MAKALAH Praktik Stase 1 KDPK Komariyah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TUGAS PRAKTIK PRA PROFESI (KDPK) PRAKTIK PROFESI BIDAN “INJEKSI INTRAKUTAN (IC) PADA BAYI “J” DENGAN IMUNISASI BCG”



Disusun Oleh : KOMARIYAH NPM: 210502197116



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI PERTIWI INDONESIA PROFESI BIDAN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktek pra profesi (KDPK) yang berjudul “Injeksi Intrakutan (IC) Pada Bayi “J” Dengan Imunisasi BCG di PMB Bdn. Tri Mulyati, SST., SKM., M.Kes. Dalam penyusunan tugas ini tentunya melibatkan berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut membantu dalam terselesaikannya tugas praktek pra profesi (KDPK) ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Widi Sagita, SST., M.Kes selaku pembimbing akademik Program Studi Profesi Bidan STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia. 2. Bdn. Tri Mulyati, SST., SKM., M.Kes selaku pembimbing lahan (CI) 3. Semua pihak yang ikut membantu dalam proses penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas makalah tugas pra profesi (KDPK) ini.



Bogor, 06 November 2021



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberian obat kepada klien ada beberapa cara, yaitu melalui rute oral, parenteral, rektal, vagina, kulit, mata, telinga dan hidung. Pemberian obat secara parenteral adalah  pemberian obat selain melalui saluran pencernaan. Pemberian obat parenteral ada empat cara yaitu,



intracutan (IC), subcutan (SC atau SQ),



intramuscular (IM), dan intravena (IV). Pemberian obat secara parenteral lebih cepat diserap dibandingkan dengan obat oral tetapi tidak dapat diambil kembali setelah diinjeksikan.Oleh karena itu perawat harus menyiapkan dan memberikan obat tersebut secara hati-hati dan akurat. Namun karena injeksi merupakan prosedur invasif, teknik aseptik harus digunakan untuk meminimalkan resiko injeksi. Tujuan dari pemberian obat secara parenteral adalah mencegah penyakit dengan jalan memberikan kekebalan atau imunisasi (misalnya memberikan suntikan vaksin DPT, ATS, BCG, dan lain-lain), mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk mempercepat proses  penyembuhan, melaksanakan uji coba obat, dan melaksanakan tindakan diagnostik. Indikasi pemberian obat secara parenteral adalah kepada klien yang memerlukan obat dengan reaksi cepat, klien yang tidak dapat diberi obat melalui mulut, dan klien dengan  penyakit tertentu yang harus mendapat pengobatan dengan cara suntik, misalnya Streptomicin atau Insulin.   1.2. Rumusan Masalah 1.2.1



Apa definisi injeksi IC (Intracutan)



1.2.2



Apa tujuan injeksi IC (Intracutan)



1.2.3



Apa indikasi injeksi IC (Intracutan)



1.2.4



Apa kontraindikasi injeksi IC (Intracutan)



1.2.5



Cara kerja injeksi IC (Intracutan)



1.2.6



Apa keuntungan dan keunggulan injeksi IC (Intracutan)



1.3.Tujuan 1.3.1



Untuk menjelaskan definisi injeksi IC (Intracutan)



1.3.2



Untuk menjelaskan tujuan injeksi IC (Intracutan)



1.3.3



Untuk menjelaskan indikasi dan kontraindikasi injeksi IC (Intracutan)



1.3.4



Untuk menjelaskan cara pemberian injeksi IC (Intracutan)



1.3.5



Untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian injeksi IC (Intracutan)



1.4. Manfaat Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas praktik pra profesi KDPK serta untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang injeksi intrakutan.



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi injeksi IC(intracutan) Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau indra dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis dan “dermis “ yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme. Injeksi intracutan dimasukan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startumkorneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume yang disuntikan sedikitnya ( 0,1-0,2ml) digunakan untuk tujuan diagnosa. (Alimul, 2006)



2.2. Tujuan injeksi IC(intracutan) a. Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan b. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat



d. Membantu menentukan diagnosaterhadappenyakit tertentu misalnya (tuberculin test) e. Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan skin test) f. Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi terhadap obat-obatan g. Pemberian vaksinasi. 2.3. Lokasi Injeksi IC a. Lengan bawah bagian atas b. Dada bagian atas c. Punggung bagian atas di bawah scapula d. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam, dan pungguang bagian atas. 2.4. Indikasi injeksi IC(intracutan) a. Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test ) b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi c. Mengalihkan diagnosa penyakit d. Sebelum memasukkan obat e. Pasien yang tidak sadar 2.4. Kontraindikasi injeksi IC(intracutan) a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit b. Pasien dengan kulit terluka c. Pasien yang sudah dilakukan skin test d. Pasien yang alergi 2.5. Tindakan Injeksi IC 2.5.1 Persiapan Alat Dan Bahan a. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat b. Obat daam tempatnya c. Spuit 1 cc/spuit insuin/sesuai kebutuhan d. Kapas akohol dalam tempatnya e. Cairan pelarut f. Bak steril diapisi kasa steril (tempat spuit) g. Jarum sesuai kebutuhan h. Perlak dan alas dan nierbeken/bengkok



i. Handschoen 2.5.2 Pemberian obat/penyuntikkan melalui IC (Intracutan) a. Prinsip : 1) Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat. 2) Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat. 3) Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan. 4) Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani



pasien, bila pasien atau



keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi. 5) Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc. 6) Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD di ambil 0,1 cc dalam spuit, untuk angsung disuntikan pada pasien (Potter & Perry 2010). 2.6.



KONSEP IMUNISASI BCG Vaksin BCG atau bacille calmette guerin adalah vaksin untuk mencegah penyakit



tuberkulosis (TB), termasuk meningitis TB, TB paru, dan TB milier, dan TB milier pada anak. Vaksin BCG berasal dari bakteri Mycobacterium bovis yang dilemahkan. Selain itu, vaksin BCG dapat digunakan untuk terapi imunologi pada kanker kandung kemih. Vaksin BCG telah direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan di banyak negara yang memiliki prevalensi TB tinggi, termasuk TB paru, limfadenitis, milier, atau meningitis. Di Indonesia,



vaksin BCG masuk dalam program pengendalian TB Nasional, dan masuk dalam jadwal imunisasi anak wajib rekomendasi ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) tahun 2020. Vaksin BCG disuntikkan 1 kali intrakutan, sesegera mungkin setelah bayi lahir atau sebelum bayi berusia 1 bulan. Jika bayi telah berusia >2 bulan maka vaksin BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Vaksin BCG yang diberikan pada bayi baru lahir memiliki efek proteksi yang baik terhadap penyakit TB pada anak. Berbeda pada orang dewasa, efektivitas vaksin akan berkurang dengan bertambahnya usia. Bukti perlindungan vaksin BCG bervariasi, di mana hanya memiliki ketahanan sekitar 15 tahun di Inggris, 30−40 tahun di Norwegia, dan 50−60 tahun di Alaska. Di era pandemi saat ini, vaksin BCG dikaitkan dengan mortalitas COVID-19 (corona virus disease-19). Dari data yang ada, disimpulkan bahwa tingkat kematian COVID-19 lebih tinggi di negara-negara yang tidak divaksinasi BCG, sedangkan di negara-negara dengan program imunisasi BCG memiliki tingkat kematian yang relatif lebih rendah. Vaksin BCG diketahui dapat menginduksi kekebalan terlatih, salah satunya kekebalan anti-virus karena dapat merangsang produksi sitokin pro-inflamasi, IL-6 (interleukin), TNF-α (tumor natural factor), IFN-γ (interferon), dan IL-1β. Formulasi vaksin BCG (bacille calmette guerin) tersedia dalam bentuk beku kering. Vaksin BCG berisi strain Mycobacterium bovis yang dilemahkan, dan dikenal dengan sebutan strain Tice. Sediaan vaksin BCG berisi strain Tice dikembangkan oleh Pasteur Institute, sedangkan di Indonesia dibuat oleh PT Biofarma. Bentuk Sediaan Vaksin BCG yang ada di Indonesia tersedia dalam bentuk beku kering di dalam ampul, yang dibuat oleh PT Biofarma. Setiap ampul vaksin BCG mengandung: 



Bacille calmette guerin hidup 1,5 mg setengah kering (1m5−6 juta culturable particle)







Zat tambahan monosodium glutamate 7,5 mg



Tersedia cairan pelarut (diluent) 1 mL dengan formula sebagai berikut: 



Natrium chloride 8,5−9 mg







Water for injection hingga 1 mL



Cara Pemberian



Sebelum digunakan, vaksin BCG dilarutkan dengan cairan pelarut atau diluent, di mana cairan pelarut yang digunakan harus yang disediakan oleh PT Biofarma karena pelarut jenis lain dapat merusak vaksin. Cara Pelarutan 1. Tambahkan seluruh isi ampul diluent 1 mL ke dalam ampul berisi bubuk BCG 2. Goyang ampul perlahan hingga seluruh bubuk terlarut 3. Inspeksi vaksin yang telah dilarutkan, jika tampak benda asing maka vaksin harus dibuang 4. Gunakan vaksin dalam waktu 3 jam setelah dilarutkan, jika lebih maka sisanya harus dibuang Cara Penyuntikan Injeksi vaksin BCG untuk pencegahan penyakit TB dilakukan secara intrakutan, yaitu: 1. Gunakan jenis syringe tertentu untuk pengambilan dosis yang tepat 2. Ambil larutan vaksin sebanyak 0,05 mL untuk bayi usia