam waktu 24 jam pertama = (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar = 1440 ml + 2000 ml = 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama)



o



24 jam kedua: berikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama hari pertama



o



Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah dan jumlah air seni)



o



Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki anemia atau pada luka-bakar yang dalam untuk mengganti kehilangan darah.







Mencegah Infeksi o



Jika kulit masih utuh, bersihkan dengan larutan antiseptik secara perlahan tanpa merobeknya.



o



Jika kulit tidak utuh, hati-hati bersihkan luka bakar. Kulit yang melepuh harus dikempiskan dan kulit yang mati dibuang.



o



Berikan antibiotik topikal/antiseptik (ada beberapa pilihan bergantung ketersediaan obat: peraknitrat, perak-sulfadiazin, gentian violet, povidon dan bahkan buah pepaya tumbuk). Antiseptik pilihan adalah perak-sulfadiazin karena dapat menembus bagian kulit yang sudah mati. Bersihkan dan balut luka setiap hari.



o



Luka bakar kecil atau yang terjadi pada daerah yang sulit untuk ditutup dapat dibiarkan terbuka serta dijaga agar tetap kering dan bersih.







Obati bila terjadi infeksi sekunder 107



o



Jika jelas terjadi infeksi lokal (nanah, bau busuk, selulitis), kompres jaringan bernanah dengan kasa lembap, lakukan nekrotomi, obati dengan amoksisilin oral (15 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari), dan kloksasilin (25 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari). Jika dicurigai terdapat septisemia gunakan gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) ditambah kloksasilin (25–50 mg/kgBB/dosis IV/IM 4 kali sehari). Jika dicurigai terjadi infeksi di bawah keropeng, buang keropeng tersebut .







Menangani rasa sakit o



Pastikan



penanganan



adekuattermasuk



rasa



perlakuan



sakit



yang



sebelum



diberikan



prosedur



kepada



pasien



penanganan,



seperti



mengganti balutan. o



Beri parasetamol oral (10–15 mg/kgBB setiap 6 jam) atau analgesik narkotik IV (IM menyakitkan), seperti morfin sulfat (0.05–0,1 mg/kg BB IV setiap 2– 4 jam) jika sangat sakit.







Periksa status imunisasi tetanus o



Bila belum diimunisasi, beri ATS atau immunoglobulin tetanus (jika ada)



o



Bila sudah diimunisasi, beri ulangan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) jika sudah waktunya.







Nutrisi o



Bila mungkin mulai beri makan segera dalam waktu 24 jam pertama.



o



Anak harus mendapat diet tinggi kalori yang mengandung cukup protein, vitamin dan suplemen zat besi.



o



Anak dengan luka bakar luas membutuhkan 1.5 kali kalori normal dan 2-3 kali kebutuhan protein normal.



Kontraktur luka bakar



108



Luka bakar yang melewati permukaan fleksor anggota tubuh dapat mengalami kontraktur, walaupun telah mendapatkan penanganan yang terbaik (hampir selalu terjadi pada penanganan yang buruk). •



Cegah kontraktur dengan mobilisasi pasif atau dengan membidai permukaan fleksor Balutan dapat menggunakan gips. Balutan ini harus dipakai pada waktu pasien tidur.



Fisioterapi dan rehabilitasi •



Harus dimulai sedini mungkin dan berlanjut selama proses perawatan luka bakar.







Jika pasien dirawat-inap dalam jangka waktu yang cukup lama, sediakan mainan untuk pasien dan beri semangat untuk tetap bermain.



BAB. IV SYOK DAN PENANGANANNYA 109



A. PENYEBAB Syok merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. Penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada aneurysme aortic abdomen. Syok bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat. Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).



MACAM-MACAM SYOK a. Shock kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung). 110



Disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan. Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung yang memadai untuk mempertahankan perfusi jaringan. Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung. Tanda dan gejala shock kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung yang ada pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteri ke organ-organ vital. Aliran darah ke arteri coroner berkurang sehingga asupan oksigen ke jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan. Tanda klasik shock kardiogenik adalah tekanan darah rendah , nadi cepat, dan lemah, hipoksia otak yang termanisfestasi dengan adanya konfusi dan agitasi penurunan keluaran urine, serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung seperti pada gagal jantung. Penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif. b. Shock hipovolemik ( akibat penurunan volume darah) 111



Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dengan berat badan 70 kg. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna. Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.



112



Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi



renin



dari



apparatus



juxtaglomeruler.



Renin



akan



mengubah



angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol



otot



polos,



dan



menstimulasi



sekresi



aldosteron



dari



korteks



adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air. Sistem



neuroendokrin berespon



terhadap



syok



hemoragik



dengan



meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle. c. Shock distributive Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer. Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe :



1) Syok Neorugenik 113



Disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam). Syok neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi menyeluruh di daerah splangnikus sehingga aliran darah ke otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut, atau nyeri hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh pingsan. Setelah pasien dibaringkan, umumnya keadaan berubah menjadi baik kembali secara spontan. 2) Syok Anafilaktik Syok anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan dapat menimbulkan “bencana”, yang dapat terjadi dalam beberapa detik-menit, sebagai akibat reaksi antigen antibody, pada orang-orang yang sensitive setelah pemberian obat-obat secara parentral, pemberian serum / vaksin atau setelah digigit serangga. Reaksi ini diperankan oleh IgE antibody yang menyebabkan pelepasan mediator kimia dari sel mast dan sel basofil yang beredar dalam sirkulasi berupa fistamin, SRSA, serotonin dll. 3) Syok Septik Shock septik adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan ketidakadekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth vol.3, edisi 8, 2002) Menurut M. A Henderson (1992), Shock septik adalah shock akibat infeksi berat dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah .Escherichia 114



coli merupakan kuman yang sering menyebabkan shock ini.Secara umum shock septik adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksipejamu umum toksin. Hasilnya adalah keadaan ketidak ada kuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan. Shock septik sering terjadi pada: •



Bayi baru lahir







Usia diatas 50 tahun







Penderita gangguan system kekebalan



PENYEBAB SYOK Syok bisa disebabkan oleh : a. Pendarahan (syok hibovolemik) b. Dehidrasi (syok hipovolemik) c. Serangan jantung (syok kardiogenik) d. Gagal jantung (syok kardiogenik) e. Trauma atau cedera berat f. Infeksi (syok septic) g. Reaksi alergi (syok anafilaktik) h. Cedera tulang belakang (syok neuroganik) Sindroma syok toksik



PINGSAN PENGERTIAN PINGSAN



115



Pingsan adalah kehilangan kesadaran pada diri seseorang untuk sementara (beberapa waktu). Dalam wikipedia, Pingsan atau sinkop adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran yang mendadak, dan biasanya sementara, yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, tinitus, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Jika orang tersebut tidak dapat berganti posisi menjadi hampir horizontal, ia dapat mati karena efek trauma suspensi. Pingsan juga dapat disebut Syncope. Berbeda dengan shock, denyut nadi bisa menjadi lebih lambat, meskipun akan segera meningkat kembali. Dan, Korban biasanya akan segera pulih kembali. Pingsan bisa merupakan reaksi terhadap nyeri dan ketakutan, atau karena sangat marah, sangat lelah dan kurang makan tetapi lebih sering disebabkan aktifitas fisik sudah lama berkurang. Darah pun jadinya terkumpul di bagian bawah tubuh sehingga hanya sedikit yang sampai ke otak. MACAM-MACAM PINGSAN Berikut ini adalah macam-macam pingsan: a. Pingsan Biasa (Simple Fainting) Pingsan jenis ini biasanya dijumpai pada orang – orang yang berdiri berbaris di terik matahari, atau orang – orang yang pergi tanpa makan pagi terlebih dahulu, atau pada orang – orang tua yang berdiri sesudah berbaring lama di tempat tidur. Orang yang cenderung untuk pingsan macam inilah orang yang anemia (kurang darah), lelah, takut, atau tidak tahan melihat darah. Tindakan pertolongannya : Baringkan penderita di tempat yang teduh dan datar. Kalau mungkin dengan kepala diletakkan agak lebih rendah. Buka baju bagian atas, serta pakaian lain yang menekan leher. Bila penderita muntah, letakkan kepalanya dalam kedudukan miring untuk mencegah muntahan terselak ke paru – paru. Kompres kepalanya dengan air dingin 116



(jangan disiramkan seperti yang terlihat dalam adegan film). Kalau ada hembuskan amoniak di depan lubang hidungnya. b. Pingsan Karena Panas (Heat Exhaustion) Pingsan jenis ini terjadi pada orang – orang sehat yang bekerja di tempat – tempat yang sangat panas. Biasanya penderita mula – mula merasa jantung berdebar – debar, mual, muntah, sakit kepala dan pingsan. Keringat yang bercucuran pada orang pingsan di udara yang sangat panas merupakan gejala petunjuk adanya pingsan jenis ini. Tindakan pertolongannya : Baringkan penderita di tempat yang teduh, dan perlakukan seperti hal – hal tersebut saat pingsan biasa. Beri penderita minum air garam (0,1persen : 1 gram untuk satu liter air). Air garam tersebut diminumkan dalam keadaan dingin. Tindakan ini tentu saja dilakukan setelah penderita sadar kembali. c. Pingsan Karena Perdarahan Otak Pingsan jenis ini biasanya terjadi pada penderita tekanan darah tinggi. Gejalanya datang secara mendadak. Penderita merasa sakit kepala, mual, kadang – kadang muntah dan pingsan. Setelah sadar ia akan mengalami gangguan pada beberapa bagian tubuhnya. Misalnya : sulit berbicara, kelumpuhan separuh badan. Tindakan pertolongan : Penderita harus segera dikirim ke rumah sakit. Apabila masih sadar, dapat diberi aspirin atau sejenisnya untuk mengurangi rasa sakit kepalanya.



d. Pingsan Karena Cedera Kepala 117



Tindakan pertolongan : Bersihkan mulut dan saluran nafasnya dari kotoran, lender ataupun muntahan. Baringkan penderita dengan kepala menghadap ke samping, yaitu untuk memudahkan aliran – aliran zat – zat yang dimuntahkan. Penderita tidak boleh terlalu sering diangkat. Hentikan pendarahannya, bila ada. Dalam mengusung penderita, perlakukanlah seperti pada penderita patah tulang leher. Penderita yang sudah sadar, harus tetap berbaring dan dicegahj agar tidak gelisah. Kirim penderita ke rumah sakit untuk pemeriksaan yang lebih teliti. B.



PENANGANAN SYOK



Tanda-tanda syok : 1. Gelisah, pucat, keringat berlebihan dan kulit lembab 2. Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan 3. Nyeri dada 4. Kulit Lembab Dan Dingin 5. Pembentukan Air Kemih Berkurang Atau Sama Sekali Tidak Terbentuk Air Kemih 6. Pusing 7. Pingsan 8. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi), tapi Tidak semua hipotensi adalah syok 9. Denyut nadi yang cepat,pernafasan dangkal , Lemah dan sampai tidak sadarkan diri



118



Penanganan Syok 1. Secara umum yaitu sebagai penolong yang berada di tempat kejadian, hal yang pertama-tama dapat dilakukan apabila melihat ada korban dalam keadaan syok adalah : 2. Melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger) , baik untuk penolong maupun yang ditolong (contoh keadaan berbahaya : di tengah kobaran api) 3. Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas (Airway) 4. Periksa pernafasan korban (Breathing) 5. Periksa nadi dan Cegah perdarahan yang berlanjut (Circulation) 6. Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC clear 7. Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (misal dengan selimut) 8. Lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selama menunggu bantuan medis tiba. Periksa kembali pernafasan, denyut jantung suhu tubuh korban (dari hipotermi) setiap 5 menit.



Pengobatan : 1. Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk mempermudah kembalinya darah ke jantung. 2. Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa. 3. Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan. 4. Jangan diberikan apapun melalui mulut. 5. Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis. 119



6. Obat-obatan diberikan secara intravena. 7. Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung menurunkan tekanan darah. 8. Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah. 9. Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terus berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah. 10. Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang mengkerutkan pembuluh darah.



PERDARAHAN PENGERTIAN PERDARAHAN Perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan.kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Sebagai seorang pelaku Pertolongan Pertama selain dapat melakukan tindakan bantuan hidup dasar dan resusitasi jantung paru, juga harus dapat mengenali dan mengatasi perdarahan. Mengenali dan mengatasi perdarahan merupakan salah satu ketrampilan utama yang juga harus dikuasai oleh seorang pelaku Pertolongan Pertama. Bila perdarahan ini tidak diatasi dengan segera maka nyawa korban dapat terancam maut dengan tanda awal menjadi lemah, syok, dan akhirnya meninggal. Untuk mengatasi perdarahan, kita harus tahu dahulu tentang sistem peredaran darah (sistem sirkulasi) yang bertanggung jawab mengedarkan (mengalirkan) darah ke 120



seluruh tubuh manusia. Adapun 3 komponen utama dalam sistem ini adalah jantung, pembuluh darah, dan darah, yang ketiganya harus berfungsi dengan baik agar tidak terjadi gangguan dalam tubuh. Dalam dunia kedokteran dikenal adanya istilah perfusi yaitu sirkulasi yang adekuat ke seluruh tubuh, memasok sel dan jaringan dengan oksigen dan bahan nutrisi, serta mengangkut kembali zat karbon dioksida dan sisa pembakaran tubuh. Jika hal di atas terganggu pada salah satu atau lebih sel dan organ tubuh oleh satu atau beberapa penyebab, maka sel atau organ tersebut akan mengalami keadaan berbahaya, yaitu akan berkurangnya pasokan darah, oksigen, dan nutrisi sehingga zat sampah (karbon dioksida dan sisa pembakaran) akan bertumpuk. Keadaan ini dikenal dengan istilah Hipoperfusi at. Perawatan perdarahan : 1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan: a) Pakai APD(alat perlindungan diri) agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban b) Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan c) Cucilah tangan segera setelah selesai merawat d) Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban 2. Pada perdarahan besar: a) Jangan buang waktu mencari penutup muka b) Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain.



121



c) Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titik-titik tekan. d) Pertahankan dan tekan cukup kuat e) Pasang pembalut penekan. 3. Pada perdarahan ringan atau terkendali: a) Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka b) Tekan sampai perdarahan terkendali c) Pertahankan penutup luka dan balut d) Sebaiknya jangan melepas penutup lukaatau balutan pertama Berdasarkan letak keluarnya darah, perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Perdarahan luar (terbuka) 2. Perdarahan dalam (tertutup)



PERDARAHAN LUAR (TERBUKA) Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan nama Perdarahan Luar (terbuka). Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini dibagi menjadi tiga bagian: a) Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh bantuan medis. b) Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada 122



perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka. c) Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena. Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat diberikan antara lain: 1) Tekanan Langsung Pada Cedera Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam). Cara yang terbaik pada umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa steril (bisa juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat perdarahan. Tekanan itu harus dipertahankan terus sampai perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih baik dapat diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti dengan yang baru. 2) Elevasi Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama. Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan pada daerah alat gerak saja dan dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap. 3) Tekanan Pada Titik Nadi 123



Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dan dekat tulang selangka ), brachial artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki). 4) Immobilisasi Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun. 5) Torniquet Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan amputansi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak dapat mengalir. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket adalah lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki). Untuk memudahkan para pengusung, torniket harus terlihat jelas dan tidak boleh ditutupi, sehingga torniket dapat dikendorkan selama 30 detik setiap 10 menit sekali. Sementara itu, tempat perdarahan diikat dengan kasa steril. Torniket hanya digunakan untuk perdarahan yang hebat atau untuk lengan atau kaki yang cedera hebat. Korban harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa membusuk.



6) Kompres Dingin



124



Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan pembuluh darah yang



mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga perdarahan dapat



dengan cepat terhenti. PERDARAHAN DALAM (TERTUTUP) Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan lain sebagainya. Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat nyata. Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar. Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian adalah karena: a) Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu singkat. b) Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan dan pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok. c) Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah. Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka penolong harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap korban mengalami perdarahan dalam daripada tidak, karena penatalaksanaan perdarahan dalam tidak akan memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak mengalaminya. Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam: 1) Memar disertai nyeri tubuh 125



2) Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting 3) Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian dalam yang mengalami cedera 4) Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak 5) Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar 6) Muntah darah 7) Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti kopi 8) Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga 9) Batuk darah 10) Buang air kecil bercampur darah Jika tanda-tanda tersebut terlihat atau teraba pada pemeriksaan fisik, lakukan segera pertolongan pertama untuk penatalaksanaan korban dengan perdarahan dalam. Cara – cara penata laksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah sebagai berikut: a. Baringkan korban b. Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi c. Berikan oksigen bila ada d. Periksa pernafasan dan nadi secara berkala e. Rawat sebagai syok f. Jangan memberikan makan atau minum g. Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya h. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat Berbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut: 1) Rest Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin 126



2) Ice Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah yang membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh. 3) Commpression Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah 4) Elevation Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.



BAB V 127



P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)



A. PENGERTIAN Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kecelakaan yang menimpa seseorang atau sekelompok orang. Kecelakaan bisa terjadi dimana saja, di rumah, jalan, tempat kerja atau ditempat lainnya. Umumnya kecelakaan terjadi tanpa diduga sebelumnya dan akibat yang ditimbulkannya bervariasi, bisa berupa cedera ringan, sedang, berat bahkan sampai meninggal dunia. Berdasarkan jumlah korban, kecelakaan bisa terjadi dengan satu korban, banyak korban (musibah) atau sangat banyak korban (bencana).



Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nasib atau akhir derita korban, antara lain: Keparahan cedera, waktu antara kejadian sampai pelayanan P3K, sarana/ fasilitas P3K, keterampilan petugas P3K, jarak tempuh ke rumah sakit, ketersediaan alat transportasi ke rumah sakit dan adanya komunikasi ke rumah sakit tujuan. Apabila semua faktor ini berfungsi dan tersedia dengan baik maka dampak dari cedera bias diperkecil dan kerugian yang lebih besar bias dihindari. Didalam kelompok masyarakat, khususnya di perusahaan mutlak adanya tenaga P3K yang terampil terutama di lokasi kerja/ perusahaan yang banyak menggunakan mesin dan teknologi canggih, bahan beracun. Bahkan ketidakdisiplinan pekerja juga bisa menyebabkan penyakit dan kecelakaan pekerja. Untuk mengantisipasi masalah itu maka pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 yang mengatur tentang Keselamatan Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 3 tahun 1982 tentang Kewajiban Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Kerja di perusahaan. Untuk melaksanakan peraturan tersebut maka perusahaan, industri menengah dan besar mendirikan klinik Hyperkes bahkan rumah sakit dengan mempekerjakan tenaga dokter dan paramedik untuk melayani 128



pekerja. Namun di beberapa perusahaan kecil atau unit pelaksana perusahaan besar kurang efektif membuka pelayanan kesehatan seperti itu di setiap lokasi kerja mereka. Maka untuk menanggulangi kebutuhan pelayanan ini, perusahaan menunjuk dan melatih tenaga P3K agar mampu melakukan tindakan pertolongan pertama apabila diperlukan di lokasi kerja. Sebagai safety officer atau pelaksana P3K di lapangan sudah semestinya mendapat pelatihan dan pendidikan yang memadai agar mampu melakukan pelayanan K3 di lokasi kerja. Kualitas produksi suatu perusahaan tidak cukup dinilai dengan kualitas akhir, tetapi harus menjamin dan membudayakan motto safe production untuk semua pekerja di perusahaan tersebut. Maka untuk membudayakan motto tersebut dibutuhkan ketegasan jajaran management dan disiplin para pekerja terutama mereka yang sudah terlatih K3. Untuk pelaksanaan pelatihan K3 di suatu perusahaan adalah tanggung jawab ahli K3, dan bila perlu melibatkan tenaga-tenaga yang lebih professional. Pelatihan K3 semestinya dilakukan secara mendadak setiap minggu dan terprogram, agar dapat menumbuhkan kondisi aman bekerja dan mampu menyelamatkan diri apabila suatu saat terjadi kecelakaan kerja. P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita tidak terlatih ketika kita benar-benar menghadapi kejadian sebenarnya. Sebaliknya jika kita langsung praktek tanpa membaca teori kemungkinan besar kita akan melakukan pertolongan yang salah pada korban. Sebagai seorang pecinta alam, materi ini penting untuk dipelajari, karena kondisi alam seringkali tidak dapat diduga dan sangat mungkin terjadi kecelakaan yang tidak kita harapkan. Sedangkan tenaga medis, sarana dan prasarana kesehatan sulit untuk dijangkau. Maka satu-satunya pilihan adalah mencoba melakukan pertolongan sementara pada korban kerumah sakit atau dokter terdekat. 129



Pengertian pertolongan pertama ialah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit ataupun cedera (kecelakaan) yang memerlukan penanganan medis Dasar. Sedangkan pengertian medis dasar ialah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dimiliki oleh orang awam atau orang awam yang terlatih secara khusus. Dasar hukum mengenai pertolongan pertama belum diatur secara khusus, namun umumnya merujuk pasal 531 KUHP yang menyebutkan bahwa Barangsiapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304s, 478, 535, 566. Dalam pelaksanaan pertolongan pertama terdapat beberapa tujuan, di antaranya ialah sebagai berikut : 1. Menyelamatkan jiwa penderita. 2. Mencegah kecacatan. 3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan. Dalam pertolongan pertama terdapat pelaku pertolongan pertama yang artinya ialah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam kemampuan medis dasar. Kewajiban pelaku pertolongan pertama antara lain : 1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang lain di sekitarnya. 2. Dapat menjangkau penderita baik dalam kendaraan, kerumunan massa maupun bangunan. 3. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa. 4. Meminta bantuan ataupun rujukan apabila diperlukan. 130



5. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban. 6. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya. 7. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita. 8. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat. 9. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasikan. Pelaku pertolongan pertama dalam melaksanakan tugasnya memerlukan peralatan dasar untuk digunakan. Oleh karena penderita dapat saja mengeluarkan ceceran darah ataupun cairan tubuh lainnya yang memiliki potensi sumber penyakit, maka pelaku penolong pertama memerlukan APD (Alat Perlindungan Diri) yang di antaranya ialah : 1. Sarung tangan lateks. 2. Kacamata pelindung. 3. Baju pelindung. 4. Masker. 5. Helm (untuk melindungi apabila menolong di tempat yang rawan akan jatuhnya benda dari atas seperti runtuhan bangunan,dsj). Selain APD, penolong pertama juga menggunakan peralatan penolong dalam menjalankan tugasnya di antaranya ialah : 1. Penutup luka : o



Kasa steril.



o



Bantalan Kasa.



2. Pembalut luka : o



Pembalut gulung (pita).



o



Pembalut segitiga (mitella).



o



Pembalut tubuller (tabung).



o



Pembalut rekat (plester). 131



3. Cairan antiseptik : o



Alkohol 70%.



o



Betadine.



4. Cairan pencuci mata (boorwater). 5. Bidai dan peralatan stabilitas tubuh lainnya. 6. Gunting pembalut. 7. Pinset. 8. Senter. 9. Kapas. 10. Selimut. 11. Oksigen. 12. Tensimeter. 13. Stetoskop. 14. Tandu. 15. Alat Tulis. Kemampuan berimprovisasi pelaku penolong pertama juga diperlukan apabila tidak ditemukan alat-alat di atas di lokasi kejadian sehingga dapat mencari alat lain sesuai fungsinya serta aman untuk digunakan.



B. TATA LAKSANA Beberapa prinsip yang harus ditanamkan pada jiwa petugas P3K apabila menghadapi kejadian kecelakaan adalah sebagai berikut: a. Bersikaplah tenang, jangan pernah panik. Anda diharapakan menjadi penolong bukan



pembunuh



atau



menjadi



korban



selanjutnya



(ditolong).



b. Gunakan mata dengan jeli, kuatkan hatimu karna anda harus tega melakukan 132



tindakan yang membuat korban menjerit kesakitan untuk keselamatannya, lakukan gerakan



dengan



tangkas



dan



tepat



tanpa



menambah



kerusakan.



c. Perhatikan keadaan sekitar kecelakaan, cara terjadinya kecelakaan, cuaca dll d. Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan luka, patah tulang,



merasa



sangat



kesakitan



dll.



e. Periksa pernafasan korban. Kalau tidak bernafas, periksa dan bersihkan jalan nafas lalu berikan pernafasan bantuan (A, B = Airway, Breathing management) f. Periksa nadi atau denyut jantung korban. Kalau jantung berhenti, lakukan pijat jantung luar. Kalau ada perdarahan berat segera hentikan (C = Circulatory management) g. Apakah penderita Shock? Kalau shock cari dan atasi penyebabnya h. Setelah A, B, dan C stabil, periksa ulang cedera penyebab atau penyerta. Kalau ada patah tulang lakukan pembidaian pada tulang yang patah, Jangan buru-buru memindahkan atau membawa ke klinik atau rumah sakit sebelum tulang yang patah dibidai. i. Sementara memberikan pertolongan, anda juga harus menghubungi petugas medis atau rumah sakit terdekat. PRIORITAS PERTOLONGAN Ada beberapa prioritas utama yang harus dilakukan oleh penolong dalam menolong korban yaitu: a. Henti napas b. Henti jantung c. Pendarahan berat d. Shock e. Ketidak sadaran f. Pendaraahan ringan g. Patah tulang atau cedera lain 133



Prinsip prinsip pembidaian adalah sebagai berikut : ▪



Buka pakaian yang menutup bagian anggota tubuh yang akan di bidai.







Lakukan pemeriksaan status vaskular ( denyut nadi dan pengisian kapiler) serta status motorik dan sensorik di distal trauma.







Tutup semua luka dengan kasa steril atau dengan kain yang bersih.







Jangan memindahkan/menggerakkan anggota gerak sebelum dilakukan pembidaian.







Pada kasus fraktur,pembidaian harus mencakup 2 sendi di bagian proksimal (atas) dan distal ( bawah) dari fraktur tersebut.







Pada trauma sendi,pembidaian harus mencakup tulang di sebelah proksimal dan distal sendi.







Semua bidai harus di beri bantalan lunak agar tidak merusak jaringan lunak (otot) sekitarnya.







Selama pembidaian anggota gerak harus di topang dengan tangan untuk mernghindari trauma lebih lanjut.







Jika terjadi deformitas ( berubah bentuk), lakukan traksi ( penarikan) untuk memulihkan kesejajaran anggota gerak (realignement).







Jika terdapat tahanan saat di lakukan traksi,pembidain dilakukan pada posisi apa adanya.







Pembidaian trauma tulang belakang dilakukan dengan prinsip neutral in-line position.







Jika ragu ragu apakah terjadi patah tulang/fraktur,dislokasi tetap lakukan pembidaian



Jenis-jenis pembalut : 1)



Mittela : 134



Bahan pembatuk segitiga sama kaki berbagai ukuran panjang kaki 50-100 cm Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang berbentuk bulat atau untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala ,bahu ,dada,siku,telapak tangan ,pinggul,telapak kaki dan untuk menggantung lengan 2)



Dasi : Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu sisi segitiga agar



beberapa lapis dan berbentuk seperti pita di kedua ujung –ujungnya lancip dan lebarnya



5-10



cm



Pembalut



ini



biasa



dipergunakan



untuk



membalut mata,dahi,rahang,ketiak,lengan,siku,paha,lutut,betis dan kaki terkilir Cara membalut: · Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan · Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya saling menarik · Kedua ujung diikatkan secukupnya.



3)



Pita : Pembalut ini dapat dibuat dari katun ,kassa,flannel,atau bahan elastic .Yang



paling sederhana adalah dari kasssa,hal ini karena kassa mudah menyerap air ,darah dan tidak mudah bergeser ( kendor ) Macam-macam pembalut dan penggunaannya : § Lebar 2,5 cm untuk jari-jari § Lebar 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan § Lebar 7,5 cm untuk kepala,lengan,atas bawah,betis dan kaki § Lebar 10 cm untuk paha dan sendi pinggul § Lebar > 10 cm untuk dada ,perut dan punggung Cara membalut anggota badan (tangan/kaki): 135



▪ Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap ▪ Pastikan bahwa perban tergulung kencang ▪ Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali. ▪ Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi duapertiga bagian sebelumnya. ▪ Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban. 4)



Plester : Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka ,untuk fiksasi pada sendi yang



terkilir ,untuk merekatkan pada kelainan pada patah tulang Khusus untuk penutup luka ,biasa dilengkapi dengan antiseptic



Cara membalut luka terbuka dengan plester: ▪ Luka diberi antiseptic ▪ Tutup luka dengan kassa ▪ Baru letakkan pembalut plester. 5)



Pembalut yang spesifik : Sofratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh



kuman ( antibiotika). Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar 6)



Kasa Steril :



136



Kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah diberi obat-obatan ( antibiotika,antiseptic ) Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut.



Pertolongan Pertama pada Patah tulang dan Cedera Sendi Selama korban masih di tempat kejadian cedera, ada pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh masyarakat awam. Tatalaksana tersebut adalah pemasangan bidai sederhana. Pemasangan bidai dilakukan setelah dipastikan tidak ada gangguan pada pernapasan dan sirkulasi korban dan luka sudah ditangani. Bidai bertujuan untuk mencegah pergerakan (imobilisasi) pada tulang dan sendi yang mengalami cedera. Imobilisasi ini menghindari pergerakan yang tidak perlu, sehingga mencegah perburukan patah tulang dan cedera sendi serta menghindari rasa nyeri. Pemasangan bidai juga akan memberikan gaya tarik dengan perlahan namun konsisten sehingga membantu mereposisi bagian yang cedera mendekati posisi normalnya. Bidai sederhana dapat dibuat dari bahan apapun yang kaku, seperti kayu, penggaris, atau tongkat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bidai, yaitu:







Bidai harus cukup panjang. Pada kasus patah tulang: Melewati sendi yang ada di pangkal dan ujung tulang yang patah. Pada kasus cedera sendi: Mencapai dua tulang yang mengapit sendi yang cedera.







Bidai harus cukup kuat untuk menghindari gerakan pada bagian yang patah tulang atau sendi yang cedera, namun tidak mengganggu sirkulasi.



137







Bila tidak ada alat yang kaku untuk dijadikan bidai, bagian tubuh yang cedera bisa diikatkan dengan bagian tubuh yang sehat, misalnya dengan membalut lengan ke tubuh, atau membalut kaki ke kaki yang sehat.







Jangan meluruskan (reposisi) tangan atau kaki yang mengalami deformitas, pasang bidai apa adanya.



138



139



140



Berikut adalah langkah-langkah pemasangan bidai: •



Pastikan lokasi luka, patah tulang atau cedera sendi dengan memeriksa keseluruhan tubuh korban (expose) dan membuka segala jenis aksesoris yang menghalangi (apabila tidak melukai korban lebih jauh)







Perhatikan kondisi tubuh korban, tangani perdarahan jika perlu. Bila terdapat tulang yang mencuat, buatlah donat dengan menggunakan kain dan letakkan pada tulang untuk mencegah pergerakan tulang.



141







Memeriksa PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak.







Tempatkan bidai di minimal dua sisi anggota badan yang cedera (misal sisi samping kanan, kiri, atau bagian bawah). Letakkan bidai sesuai dengan lokasi cedera.







Hindari mengangkat tubuh pasien untuk memindahkan pengikat bidai melalui bawah bagian tubuh tersebut. Pindahkan pengikat bidai melalui celah antara lekukan tubuh dan lantai. Hindari membuat simpul di permukaan patah tulang.







Buatlah simpul di daerah pangkal dan ujung area yang patah berada pada satu sisi yang sama. Lalu, pastikan bidai dapat mencegah pergerakan sisi anggota .







badan yang patah. Beri bantalan/padding pada daerah tonjolan tulang yang bersentuhan dengan papan bidai dengan menggunakan kain.







Memeriksa kembali PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. Bandingkan dengan keadaan saat sebelum pemasangan bidai. Apabila terjadi perubahan kondisi yang memburuk (seperti: nadi tidak teraba dan / atau tidak dapat merasakan sentuhan dan / atau tidak dapat digerakkan) maka pemasangan bidai perlu dilonggarkan.







Tanyakan kepada korban apakah bidai dipasang terlalu ketat atau tidak. Longgarkan balutan bidai jika kulit disekitarnya menjadi: Pucat atau kebiruan 142



Sakit bertambah Kulit di ujung tubuh yang cedera menjadi dingin Ada kesemutan atau mati rasa



Berikut contoh mengenai pemasangan bidai sederhana sebagai pertolongan pertama:



Gambar.5.1. Pemasangan bidai untuk patah tulang lengan atas atau pergeseran sendi bahu.



143



Gambar.5.2. Pemasangan bidai untuk patah tulang lengan bawah.



144



BAB VI BANTUAN HIDUP DASAR DAN RJP



A. PENGERTIAN Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan sebuah fondasi utama yang dilakukan untuk menyelamatkan seseorang yang mengalami henti jantung. BHD terdiri dari identifikasi henti jantung dan aktivasi Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Resusitasi Jantung Paru (RJP) dini, dan kejut jantung menggunakan automated external defibrillator (AED) atau alat kejut jantung otomatis. Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah serangkaian tindakan penyelamatan jiwa untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dari korban yang mengalami henti jantung. Inti dari RJP yang optimal adalah bagaimana cara memberikan RJP sedini mungkin dan seefektif mungkin,1 oleh karena itu pada bahasan ini akan dijelaskan mengenai bagaimana cara mengenali korban henti jantung sedini mungkin hingga bagaimana cara menanganinya.



Keberhasilan dari resusitasi setelah henti jantung akan bergantung pada langkahlangkah yang harus kita lakukan secara berurutan. Hal ini disebut juga Rantai Keselamatan (gambar 1) yang mencakup: 1. Deteksi dini dari henti jantung dan aktivasi sistem pelayanan gawat darurat terpadu (SPGDT) 2. Melakukan RJP secara dini dengan teknik penekanan yang tepat 3. Melakukan kejut jantung secara dini 4. Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif 5. Melakukan resusitasi setelah henti jantung secara terintegrasi



145



B. INDIKASI Indikasi dilakukanya tindakan pijat jantung adalah; 1. Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel) 2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: •



Hipoksemia karena berbagai sebab







Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)







Gangguan irama jantung (aritmia)







Penekanan



mekanik



pada



jantung



(tamponade



jantung,



tension



pneumothoraks) Diagnosis : •



Tidak terdapat adanya pernafasan (dengan cara Look-Listen-Feel)







Tidak ada denyut jantung karotis



Perhatian : Pada pasien yang telah terpasang monitor EKG dan terdapat gambaran asistole pada layar monitor, harus selalu dicek denyut nadi karotis untuk memastikan adanya denyut jantung. Begitu juga sebaliknya pada pasien terpasang monitor EKG yang telah di-RJP terdapat gambaran gelombang EKG harus diperiksa denyut nadi karotis untuk memastikan apakah sudah teraba nadi (henti jantung sudah teratasi) atau hanya gambaran EKG pulseless. Jika nadi karotis belum teraba maka RJP dilanjutkan



146



C. PRINSIP BANTUAN HIDUP DASAR TATA LAKSANA Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat korban, hal yang harus dilakukan adalah memastikan/mengetahui apakah korban mengalami henti jantung atau tidak. Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya mengaktifkan SPGDT, dan meminta alat kejut jantung otomatis (AED), dan segera lakukan RJP dengan awalnya berupa penekanan dada. Lalu jika alat kejut jantung otomatis (AED) datang, segera pasangkan pada korban untuk melakukan kejut jantung jika terdeteksi perlu kejut jantung. Untuk poin nomor 4 dan 5 dari Rantai Keselamatan, yaitu Bantuan Hidup Lanjut dan resusitasi pasca henti jantung secara terintegrasi dilakukan oleh tenaga medis lanjutan.



Gambar 6.1. Rantai keselamatan



Berikut penjelasan lengkap mengenai masing-masing poin di atas pada korban dewasa: 1. Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera Sebelum melakukan tindakan, pertama penolong harus mengamankan lingkungan sekitar dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar jika ada. Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa pernapasan korban, jika korban tidak sadarkan diri dan bernapas secara abnormal (terengah-engah), penolong harus mengasumsikan korban mengalami henti jantung. Penolong harus dapat memastikan korban tidak responsif dengan cara memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau menggoyangkan bahu korban. Jika korban tidak 147



memberikan respons maka penolong harus segera mengaktifkan SPGDT dengan menelepon Ambulans Gawat Darurat 118 Dinas Kesehatan DKI Jakarta, atau nomor 021 – 65303118, atau ambulans rumah sakit terdekat. Ketika mengaktifkan SPGDT, penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu penolong, misalnya, penolong pertama memeriksa respons korban kemudian melanjutkan tindakan BHD sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelepon ambulans terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED).



Gambar 6.2. Memeriksa Keadaan Korban



2. Resusitasi Jantung Paru (RJP)



Resusitasi jantung paru terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas dengan perbandingan 30:2, berarti 30 kali penekanan dada kemudian dilanjutkan dengan memberikan 2 kali bantuan napas. Bantuan napas diberikan jika penolong yakin melakukannya. 148



Penekanan dada yang efektif dilakukan dengan prinsip tekan kuat, tekan cepat, mengembang sempurna, dan interupsi minimal. Untuk memaksimalkan efektivitas penekanan dada, korban harus berada di tempat yang permukaannya rata. Penolong berlutut di samping korban apabila lokasi kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di samping korban apabila di rumah sakit. Penolong meletakkan pangkal telapak tangan di tengah dada korban dan meletakkan tangan yang lain di atas tangan yang pertama dengan jari-jari saling mengunci dan lengan tetap lurus.



Gambar 6.3. Posisi Penolong Pada Korban Penolong memberikan penekanan dada dengan kedalaman minimal 5cm (prinsip tekan kuat) dengan kecepatan minimal 100 kali permenit (prinsip tekan cepat). Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk mengembang kembali untuk memungkinkan darah terisi terlebih dahulu pada jantung (prinsip mengembang sempurna). Penolong juga harus meminimalisasi interupsi saat melakukan penekanan (prinsip interupsi minimal). 149



Bantuan napas diberikan setelah membuka jalan napas korban dengan teknik menengadahkan kepala dan mengangkat dagu (head tilt – chin lift).



Gambar 6.4. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala dan mengangkat dagu Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan telunjuk agar tertutup kemudian diberikan napas bantuan sebanyak dua kali, masing-masing sekitar 1 detik, buang napas seperti biasa melalui mulut. Napas bantuan diberikan dari mulut ke mulut atau menggunakan pelindung wajah yang diletakkan di wajah korban. Lihat dada korban saat memberikan napas bantuan, apakah dadanya mengembang, kemudian tunggu hingga kembali turun untuk memberikan napas bantuan berikutnya.



Gambar 6.5. Memberikan napas bantuan. 150



Jika memungkinkan, RJP dilakukan bergantian setiap 2 menit (5 siklus RJP) dengan penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat kejut jantung otomatis (AED) datang dan siap untuk digunakan atau bantuan dari tenaga kesehatan telah datang.



3. Melakukan kejut jantung dengan alat kejut jantung otomatis (AED)



Alat kejut jantung otomatis (AED) merupakan alat yang dapat memberikan kejutan listrik pada korban. Pertama, pasang terlebih dahulu bantalan (pad) alat kejut jantung otomatis pada dada korban sesuai instruksi yang ada pada alat. Setelah dinyalakan, ikuti instruksi dari alat tersebut yaitu jangan menyentuh korban karena alat kejut jantung otomatis akan menganalisis irama jantung korban. Jika alat mengidentifikasi irama jantung yang abnormal dan membutuhkan kejut jantung (untuk mengembalikan irama kelistrikan jantung menjadi normal), minta orang-orang agar tidak ada yang menyentuh korban, lalu penolong menekan tombol kejut jantung pada alat. Lanjutkan penekanan dada segera setelah alat memberikan kejutan listrik pada korban. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kelistrikan jantung seperti semula.



Posisi Pemulihan Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal. Posisi ini dilakukan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko tersumbatnya jalan napas dan tersedak. Tidak ada standard baku untuk melakukan posisi pemulihan, yang terpenting adalah korban dimiringkan agar tidak ada tekanan pada dada korban yang bisa mengganggu pernapasan. Namun rekomendasi posisi pemulihan adalah meletakkan tangan kanan korban ke atas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban 151



sehingga korban miring ke arah kanan dengan lengan di bawah kepala korban. Berikut gambar mengenai posisi pemulihan.



Gambar. 6.6. Cara melakukan posisi pemulihan. Secara umum, langkah-langkah pertolongan bantuan hidup dasar pada dewasa dari identifikasi korban sampai pemasangan AED adalah sebagai berikut:



Gambar 6.7. Algoritma Bantuan Hidup Dasar korban dewasa 152



DAFTAR PUSTAKA Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685-S705. Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2015 Jun 26] Available at: http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm ECC Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation. 2000;102(Supplement 1):I-22-I-59. ECC



Guidelines. Part 9: Pediatric Basic 2000;102(Supplement 1):I-253-I-290.



Life



Support.



Circulation.



Hardianto Wibowo. (1994/1995). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: Buku Kedokteran. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88 David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.comJames M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p 118-129 Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGrawHill Companies. New York. p 245-259 Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: //www.nlm.nih.gov/medlineplus. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216 St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19



Pengobatan dan Olahraga Bunga Rampai. Semarang: Dahara Prize. Giam, C.K. dan Teh, K.C.(1992). Paul M. Taylor, dkk. 1997. Conguering Athletic Injuries. Diterjemahkan Jamal Ronald. P. Feiffer. (2009). Sports First Aids (Pertolongan Pertama dan Pencegahan Cedera Olahraga). Jakarta: Erlangga. H.J. mukono dkk, 2002. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja. Surabaya:Airlangga University Press. Ircham Machfoedz dkk, 2005. Pertolongan Pertama di Rumah dan di Tempat Kerja.Yogyakarta:Fitramaya. K.G. Soma Persada, 1996. Pertolongan pertama dan RJP. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Kartono Mohamad, 2001. Pertolongan Pertama. Edisi yang disempurnakan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Skeet, Muriel, 1995. Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan dan Pertolongan Pertama. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. Brinker MR, O’Connor DP, Almekinders LC, et al. Physiology of injury to musculoskeletal structures: 1. Muscle and tendon injury. In: DeLee JC, Drez D Jr, Miller MD, eds. DeLee and Drez’s Orthopaedic Sports Medicine. 3rd ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier Saunders; 2009:chap 1, section A. Ilmu Kedokteran Olahraga (Hartono Satmoko,Terjemahan). Jakarta: Binarupa Aksara. http://kebugarandanjasmani.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-cedera-olahragadefinisi.html http://lpug.gunadarma.ac.id/rson/mediainformasi/edisi-i-oktober-desember2014/rice-cegah-cedera-olahraga/ Arofah, Novita Intan. Diagnosis dan Manajemen Cedera Olahraga. Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta



http://kebugarandanjasmani.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-cedera-olahragadefinisi.html ( 04 Oktober 2017, 15:30 ) https://kurwindakristi.wordpress.com/2012/03/10/faktor-penyebab-cedera-olahraga2/ ( 04 Oktober 2017, 15:30 ) http://www.republika.co.id/berita/koran/medika/15/11/04/nxa9087-menanganicedera-saat-berolahraga ( 04 Oktober 2017, 15:30 ) http://syarifdayatpenjas.blogspot.co.id/2014/11/makalah-tentangcedera.htmlhttps://kurwindakristi.wordpress.com/2012/03/10/faktor-penyebabcedera-olahraga-2/ http://batamtoday.com/home/read/99016/Inilah-Pertolongan-Pertama-saatMengalami-Cedera-Engke http://deariez68.blogspot.co.id/2010/03/cedera-engkel.html http://aminuddinsportscience.blogspot.co.id/2013/05/penanganan-awal-pada-cederaolahraga.html http://wawanagungraharja.blogspot.co.id/2012/05/artikel-seminar-nasionalpenanganan.html http://first-treatment.blogspot.co.id/2013/02/pertolongan-pertama-bila-lukamemar.html http://health.liputan6.com/read/2389193/3-penyebab-tubuh-tiba-tiba-memar Setiawan, Arief. 2011. Faktor Penyebab Cedera Olahraga. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Volume 1 edisi 1 Juli 201, ISSN 2088-6802. Universitas Negeri Semarang diakses dari http//:journal.unnes.ac.id Sudijandoko, Andun. 2000. Perawatan dan Pencegahan Cedera. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menteri Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III



Referensi Gambar: AHA Guidelines. Part 3: Adult Basic 2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.



Life



Support.



Circulation.



Medline Plus. Choking [Internet]. [updated 2015 June 24; cited 2015 June 30]; Available at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/choking.html Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685-S705.



GLOSARIUM



A Aneurisma Benjolan atau pelebaran tidak normal pada pembuluh darah. Aorta Pembuluh darah terbesar Arteri Pembuluh darah yang berfungsi membawa darah dari jantung Anastomosis Arteriovenosa Penyambungan langsung antara arteri dengan vena Arteri elastik Pembuluh darah arteri yang memiliki ukuran yang besar di tubuh Arteriol Pipa terakhir dari arteri yang menghubungkan langsung dengan kapiler-kapiler dalam tubuh Avulasi Luka sobek C Cardiac Arrest Henti jantung Cerebrum Bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu 7/8 dari otak. Cerebellum Bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar



Crush injury Cedera remuk D Dermis Lapisan kulit berfungsi sebagai lokasi untuk pelengkap kulit Diencephalaon Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan mesencephalon. Dislokasi Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi E Efektor Struktur yang dapat menanggapi impuls. Dapat berupaa sel, jaringan atau organ, alat gerak, otot. Epidermis Lapisan kulit yang tahan air dan berfungsi sebagai penghalang terhadap infeksi Epitelium Jaringan penutup permukaan tubuh, baik permukaan tubuh sebelah luar maupun sebelah dalam F Fraktur Hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. H Hematoma Kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah.



Hemoglobin Komponen dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit tetapi mengembangkan warna ungu. Hipodermis Subkutan lapisan adiposa Hydroterapi Terapi Air I Impuls Rangsangan atau pesan yang disampaikan melalui senyawa kimia dalam tubuh yaitu asetilkolin insersio Kapiler Pembuluh darah yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan kimia antara darah dan jaringan K Karoten Pigmen kulit berwarna kuning sampai orange. ini ada dalam stratum korneum sel-sel lemak dermis dan fasia superfisialis. L Ligamen Jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut yang berperan dalam menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang lain pada sendi LVEDP Left Ventrikel End Diastolik Pressure



M Membran sinovial Membran penting yang bertindak sebagai pelumas untuk pergerakan bebas sendi tersebut



Melanin Pigmen kulit berwarna coklat dan hadir dalam zona germinative dari epidermis. Melanoid Pigmen kulit menyerupai melanin namun hadir difus di seluruh epidermis. Mesencephalon Bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan jembatan varol. Miofibril Struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen aktin dan miosin. Mittela Bahan pembatuk segitiga sama kaki berbagai ukuran panjang kaki 50-100 cm N Neuron Sel yang terpanjang yang dimilki oleh tubuh manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke tempat yang dituju. O Oksihemoglobin Komponen dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit. Ini mengembangkan warna merah Otot Jaringan pada tubuh yang bercirikan mampu berkontraksi, dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf



aktivitas biasanya



Origo Tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi. Ortesa Pelayanan alat bantu



P Protesa Pelayanan pengganti tubuh R Reseptor Struktur yang dapat menerima impuls.Dapat berupa sel, jaringan atau organ, alat gerak, otot. Respiratory Arrest Henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel) RJP Resusitasi Jantung Paru S SSP Sistem saraf pusat Syok Suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai T Tendon Struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Tunika Adventitia Lapisan terluar daripada pembuluh darah dan mengandung banyak jaringan ikat kolagen terutama kolagen tipe 1 dan jaringan elastik.



Tunika intima Lapisan paling dalam dari pembuluh darah yang terdiri dari selapis sel endotel yang membatasi permukaan dalam pembuluh V Vena Pembuluh darah yang membawa darah dari kapiler kembali ke jantung Vena Kafa Superior Vena kafa yang membawa darah ke jantung dari bagian tubuh atas Vena Kafa Inferior Vena kafa yang bertugas membawa darah ke jantung dari bagian tubuh bawah. Venula Mengalirkan darah yang kembali dari organ tubuh kembali ke jantung W Warming up pemanasan



INDEKS A Aneurisma 80 Aorta 13-15,43, 113 Arteri 13-19,21,28,81,112 Anastomosis Arteriovenosa 21 Arteri elastik 15



F Fraktur 87-92,94-96, 125,126 H Hematoma 77,79-82 Hemoglobin 84 Hipodermis 6 Hydroterapi 64 I



Arteriol 14



Impuls 33-37



Avulsi 67



K



C



Kapiler 2,8,13-14, 16-18



Cardiac Arrest 147



K



Cerebrum 38-39



Karoten 6



Cerebellum 39



L Ligamen 25



Crush injury 67



LVEDP 112



D Dermis 6



M



Diencephalaon 39



Melanin 6



Dislokasi 136



Melanoid 6



E



Mesencephalon 39



Efektor 34,37



Miofibril 4



Epidermis 6



Mittela 136



Epitelium 12



N Neuron 33



O



S



Oksihemoglobin 6



SSSP 35



Otot 4,32, 33, 39,44,52, 57 64,86,91, 99,114,125 Origo 33



Syok 37, 111, 120-122, 127 T Tendon 25



Ortesa 61



Tunika Adventitia 21



P



Tunika intima 20



Protesa 61 R



V Vena 81,121,124



Reseptor 113



Vena Kafa Superior 16



Respiratory Arrest 113



Vena Kafa Inferior 16



RJP 147



Venula 17 W Warming up 50