Caring [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS RESUME MATA PELAJARAN CARING 1. Konsep caring dalam keperawatan 2. Prilaku caring dalam memberi asuhan keperawatan 3. Teori caring dalam keperawatan 4. Pendekatan-pendekatan caring dalam keperawatan 5. Model-model dasar pendekatan caring dalam keperawatan 6. Situasi emosional dalam aplikasi caring dalam keperawan



Oleh : Sri Novalinda NIM: 121812022



Dosen Pembimbing:



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNG PINANG – BATAM T.A 2018/ 2019



KONSEP DASAR CARING DALAM KEPERAWATAN 1) . Pengertian caring secara umum Istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian.Secara umum diartikan suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,pengawasan dengan waspada,serta suatu perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Menurut Florence nightingale (1860) caring adalah tindakan yang menunjukkan pemamfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan , memberi lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien. 2) Persepsi klien Tentang Caring A. Persepsi klien wanita (Riemen, 1986) 1. Bersepon terhadap keunikan klien 2. Memahami dan mendukung perhatian klien 3. Hadir secara fisik 4. Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai sebagai manusia 5. Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta 6. Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien 7. Bersuara halus dan lembut 8. Memberi perasaan nyaman B. Persepsi klien pria (Riemen , 1986 ) 1. Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai 2. Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta 3. Membuat klien merasa nyaman, relaks dan aman 4. Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum diminta 5. Mengunakan suara dan sikap yang baik,halus,lembut dan menyenangkan C. Persepsi klien kanker dan keluarga (Mayer, 1986 ) 1. Mengetahui bagaimana memeberikan injeksi dan mengelola peralatan 2. Bersikap ceria 3. Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah 4. Mengutamakan dan mendahulukan kepentingan klien



5. Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat D. Persepsi pasien deawasa yang dirawat ( Brown,1986 ) 1. Kehadirannya menentramkan hati 2. Memberikan informasi 3. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan professional 4. Mampu menangani nyeri atau rasa sakit 5. Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan 6. Mempromosikan otonomi 7. Mengenali kualitas dan kebutuhan individual 8. Selalu mengawasi klien E. Persepsi dari keluarga 1. Jujur 2. Memberikan penjelasan dengan jelas 3. Selalu menginformasikan keluarga 4. Mencoba untuk membuat klien nyaman 5. Menunjukkan minat dalam menjawabkan pertanyaan 6. Memberikan perawatan emergensi bila perlu 7. Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur,terbuka dan ikhlas. 8. Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin 9. Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman 3) Perilaku caring dalam praktek keperawatan Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman,dan dari hubungan dengan orang lain.Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih saying, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual,dan perawatan keluarga. a. Kehadiran Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan. b. Sentuhan Merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan



c. Mendengarkan Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk mendapat kedamaian. d. Memahami klien Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap pasien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya.(radwin,1995) e. Caring dalam spiritual Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik,baik melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungannya dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan tuhan dan kekuatan tertinggi. f. Perawatan keluarga Keberhasilan intervensi keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. 4) Perbedaan caring dan curing Secara bahasa caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun,secara istilah caring dapat diartikan memeberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya,sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati klien.



PRILAKU CARING DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien/manusia/person merupakan pusat/sentral asuhan keperawatan dan “CARE” sebagai dasar/landasan dalam praktik/asuhan keperawatan (Nursalam, 2014). Keunggulan perawat adalah Perilaku Caringnya dan ini sudah dikenal sejak diakuinya profesi perawat di dunia bahwa salah satu yang harus dimiliki seorang perawat adalah “Mother Insting” atau jiwa keibuan yang memiliki kepedulian seperti seorang ibu yang merawat anaknya (tidak perlu saya gambarkan lagi tentang jiwa keibuan ini, lihatlah ibu anda saat merawat anda dan harapanya perawat saat merawat klien/pasien jiwanya seperti seorang ibu yang merawat anaknya). Caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan profesi lain dan mendominasi serta mempersatukan dan menjiwai tindakan keperawatan. Teori caring pertama kali dikemukakan oleh Jean Watson yang dikenal dengan 10 Faktor Karatif Caring yang merupakan salah satu jenis teori filosofi keperawatan, kemudian dikembangkan lagi oleh Swanson (1993) dengan teorinya Model Structure of Caring (Swanson Caring Theory) yang terdiri dari Maintaining belief (mempertahankan keyakinan pada kejadian atau transisi dan melihatnya dengan penuh hikmahh), Knowing (berusaha keras untuk memahami makna atas kejadian pada kehidupan orang lain), Being with (menunjukkan perasaan kepada orang lain), Doing for (bekerja/melakukan sesuatu untuk orang lain seperti untuk diri snediri), enabling (memfasilitasi orang lain pada kondisi transisi) yang masuk dalam jenis teori keperawatan Middle Range, dan pada akhirnya di modifikasi oleh Carolina dikenal dengan Carolina Care Model dimana ia membuat suatu model caring yang dapat diaplikasikan pada pelayanan keperawatan ia memperkenalkan Multilevel rounding, words and way that work, relationship/service component, dan partnerships with support service.



Sebagai unggulan dari seorang perawat tentunya Perilaku Caring menjadi dasar dan wajib untuk diterapkan pada pelayanan keperawatan baik dalam rumah sakit, klinik, rumah perawatan, dll. Berikut contoh kecil aplikasi perilaku caring perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada klien yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan keselamatan klien yang tentunya diharapkan dapat membantu kesembuhan klien. Perawat memperkenalkan diri saat pertama kali kontak dengan klien



Selalu tersenyum saat kontak dengan klien Perawat Memiliki rasa empati (menolong klien misalnya dalam menghilangkan rasa sakit) Perawat menunjukan perhatian kepada klien (misalnya menyakan keadaan/keluhan yang dirasakan) Perawat selalu melibatkan keluarga klien dalam proses kesembuhan klien Perawat melakukan pengkajian secara menyeluruh (pengkajian yang holistik/bio-psiko-sosio-spritual-kultural) Perawat memiliki pendekatan yang konsisiten pada klien Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan kemampuan yang kompeten Perawat mendengar keluhan, perasaan, dan masukan dari klien Perawat menunjukan sikap sabar dalam melakukan proses keperawatan pada klien Perawat memberikan rasa aman dan nyaman kepada klien Perawat menyarankan kepada klien bila ada kesulitan/menemui masalah segera menghubungi perawat Perawat melakukan tindakan sesuai SPO Perawat menghormati hak-hak klien. Perawat membantu klien dan memberikan kesempatan untuk memandirikan klien dalam mengatasi masalah Perawat memberikan motivasi klien untuk selalu berpikir positif tentang kondisi sakitnya Perawat mengajarkan cara untuk merawat diri sendiri jika itu memungkinkan untuk dilakukan oleh klien. Perawat mendiskusikan kndisi klien dan memberikan umpan balik pada klien TEORI CARING DALAM KEPERAWATAN Teori Caring Dalam Keperawatan Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) .



Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik . Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri . Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh . Lebih lanjut Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral pada saat melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien . Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran,



kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring . Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien . Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut Watson, ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal, caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien, caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga, caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya, lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri, caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit, caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995). Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor karatif membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai



kepuasan dalam melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah sebagai berikut. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic. Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada klien. Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan kesehatan Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain. Mengembangkan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang diperlukan dalam faktor ini antara lain adalah kongruen, empati, dan kehangatan. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien. Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi. Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya. Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadangkadang seorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995). Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, Watson merumuskan tiga faktor karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring. Tiga faktor karatif tersebut adalah: pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik,



memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain (Julia, 1995). Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum memahami orang lain (Nurahmah, 2006). Leininger (1991) mengemukakan teori “culture care diversity and universality”, beberapa konsep yang didefinisikan antara lain : kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai, kepercayaan, norma, dan gaya hidup antar kelompok yang dapat mempengaruhi cara berpikir, mengambil keputusan, dan bertindak dalam pola-pola tertentu; keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan perbedaan dalam arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care antara sekelompok orang yang berhubungan, mendukung, atau perbedaan dalam mengekspresikan human care; cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam pembelajaran dan pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup yang mendukung dan memfasilitasi individu atau kelompok dalam upaya mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi sejahtera, mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan; dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama, aspek sosial, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda; care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan untuk orang lain dalam meningkatkan kondisi kehidupannya; care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan untuk membimbing, mendukung, dan ada untuk orang lain guna meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam menghadapi kematian; caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan kognitif dan formal mengenai pengetahuan care serta keterampilan dan keahlian untuk mendampingi, mendukung, membimbing, dan memfasilitasi individu secara langsung dalam rangka meningkatkan kondisi kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau dalam bekerja dengan klien (Julia, 1995, Madeline,1991).



Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Lydia Hall mengemukakan perpaduan tiga aspek tersebut dalam teorinya. Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995). Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap caring dipengaruhi oleh dua hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat sebagai disiplin ilmu dan profesi. Kemampuan caring tumbuh di sepanjang hidup individu, namun tidak semua perilaku manusia mencerminkan caring (Julia, 1995). Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-klien yang bersifat professional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk bertanggungjawab terhadap kondisi kesehatannya. PENDEKATAN-PENDEKATAN CARING DALAM KEPERAWATAN Dengan demikian membangun pribadi caring perawat harus menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caring. Pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja perawat dan serta adanya effektive leadership dalam keperawatan. Peran organisasi (rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemmpinan yang efektif, perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan sistem remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja perawat. Oleh karena itu, semua dapat berdampak pada meningkatnya motivasi dan kinerja perawat dalam caring. Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang singkat. Bukan pekerjaan mudah untuk merubah perilaku seseorang, yang terbaik adalah membentuk caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam pendidikan. Artinya, peran pendidikan dalam membangun caring perawat sangat penting. Dalam penyusunan kurikulum pendidikan



perawatan harus selalu memasukkan unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain harus ada dalam pendidikan perawatan. Andaikata pada saat rekruitmen sudah ada sistem yang bisa menemukan bagaimana sikap caring calon mahasiswa keperawatan itu akan membuat perbedaan yang mendasar antara perawat sekarang dan yang akan datang dalam perilaku caringnya.