19 0 3 MB
Telinga Hidung Tenggorokan Råñdÿ Rïçhtër
Catatan Koas | THT - KL
“TELINGA”
Tes finger friction (menggesekkan ibu jari dan telunjuk didekat telinga, evaluasi apakah ada perbedaan kanan dan kiri Tes bisik (suara berbisik, setengah ekspirasi, mengucapkan materi tes) Tes garpu tala (rinne, weber, swabach) Audiometri nada murni Audiometri nada tutur
Audiometri impedans (3 komponen timpanometri, refleks stapedius, tuba eustachius) OAE (Otoacustic Emission) bayi baru lahir BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) deteksi fungsi koklea dan jalur sensoris di otak diperiksa saat tenang/tidur
Rinne pemeriksaan pendengaran untuk membedakan hantaran udara dan hantaran tulang Weber pemeriksaan pendengaran untuk membedakan hantaran tulang pada telinga kanan dan kiri (lateralisasi) Swabach pemeriksaan pendengaran untuk membedakan hantaran tulang pasien dan pemeriksa
Positif (+)
Tidak ada lateralisasi
Sama dengan pemeriksa
Normal
Negatif (-)
Lateralisasi ke telinga sakit
Memanjang
Tuli Konduktif
Positif (+)
Lateralisasi ke telinga sehat
Memendek
Tuli Sensorineural
Garis lurus Telinga kanan merah O Telinga kiri biru X
Garis putus-putus Telinga kanan merah C Telinga kiri biru Ͻ
Catatan : Tuli Konduktif batas bawah naik (susah mendengar frekuensi rendah) Tuli Sensorineural batas atas turun (susah mendengar frekuensi tinggi)
Tuli Konduktif : - BC normal atau 25 dB - Antara AC dan BC terdapat air-bone gap Tuli Sensorineural : - AC dan BC >25 dB - AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap Tuli Campuran : - BC >25 dB - AC lebih besar dari BC, terdapat air-bone gap
Otitis eksterna radang liang telinga akut atau kronis yang disebabkan oleh bakteri (90%), jamur, eksamatosa Otitis eksterna sirkumskripta 1/3 luar Otitis eksterna difus 2/3 dalam
Otitis eksterna inflamatori Etiologi bakteri, jamur Predisposisi trauma karena sering mengorek telinga, terlalu sering membersihkan telinga, kelembapan dan suhu udara yang tinggi, keadaan umum yang buruk (anemia atau DM) Otitis eksterna eksematosa Predisposisi antibiotik topikal, bahan kimia (anting), reaksi hipersensitivitas MAE
Khas nyeri tekan tragus, nyeri tarik aurikula Gejala lain otalgia, pendengaran menurun, rasa penuh, keluar cairan berbau, demam ’ Patogen
Flora normal Staphylococcus aureus
Bakteri gram negatif Pseudomonas, Enterobacteria
Jamur Aspergillus, Candida
Khas
Bisul, nyeri temporo mandibular junction, membran timpani sulit dievaluasi
Atlit renang, MAE edema hiperemis, membran timpani sulit dievaluasi / intak
Gatal, riwayat antibiotik spektrum luas, MAE ditemukan hifa dan berspora
Ear toilet tiap 2 hari selama 2 minggu + simptomatis Terapi
Bacitracin, Neomycin, Polumixin B Insisi abses Kurang lebih 10 hari
Bacitracin, Neomycin, Polumixin B Antibiotik sistemik Kurang lebih 10 hari
Nystatin 100.000 IU, clotrimazole 1%, Gentian violet
Patofisiologi Fungsi tuba terganggu, terbentuk tekanan negatif di telinga tengah, memicu terjadinya efusi dan retraksi membran timpani
Gejala
Pendengaran menurun Sensasi penuh Demam (-)
Tanda
Patogen masuk ke telinga tengah, terjadi respon inflamasi di telinga tengah
Pus yang terbentuk di telinga tengah semakin banyak sehingga tekanan positif
Tekanan semakin meningkat mengakibatkan robeknya membran timpani
Pendengaran menurun Otalgia Demam tinggi
Nyeri telinga semakin memberat Anak-anak semakin rewel Demam tinggi Nyeri telinga menurun Anak-anak lebih tenang Demam berkurang Keluar cairan dari telinga / otorea
Otorea menurun Penurunan pendengaran
Membran timpani retarksi, mulai hiperemis Kadangkadang tampak air fluid level
Membran timpani menonjol (bulging) dan hiperemis
Membran timpani perforasi Tampak discharge dari telinga tengah
Fase penyembuhan, penutupan kembali membran timpani
Membran timpani intak Tampak suram
Edema mukosa berkurang Discharge berkurang Perforasi semakin menutup
Perbaiki fungsi tuba : Tetes hidung HCl efedrin 0,5-1% atau oksimetazolin 0,025-0,05%
Antibiotik 10-14 hari : Ampisilin dewasa 500 mg 4x/hari Ampisilin anak 25 mg/kgBB 4x/hari Amoksisilin dewasa 500 mg 3x/hari Amoksisilin anak 10 mg/kgBB 3x/hari Eritromisin dewasa 500 mg 4x/hari Eritromisin anak 10 mg/kgBB 4x/hari
Miringotomi (kasus rujukan) Antibiotik : Amoksisilin Eritromisin Cotrimoxazole
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari Antibiotik adekuat yang tidak ototoksik ofloxacin tetes telinga sampai 3 minggu
Sekret tenang observasi
Otitis media serosa radang non bakterial mukosa kavum timpani yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serous atau mukoid) Etiologi gangguan fungsi tuba (virus, alergi, barotrauma, idiopatik)
Telinga terasa penuh Pendengaran menurun Menelan/menguap terdengar suara
Otoskopi membran timpani kekuningan, refleks cahaya menurun, air fluid level / air bubbles Audiogram tuli konduktif Timpanografi tipe B/C
Tahap 1 - Dekongestan - Antibiotik - Miringotomi / grobet (insisi pada posteroinferior pars tensa) Tahap 2 - Hipertrofi tonsil adenotonsilektomi - Penanganan alergi
Miringitis bulosa infeksi pada membran timpani Etiologi virus, mikoplasma, penyebab pasti belum jelas Patofisiologi patogen langsung menginfeksi ke membran timpani menyebabkan inflamasi dari membran timpani dan menimbulkan bulosa atau blister pada membran timpani dan struktur disekitar membran timpani
Otalgia Gangguan pendengaran Otorea
Otoskopi bleb / bula merahungu pada membran timpani MRI cek komplikasi telinga tengah / dalam / intrakranial Timpanometri cek cairan dibalik membran timpani Audiometri gangguan pendengaran
Analgetik, antibiotik topikal, dan kortikosteroid tetes Pemecahan dari bulosa atau blisternya harus dihindari, miringotomi bila refrakter / resiko komplikasi Pembedahan jika membran timpani mengalami perforasi
Otitis media kronik radang kronik (>2 bulan) telinga tengah + perforasi membran timpani + sekret liang tengah + hilang timbul maupun terus-menerus Etiologi : - Aerob Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan epidermidis, Klebsiella sp, Proteus sp, dan Escherichia coli - Anaerob Prevotella dan Porphyromonas, Anaerobic streptococci, dan Bacteroides fragilis Patofisiologi : 1. Asal infeksi MAE MT perforasi (karena trauma atau iatrogenik) bakteri masuk ke telinga tengah infeksi kronis OMSK 2. Asal infeksi dari tenggorok, rongga mulut dan hidung faktor disfungsi tuba eustachius influks bakteri ke telinga tengah infeksi kronis dan perforasi MT OMSK 3. Dari OMSA karena terlambat terapi terapi tidak adekuat virulensi kuman meningkat berulang OMSK
Perforasi
Sentral
Atik / marginal
Frekuensi
Intermitten
Kontinu
Mukus
Mukopurulen / purulen
Selalu purulen
Bau tidak enak
(+/-)
(+)
Warna
Putih / kekuningan
Berdarah
Jarang
Kekuningan / kecoklatan / kehijauan Ada
Volume Hubungan dengan URTI
Banyak
Sedikit
Meningkat
Tidak berpengaruh
Polip
Jarang
Sering
Kolesteatoma
Tanpa kolesteatoma
Tuli
Konduksi (ringan sampai sedang)
Komplikasi
Sangat jarang
Sering
Foto Mastoid (posisi Schuller)
Seluler + sklerotik
Sklerotik + erosi
Discharge
Dengan kolesteatoma Konduksi atau mix (ringan sampai berat)
Otorea terus-menerus (> 6-8 minggu) Pendengaran menurun Nyeri (-)
Antibiotik Klindamisin (3 x 150 – 300 mg oral/hari selama 5-7 hari) Perawatan lokal dengan perhidrol 3% dan tetes telinga (ofloxacin) Pengobatan alergi jika ada Timpanoplasti + mastoidektomi
Otoskopi perforasi (+) lihat tipe, mukosa kavum timpani, sekret Pemeriksaan hidung dan tenggorok mencari faktor penyebab kronik Pemeriksaan tambahan uji fistula, audiogram, x-foto mastoid posisi schuller
Cuci peroksida H2O2 3% Mastoidektomi radikal + timpanoplasti
Presbikusis tuli sensorineural bilateral yang berhubungan dengan usia tua, gangguan dalam menangkap suara yang berfrekuensi tinggi dengan gangguan bicara serta gangguan pemrosesan
Kemampuan mendengar yang berkurang pada saat keramaian Susah memahami kata-kata yang diucapkan terlalu cepat
Tes garpu tala tuli sensorineural Audiometri tuli sensorineural
Terapi presbikusis sendiri tidak dapat disembuhkan, tetapi efek dari penyakit tersebut dapat dikurangi dengan penggunaan alat bantu dengar, kemampuan baca bibir dan koklear implan
Pada lanjut usia
Tuli sensorineural Susah mendengar di keramaian AC dan BC saat 2000 Hz, 4000 Hz dan 8000 Hz, saat masuk 2000 Hz mulai turun drastis
Biasanya umur 11-45 tahun
Tuli konduktif Mendengar jelas di keramaian Ada gap antara AC dan BC (notch 2000 Hz), saat di 2000 Hz turun tajam kemudian di 4000 Hz naik lagi
Catatan : Yang bisa terjadi pada lansia juga : Meniere disease tuli sensorineural, pendengaran menurun, vertigo, tinnitus Neuroma akustik tuli sensorineural, pendengaran menurun, vertigo, tinnitus, TIK meningkat, abnormal CT Scan Noise Inducing Hearing Loss (NIHL) tuli sensorineural, notch di 4000 Hz, kerja dipabrik dengan intensitas suara yang tinggi
Serumen prop hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu Etiologi aktivitas kelenjar di kulit liang telinga luar berlebihan Faktor predisposisi DM, retardasi mental, terlalu sering membersihkan telinga dengan cotton bud
Sensasi buntu gangguan pendengaran Telinga terasa penuh setelah mandi atau berenang Tinitus Otoskop penumpukan kelenjar / serumen pada liang telinga
Mengeluarkan serumen Tetes telinga karbogliserin 10% jika serumen keras Irigasi (untuk serumen yang sudah terdorong jauh mendekati membran timpani)
“HIDUNG”
Rhinitis alergika kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rhinorea, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar Etiologi reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang terjadi akibat paparan alergen
4 hari per minggu Dan >4 minggu
Satu atau lebih gejala berikut : Tidur terganggu Gangguan pada aktivitas harian, olahraga dan santai Gangguan pada kegiatan pekerjaan dan sekolah Keluhan yang mengganggu
Rhinoskopi anterior mukosa edema pada konka, basah, livid (pucat), sekret encer yang banyak
Catatan : Gejala lain pada rhinitis alergika : Allergic shiner kantung mata lebih gelap (kongesti nasal) Cobblestone appearance sering post-nasal drip (cairan keluar dari belakang hidung mengenai dinding faring) inflamasi kronik + hiperfroti Allergic salute sering menaikkan hidung ke atas Facies adenoid seing membuka mulut (kongesti nasal) Geographic tongue lidah seperti berbentuk geografik Allergic crease bergaris pada ala nasi
Diagnosis rinitis alergi (riwayat + uji tusuk kulit atau IgE spesifik dalam serum)
Penghindaran alergen
Gejala Intermiten
Ringan
Gejala Persisten
Sedangberat
Tidak sesuai urutan : Penghambat H1 oral Penghambat H1 intranasal Dan/atau dekongestan
Tidak sesuai urutan : Penghambat H1 oral Penghambat H1 intranasal Dan/atau dekongestan Kortikosteroid intranasal (Kromolin)
Pada rinitis persisten evaluasi penderita setelah 2-4 minggu
Tingkatkan dosis kortikosteroid intranasal
Sedangberat
Ringan
Kortikosteroid intranasal
Evaluasi penderita setelah 2-4 minggu
Gagal
Membaik
Evaluasi diagnosis Evaluasi kepatuhan Cari infeksi Cari penyebab lain
Turunkan ke tahap sebelumnya dan teruskan pengobatan selama 1 bulan
Gatal/bersin tambahkan H1 inhibitor Rinorea tambahkan ipratropium
Tersumbat tambahkan dekongestan atau kortikosteroid
Gagal rujuk bedah
Edukasi Menghindari alergen
H1 antagonis generasi 2 - Cetirizine 10 mg 1x1 - Loratadine 10 mg 1x1 Dekongestan - Nasal phenylephrine 0,5% 4x2 tetes/hari (max 34 hari) - Sistemik pseudoephedrine 60 mg 2x1 Steroid - Fluticasone spray - Mometasone spray Leukotriene inhibitor - Zafirlukast
Rhinitis akut (common cold) radang akut mukosa cavum nasi karena infeksi Etiologi tersering rhinovirus (jarang bakteri kecuali infeksi sekunder)
Inkubasi 13 hari Hidungnasofaring panas, kering, gatal
Hidung tersumbat Rhinorea profuse Demam Nyeri kepala
Sekret kuning kental Hidung tersumbat meningkat
Pemeriksaan Fisik : Rhinoskopi anterior konka edema, hiperemis, mukus berlebih
Sembuh sesudah 510 hari
Istirahat Nebulizer / uap hangat
Dekongestan (tetes hidung) Simptomatik (antipiretik, analgetik, antihistamin, mukolitik) Antibiotik (infeksi sekunder) Imunisasi influenza
Rhinitis vasomotor keadaan idiopatik tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan pajanan obat Patogenesis (gangguan parasimpatis pada mukosa hidung parasimpatis berlebihan konka edema) : 1. Neurogenik 2. Neuropeptida 3. Nitrit Oksida 4. Trauma
Hidung tersumbat, tergantung posisi golongan blockers Rhinorea profuse, mukoid/serous golongan runners Bersin (tidak dominan, jarang) golongan sneezers Kambuh (dingin atau mendung) Riwayat alergi (-) Dicetuskan faktor non-spesifik (asap rokok, bau-bauan, alkohol, parfum)
Rhinoskopi anterior mukosa edema, konka gelap, sekret profuse seromukus
Pemeriksaan Penunjang : Tes adrenalin kassa diberikan epinefrin, jika edema berkurang rhinitis vasomotor (+), bedakan dengan rhinitis medikamentosa hasilnya edema tidak berkurang (-) Tes kulit membedakan dengan rhinitis alergika Swab sekret lihat eosinofil Transiluminasi foto sinus (Waters)
Terapi kausal tidak ada Hindari faktor pencetus atau stimuli Meningkatkan kondisi tubuh Terapi simptomatik : - Dekongestan oral pseudoephedrine - Cuci hidung larutan garam fisiologis - Kortikosteroid topikal 100-200 mikrogram (maks 400) momitasone Operasi (jika refrakter atau tidak sembuh-sembuh) : - Bedah beku - Elektrokauter - Konkotomi parsial konka inferior Neurektomi nervus vidianus jika terapi sebelumnya tidak berhasil
Rhinitis medikamentosa kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor pemakaian obat-obatan tetes hidung (vasokonstriktor atau dekongestan) yang berlebihan dalam waktu yang lama atau berlebihan contoh obat oksimetazoline HCl Patofisiologi : Mukosa hidung organ peka rangsang pemakaian obat berlebih fase dilatasi berulang (rebound phenomena) obstruksi sehingga pemeriksaan cenderung memakai terus lingkaran setan Penambahan mukosa jaringan dan rangsangan sel-sel mukoid sumbatan akan menetap dengan produksi sekret yang berlebihan
Hidung tersumbat terusmenerus dan berair Riwayat penggunaan dekongestan topikal
Rhinoskopi anterior konka edema (hipertrofi), sekret hidung yang berlebihan
Pemeriksaan Penunjang : Tes adrenalin edema konka tidak berkurang (-)
Hentikan pemakaian obat tetes / semprot hidung Sumbatan hidung berulang kortikosteroid tappering off 5 mg/hari (dosis 1-1,5 mg/kgBB/hari) Dekongestan oral pseudoefedrin (2-3 x 30-60 mg) Operatif 3 minggu tidak respon kauterisasi konka inferior / konkotomi konka inferior parsial
< 4 minggu
4-12 minggu
> 12 minggu
> 4x/tahun tiap episode, > 7-10 hari Ada periode sembuh sempurna Perburukan rhinosinusitis kronik
Kembali ke baseline setelah terapi
Sinusitis akut radang akut pada sinus yang pada umumnya diawali dengan penyumbatan ostiometal kompleks, onset kurang dari 4 minggu Etiologi : Rhinogen rhinitis akut, faringitis akut, adenoiditis akut, tonsilitis akut Dentogen infeksi gigi rahang atas Faktor predisposisi : Lokal septum deviasi, polip nasi, corpus alienum, atresia khoane Sistemik malnutrisi, steroid jangka panjang, DM, AIDS, kemoterapi Kuman tersering Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes Patofisiologi : Vasodilatasi transudasi penumpukan sekret kental Hipoksia disfungsi silia stagnasi sekret penumpukan sekret kental Disfungsi kelenjar mukus sekret mengental penumpukan sekret kental
Ingus kental dan berbau Lendir yang mengalir ke tenggorok (post nasal drip) Hidung tersumbat Rasa nyeri wajah, menghebat di sore hari Demam dan malaise
Rhinoskopi anterior mukosa konka edema dan hiperemis, tampak mukopus di meatus media Rhinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip ) Transluminasi suram/gelap salah satu sisi
Pemeriksaan Penunjang : X-ray Waters perselubungan, penebalan mukosa, air fluid level
Medikamentosa : Antibiotik (10 hari – 14 hari) - Ampicilin 4x500 mg - Amoxcicillin 3x500 mg - Eritromisin 3x500 mg - Amoxiclav 3x625 mg Dekongestan (5-7 hari) topikal - Anak efedrin 0,5% / oksimetazolin HCl 0,025% - Dewasa efedrin 1% / oksimetazolin HCl 0,05% - Dekongestan oral Pseudoefedrin oral 2-3 x 30-60 mg Simtomatik - Analgetik / antipiretik paracetamol 3x500 mg (dewasa), 10-15 mg/kgBB/kali (anak)
Sinusitis kronik infeksi kronis mukosa sinus dengan gejalanya > 3 bulan disertai perubahan histologik mukosa sinus yang irreversibel Etiologi pengobatan sinusitis akut yang tidak sempurna Faktor predisposisi sinusitis akut yang tidak ditangani dengan baik Patogenesis : Perubahan bahan kimia silia Obstruksi mekanik gangguan drainase Pengobatan infeksi akut yang tidak sempurna infeksi kronis Alergi dan defisiensi imunologik perubahan mukosa
Pilek berbau Hidung buntu Pendengaran terganggu sumbatan tuba Nyeri kepala Rasa kering di tenggorokan Batuk Demam (-)
Tidak didapatkan pembengkakan pada pipi Nyeri tekan pipi Rhinoskopi anterior sekret mukopurulen dari meatus media Rhinoskopi posterior post nasal drip Transiluminasi gelap pada sisi yang sakit
Pemeriksaan Penunjang : X-ray waters MRI Pungsi sinus
Medikamentosa : Dekongestan (5-7 hari) - Dewasa efedrin 1%, oksimetazolin HCl 0,05% - Anak efedrin 0,5%, oksimetazolin HCl 0,025% - Dekongestan oral pseudoefedrin 3x60 mg (dewasa) Antibiotik (10-14 hari) - Lini pertama amoksisilin, eritromisin, kotrimoksasol - Lini kedua amoxiclav Cuci hidung NaCl 0,9% Operatif : Irigasi sinus maxillaris Pengobatan terhadap obstruksi ostium Pengobatan terhadap penyebab dentogen Waters sinus maxillaris
Schedel / AP Skull sinus sphenoidalis
Caldwell sinus frontalis
Epistaksis keluarnya darah dari cavum nasi, merupakan gejala dari kelainan yang mendasari Etiologi idiopatik, trauma, tumor, infeksi, kelainan kongenital, kelainan darah, gangguan hormonal, gangguan kardiovaskular, perubahan udara
Sumber perdarahan : Sumber perdarahan : Asal perdarahan pleksus Asal perdarahan pleksus Kisselbach (septum anterior) Woodrof arteri etmoidalis arteri etmoidalis anterior posterior dan arteri sfenopalatina Terjadi karena ruptur arteri Sifat perdarahan : Sifat perdarahan : Ringan Berat / hebat Ada riwayat sering mengorek Sering pada hipertensi, hidung arteriosklerosis, penyakit jantung Sering pada anak dan dewasa muda Bisa pada karsinoma nasofaring Sering berulang dan perdarahan biasa terhenti Perdarahan jarang terhenti sendiri sendiri
Keluarnya darah dari cavum nasi jika duduk tegak mengalir ke tenggorokan (perdarahan posterior) dan jika duduk tegak keluar dari hidung depan (perdarahan anterior) Nyeri ringan sampai berat Riwayat perdarahan sebelumnya Riwayat trauma hidung Riwayat penyakit lain Riwayat penggunaan obatobatan Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga (hemofilia)
Rhinoskopi anterior dan posterior mengetahui asal / sumber perdarahan
Pencet cuping hidung 5 menit, posisi condong ke depan Epistaksis : - Banyak kauter AgNO3 - Sedikit tampon anterior 2-3 hari ligasi arteri
Tampon Anterior
Rujuk THT tampon posterior (bellocq) 2-3 hari Ligasi arteri
Tampon Bellocq / Posterior
“TENGGOROKAN”
Faringitis akut radang akut dinding faring yang disebabkan oleh virus (4060%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain Etiologi : Virus rhinovirus, influenza, parainfluenza Bakteri streptococcus beta hemolitikus grup A Jamur candida
Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan Demam Sekret dari hidung Dapat disertai atau tanpa batuk Nyeri kepala Mual dan muntah Rasa lemah pada seluruh tubuh Nafsu makan berkurang
Faringoskopi mukosa dinding faring posterior hiperemis dan edema
Faringitis Akut Hiperemis
Terapi umum : Istirahat Minum air yang cukup Kumur dengan air hangat Analgetik / antipiretik bila perlu Terapi spesifik (bila disebabkan bakteri) : Antibiotik : - Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB IM dosis tunggal - Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari (3x pemberian) selama 10 hari - Eritromisin 4x500 mg/hari
Perubahan mukosa dinding posterior faring, tampak kelenjar limfe di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasia Gejala klinis tenggorokan kering dan gatal lalu berlanjut menjadi batuk berdahak Pemeriksaan fisik mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular Terapi : Lokal dengan kaustik faring menggunakan nitras argenti atau dengan elektrokauter Simptomatis dengan obat kumur dan antitusif / ekspektoran (bila perlu) Obati faktor penyebab
Timbul bersamaan dengan rinitis atrofi
Gejala klinis tenggorokan kering, rasa tebal dan mulut berbau Pemeriksaan fisik mukosa faring ditutupi oleh lendir kental dan bila diangkat tampak mukosa kering Terapi : Obati rinitis atrofi Obat kumur Menjaga kesehatan mulut
Faringitis Kronik Granular
Tonsilitis akut peradangan pada tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer Etiologi tersering bakteri (streptococcus beta hemolitikus grup A)
4 Cincin Waldeyer
Odinofagia Disfagia Demam Halitosis
Bed rest Mouth hygiene obat kumur Minum cukup Antibiotik : - Penisillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal - Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3x selama 10 hari - Eritromisin 4x500 mg/hari Steroid dexamethasone 3x0,5 mg (0,01 mg/kgBB/hari) Simptomatis antipiretik, analgetik
Tonsil hipertrofi, detritus (+), hiperemis Pembesaran KGB Pemeriksaan penunjang swab tenggorok
Berdasarkan lokasi infeksi difteri nasal, difteri faring dan tonsil (faucial), difteri laring dan difteri kutan Etiologi bakteri Corynebacterium diphtheriae bentuk batang, drum stick appearance pada pewarnaan Neisser bakteri batang gram positif aerob dan memproduksi eksotoksin Patogenesis peranan pseudomembran dan eksotoksin serta tidak ada bakteremia (karena tidak memproduksi lipopolisakarida) : Pseudomembran putih keabuan, melekat didasar, mudah berdarah, menimbulkan sumbatan Eksotoksin produksi sangat luas dan lokasi anatomis dan vaskularisasi, di faring dan tonsil cepat menyebar, dan merusak jaringan atau organ jantung, saraf dan ginjal
Berasosiasi dengan absorpsi toksin sistemik Gejala malaise, nyeri tenggorok, anoreksia, demam ringan, biasanya tampak toksik Dalam 2-3 hari terbentuk membran putih keabuan meluas bervariasi dari plak kecil pada tonsil sampai menutupi palatum mole Membran menempel pada jaringan, pelepasan paksa menyebabkan perdarahan Obstruksi pernapasan dapat terjadi akibat perluasan membran Kondisi parah edema area submandibula dan leher anterior bersamaan dengan limfadenopati bull neck
Dapat berupa suatu perluasan atau dari awal terjadi disitu Jarang primer Gejala demam, serak dan batuk menggonggong Menimbulkan sumbatan saluran napas serak, stridor, retraksi, sianosis beratnya berdasarkan kriteria Jakson
Pemeriksaan penunjang : Pewarnaan Gram batang gram (+) Kultur hasil swab pada media mengandung tellurite atau media Loeffler’s (gold standard)
1. Anti difteri serum 20.000 – 100.000 unit 2. Antibiotik penicillin prokain (25.000 – 50.000 IU/kgBB/hari, dosis terbagi setiap 12 jam IM) 3. Eritromisin 40 mg/kgBB dibagi 4 dosis selama 14 hari 4. Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari 5. Simptomatis analgetik atau antipiretik 6. Isolasi dan bed rest selama 2-3 minggu
Tonsilitis kronik infeksi tonsil yang persisten (>3 minggu) dan biasanya mengenai anak-anak yang lebih tua dan dewasa muda Etiologi infeksi kronis dari sinus atau gigi
Tidak ada tonsil (sudah pernah diangkat)
Belum melewati arkus posterior
Sudah melewati arkus posterior
Sampai linea mediana
Sudah melewati linea mediana
Nyeri tenggorok Halitosis Rasa tercekik saat tidur
Pembesaran tonsil, kripte melebar dengan materi purulen, kripte terisi oleh detritus
Pemeriksaan penunjang : Swab tenggorok memastikan patogen penyebab
Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan napas atas, disfagia berat, gangguan tidur atau terdapat komplikasi kardiopulmonal Abses peritonsilar yang tidak respon terhadap pengobatan medik dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam Tonsil yang akan dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi
Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun, meskipun tidak diberikan pengobatan medik yang adekuat Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap pengobatan medik Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik kuman resisten terhadap beta laktamase
Catatan : Tonsilitis kronis eksaserbasi akut tonsil membengkak + hiperemis + kripte melebar Tonsilitis kronis tonsil membengkak + kripte melebar Tonsilitis akut tonsil membengkak + hiperemis
Laringitis akut radang akut mukosa dan submukosa laring dengan onset < 3 minggu Etiologi vocal overuse (penyanyi), agen berbahaya (merokok, polusi udara), infeksi (difteri, herpes simpleks), dan autoimun
Biasanya didahului rhinitis Gangguan bersuara (hoarseness) Demam Batuk kering sampai berdahak Sesak (stridor inspirator)
Mukosa laring hiperemis dan edema
Pemeriksaan penunjang : FOL (Fiber optic laryngoscope) Kultur darah Pewarnaan Gram
Vocal rest 2-3 hari Inhalasi uap Menghindari iritasi pada laring rokok, makanan pedas, dan minuman dingin Antibiotik jika disebabkan bakteri Simptomatik analgetik/antipiretik dan kortikosteroid
Laringitis kronik radang akut mukosa dan submukosa laring dengan onset > 3 minggu Etiologi vocal abuse, sinusitis kronik dan bronkitis kronik
Suara parau menetap Rasa tersangkut ditenggorokan sering berdehem tanpa mengeluarkan sekret
Laringoskopi direk mukosa laring menebal, permukaan tidak rata dan edema Histo PA metaplasia skuamosa
Vocal rest Nebulisasi Obati infeksi hidung / faring / bronkus
Haemophilus influenza tipe B
Parainfluenza virus tipe 1 dan 2
Daerah obstruksi supraglotis
Daerah obstruksi subglotis
Gejala prodromal tidak ada
Gejala prodromal ada
Onset mendadak Batuk biasanya tidak ada Odinofagia ada
Onset lambat Batuk ada (menggonggong) Odinofagia tidak ada
Radiologi thumb sign pada foto lateral
Radiologi steeple sign pada foto AP
Epiglotitis (Thumb sign)
Croup (Steeple sign)
Sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi suprasternal, tanpa sianosis Gejala Jackson I + retraksi supra dan infraklavikula, sianosis ringan, pasien tampak gelisah Gejala Jackson II + retraksi interkostal, epigastrium dan sianosis lebih jelas Gejala Jackson III + wajah tampak tegang dan bisa gagal napas
Penumpukan pus pada Penumpukan pus pada Penumpukan pus pada ruang peritonsil dan ruang parafaring ruang retrofaring Penumpukan pus Penumpukan pus Penumpukan pus bersifat unilateral pada ruang pada ruang parafaring pada ruang Gejala : Gejala : Gejala : peritonsil dan nyeri retrofaring Demam, Trismus Demam, leher kaku bersifat unilateral kepala, dan terasa nyeri Indurasi atau Gejala : Gejala : pembengkakan Gejala : Nyeri dan sukar mual/muntah, malaise Demam, Trismus disekitar angulus Demam, menelan, pada Odinofagia hebat mandibula nyeri kepala, leher anak kaku rewel dan Indurasi atau tidak mau makan Mulut berbau pembengkakan Demam tinggi mual/muntah, dan terasa (foetor ex ore) malaise nyeri dan minum disekitar Sesak Suara bergumam Odinofagia angulus Nyeri dan napas (hot potato voice) hebat mandibula sukarakibat sumbatan jalan napas Nyeri telinga menelan, Mulut berbau Demam tinggi Stridor bila (otalgia) pada sisi pada anak (foetor ex mengenai laring yang sama rewel ore) Perubahan suara Trismus akibat dan tidak spasme Suara dari mau makan bergumam muskulus dan minum (hot potato pterygoideus Sesak voice) interna napas Fisik : Pemeriksaan : Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan NyeriFisik telinga akibat Palatum mole Pembengkakan Dinding belakang (otalgia) edema dan dinding lateral faring tampak sumbatan pada sisi menonjol ke depan faring sehingga benjolan biasanya jalan napas yang sama dinding menonjol Stridor unilateral Tonsil edema, Trismus ke arah medial hiperemis, banyak Mukosa edema dan bila akibat detritus dan hiperemis mengenai spasme ke dari terdorong laring muskulus depan, tengah dan Perubahan pterygoideus bawah suara interna Uvula bengkak dan Pemeriksaan : Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Fisik terdorongFisik ke sisi kontralateral Palatum Pembengkakan : Tatalaksana Tatalaksana : : mole: edema dinding lateral Tatalaksana Dinding Stadium infiltrasi faring Antibiotik dosis Antibiotik spketrum dan menonjol sehingga belakang antibiotik (gol. tinggi secara ke depan dinding faringluas Penisilin dan parenteral Abses pungsi menonjol ke tampak Tonsil klindamisin) arah Evakuasi dan insisi medial abses benjolan edema, Simptomatik Trakeostomi biasanya hiperemis, analgetik / abses besar dan unilateral banyak antipiretik menyumbat jalan detritus dan Mukosa Abses insisi napas
terdorong ke depan, tengah dan bawah
edema dan hiperemis