CBD Stase KDPK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD) STASE KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (KDPK) JUDUL KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “R” DENGAN LUKA PERENIUM TAHUN AKADEMIK 2022-2023



Preseptor Pembimbing Pendidikan : Hamdiyah, S.ST.,M.Keb



Disusun Oleh : HARSANI SORAYA NIM : 202210037



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP



HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD) STASE KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (KDPK) JUDUL KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “R” DENGAN LUKA PERENIUM TAHUN AKADEMIK 2022-2023



Sinjai, 3 Januari 2023 Preseptor Pendidikan TTD



Preceptor Lahan TTD



Mahasiswa TTD



Nama: Hamdiyah, S.ST.,M.Keb Nama: Bd. A. Fajriani, S.Tr.Keb



Nama: Harsani soraya



NIDN :



NIM:



NIP:



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas atau post partum adalah masa persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2017). Kejadian rupture perineum pada ibu bersalin di Dunia pada tahun 2020 sebanyak 2,7 juta kasus, dimana angka ini diperkirakan akan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di benua Asia sendiri 50% ibu bersalin mengalami rupture perineum (Rita, 2021) Berdasarkan hasil survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2016. Di Indonesia Angka Kematian Ibu post partum masih tinggi karena disebabkan oleh infeksi masa nifas. Infeksi masa nifas dapat disebabkan oleh luka perineum, luka perineum dialami oleh 57% ibu mendapatkan jahitan perineum (28% karena episiotomy dan 29% karena robekan spontan). Pada tahun 2016 ibu bersalin yang mengalami luka perineum 52% dikarenakan persalinan dengan bayi berat lahir cukup atau lebih (Depkes RI,2017). Sedangkan penyebab kematian ibu di Provinsi Sulawesi Selatan untuk tahun 2017 perdarahan sebanyak 62 kasus (41,61%) rupture perineum menjadi penyebab utamanya. Jumlah kasus anggka kematian ibu sebanyak



149



per



100.000



kelahiran



hidup



di



Sulawesi



Selatan



(Dinkes



Prov.Sulsel,2015). Kejadian rupture perineum di Rsud Sinjai tahun 2022 mencapai 903 kasus dari 1205 kasus kelahiran hidup pertahun. Permasalahan kesehatan ibu nifas yang dapat menyebabkan kematian tidak langsung adalah luka jahitan perineum, luka jahitan jika tidak segera sembuh dan terjaga hiegynisnya dapat berubah menjadi patologis seperti terjadinya hematoma, peradangan atau bahkan terjadi infeksi. Bentuk infeksi ini bervariasi dari bersifat local sampai terjadi sepsis dan kematian dalam masa nifas. Salah satu penyebab dari infeksi postpartum, adalah perlukaan pada perineum (Yulizawati,2019). Luka perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di bagian perineum. Banyak factor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum, diantaraanya mobilisasi dini, vulva hygiene, luas luka, umur, vaskularisasi, stressor dan juga nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1 minggu kondisi luka kering, menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi (Mochtar,2010). Rupture perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu bersalin. Robekan jalan lahir merupakan luka atau robekan jaringan yang tidak teratur. Luka pada perineum akibat rupture ataau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah kering. Angka kejadiaan infeksi karena luka perineum masih tinggi, diperkirakaan insiden trauma perineum luka perineum dialami 70% wanita yng melahirkan pervaginam sedikit banyak mengalami trauma parienal (Prasetya Lestari,2016).



B. Tujuan 1. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk memberikan asuhan kebidanan pada kasus stase KDPK 2. Untuk memenuhi laporan case based disdiscussion states KDPK 3. Untuk mengetahui konsep dasar masa nifas dan luka perineum yang disertai dengan evidence based 4. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum



TINJAUAN TEORI A. Masa Nifas 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kirakira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puereperium yang berasal dari bahasa latin dari kata “puer” yang artinya bayi dan “paraous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa keluar dari rahim dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan, darah tersebut keluar sedikit demi sedikit. Darah yang keluar sebelum melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah nifas juga (Anggarini, 2010). 2. Tahapan Masa Nifas Dalam bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setalah melahirkan bayi. Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu : a Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu melakukan pemantauan



secara kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu. b Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. c



Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan seharihari serta konseling perencanaan KB.



d Remote puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil. 3. Tujuan Masa Nifas Tujuan dari perawatan masa nifas adalah : a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi (Dwi, 2018) c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat d. Memberikan pelayanan KB e. Mendapatkan kesehatan emosi (Anggraini, 2010).



B. Luka Perineum 1. Pengertian Perineum adalah daerah antara kedua belah paha, antara vulva dan anus. Luka robekan jalan lahir adalah perdarahan yang terjadi akibat perlukaan pada jalan lahir, dengan memastikan plasenta telah lahir lengkap dan kontrasi Rahim baik(Luh Putu, 2014). Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, laserasi) luka episiotomy, robekan perineum spontan derajat ringan sampai rupture perinei totalis atau sfingter ani terputus (Prawirohardjo, 2016). 2. Etiologi a Faktor luka perineum yang mengindikasikan untuk melakukan episiotomy adalah sebagai berikut : 1) Perineum tidak bisa meregang secara perlahan 2) Kepala bayi mungkin terlalu besar untuk lubang vagina. 3) Ibu tidak bisa mengontrol keinginan Mengejan. 4) Bayi tertekan. 5) Persalinan dilakukan dengan forcep. b Faktor material mencangkup : 1) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior. 2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan. 3) Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong. 4) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.



5) Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum. 6) Edema dan kerapuhan pada perineum. 7) Perluasan episiotomi. c



Faktor neonatal mencangkup: 1) Posisi



kepala



yang



abnormal



(presentasi



muka



dan



occipitoposterior). 2) Bayi yang besar 3) Dystocia bahu. 4) Kelahiran bokong. 5) Ekstraksi



forseps



yang



sukar.



Anomali



kongenital,



seperti



hidrocephalus (Oxorn& Forte, 2010) 3. Jenis Luka Perineum a Episiotomi Episiotomi adalah robekan yang sengaja dibuat di perineum kegunaannya untuk mempermudah jalan keluar bayi, serta akan menimbulkan luka yang menyebabkan rasa sakit. Waktu yang tepat untuk melakukan tindakan episiotomy adalah ketika puncak his, perineum sudah menipis, lingkar kepala pada perineum sudah sekitar 5 cm (Fatimah, & Lestari, 2019). Fungsi episiotomni meliputi lima hal, yaitu: 1) Episiotomi menciptakan luka yang lurus dengan pinggiran yang tajam. Sedangkan, ruptur perini yang spontan bersifat luka koyak dengan dinding luka yang bergerigi lebih mudah dijahit dan penyembuhan lebih memuaskan. 2) Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit.



3) Mengurangi tekanan kepala bayi. 4) Mempersingkat kala II. 5) Mengurangi



kemungkinan



terjadinya



reptur



perineum



totalis



(Fatimah, &Lestari, 2019). b Luka Spontan Luka spontan adalah terjadi karena regangan jalan lahir yang berlebih- lebihan dan terjadi secara tiba-tiba ketika janin di lahirkan, sehingga kepala maupun bahu janin (anak besar, shoulder dystocia) merobek jaringan perineum dan sekitarnya (Prawirohardjo, 2011). 4. Klasifikasi Robekan Klasifikasi robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut: a Derajat I : Robekan derajat satu terjadi pada jaringan mukosa vagina, vulva bagian depan, dan kulit perineum. b Derajat II : Robekan derajat dua terjadi pada jaringan mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum, dan otot-otot perineum. c



Derajat III : Robekan derajat tiga terjadi pada jaringan mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum, otot-otot perineum, dan sfingter ani eksternal.



d Derajat IV : Robekan derajat empat dapat terjadi pada jaringan keseluruhan perineun dan sfingter ani yang meluas sampai ke mukosa (Fatimah, & Lestari, 2019). 5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Faktor – Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka menurut Smeltzer (2002) dalam Fatimah dan lestari (2019):



a Tradisi Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan pasca persalinan masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan masyarakat menggunakan daun sirih yang direbus dengan air kemudian dipakai untuk cebok. b Pengetahuan



ibu



tentang



perawatan



pasca



persalinan



sangat



menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu kurang terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan lukapun akan berlangsung lama. c



Sarana prasarana kemampuan dalam menyediakan sarana prasarana dalam



perawatan



akan



sangat



mempengaruhi



penyembuhan



perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptic. d Penanganan petugas Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh penangan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum. e Gizi Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan segar dan akan mempercepat masa penyembuhan luka perineum. 6. Faktor faktor internal yang mempengaruhi penyembuhan luka : a Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau adanya penyakit penyerta. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua.



b Cara



perawatan



yang



tidak



benar



menyebabkan



infeksi



dan



memperlambat penyembuhan, karena perawatan yang kasar dan salah dapat mengakibatkan kapiler darah baru rusak dan mengalami perdarahan. c



Personal hygiene (kebersihan diri) yang kurang dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman.



d



Aktivitas yang berlebih dapat menghambat perapatan tepi luka serta mengganggu penyembuhan yang diinginkan.



e Infeksi



menyebabkan



peningkatan



inflamasidan



nekrosisi



yang



menghambat penyembuhan luka. 7. Fase Penyembuhan Luka Sebagian besar luka perineum dapat digolongkan sebagai luka dalam karena trauma jaringan melibatkan lapisan di bawah epidermis dan dermis. Seseorang yang mengalami luka, tubuh akan memberikan reaksi atas terjadinya luka tersebut. Reaksi yang terjadi yaitu melalui fase fase yang disebut sebagai fase penyembuhan luka. a Fase penyembuhan luka yaitu: 1) Fase inflamasi (24 jam pertama – 48 jam) Setelah terjadi trauma, pembuluh darah yang terputus pada luka akan



menyebabkan



menghentikannya



perdarahan



dengan



dan



tubuh



vasokonstriksi,



akan



berusaha



pengerutan



ujung



pembuluh darah yang terputus (retraksi), reaksi hemostasis serta terjadi reaksi inflamasi (peradangan). Respon peradangan adalah suatu reaksi normal yang merupakan hal penting untuk memastikan



penyembuhan luka. Peradangan berfungsi mengisolasi jaringan yang rusak dan mengurangi penyebaran infeksi.



2) Fase proliferasi (48 jam – 5 hari) Fase proliferasi adalah fase penyembuhan luka yang ditandai oleh sintesis kolagen. Sintesis kolagen dimulai dalam 24 jam setelah cidera dan akan mencapai puncaknya pada hari ke lima sampai hari ke tujuh kemudian akan berkurang secara perlahan-lahan. Kolagen disekresi oleh fibroblas sebagai tropokolagen imatur yang mengalami hidroksilasi (tergantung vitamin C) untuk menghasilkan polimer yang stabil. Proses fibroplasia yaitu penggantian parenkim yang tidak dapat beregenerasi dengan jaringan ikat. Proses ini dimulai sejak 24 jam setelah cidera. Pada fase proliferasi, serat-serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut, sehingga menyebabkan tarikan pada tepi luka. Fibroblast dan sel endotel vaskular mulai berproliferasi dan dengan



waktu



3-5



hari



terbentuk



jaringan



granulasi



yang



merupakan tanda dari penyembuhan. Jaringan granulasi berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus. Bentuk akhir dari jaringan granulasi adalah suatu parut yang terdiri dari fibroblast berbentuk spindel, kolagen yang tebal, fragmen jaringan elastik, matriks ekstraseluler serta pembuluh darah yang relatif sedikit dan tidak kelihatan aktif. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal



terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan (maturasi). 3) Fase maturasi (5 hari - berbulan-bulan) Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah hilang dan bisa berlangsung berbulan- bulan. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. (Boyle, 2009). 8. Kebutuhan Gizi Ibu Nifas Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada 6 bulan pertama postpartum, peningkatan kebutuhan kalori ibu 700 kalori, dan menurun pada 6 bulan



ke dua postpartum yaitu menjadi 500 kalori. Ibu nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna (Dwi, 2018). Disamping itu, makanan yang dikonsumsi ibu postpartum juga harus mengandung: a Sumber tenaga (energi) Sumber energi terdiri dari karbohidrat dan lemak. Sumber energi ini berguna untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein (jika sumber tenaga kurang). Zat gizi sebagai sumber dari karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat gizi sumber Lemak adalah mentega, keju, lemak (hewani) kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa, dan margarine (nabati). b Sumber pembangun (protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak atau mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena. Sumber zat gizi protein adalah ikan, udang,kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, keju (hewani) kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe (nabati). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju yang juga mengandung zat kapur, zat besi, dan vitamin B.



c



Sumber pengatur dan pelindung (air, mineral dan vitamin) Zat pengatur dan pelindung digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh (Dwi, 2018)



C. Konsumsi Putih Telur Rebus pada pasien dengan luka perineum 1. Pengertian Konsumsi adalah pemakaian barang hasil produksi (bahan pakaian, makanan, dsb); barang-barang yang langsung memenuhi keperluan hidup kita; makanan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Telur ayam negeri (ras) merupakan telur yang jumlahnya paling banyak dipasaran dan paling banyak dikonsumis oleh masyarakat. Telur ayam ini memiliki berat 40-50 gr dengan warna cangkang coklat gelap hingga terang (Toto, dkk. 2018). Struktur anatomi telur ayam ras terdiri dari 3 komponen pokok yaitu putih telur, kuning telur, dan kerabang telur. 2. Kandungan Telur Berbagai kandungan dalam sebutir telur telah diuji dari berbagai sumber bahwa putih telur lebih baik untuk fokus membantu proses penyembuhan luka karena terdapat kandungan albumin dan tidak ada kandungan lemak yang terdapat pada putih telur seperti yang ada pada kuning telur. Serta kemudahan memperoleh putih telur dengan harga yang terjangkau dan bisa diperoleh oleh semua lapisan masyarakat. Menjadi alasan utama kenapa putih telur dapat dijadikan salah satu alternatif untuk membantu proses penyembuhan luka dibandingkan jika harus Albumin merupakan protein humoral yang utama dalam sirkulasi. Albumin memiliki protein terbanyak dalam plasma darah mencapai kadar 60%. Manfaatnya



untuk membantu pertumbuhan sel baru. Dalam ilmu kedokteran, albumin ini digunakan untuk mempercepat pemulihan Jaringan sel tubuh yang terbelah atau rusak. Telur ayam adalah salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan protein tinggi. Jenis telur yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah telur ayam ras dan telur itik. Konsumsi telur ayam ras lebih tinggi karena harganya relative murah dan juga tingkat ketersediaannya



tinggi



dipasaran.



Diketahui



albumin



pada



telur



(ovalbumin) paling banyak terdapat pada putih telurnya dari pada kuningnya. Putih telur ayam ras dalam setiap 100gram ayam mengandung rata-rata 10,5gram protein yang 95% adalah albumin (9,83 gram) (Prastowo, 2014). 3. Pengaruh Putih Telur Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Protein atau Zat Putih Telur merupakan bahan utama dalam pembentukan sel jaringan yang rusak dan disebut sebagai unsur atau zat pembangun (Moehji,2017), mengandung protein bermutu tinggi karena terdapat susunan asam amino esensial lengkap sehingga telur dijadikan patokan dalam menentukan mutu protein berbagai bahan pangan. Dalam Putih telur ayam ras kandungan proteinnya lebih tinggi. Putih telur aman dikonsumsi oleh ibu nifas yang memiliki luka jahitan perineum karena efek dari protein ini sangat membantu dalam pembentukan kembali sel jaringan yang rusak. Dalam telur rebus mengandung zat kolin yang mempunyai efek memperbaiki sel tubuh yang rusak sehingga jaringan baru dan sehat akan lebih mudah terbentuk menggantikan jaringan yang sudah rusak. Karena itu protein disebut sebagai unsur atau zat pembangun.



EVIDANCE BASED MIDWIFERY ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS DENGAN LUKA PERINEUM 1. Konsumsi Putih Telur Untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum di UPTD Puskesmas Beji timur, Depok Proses penyembuhan luka adalah mekanisme unik yang dinamis dan melibatkan banyak faktor dan sel. Proses penyembuhan luka terdiri dari empat fase yang telah terprogram secara tepat, diantaranya homeostasis, fase inflamasi atau peradangan, fase proliferasi dan fase remodeling. Keempat fase tersebut saling terkait dan tumpang tindih setiap fase harus terjadi dalam urutan, waktu dan durasi yang sesuai. Gangguan disetiap fase dapat menyebabkan luka tertunda atau luka tidak sembuh sempurna atau berkembang menjadi luka kronis Gambaran penyembuhan luka dalam studi kasus ini menunjukkan bahwa waktu penyembuhan luka pada NY. R., yang memperoleh tambahan asupan protein, berlangsung selama 6 hari. Sementara waktu penyembuhan luka pada NY. A, yang hanya memperolah edukasi terkait kebutuhan nutrisi selama masa nifas, berlangsung hingga 8 hari.pemberian putih telur rebus sebanyak 140 gram per hari dapat memberikan asupan protein tambahan sebanyak 14,98 gram sehingga asupan protein harian pada NY.R lebih tinggi dibandingkan dengan NY.A. proses penyembuhan luka memerlukan asuhan nutrisi yang adekuat terutama asupan protein. Asupan protein yang baik pada ibu nifas Akan meningkatkan proses regenerasi sel baru sehingga luka perineum lebih cepat sembuh.(SRI, 2021)



2. Evektifitas Konsumsi Putih Telur Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Post Partum Percepatan penyembuhan luka jahitan perineum pada masa nifas sangat diharapkan untuk menghindarkan ibu nifas dari bahay infeksi atau keluhan fisiologis yaitu dengan cara penambahan asuhan tinggi protein. Makanan tinggi protein ini bisa didapatkan dari telur (Supiati, dkk, 2015) faktor gizi terutama protein hewani akan sangat mempengaruhi terhadap penyembuhan luka perineum



karena



penggantian



jaringan



sangat



membutuhkan



protein



(Purwaningsih, dkk,2015) Gambaran penyembuhan luka perineum pada kasus ini



diperoleh dapat



diartikan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistic kondisi luka antara pemberian putih telur rebus dan tindakan konvensional terhadap penyembuhan luka perineum pada post partum. Kondisi luka perineum pada ibu post partum yang diberikan konsumsi putih telur rebus mempunyai median 4,5 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 7, sedangkan pada ibu post partum yang tidak diberikan konsumsi putih telur rebus hanyan terapi biasa yang dilakukan seperti menjaga personal hygiene mempunyai median 6 dengan nilai minimum4 dan maksimum 6, sedangkan pada kelompok control lama penyembuhan luka perineum mempunyai median 10 dengan nilai minimum dan nilai maksimum 12. Hal ini membuktikan bahwa pemberian putih telur rebus lebih efektif dalam penyembuhan luka perineum pada post partum. Responden pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa hamper seluruh responden 75%penyembuhan luka perineumnya cepat yaitu kurang lebih 5 hari setelah pemberian putih telur rebus. Hasil penelitian ini pada saat sesudah



diberikan putih telur rebus ini membawa pengaruh yang signifikan. Bahwasanya ibu yang sebelumnya jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein, peneliti memfasilitasi ibu untuk mengkonsumsi setiap hari. Ibu mengalami perubahan luka yang baik daripada sebelumnya. Luka menjadi kering dan kemerahan pada lukanjahitan sedikit berkurang.(Donna,2022)



DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT A. Data Subjecktif 1. Identifikasi istri/suami Nama



: Ny.“R” / Tn.”S”



Umur



: 31 tahun/30 tahun



Suku



: Bugis / Bugis



Agama



: Islam/Islam



Pendidikan



: S1/ SMU



Pekerjaan



: IRT/Wiraswasta



Alamat



: Jl Biringkanaya Makassar



2. Keluhan Utama Nyeri pada daerah vagina dirasakan ibu sejak selesai bersalin yaitu tanggal 25 Desember 2022 jam 22.00 WITA karena adanya jahitan pada jalan lahir. Sifat nyeri hilang timbul (tidak menetap ). 3. Riwayat Kehamilan a G2 P1 AO b HPHT Tanggal 20-03-2022 c



TP Tanggal 27-12-2022



d Ibu telah memeriksakan kehamilannya sebanyak > 4 kali di Puskesmas dan 2 kali di dokter obygn dan telah mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali. 4. Riwayat Persalinan Waktu melahirkan tanggal 25 Desember 2022, pukul 22.00 WITA jenis kelamin laki-laki, berat badan 3500 gram, panjang 51 cm, jenis persalinan



normal robekan perineum tingkat II, tempat persalinan Rumah Sakit, plasenta lahir lengkap dan melakukan IMD kurang lebih 1 jam.. 5. Riwayat Perkawinan pernikahan ke



:2



Usia saat nikah sekarang



: 30 tahun



Lama pernikahan



: 1 tahun



6. Riwayat Penyakit Keluaraga Ibu mengatakan dalam keluarga baik dari pihak ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menurun, menular maupun menahun. 7. Riwayat KB Ibu belum menggunakan kontrasepsi 8. Pola Kebutuhan Dasar Nifas a Nutrisi Pola makan



: makan 2 kali sehari dengan nasi, ikan dan sayur



Pola minum



: sehari minum 10 gelas air putih



b Elimnasi



c



BAB



: BAB 2 kali sehari



BAK



: BAK 4-5 kali dalam sehari



Istirahat Ibu mengatakan kurang tidur



d Kebiasaan saat menyusui Ibu mengatakan tidak ada kesulitan saat menyusui bayinya, colostrum mulai keluar dengan lancer dan bayi menyusu dengan baik.



e Personal hygiene Ibu selama masa nifas mandi 1 kali dalam sehari, gosok gigi 2 kali dalam sehari, keramas 2 kali dalam seminggu, ganti baju 1 kali sehari dan ganti celana dalam 2 kali dalam sehari dan pembalut 3 kali sehari. f



Keadaan psikososial Ibu mengatakan dengan keadannya sekarang merasa khawatir karena nyeri pada saat BAB dan BAK, dan luka masih berwarna kemerahan dan peran serta suami dan keluarga sangat membantunya dalam merawat bayinya.



B. Objektif 1. Pemeriksaan Umum a Keadaan umum



: Baik



b Kesadaran



: Composmentis



c



: TD



TTV



: 117/84 mmHg



N



: 82x/menit



P



: 20x/menit



S



: 36,7 C



d Tinggi Badan



: 165 cm



e Berat Badan



: 70 kg



f



: 38 cm (normal 23,5cm)



LILA



2. Pemeriksaan Fisik a Kepala Rambut



: Bersih, warna hitam, tidak terdapat ketombe dan tidak ada benjolan



Muka



: Tidak ada oedema, tidak ada cloasma garvidarum, ekspresi ibu tampak sedikit menahan nyeri



b Mata Simetris kanan dan kiri, konjungtiva merah muda,Sklera tidak ikterik. c



Hidung Bersih tidak ada benjolan, dan tidak ada pernafasan cuping hidung.



d Telinga Bersih, simetris kanan dan kiri, dan tidak terdapat secret. e Mulut Bersih, tidak ada oedema, tidak ada stomatis dan tidak ada pembengkakan pada gusi. f



Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembengkakan vena jugularis.



g Payudara Simetris, puting menonjol, terdapat colostrum, tidak ada penjolan massa dan tidak adda nyeri tekan. h Abdomen Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada striae, kandung kemih kosong, TFU 2 jari bawah pusat dan kontraksi uterus baik. i



Anogenital Terdapat luka jahitan pada perineum, luka jahitan masih lembab, lochea rubra.



j



Ekstremitas Tidak ada oedema, tidak ada kesulitan untuk bergerak, tidak terdapat varises dan reflex patella positif kanan dan kiri.



3. Pemeriksaan Penunjang a Laboratorium : Hb



: 11,5 gr/dl



HbsAg



: non reaktif



Sifilis



: non reaktif



b Urine Protein



: negatif



Glukosa



: negative



C. Analisa Data Diagnosis



: P2A0 post partum hari pertama dengan luka perineum



Masalah



: Luka perineum tampak masih basah



D. Penatalaksanaan : 1. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada pasien. 2. Jelaskan tentang proses involusi uterus 3. Jelaskan tentang pentingnya mobilisasi dini 4. Jelaskan dan anjurkan senam nifas 5. Jelaskan cara perawatan luka perineum 6. Jelaskan kepada ibu manfaat putih telur rebus dan anjurkan ibu untuk mengkonsumsinya untuk mempercepat penyembuhan luka perineum



E. Rencana tindak lanjut 1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotic,analgetic dan multivitamin 2. anjurkan ibu control jika terdapat keluhan



PEMBAHASAN Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir



ketika



alat-alat



kandungan



kembali



seperti



keadaan



sebelum hamil. Asuhan masa nifas diperlukan karena masa ini merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya. Penyulit yang sering terjadi pada ibu nifas yaitu perdarahan, infeksi dan depresi masa nifas (Prawirohardjo,2012) . Permasalahan kesehatan ibu nifas yang dapat menyebabkan kematian tidak langsung adalah luka jahitan perineum, luka jahitan perineum jika tidak segera sembuh dan terjaga higienisnya dapat berubah menjadi infeksi. Bentuk infeksi ini bervariasi dan bersifat local sampai terjadi sepsis dan kematian dalam masa nifas. Salah satu penyebab dari infeksi postpartum adalah perlukaan pada perineum (Yulizawati,2019). Luka perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di bagian perineum . banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum, diantaranya mobilasi dini, vulva hygiene luas luka, umur, vaskularisasi, stressor dan juga nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1 minggu kondisi luka kering, menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi (Mochtar,2010) Rupture perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu bersalin. Robekan jalan lahir merupakan luka atau robekan jaringan yang tidak teratur. Luka pada perineum akibat ruptur atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah kering. Angka kejadian infeksi karena luka perineum masih tinggi, diperkirakan



insiden trauma perineum luka perineum dialami 70% wanita yang



melahirkan pervaginaan sedikit banyak mengalami trauma parienal (prasetya Lestari,2016)



Percepatan penyembuhan luka jahitan perineum pada masa nifas sangat diharapkan untuk



menghindarkan ibu nifas dari bahaya infeksi atau keluhan



fisiologis yaitu dengan cara menambahkan asupan tinggi protein (walyani,2017). Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian antara teori dengan fakta di lapangan dimana pemenuhan protein pada ibu nifas semakin meningkat untuk membantu penyembuhan luka pada jalan lahir yang mengalami jahitan. Protein dari telur ini dibutuhkan sebagai zat pembangun yang membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya kembali luka jahitan pada perineum ataupun jalan lahir (Walyani,2017). Dan telur rebus mengandung zat kolin yang mempunyai efek memperbaiki sel tubuh yang rusak sehingga jaringan baru dnan sehat akan lebih mudah terbentuk menggantikan jaringan yang rusak (Yogya,2017).



KESIMPULAN Berdasarkan pentingnya edukasi



hasil



pemberian



asuhan



kebidanan pada NY. R. dimana



kesehatan yang berbasis evidence based practic



yang



diberikan kepada pasien. Asuhan yang diberikan mengenai edukasi perawatan dan penyembuhan luka perineum yang sesuai dengan evidence based, sehingga dapat



mengurangi



kekhawatiran



mengimplementasikannya.



ibu



serta



ibu



bersedia



untuk



DAFTAR PUSTAKA Asih,Yusari.2016.Buku ajar Asuhan Menyusui.Jakarta:CV.Trans Info Media. Dahlan,Kasrida.A,Mansyur,Nurlina.2014.Buku Nifas.Malang: Selaksa Media Dewi,Sunarsih,Tri,Vivian.N.L.2011.Asuhan Nifas.Jakarta:Salemba Medika.



Kebidanan Ajar



Asuhan



Kedidanan



Nifas kebidanan pada



dan Masa Ibu



Depkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. 2017 Donna Hariya Novidha (2022).Evektifitas Konsumsi Putih Telur Rebus Terhadap Penyembukan Luka Perineum.Sciential Jurnal Vol 11NO 1Mei. Jambi Heryani,Reni.2012.Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui.Jakarta:CV.Trans Info Media Maritalia.2013.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta : Nuha Medika Mudatsir,M(2017).Faktor Keperawatan,5(1), 36-49



Budaya



dalam



Perawatan



Ibu



Nifas.Jurnal



Ilmu



Nugroho,Tufan.2014.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb3).Yoygakarta: Nuha Medika Of,B.,Care.,For,C.,Of,M(2018).Jurnal Kesehatan CHILDBIRTH CARE CONSELIBG POSTPARTUM,13(63),356-365.



Masyarakat BENEFIT FOR MOOD



OF OF



Santy, E., &, T. E. (2020). Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Derajat II Pada Ibu Nifas Di BPM Utin Mulia Tahun 2019 Corelation of Giving Early White Eggs on Acceleration of Wound HealingPerineum Degrees II in pos.6, 22-26. Yuliana Sri, Fauziah Febriana Siska. 2021. Konsumsi Putih Telur Untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum. Jurnal Kebidanan jilid 1, hal 5968.Depok Yulizawati,L.E.S.(2019).Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan.