CARING  [PDF]

  • Author / Uploaded
  • echa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PELATIHAN CARING IN NURSING



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Kepuasan pasien terhadap pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan kepuasan akan mutu pelayanan yang diberikan tenaga perawat terhadap pasien selama dirawat di rumah sakit. Pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien merupakan bentuk pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu klien dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan dirinya memalui tindakan pemenuhan kebutuhan klien secara komprehensif dan berkesinambungan. Perawat dalam meningkatkan asuhan keperawatan untuk kebutuhan rasa aman pasien hendaknya menerapkan penggunaan caring. Caring merupakan inti atau fokus dalam keperawatan sebagai bentuk praktik keperawatan profesional. Caring menurut Potter & Perry (2005) adalah memberikan perhatian penuh pada klien saat memberikan asuhan keperawatan. Perilaku caring perawat merupakan suatu sikap rasa peduli dan menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang lebih kepada pasien tersebut. Perilaku caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktek keperawatan, guna meningkatkan derajat kesehatan dan membantu kesembuhan pasien (Putinah, 2012). Caring sebagai evaluasi pelayanan kesehatan merupakan trend di era ini, karena gelombang pemasaran pelayanan kesehatan sekarang sudah berubah dari era service excellence yang berbasis pada standar operasional prosedur atau juga standar pelayanan minimal bergeser ke era care with character yang menjadikan nilai – nilai caring sebagai prinsip dalam pelayanan kesehatan. Perilaku caring yang bersifat fisik atau kebiasaan saja tentunya tidak sesuai dengan tuntutan paradigma dunia kesehatan terutama di Tzu Chi Hospital. Rumah Sakit ini bertekad menjadi institusi kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan secara profesional. Rumah Sakit ini berupaya menjadi mitra masyarakat di dalam melayani kebutuhan dan pelayanan kesehatan.



B.



Tujuan Pelatihan I.



Tujuan Umum



Meningkatkan pengetahuan dan membentuk karakter caring khususnya tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan asuhan ke pasien.



II. Tujuan Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta pelatihan mampu: 1. Menjelaskan pengertian dan manfaat aplikasi caring in nursing 2. Menjelaskan beberapa teori mengenai caring in nursing 3. Mempraktikkan caring in nursing dengan berbagai kasus yang dibuat oleh fasilitator. C.



Ruang Lingkup Pelatihan Ruang lingkup pelatihan ini meliputi pengertian dan tujuan caring in nursing, manfaat caring, teori caring in nursing yang akan diaplikasikan kedalam asuhan keperawatan di Tzu Chi Hospital.



D.



Prinsip Pelatihan Pelatihan Caring In Nursing di Tzu Chi Hospital diselenggarakan dengan memperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1. Prinsip andragogy, yaitu selama pelatihan, peserta berhak untuk didengarkan, dihargai, dipertimbangkan semua ide dan pendapat yang berhubungan dengan caring in nursing. 2. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan. 3. Berorientasi pada peserta, yaitu peserta berhak mendapatkan materi caring in nursing, mendapat pengajar atau istruktur yang professional, melakukan refleksi, melakukan evaluasi dan dievaluasi.



BAB II MATERI CARING IN NURSING A.



Pengertian Caring Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar mereka merasakan komitmen dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Watson menyebutkan caring sebagai suatu karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan secara genetika, namun dapat dipelajari melalui pendidikan sebagai budaya profesi. Woodward (2008) menambahkan bahwa untuk mengabadikan caring dalam praktik, maka diperlukan peningkatan fokus pendidikan sehingga muncul komitmen untuk mempertahankan caring sebagai nilai sentral. Caring merupakan hubungan pemberi pelayanan yang bersifat terbuka, dan perawat peduli dengan klien (Potter & Perry, 2009). Perilaku caring merupakan perhatian kepada orang lain, menghormati orang lain, dan empati terhadap orang lain (Dwidiyanti, 2007). Berdasarkan pandangan beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa. Caring merupakan tindakan keperawatan yang didasari oleh keinginan untuk mengerti, menolong dan mengurangi penderitaan pasien dengan melakukan tindakan yang terbaik bagi kesehatan pasien, berdasarkan nilai-nilai kebaikan untuk meningkatkan kepuasan pasien serta memandirikan pasien.



B.



Tujuan Caring Pada dasarnya tujuan caring adalah agar perilaku perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan dan menjaga/mengabadikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain dalam proses penyembuhan penyakit, penderitaan dan keberadaannya membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri dengan sentuhan kemanusiaan (Watson 2004).



C.



Komponen Caring Menurut Swanson (dalam Watson, 2005) komponen caring ada 5 yaitu :



1. Mengetahui (Knowing) adalah usaha untuk memahami orang lain, merawat orang lain, dan interaksi antara perawat dengan pasien. 2. Kehadiran (Being with) yaitu menghadirkan emosi ketika bersama orang lain. Hal ini meliputi kehadiran diri perawat untuk pasien, untuk membantu pasien, dan mengelola perasaan tanpa membebani pasien. 3. Melakukan (Doing for) yaitu melakukan tindakan untuk orang lain atau memandirikan pasien, mencakup tindakan antisipasi, kenyamanan, menampilkan kompetensi dan keahlian, melindungi pasien dan menghargai pasien. 4. Memampukan (Enabling) yaitu memfasilitasi pasien untuk melewati masa transisi dengan berfokus pada situasi, memberikan informasi atau penjelasan, memberi dukungan, memahami perasaan pasien, 5. Menawarkan



tindakan,



dan



memberikan



umpan



balik.



Mempertahankan



kepercayaan (Maintaining belief) yaitu mempertahankan kepercayaan pasien dengan mempercayai



kapasitas



pasien,



menghargai



nilai



yang



dimiliki



pasien,



mempertahankan perilaku penuh pengharapan, dan selalu siap membantu pasien pada situasi apapun. D.



Faktor–faktor yang mempengaruhi caring Gillies (1994) Mengemukakan bahwa semangat/motivasi perawat dalam melaksanakan tugasnya termasuk dalam menerapkan caring dipengaruhi oleh keseimbangan dan ketepatan jumlah tenaga perawat yang ada. Bila jumlah tenaga perawat kurang dari kebutuhan maka mengarah terjadinya flustrasi, keletihan, kekecewaan dan perselisihan antar individu perawat. Motivasi perawat yang rendah dalam menerapkan caring dapat terjadi karena beban kerja yang tinggi sehingga nantinya menurunkan kinerja dan kualitas asuhan keperawatan yang berdampak pada menurunkan kepuasan klien. Hal ini sesuai dengan pendapat ilyas (2000) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat menurunkan motifasi kerja personel adalah tingginya beban kerja. Menurut (Gibson, 1997) secara teori caring dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: Individu, Psikologi, Organisasi. 1. Individu Faktor individu yang dapat mempengaruhi perilaku caring yaitu kemampuan diantaranya kemampuan kecerdasan emosional, latar belakang, keterampilan, dan karakteristik demografis diantaranya umur, jenis kelamin, dan pendidikan. 2. Psikologi



Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku caring yaitu sikap, kepribadian dan motivasi, faktor ini dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, dan karakteristik demografis. 3. Organisasi Faktor organisasi adalah sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan, struktur dan pekerjaan. Untuk pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan pengembangan, imbalan yang terkait dengan kepuasaan kerja, iklim kerja yang kondusif dan perencanaan jenjang karir. E.



Faktor Pembentuk Perilaku Caring Menurut Watson (2005) faktor pembentuk perilaku caring yaitu : 1. Membentuk sistem nilai humanistik – altruistik. Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan (humanistik) dan perilaku yang mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini dapat dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang, keyakinan ,interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi. 2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope). Pemahaman ini diperlukan untuk menekankan pentingnya obat-obatan untuk kuratif, perawat juga perlu memberitahu klien alternative pengobatan lain yang tersedia. Mengembangkan hubungan perawat dan klien yang efektif, perawat memiliki perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya diri. 3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain. Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi dan orang lain serta bersikap lebih baik. Perawat juga perlu memahami pikiran dan emosi orang lain. 4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust). Ciri hubungan helping-trust adalah empati, dan hangat. Hubungan yang harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan terbuka. 5. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien. 6. Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif.



Penyalesaian masalah untuk pengambilan keputusan perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada pasien. 7. Meningkatkan belajar mengajar transpersonal. Memberikan asuhan mandiri,menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal pasien. 8. Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki mental, fisik, sosiokultural, dan spiritual. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien. 9. Membantu memuaskan kebutuhan manusia. Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri sendiri dan pasien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya. F.



Teori Caring 1. Teori Madeleine Leininger A. Definisi Teori Madeleine Leininger Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. B. Paradigma Transkultural Nursing Leininger mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya. Asuhan keperawatan



ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Leininger, 1991) adalah : -



Strategi I yaitu perlindungan/mempertahankan budaya. Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi



-



Strategi II yaitu mengakomodasi/negoasiasi budaya. Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi



terhadap budaya tertentu



yang lebih



menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein nabati. -



Strategi III yaitu mengubah/mengganti budaya klien Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.



2. Teori Swanson A. Definisi Teori Swanson Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar mereka merasakan komitmen dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Caring sebagai suatu karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan secara genetika, namun dapat dipelajari melalui pendidikan sebagai budaya profesi. B. Komponen Caring Menurut Swanson (dalam Watson, 2005) komponen caring ada 5 yaitu :



1. Mengetahui (Knowing) adalah usaha untuk memahami orang lain, merawat orang lain, dan interaksi antara perawat dengan pasien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan. Subdimensi: a. Menghindari asumsi-asumsi b. Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psikososial spiritual dan cultural. c. Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam d. Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan e. Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif 2. Kehadiran (Being with) yaitu menghadirkan emosi ketika bersama orang lain. Hal ini meliputi kehadiran diri perawat untuk pasien, untuk membantu pasien, dan mengelola perasaan tanpa membebani pasien. Subdimensi: a. Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan b. Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being. c. Bersama-sama



berkomitmen



dengan



klien



berusaha



dalam



klien



yang



berkaitan



dengan



meningkatkan kesehatan klien d. Berbagi



pengalaman



bersama



usaha peningkatan kesehatan klien. 3. Melakukan (Doing for) yaitu melakukan tindakan untuk orang lain atau memandirikan



pasien,



mencakup



tindakan



antisipasi,



kenyamanan,



menampilkan kompetensi dan keahlian, melindungi pasien dan menghargai pasien. Subdimensi: a. Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan ke nyamanan pada klien dan menjaga privasi klien. b. Tidak



hanya



berkomunikasi



dan



memberikan



kenyaman



dalam



tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professiol. c. Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.



d. Perawat dalam  melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga e. Melindungi hak-hak pasien dalam  memberikan  asuhan keperawatan dan tindakan medis 4. Memampukan (Enabling) yaitu memfasilitasi pasien untuk melewati masa transisi dengan berfokus pada situasi, memberikan informasi atau penjelasan, memberi dukungan, memahami perasaan pasien, menawarkan tindakan, dan memberikan umpan balik. Subdimensi: a.



Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan



b.



Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.



c.



Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan sesuai kapasitas sebagai perawat



d.



Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan 



e.



Menolong pasien untuk kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis (Potter & Perry, 2009)



5. Mempertahankan kepercayaan (Maintaining belief) yaitu mempertahankan kepercayaan pasien dengan mempercayai kapasitas pasien, menghargai nilai yang dimiliki pasien, mempertahankan perilaku penuh pengharapan, dan selalu siap membantu pasien pada situasi apapun. Subdimensi: a. Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi. b. Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat. c. Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama.



d. Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien. e. Semakin jauh  menjalin/menyelani hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien. 3. Teori Simon Roach Menurut Roach (1995 dalam Kozier, Barbara, et.al, 2007) ada lima komponen caring. Lima komponen tersebut adalah: a. Compassion (kasih sayang) Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain dapat berupa membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan kesempatan untuk berbagi, dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, serta memberikan dukungan secara penuh. b. Competence (kemampuan) Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap profesi. Compassion tanpa competence akan terjadi kelalaian klinis, sebaliknya competence tanpa compassion menghasilkan suatu tindakan. c. Confidence (kepercayaan diri) Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar manusia dengan penuh percaya diri. Confidence dapat berupa ekpresi caring yang meningkatkan kepercayaan tanpa mengabaikan kemampuan orang lain d. Concience (suara hati) untuk tumbuh dan menyampaikan kebenaran. Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai humanistik altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang dianut dan direfleksikan pada tingkah lakunya. e. Commitment Melakukan tugas secara konsekuen dan berkualitas terhadap tugas, orang, karier yang dipilih. 4. Teori Jean Watson A. Definisi Teori Jean Watson Menurut



Watson,



caring



sebagai



esensi



dari



keperawatan



bertanggungjawab atas hubungan antara perawat – klien, dimana perawat



membantu



partisipsi



klien,



membantu



memperoleh



pengetahuan



dan



meningkatkan kesehatan. Caring sebagai suatu bentuk perilaku tidak tumbuh secara tiba-tiba di dalam diri perawat. Caring merupakan hasil dari budaya, nilainilai, pengalaman dan hubungan individu dengan orang lain. Perilaku yang diberikan tidak sama antara satu pasien dengan pasien lain, melainkan diberikan sesuai dengan kebutuhan, masalah, dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien. Praktek keperawatan Watson mengemukakan 10 faktor karatif, yaitu 10 sifat dari karakter perawat yang menjelaskan bagaimana caring dimanifestasikan sebagai esensi dan inti keperawatan. Kesepuluh faktor karatif tersebut adalah sebagai berikut: 1.



Pembentukan sistem humanistik dan altruistik Sistem nilai humanistic altruistic ditingkatkan melalui pengalaman hidup seseorang,



proses



pembelajaran



dan



paparan



terhadap



nilai-nilai



kemanusiaan. Perawat dapat menerapkan perilaku caring berdasarkan pengertian humanistik dan altruistik saat pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi. Perilaku caring perawat ini dapat ditunjukkan dengan memenuhi dan merespon panggilan pasien dengan segera, menghormati dan melindungi privacy pasien menghargai dan menghormati pendapat dan keputusan pasien, menghargai dan mengakui nilai-nilai yang diyakini pasien. 2.



Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope) Perilaku ini menggambarkan peran perawat dalam meningkatkan kesehatan dengan membantu meningkatkan perilaku pasien dalam mencari pertolongan kesehatan. Perawat memfasilitasi pasien dalam membangkitkan perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya dan mengembangkan pengaruh perawat dengan pasien secara efektif. Penerapan dari perilaku ini dapat ditunjukkan dengan memberi motivasi kepada pasien untuk terus berusaha mencari pengobatan dan perawatan, melaksanakan perawatan dengan kepedulian yang tinggi, menganjurkan pasien untuk terus berdoa demi kesembuhannya, menunjukkan sikap yang hangat.



3.



Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain Perawat belajar memahami perasaan pasien sehingga lebih peka, murni, dan tampil apa adanya. Perawat juga harus mampu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka. Penerapan dari perilaku ini dapat ditunjukkan melalui sikap tenang dan sabar, menemani



atau mendampingi pasien, menawarkan bantuan dan memenuhi kebutuhan pasien. 4.



Membina pengaruh saling percaya dan saling bantu (helping-trust) Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi penerimaan perasaan positif dan negatif. Untuk membina pengaruh saling percaya dengan pasien perawat menunjukkan sikap empati, harmonis, jujur, terbuka dan hangat serta perawat harus dapat berkomunikasi terapeutik yang baik. Perilaku caring perawat seperti ini diaplikasikan dengan mengucapkan salam dan memperkenalkan diri serta menyepakati dan menepati kontrak yang dibuat bersama, mempertahankan kontak mata, berbicara dengan suara lembut, posisi berhadapan, menjelaskan prosedur, mengorientasikan klien baru, melakukan terminasi.



5.



Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif Perawat harus dapat menerima perasaan orang lain serta memahami perilaku orang lain dan juga perawat mendengarkan segala keluhan pasien. Perilaku caring ini dapat ditunjukkan dengan memberi kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, perawat mengungkapkan penerimaannya terhadap pasien, mendorong pasien untuk mengungkapkan harapannya, menjadi pendengar yang aktif.



6.



Menggunakan



metode



pemecahan



masalah



yang



sistematis



dalam



pengambilan keputusan. Perawat menerapkan proses keperawatan secara sistematis, memecahkan masalah secara ilmiah dalam menyelenggarakan pelayanan yang berfokus kepada pasien. Perilaku caring dengan metode ini didasarkan dengan melakukan proses keperawatan sesuai masalah pasien, memenuhi kebutuhan pasien, melibatkan pasien, menetapkan rencana keperawatan bersama dengan pasien, melibatkan pasien dan keluarga dalam setiap tindakan dan evaluasi tindakan 7.



Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar transpersonal Faktor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan untuk membedakan caring dan curing. Perawat menciptakan situasi yang nyaman dalam memberikan pendidikan kesehatan. Perawat memberi informasi kepada pasien, perawat memfasilitasi proses ini dengan memberikan pendidikan kesehatan yang didesain supaya dapat memampukan pasien



memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan yang mandiri, menetapkan kebutuhan personal pasien. 8.



Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memperbaiki mental, sosiokultural, dan spiritual. Perawat harus menyadari bahwa lingkungan internal dan eksternal berpengaruh terhadap kesehatan dan kondisi penyakit pasien. Konsep yang relevan dengan lingkungan internal meliputi kepercayaan, sosial budaya, mental dan spiritual pasien. Sementara lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, kebersihan dan lingkungan yang estetik. Perilaku caring perawat berdasarkan menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung adalah menyetujui keinginan dan memfasilitasi klien untuk bertemu dengan pemuka agama, menghubungi keluarga yang ingin ditemui oleh pasien, menyediakan tempat tidur yang selalu rapih dan bersih, menjaga kebersihan dan ketertiban ruang perawatan.



9.



Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia Perawat membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien meliputi kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan kebutuhan interpersonal pasien. Perilaku caring perawat berdasarkan memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka mempertahankaaan keutuh’an dan martabat manusia adalah bersedia memenuhi kebutuhan pasien dengan tulus dan menyatakan perasaan bangga dapat menolong pasien, menghargai dan menghormati privacy pasien, menunjukkan kepada pasien bahwa pasien orang yang pantas dihormati dan dihargai.



10. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial fenomonological agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa pasien dapat dicapai Fenomenologi yaitu tentang data serta situasi yang membantu pemahaman pasien terhadap fenomena. Psikologi esksistensial adalah keberadaan ilmu tentang manusia yang digunakan untuk menganalisis fenomenologi. Watson mengatakan hal ini sulit dipahami dan yang termasuk dalam hal ini adalah pengalaman berpikir dan memprovokasi untuk pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri. Manifestasi perilaku caring perawat berdasarkan mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial fenomonological agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa pasien dapat dicapai adalah memberi kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk melakukan hal-hal yang



bersifat ritual, memfasilitasi pasien dan keluarga dalam keinginannya untuk melakukan terapi alternatif sesuai pilihannya, memotivasi pasien dan keluarga untuk berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, menyiapkan pasien dan keluarga saat menghadapi fase berduka.



BAB III PROSES PELAKSANAAN A. Metode Pelatihan Metode yang akan digunakan di dalam pelatihan ini adalah 1. Pre Test dan Post Test 2. Ceramah dan Tanya Jawab 3. Simulasi 4. Kunjungan lapangan (bila memungkinkan) B. Fasilitator dan Instruktur 1. Kepala Diklat Tzu Chi Hospital 2. Ketua Komite Mutu Tzu Chi Hospital 3. Kepala Ruang tiap Unit C. Peserta Pelatihan Peserta pelatihan berjumlah 20-30 peserta. Peserta pelatihan Caring In Nursing adalah Tenaga Medis dan Penunjang Medis Tzu Chi Hospital D. Waktu dan Tempat Pelatihan



E.



Hari, Tanggal



:



Jam



:



Tempat



: Tzu Chi Hospital



Rincian Kegiatan : 1



20 menit



Pre Test



. 2



40 menit



Pemaparan materi



. 3



60 menit



Simulasi



aplikasi



.



dalam



4



keperawatan Tanya jawab



.



30 menit



proses



caring asuhan



5 .



20 menit



Post Test