Case Limfadenopati Icha [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I LAPORAN KASUS A IDENTITAS Nama No. RM Tanggal lahir sia saat masuk Alamat Status pernikahan Pekerjaan Tanggal masuk Tanggal pemeriksaan Ruang perawatan



: Ny. Y : 346246 : Lebak, 18 Agustus 1988 : 27 Tahun : Jalan Matraman Dalam 1 – Menteng, Jakarta Pusat : Menikah : Ibu rumah tangga : 29/02/2016 : 02/03/2016 : R. Cempaka



B SUBJEKTIF



Anamnesis Dilakukan secara Tanggal Pukul



: Autoanamnesis : 02 Maret 2016 : 11.30 WIB di ruang Cempaka



Keluhan Utama



: Benjolan pada leher kanan



Keluhan Tambahan



: Pusing, gatal pada benjolan



Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien wanita berusia 27 tahun datang ke poli Bedah Umum dengan keluhan benjolan di leher kanan sejak ± 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasa benjolan lebih jelas ketika capek namun tidak bertambah besar. Benjolan tidak terasa nyeri ataupun gatal serta tidak memerah. Kemudian pasien berobat ke klinik Rawasari, dan saat itu dokter meresepkan obat anti radang dan antibiotik (pasien lupa nama obat) dan benjolan kemudian menghilang. Beberapa bulan kemudian pasien merasakan keluhan yang sama dan berobat ke klinik yang sama dan diberi obat yang sama. Benjolan kemudian hilang timbul beberapa kali. Saat ini benjolan timbul lagi namun semakin membesar dari ukuran awalnya yang hanya sebesar kacang, terlihat memerah dan terasa panas. Benjolan juga bertambah 1



banyak dan nyeri juga gatal pada benjolan diakui oleh pasien. Selain itu pasien juga merasa pusing sehingga akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit. Pasien menyangkal riwayat sakit paru yang memerlukan obat dalam waktu yang lama. Keluhan batuk-batuk, keringat malam, dan berat badan yang menurun drastis disangkal. Tidak ada yang sedang menderita sakit TBC di lingkungan rumah pasien. Riwayat Penyakit Dahulu : Benjolan diakui hilang timbul selama 1 tahun belakangan ini. Riwayat Penyakit Lainnya : a DM (-) b Hipertensi (-) c Asma (-) d Penyakit Jantung (-) e Penyakit paru (-) f Penyakit hepar (-) Riwayat Penyakit Keluarga : a. DM (-) b. Hipertensi (-) c. Asma (-) d. Penyakit Jantung (-) e. Penyakit paru (-) f. Penyakit hepar (-) C OBJEKTIF PEMERIKSAAN FISIK Tanggal pemeriksaan : 02 Maret 2016 (pukul 11.30 WIB) Keadaan umum Kesadaran



: Tampak Sakit sedang : Compos mentis



Tanda-tanda vital Tekanan darah Nadi Laju pernafasan Suhu Tinggi badan Berat badan Gizi



: 110/60 mmHg : 84x/menit : 20x/menit : 36.9oC : 153 cm : 50 kg : normo-weight/Ideal-weight (BMI 21.36 kg / m2) 2



Pemeriksaan Generalisata Kepala



: Normochepal, deformitas (-)



Mata -



Anemis : (-/-) Sclera ikterik : (-/-) Exopthalmus : (-/-) Enopthalmus : (-/-) Edema kelopak : (-/-) Pupil isokor, Ø 3mm / 3mm Refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+



-



Pendengaran Membran timpani Darah Cairan



Telinga



Mulut Leher



: Baik : Tidak dilakukan : Tidak ada : Tidak ada



: Mukosa kering (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-), T1-T1 = Status Lokalis



Thorax Paru (I) : pergerakan dada simetris dalam keadaan statis dan dinamis (P) : fremitus taktil dan vokal, kiri dan kanan sama (P) : sonor +/+ di seluruh lapang paru (A) : bunyi nafas vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/Jantung (I) : iktus kordis tidak terlihat (P) : iktus kordis tidak teraba (P) : batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra batas kiri : ICS V linea mid-klavikula sinistra (A) : bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen (I) : tampak datar (P) : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskular (-), hepar dan lien tidak teraba, massa (-) (P) : timpani pada seluruh kuadran, shifting dullness (-) 3



(A)



: Bising usus (+) normal, metallic sound (-)



Ekstremitas Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/Status Lokalis (e/r colli dextra): (I) : Tampak massa, berukuran 3 x 3 x 2,5 cm, hiperemis (-), pada palpasi teraba kenyal, mobile, nyeri tekan (-). (II) : Tampak massa kistik, berukuran 2,5 x 2,5 x 2 cm, hiperemis (+), pada palpasi teraba keras, panas, nyeri tekan (+), fluktuasi (+)



D PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium 15 Februari 2016 HEMATOLOGI



Hasil



Nilai Referensi



Hemoglobin



11.6 g/dl



11.7 – 15.5 g/dl



Leukosit



6.200 /ul



3,600 - 11,000 /ul



Hematokrit



35%



40 - 48%



Trombosit



297.000 /ul



150,000-400,000 /ul



Laju endap darah



40 mm/jam



< 20 mm/jam



Waktu perdarahan



2’00”



1’00” – 3’00”



Waktu Pembekuan



5’00”



2’00” – 6’00”



112 mg/dl



15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, iliaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal.9 Namun demikian, perlu diingat bahwa pada anak sehat kelenjar getah bening aksila dan inguinal dapat teraba. 12 Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu regio saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB terjadi pada dua atau lebih region yang berjauhan dan simetris.12 Klasifikasi ini bertujuan untuk penentuan diferensial diagnosis. Sekitar 75% pasien didapatkan limpadenopati lokalisata, sedangkan limfadenopati generalisata 25%.



Gambar 3. Klasifikasi Kelenjar getah bening 2.2. Patofisiologi Limfadenopati 13



Patofisiologi limfadenopati berdasarkan dari etiologi yang mendasari. Beberapa plasma dan sel (misalnya sel kanker dan mikroorganisme) dalam ruang interstitial, bersama dengan bahan selular tertentu, antigen, dan partikel asing masuk ke pembuluh limfatik, menjadi cairan limfe. Kelenjar getah bening menyaring cairan limfe dalam perjalanan ke sirkulasi vena sentral, menghilangkan sel-sel dan bahan lainnya. Proses penyaringan juga menyajikan antigen kepada limfosit terkandung dalam KGB. Respon imun dari limfosit melibatkan proliferasi sel limfosit dan makrofag, yang dapat menyebabkan KGB untuk membesar (limfadenopati reaktif). Patogen mikroorganisme dibawa dalam cairan limfe dapat juga langsung menginfeksi KGB, menyebabkan limfadenitis), dan apabila terdapat sel-sel kanker dapat menginfiltrasi langsung atau proliferasi sel di KGB.4 2.3 Epidemiologi 13 Studi yang dilakukan di US, infeksi virus dan bakteri adalah penyebab tersering dari limfadenopati. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan streptococcus β hemolitikus. Penyebab lain seperti HIV, keganasan penyakit autoimun lebih jarang menyebabkan limfadenopati. 13 Pada Negara berkembang seperti indonesia penyebab tersering dari limfadenopati adalah infeksi tuberculosis, demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis, schistosomiasis, filariasis dan infeksi jamur.



13



Mortalitas Di United States, Keganasan seperti leukemia, lymphoma dan neuroblastoma adalah penyebab mortalitas utama.13 Ras dan jenis kelamin Ras dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian limfadenopati.13 Usia Limfadenopati paling sering terjadi pada anak-anak, dan satu pertiga pada neonatus dan infant. 13 2.4 Pendekatan Klinis Limfadenopati 14



Diferensial diagnosis pada limfadenoapati itu sangat luas. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama sangat penting untuk menyempitkan kemungkinan diagnosis. 2.4.1 Anamnesis Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala–gejala penyerta, riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan. Lokasi dan durasi Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja.6 Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus. Durasi dari limfadenopati ketika sudah persisten (lebih dari 4 minggu) merupakan indikasi adanya infeksi kronik, collagen vascular disease atau keganasan, sedangkan linfadenopati lokalisata yang akut, sering menyertai dari infeksi mononukleus dan faringitis bakterialis.6 Gejala penyerta Gejala infeksi selain demam, dicari kemungkinan adanya faringitis (nyeri menelan batuk), konjungtivitis (keluar sekret, mata merah), ulserasi kulit, tinea (gatal pada daerah lipatan), nyeri lokal, luka genital, keluar cairan dari genital, dan berkeringat di malam hari menandakan kemungkinan tuberculosis.6,12,13 Gejala keganasan metastasis: gejala konstitusional keganasan seperti penurunan berat badan dan keringat malam. Gejala konstitusional : demam keringat malam, dan / atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan lebih besar dari 10% dari berat badan selama 6 bulan mengenai untuk limfoma, arthralgia, ruam, dan mialgia menunjukkan adanya penyakit vaskular kolagen.8,13 Riwayat penyakit Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi 15



juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV. 5,13 Riwayat pemakaian obat Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin



dan



isoniazid.



Obat-obatan



lainnya



seperti



allupurinol,



atenolol,



captopril,



carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata). Pemakaian obat-obatan secara intravena merupakan risiko dari HIV, endokarditis, infeksi hepatitis B.12 Riwayat pekerjaan Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.12 Berikut adalah kemungkinan penyakit penyebab limfadenopati berdasarkan epidemiologik:



16



Sumber: http://www.aafp.org/afp/1998/1015/p1313.html 2.4.2 Pemeriksaan Fisik Lokasi Pada limfadenopati lokalisata, maka kita harus memeriksa infeksi, lesi kulit atau tumor di daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening tersebut.12



17



Gambar 4. Diferensial diagnosis limfadenopati berdasarkan lokasi dan drainase aliran limfe



18



19



Sumber: http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103.html



Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta 12 20



21



G ambar 5. Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta Limfadenopati supraclavikular mempunyai risiko tinggi terjadinya keganasan, diperkirakan 90% pada dewasa usia > 40 tahun, 25% pada usia < 40 tahun. Supraklavikula menerima aliran limfatik dari torak dan abdomen, dan dapat juga adanya sinyal patologis pada testis, ovarium, ginjal, pankreas, prostat, GIT atau kandung empedu. Limfadenopati supraklavikula kanan berhubungan dengan lesi dalam mediastinum, paru-paru atau esophagus, contohnya pada tuberculosis. Supraklavikula kiri mendrainase regio intra abdominal dan behubungan keganasan ditempat tersebut.13 Pada pasien dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam mencari tanda-tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi selaput lendir, hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Splenomegali dan limfadenopati terjadi dalam berbagai kondisi, termasuk mononucleosis-type syndromes, leukemia limfositik, limfoma dan sarkoidosis.12 22



Ukuran Ukuran dari KGB bervariasi tergantung lokasinya. Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, iliaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal. Pada anak-anak, limfadenopati yang diameternya > 2cm (disertai dengan foto toraks abnormal dan tidak ada kelainan pada telinga, hidung, tenggorok) dapat dicurigai penyakit granulamotosa (Tuberkulosis) atau kanker.9 Nyeri tekan Pembesaran KGB menyebabkan kapsul meregang dan mengakibatkan adanya nyeri. Nyeri biasanya disebabkan dari proses inflamasi atau supurasi, tetapi nyeri juga dapat disebabkan oleh perdarahan di jaringan nekrotik karena keganasan, sehingga ada atau tidaknya nyeri tidak dapat dijadikan indikasi adanya keganasan. 5,12 Konsistensi Secara umum konsistensi tidak dapat menentukan etiologi. Keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.12,13



Mobilitas KGB yang terfiksasi menunjukkan karsinoma metastatik, sedangkan KGB yang mobile dapat terjadi pada infeksi, penyakit kolagen vaskular dan limfoma. Evaluasi mobilitas KGB supraklavikula dapat dibantu dengan pasien melakukan manuver Valsava.12 2.5 Etiologi Etiologi Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah: • Infeksi 23



- Infeksi virus Infeksi virus sistemik paling sering menyebabkan limfadenopati generalisata. 13 Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).12 Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan lama 3 lebih dari 3 bulan hingga bertahun-tahun.17 PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang. Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri. PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali. Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut: • Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening • Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap kelompok • Berlangsung lebih dari tiga bulan • Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal.17 - Infeksi bakteri Pada infeksi bakteri biasanya menyebabkan limfadenopati lokalisata, tetapi dapat juga terjadi limfadenopati generalisata pada penyakit demam tifoid, endokarditis, tuberculosis dan sifilis. 13 Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian. 24



Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut biasanya menyebabkan KGB berwarna kemerahan, teraba hangat dan nyeri tekan. Biasanya penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah tepi.



Pada infeksi oleh Mikobakterium



tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma.3 Sel epiteloid berupa sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk dengan kromatin halus.



Gambar 6 Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid pada aspirat penderita limfadenitis tuberkulosis. • Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis definitif suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang monoton dengan ukuran sel yang hampir sama. Biasanya tersebar dan tidak berkelompok. Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma yang banyak dan pucat. 17



25



Gambar 7. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternbergklasik dengan latar belakang limfosit dan eosinofil. Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati dibandingkan dengan limfoma. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.



Gambar 8. Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma. Tampak sel-sel yang mengalami keratinisasi pada aspirat dari penderita karsinoma laring. Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sistemic lupus erithematosus (SLE). • Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac). 12,13,17 26



• Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid. Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB tersebut.



Gambar 9. Penyebab Limfadenopati 27



2.6 Pemeriksaan penunjang 5,7 Laboratorium: •



Darah Tepi Lengkap, Apusan Darah, LED (Laju Endap Darah) Darah lengkap dan apusan untuk melihat kemungkinan infeksi atau keganasanan darah. LED untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi.5,7







Fungsi Hati dan Analisis Urin Untuk mencari penyebab penyakit sistemik penyebab limfadenopati. Sebagai tambahan dapat diperiksa dari Lactat dehidrogenase (LDH), asam urat, kadar kalsium dan fosfat, untuk melihat adanya tanda keganasan.5,16







Biakan Darah Untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan bakteri yang spesifik.5







Serologi (Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll) Biasanya untuk limfadenopati generalisata.12







Tes mantoux Jika pada anamnesis dan PF dicurigai adanya infeksi tuberculosis.3







Rongent toraks Rongent toraks diperlukan pada kecurigaan adanya kelainan dari paru seperti pada tuberculosis, lymphoma dan neuroblastoma, untuk melihat adanya limfadenopati mediastinal.3



28



Gambar 10. Limfadenopati mediastinum bilateral pada rongent toraks Ultrasonografi (USG) USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesifisitas 95%.13



29



Gambar 11.Contoh USG Kelenjar Getah Bening Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic, round, tanpa echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).







CT Scan CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita non-small cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.13,12







Biopsi Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah bening akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsi KGB memiliki nilai sensitivitas 98 % dan spesifisitas 95 %. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan.16



BAB III 30



KESIMPULAN Fungsi utama limfonodus adalah sebagai filtrasi dari berbagai mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolism, mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah, mengangkut limfosit, membawa lemak emulsi dari usus, menyaring & menghancurkan mikroorganisme untuk menghentikan penyebaran, menghasilkan zat antibodi. Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu regio saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB terjadi pada dua atau lebih region yang berjauhan dan simetris. Penyebab Limfadenopari adalah infeksi virus, bakteri, parasit, keganasan, obat-obatan, storage disease dan imunisasi. Pada negara berkembang seperti Indonesia penyebab tersering dari limfadenopati adalah infeksi tuberculosis, demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis, schistosomiasis, filariasis dan infeksi jamur. Diferensial diagnosis pada limfadenoapati itu sangat luas. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama sangat penting untuk menyempitkan kemungkinan diagnosis. Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala–gejala penyerta (gejala infeksi, konstitusional, kegansan) riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan. Dari Pemeriksaan Fisik dapat diperoleh Lokasi Limfadenopati, ukuran, nyeri tekan, konsistensi dan mobilitas. Pada limfadenopati lokalisata, maka kita harus memeriksa infeksi, lesi kulit atau tumor di daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening tersebut. Pada pasien dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam mencari tanda-tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi selaput lendir, hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Limdenopati menandakan adanya limfonodus yang abnormal dari segi ukuran, konsistensi atau jumlah. Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, iliaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika tidak dapat disingkirkan dari anamnesis dan pemeriksaaan fisik. Dapat dilakukan Pemeriksaan Darah lengkap, LED, Biakan Darah, Serologi (Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll), Rongent toraks, Ultrasonografi (USG), CT Scan, Biopsi.



DAFTAR PUSTAKA 31



1. Dorland W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Terjemahan Huriawati Hartanto. Edisi pertama. Jakarta : EGC. Hal : 181 2. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta. 2001 3. Rahajoe et al. Tuberkulosis. Dalam Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI. 2010. 4. Price, A. Sylvia. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:2007 5. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit IDAI. 2008 6. Roberts KB, Tunnessen WW. Lymphadenopathy. In: Signs and Symptoms in Pediatrics. 3rd ed. Lippincott, Williams, and Wilkins; 1999:63-72 7. Moore SW, Schneider JW, Schaaf HS. Diagnostic aspects of cervical lymphadenopathy in children in the developing world: a study of 1,877 surgical specimens. Pediatr Surg Int. Jun 2003;19(4):240-4. [Medline]. 8. Miller DR. Hematologic malignancies: leukemia and lymphoma (Differential diagnosis of lymphadenopathy). In: Miller DR, Baehner RL, eds. Blood Diseases of Infancy and Childhood. Mosby Inc; 1995:745-9 9. Gatot, Djajadiman Prof. Dr. Sp.A(K). Pendekatan Diagnostik Limfadenopati pada Anak.2010 diunduh dari. http://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=799&IDEdisi=73 pada tanggal 20 februri 2013 10. http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/838/diagnosis.html 11. Abba, AA .Khalil, MZ . Clinical approach to lymphadenopathy. 2012 diunduh dari http://www.anmjournal.com/temp/AnnNigerianMed6111-1917974_051939.pdf



pada



tanggal 24 februari 2013 12. Ferrer, Robert. Lymphadenopathy: Differential diagnosis and evaluation. 1998. diunduh dari http://www.aafp.org/afp/1998/1015/p1313.html pada tangggal 20 februari 2013 13. Vikramjit SK, Richard HS, Gary JS. Lymphadenopathy. 2012 diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/956340-overview pada tanggal 20 februari 2013 14. Robertson TI.. Clinical diagnosis in patients with lymphadenopathy. 2007. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/492028 15. Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC 16. Bazemore, Andrew Lymphadenopaty and malignancy. 2002. Diundur pada tanggal 2 februatri dari http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103.html 17. Boswell SL. Approach to the Patient with HIV Infection. In: Goroll AH, Mulley AG, eds. Principles of Primary Care, 5th ed. Philadelphia: JB Lippincott, 2005;78-91. 32



33