Case Hiv Pada Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CASE REPORT HIV PADA ANAK



Disusun Oleh: Maulia Rahma 1261050296



Pembimbing : dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A



KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BEKASI PERIODE 12 DESEMBER 2016 – 25 FEBRUARI 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA



LEMBAR PENGESAHAN



Nama mahasiswa



: Maulia Rahma (1261050296)



Bagian



: Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi



Periode



: Periode 12 Desember 2016 – 25 Februari 2017



Judul



: HIV pada Anak



Pembimbing



: dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A



Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal : Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi



Jakarta, 7 Februari 2017



dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A



1



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “HIV pada Anak” dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia di RSUD Bekasi Periode 12 Desember 2016 – 25 Februari 2017. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi kita semua tentang HIV pada anak. Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini, serta kepada dokter–dokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis selama di Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan–rekan anggota Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.



Jakarta, 7 Februari 2017 Penulis



Maulia Rahma



2



DAFTAR ISI



Lembar Pengesahan ............................................................................................... 1 Kata Pengantar ....................................................................................................... 2 Daftar Isi .................................................................................................................. 3 BAB I



Pendahuluan .......................................................................... ........... 4



BAB II



Laporan Kasus .................................................................................. 6



BAB III



Analisis Kasus ....................................................................... ........... 13



BAB IV



Tinjauan Pustaka ....................................................... ......................17



Daftar Pustaka ........................................................................................................ 35



3



BAB I PENDAHULUAN



Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) adalah infeksi yang membawa masalah besar bagi negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) pertama kali ditemukan pada anak tahun 1983 di Amerika Serikat, yang mempunyai beberapa perbedaan dengan infeksi HIV pada orang dewasa dalam berbagai hal seperti cara penularan, pola serokonversi, riwayat perjalanan dan penyebaran penyakit, faktor resiko, metode diagnosis, dan manifestasi oral.1 Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak. Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah ada di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan yaitu pada tahun 1987. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak atau Mother To Child Hiv Transmission (MTCT). Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui. Karena sebagian besar anak terinfeksi melalui penularan vertikal dari ibu ke anak, maka bertambahnya jumlah anak terinfeksi HIV yang didapat saat perinatal sebanding dengan peningkatan jumlah penularan secara heteroseksual dan jumlah ibu usia produktif terinfeksi HIV. Angka penularan vertikal berkisar antara 14-39% dan malahan risiko penularan pada anak diperkirakan 29-47%.2,3 Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan HIV positif yang tertular baik dari pasangan maupun akibat perilaku yang berisiko. Meskipun angka prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih terbatas, jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV cenderung meningkat. Laporan Kasus HIV dan AIDS Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 menunjukkan cara penularan tertinggi terjadi akibat hubungan seksual beresiko, diikuti penggunaan jarum suntik tidak steril; dengan jumlah pengidap AIDS terbanyak pada kategori pekerjaan ibu rumah tangga. Hal ini juga terlihat dari proporsi jumlah kasus HIV pada perempuan meningkat dari 34% (2008) menjadi 44% (2011), selain itu juga terdapat peningkatan HIV dan AIDS yang ditularkan dari ibu HIV positif ke bayinya. Jumlah kasus HIV pada anak 0-4 tahun meningkat dari 1,8% (2010) menjadi 2,6% (2011). Prevalensi kasus HIV/AIDS pada anak yang berusia antara 5-10 tahun sebanyak 26%.1,3 Saat ini, kurang dari 10% ibu hamil yang terinfeksi HIV di negara berkembang menerima profilaksis antiretroviral (ARV) untuk pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi (prevention of mother-to-child transmission/PMTCT. Serupa dengan orang dewasa, anak yang terinfeksi HIV menanggapi ART dengan baik Tanpa ARV, pengembangan infeksi HIV sangat cepat pada bayi dan anak.1,4 Perkembangan kelainan sistem imun dan munculnya gejala penyakit pada anak terinfeksi HIV lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Insidens AIDS yang tertinggi terjadi pada tahun pertama kehidupan dan hampir seluruh kasus infeksi terjadi pada saat perinatal, 4



dan gejala kliniks. Berbagai gejala dan tanda yang bervariasi dapat bermanifestasi dan ditemukan pada anak-anak yang sebelumnya tidak diperkirakan mengidap infeksi HIV harus menjadi suatu tanda peringatan bagi para petugas kesehatan, terutama para dokter untuk memikirkan kemungkinan terjadinya infeksi HIV. Gejala dan tanda-tanda yang mungkin terjadi meliputi infeksi bakteri yang berulang, demam yang sukar sembuh, diare yang sukar sembuh, sariawan yang sukar sembuh, parotitis kronis, pneumonia berulang, lymphadenopati generalisata, gangguan perkembangan yang disertai failure to thrive, dan kelainan kulit kronis-berulang. Munculnya penyakit pnemonia pneumocystis carinii, pnemonia interstisial limfoid, infeksi bakteri berulang, dan kurang gizi merupakan gejala yang sangat sering ditemukan pada penderita AIDS. Penyakit lain yang juga merupakan tanda spesifik AIDS pada anak adalah tuberkulosis milier, diare persisten, dan otitis media. Oleh karena penyakit HIV pada anak sangat rumit dan kompleks, maka diperlukan tatalaksana yang baik sehingga munculnya AIDS dapat ditunda dan usia anak dapat diperpanjang.4,5



5



BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA RS PENDIDIKAN : RSUD KOTA BEKASI



STATUS PASIEN Nama Mahasiswa



: Maulia Rahma



Pembimbing



: dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A



NIM



: 1261050296



Tanda tangan :



BAB II LAPORAN KASUS I. IDENTITAS Data



Pasien



Ayah



Ibu



Nama



An. DN



Tn. A



Ny. R



Umur



8 tahun 8 bulan



Meninggal



30 tahun



Jenis Kelamin



Perempuan



Laki laki



Perempuan



Kp Bj Menteng RT 02/03 No 68 Bekasi Timur



Alamat Agama



Islam



Islam



Islam



Suku bangsa



Indonesia



Pendidikan



-



SMK



SMK



Pekerjaan



-



Supir



Buruh Gourment



Penghasilan



-



-



1,5 juta



Tanggal Masuk RS



2 februari 2017



-



-



(Poli)



II. ANAMNESIS Dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu kandung pasien pada tanggal 2 Januari 2017 di Poli anak RSUD Kota Bekasi.



A. Keluhan Utama Kontrol HIV



B. Keluhan Tambahan 



Luka di belakang telinga



6



C. Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke Poli Anak RSUD Kota Bekasi pada tanggal 2 Februari 2017 untuk kontrol HIV. Selain kontrol, pasien juga megeluhkan terdapat luka dibelakang telinga sebelah kanan. Selama ini pasien rutin kontrol 1 bulan sekali sejak didiagnosis HIV pada tahun 2013. Awal mula pasien diagnosis HIV positif yaitu sejak 3 tahun yang lalu. Saat itu terdapat keluhan sering menderita batuk pilek yang tidak sembuh-sembuh. Selain itu, pasien juga sering mengalami radang tenggorokan dan diare berulang. Demam juga sering timbul tibatiba namun hilang timbul. Ibu pasien mengakui bahwa selama ini anaknya sering sakitsakitan. Nafsu makan juga terganggu dan berat badan sulit naik. Selama waktu tersebut, pasien hanya berobat ke klinik dekat rumah. Baru pada tahun 2013 saat pasien berumur 5 tahun, pasien dibawa berobat ke RSUD Kota Bekasi kemudian dilakukan pemeriksaan HIV dan imunoserologi (Hitung CD4). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien HIV positif dengan kadar CD4 absolut 107 sel/uL. Sejak saat itu dimulai pengobatan ARV dan hingga saat ini pengobatan ARV tetap dilanjutkan dengan rutin kontrol tiap sebulan sekali ke Poli Anak RSUD Kota Bekasi.



D. Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit



Umur



Penyakit



Umur



Penyakit



Umur



Alergi



-



Candidiasis



5



Jantung



-



Cacingan



-



Diare



3



Ginjal



-



DBD



-



Kejang



-



Darah



5 (Anemia)



Thypoid



-



Gastritis



-



Radang paru



-



Otitis



-



Herpes



5



Tuberkulosis



5



Zooster Parotis



-



Operasi



paru -



Morbili



-



E. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari perkawinan kedua orang tuanya.  Ayah pasien meninggal 3 tahun yang lalu pada usia 30 tahun. Ayah pasien merupakan pengguna narkoba suntik (tidak diketahui sejak kapan), dan perokok berat. Pekerjaan ayah pasien ketika masih hidup adalah sorang supir bus antar kota. Ibu pasien mengatakan bahwa ia baru mengetahui suaminya positif HIV tidak lama sebelum suaminya meninggal dunia 7







Ibu pasien sebelumnya pernah diperiksakan tes HIV pada tahun 2013 dan dikatakan positif, dan saat ini sedang dalam pengobatan ARV rutin. Tidak ada riwayat transfusi darah kedua orangtua pasien. F. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran : KEHAMILAN



KELAHIRAN



Morbiditas kehamilan Perawatan antenatal Tempat kelahiran



Tidak ditemukan kelainan Kontrol tidak rutin ke bidan Klinik



Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi



Bidan Normal 40 minggu Berat lahir 2700 g Panjang badan tidak ingat Lingkar kepala tidak ingat Nilai apgar 8/9 Tidak ada kelainan bawaan



Keadaan bayi



G. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan : Pertumbuhan gigi pertama Tengkurap dan berbalik sendiri Duduk Merangkak Berdiri Berjalan Berbicara Gangguan perkembangan Kesan : Perkembangan sesuai usia



: 5 bulan : 7 bulan : 8 bulan : 10 bulan : 12 bulan : 15 bulan : 12 bulan :-



H. Riwayat Makanan Umur (bulan) 0-2 2-4 4-6 6-8



ASI/PASI  ASI  Susu Formula



8-10



Susu Formula



10-12



Susu Formula



Buah/biscuit Buah pisang Buah + Biskuit Buah + Biskuit



Bubur susu Cerelac Cerelac



Nasi tim Nasi Tim



Bubur kacang hijau



Nasi Tim



-



Nasi Tim



Kesan: Riwayat makan baik



8



I. Riwayat Imunisasi : Vaksin Dasar (umur) 5 hari BCG 2 bulan 4 bulan DPT/DT Lahir 2 bulan POLIO 9 bulan CAMPAK Lahir HEPATITIS B Kesan: Imunisasi sesuai jadwal IDAI



6 bulan 4 bulan -



Ulangan (umur) 6 bulan 2 tahun -



-



J. Riwayat Perumahan dan Sanitasi : Pasien tinggal di rumah pribadi, dinding terbuat dari tembok, atap terbuat dari genteng, dan ventilasi cukup. Menurut pengakuan keluarga pasien, keadaan lingkungan rumah padat, pencahayaan baik, sumber air bersih berasal dari air tanah dan PAM, sumber air minum dari galon. III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan dilakukan di Poli Anak pada tanggal 2 Februari 2017 Status generalis a. Keadaan umum : Tampak sakit ringan b. Tanda Vital  Kesadaran : Compos mentis  Frekuensi nadi : 100 x/menit  Frekuensi pernapasan : 24 x/menit  Suhu tubuh : 37,0⁰C c. Data antropometri  Berat badan : 18 kg  Tinggi badan : 125 cm  Status gizi berdasarkan grafik CDC :  BB/U



:



18 25



𝑥100% = 72%



Kesan : Berat badan Kurang  TB/U



:



125 128



𝑥100% = 97%



Kesan : Tinggi badan Normal  BB/TB :



18 23



𝑥100% = 78%



Kesan : Gizi Kurang



9



d. Kepala  Bentuk  Rambut 



Mata



 



Telinga Hidung



: Normocephali, simetris, , tidak ada deformitas : Rambut hitam sedikit kemerahan, tipis, distribusi merata, tidak mudah dicabut : Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+ : Normotia, serumen -/-, erosi dibelakang telinga +/: Bentuk normal, sekret -/-, konka oedem (-) , hiperemis (-) , terdapat hematom (-) 10







Mulut



: Bibir kering (+), sianosis perioral (-), karies gigi (+), stomatitis (-), oral thrush (-)  Tenggorokan : Faring hiperemis -/-, Tonsil T2-T2  Leher : KGB tidak membesar Thorax  Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi -/ Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris  Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru  Auskultasi Pulmo : Suara napas vesikuler, ronki basah halus -/-, wheezing -/Cor : BJ I dan II reguler, murmur -, gallop – f. Abdomen  Inspeksi : Perut datar  Auskultasi : Bising usus (+) normal  Palpasi : Supel, turgor kulit > 2 detik, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan limpa tidak membesar  Perkusi : Shifting dullness -, timpani (+) g. Kulit : Sawo matang, kering (+), sikatriks (+), erosi (+), makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi (+) h. Extremitas : Akral hangat, sianosis (-), oedem (-), ikterik (-), CRT < 2 detik i. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium tanggal 26 Oktober 2013 Imunoserologi Test



Hasil



Nilai Rujukan



CD4 Absolut



107



410 – 1500 sel/ul



CD4 %



11



31 – 60 %



HIV



Reaktif



V. RESUME Seorang anak perempuan usia 8 tahun 7 bulan, BB 18 kg datang untuk kontrol HIV. Pasien juga megeluhkan terdapat luka dibelakang telinga sebelah kanan. Pasien di diagnosis HIV positif yaitu sejak 3 tahun yang lalu. Saat itu terdapat keluhan sering menderita batuk pilek yang tidak sembuh-sembuh. Selain itu, pasien juga sering mengalami radang tenggorokan dan diare berulang. Demam juga sering timbul tiba-tiba namun hilang timbul. Ibu pasien mengakui anaknya sering sakit-sakitan, nafsu makan terganggu dan berat badan sulit naik. Pada tahun 2013 saat pasien berumur 5 tahun, pasien dibawa berobat ke RSUD Kota Bekasi kemudian dilakukan pemeriksaan HIV dan imunoserologi (Hitung CD4) dan 11



didapatkan hasil HIV positif dengan kadar CD4 absolut 107 sel/uL. Sejak saat itu dimulai pengobatan ARV dan hingga saat ini pengobatan ARV tetap dilanjutkan dengan rutin kontrol tiap sebulan sekali ke Poli Anak RSUD Kota Bekasi. Pasien merupakan anak pertama dari perkawinan orang tuanya. Riwayat penggunaan narkoba jarum suntik pada ayah (+). Ibu dan ayah pasien pernah diperiksa tes HIV, hasilnya (+). Ayah pasien meninggal di usia 30 tahun, sedangkan ibu pasien masih hidup dan dalam pengobatan ARV. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Kesadaran Frekuensi nadi Frekuensi pernapasan Suhu tubuh BB TB Status Gizi Telinga Mulut Tenggorokan Kulit



: Tampak Sakit Ringan : Komposmentis : 100 x/menit : 24 x/menit : 37,0⁰C : 18 kg : 125 cm : Gizi Kurang : Erosi dibelakang telinga +/: Bibir kering (+), karies gigi : Faring hiperemis -/-, Tonsil T2-T2 : Sawo matang, kering (+), sikatriks (+), erosi (+), makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi (+)



VI. DIAGNOSIS KERJA HIV stadium II VII.PEMERIKSAAN ANJURAN CD4+ untuk pemantauan terapi



VIII. PENATALAKSANAAN Non medikamentosa  Edukasi penyakit dan perjalanan penyakit Medikamentosa  D4T FDC (Junior) 1 ½ – 0 – 1  Kotrimoxazole 6-8 mg/KgBB/hari IX. PROGNOSIS 



Ad vitam



: dubia







Ad fungsionam



: dubia ad malam







Ad sanasionam



: dubia ad malam 12



BAB III ANALISIS KASUS



Infeksi HIV merupakan masalah kesehatan anak yang penting di banyak negara. Transmisi HIV secara vertikal dari ibu kepada anaknya merupakan jalur tersering infeksi pada masa kanak-kanak, Infeksi HIV pada anak menunjukkan gambaran klinis yang sangat bervariasi. Pada kasus, anak perempuan usia 8 tahun 7 bulan dengan berat badan 18 kg datang untuk kontrol HIV disertai keluhan tambahan yaitu terdapat luka dibelakang telinga sebelah kanan. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan kulit di beberapa bagian tubuh mengalami erosi akibat garukan disertai adanya bercak perubahan warna kulit (makula) baik yang berwarna keputihan maupun kecoklatan. Kulit pasien juga tampak kering. Ibu pasien mengatakan anaknya sering menggaruk-garuk kulit, termasuk kulit bagian belakang telinga, karena gatal-gatal. Klinis yang dialami pasien mengarah pada terjadinya suatu dermatitis. HIV merupakan virus penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Virus ini melemahkan kemampuan seseorang untuk melawan berbagai infeksi. Karena HIV melemahkan sistem pertahanan tubuh, penderita AIDS akan lebih mudah mengalami berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan kulit. Kelainan kulit muncul hampir secara umum pada perjalanan infeksi HIV sebagai akibat dari penurunan sistem kekebalan tubuh yang timbul atau berhubungan dengan pengobatan. Manifestasi kulit pada infeksi HIV sangat luas dan bervariasi serta dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit lainnya. Bakteri tersering yang menyebabkan infeksi kulit adalah Staphylococcus aureus. Selain bakteri, jamur dan tungau juga sering menyebabkan penyakit kulit pada penderita HIV. Untuk mengurangi gatal-gatal dapat digunakan antihistamin, contohnya cetirizine untuk anak > 6 tahun 5 atau 10 mg 1 kali sehari. Dari anamnesis mengenai perjalanan penyakit, didapatkan klinis awal yaitu seringnya pasien menderita batuk pilek yang tidak sembuh-sembuh. Selain itu, pasien juga sering mengalami radang tenggorokan dan diare berulang. Demam juga sering timbul tiba-tiba namun hilang timbul, nafsu makan terganggu dan berat badan sulit naik. Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien adalah candidiasis, herpes zooster, anemia dan TB Paru saat pasien berusia 5 tahun. Klinis yang terjadi pada pasien merupakan tanda suatu keadaan imunokompromais. Imunokompromais dapat disebabkan oleh infeksi virus HIV, ataupun keganasan. Kemungkinan imunokompromais dapat diperkuat oleh adanya infeksi yang sering dan diare berulang. Untuk memastikan apakah benar pasien terinfeksi HIV dan mengalami imunokompromais perlu dilakukan pemeriksaan serologi. Pemeriksaan test HIV dan imunoserologi hitung CD4 pada pasien ini didapatkan bahwa pasien HIV positif dan didapatkan kadar CD4 dibawah normal yaitu CD4 absolut 107 sel/uL (Normal : 410 – 1500 sel/uL), dengan persentase 11% (Normal : 31 – 60%). Menurut WHO, stadium klinis dari HIV dibagi menjadi 4 yaitu : 13



Stadium 1 Asimptomatik Tidak ada penurunan berat badan Tidak ada gejala atau hanya : Limfadenopati Generalisata Persisten Stadium 2 Sakit ringan Penurunan BB 5-10% ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir Luka di sekitar bibir (keilitis angularis) Ulkus mulut berulang Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo -PPE) Dermatitis seboroik Infeksi jamur kuku Stadium 3 Sakit sedang Penurunan berat badan > 10% Diare, Demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan Kandidosis oral atau vaginal Oral hairy leukoplakia TB Paru dalam 1 tahun terakhir Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll) TB limfadenopati Gingivitis/Periodontitis ulseratif nekrotikan akut Anemia (Hb 2 gejala yang memenuhi stadium 2 WHO dan pemeriksaan CD4+ tidak tersedia maka dianjurkan untuk memulai pemberian ART Obat ARV terdiri dari 3 golongan utama: nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI), nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), dan protease inhibitor (PI). Baku pengobatan adalah triple therapy. WHO merekomendasikan bahwa rejimen lini pertama adalah 2 NRTI ditambah 1 obat NNRTI. EFV (efavirenz) adalah pilihan NNRTI untuk anak yang diberi rifampisin



31



Dosis FDC Menurut Berat Badan Anak3



PROFILAKSIS PRIMER



32



33



Tanda klinis yang penting sebagai respon terhadap pengobatan ARV pada anak adalah: adanya kemajuan tumbuh kembang anak yang pernah mengalami gangguan, perbaikan gejala neurologi dan perkembangan anak yang pernah mengalami keterlambatan perkembangan mental atau ensefalopati, dan/atau menurunnya frekuensi penyakit infeksi yang dialami (seperti infeksi bakterial, kandidiasis oral, dan/atau infeksi oportunistik lain). Pemantauan laboratorium pada anak yang mendapat ART sama dengan yang direkomendasikan pada ODHA dewas . Dengan tambahan pada pemantauan klinis terapi ARV pada anak sebaiknya juga dilakukan pemantauan: • Gizi dan status gizi; • Perkembangan berat badan dan tinggi badan; • Tumbuh kembang anak Alasan mengganti ART pada bayi dan anak3 Prinsip dasar penggantian terapi pada anak hampir sama dengan yang diterapkan pada ODHA dewasa, demikian juga penatalaksanaan toksisitas obat. Bila dapat teridentifikasi obat dalam rejimen yang berhubungan dengan reaksi toksik, maka obat tersebut dapat diganti dengan obat lain yang tidak memiliki efek samping yang sama. Tanda klinik untuk kegagalan terapi pada anak adalah: lambatnya tumbuh kembang anak, atau kemunduran dalam pertumbuhan anak yang awalnya memberikan respon terhadap terapi; tiadanya perkembangan neurologis anak atau berkembangnya ensefalopati; dan kambuhnya penyakit infeksi, seperti kandidiasis oral, yang tidak mempan oleh pengobatan. Penggantian obat jangan didasarkan atas kriteria klinis semata, seharusnya kesimpulan bahwa ada kegagalan ART diambil setelah anak mendapatkan terapi yang cukup lama (contoh, anak harus telah mendapatkan rejimen ARV tersebut paling sedikit 24 minggu). Oleh karena penurunan jumlah mutlak CD4 sangat tergantung pada umur sampai anak berumur 6 tahun, sangat sulit untuk menilai adanya kegagalan terapi pada anak yang lebih muda. Setelah umur 6 tahun jumlah CD4 hampir mencapai jumlah dewasa dan CD4 dapat dipakai sebagai dasar kriteria. Untuk memantau respon terhadap terapi dipakai persentase CD4 oleh karena variasinya lebih kecil dan tidak tergantung pada umur. Belum ada data yang pasti tentang penggunaan limfosit total untuk mengevaluasi hasil ART pada anak.



34



DAFTAR PUSTAKA



1.



Setiawan, M. Tatalaksana infeksi HIV/AIDS pada bayi dan anak. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 12, Desember 2009.



2.



Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.51 Tahun 2013 tentang Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke anak . 2013. 08-10



3.



Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Tatalaksana dan Anti Terapi Antiretroviral Pada Anak Indonesia. 2008



4.



Bedri A, Lulseged S. Clinical description of children with HIV/ AIDS admitted to a referral hospital in Addis Ababa. Ethiop Med J. 2001;39(3):203-11



5.



Madhivanan-Aguilar G, Mothi SN, Kumarasami N, Yeptomi T, Venkatesan C, Lambert JS, et al. Clinical manifestations of HIV infected Children. Indian J Peditr, 2003; 70(8):615-20



6.



Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2006



7.



Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Anak Di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2008



8.



Bagus Rahmat Prabowo. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak terkini, symposium setengah ahri informasi pengobatan HIV terkini. Juni 2009. Atmajaya, Jakarta. http://spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=3003



9.



UNAIDS. 2010. Guidelines on HIV and infant feeding. 2010. Principles and recommendations for infant feeding in the context of HIV and a summary of evidence. World Health Organization.



10. Yuly. 2011. Aspek klinis HIV. Cermin Dunia Kedokteran. 182 (Januari-Februari): 2124. 11. Riska, Darmadi. Diagnosis dan tatalaksana infeksi hiv Pada neonatus. Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012. 12. Fazidah AS. AIDS dan upaya penanggulangannya di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/modules.



35