Catatan Ringkas 2020-2021 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

t.me/catatanringkas



Catatan Ringkas 2020 - 2021



Fida’ Munadzir Abdul Lathif



1



Deskripsi Channel



t.me/catatanringkas Berbagi Ilmu dan Faedah Ringkas dan Ringan



Channel lain: t.me/dr_bahiyya Silahkan share jika bermanfaat.



2



Sebelum Kamu Putuskan Berhenti Menghafal



Alasan berhenti menghafal:



1. Apa gunanya menghafal? Jawab : Apa faedahnya ilmu? Jika seorang mengetaui faedah ilmu maka itulah gunanya menghafal, hafalan akan mengikat ilmu tersebut pada dirinya, jika ada yang beranggapan bahwa mengikat ilmu dengan pamahaman sudah cukup, maka sesungguhnya hafalan akan memperkokoh dan memperkuat pemahaman tersebut pada dirinya sehigga tidak mudah terlepas, jadi harus melakukan keduanya. Lafal-lafal matan dan mandhumah adalah wadah yang menampung berbagai maknamakna dengan lafal yang singkat.



2. Daya ingatku lemah Jawab : Maka perkuat dengan melatihnya sedikit demi sedikit, jika tidak dilatih tentunya sampai kapanpun akan lemah, bahkan bisa



3



semakin lemah, sama halnya kekuatan fisik. Tentunya bertahap, jangan langsung menghafal dalam porsi banyak.



3. Aku tidak yakin bisa konsisten Jawab : Musnahkan dan singkirkan prasangka buruk ini dengan tekad bulat dan kesungguhan, lebih baik belajar walaupun nantinya berhenti daripada tidak belajar sama sekali, bahkan bisa jadi engkau bisa melakukannya sampai selesai, jadi mengapa tidak dicoba saja.



4. Bidangku bukan di ilmu syariat Jawab : Hafalkan yang engkau butuhkan, tidak semua matan atau mandhumah ditulis ditujukan untuk ulama dan penuntut ilmu, ada yang ditujukan bagi semua orang, karena menjelaskan ilmu yang hukum mempelajarinya fardhu ain, ada juga ilmu-ilmu yang bagus untuk diketahui walaupun bukan fardhu ain.



5. Aku masih banyak kekurangan dalam hal agama (misalnya jarang shalat berjamaah atau malas beribadah) Jawab : Justru tutupi kekurangan itu dengan belajar, menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan termasuk ibadah yang paling mulia, bisa jadi Allah perbaiki hati dan amalan engkau dengan ilmu tersebut.



6. Aku belum hafal Al-Qur’an Jawab : Segera mulai menghafal Al-Qur’an, karena Al-Qur’an lebih utama dan lebih penting untuk dihafal, jika kondisi tidak mendukung maka tentu menyibukkan diri dengan menghafal matan ilmiah lebih baik daripada menganggur tidak melakukan apapun atau sibuk dengan hal-hal tidak berguna.



4



Asal catatan ini adalah cuplikan video Syaikhuna Dr. Amir bin Muhammad Fida' Bahjat hafizahullah.



---



5



Cara Melawan Bosan Dalam Mengulang-Ulang Hafalan



Tidak dapat dipungkiri pentingnya mengulang-ulang jika seorang ingin menghafal, tetapi di saat itu pula mengulang-ulang hafalan muncul rasa bosan dan jenuh. Lantas, bagaimana trik melawan rasa bosan tersebut agar kita bisa terus menghafal? Sebelumnya, harus difahami bahwa belajar atau menuntut ilmu pasti melelahkan dan membutuhkan kesungguhan, ilmu tidak bisa didapatkan dengan bersantai atau bermalas-malasan.



Berikut beberapa trik melawan rasa bosan ketika mengulang dalam menghafal:



1. Percaya dan senang dengan sesuatu yang dihafal dan yakin dengan buah manis mengulang-ulang yang akan dipetik nanti. Ini sangat penting dan berguna agar kita terus melangkah dengan izin Allah, yaitu yakin bahwa jika hafalan kita kuat, maka bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga bisa kita sebutkan nanti ketika kita sampaikan atau kita ajarkan kepada orang lain. 6



2. Bervariasi dalam metode atau cara menghafal.



Bisa dilakukan dengan beberapa cara: • Melihat tulisan • Memperdengarkan ke diri sendiri • Memperdengarkan ke orang lain • Memperdengarkan ke orang lain yang berbeda-beda (sesekali ke saudara, sesekali ke teman, dst) • Mengajari orang menghafal (misalkan kita baca untuk anakanak lalu mereka ikut mengulang-ulang) • Mendengarkan rekaman (dengan memilih suara yang nyaman dan enak didengar) Misalkan mengulang sepuluh kali dengan melihat tulisan, kemudian sepuluh kali dengan memperdengarkan ke orang lain, kemudian sepuluh kali dengan menyimak dari orang lain, dan seterusnya.



3. Melakukan aktifitas yang tidak menguras otak dan pikiran.



Misalnya sambil: • Berjalan (contoh ketika jalan-jalan pagi di taman) • Menyetir mobil • Melakukan aktifitas rumah (terutama bagi wanita)



4. Menyenandungkan untuk anak-anak kecil. Terutama jika memiliki bayi, sebagai ganti dari memperdengarkan lagu, 7



tentunya dengan nada yang pas dan cara yang sesuai untuk anak-anak.



5. Mengubah nada dalam mengulang-ulang. Misalkan sepuluh kali dengan nada cepat, sepuluh kali dengan nada lambat, dst.



6. Menggunakan alat bantu hitung. Untuk mengetahui sudah mengulang berapa kali dan tinggal berapa kali, dst. Bagus juga jika menggunakan pendukung-pendukung lainnya, misalnya adanya teman atau adanya kompetisi.



Asal catatan ini adalah cuplikan video Syaikhuna Dr. Amir bin Muhammad Fida' Bahjat hafizahullah.



---



8



Makanan Orang Dewasa Racun Bagi Bayi



Ada sejumlah karya tulis ulama yang sangat fenomenal, seperti karya-karya tulis Imam Syafi'i, At-Thabari, Muhammad bin Hasan As-Syaibani, Ibnu Taimiyah dan seterusnya. Tulisan mereka tidak dapat dipetik manfaatnya kecuali oleh penuntut ilmu yang memiliki dasar-dasar keilmuan yang matang, faham istilah-istilah dalam berbagai bidang keilmuan, mampu mengimbangi jalur pikiran penulisnya, menguasai sederet mukaddimah yang mereka pangkas. Karena mereka sedang menulis untuk pembaca yang memiliki keilmuan matang.



Muhammad bin Syuja' Ats-Tsalji (wafat 266 H) beliau menggambarkan tentang kitab Al-Jami' Al-Kabir karya Muhammad bin Al-Hasan As-Syaibani (wafat 189 H):



9



‫ فكان كلما‬،ً‫ل محمد بن الحسن في "الجامع ال كبير" كرجل بنى دارا‬ ُ َ ‫م َث‬ ‫ حتى استتم بناءها‬،‫ بنى مرقاة ً يرقى منها إلى ما علاه من الدار‬:‫علا‬ .‫ شأنكم فاصعدوا‬:‫ ثم قال للناس‬،‫ وهدم مراقيها‬،‫ ثم نزل عنها‬،‫كذلك‬



Perumpamaan Muhammad bin Hasan dan kitabnya Al-Jami' AlKabir adalah = seperti orang membangun rumah, setiap kali bangunan tersebut meninggi, ia membangun juga tangga untuk bisa mencapai atas rumah, kemudian setelah bangunan tersebut sempurna, orang tersebut turun, lalu menghancurkan semua tangga-tangga itu, seraya berkata kepada orang-orang "Itu urusan kalian, naiklah kalian!". (Manaqib Abi Hanifah wa Shahibaihi, Ad-Dzahabi 89)



Bahkan mereka menjadikan tulisan-tulisan beliau sebagai bahan untuk menguji kemampuan atau mengukur keilmuan seseorang.



As-Sarakhsi Al-Hanafi (wafat 490 H) yang mensyarah salah satu kitab beliau, mengatakan di tengah penjelasan:



‫ فقد جمع‬،‫ في أبواب الأمان‬:‫أدق مسائل هذا الكتاب وألطفها‬ ّ ‫اعلم بأن‬ ‫ وكان شاور فيها علي بن حمزة‬،‫بين دقائق علم النحو ودقائق أصول الفقه‬ .‫ فإنه كان ابن خالته وكان مقدم ًا في علم النحو‬،‫ال كسائي رحمه الل ّه تعالى‬



"‫ من أراد امتحان حفاظ الرواية من أصحابنا فعليه ب "باب الأذان‬:‫وقيل‬ ‫ ومن أراد امتحان المتبحرين في الفقه فعليه ب "أيمان‬،‫من كتاب الصلاة‬



10



‫ ومن أراد امتحان المتبحرين في النحو والفقه فعليه ب "أمان‬،"‫الجامع‬ ".‫السير‬



"Ketahuilah, pembahasan yang paling rumit dalam kitab ini adalah dalam Bab-Bab Al-Aman, karena beliau (As-Syaibani) menggabungkan antara pembahasan Ilmu Nahwu yang rumit dengan Ushul Fiqh yang rumit juga, beliau mendiskusikannya dengan Ali bin Hamzah Al-Kisa'i rahimahullah, karena beliau adalah sepupunya, dan beliau terkemuka dalam bidang Nahwu. Bahkan dikatakan : Siapa yang ingin menguji para penghafal riwayat dari kalangan ulama kami (Hanafi) maka bisa menggunakan pembahasan Bab Al-Adzan dalam Kitab As-Shalat, siapa yang ingin menguji para penyelam fikih maka bisa menggunakan pembahasan Aiman Al-Jami', sedangkan siapa yang ingin menguji para penyelam Nahwu dan Fikih maka bisa menggunakan pembahasan Aman As-Sair." (Syarh Kitab As-Sair Al-Kabir 1/175)



Karena mereka menulis dengan sangat detil dan meletakkan rangkaian furuq dan ilal fiqhiyah yang terkandung dalam lipatanlipatan ungkapan kalimat.



Isa bin Aban (wafat 221 H), salah satu murid Imam Abu Hanifah meriwayatkan bahwa beliau ketika menjelaskan suatu masalah dalam Bab Ar-Ruju' 'An As-Syahadah 'Ala As-Syahadah :



11



‫ لأن محمدا رحمه الل ّه كان يلقن‬،‫هذا الباب يلقب بباب النظر إلى الوجوه‬



‫ فكان ينظر بعضهم إلى بعض أنه هل فهمها؟ فإني لم‬،‫أصحابه هذه المسألة‬



!‫أفهم‬



Bab ini dijuluki dengan Bab An-Nadhar Ila Al-Wujuh (melihat ke wajah-wajah), karena Muhammad rahimahullah menalkin masalah ini kepada murid-murid beliau, lalu mereka saling memandangi wajah sebagian mereka, Apakah dia faham? Karena aku tidak faham! (At-Tahrir, 3/88 Manuskrip)



Sebagai ilustrasi sederhana, karya-karya tulis semacam itu ibarat lautan yang dasarnya menyimpan mutiara dan segala keindahan, jika kita tidak memiliki alat-alat untuk menyelam, tetapi menceburkan diri ke lautan tersebut, maka itu adalah bunuh diri. Maka, semoga ini menjadi motivasi bagi kita untuk semakin semangat dalam memperkokoh dasar-dasar ilmu, bersabar, dan berjuang. Kita semua berharap suatu hari kemudian bisa menyelami dan menyaksikan langsung keindahan mutiara-mutiara ilmu yang mereka ceritakan.



---



12



Belajar Dari Kejujuran At-Thufi



Najmuddin Sulaiman At-Thufi (wafat 716 H) menulis Mukhtashar Ar-Raudhah, yaitu ringkasan kitab Raudhatun Nadhir karya Abu Muhammad Ibnu Qudamah (wafat 620 H), ringkasan ini dinamai juga dengan Al-Bulbul, artinya Burung Bulbul, karena arti Raudhah adalah taman, sehingga taman yang indah dan memukau akan semakin indah dengan kehadiran kicauan Burung Bulbul.



Di mukaddimah Al-Bulbul tersebut beliau mengatakan:



َّ ‫ل‬ َّ َ ‫الل ّه ِ تَع َالَى و ُفُور‬ ،‫َاب‬ ِ ‫الث ّو‬ ْ َ‫ل الْأ‬ ِ ِ‫الن ّص‬ َ ِ ‫"سَائِل ًا م‬ ِ ‫ وَجَز ِي‬،ِ ‫جر‬ ِ ‫ م ِنْ جَم ِي‬،‫يب‬ َّ ‫ن‬ "ٍ ‫ و َثَنَاءٍ مُسْتَطَاب‬،‫َاب‬ ٍ ‫وَد ُعَاءٍ مُسْت َج‬



Aku memohon kepada Allah Ta'ala bagian yang sempurna, yaitu dari pahala yang baik, ganjaran yang banyak, doa yang mustajab, dan "pujian yang manis".



13



Kemudian, ketika beliau menulis syarah kitab tersebut, beliau mengatakan:



‫ و َن َ ْفس ِي‬،‫اب‬ ِ َ ‫ْظ أَث ْب َُّت ّه ُ عِن ْدَ اخْ تِصَارِ الْك ِت‬ ٌ ‫َاب» فَلَف‬ ِ ‫"أَ َّمّا قَوْل ِي « و َثَنَاءٍ مُسْتَط‬



ِ ‫ْض الر ِّي َاء‬ َّ ُ ‫يخْطُر ْ ببَِال ِي حِينَئِذٍ ِإ َّلّا ثَنَاء‬ ُ ‫ك مَح‬ َ ِ ‫ وَذ َل‬،)ِ‫الن ّاس‬ َ ْ‫(إ ْذ لَم‬ ِ ،ُ ‫تَنْف ِر ُ مِن ْه‬



.‫ال ْم َ ْذم ُو ِم‬



Adapun ucapanku "pujian yang manis", itu adalah lafal yang aku tulis ketika meringkas kitab, dan sekarang tidak suka dengannya, karena saat itu tidak terlintas di benakku kecuali pujian manusia, yang itu adalah murni riya' yang tercela.



Lalu beliau melanjutkan keteranganya:



Yang menyebabkan aku dahulu melakukannya adalah karena mengikuti penulis kitab Al-Mufashhal yang mengatakan "Aku tulis kitab ini sebagai nasehat bagi yang menyimpannya, aku berharap memetik buahnya, berupa doa mustajab dan pujian yang manis.."



Adapun sekarang (yaitu ketika menulis syarah):



Maka terlintas dalam diriku penjelasannya yang benar, yaitu meminta pujian dari Allah subhanahu wa ta'ala, karena dengan kemurahan-Nya, Ia berterima kasih dan memuji hamba-Nya untuk hal yang lebih kecil dari itu, ketika Allah mengetahui niatnya, dan amalan tergantung pada niat.



14



Jika penjelasan ini benar, walaupun dengan seiring perjalanan waktu, maka itulah yang baik. Jika tidak, maka aku beristighfar kepada Allah dari lafal tersebut, dan tidak perlu bagi penulis Mukhtasar untuk menghapusnya.



(Syarah Mukhtasar Ar-Raudhah 1/109)



Catatan:



Bisa saja beliau langsung menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ungkapan "pujian manis" itu adalah pujian dari Allah Ta'ala, tanpa perlu mengisahkan yang sebenarnya di masa lampau, atau jika mau, bisa saja menghapusnya dari kitab ringkasan. Tetapi tidak beliau lakukan.



Di sini bukan hanya tentang kejujuran beliau, tetapi kita juga dapat mengambil banyak pelajaran, di antaranya bahwa kita terkadang salah, maka kita harus mengakui itu salah, sehebat apapun kedudukan kita, bukan justru membela diri, sehingga ketika bertaubat kita melakukannya dengan sungguh-sungguh.



Tentang kejujuran beliau juga, banyak kita temukan dalam kitab beliau di atas, juga menunjukkan tawadhu beliau, di antaranya juga:



‫ لأنه لم يخطر لي عنه حين‬،‫ لم أجب عنه في المختصر‬... :‫وأما الثاني‬ ...‫ والجواب عنه الآن‬.‫الاختصار جواب‬



15



Adapun yang (pertanyaan) kedua: ... Maka aku tidak menjawabnya di Mukhtasar, karena belum terlintas dalam pikiranku jawabannya ketika sedang meringkas. Dan jawabannya sekarang adalah... (1/165)



Bisa saja beliau tidak mengatakannya, atau beralasan bahwa tidak menyebutkan jawaban saat itu supaya ringkas atau alasan lain. Tetapi beliau jujur, memang belum menemukan jawabannya saat itu.



Semoga kita bisa meneladani akhlak-akhlak mulia ulama-ulama kita.



---



16



Tafarrugh Untuk Menimba Ilmu



Banyak penuntut ilmu yang mengeluh karena tidak punya kesempatan mengabdikan diri untuk belajar. Menjadikan alasan sibuk pekerjaan dan kondisi sulit sebagai penghalang untuk belajar dan menimba ilmu.



Benar, tidak dipungkiri bahwa mencurahkan segenap waktu adalah faktor utama dalam kemudahan belajar, menyebabkan teratur dan fokus.



Tetapi menurut guru kami, Syaikh Muhammad Salim Buhairi AsSyafii, semoga Allah menjaganya dan memberikan keberkahan pada hidup beliau, banyaknya aktivitas bukanlah alasan untuk menghalangi beliau menuntut ilmu. Jadi kondisi sulit yang digambarkan sebagian pelajar yang tidak bisa mencurahkan segenap waktu, tidak selamanya menjadi penghalang. Walaupun kondisi manusia berbeda-beda.



Beliau menceritakan bahwa sejak bertahun-tahun setelah lulus kuliah, sebelum menggeluti dunia tahqiq turats, beliau memiliki 17



dua pekerjaan. Dan menurut beliau, masa tersebut masa-masa terbaik dalam menimba ilmu.



Di pagi hari, beliau menghadiri pelajaran fikih, beliau berjalan kaki dari rumah ke tempat belajar yang berjarak sekitar 6 KM pulang dan pergi. Beliau berjalan kaki karena terkadang tidak mendapatkan alat transportasi, terkadang karena beliau tidak punya ongkosnya, terkadang juga karena beliau mamang ingin berjalan kaki. Beliau menyibukkan diri di sepanjang jalan dengan tasmi' sejumlah matan ilmiah.



Pukul delapan, beliau pergi ke tempat pekerjaan pertama, beliau membeli makanan untuk sarapan, kemudian mulai mudzakarah, demikian sampai empat atau lima jam. Di tempat tersebut beliau mempelajari materi-materi persiapan magister, dan membaca banyak kitab-kitab Ushul Fiqh.



Setelah Asar beliau melangkah menuju ke pekerjaan kedua, yaitu di Tahfidz Al-Qur'an, mengajari anak-anak kecil.



Setelah Maghrib beliau menemui saudaranya, beliau mengajarinya Ushul Fiqh. Setelah Isya beliau kembali pulang ke rumah, untuk mengisi sebagian malam dengan membaca atau bahts.



Beliau menyebutkan bahwa sekalipun beliau merasakan kondisi sedih, tertekan, dan suram di hari-hari itu, demikian bahasa beliau, tetapi menurut beliau itu adalah hari-hari yang benarbenar indah.



18



Setelah menyebutkan pengalaman di atas, beliau menjelaskan bahwa tidak sedang bermaksud menceritakan kisah hidup atau biografi yang heroik nan menawan. Bahkan beliau menganggap bahwa perjuangan tersebut masih belum dihitung perjuangan sejati dalam menuntut ilmu. Beliau hanya ingin menunjukkan bahwa tidak semestinya kita menggantungkan semangat belajar pada luangnya waktu agar bisa mencurahkan seluruhnya untuk belajar.



Karena saat sibuk dan kondisi sulit pun sebenarnya kita masih bisa tetap belajar, dengan kesungguhan dan pertolongan Allah.



Beliau menuliskan kisah ini pada tahun 2015, beliau berasal dari Mesir dan sekarang tinggal di Indonesia tepatnya di Depok, beliau mengajarkan ilmunya di sana. Semoga Allah menjaga beliau.



---



19



Suka Membaca, Tapi…



Terkadang kita bergumam. Saya sebenarnya suka membaca buku, tapi tidak banyak memetik faedah dari buku yang saya baca. Atau saya sebenarnya ingin menjadi pembaca, tetapi setiap kali membaca buku, seakan-akan isi maklumat buku tersebut menguap begitu saja ke udara, tidak bertahan di ingatan, selalu lupa. Apalagi buku-buku yang tebal. Mengapa ini bisa terjadi? Apakah saya termasuk bukan tipe pembaca yang baik?



Sangat penting kita ketahui, di sana banyak pembaca, bahkan mayoritas pembaca, pun mengalami hal ini, yaitu maklumat yang menguap dari ingatan. Karena bagaimanapun juga, membaca tidak sama dengan menghafal. Jika ada orang hafal dengan sekali baca dan melekat kuat di ingatannya, maka mereka adalah orang spesial. Jadi problem ini bukan karena ingatan kita lemah atau semisalnya. Jangankan membaca, orang menghafal juga bisa lupa!



Sebenarnya ada banyak solusi untuk mengatasi lupa setelah membaca, baik teori maupun hasil pengalaman. Walaupun tidak seratus persen, tetapi setidaknya mengurangi masalah di atas. Kita akan menyebutkan dua di antaranya. 20



Cara Pertama :



Kita ambil buku lalu kita baca buku tersebut sementara di tangan kita ada pena atau pensil. Kita letakkan garis bawah setiap kali menemukan ilmu atau maklumat baru. Jika tidak suka garis bawah, bisa dengan tanda kurung.



Setelah tamat membaca, dengan garis bawah atau tanda kurung di atas. Apakah pekerjaan kita sudah selesai? Tentu saja belum.



Kita mesti membaca lagi untuk yang kedua kalinya. Tetapi kali ini, kita hanya membaca bagian yang ada tanda garis bawah atau tanda kurung. Cukup bagian itu saja. Nah, di bacaan kedua ini, kita ambil pena dengan warna tinta yang baru. Bisa juga dengan membuat tanda yang baru. Yang penting kita bisa menentukan dan memberi tanda maklumat yang benar-benar baru dan penting.



Setelah itu..



Kita letakkan buku tersebut untuk beberapa waktu. Mungkin satu tahun, dua tahun, atau setelah beberapa bulan. Kemudian kita ambil lagi, tetapi untuk membaca kali ketiga dan seterusnya, kita hanya akan membaca ringkasan atau poin-poin utama.



Tentu saja, jika buku tersebut sangat berbobot atau buku penting di bidangnya, tidak cukup dengan pemberian tanda. Tapi sebaiknya kita ringkas pokok-pokok pembahasannya. Karena tanda yang kita buat hanya menunjukkan maklumat penting, tapi terpisah-pisah. Jika kita ingin mengingat isi buku tersebut lebih baik, tentu kita perlu membuat ringkasan. Baik di buku khusus, 21



atau menggunakan kertas kosong yang biasanya di awal atau akhir buku itu sendiri. Kita buat ringkasan singkat saja, mungkin sekitar tiga sampai lima halaman.



Ringkasan itulah yang akan kita baca secara berkala. Mungkin setiap tahun atau beberapa bulan sekali.



Cara ini tergolong mudah dan tidak membuat jenuh atau malas membaca.



Ada cara lain, tapi sedikit lebih sulit, sehingga tidak semua orang bersungguh-sungguh melakukannya. Padahal tentu faedahnya lebih banyak.



Cara Kedua:



Membaca ulang buku tersebut secara menyeluruh. Inilah yang ditempuh oleh para ulama, para pembaca atau orang-orang yang berwawasan luas. Mereka membaca kitab berkali-kali, tiga, empat, lima, bahkan puluhan hingga ratusan kali. Tergantung seberapa penting buku tersebut dan sejauh mana kemampuan mengingat maklumat.



Jika kita bisa membaca "banyak buku" dan mendapatkan "banyak faedah", tentunya ini yang terbaik. Tetapi jika harus memilih, maka pilihlah "banyak faedah".



--22



Mana Yang Lebih Bagus?



Disebutkan ada seorang pemburu yang mahir, suatu hari ia melihat kawanan rusa, seharusnya tidak susah memburu kumpulan rusa tersebut, tapi ternyata tidak demikian, justru ia tidak mendapatkan apa-apa, karena banyaknya kawanan rusa tersebut justru membuatnya bingung, mana yang harus ia bidik.



Permisalan ini tercantum dalam bait:



‫تكاثرت الظباء على خراش‬ ‫فما يدري خراش ما يصيد‬ Fenomena ini juga terkadang dialami oleh penuntut ilmu.



Contohnya, ketika ingin memulai belajar suatu bidang ilmu, pertanyaan yang kerap terlintas biasanya adalah: 23



"Kitab apa yang paling bagus untuk belajar fikih?" "Apa urutan atau tingkatan kitab dalam mempelajari nahwu?" "Matan apa yang pertama kali harus saya hafalkan?" "Kitab apa yang harus saya baca sekarang?" "Mana yang lebih bagus kitab A, kitab B, atau kitab C?"



Pertanyaan-pertanyaan di atas memang tidak ada yang keliru, justru di satu sisi setidaknya menunjukkan ada semangat belajar, juga ada usaha konsultasi kepada ahlinya untuk menempuh jalan yang benar.



Tetapi, bisa juga menyeret ke jebakan yang rumit dan membingungkan. Hari demi hari sibuk memikirkan mana yang lebih bagus? Siang malam waktu habis untuk menimbangnimbang mana yang terbaik?



Waktu terus berjalan..



Bahkan bisa jadi sekian tahun tidak melangkah, tidak pernah memulai untuk membaca dan menghafal.. karena bingung menentukan "dari mana saya memulai?"



Padahal sekiranya segera melangkah, dalam tahun-tahun tersebut, banyak kitab yang ia baca, matan yang ia hafalkan, pelajaran yang ia selesaikan.



Kondisi semacam ini membuat Ibnu Khaldun menulis pernyataan yang unik dalam Mukaddimahnya: 24



‫كثرة التآليف في العلوم عائقة عن التحصيل‬ "Banyaknya kitab dalam setiap ilmu adalah penghalang untuk mendapatkan ilmu"



Menentukan kitab yang lebih bagus, apalagi yang terbagus, bukan sesuatu yang mudah, bahkan terkadang mustahil, tentu setiap kitab memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak ada karya manusia yang sempurna.



Mendapatkan dan melakukan yang terbaik adalah harapan setiap orang, tetapi kita juga perlu menyadari, waktu terus berjalan.. kesempatan tidak terulang dan usia kita terbatas.



Jika datang kesempatan untuk melakukan hal yang baik, segera lakukan.



Jika angin berhembus maka segera bentangkan layar perahumu, karena setiap layar yang berkibar pasti ada masanya diam.



‫إذا هبت ر ياحك فاغتنمها‬ ‫فإن لكل خافقة سكون‬ Kesalahan dalam melakukan pekerjaan atau dalam belajar merupakan sesuatu yang wajar, dengan berjalannya waktu, kita bisa memperbaikinya satu per satu. 25



Orang yang takut salah, tidak akan pernah melakukan apa-apa, juga tidak akan pernah belajar.



‫الإتقان لا حد له والأخطاء تصحح مع الزمن‬ Terbaik itu tidak ada batasnya, setiap yang terbaik pasti ada lagi yang lebih baik darinya. Sehingga seorang mengatakan:



‫الأحسن عدوٌ للحسن‬ Betapa sering karena mengejar kesempurnaan, akhirnya sedikit kebaikan yang dikerjakan, atau bahkan tidak melakukan apapun.



‫ل الأعمال‬ َ ‫ل جلي‬ ِ ‫كم حجبَ طلبُ ال كما‬ Jadi.. Selama itu baik dan bermanfaat, segera melangkah.. Jangan lagi jebakan "Mana Yang Lebih Bagus" membuat kita kehilangan banyak kesempatan emas.



---



26



Tidak Selamanya Harus Berdebat



Ketika disebut istilah "memerangi syubhat", seringkali yang tergambar dalam pikiran kita adalah: perdebatan, bantahmembantah, atau adu argumentasi.



Padahal, justru cara terbaik dalam memerangi dan menghancurkan syubhat atau pemikiran menyimpang adalah membangun dan mengokohkan pemahaman yang benar.



Ketika matahari telah menyinari dunia, tidak perlu mencari korek api untuk menyalakan lilin.



Dengan kata lain, ketika petunjuk jalan telah terpasang dan tersebar di mana-mana, maka semua orang bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah, mana jalan dan mana jurang, kemudian ke mana ia harus berjalan. Semua orang bisa melakukannya sendiri, selama rambu-rambu tersebut jelas dan mudah dipahami.



27



Terlebih lagi, syubhat tidak akan pernah habis, tumbang satu maka tumbuh yang lain, satu patah nanti akan muncul bentukbentuk dan warna-warna yang baru.



Sedangkan kebenaran hanya satu. Kebenaran sudah sempurna, tampak, dan jelas. Islam sudah sempurna; baik aqidah, ibadah, hukum syariat, akhlak sesama manusia maupun urusan kehidupan pribadi.



Serius dalam menjelaskan kesempurnaan dan keindahan agama Islam adalah cara terbaik dalam memerangi segala syubhat. Yaitu dengan menerangkan dalil-dalil syar'i, hukum-hukum, dan kaidah-kaidah yang terkandung di dalamnya.



Sekalipun dalam beberapa kondisi, dibutuhkan perincian secara spesifik untuk membantah syubhat tertentu. Sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama. Cara ini juga disebutkan dalam Kitabullah, misalnya ketika membantah syubhat kebatilan dalam kesyirikan baik rububiyah atau uluhiyah.



Syaikh Yusuf Al-Ghafis hafizahullah mengemukakan dalam salah satu majelis beliau:



Orang-orang yang masuk Islam di zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam hingga hari ini, bahkan sampai hari kiamat nanti. Apakah syubhat-syubhat mereka sudah terpatahkan semua?



Dalam artian: syubhat mereka dibentangkan di hadapan seorang alim, lalu dibantah satu persatu hingga habis, kemudian mereka puas dengan setiap jawabannya.



28



Apakah mereka masuk Islam dengan cara semacam itu?



Walaupun tidak dapat dipungkiri, dalam sebagian momen perdebatan, ada sebagian orang non muslim yang memeluk Islam.



Namun, ada pertanyaan penting. Apakah fakta menunjukkan bahwa mayoritas manusia yang memeluk Islam adalah disebabkan mereka hadir dalam komunitas yang didirikan untuk memerangi syubhat, kemudian setelah terjadi diskusi dan perdebatan, akhirnya mereka bersyahadat?



Keimanan adalah cahaya



Salah satu pertanyaan Raja Romawi Heraklius kepada Abu Sufyan, "Apakah ada sahabat Nabi yang murtad setelah mengikuti agama beliau?", Abu Sufyan menjawab, "Tidak", lantas Heraklius mengomentari, "Demikianlah jika keimanan telah masuk dalam dada manusia".



Seorang yang sekian lama berada dalam kegelapan lalu akhirnya melihat cahaya, apakah ia segera mencari sebab-sebab kegelapan? Atau memikirkan hal-hal tertentu? Ataukah bergegas berjalan menuju cahaya tersebut tanpa berpikir panjang?



Kebenaran yang diemban oleh para utusan Allah dan terkandung dalam kitab-kitab suci adalah cahaya. Siapa pun yang menyelisihinya pasti terperosok dalam kegelapan.



29



Maka...



Jalan utama untuk menyebarkan kebenaran adalah membangunnya dan menjelaskannya dengan cara yang baik. Dibangun di atas dalil-dalil yang shahih, kaidah-kaidah yang kokoh, maqashid syariat, kemaslahatan, dan akhlak yang mulia.



Dinding benteng yang kokoh tidak akan pernah hancur dengan serangan anak panah.



Wallahu a'lam.



---



30



Awalnya Memang Menyakitkan



Adakah orang yang tidak tersakiti, jika justru yang menyerang habis-habisan adalah kawan-kawan dekatnya?



Adakah orang yang tidak terganggu, ketika orang-orang di sekitarnya menjatuhkan dan menghancurkan semangatnya?



Kawan yang seharusnya memberi support, menolong, dan membantu, tetapi malah menjatuhkan dan memojokkan.



Jalan kesuksesan penuh dengan rintangan. Tidak mudah menjadi pahlawan, karena nyawa adalah taruhannya.



‫لولا المشقة ساد الناس كلهم‬ ‫الجود يفقر والإقدام قتال‬



31



Begitulah... Siapapun yang bergerak dari titik nol menuju garis kesuksesan, semakin melangkah, maka semakin banyak kawan yang harus ia tinggalkan. Semakin berjalan ke depan, maka semakin banyak teman yang berada di belakang.



Sampai ketika mendekati target, mungkin kawan yang tersisa bisa dihitung jari, atau mungkin akhirnya adalah melangkah sendiri.



Kafilah harus tetap berjalan



Orang-orang yang tidak memiliki tujuan, jika kau dengarkan ocehan mereka, selamanya kau akan menjadi orang kecil, tidak akan pernah menjadi orang yang bermakna.



‫ومن يتهيب صعود الجبال‬ ‫يعش أبد الدهر بين الحفر‬ Yakinlah, jika mereka benar-benar sahabatmu, pasti mereka berjalan bersamamu atau minimal mendukungmu saat kau berjalan menuju kesuksesan.



‫ والقافلة تسير‬...‫دع الكلاب تنبح‬ Tetaplah berjalan! Biarkan orang-orang meninggalkanmu. Karena mengikuti mereka; berarti tidak ada lagi belajar, tidak ada lagi cita-cita, dan tidak ada lagi karya. Habis sudah. 32



‫ومن قصد البحر استقل السواقيا‬ Sahabat lama memang habis. Tapi suatu hari kau akan segera menemukan alam yang baru, kawan yang baru, dan orang-orang yang baru; dengan pemikiran yang besar, mimpi yang besar dan karya-karya yang besar pula.



‫لأستسهلن الصعب أو أدرك المنى‬ ‫فما انقادت الآمال إلا لصابر‬



‫تهون علينا في المعالي نفوسنا‬ ‫ومن يخطب الحسناء لم يغله المهر‬ Hati-hati terseret ombak!



Kehidupan di dunia penuh dengan gelombang; baik pemikiran, pergerakan, maupun lainnya. Pasang surut. Selalu berubah-ubah. Itulah dunia. Maka orang yang memiliki target tidak boleh mudah terseret arus. Harus berpendirian kuat.



Masa muda adalah fase manusia membangun pondasi. Banyak aktivitas, cepat bergerak, dan semangat membara. Maka mereka harus terarah.



33



!... ‫! وإياك والتلون‬... ‫لا تكونوا إمعة‬ Semakin banyak berubah-ubah; satu tugas belum selesai, pindah ke pekerjaan lain, orang-orang ke kanan, ikut ke kanan, orangorang ke kiri, ikut ke kiri, maka tujuan tidak akan pernah tercapai. Mustahil ada perkerjaan yang tuntas.



Demikian kurang lebih inti cuplikan materi yang disampaikan Syaikh Shalih Alu Syaikh hafizahullah dalam pertemuan itu. Ketika mengisahkan pengalaman di masa muda beliau.



Pahit memang... tapi itu tidak lama.



‫ومن لم يذق مر التعلم ساعة‬ ‫تجرع ذل الجهل طول حياته‬ Kuncinya adalah tujuan yang jelas



Cita-cita harus tinggi...



‫إذا غامرت في شرف مروم‬ ‫فلا تقنع بنا دون النجوم‬



34



‫كن رجلا ً رجله في الثرى‬ ‫وهامة همته في الثر يا‬ Jika tujuan kita jelas, maka...



Apa yang harus dilakukan? Bagaimana jalan yang akan ditempuh? Berapa waktu yang harus disediakan? Siapa yang akan menjadi teman? Semuanya pun menjadi jelas dan terukur.



Tentukan tujuanmu, langkahkan kakimu, dan mohonlah pertolongan kepada Rabb-mu.



‫بقدر ال كد تكتسب المعالي‬ ‫ومن طلب العلا سهر الليالي‬ ‫ومن رام العلا من غير كد‬ ‫أضاع العمر في طلب المحال‬ ً ‫تروم العز ثم تنام ليلا‬ ‫يغوص البحر من طلب اللآلي‬



35



Kebahagiaan barulah dapat dirasakan ketika tujuan sudah tercapai.



! ‫لا شيء يضاهي لذة الإنجاز‬ Tidak ada yang dapat menyamai kenikmatan tatkala tujuan tercapai, di saat itu kau petik buah manis perjuanganmu, di saat itu kau lupakan segala jerih payahmu.



Semoga Allah memberi petunjuk.



---



36



Melampaui Ekspektasi



• Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham.



Bagaimana bisa?



Para sahabat Nabi pun dahulu pun melontarkan pertanyaan serupa.



Berikut penjelasannya:



، ِ ‫ض مالِه‬ ِ ‫ل إلى ع ُر‬ ٌ ‫ق رج‬ َ ‫ وانطل‬، ‫ تص َّ ّدقَ بأحدِهِما‬، ‫ن‬ ِ ‫ل درهما‬ ٍ ‫كانَ لرج‬ ‫ألف دره ٍم فتص َّ ّدقَ بِها‬ ِ َ ‫فأخذَ منه ُ مائة‬ "Seorang memiliki dua dirham, ia ambil satu lalu ia sedekahkan. Ada orang lain menuju ke hartanya yang melimpah, lalu ia ambil seratus ribu dan ia sedekahkan." Demikian penjelasan Rasulullah 37



shalallahu alaihi wasallam. (HR. Nasa'i 2527 dan Ahmad 8929 dengan sanad hasan)



• Seorang tidur sepanjang malam, tetapi mendapatkan pahala shalat malam.



Bagaimana mungkin?



Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menerangkan:



َّ ٌ ‫ل يغلب ُه ُ عليْها نوم‬ ِ ‫إلا ّ كتبَ لَه ُ أجر ُ صلاتِه‬ ٍ ‫ن امر‬ ٍ ‫ئ تَكونُ لَه ُ صلاة ٌ بلي‬ ِ ‫ما م‬ .ً ‫وَكانَ نوم ُه ُ عليْه ِ صدقة‬



"Tidaklah seorang memiliki kebiasaan shalat malam, lalu suatu malam ketiduran, melainkan dicatat baginya pahala shalat, lalu tidurnya adalah sedekah untuknya." (HR. Nasa'i 1784 dan Abu Dawud 1314 dengan sanad shahih)



• Ada juga orang belum melakukan perbuatan apa-apa, tapi sudah tercatat baginya pahala melakukan kebaikan, bahkan sempurna.



Mengapa bisa terjadi demikian?



Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyebutkan:



38



...ً ‫حسَن َة ًك َام ِلَة‬ َ ُ ‫الل ّه ُ عِنْدَه‬ ّ َّ َ ‫فَم َنْ ه‬ َّ ‫م بِ حَسَنَة ٍ فَلَمْ يَعْم َلْه َا كَتَبَهَا‬ "Siapa yang berkeinginan melakukan suatu kebaikan, tetapi tidak melakukannya, maka Allah catat baginya pahala kebaikan yang sempurna." (HR. Bukhari 6491 dan Muslim 131)



• Seorang wafat di ranjang tidurnya, tetapi dicatat sebagai seorang yang mati syahid.



Bagaimana caranya?



Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:



َ‫ل ال ُّش ّه َداء ِ وإ ْن مات‬ َ ِ‫ق َّبل ّغه ُ الل ّه ُ منَاز‬ ٍ ‫الل ّه تَع َالَى ال َّش ّه َادة َ ب ِصِ ْد‬ َ َ‫م َنْ سأ‬ َّ ‫ل‬ .ِ ‫شه‬ ِ ‫على ف ِرا‬



"Siapapun yang meminta Allah mati syahid dengan jujur, maka Allah meletakkannya di derajat para syuhada, sekalipun ia wafat di atas ranjangnya." (HR. Muslim 1909)



ْ‫يخ ْر ُج‬ َ ْ‫ض م ُرَاغ َمًا كَث ِير ًا وَسَع َة ً وَم َن‬ ِ ْ‫يج ِ ْد فِي الْأَ ر‬ َ ِ ‫الل ّه‬ ِ ‫وَم َنْ يُهَا‬ ِ ‫ج ْر فِي سَب ِي‬ َّ ‫ل‬



ِ ‫الل ّه‬ ْ ‫الل ّه ِ وَرَسُولِه ِ ث َُّم ّ ي ُ ْدرِكْه ُ ال ْمَوْتُ فَقَ ْد و َق َ َع َأ‬ ِ ‫م ِنْ بَي ْتِه ِ مُهَا‬ َّ ‫جرُه ُ عَلَى‬ َّ ‫جر ًا ِإلَى‬



‫الل ّه ُ غَف ُور ًا رَحِيم ًا‬ َّ َ‫وَك َان‬



39



"Dan siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di Bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nisa' 100)



Jabir radhiyallahu 'anhu mengisahkan:



‫ن بالمَدِينَة ِ لَرِج َال ًا ما‬ ّ َّ ‫ إ‬:َ‫ ف َقال‬،ٍ ‫س َّل ّم َ في غ ََزاة‬ َ َ ‫الل ّه ُ عليه و‬ َّ ‫ك َُّن ّا مع النب ِيّ ص ََّل ّى‬ .‫َض‬ ُ ‫ ح َب َسَهُم ُ المَر‬،ْ‫ إ َّلّا ك َانُوا معكُم‬،‫ وَل َا قَطَعْتُم ْ و َادِي ًا‬،‫سِرْتُم ْ مَسِير ًا‬



Kami bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam satu peperangan, beliau mengatakan: "Sesungguhnya ada beberapa orang di Madinah yang selalu bersama kalian, setiap kali kalian berjalan maupun melintasi lembah, mereka tertahan di sana karena sakit." (HR. Muslim 1911)



Semua itu karena sesuatu yang terdapat di dalam hati. Niat, keikhlasan, kejujuran, pengagungan syariat dan semangat melakukan kebaikan.



Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjelaskan: "Takwa ada di sini!" Seraya beliau menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali. (HR. Muslim 2564)



Ibnul Mubarak rahimahullah menyatakan:



40



‫رب عمل صغير تكبره النية‬ ‫‪"Betapa banyak amalan kecil yang menjadi besar karena niatnya".‬‬ ‫)‪(Tarikh, Ad-Dzahabi‬‬



‫يا راحلين إلي البيت العتيق لقد‬ ‫سرتم جسوما وسرنا نحن أرواحا‬ ‫إنا أقمنا على عذر وع ن قدر‬ ‫ومن أقاـم على عذر فق د راحاـ‬ ‫‪Yang terlihat boleh sederhana, tapi semangat di dalam dada‬‬ ‫‪harus melampaui angkasa.‬‬



‫من لي بمثل سيرك المدلل‬ ‫تمشي رويدا وتجيء في الأول‬ ‫‪---‬‬



‫‪41‬‬



Speed Reading



Atau membaca cepat, adalah metode yang sangat tepat dan bagus bila diterapkan untuk membaca buku-buku yang mengajari "Speed Reading".



Tidak masalah juga bila diterapkan untuk membaca kertas-kertas "Nota Belanja" atau kolom-kolom "Berita Harian".



Tetapi membaca buku-buku ilmiah dan kitab-kitab ulama dengan metode Speed Reading, maka itu perbuatan kriminal, ibarat berkendara kebut-kebutan di jalanan kota yang ramai dan penuh rambu-rambu. Apalagi dengan rute yang belum ia kenali.



---



42



Kapan Saya Lulus?



Sadarlah, belajar dan menuntut ilmu bukan untuk mencari hari kelulusan.



Jika dalam kuliah, yang terpikir adalah segera lulus, mendapatkan nilai bagus, lalu otomatis menjadi ulama besar, bisa berfatwa dalam segala hal. Maka berhentilah, cari pekerjaan lain saja.



Jika dalam kuliah, yang terbayang adalah segera lulus, lalu menjadi ustadz terkenal, pemasukan lancar, pelayanan sempurna. Maka beristighfarlah, segera bertaubat.



Ikhlaskan niat dan nikmati proses belajar, menuntut ilmu adalah ibadah.



Tidak baik tergesa-gesa memetik buah yang belum matang, apalagi memaksa tanaman yang baru tumbuh untuk segera berbuah. 43



Berjuang mengerahkan segala hal agar bisa kuliah, setelah diterima dan mulai kuliah malah berfikir "kapan saya lulus?"



Apa yang kau cari kawan?



---



44



Virus-Virus Yang Melemahkan Pelajar



Ada banyak virus yang kapan saja dapat menyerang para pelajar, maka perlu kewaspadaan.



Di antaranya adalah:



1. Terlalu bergantung dengan masa depan, padahal setiap hari ada kesempatan untuk belajar, tetapi tidak pernah memulai, alasannya adalah menunggu waktu yang tepat. Yang terjadi adalah waktu terus berjalan, lalu dengan bertambah usia, berarti kesibukan dan rintangan juga semakin bertambah.



2. Terlalu mengandalkan kecerdasan, pemahaman yang tajam, hafalan yang cepat, dan seterusnya. Artinya menganggap dirinya memiliki kemampuan lebih, sehingga selalu meremehkan dan tidak belajar dengan serius.



3. Sering berpindah-pindah tanpa alasan, baik dari satu bidang ilmu ke ilmu lain padahal belum menguasai ilmu yang 45



sebelumnya, atau dari satu guru ke guru lain padahal baru memulai, atau dari satu kitab ke kitab lain tanpa sebab.



4. Godaan manisnya dunia, sehingga setiap langkah selalu membuntuti setiap pemegang kunci kemewahan dunia, dan selalu berhenti di depan pintu mereka.



5. Ambisi merebut kursi kekuasaan, sehingga konsentrasi terpecah, padahal seandainya fokus dengan belajarnya, tentu hasilnya lebih baik. Termasuk segala hal yang mengusik ketenangan pikiran, itu semua menahan laju proses belajar.



Semoga Allah memberikan keikhlasan, pentunjuk dan menjaga kita dari segala penyakit, baik lahir maupun batin.



Poin-poin utama di atas tercantum dalam kitab Fathu Maula AlMawahib 'Ala Hidayah Ar-Raghib 1/83.



---



46



Kapan Lagi Kalau Tidak Sekarang?



Hari-hari kuliah adalah waktu yang tepat untuk membangun kebiasaan ilmiah. Membaca, menghafal, murojaah, diskusi ilmiah dan seterusnya.



Jika kita sudah terbiasa membaca kitab, maka seterusnya kita akan terus rajin membaca, walaupun sudah lulus kuliah, meskipun tidak ada ujian kelas.



Kebiasaan banyak bermain, bersenda gurau, bersantai-santai, sebaiknya dikurangi sejak sekarang.



Ingat...!



Membaca kitab, menghafal matan, dan mempelajarinya itu sangat menyenangkan. Jika kita belum merasakannya, berarti kita belum melakukannya dengan benar. Terus mencoba dan berlatih.



47



Imam As-Syathibi dalam Al-Muwafaqat menyatakan:



‫إن في العلم بالأشياء لذة لا توازيها لذة‬ (Seorang kawan memulai kuliah meminta nasehat, dalam hadits dikatakan "Jika ada orang yang meminta nasehat maka berilah nasehat".)



---



48



Meninggal Dunia Tetapi Pahala Mengalir Tiada Henti



Ingin sedekah, zakat, infaq... Tetapi tidak memiliki kecukupan harta. Bukan berarti tidak ada kesempatan beramal kebaikan, bukan juga berarti tidak ada harapan mencapai kedudukan mulia.



Ibnul Mubarak rahimahullah menuturkan:



‫لا أعلم بعد النبوة درجة أفضل من بث العلم‬ "Aku tidak mengetahui setelah kenabian kedudukan yang lebih utama dibandingkan menyebarkan ilmu". (Tahdzib Al-Kamal 16/20)



Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan: 49



"Dermawan dengan menyebarkan ilmu adalah termasuk tingkatan tertinggi dalam kedermawanan. Berderma dengan ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu lebih mulia dibandingkan harta". (Madarij As-Salikin 2/217)



Jika ingin pahala mengalir tiada henti... Walaupun nyawa telah terpisah dari badan, meskipun tubuh tak kuasa melakukan apapun. Maka sebarkanlah ilmu, selama ilmu tersebut bermanfaat.



Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan:



‫من أحب أن لا ينقطع عمله بعد موته فلينشر العلم‬ "Siapapun yang ingin amalnya tidak terputus setelah kematiannya, maka hendaknya ia menyebarkan ilmu". (AtTadzkirah hlm. 55)



Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:



‫من دل على خير فله مثل أجر فاعله‬ "Siapa saja orang yang menunjukkan orang lain kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala semisal pahala orang yang melakukannya". (Riwayat Muslim 1893)



50



Ilmu semakin dibagikan, maka semakin bertambah. Justru jika disimpan, ilmu tersebut berkurang.



‫يزيد بكثرة الإنفاق منه‬ ‫وينقص إن به كفا شددتا‬ Jika kita cermati, lafal-lafal di atas menunjukkan bahwa siapa saja yang "menyebarkan" ilmu, atau "mengarahkan" seseorang pada kebaikan, sudah masuk dan mendapatkan keutamaan yang agung, jadi tidak mesti dengan "mengajarkan".



---



51



Apa Saja Yang Perlu Kita Hafal?



Kita tidak mungkin menghafalkan segala pengetahuan, sehebat apapun kecerdasan yang kita miliki. Karena lautan ilmu sangat luas dan dalam, sementara usia kita pendek dan banyak yang harus kita kerjakan. Maka yang perlu diperhitungkan adalah = seberapa penting sesuatu tersebut untuk kita hafalkan.



Apa saja yang perlu kita hafal?



Jika kita mendapati suatu pembahasan yang penting, kemudian sering terulang, sementara tidak mudah bagi kita untuk membuka sumbernya berulang kali, maka saat itulah materi tersebut harus dihafal.



Di antara materi yang penting dihafal:



- Hadits-hadits pilihan - Matan-matan ilmiah 52



- Bait-bait pendek tetapi mencakup - Ta'rifat istilah-istilah ilmiah - Rumus-rumus penting



Tentunya Al-Qur'an adalah kitab pertama yang harus kita hafalkan, karena itu adalah Kalamullah, tidak ada ucapan makhluk yang mendekati keagungan dan keutamaannya.



Jangan berhenti menghafalkan materi-materi yang bermanfaat, walaupun saat ini tidak ada yang memintanya; baik dalam soalsoal ujian, perlombaan, atau semisalnya.



Mari menghafal sesuatu yang bermanfaat, walaupun manfaatnya nanti kita petik di masa mendatang. Tidak perlu terburu-buru memanen apa yang sedang kita tanam.



Jangan lupa, bukan tentang seberapa cepat kita menghafalkan, bukan pula seberapa banyak materi yang pernah kita hafal, tetapi yang terpenting adalah = seberapa kuat hafalan tersebut kita ingat.



---



53



Baca Dulu Syarahnya



Penyebab utama kesalahan yang sering terjadi dalam terjemahan hadits adalah karena penerjemah hanya bersandar pada kosa kata umum atau hanya merujuk ke kamus bahasa.



Seandainya penerjemah merujuk ke kitab-kitab syarah hadits niscaya kesalahan tersebut dapat dihindari.



Memang butuh usaha lebih. Karena siapa yang bertanggung jawab jika pembaca salah dalam memahami ucapan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam?



Jadi, sebelum menerjemahkan hadits, baca dulu syarahnya.



---



54



Tabiat Ilmu



Semakin tinggi tingkatan suatu bidang ilmu, maka semakin membutuhkan perjuangan dan keseriusan. Sehingga otomatis semakin sedikit juga yang bertahan dan bersabar. Seandainya tidak demikian, tentu semua orang yang 'pernah' belajar akan menjadi ulama.



Sebagai seorang muslim...



Tentu percaya dengan janji Penciptanya subhanahu wa ta'ala:



‫يرفع الل ّه الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات‬ Dan percaya dengan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:



‫من سلك طر يقا يلتمس فيه علما سهل الل ّه له به طر يقا إلى الجنة‬ 55



Maka bersabarlah dalam perjuangan dan jangan menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak penting.



---



56



Kalau Tidak Mau Lupa Ya Jangan Menghafal



Satu hal yang cukup menarik dari kisah biografi Imam As-Sya'bi rahimahullah, beliau adalah ulama besar yang memiliki hafalan luar biasa.



Sehebat apakah hafalan beliau? Mari kita simak penuturan beliau sendiri:



‫ما كتبت سوداء في بيضاء إلى يومي هذا ولا حدثني رجل بحديث قط‬ .‫إلا حفظته ولا أحببت أن يعيده علي‬



"Aku tidak pernah menulis apapun di kertas sampai hari ini, kemudian tak seorangpun membacakan hadits melainkan aku hafal, dan aku tidak ingin dia membacanya ulang".



57



Hafalan sedemikan hebat, bukan berarti beliau tidak pernah lupa. Justru ilmu yang beliau lupakan juga sangat banyak.



Seberapa banyak lupa beliau? Beliau sebutkan bahwa ilmu yang beliau lupakan sampai pada tingkat:



.‫ولقد نسيت من العلم ما لو حفظه رجل لكان به عالما‬



"Sesungguhnya aku banyak melupakan ilmu, yang seandainya ada orang menghafalnya (yang aku lupakan), niscaya dia menjadi orang alim".



( Lihat Tarikhul Islam karya Ad-Dzahabi 7/125-126 )



Syaikh Dr. Muhammad Hasan As-Syinqithi hafizahullah, mengingatkan kami di majelis Ushul Fiqh di rumah beliau, bahwa salah dan lupa yang terjadi pada orang yang menyampaikan ilmu berdasarkan hafalan adalah sesuatu yang wajar. Beliau tidak keberatan mengatakan demikian, padahal beliau sendiri sejak kecil terdidik untuk menghafal berbagai ilmu sebagaimana kebanyakan ulama dari Syinqith-Mauritania.



Tidak perlu berkecil hati ketika ada hafalan yang lupa. Satusatunya cara agar tidak pernah lupa adalah jangan pernah menghafal. Jika tidak ada yang dihafal pasti tidak ada yang dilupakan.



58



Sekalipun demikian, bukan berarti tidak perlu murojaah. Karena rajin menghafal tanpa memurojaah ibarat berburu rusa lalu setelah tertangkap segera dilepaskan lagi.



---



59



Belajar Bahasa Arab, Sampai Kapan? Salah satu penyakit yang banyak menjangkiti penuntut ilmu adalah tidak sabar mempelajari ilmu alat (dasar-dasar ilmu).



Misalnya, baru lima atau enam tahun belajar nahwu dan sharaf, tapi sudah merasa pandai. Apalagi hanya mengikuti kursuskursus Bahasa Arab yang ditargetkan selesai dalam beberapa bulan.



Jelas tidak cukup...



Bukan berarti pogramnya seratus persen salah. Tetapi kesalahannya adalah di saat pelajar merasa cukup dengan program-program singkat tersebut, kemudian tidak berusaha melanjutkan langkahnya.



Imam Syafi'i rahimahullah mengatakan:



‫آفة العلم الملل وقلة صبره على الدرس والنظر‬ 60



"Penyakit ilmu adalah rasa bosan dan sedikit kesabaran dalam belajar dan meneliti". [ Juz' Fihi Hikayah, Al-Ajuri no. 10 ]



Tidak salah jika kita ingin takhassus di bidang ilmu fikih, aqidah, tafsir, hadits dan seterusnya. Tetapi -sangat- salah jika kita anggap bahwa belajar Bahasa Arab, Ushul Fikih, Musthalah Hadits dan ilmu alat lainnya adalah aktifitas "membuang-buang waktu".



Mari kita cermati baik-baik keterangan Al-Baihaqi tentang perjalanan hidup Imam Syafi'i rahimahullah:



‫ ما‬:‫ وقال‬،‫أقام الشافعي على قراءة العربية وأيام الناس عشرين سنة‬ .‫أردت بهذا إلا الاستعانة على الفقه‬



"Imam Syafi'i menghabiskan waktu untuk mempelajari Bahasa Arab dan sejarah selama 20 tahun. Dan beliau mengatakan: Tidak ada yang aku inginkan dari ini semua kecuali agar membantuku dalam Fikih". [ Manaqib Imam Syafi'i 2/42 ]



Walaupun demikian, bukan berarti orang yang belajarnya lebih lama pasti lebih menguasai daripada orang lain. Karena "cara belajar yang benar" juga perlu diperhatikan. Semoga bisa difahami dengan baik.



--61



Pandai Menukil dan Menerjemahkan



Seandainya kepandaian seseorang dalam menukil dan menerjemahkan menjadikannya ulama, maka saat ini kita tidak perlu lagi susah payah dalam menuntut ilmu.



Dengan kemajuan teknologi, sangat mudah bagi siapapun untuk menukil dari berbagai kitab ulama, tinggal mencari di google. Kemudian jika tidak faham nukilan tersebut tinggal mencari terjemahannya di kamus, walaupun kamus online.



Contohnya: Seseorang mencari jawaban suatu permasalahan dalam bidang fikih, baik ibadah maupun muamalat. Maka ia bisa dan mudah mengakses berbagai kitab, fatwa, taqrirat, dst. Ia bisa menukil ucapan ulama siapapun, dari madzhab manapun, bahkan sangat mudah menemukan puluhan aqwal dalam masalah tersebut.



Kemudian, jika belum faham nukilan tersebut (karena kemampuannya dalam Bahasa Arab belum mumpuni), maka 62



semua orang saat ini memiliki asisten translator. Mencari arti satu kata asing, bahkan menerjemahkan ratusan paragraf, sangat mudah dilakukan dalam sekejap mata.



Tetapi ilmu sama sekali tidak demikian.



Setiap ilmu memiliki "cara belajar", karena itulah kita membutuhkan "guru" dalam belajar, agar ilmu yang kita pelajari benar-benar ilmu. Di sana ada tangga belajar, ada dasar-dasar ilmu yang harus dikuasai, ada istilah-istilah yang berbeda-beda dalam berbagai bidang keilmuan.



Misalnya saja, tidak semua kitab fikih yang ditulis oleh ulama Syafi'iyah atau Hanabilah berarti isinya "mu'tamad" dalam madzhab tersebut. Nah, jika kita belum mengetahui apa saja kitab-kitab yang mu'tamad untuk difatwakan dalam suatu madzhab, mana dipastikan kita akan sembarangan dalam menukil dan menyimpulkannya.



Kemudian istilah dalam setiap ilmu pun tidak bisa difahami berbekal kamus umum, contohnya istilah "aqwal" dan "awjuh", masing-masing memiliki maksud khusus. Selanjutnya tidak semua ulama yang ahli di suatu bidang (misalnya dalam fikih atau lughah), otomatis menjadi rujukan juga di bidang ilmu lainnya (misalnya dalam aqidah atau hadits).



Intinya... Menuntut ilmu tidak bisa dilakukan sembarangan, butuh perjuangan dan kesabaran. Harus bertahap, butuh guru, harus menghafal, menelaah, banyak membaca dan seterusnya.



63



Seandainya mudah, maka semua orang pasti menjadi ulama.



‫لولا المشقة ساد الناس كلهم‬ ‫الجود يفقر والإقدام قتال‬ Kalau tidak ada peperangan, maka tidak akan pernah ada seorang yang menjadi pahlawan. Semoga Allah memberikan taufik dan keikhlasan kepada kita semua.



---



64



Penuntut Ilmu Dan Bukti Cinta Nabi



Setiap muslim harus mencintai Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, terlebih lagi penuntut ilmu (pewaris para Nabi).



Kecintaan tersebut dibuktikan dengan ta'dhim, mengikuti dan meneladani beliau. Cara utama agar kita benar-benar bisa melakukannya adalah dengan [banyak membaca dan mempelajari kisah hidup, sunnah-sunnah, adab dan akhlak, serta mukjizat dan bukti-bukti kenabian beliau] shalallahu alaihi wa sallam.



Bahkan penuntut ilmu yang sudah banyak belajar pun bisa saja "kurang" memiliki rasa cinta dan ta'dhim kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, sebabnya adalah "kurang" perhatian dengan sirah dan syama'il beliau yang mulia.



Walaupun kita sedang mendalami bidang aqidah, fikih, tafsir, ushul, dan lainnya. Kita juga harus rajin membaca sirah nabi.



65



Tidak cukup dengan pengakuan: "saya sudah pernah membacanya".



---



66



Apakah saya harus menyebarkan ilmu, sedangkan ilmu saya belum banyak? Biasanya semakin tinggi suatu pohon, maka semakin susah buahnya dipetik, hanya dipetik orang-orang serius yang bisa dan mau memanjat.



Jadilah pohon yang buahnya mudah dipetik dan tidak harus menunggu tinggi menjulang untuk mulai berbuah.



Tetapi ingat, di saat pohon muda berbuah, ia harus tetap tumbuh besar dan tinggi, agar semakin kokoh, sehingga dapat memberi manfaat lebih banyak. Bahkan walaupun tidak sedang berbuah, pohon yang besar masih dapat menaungi siapapun yang berteduh di bawahnya, itu sudah manfaat yang sangat besar.



Yang penting jangan menjadi pohon yang lemah dan mudah tumbang. Apalagi berduri dan buahnya beracun.



Ramadhan 1442 - Perbanyak amal.



67



Cara Mudah Menghasilkan 1000 Kebaikan Setiap Hari



Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu menceritakan: Dahulu kami di sisi Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, lalu beliau bertanya:



"Apakah salah seorang dari kalian ada yang tidak mampu menghasilkan 1000 kebaikan setiap hari?"



"Bagaiamana cara salah seorang dari kita bisa menghasilkan 1000 kebaikan?" Tanya salah satu sahabat.



Beliau pun menjelaskan:



.‫ أو يحط عنه ألف خطيئة‬،‫ فيكتب له ألف حسنة‬،‫يسبح مائة تسبيحة‬



68



"Dengan bertasbih 100 kali, maka dicatat untuknya 1000 kebaikan atau dihapus darinya 1000 kesalahan."



(HR. Muslim 2698)



---



69



Baca Al-Qur'an Walau Sambil Rebahan



Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan:



.‫ وإني لمضطجعة على السرير‬،]‫إني لأقرأ جزئي [أو قالت حزبي‬



Sesungguhnya aku benar-benar membaca juz-ku [atau hizb-ku], dalam keadaan aku berbaring di atas ranjang.



(Mushannaf Abdur Razzaq 1322, dengan sanad shahih sesuai syarat Bukhari)



---



70



Yuk, Baca Al-Qur’an



1 huruf (bukan 1 ayat) = 10 kebaikan 1 malam = lebih baik dari 1000 bulan



Kalau kita bisa baca ratusan huruf, berapa pahala kebaikan yang akan kita dapatkan?



Yang penting baca, baik sambil duduk, berdiri, berjalan, berbaring, sempatkan baca beberapa ayat walaupun sedang jadwal bekerja atau bahkan sambil menunggu antrian. Kalaupun sedang tidak membawa mushaf, bisa baca dari smartphone.



Tata niat dan jangan sia-siakan kesempatan emas ini.



---



71



Nyarinya di mana ya…?



• Apa saja aktifitas harian para ulama. • Bagaimana para ulama mengatur waktu. • Bagaimana metode membaca, menghafal, diskusi ilmiah dan mengajarkan ilmu yang dilakukan para ulama. • Bagaimana para ulama mengobati futur dan lelah. • Bagaimana cara ulama berinteraksi dengan berbagai macam manusia. • Bagaiamana cara ulama hidup bahagia walaupun dalam kemiskinan berjuang untuk ilmu.



Kalau kita cari di kitab-kitab akidah, tafsir, nahwu, fikih, atau ushul fiqih ya jelas tidak akan kita temukan. Justru aneh seandainya mereka malah menceritakan aktifitas sehari-hari ketika sedang menjelaskan materi ushul fikih misalnya dalam bab "masalikul illah".



72



Kita bisa temukan seluk-beluk kehidupan para ulama tentunya dalam kitab-kitab biografi atau perjalanan hidup ulama. Contohnya kitab "Siyar A'lam Nubala" karya Al-Hafidz AdzDzahabi rahimahullah.



Kitab-kitab yang tidak masuk list muqorror kuliah atau sekolah bukan berarti tidak boleh dibaca.



Kitab-kitab mereka tulis bukan untuk covernya dijadikan "foto profil" atau mendekorasi ruang tamu agar nampak estetik.



---



73



Gara-Gara Tidak Ada Nama Saya



Ketika kita sudah mencapai level tertentu dalam belajar, ilmu yang Allah titipkan kepada kita semakin banyak, artinya kita harus "menyedekahkan" ilmu tersebut kepada orang lain.



Terkadang saat itu kita berfikir, antara ...



F. Saya memulai membuat program ilmiah sendiri, tetapi karena masih baru maka pasti banyak kekurangan. Tetapi ini adalah hasil karya saya dan nama saya tercantum sangat jelas. R. Saya membantu program ilmiah yang sudah berjalan dengan baik dan secara fakta sudah banyak orang yang mengambil manfaat darinya, tetapi saya di dalam program tersebut hanyalah seorang anggota team. Bahkan nama saya mungkin tak pernah disebut.



dari dua pilihan ini mana yang harus saya lakukan?



74



Tentu saja ini adalah "cara berfikir yang keliru".



Seharusnya yang dipertimbangkan adalah mana yang lebih banyak maslahatnya, baik di dunia maupun di akhirat.



• Bisa jadi pilihan F lebih baik, misalnya dengan asumsi program yang akan kita buat konsepnya bagus dan sudah matang. • Bisa jadi pilihan R lebih baik, misalnya jika kita belum memiliki kesiapan untuk membuat program baru. • Bahkan bisa jadi yang terbaik adalah kita menggabungkan antara F dan R, karena kita memiliki waktu yang cukup dan kemampuan yang memadai.



Perlu diingat, jangan sampai "gara-gara tidak ada nama saya" maka saya menjadi manusia yang tidak bermanfaat.



Allahul muwaffiq.



---



75



Seandainya Aku Tidak Sampai



Aku sudah berkeliling ke manapun untuk mendatangi majelis masyaikh dan aku selalu menghadiri durus mereka.



Aku catat setiap faedah, aku murojaah semua pelajaran, intinya aku sudah mencurahkan segala kesungguhanku.



Tetapi ada yang berbisik di telingaku:



"Bagaimana kalau Allah mentakdirkan aku wafat terlebih dahulu, sehingga tidak sampai menjadi alim, apalagi jalan ke sana sangat panjang?"



===



76



Jawabannya adalah:



Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,



‫سوْل ِ ٖه ث َُّم ّ ي ُ ْدرِكْه ُ ال ْمَوْتُ فَقَ ْد و َق َ َع‬ ُ َ ‫جر ًا اِلَى الل ّه ِ وَر‬ ِ ‫وَم َنْ َّيّ خ ْر ُجْ م ِْْۢن بَي ْت ِ ٖه مُهَا‬



ِ ‫جرُه ٗ عَلَى الل ّه‬ ْ َ‫ا‬



Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah.



(QS. An-Nisa': 100)



Semoga Allah memberikan taufik dan keikhlasan serta mewafatkan kita di jalan-Nya.



---



77



Kitab Fikih Bukan Kitab Bacaan Syaikh Ahmad bin Nashir Al-Qu'aimi Al-Hambali pernah menyebutkan faedah berharga:



"‫"كتب الفقه للدراسة لا للقراءة‬



(Kitab-kitab fikih adalah untuk dipelajari bukan untuk sekedar dibaca)



Maksudnya adalah kita tidak bisa hanya membaca sekilas lalu khatam dan dianggap selesai. Tetapi dibaca diulang-ulang, dipelajari mendalam, dan dibahas secara detail.



Beliau mengucapkannya di majelis via Zoom tanggal 26 Syawal 1441 H, semoga Allah menjaganya.



---



78



Ketika Aku Menerangkan



Jika kalian berhasil memahami ilmu atau pelajaran yang aku terangkan, bersyukurlah kepada Allah, ucapan Alhamdulillah, yakinlah bahwa pemahaman adalah rezeki dari-Nya. Semoga dengan syukur kalian tadi, Allah tambahkan rezeki ilmu dan pemahaman kepada kalian. Karena Allah menambahkan rezeki orang yang bersyukur.



Kalian dapat memahami pelajaran bukan murni disebabkan kehebatan ilmu guru kalian atau metode penjelasannya yang terbaik. Semuanya adalah dengan izin dan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala.



Doakan saja aku di saat kalian bermunajat kepada Allah. Tidak perlu banyak memuji di hadapanku langsung, karena itu dapat membuatku ujub.



Keikhlasan guru dan murid adalah kunci utama keberkahan dalam menuntut ilmu.



79



Semoga catatanringkas ini berguna jika aku nanti menjadi guru.



---



80



Belum Mutqin



Syaikh... Aku sudah membaca dua atau tiga syarah untuk satu kitab, tapi aku selesai tanpa dhabt, melainkan hanya maklumat samarsamar. Adakah solusinya?



Jawab: Sesuatu yang sangat wajar, ini normal. Kau akan menghafal dan akan lupa. Kau akan membaca kitab dan selesai seperti keadaan saat mau mulai baca.



Jangan terburu-buru!



Az-Zuhri rahimahullah mengatakan:



81



‫ ثم لا يلبث أن يصير‬،‫إن الرجل ليطلب العلم وقلبه شعب من الشعاب‬ .‫ لا يوضع فيه شيء إلا التهمه‬،‫واديا‬



"Sesungguhnya seseorang menuntut ilmu sementara hatinya hanyalah seluas satu celah gunung, lalu dia terus bertahan sampai menjadi seluas lembah, tidak ada yang diletakkan di sana melainkan dilahap semua."



[ Dr. Abdul Aziz As-Syayi' ]



---



82



Terpaksa Saya Harus Menjawab



Siapa yang tak kenal dengan luas dan dalamnya fikih Imam Malik bin Anas rahimahullah?



Bahkan sampai ada salah satu ungkapan yang masyhur:



ِ ‫ك في المدينة‬ ٌ ‫لا يُفتى ومال‬ "Tidak ada yang boleh berfatwa selama Malik ada di Madinah"



Di balik luas dan dalamnya fikih Imam Malik, beliau adalah ulama yang banyak mengatakan "aku tak tahu".



Diriwayatkan bahwa ada seorang bertanya kepada Imam Malik bin Anas, lalu beliau mengatakan "aku tak tahu", maka penanya tadi berusaha memohon "aku sudah safar melintasi banyak negara untuk menemui engkau", ternyata Imam Malik malah 83



mengatakan "pulanglah ke negaramu dan katakan bahwa aku sudah bertanya kepada Malik lalu dia mengatakan aku tak tahu". (Shaidul Khathir Ibnul Jauzi hlm 189)



Dalam kitab lain dijelaskan bahwa penanya tersebut sudah menempuh masa 6 bulan perjalanan dan di masa itu bisa dikatakan bahwa Imam Malik adalah orang nomer satu dalam ilmu dan fikih.



Maka tidak ada istilah seorang "terpaksa" dalam berfatwa atau menjawab pertanyaan karena:



- Kasihan si penanya sudah berjuang dan berusaha mencari jawaban - Kalau dijawab orang lain yang tak berilmu nanti malah rusak - Masalah ini mendesak, harus segera dijawab agar umat tahu hukumnya - Ini bidang yang saya geluti, kalau saya tak menjawab, lantas siapa lagi yang bisa menjawab?



Tanggung jawab di hadapan Allah jika seorang berbicara tanpa ilmu lebih besar daripada itu semua.



---



84



Tak Perlu Kau Salahkan Gurumu



Terkadang seorang murid merasa ada kegagalan dalam belajarnya. Misalnya ketika sudah lulus tetapi ternyata:



1. Belum hafidz Al-Qur'an Al-Karim 2. Belum banyak menghafalkan Hadits 3. Belum mahir dalam Bahasa Arab 4. Belum menguasai ilmu alat atau ushul 5. Belum mempelajari Fikih dengan benar ... dan seterusnya.



Sebagai murid, terkadang seorang tergesa-gesa menyalahkan guru-guru lamanya atau menyalahkan sistem di tempat dahulu dia belajar ...



Padahal bisa jadi mereka sudah berusaha memberikan yang terbaik. Segala yang mereka berikan adalah hal-hal terbaik yang 85



mereka miliki dan mereka tahu. Seandainya mereka punya dan tahu ada yang lebih baik lagi, niscaya mereka memberikannya. Mereka adalah manusia biasa, mereka bukan makhluk yang sempurna.



Terkadang sebenarnya guru-guru tersebut sudah menyiapkan perahu-perahu, hanya saja murid itulah yang malas berlayar menuju pulau-pulau lain.



Maka siapapun guru yang pernah mengajarimu, selalu doakan kebaikan untuk mereka, jadilah murid yang berbakti dan berterima kasih.



Adapun kekurangan dan ketertinggalan, maka bangkitlah untuk melengkapi dan mengejar. Jadilah penuntut ilmu yang jujur, sesuai dengan yang kau katakan "aku adalah penuntut ilmu!".



---



86



Jangan Menjadi Sabahlala



Dalam sebuah atsar dari Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata:



‫إني لأكره أن أرى الرجل سبهللا لا في عمل دنيا ولا في عمل آخرة‬ "Sesungguhnya aku tidak suka melihat seseorang 'sabahlala' tidak melakukan pekerjaan dunia dan tidak juga melakukan amalan akhirat".



Sabahlala artinya adalah orang yang menganggur, tidak membawa apa-apa, tidak ada yang dikerjakan. (Lihat Lisanul Arab)



Senada dengan ucapan di atas, Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu mengatakan:



87



‫إني لأمقت الرجل أراه فارغا ليس في شيء من عمل دنيا ولا آخرة‬ "Sesungguhnya aku benci orang yang kulihat menganggur tidak melakukan apapun baik pekerjaan dunia maupun akhirat".



Atsar-atsar di atas disebutkan oleh As-Sakhawi, Az-Zaila'i dan Al-'Ajluni.



Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam doanya beliau mengatakan:



‫اللهم إني أعوذ بك من العجز وال كسل‬ "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas".



Beliau juga memerintahkan umatnya agar selalu bersemangat melakukan apa saja yang bermanfaat, baik untuk dunia maupun akhirat kita. Lalu memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap langkah pekerjaan. Kemudian beliau menganjurkan kita agar tidak menjadi lemah.



Intinya jangan sampai menjadi sabahlala, yaitu orang yang menganggur. Kerjakan sesuatu, walaupun untuk manfaat duniawi, sekecil apapun itu.



--88



Ini Bukan Malu Tapi Sampah



Pertama:



Ketika masih belum berilmu muncul keinginan untuk belajar dan duduk di majelis ilmu, tiba-tiba hinggap bisikan "malu" untuk memulai belajar = sehingga ia mengundurkan diri dan selamanya hidup dalam kebodohan yang hitam kelam.



Kedua:



Ketika sudah memutuskan untuk menjadi penuntut ilmu, muncul berbagai varian "malu" yang berbahaya, di antaranya:



1. Malu bertanya dan meminta penjelasan ulang ketika tidak faham 2. Malu berdiskusi atau berdialog dengan kawannya 3. Malu mengambil ilmu dan faedah dari orang yang di bawah levelnya 89



4. Malu untuk menjawab pertanyaan dan latihan karena takut salah dan ditertawakan 5. Malu untuk menjadi murid teladan dan rajin



= sehingga menjadi murid yang lemah, selalu berada di belakang, dan selamanya menjadi manusia yang terbelakang. Keberadaannya nyaris seperti tidak ada.



Ketiga:



Lalu ketika sudah memiliki ilmu, ternyata masih ada jenis "malu" yang mengerikan lagi, yaitu:



1. Malu untuk mengajarkan ilmu di desa atau kampung halamannya 2. Malu untuk memberi nasehat dan menegur orang yang salah 3. Malu untuk mengajar mengaji anak-anak kecil dan para pemula 4. Malu berdiri atau duduk di hadapan orang-orang ketika menyampaikan ilmu 5. Malu untuk mengucapkan kebenaran di tengah gemuruh kebatilan



= sehingga ilmunya kering dan rapuh, karena tidak ia amalkan dan tidak ia ajarkan.



90



Disebutkan dalam Shahih Bukhari, bahwa Mujahid rahimahullah mengatakan: Orang yang malu dan orang yang sombong tidak akan pernah menuntut ilmu. Aisyah Radhiyallahu 'Anha mengatakan: Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar karena mereka tidak malu untuk belajar dan memahami agama.



Malu adalah akhlak yang baik dan mendatangkan kebaikan, sehingga jika justru menghalangi kita dari kebaikan, maka buanglah, karena itu sampah.



---



91



Keistimewaan Menghafal Matan



1. Terkumpul ilmu secara urut dan tertata pada ingatan kita, sehingga kita mampu menghadirkan atau menyebutkan ilmu tersebut kapanpun kita butuhkan dengan mudah dan kita tahu di mana letak setiap pembahasan. 2. Matan menjamin kepada kita bahwa tidak ada ushul-ushul ilmu yang terluput. 3. Pembeda antara penuntut ilmu yang sibuk dengan cabangcabang ilmu tanpa pendasaran dan penuntut ilmu yang memiliki pondasi ilmu kokoh. 4. Menyingkat banyak waktu yang dahulu telah dikerahkan ulama sebelum kita, karena mereka telah menuliskan saripati dan ringkasan ilmu yang mereka pelajari sekian lama. 5. Matan yang kita hafal akan selalu ikut bersama kita walaupun setelah lewat bertahun-tahun sibuk menelaah kitab-kitab besar dan tidak mudah terlupakan. 6. Menjadikan kita yakin ketika berbicara di majelis atau ruang diskusi ilmiah, kemudian orang pun lebih mudah percaya, baik pendukung ataupun penentang.



92



7. Mempermanis dan mempercantik penjelasan atau ucapan kita, sehingga mudah diterima orang awam maupun kalangan khusus. 8. Matan adalah pondasi yang bisa kita bangun apa saja di atasnya sehingga bangunan menjadi kokoh, jika tidak ada pondasi maka ilmu tidak kokoh dan tidak tersusun dengan baik. 9. Memudahkan kita untuk menentukan mana ilmu yang harus selalu dijaga dan diulang-ulang karena matan menyebutkan point-point utama dalam disiplin ilmu tertentu. 10. Memperkaya bahasa ilmiah kita ketika kita terbiasa menggunakan susunan bahasa yang kuat dan kata-kata pilihan atau istilah-istilah khusus ahli bidang ilmu tersebut.



Wallahu a'lam.



---



93



Cara Orang-Orang Syinqith/Mauritania Menghafal Dengan Mengulang-Ulang Minimal 200 Kali



Hari pertama menghafal:



1. Setelah Shalat Subuh = Membaca satu bait 10 kali secara teliti dengan melihat ke teks, benar-benar harus melihat sepuluh kali.



2. Setelah itu berusaha mengingat tanpa melihat dimulai dengan mengulang-ulang 30 kali. Lalu biarkan hafalan tersebut istirahat.



3. Setelah Shalat Asar = ulang-ulang hafalan tadi tanpa melihat sebanyak 30 kali (sekarang total pengulangan 60 kali)



4. Setelah Maghrib dan Isya' = ulang-ulang tanpa melihat sebanyak 30 kali (total pengulangan 90 kali) 94



Hari kedua:



5. Setelah Subuh = ulang-ulang hafalan 30 kali sebelum mulai hafalan baru (total pengulangan 120 kali) + hafalan baru diulang seperti point 1 dan 2.



6. Setelah Asar = ulang-ulang hafalan lama dan baru tanpa melihat masing-masing 30 kali (total pengulangan hafalan lama 150 kali dan hafalan baru 60 kali)



7. Setelah Maghrib dan Isya' = ulang-ulang hafalan lama dan baru masing-masing 30 kali (total pengulangan hafalan lama 180 kali dan hafalan baru 90 kali)



Hari ketiga:



8. Setelah Subuh = ulang-ulang hafalan lama 20 kali (total pengulangan 200 kali) + hafalan kemarin 30 kali (total pengulangan 129) + hafalan baru.



Demikian seterusnya sampai setiap bait diulang-ulang sebanyak 200 kali. Angka 200 ini adalah batas minimal pengulangan.



Sebagaimana yang diceritakan Syaikh Abdurrahim Al-Qawisy AlMaghribi, salah satu murid Syaikh Salim 'Addud rahimahullah.



--95



Jangan Tergesa-Gesa Dalam Belajar



Belajarlah dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah dengan cara menghilangkan kebodohan dari diri anda, kemudian setelah itu menghilangkan kebodohan dari diri orang lain. Jangan meniatkan belajar untuk tampil hebat di hadapan manusia.



Orang yang tergesa-gesa dalam belajar sangat dikhawatirkan ada benalu dalam niatnya, yaitu agar segera tampil dan menonjol di hadapan banyak orang, agar dihormati manusia, agar mendapatkan pemberian dari murid dan pengikut. Sehingga sudah tidak sabar untuk segera lulus, segera tuntas, segera hafal, segera mahir, dan sebagainya.



Ilmu membutuhkan kematangan, sehingga jika dipetik sedangkan masih hijau dan mentah tentu rasa pun tidak sedap dan justru menimbulkan penyakit-penyakit. Sebutlah misalnya penyakit gila dunia, penyakit hobi debat kusir, penyakit bicara tanpa ilmu, penyakit menghina para ulama dan bahkan gurunya, dst.



96



Jika ingin belajar maka fokuslah belajar, sabar mengulang-ulang, baik mengulang hafalan, bacaan, latihan, maupun pemahaman.



Perkuatlah dasar-dasar ilmu agar ilmu yang nanti akan dibangun di atasnya pun menjadi kokoh.



---



97



Terkadang Ulama Besar Tidak Mengetahui Suatu Ilmu Dan Justru Diketahui Orang Yang Dibawah Derajatnya



• Ibnu Abdil Barr rahimahullah menuturkan dalam At-Tamhid



َّ َ‫سنَنِ والعِلْم ِ ما يَكُونُ عِنْد‬ ّ ُّ ‫ن ال‬ َ ِ ‫يخ ْفى عَلَيْه ِ م‬ َ ‫ل ق َ ْد‬ ُ ‫ل العالِم ُ الخ َيِّر ُ الجل َِي‬ ُ ُ ‫الر ّج‬ .ِ ‫غَيْرِه ِ م َِّم ّنْ ه ُو َ د ُونَه ُ فِي العِلْم‬



Seorang alim yang baik dan mulia terkadang tidak mengetahui sebagian hadits dan ilmu yang justru diketahui orang lain yang dibawahnya dalam derajat keilmuan.



• Ibnu Daqiq Al-Ied dalam Syarh Umdah mengucapkan:



98



.‫ و يعلمه م َن هو دونهم‬،‫الع ِلم الخاص قد يخفى على الأكابر‬



Ilmu khusus kadang tersamar bagi ulama besar dan justru diketahui orang lain yang dibawahnya.



• Ibnul Mulaqqin berkata dalam Al-I'lam bi Fawaid Umdatul Ahkam:



َّ ‫فيتعل ّمونه ممن دونهم؛ فالحكمة ضالة‬ ،‫الع ِلم الخاص قد يخفى عن الأكابر‬ .‫ حيث وجدها التقطها‬،‫المؤمن‬



Ilmu yang khusus terkadang samar bagi ulama-ulama besar, justru dipelajari orang dibawah tingkatan mereka; maka hikmah adalah barang yang dicari seorang mukmin, di manapun ia jumpai maka ia ambil.



Dengan demikian, maka:



A. Sebanyak apapun ilmu yang kita ketahui pasti ada pembahasan yang terlewat dan justru diketahui dan dikuasai orang yang dibawah tingkatan kita.



Sehingga banyaknya ilmu tidak layak membuat kita sombong, kemudian kita tidak perlu malu untuk belajar dari orang yang dibawah tingkatan kita.



99



B. Terkadang kita menguasai dan mengetahui suatu ilmu yang tidak diketahui orang yang lebih alim dan terkadang kita mendapati kesalahan guru kita maupun para ulama padahal mereka lebih berilmu dan lebih lama belajar.



Maka tidak sepantasnya kita merasa lebih hebat dari mereka. Karena hakikatnya tidak ada yang mengatakan bahwa sungai lebih kaya daripada lautan disebabkan ada ikan sungai yang tidak dijumpai di lautan.



Adab dan akhlak dalam menuntut ilmu silahkan dianggap pemanis, tetapi yakinlah bahwa tanpanya maka seorang penuntut ilmu menjadi pahit dan tidak enak.



---



100



Untuk Apa Aku Harus Berhias?



Berhias bukan sekedar untuk menciptakan rasa nyaman untuk diri sendiri, berhias juga bernilai ibadah jika kita niatkan menampakkan nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Berhias tidak mesti harus dengan berfoya-foya dan sombong.



Kalaupun tidak ada pendorong lain untuk berhias selain memuliakan majelis yang kita hadiri dan membuat orang di sekitar kita tidak risih, maka ini cukup menjadi alasan kuat agar kita memperhatikan keindahan penampilan.



Allah subhanahu wa ta'ala memiliki keindahan mutlak dan mencintai keindahan.



Imam Abu Hanifah Dan Penampilan



Imam Abu Hanifah rahimahullah suatu hari melihat salah seorang berpakaian lusuh hadir di majelisnya, beliau pun memintanya tetap duduk walaupun orang-orang sudah bangkit meninggalkan 101



majelis. Kemudian setelah sepi, beliau menginstruksikan agar dia mengangkat sesuatu dan mengambil bingkisan di bawahnya.



Ternyata sesuatu tersebut adalah uang 1000 (seribu) dirham (emas).



Beliau mengatakan kepadanya, "Ambil uang tersebut dan ubahlah penampilanmu."



Orang itu pun menjawab, "Aku orang yang mampu (bukan orang susah), aku juga banyak harta, aku tidak butuh uang tersebut".



Maka Imam Abu Hanifah, beliau seorang ulama ahli fikih, menyanggah perkataannya, "Apakah kamu tidak tahu ada hadits bahwa Allah senang melihat jejak nikmat yang Ia berikan kepada hamba-Nya? Selayaknya kamu ubah penampilanmu, agar tidak ada temanmu yang merasa tertekan karena penampilanmu." [Akhbar Abi Hanifah wa Ashabihi, Abu Abdillah As-Shumairi, hlm. 85]



Wahai seorang muslim, tunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebersihan, keindahan dan kesucian.



Tidak ada anjuran dalam Islam untuk melestarikan penampilan kumuh dan kotor, apalagi ajakan mengaktifkan mode jijik dan jorok.



---



102



Menyusun Kitab Juga Ada Adabnya



Termasuk adab yang barangkali sering disepelekan adalah dalam menyusun kitab. Selayaknya kitab disusun berdasarkan jenis ilmu dan kemuliaannya, juga berdasarkan keutamaan penulisnya.



Susunan yang paling atas seharusnya yang paling mulia, lalu demikian bertahap ke susunan selanjutnya.



Karenanya Mushaf Al-Qur'an selayaknya diletakkan di atas, baik di rak buku, atau dalam tumpukan ketika membawa beberapa kitab. Al-Qur'an harus diletakkan di tempat yang terbaik dan bersih.



Lalu kitab hadits yang murni, misalnya Shahih Bukhari atau Shahih Muslim.



Kemudian sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jama'ah, disusul dengan Tafsir Al-Qur'an, kemudian penjelasan Hadits, lalu 103



ilmu Ushuluddin atau Aqidah, lalu Ushul Fiqh, lalu Fiqh, lalu Nahwu dan Sharaf, lalu kitab-kitab syair, lalu Arudh.



[ Lihat Tadzkiratus Sami' hlm. 128]



Dengan demikian kita menjadi seorang yang mengagungkan dan menghormati ilmu, semoga dengan melakukan hal yang nampak sepele ini menjadikan ilmu kita berkah.



---



104



Daftar Isi



Sebelum Kamu Putuskan Berhenti Menghafal .................................... 3 Cara Melawan Bosan Dalam Mengulang-Ulang Hafalan ................ 6 Makanan Orang Dewasa Racun Bagi Bayi ............................................. 9 Belajar Dari Kejujuran At-Thufi .............................................................. 13 Tafarrugh Untuk Menimba Ilmu ............................................................. 17 Suka Membaca, Tapi…................................................................................... 20 Mana Yang Lebih Bagus? ........................................................................... 23 Tidak Selamanya Harus Berdebat .......................................................... 27 Awalnya Memang Menyakitkan .............................................................. 31 Melampaui Ekspektasi ................................................................................ 37 Speed Reading ............................................................................................... 42 Kapan Saya Lulus? ........................................................................................ 43 Virus-Virus Yang Melemahkan Pelajar ................................................. 45 Kapan Lagi Kalau Tidak Sekarang? ......................................................... 47 Meninggal Dunia Tetapi Pahala Mengalir Tiada Henti .................. 49 Apa Saja Yang Perlu Kita Hafal? .............................................................. 52 Baca Dulu Syarahnya .................................................................................. 54 Tabiat Ilmu ...................................................................................................... 55 Kalau Tidak Mau Lupa Ya Jangan Menghafal .................................... 57



105



Belajar Bahasa Arab, Sampai Kapan? .................................................... 60 Pandai Menukil dan Menerjemahkan .................................................... 62 Penuntut Ilmu Dan Bukti Cinta Nabi .................................................... 65 Apakah saya harus menyebarkan ilmu, sedangkan ilmu saya belum banyak? ................................................................................................ 67 Cara Mudah Menghasilkan 1000 Kebaikan Setiap Hari .............. 68 Baca Al-Qur'an Walau Sambil Rebahan .............................................. 70 Yuk, Baca Al-Qur’an ................................................................................... 71 Nyarinya di mana ya…? ................................................................................. 72 Gara-Gara Tidak Ada Nama Saya .......................................................... 74 Seandainya Aku Tidak Sampai ................................................................. 76 Kitab Fikih Bukan Kitab Bacaan ............................................................. 78 Ketika Aku Menerangkan .......................................................................... 79 Belum Mutqin ................................................................................................ 81 Terpaksa Saya Harus Menjawab ............................................................. 83 Tak Perlu Kau Salahkan Gurumu ............................................................ 85 Jangan Menjadi Sabahlala ......................................................................... 87 Ini Bukan Malu Tapi Sampah ................................................................... 89 Keistimewaan Menghafal Matan ............................................................ 92 Cara Orang-Orang Syinqith/Mauritania Menghafal Dengan Mengulang-Ulang Minimal 200 Kali ................................................... 94 Jangan Tergesa-Gesa Dalam Belajar .................................................... 96 Terkadang Ulama Besar Tidak Mengetahui Suatu Ilmu Dan Justru Diketahui Orang Yang Dibawah Derajatnya ....................................... 98 Untuk Apa Aku Harus Berhias? ............................................................. 101 Menyusun Kitab Juga Ada Adabnya .................................................... 103 ---



106