12 0 1 MB
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Critical Book Report adalah penganalisisan, penilaian, dan pengevaluasian mengenai keunggulan & kelemahan buku, bagaimana isi artikel tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir kita & menambah pemahaman kita terhadap kajian Fisika Matematika. Melalui critical review kita menguji pikiran pengarang/ penulis berdasarkan sudut pandang kita berdasarkan pengetahuan & pengalaman yang kita miliki. Maksud pemberian tugas kuliah berupa critical review ini adalah memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Matematika I. 1.2. Tujuan CBR 1. Mengulas bab materi dengan cara meringkas isi buku. 2. Menyelesaikan tugas wajib CBR dalam mata kuliah Fisika Matematika I 3. Mencari dan mengetahui informasi mengenai setiap topik tersebut yang terkandung dalam buku. 4. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan pada buku.
1.3. Manfaat CBR 1.
Mampu berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh buku.
2.
Menambah wawasan dan informasi terutama tentang materi yang terkandung dalam buku tersebut.
1
BAB II ISI
2.1. Identitas Buku 1.
Judul
: Matematika Fisika
2.
Pengarang
: Dr. Nurdin Siregar, M.Si Drs. Togi Tampubolon, M.Si, Ph.D
3.
Penerbit
: UNIMED PRESS
4.
Tahun Terbit
: 2018
5.
Jumlah Halaman
: 116 halaman
2.2. Ringkasan Buku BAB I DERET TAK HINGGA DAN PERHITUNGAN NUMERIK 1. Konvergen Dan Divergen Deret Jumlah dari suatu deret, dapat menghasilkan suatu jumlah tertentu disebut dengan konvergen sedang deret yang tidak menuju sutau jumlahh tertentu disebut dengan divergen. Misalkan suatu deret dinyatakan sebagai ๐๐ = โ๐๐ ๐๐ , dimana dalam deret ini terdapat n buah barisan. Deret tersebut dikatakan konvergen jika: lim ๐๐ = S dengan S < โ artinya ๐>๐
berhingga. Jika S divergen bila lim ๐๐ =โ atau S โ โ artinya limit tidak ada. ๐>๐
Sifat-sifat Utama Deret : Sifat 1: Jika โ ๐๐ konvergen, maka lim ๐๐ =0, tetapi kebalikannya tidak selalu berlaku maka ๐โโ
deret โ ๐๐ dapat juga konvergen tetapi dapat juga divergen. Sifat 2: Jika suku ke-n dari deret tidak menuju 0 maka deret itu divergen. Bukti : Jika โ ๐๐ konvergen maka lim ๐๐ =0, andaikan jika lim ๐๐ โ 0 maka โ ๐๐ ๐โโ
๐โโ
konvergen. Karena โ ๐๐ konvergen lim ๐๐ =0. Hal ini bertentangan dengan ๐โโ
pengandaian bahwa lim ๐๐ โ 0, jadi pengandaian salah. Dengan perkataan lain jika ๐โโ
lim ๐๐ โ 0 deret divergen.
๐โโ
Sifat 3: Mengalikan semua suku-suku suatu deret dengan suatu bilangan konstanta yang tidak sama dengan 0, tidak akan merubah konvergensi. Sifat 4: Penghapusan beberapa suku yang berhingga banyaknya dari suatu deret juga merubah konvergensi atau divergensi deret itu. Demikian juga dengan penambahan berhingga sebuah suku-suku. 2
1.1. Uji Konvergensi Deret Uji konvergensi tak hingga hanya dilakukan untuk deret bersuku positif. 1.1.1. Uji Pendahuluan Memeriksa apakah untuk barisan yang tidak hingga lim ๐๐ โ 0 jika hal ini dipenuhi ๐โโ
maka deret tersebut adalah divergen. Contoh : Deret โโ ๐=1 ๐๐ merupakan deret tak hingga yang divergen karena: lim ๐๐ =โ, sedangkan ๐โโ
untuk deret tak hingga
1 โโ ๐=1 ๐
1
memiliki kemungkinan konvergen Karena lim ๐=0. ๐โโ
1.1.2. Uji Banding Uji banding adalah untuk menguji divergensi dan divergensidari suatu deret misalnya โ ๐๐ dengan membandingkan deret yang sudah diketahui konvergensinya atau divergensinya misalnya โ ๐๐ . Jika kondisi ๐๐< ๐๐ dan ๐๐ โฅ 0 dipenuhi untuk semua ๐ โฅ ๐ maka deret tersebut adalah konvergen. Selanjutnya jika, โโ ๐=1 ๐๐ divergen, ๐๐ โฅ 0 dan โ๐๐ โโฅ ๐๐ maka โ deret โ๐=1 ๐๐ divergen. Contoh: 1
1
โ 1. Selidiki konvergensi dari deret (i) โโ ๐=1 ๐ dan (ii) โ๐=1 ๐! dengan n! = (n-1)(n-2)โฆ dengan 1
deret pembanding โ 2๐ dari perbandingan dan diperolah sebagai berikut. Untuk deret (1) selaku berlaku
1 ๐
>
1
untuk seluruh n, maka deret tersebut adalah
2๐
1
1
divergen. Sedangkan deret (ii) terlihat bahwa untuk n โฅ 4 selalu terpenuhi kondisi ๐! > 2๐ maka deret (ii) konvergen. N
๐โ1
1
1
2 3 4 5
(๐!)โ1 1
1 2 1 3 1 4 1 5
1 2 1 6 1 24 1 20
2โ๐ 1 2 1 4 1 8 1 16 1 32
1
1
2. Gunakan uji banding untuk menentukan apakah konvergen atau divergen โโ ๐โ1 ๐! =1+ 2 + 1 6
1
+ 24 + โฏ 3
Penyelesaian: 1
1
1
1
1
Deret geometri โโ ๐โ1 ๐! =1+ 2 + 6 + 8 + 24 + โฏ ๐
๐ = 1โ๐=
1 2
1
1
๐ = 2 dan ๐ = 2
1
1 1โ 2
, maka deret โโ ๐โ1 2๐ adalah deret konvergen
1
Deret โโ ๐โ1 ๐! =1+
1 2
1
1
+ 6 + 24 + โฏ untuk nโฅ 4, dimana
1 ๐!
1
1
< 2๐, maka deret โโ ๐โ1 ๐!,
konvergen jika n> 3. 1.1.3. Uji Integral โ
Uji ini dilakukan dengan cara integrasi kontini terhadap n dimana โโ ๐=1 ๐๐ menjadi
โซ0 ๐๐ dn jika hasilnya terbatas maka deret tersebut adalah konvergen, selanjutnya jika hasilnya tidak terhingga maka deret tersebut dinyatakan sebagai deret divergen. Hal ini dipenuhi jika 0< ๐๐+1 < ๐๐ . Contoh: 1
1. Tentukan konvergensi deret โ~ ๐=1 ๐ Penyelesain: 1
1
๐๐+1 < ๐๐ maka dapat di uji integral sehingga, f(n)= ๐ โ ๐(๐ฅ) = ๐ฅ ~
~ ๐๐ฅ
Maka I= โซ๐ ๐(๐ฅ)๐๐ฅ โซ๐
๐
= ln IN ~ = ln ~ โ ln N sehingga, I = ~ dan deret tersebut
dinamakan divergen. ๐
2. Gunakan uji integral untuk menentukan apakah deret konvergen atau divergen: โโ ๐ ๐2 +12 โ
๐
๐ dn Misalkan u=๐2 + 1 sehingga du = 2n ๐2 +12 โ ๐ โ 1 ๐๐ข 1 โ 1 1 โซ๐ ๐2 +12dn=โซ๐ 2 ๐ข2 = 2 โซ๐ ๐ขโ2 ๐๐ข=-2 ๐ขโ1 โโ = โ 2 u(๐2 +
Penyelesaian: โโ ๐ ๐2 +12 dibentuk menjadi โซ๐ dn maka ndn = ยฝ du sehingga: 1
๐
1) โ1โ =2, maka deret โโ ๐ (๐2 +12 ) adalah: konvergen. 1.1.4. Uji Bagi atau Rasio ๐๐+1
Tinjau deret โโ ๐=1 ๐๐ , selanjutnya deret ini dimisalkan ๐๐๐๐โโ ว apabila:
๐๐
ว = ๐๐
๐ < 1 maka deret tersebut konvergen ๐ > 1 maka deret tersebut divergen ๐ = 1 deret tersebut tidak dapat ditentukan divergen atau konvergen
Contoh: 1
1. Gunakan uji rasio/bagi untuk menentukan apakah deret konvergen atau divergen โโ ๐โ1 ๐! 4
1
Penyelesaian: โโ ๐โ1 ๐! =1+ ๐๐ =
๐(๐โ1)(๐โ2)(๐โ3)โฆ ว (๐+1)๐(๐โ1)(๐โ2)(๐โ3) ว
1
1
1
1
๐!
+ 3! + 4! + โฏ + ๐๐๐๐๐๐๐๐โ ๐๐ = ว ๐+1 ว diperoleh: 1 ว = ว (๐+1)! 2! ๐!
1
= ว ๐+1 ว
maka ๐ = lim ๐๐ = 0 sehingga deret tersebut konvergen ๐โโ
1.1.5. Uji Banding Limit (Uji Lebniz) Tinjau deret posirtif โโ ๐=1 ๐๐ ,kemudian: ๐
๐ a. Uji konvergensi, jika terdapat deret positif โโ ๐=1 ๐๐ yang konvergen ๐๐๐๐โโ ว ๐ ว < ~, ๐
maka deret konvergen. ๐๐ b. Uji devergensi jika deret positif โโ ๐=1 ๐๐ yang divergen, sehingga ๐๐๐๐โโ ว ๐ ว < 0, maka ๐
deret
โโ ๐=1 ๐๐
divergen.
Contoh: 1. uji konvergensi deret: (3๐+1)
10+๐
๐. โ~ ๐โ1 (๐+1)2
b. โ~ ๐โ1 (๐3 +1) 3๐+1
Penyelesaian: a. ๐๐ = 3๐+1
3
(๐+1)2
3
maka ๐๐ = ๐, untuk n besar maka โ~ ๐โ1 ๐ adalah divergen. 3๐2 +๐
๐
(3๐+1)
Juga ๐๐๐๐โ~ ว (๐+1)2 . 3 ว = ๐๐๐๐โ~ ว 3๐2 +6๐+3 ว = 1 > 0 maka deret โ~ ๐โ1 (๐+1)2 adalah divergen. 10+๐
a. โ~ ๐โ1 (๐3 +1) โ ๐๐ = 10+๐ ๐2
๐๐๐๐โ~ ว ๐3 +1 .
1
10+๐ (๐3 +1)
untuk n besar maka: ๐๐ =
1 ๐2
1
, โ~ ๐โ1 ๐2 adalah konvergen jadi
10+๐
ว = 1 < ๐ maka deret โ~ ๐โ1 (๐3 +1) adalah konvergen.
1.2. Deret Bolak-Balik Dalam hal ini kita akan membahas deret tak tetap positif istimewa yang suku-sukunya bergantian bernilai positif dan negatif, seperti deret berikut : 1
1
1
1 โ 2 + 3 โ 4 + โฏโ
โ ๐=1
โ1n+1
(2.22)
n
Deret ini tergolong deret istimewa yang disebut deret bolak-balik atau berayun Deret :
โโ ๐=1 a n
=
n+1 |an | โโ n=1(โ1)
Disebut deret bolak-balik atau berayun.
5
(2.23)
Marilah kita lihat kembali deret (2.22) dan memeriksa apakah deret ini konvergen atau divergen. Karena deretnya tak tetap positif, maka kita uji dulu apakah dia konvergen mutlak. Deret mutlak adalah 1
1
โ
1
1 โ 2 + 3 โ 4 + โฏโ
1
๐=1 n
Ini adalah deret harmonik yang telah kita perlihatkan adalah divergen. Namun demikian kita belumlah mengetahui secara pasti kekonvergenan deret bolak-balik 1.2.1. Uji Deret Bolak Balik โ n+1 |an | Deret bolak-balik โโ konverge, jika kedua syarat berikut ๐=1 an = โn=1(โ1) dipenuhi :
a. |๐๐+1 | < |๐๐ | b. lim |๐๐ | = 0 ๐โโ
Contoh : 1
Untuk deret bolak-balik (2.22), karena |๐๐ | = ๐, maka |๐๐+1 | < |๐๐ | dan lim |๐๐ | = lim ๐โโ
1
๐โโ ๐
0. Jadi, menurut Teorema ,deret ini konvergen
1.3. Konvergen Bersyarat Satu hal yang perlu diperhatikan pada deret tak tetap positif adalah bahwa bila deret tersebut konvergen tetapi tak konvergen mutlak, maka pengubahan urutan suku-sukunya dapat terjadi dan memberi hasil yang jumlah yang berbeda. Contoh : Pandang deret bolak-balik (2.22). Karena telah kita perlihatkan deret ini konvergen, maka jumlahnya ada, katakanlah S, yaitu : 1โ
1 2
1
1
+3โ4+โฏ=๐
(2.24)
Akan kita perlihatkan bahwa deret yang diperoleh dari (2.24) dengan susunan urutan sukusukunya sebagai berikut : 1+
1 3
1
1
1
1
1
1
1
โ 2 + 5 + 7 โ 4 + 9 + 11 โ 6 + โฏ
(2.25)
3
Memiliki jumlah 2 ๐ โ ๐
6
=
Bukti : Deret (2.25) dapat kita peroleh dengan cara sebagai berikut. Pertama, kalikan deret 1
(2.24) dengan 2, yang memberikan deret : 1 2
1
1
1
โ 4+ 8 +โฏ = 2๐
(2.26)
Jumlahkan deret (2.24) dengan (2.26), kita peroleh deret (2.25) : 1+
1
1
1
1
1
1
1
1
โ 2 + 5 + 7 โ 4 + 9 + 11 โ 6 + โฏ 3 1
3
Hasil jumlahnya : S + 2 ๐ = 2 ๐ , seperti disebutkan diatas 1.3.1. Defenisi Konvergen Bersyarat Jika deret tak tetap positif โโ ๐=1 a n konvergen tetapi tak konvergen mutlak, maka konvergensinya disebut konvergen bersyarat. Sebuah deret yang konvergen bersyarat tak boleh diubah urutan suku-sukunya. 1.4. Deret Pangkat Selama ini kita hanya membahas deret takhingga yang semua sukunya berupa bilangan tetap. Dalam sisa bab ini, kita akan mempelajari deret takhinggal variabel. Yaitu, deret yang semua bergantung pada sebuah variabel x; secara khusus, yang suku-sukunya berbentuk fungsi pangkat: ๐๐= ๐๐ (x) = ๐๐ ๐ฅ ๐ dengan koefisien ๐๐ = ๐(๐) membentuk suatu barisan bilangan tetap. 1.4.1. Defenisi Deret Pangkat Deret tak hingga variabel, ๐ 2 ๐ โโ ๐=1 ๐๐ (๐ฅ โ ๐) โก ๐๐ + ๐1 (x-a) + ๐2 (๐ฅ โ ๐) + .... + ๐๐ (๐ฅ โ ๐) +....
(2.28)
Dengan x sebuah variabel sedangkan a dan ๐๐ bilangan tetap, disebut โderet pangkatโ atau โderet kuasaโ Perhatikan bahwa dalam notasi deret pangkat ini kita telah sengaja memilih indeks nol untuk menyatakan suku pertama deret, ๐๐ , yang selanjutnya akan kita sebut suku ke nol. Penamaan indeks atau suku ini hanyalah sekedar untuk memudahkan penulisan, terutama bila kelak kita membahas uraian sebuah fungsi kedalam deret pangkat, yakni uraian Taylor. Contoh : 1. 1 โ
๐ฅ
+ 2
x2 4
โ
x3 8
โ๐ฅ ๐
+ โฏ + 2๐ + .... โก โโ ๐=0
1.5. Deret Binomial Deret binomial dituliskan sebagai berikut : 7
(โ๐ฅ)๐ 2๐
(๐ + ๐)๐ =๐๐ +๐๐๐โ1b + โฏ + ๐๐๐โ1 b + ๐ ๐ = โโ ๐=0
(๐โ๐) ๐!
๐๐โ๐ ๐ ๐
Contoh : 1. Uraikan fungsi f(x) = sin x atas deret Maclaurin Penyelesaian : f(x) = (1 + ๐ฅ)โ1 (โ1)(โ2)
= 1-x +
2!
๐ฅ2+
(โ1)(โ2)(โ3) 3!
+....
Hitunglah deret nilai sisa deret 1 โ
1 2
1
1
1
1
+ 4 โ 8 + 16-32 pada suku ke enam
Penyelesaian : ๐
1
S = 1โ๐, a= 1, r = -2 1
2
S = 1+1/2 = 3 S=1โ
1 2
1
1
1
1
+ 4 โ 8 + 16-32 = S-๐6 = 0,6666-0,65 = 0,0106
BAB II BILANGAN KOMPLEKS 2.1. Bilangan Real dan Imajiner Tiap-tiap persamaan dengan bentuk : ax2 + bx + c = 0............................................................................................... (2.1) dinamakan persamaan kuadrat, yang akar-akar persamaannya adalah :
x1,2 =
โ๐ยฑโ๐ 2 โ4๐๐ 2๐
.................................................................................. (2.2)
Jika diskriminan D = b2 โ 4ac < 0, maka tak ada akar-akar yang real (dua buah akar yang gabungan kompleks), dan untuk melukiskan akar-akar ini, maka dinyatakan dengan bilangan : bilangan khayal(imajiner) ai dengan a bilangan riel dan i satuan kayal yang memenuhi aturan : i = โโ1............................................................................................................ (2.3) i2 = (โโ1 ) = -1,i3 = -i,t4 = 1,t4n = 1 suatu bilangan kompleks adalah suatu bilangan dengan bentuk : 8
c = a + ib........................................................................................................... (2.4) dengan c = bilangan kompleks a = Re c = bagian riel c b = Im c = bagian imajiner?kayal c sehingga sebuah bilangan kompleks c dapat ditulis sebagai : c = Re c + Im c Contoh 1 Nyatakanlah apakah bilangan kompleks real atau imajiner soal dibawah ini : a.
10 + 5i
โ sebuah bilangan kompleks
b.
0 + 8i atau 8i
โ sebuah bilangan imajiner
c.
10 + 0i atau 10
โ sebuah bilangan riel
d.
0 + 0i
โ sebuah bilangan kompleks
2.2. Aljabar Bilangan Kompleks Misalkan dua bilangan kompleks c1 = a1 + ib1 dan c2 = a2 + ib2, maka operasi aljabar antara kedua bilangan kompleks ini didefenisikan memberikan pula suatu bilangan kompleks baru. a. Penjumlahan/Pengurangan c1 ยฑ c2 = (a1 + ib2) ยฑ(a2 + ib2) = (a1 ยฑ a2) + i(b1 ยฑ b2)....................................... (2.5) b. Perkalian c1.c2
= (a1 + ib2) (a2 + ib2) = a1a2 + ia1b2+ 1 b1a2 + i2b1b2 = (a1a2 โ b1b2) + i(a1b2 + a2b1).......................................................................... (2.6)
c. Pembagi
9
๐1 ๐2
=
(๐1+๐๐1) (๐2+๐๐2
(๐1+๐๐1)(๐2โ๐๐2)
= (๐2+๐๐2)(๐2โ๐๐2) =
(๐1๐2+๐1๐2) ๐12
+๐22 )
+i
(๐1๐2โ๐1๐2) (๐22 + ๐22 )
Contoh 2. Jika c1 = 2 โ 3i dan c2 = -5 + i , hitunglah : a. c1 + c2
d. c1.c2
b. c1 - c2
e. c1 / c2
Penyelesaian : a. c1 + c2 = -3 โ 2i
d. c1 c2 = -7 + 17i
b. c1 - c2 = 7 - 4i
e. c1 / c2 = (-1 + i)/2
Di dalam operasi aljabar bilangna kompleks berlaku sifat-sifat : c1 + c2 = c2 + c1
โ aturan kumulatif
c1 .c2 = c2 .c1
โ aturan kumulatif
(c1 + c2) + c3 = c1 + (c2 + c3)
โ aturan asosiatif
(c1 .c2) + c3 = c1(c2 + c3)
โ aturan asosiatif
c1 (c2 + c3) = c1 .c2 + c2 .c3
โ aturan distributif
0+c=c+0=c
โ aturan distributif
2.3. Bidang Kompleks / Diagram argand Pada sistem koordinat suku dapat digambarkan suatu pasangan bilangan yang dapat menyatakan sebuah titik dalam bidang, dan sebaliknya suatu titik dapat menyatakan suatu pasangan bilangan. Karena suatu pasangan bilangan (x,y) ditentukan oleh suatu bilangan kompleks z = x + iy, maka setiap bilangan kompleks z = x + iy dapat dinyatakan sebagai sebuah titik P (x,y) pada suatu bidang xy dan sebalikmya sebuah titik P (x,y) sesuai dengan suatu bilangan kompleks z = x + iy. Bilangan xy tersebut dinamakan bidang kompleks atau diagram Argand.
P(x,y) = x + iy = (r,ษต) 10
Y
สณ Letak titik P(x,y) dalam koordinat siku dengan r adalah jarak titik asal 0 ke titik P(x,y) dan sudut ๐ sudut positif yang diapit garis OP dengan sumbu x positif, dapat juga ditentukan dengan koordinat0 polar (r,๐).
X
0
Hubungan dengan koordinat adalah : x = r cos ๐
y = r sin ๐ ...................................( 2.11)
r = โ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2
๐ = arc tan ๐ฅ ................................(2.12)
๐ฆ
Berdasarkan hubungan koordinat, diperoleh bentuk kutub (polar) bilangan kompleks : z = x + iy = r cos ๐ + ir sin ๐ atau : z = r(cos ๐ + i sin ๐ )......................................(2.13) Dengan : r = modulus atau harga mutlak z ๐ = argumen z = sudut = fase Jika ๐ง1 = ๐1 ( cos ๐1 + i sin ๐1 ) dan ๐ง2 = ๐2 ( cos ๐2 + i sin ๐2 ) Maka perkalian : ๐ง1 ๐ง2 = ๐1 ๐1 [cos(๐1 + ๐2 ) + ๐ sin(๐1 + ๐2 ) ] Dan jika ๐ง1 = ๐ง2 , ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐โ : ๐ง1 ๐ง2 = ๐ง 2 = ๐ 2 ( ๐๐๐ 2 ๐ + ๐ ๐ ๐๐2 ๐ ) ๐ง 2 = ๐ 2 ( ๐๐๐ 2 ๐ + ๐ ๐ ๐๐2 ๐ ) Selanjutnya jika ada nz yang tidak berbeda masing-masing sama dengan z =๐(๐๐๐ ๐ + ๐ ๐ ๐๐๐ ), maka diperoleh : ๐ง ๐ = [๐(๐๐๐ ๐ + ๐ ๐ ๐๐๐) ]๐ = ๐ ๐ (๐๐๐ ๐๐ + ๐ ๐ ๐๐๐) Persamaan ini dikenal dengan Teorema De Moivre 2.4. Persamaan Kompleks dan Kurva Bilangan Kompleks 11
Duah buah bilangan konpleks adalah sama, jika dan hanya jika bagian real nya sama, dan juga bagian kayal/imajiner sama. Contohnya x + iy = 2 +3i. Adalah suatu persamaan kompleks dengan x = 2 dan y = 3 sebagai variabel-variabel riel. Suatu persamaan kompleks yang menghasilkan hanya satu persamaan riel, akan memberikan pemecahan dengan x dan y saling bergantungan. Saling bergantungan ini, pada bilangan kompleks, menggambarkan sebuah kurva. Jika kita memiliki sebuah persamaan kompleks yang memberikan hanya satu persamaan rill atau f(z) = C dimana z = x + iy, dengan f(z) dan C masing-masing berharga rill, maka sistem persamaan tersebut akan memberikan pemecahan dalam variabel x dan y yang saling tergantung, sehingga menggambarkan suatu kurva dalam bidang x โ y tersebut Contoh : 1. Cari pemecahan persamaan kompleks ๐ง 2 = 1 dengan z = x + iy. Penyelesaian : Nyatakan persamaan tersebut dalam variabel rill x dan y sebagai berikut. (๐ฅ + ๐๐ฆ)2 = 1. Selanjutnya kita jabarkan persamaan tersebut menjadi ๐ฅ 2 + 2๐๐ฅ๐ฆ โ ๐ฆ 2 = 1 sehingga diperoleh persamaan untuk bagian rill dan imajiner masing-masing a) ๐ฅ 2 โ ๐ฆ 2 = 1 b) 2๐ฅ๐ฆ = 0 Dari persamaan b) jika x = 0 maka dari persamaan a) diperoleh ๐ฆ 2 = โ1 dan karena y seharusnya merupakan bilangan rill, maka hasil ini bukan pemecahan persamaan yang kita tinjau. Jika y = 0 maka diperoleh ๐ฅ 2 = 1 yang memberikan nilai rill bagi variabel x. Dengan demikian pemecahan persamaan tersebut adalah {x = ยฑ 1, y = 0} atau z = ยฑ1 2. Tentukan kurva yang terkait persamaan |๐ง โ 3| = 1 Penyelesaian : Ungkapkan persamaan tersebut dalam variabel x dan y adalah |๐ฅ โ 3 + ๐๐ฆ| = โ(๐ฅ โ 3)2 + ๐ฆ 2 = 1 lalu kuadratkan kedua ruas sehingga diperoleh persamaan lingkaran (๐ฅ โ 3)2 + ๐ฆ 2 = 1 dengan titik pusat di (3,0) dan berjari-jari 1. 12
2.5. Deret kompleks Seperti halnya ketika kita membahas deret pangkat pada sistem bilangan riil pada bab 1, dalam sistem bilangan kompleks kita juga dapat membangun suatu deret pangkat takhingga yang didefinisikan sebagai: โ
๐(๐ง) = โ ๐๐ ๐ง ๐ ๐=1
Dengan z=x+iy, dan an merupakan bilangan kompleks. Untuk menguji konvergensi dari deret tersebut, kita dapat memakai kembali semua perangkat yang telah kita bahas di bab 1 lalu. Tinjau deret berikut: โ
๐ง2 ๐ง3 ๐ง4 ๐ง๐ ๐ง โ + โ + โฏ = โ(โ1)๐+1 2 3 4 ๐ ๐=1
Untuk menentukan konvergensi dari deret pangkat kompleks bolak-balik ini kita uji bahwa deret ini konvergen karena memenuhi syarat konvergen mutlaknya. Dari lim ว ๐โโ
๐ง ๐+1
dan ว (๐+1)ว < ว
๐ง๐ ๐
๐ง๐ ๐
ว=0
ว. Jelas bahwa deret ini konvergen karena memenuhi syarat konvergen
mutlak. Selanjutnya untuk mengetahui harga z yang membuat deret tersebut konvergen kita gunakan uji rasio: ๐๐ง ๐+1
Lim ว (๐+1)๐ง ๐ว ว ๐งว < 1 ๐โโ
Dengan demikian diperoleh untuk harga ว ๐งว < 1 deret konvergen. Mengingat ว ๐งว = 1 tidak lain adalah kurva lingkaran dalam bidang kompleks, maka untuk semua nilai (x,y) yang berada di dalam kurva tersebut deret tersebut konvergen. Untuk (x,y) yang berada tepat di lingkaran yaitu ketika z=1, maka kita harus melakukan uji terpisah untuk menentukan konvergensinya dan mengingat analisis pemeriksaannya cukup panjang, maka hal ini tidak kita lakukan. Deret tak hingga kompleks adalah pernyataan penjumlahan bilangan kompleks yang tak hingga banyaknya berbentuk: 13
๐ถ1 + ๐ถ2 + ๐ถ3 + โฏ ๐ถ๐ + โฏ = โโ ๐=1 ๐ถ๐ โฆ โฆ โฆ โฆ.
Dengan setiap suku ๐ถ๐ adalah suatu bilangan kompleks yang tergantung pada bilangan bulat n. Jumlah parsial/pembagiannya deret tak hingga kompleks dituliskan: ๐๐ = ๐๐ + ๐๐๐ dengan: ๐๐ = โโ ๐=1 ๐ถ๐ = 1,2,3 โฆ ๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐. Jika n โ โ, ๐๐ menuju s= x+iy, maka deret kompleksnya konvergen, dengan s jumlahnya. Berarti jika ๐๐ โ ๐ฅ ๐๐๐ ๐๐ โ ๐ฆ maka deret bagian riel dan kayal adalah konvergen. Contoh: Ujilah konvergensi deret kompleks berikut ini: โ โ ๐ ๐๐ ๐ ๐๐๐ โโ โ ๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐=0 ๐ง = โ๐=0(๐๐ ) = โ๐=0 ๐ ๐
๐= ว
๐ง ๐+1 ๐ง๐
ว = Lim |๐ง| ๐โโ
๐ = |๐ง| adalah konvergen jika |z| = ๐ < 1 sehingga disebut lingkaran konvergensi.
2.6. Fungsi Eksponensial Dan Rumus Euler Seperti halnya pada pembahasan deret pangkat riil, setiap deret pangkat kompleks yang konvergen akan mendefinisikan sebuah fungsi f (z) dengan variabel kompleks z dalam daerah konvergensi deret tersebut dan deret tersebut secara khusus dinamakan sebagai uraian taylor. Sekarang kita akan meninjau uraian taylor dari fungsi kompleks () z ezf = di sekitar 0 =z sebagai berikut (buktikan!): ๐๐ง = 1 + ๐ง +
๐ง2 2!
+
๐ง3 3!
+
๐ง4 4!
+โฏ
๐ง๐
= 1 + โโ ๐=1 ๐!
14
๐ง๐
Dapat dibuktikan bahwa deret โโ ๐=1 ๐! konvergen untuk seluruh z, sehingga uraian taylor fungsi f(z) = ๐ ๐ง juga memiliki rentang konvergensi yang sama. Dapat diperlihatkan pula bahwa perkalian dan pembagian dua fungsi eksponensial kompleks juga memenuhi hubungan yang sama dengan fungsi eksponensial riil yaitu:
๐ ๐ง1 ๐ ๐ง2 = ๐ (๐ง1+๐ง2) ๐ ๐ง1 ๐ ๐ง2
= ๐ (๐ง1โ๐ง2 )
misalkan kita ambil z = iy atau z murni bilangan imajiner. Dengan memasukkannya ke dalam persamaan, kemudian mengelompokkannya dalam bagian riil dan imajiner diperoleh:
๐ ๐๐ฆ =
(1โ
๐ฆ2 ๐ฆ4 ๐ฆ6 + + +โฏ ) 2! 4! 6!
Cos ๐ฆ
+ ๐
๐ฆ3 ๐ฆ5 ๐ฆ7 + + +โฏ ) 3! 5! 7!
(๐ฆโ
Sin ๐ฆ
Bagian imajiner dari ruas kanan persamaan tidak lain adalah uraian taylor untuk fungsi sin y , sedangkan bagian riilnya dapat ditunjukkan merupakan uraian taylor fungsi cos y . Sehingga dengan demikian kita dapati bahwa bentuk fungsi eksponensial bilangan imajiner ekuivalen dengan representasi trigonometrik: ๐ ๐๐ฆ = Cos ๐ฆ + ๐ sin ๐ฆ Hubungan yang diberikan oleh persamaan (17) di atas dikenal sebagai rumusan euler. Contoh: Nyatakan bilangan kompleks a=โ3 + ๐ = 2
ke dalam bentuk eksponensial kompleks.
Modulus bilangan tersebut adalah : |a| = โ3 + ๐ = 2 dari argumennya arg ๐ด = arctan sehingga repsentasinya dalam bentuk eksponesial kompleks adalah ๐ด = 2๐ ๐๐/6 Soal!! 1. Jika ๐ถ1 = 2 + 5๐ ๐๐๐ ๐ถ2 = 5 + 2๐, โ๐๐ก๐ข๐๐๐๐โ a. ๐ถ1 + ๐ถ2 jawab: = (๐1 ยฑ ๐2 ) + ๐(๐1 ยฑ ๐2 ) =(2 + 5) + ๐(5 + 2) 15
1 โ3
๐
= 6,
2. hitunglah konjugat kompleks dan modulus dari soal dibawah ini a. (2+5i) jawab: (๐ถ โ ) = a-ib
konjugat
= 2-5i Modulus
|c| = โ(๐ + ๐๐)(๐ โ ๐๐) = โ๐2 + ๐ 2 |๐ถ| = โ22 +5๐ 2 = 2 + 5๐
2.7. Fungsi Logaritma Kompleks Kita akan mempelajari bagaimana menentukan nilai logaritma dari sembarang bilangan kompleks zโ 0, termasuk bilangan negative sebagai kasus khusus. Seperti diketahui bentuk eksponensial z = ๐ ๐ค ekuivlen dengan w = ln z Dari defenisi bilangan kompleks dengan menggunakan ungkapan z = ๐ ๐ค , diperoleh salah satu sifat logaritma, yaitu: ๐ง1 ๐ง2 = ๐ ๐ค1 ๐ ๐ค2 = ๐ ๐ค1 +๐ค2 atau ln ๐ง1 ๐ง2 = ๐ค1 + ๐ค2 = ln๐ง1 + ln๐ง2 Dari sifat ini kita dapat menghitung bagian real dan bagian imajiner dari fungsi logaritma kompleks. Rumus fungsi logaritma kompleks : ln z = Lnr +๐๐ +2nฯ Dengan Ln r menunjukkan logaritma dengan bilangan pokok e dari bilangan real positif r. tampak bahwa fungsi logaritma kompleks bernilai jamak, tergantung pada nilai n yang tak hingga banyaknya (n=0) Besar Ln r dikenal sebagai nilai utama (principal value) dari Ln z. Contoh soal : Hitunglah ( l โ i )4 Penyelesaian : Jika z = l-i, maka r=โ2 dan ๐5ฯ/4. Bentuk eksponensialnya adalah: z=โ2. ๐ 5๐ฯ/4 , sehingga (l-i)4 = (โ2. ๐ 5๐ฯ/4 )4 = 4๐ 5๐ฯ = -4 2.8. Fungsi Trigonometri dan Hiperbolik Kompleks 16
Fungsi trigonometri kompleks 1
1
Sin z =2๐ (๐ ๐๐ง โ ๐ โ๐๐ง ) dan cos z =2๐ (๐ ๐๐ง โ ๐ โ๐๐ง ) Untuk semua bilangan kompleks z Empat fungsi trigonometri yang lain didefinisikan: ๐ ๐๐ ๐ง
tan z =cos ๐ง
cos ๐ง
cot z = sin ๐ง
1
sec z =cos ๐ง
1
csc z = sin ๐ง
BAB III ALJABAR VEKTOR 1. Defenisi Vektor Vector adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Contoh besaran fisika vector adalah kecepatan, percepatan, gaya, momentum sudut, medan listrik, dll. Agar dapat dibedakan besaran scalar dan besaran vector, maka lambang untuk besaran scalar ditulis dengan huruf a, b, A; sedangkan lambang vector ditulis dengan tanda anak panah a , b , A . Besar vector A ditulis A = |A| dan arah vector A ditentukan oleh suatu vector satuan pada arah A dengan besar satu satuan yaitu A yang didefenisikan sebagai: A =
A ๐ด
Dengan | A | = 1 satuan 2. Penjumlahan dan pengurangan vector Operasi penjumlahan dan pengurangan vector sama sekali berbeda dengan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan-bilangan dalam aljabar biasa. Jika A dan B adalah dua buah vector sembarang, maka jumlah kedua vector didefenisikan sebagai: A + B = B + A (aturan komutatif)
Jika B adalah sebuah vector, maka - B didefenisikan sebagai vector yang sama besarnya dengan arah yang berlawanan dengan vector B . Maka mengurangkan vector
A dengan
vector B sama artinya menambahkan vector A dengan vector negative - B A - B = + A + (- B )
3. Komponen Vektor Vector sembarang A di dalam ruang berdimensi tiga dapat diuraikan atas tiga komponen yang saling tegak lurus satu sama lain dengan menggunakan sistem koordinat Cartesius, dengan meletakkan titik tangkap A pada titik asalnya 0. 17
Vector-vektor xห Ax, yห Ay, dan zห Az dinamakan vector-vektor komponen yang segaris dengan sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. maka vector A dinyatakan dalam komponen sebagai: A = xห Ax + yห Ay + zห Az
Besar vector A = | A | = (Ax2 + Ay2 + Az2 ) ยฝ 4. Perkalian Skalar Dua Vektor Jika A dan B adalah dua buah vector tak nol yang mengapit sudut ๏ฑ , maka perkalian scalar (titik) dari dua vector A dan B didefenisikan sebagai: A . B = A B cos ๏ฑ = AB cos ๏ฑ
Karena | A || B | cos ๏ฑ , maka berlaku hubungan komutatif A.B= B.A
Di dalam perkalian scalar dua vector dapat dijumpai beebrapa keadaan istimewa, antara lain: 1. Jika A . B = AB cos ๏ฑ = dan A โ 0 , B โ 0 , maka cos ๏ฑ = 0, atau ๏ฑ =1/2 ฯ, sehingga vector A tegak lurus pada vector vector B 2. Jika ๏ฑ = 0 maka A . B = AB cos ๏ฑ = AB, yaitu pada saat A sejajar dengan B 3. Jika ๏ฑ = ฯ maka A . B = AB cos ฯ = -AB, yaitu pada saat A anti parallel (berlawanan arah) dengan B . 5. Perkalian Silang Perkalian silang dari dua vector dan didefenisikan sebagai: A x B = nห (AB sin ๏ฑ )
Dengan, ๏ฑ = sudut antara A dan B nห = vector satuan dengan arah tegak lurus pada bidang (A,B) dan arah positif ditentukan dengan putaran sekrup
AB = luas jajaran genjang yang sisi-sisinya adalah vector A dan B Perkalian silang dari dua vector A dan B , yaitu A x B , mempunyai 3 buah komponen yang didefenisikan sebagai: ( A x B )x โก AyBz - AzBy ( A x B )y โก AzBx โ AxBz ( A x B )z โก AxBy โ AyBx 18
Dapat dituliskan menjadi: ( A x B ) = (AyBz - AzBy) xห + (AzBx โ AxBz ) yห + (AxBy โ AyBx ) zห 6. Hasil Kali Tripel Berdasarkan tiga buah vector A , B dan C diperoleh 3 jenis perkalian, yaitu: 1. ( A . B ) C 2. A .( B x C ) 3. A x ( B x C ) Masing-masing penafsiran sebagai berikut: 1. A . B = AB cos ๏ฑ adalah sebuah scalar, sehingga ( A . B ) C adalah sebuah vector yang sejajar C 2. A .( B x C ) disebut hasil kali tripel/ perkalian ganda tiga scalar. 7. Persamaan Garis Lurus dan Bidang Persamaan garis lurus Sebuah garis lurus L dalam ruang ditentukan oleh dua buah titik berbeda P1 dan P2 yang dilaluinya. Dalam rumusan vector, ini berarti bahwa jika OP1 dan OP 2 adalah berturut-turut vector kedudukan P1 dan P2, relative terhadap titik acuan O, maka setiap titik P yang terletak pada garis , memenuhi persamaan vector
OP = OP1 + P1P = OP1 + t ( OP 2 - OP1 ) Atau P1P = t P2 P Dengan ฯ sebuah parameter real. Persamaan bidang Misalkan L adalah sebuah garis lurus dan P sembarang titik yang tepat terleta di garis L. dari geometri kita ketahui bahwa melalui bahwa melalui titik P hanya ada satu bidang datar V yang memotong tegak lurus garis L. Jadi, sebuah bidang v tertentukan oleh sebuah titik P0(x0,y0,z0), yang dilewatinya, dan sebuah vector N = A i = B หj + C kห yang tegak lurus padanya. Jadi, jika P(x,y,z) adalah sembarang titik pada bidang v, maka vector P0 P tegak lurus vector N, atau dalam rumusan hasil kali titik:
P0 P . N = 0 Jarak Titik ke Bidang
19
Misalkan Q(xq,yq,zq) sebuah titik di luar bidang v. jika Qโ adalah proyeksi tegak Q pada bidang, jadi vector QQ ' tegak lurus bidang v, maka jarak d dari titik Q ke bidang v, adalah panjang vector QQ ' d = | QQ ' | untuk menghitung panjang vector QQ ' ini secara analistis, kita tidak menghitung langsung koordinat titik Qโ, melainkan menempuh langkah berikut. Pertama, kita pilih sembarang titik P1(x1,y1,z1) pada bidang v. kemudian kita bentuk vector P1Q . Karena vector QQ ' tegak lurus bidang v, maka QQ ' sejajar vector normal bidang v, yakni N. ini berarti, panjang vector QQ ' , yakni | QQ ' | adalah panjang proyeksi vector P1Q pada vector normal N. jadi, nห = N/N adalah vector satuan, maka | QQ ' | = ( P1Q ) . nห BAB IV DERET FOURIER 4.1. Fungsi Periodik Sebuah fungsi yang terkait dengan suatu variabel tertentu dikatakan periodik jika bentuknya akan kembali berulang setelah rentang tertentu. Misalkan fungsi tersebut merupakan fungsi dari waktu t , jika ๐(๐ก) = ๐(๐ก + ๐๐), dimana n adalah sebuah bilangan integer, maka fungsi tersebut mendefinisikan sebuah fungsi periodik dengan kuantitas T dinamakan periode dari fungsi tersebut. Contoh sederhana dari fungsi seperti ini adalah fungsi sin(t), dengan t dalam radian. Telah kita ketahui akan memiliki harga yang sama pada t + n2๐ atau sin(t) = sin( t + n2๐). Dalam hal ini jelas bahwa T = 2๐ Suatu fungsi f(x) disebut mempunyai periode T (atau periodic dengan periode T) bila untuk semua x berlaku: f(x+t) = f((x)โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ(4.1) Dimana t adalah suatu konstanta positif. Harga terkecil dari T> 0 disebut periode terkecil atau periode dari f(x) saja Contoh 1. 1. Periode dari sin nx atau cos nx dimana n adalah suatu bilangan bulat positif adalah 2๐/๐ 2. Periode dari tan x adalah ๐ 3. Periode dari suatu konstanta adalah sembarang bilangan positif 20
4.2. Deret Fourier Misalkan f(x) didefenisikan dalam selang (-L,L) dan diluar selang ini oleh f(x+2L)= f(x). Jadi f(x) mempunyai priode 2L. Deret Forier atau Forier yang berhubungan dengan f(x) ditentukan oleh : ๐(๐ฅ) =
๐๐ 2
+ โโ ๐=1 (๐๐ ๐๐๐
๐๐๐ฅ ๐ฟ
+ ๐๐ ๐ ๐๐
๐๐๐ฅ ๐ฟ
)
(4.2)
Dimana koefisien Fourier an dan bn adalah : 1
๐ฟ
๐๐ = ๐ฟ โซโ๐ฟ ๐(๐ฅ)๐๐๐ 1
๐ฟ
๐๐ = ๐ฟ โซโ๐ฟ ๐(๐ฅ)๐ ๐๐
๐๐๐ฅ ๐ฟ ๐๐๐ฅ ๐ฟ
๐๐ฅ
(4.3)
๐๐ฅ
(4.4)
n=0,1,2,3,.... 1
๐ฟ
๐๐ = ๐ฟ โซโ๐ฟ ๐(๐ฅ)๐๐ฅ
untuk n = 0
atau boleh juga dipakai : 1
๐+2๐ฟ
๐๐ = ๐ฟ โซ๐ 1
๐+2๐ฟ
๐๐ = ๐ฟ โซ๐
๐(๐ฅ)๐๐๐ ๐(๐ฅ)๐ ๐๐
๐๐๐ฅ ๐ฟ ๐๐๐ฅ ๐ฟ
๐๐ฅ
(4.5)
๐๐ฅ
(4.6)
Dimana c sembarang bilangan nyata. 4.3. Fungsi Ganjil dan Genap Suatu fungsi f(x) disebut ganjil bila f(-x) = - f(x) dan disebut fungsi genap bila f(-x) = f(x). Dalam deret Fourier yang berhubungan dengan suatu fungsi ganjil, hanya mungkin ada suku-suku sinus, dan deret Fourier yang berhubungan dengan fungsi genap, maka yang mungkin ada hanya suku-suku cosinus ( atau mungkin konstanta yang akan kita pandang sebagai suatu cosinus ). Hal ini disebabkan karena fungsi sinus adalah merupakan fungsi ganjil dan fungsi cosinus merupakan fungsi genap. Contoh : Apakah fungsi ganjil dan genap! a. ๐(๐ฅ) = โ๐ฅ 5 โ 3๐ฅ 3 + 2๐ฅ b. ๐(๐ฅ) = sin ๐ฅ c. ๐(๐ฅ) = cos ๐ฅ d. ๐(๐ฅ) = ๐ฅ 3 e. ๐(๐ฅ) = 2๐ฅ 4 21
Penyelesaian : a. ๐(โ๐ฅ) = โ ๐ฅ 5 + 3๐ฅ 3 โ 2๐ฅ = โ( ๐ฅ 5 โ 3๐ฅ 3 + 2๐ฅ) = โ๐(๐ฅ) Jadi fungsi ganjil b. ๐(โ๐ฅ) = sin(โ๐ฅ) = โ sin ๐ฅ = โ ๐(๐ฅ) Adalah Fungsi ganjil c. ๐(โ๐ฅ) = cos(โ๐ฅ) = cos ๐ฅ = ๐(๐ฅ) Adalah Fungsi genap d. ๐(โ๐ฅ) = (โ๐ฅ)3 = โ๐(๐ฅ) Adalah fungsi ganjil e. ๐(โ๐ฅ) = 2(โ๐ฅ)4 = 2๐ฅ 4 = ๐(๐ฅ) Adalah Fungsi genap 4.4. Deret Fourier Jangkauan Setengah Deret Fourier Sinus atau deret Fourier Cosinus adalah berturut-turut suatu deret dimana hanya ada suku-suku sinus atau hanya suku-suku cosinus. Jika suatu deret setengah daerah yang berhubungan dengan suatu fungsi yang diinginkan maka fungsi itu umumnya didefenisikan dalam selang ( 0, L ) [ yang merupakan setengah dari selang ( -L, L ), untuk yang menyebabkan nama setengah daerah ( half range ) ] atau didefenisikan akan selang ( -L, 0 ). Dalam hal ini didapatkan : 2
๐ฟ
๐๐ = 0, ๐๐ = ๐ฟ โซ0 ๐(๐ฅ) sin
๐๐๐ฅ ๐ฟ
๐๐ฅ โฏ (4.7)
Untuk deret Fourier sinus, dan 2
๐ฟ
๐๐ = 0, ๐๐ = ๐ฟ โซ0 ๐(๐ฅ) cos
๐๐๐ฅ ๐ฟ
๐๐ฅ โฏ (4.8)
Contoh soal : Ekspansikan f(x) = x; 0 0 dan D > 0
c.
Titik pelana (saddle), jika ๐๐ฅ๐ฅ (a,b) < 0 dan D > 0 32
Jika D = 0, tak ada yang dapat di simpulkan mengenai jenis ekstrem fungsi z = f(x,y) Contoh : Carilah titik ekstrem dari fungsi f(x,y) = xy - ๐ฅ 2 โ ๐ฆ 2 โ 2๐ฅ โ 2๐ฆ + 4, dan tentukan jenis ekstremnya. Penyelesaian: Dari syarat ekstrem (5.8), diperoleh : ๐๐ฅ = y โ 2x โ 2 = 0 ๐๐ฆ = x โ 2y โ 2 = 0 Atau, x = y = -2 Jadi titik P(-2, -2) adalah satu-satunya titik ekstrem fungsi f. Jenis ekstremnya, di tentukan dari turunan kedua fungsi f : ๐๐ฅ๐ฅ = 2, ๐๐ฆ๐ฆ = โ2, ๐๐ฅ๐ฆ = 1 Dari nilai diskriminanya di titik (-2, -2) adalah : D = ๐๐ฅ๐ฅ ๐๐ฆ๐ฆ โ ๐ 2 ๐ฅ๐ฆ = (โ2)(2) โ 12 = 3 > 0 Karena ๐๐ฅ๐ฅ = -2 < 0 dan D = 3 > 0, maka titik ekstrem maksimum fungsi f. Nilai ekstremnya adalah : f( -2, -2) = 8 5.6 Persoalaan Ekstrem Terkendala Pada percobaan ekstrem fungsi f (x,y,z) yang ditinjau diatas, variable x dan y berubah secara bebas. Tetapi dalam berbagai persoalaan fisika dan geometri, variable x dan y seringkali disyaratkan memenuhi suatu hubungan tertentu, โ
(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) = 0 dalam bab ini akan dibahas dua cara pemecahannya, yaitu cara eliminasi dan pengali lagrange. Cara Eliminas
33
Pada cara eliminasi, dipecahkan dahulu persamaan kendala โ
(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) = 0 untuk salah satu variable, kemudian menggunakannya untuk mengeliminasi variabel bersangkutan dari fungsi f, dan selanjutnya mencarikan nilai ekstrem fungsi f dalam variabel yang sisa. Sebagai contoh soal berikut:
Contoh 6 Tentukan letak titik P(a,b) pada sebuah permukaan bidang V: x-y+2z=2, yang jaraknya terdekat ketitik asal nol. Penyelesaian Pada bab 3 dipelajari bahwa jarak sebuah titik P(x,y,z) ke titik asal nol adalah: ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
| = โ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 + ๐ง 2 karena |๐๐ ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
| minimum jika fungsi: |๐๐ ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) = ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 + ๐ง 2 Maka dapat diambil f sebagai fungsi yang hendak dicari nilai ekstremnya. Karena titik P (x,y,z) haruslah terletak pada bidang V : x-y+2z=2, maka persamaan bidang ini adalah persamaan kendala โ
(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) = ๐ฅ โ ๐ฆ + 2๐ง โ 2 = 0 Metode Eliminasi Cara jelas untuk memecahkan persoalaan ekstrem terkendala ini adalah cara eliminasi. Yaitu, memecahkan dahulu persamaan kendala bagi salah satu variabel kemudian disisipkan pada fungsi f. dari persamaan kendala di peroleh: y = x + 2z โ 2 sisipkan ke dalam fungsi kuadrat jarak f, memberikan: ๐(๐ฅ, ๐ฆ(๐ฅ, ๐ง), ๐ง) = ๐ฅ 2 + (๐ฅ + 2๐ง โ 2)2 + ๐ง 2 2๐ฅ 2 + 4๐ฅ๐ง + 5๐ฅ 2 โ 4๐ฅ โ 8๐ง + 4 Penerapan syarat ekstrem, memberikan: ๐๐ = 4๐ฅ + 4๐ง โ 4 = 0 34
๐๐ง = 4๐ฅ + 10๐ง โ 8 = 0 Pemecahannya memberikan: x = 1/3, dan z = 2/3. Untuk menyelidiki jenis ekstrem f yang bersangkutan yang bersangkutan, dalam variable (x,y), dihitung lagi turunan parsial keduanya: ๐๐ฅ๐ฅ = 4
๐๐ง๐ง = 10,
๐๐๐ = ๐๐๐ = 4
Metode Pengali Langrange Persamaan kendala โ
(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) = 0 seringkali sangatlah rumit untuk dipecahkan, begitu pula halnya dengan pemecahan syarat ekstrem : ๐๐ฅ = 0, ๐๐ง = 0 atau dalam dua variable lainnya. Untuk mengatasinya, matematikawan perancis Louis langrange mengembangkan metode pengali langrange, yang menghasilkan suatu system persamaan setara yang relative mudah mencari penyelesaiannya. Gagasan dasarnya betolak dari hasil penalaran berikut: Dititik ekstrem berlaku: ๐๐ = ๐๐ฆ ๐๐ฅ + ๐๐ฆ ๐๐ฆ + ๐๐ง = 0 Dengan memandang x,y, dan z bebas, maka dx, dy, dan dz juga bebas sehingga diperoleh ๐๐ฅ + ๐โ
๐ฅ ๐๐ฅ = 0
๐๐ฆ + ๐โ
๐ฆ ๐๐ฆ = 0
๐๐ง + ๐โ
๐ง ๐๐ง = 0
BAB VI. INTEGRAL-INTEGRAL BERLIPAT 6.1 Integral Berlipat Perhatikan suatu pelat datar berhingga (dua dimensi), dengan distribusi massa tak seragam (non uniform) dalam daerah tertentu R dalam bidang xy (bidang kartesis xy). ๐ = f (x,y) adalah massa atau massa persatuan luas pada setiap titik (x,y).
Gambar 6.1. Daerah R pada bidang xy dengan elemen kecil ๐๐
35
Daerah R dibagi atas n buah elemen daerah kecil dan dengan meninjau sebuah titik (xi, yi) didalam elemen daerah (i= 1,2,โฆ.n). Massa setiap elemen daerah adalah : โ๐๐ = ๐|๐๐ | = ๐ (๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ ) |๐๐ | ........................................................................................................ (6.1) |๐๐ | = luas elemen daerah ๐๐ Massa total (M) pelat dalam dearah R adalah : โ M โ
โโ ๐=1 โ๐๐ = โ๐=1 ๐(๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ ) |๐๐ | .............................................................................. (6.2)
Selanjutnya jika daerah ๐๐ sangat kecil, maka |๐๐ | โ 0 dan jmlah daerah nโ โ. Jika ๐๐ berbentuk segi empat ( โ๐ฅ๐ dan โ๐ฆ๐ ), maka |๐๐ | = | โ๐ฅ๐ โ๐ฆ๐ | sehingga : M = lim โโ ๐=1 ๐(๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ ) | โ๐ฅ๐ โ๐ฆ๐ |................................................................................... (6.3) ๐โโ
Dimana : โ๐ฅ๐ โ 0, โ๐ฆ๐ โ 0 Maka integral lipat dua fungsi ๐(๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ ) dalam daerah R didefenisikan sebagai berikut : โฌ ๐ (๐ฅ, ๐ฆ)๐๐ฅ๐๐ฆ = lim โโ ๐=1 ๐(๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ ) | โ๐ฅ๐ โ๐ฆ๐ | ......................................................... (6.4) ๐โโ
Sifat integral lipat dua sebaai berikut : 1. Jika f = f(x,y) dan g = g(x,y), dua fungsi terdefenisikan pada daerah R, maka : โฌ(๐ ยฑ ๐)๐๐ฅ๐๐ฆ = โฌ ๐๐๐ฅ๐๐ฆ ยฑ โฌ ๐๐๐ฅ๐๐ฆ 2. Jika c sebuah tetapan, maka : โฌ(๐๐)๐๐ฅ๐๐ฆ = cโฌ ๐๐๐ฅ๐๐ฆ 3. Jika R merupakan gabungan daerah R1 dan R2 atau R= R1 โช R2 dengan R1 โฉ R2 = c sebuah kurva batas, maka : โฌ(๐)๐๐ฅ๐๐ฆ = โฌ๐
๐๐๐ฅ๐๐ฆ ยฑ โฌ๐
๐๐๐ฅ๐๐ฆ 1
2
Defenisi daerah normal sebagai berikut : 1. Sumbu x, jika setiap garis
sumbu x hanya memotong dua kurva batas R yang
fungsi koordinatnya y = y1 (x) dan y = y2 (x) tak berubah bentuk. 36
2. Sumbu y, jika setiap garis
sumbu y hanya memotong dua kurva batas R yang
funsi koordinatnya x= x1(y) dan x = x2(y) tak berubah bentuk. Integral Lipat Dua Sebagai Volume Jika z = f (x,y) adalah sebuah persamaan permukaan, maka integral lipat dua sebagai berikut : V = โฌ ๐ง๐๐ฅ๐๐ฆ = โฌ ๐(๐ฅ, ๐ฆ)๐๐ฅ๐๐ฆ ................................................................................... (6.5) Adalah volume bagian ruang tegak antara daerah R pada bidang xy dengan permukaan z = f(x,y) Dengan cara yan sama diperoleh : 1. X = f (y,z) โ ๐ฃ = โฌ ๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง = โฌ ๐ ( ๐ฆ, ๐ง)๐๐ฆ๐๐ง .............................................. (6.8) 2. Y = f (x,z) โ ๐ฃ = โฌ ๐ฆ๐๐ฅ๐๐ง = โฌ ๐(๐ฅ, ๐ง)๐๐ฅ๐๐ง ................................................ (6.7)
Contoh 1
4
Hitunglah โซ๐ฅ=0 โซ๐ฆ=2 3๐ฅ๐๐ฆ๐๐ฅ Penyelesaian 1
4
1
4
โซ๐ฅ=0 โซ๐ฆ=2 3๐ฅ๐๐ฆ๐๐ฅ = (โซ0 3๐ฅ๐๐ฅ ) (โซ2 dy) 1 4 = (3๐ฅ 2 /2)| ) (๐| ) 0 2 =3 6.2 Integral Lipat Tiga Sifat Integral Lipat Tiga sebagai berikut : 1. Kelinieran โญ๐ฃ (๐ ยฑ ๐)๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง = โญ๐ฃ ๐๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง ยฑ โญ๐ฃ ๐๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง 2. Jika v = v1 โช v2 dan v1 โฉ v2 = S (suatu permukaan), maka : โญ๐ฃ (๐)๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง = โญ๐ฃ ๐๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง ยฑ โญ๐ฃ ๐ ๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง 1
2
37
Contoh 1
1
1
Hitunglah โซ๐ง=0 โซ๐ฆ=0 โซ๐ฅ=0 8๐ฅ๐ฆ๐ง ๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง Penyelesaian : 1 1 1 1 1 1 โซ๐ง=0 โซ๐ฆ=0 โซ๐ฅ=0 8๐ฅ๐ฆ๐ง ๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง = โซ๐ง=0 โซ๐ฆ=0 (4๐ฅ 2 ๐ฆ๐ง)| ) ๐๐ฆ๐๐ง 0 1 1 = โซ๐ง=0 (2๐ฆ 2 ๐ง)| ) ๐๐ง 0
=1 6.3 Aplikasi Integral Dalam Fisika 1.
Jika f(x,y,z) = adalah masa benda yang menempati volume ruang v, maka massa total benda adalah : M = lim โ๐=1 โ๐๐ = ๐(๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ )๐๐ฃ๐ = โญ ๐๐๐ฃ .............................................. (6.11) ๐โโ
2. Jika r (x,y,z) adalah jarak elemen massa โ๐๐ dalam elemen volume โ๐ฃ๐ ke garis L, maka : Momen inersianya ke sumbu L adalah : โ๐ผ = ๐ 2 (๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ )โ๐ = ๐ 2 (๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ )๐(๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ )๐๐ฃ๐ Momen inersia benda ke sumbu L adalah : ๐ผ๐ฟ = lim โ๐=๐ ๐ 2 (๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ )๐(๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ )๐๐ฃ๐ = โญ ๐ 2 ๐๐๐ฃ ........................................ (6.12) ๐โโ
Jika L adalah sumbu z, maka r2 = x2 + y2, momen lembam benda adalah : I = โญ๐ฃ ( ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 )๐๐๐ฃ ...................................................................................... (6.13) Dengan cara yang sama, diperoleh untuk sumbu x dan y yaitu : I = โญ๐ฃ ( ๐ฆ 2 + ๐ง 2 )๐๐๐ฃ ...................................................................................... (6.14) I = โญ๐ฃ ( ๐ฅ 2 + ๐ง 2 )๐๐๐ฃ ....................................................................................... (6.15) 3. Pusat massa benda terhadap masing-masing bidang koordinat : โซ ๐ฅ โ ๐๐ = โซ ๐ฅ๐๐ โซ ๐ฆ โ ๐๐ = โซ ๐ฆ๐๐ ............................................................................................ (6.16) โซ ๐ง โ ๐๐ = โซ ๐ง๐๐
38
6.4. Transformasi Variabel Integral a. Dalam dua dimensi Andaikan dipunya suatu integral lipat dua : ๐ผ = โฌ ๐(๐ฅ, ๐ฆ)๐๐ฅ๐๐ฆ = โฌ ๐(๐ฅ, ๐ฆ)|(๐๐ฅ๐ฅ๐๐ฆ)| ............................................................... (6.17) Dapat diubah variabelnya yaitu dengan cara melakukan transformasi koordinat dari system (x,y) ke system (u,v) menurut persamaan transformasi. X=x (u,v) Y = y (u,v) ...................................................................................................................... (6.18) Maka setiap elemen diferensial vector bertransformasi menjadi : _ ๐๐ฅ ๐๐ฅ ๐๐ฅ = (๐๐ข) ๐๐ข + (๐๐ฃ) ๐๐ฃ ๐๐ข = udu โ ๐๐ฆ ๐๐ฆ ๐๐ฆ = (๐๐ข) ๐๐ข + ( ๐ฃ ) ๐๐ฃ ๐ ๐ฃ = ๐ฃ๐๐ฃ Elemen luas dA dalam koordinat (u,v) adalah : ๐๐ด = |๐๐ฅ๐ฅ๐๐ฆ| ๐๐ฅ
๐๐ฅ
๐๐ฆ
๐๐ฆ
= |[(๐๐ข) ๐๐ข + (๐๐ฃ) ๐๐ฃ] ๐ฅ [(๐๐ข) ๐๐ข + (๐๐ฃ ) ๐๐ฃ]| ๐ฆ
๐๐ด = |๐๐ฅ๐๐๐ฆ| = ๐ฝ (๐ฅ, ๐ข , ๐ฃ) ๐๐ข๐๐ฃ .............................................................................. (6.19) ๐ฆ
๐ฝ (๐ฅ, ๐ข , ๐ฃ) = det [
๐๐ข/๐๐ฅ ๐๐ฃ/๐๐ฅ
๐๐ข/๐๐ฆ ] .............................................................................. (6.20) ๐๐ฃ/๐๐ฆ
๐ฝ = faktor Jacobi yang bersangkutan Transformasi koordinat yang memiliki invers U = u (x,y) V = v (x,y) ...................................................................................................................... (6.21) ๐๐ข/๐๐ฅ ๐ฃ ๐ฝ (๐ฅ, ๐ฅ , ๐ฆ) = det [ ๐๐ฃ/๐๐ฅ
๐๐ข/๐๐ฆ ] ............................................................................. (6.22) ๐๐ฃ/๐๐ฆ
Karena elemen luas tak berubah, maka : โ ๐ฆ ๐ฆ ๐ฃ ๐ ๐ด = ๐๐ฅ๐๐ฆ = ๐ฝ (๐ฅ, , ๐ฃ) |๐๐ข๐ฅ๐๐ฃ| = ๐ฝ (๐ฅ, , ๐ฃ) ๐ฝ (๐ข, , ๐ฆ) ๐๐ฅ๐๐ฆ ๐ข ๐ข ๐ฅ Yang adalah taat azas jika : ๐ฆ
๐ฃ
๐ฆ
๐ฃ
๐ฝ (๐ฅ, ๐ข , ๐ฃ) ๐ฝ (๐ข, ๐ฅ , ๐ฆ) = 1 ๐๐ก๐๐ข ๐ฝ (๐ฅ, ๐ข , ๐ฃ) = ๐ฝ(๐ข, ๐ฅ , ๐ฆ)โ1 b. ...........................................................................................................................Dala m tiga dimensi Suatu integral lipat tiga : โญ ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง)๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง .................................................................................................... (6.23) 39
Dalam beberapa himpunan variable x,y,z. Persamaan transformasi koordinat dari system (x,y,z) ke system (u,v,w) adalah : X= x(u,v,w) Y = y (u,v,w) .................................................................................................................. (6.24) Z = z (u,v,w) Hubungan transformasi elemen volume dv = dxdydz dalam system koordinat (x,y,z) dengan dv =dudvdw dalam system koordinat (u,v,w). Elemen volume dv =dxdydz, dapat dipandang sebagai hasil kali tripel scalar : Dv = (ds x dy ) dz Dv = J (x,y,z/u,v,w) dudvdw ๐๐ฅ/๐๐ข ๐๐ฆ/๐๐ข ๐ฝ (๐ฅ, ๐ฆ, ๐ข , ๐ฃ, ๐ค) = det [ ๐๐ง/๐๐ข ๐ง
๐๐ฅ/๐๐ฃ ๐๐ฆ/๐๐ฃ ๐๐ง/๐๐ฃ
๐๐ฅ/๐๐ค ๐๐ฆ/๐๐ค ] ..................................................... (6.25) ๐๐ง/๐๐ค
6.5. Sistem Koordinat Selinder dan Bola a. Sistem Koordinat Silinder Sistem koordinat silider merupakan perluasan system koordinat polar ( r, ำจ) dalam bidang xy, kedalam ruang tiga dimensi.
Gambar 6.5 Sistem koordinat selinder Titik P dalam system koordinat kartesis dicirikan (x,y,z) dan dalam system koordinat selinder dicirikan (r, ำจ,z ) Persamaan transformasi dan koordinat kartesis (x,y,z) dengan koordinat selinder adalah : 40
X= r cosำจ Y = r sinำจ Z=z Hubungan elemen volume dv dalam system koordinat kartesis dan selinder adalah : ๐๐ฃ = (๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง) = ๐ (๐๐๐๐๐๐ง) .................................................................................... (6.26) Contoh Hitunglah faktor Jacobi transformasi koordinat dari koordinat kartesis ke kordinat selinder : X= r cosำจ Y = r sinำจ Z=z Penyelesaian ๐๐ฅ/๐๐ ๐ง ๐ฝ (๐ฅ, ๐ฆ, , ๐, ๐ง) = det [๐๐ฆ/๐๐ ๐ ๐๐ง/๐๐ ๐๐๐ ๐ ๐ฝ (๐ฅ, ๐ฆ, ๐ , ๐, ๐ง) = det [sin ๐ 0 ๐ง
โ๐ ๐ ๐๐๐ ๐ cos ๐ 0
๐๐ฅ/๐๐ ๐๐ฆ/๐ ๐๐ง/๐๐
๐๐ฅ/๐๐ง ๐๐ฆ/๐๐ง] ๐๐ง/๐๐ง
0 0] 1
๐ง ๐ฝ (๐ฅ, ๐ฆ, , ๐, ๐ง) = ๐ ๐ b. Sistem Koordinat Bola Ditinjau titik asal koordinat 0 sebagai pusat simetri, maka titik P dengan koordinat dalam system koordinat bola dicirikan dengan (r,๐, โ
)
Gambar 6.6 Sistem Koordinat Bola
41
Persamaan transformasi koordinat dari system (x,y,z) ke system (r,๐, โ
) adalah : X= r sinำจ cos โ
Y = r sinำจ sin โ
............................................................................................................. (6.27) Z= r cos ำจ Hubungan elemen volume dv dalam system koordinat kartesis dan bola adalah : ๐๐ฃ = (๐๐ฅ๐๐ฆ๐๐ง)๐ 2 sin ๐ (๐๐๐๐๐โ
) .............................................................................. (6.28) BAB VII Fungsi Vektor Satu Variabel Tinjau sebuah partikel yang bergerak dalam ruang berdimensi, koordinatnya kedudukannya (x, y, z) selalu berubah, atau bergantung pada waktu t: r = x(t) iห + y(t) หj + z(t) kห = r(t) Vektor kedudukan r(t) pada persamaan diatas adalah contoh fungsi vector satu variabel, yang secara geometris menyatakan sebuah kurva C dalam ruang dengan parameter t. Secara umum vector A = Ax(u) iห + Ay(u) หj + Az(t) kห dengan ketiga komponennya Ax, Ay, Az merupakan fungsi dari sebuah variabel u, yakni: A = Ax(u) iห + Ay(u) หj + Az(t) kห = A (u) Adalah sebuah fungsi variabel. 1. Differensial Fungsi Vektor Satu Variabel
Pada gambar (a), C adalah kurva lintasan benda. Misalkan pada saat t = t1 benda berada dititik P dengan vector kedudukan r(t1), dan pada saat t = t2 ia berada di titik Q dengan vector kedudukan r(t2). Selisih kedua vector ini, yakni: โr = r(t2) - r(t1) 42
= [x(t2) - x(t1)] iห + [y(t2) - y(t1)] หj + [z(t2) - z(t1)] kห = โx iห + โy หj + โz kห Disebut vektor perpindahan benda. โr adalah vector PQ . Maka, dalam selang waktu โt = (t2t1), kecepatan rata-rata v benda didefenisikan sebagai berikut: โr
= โt = (
โx โt
โy โz ) iห + ( โt ) หj + ( โt ) kห
Jika โt dibuat sekecl mungkin, maka vector perpindahan โr yang bersangkutan semakin menghampiri busur kurva lintasan C, seperti diperlihatkan pada gambar (b). bila โt๏ 0, maka vector โr ๏ dr, yang kini berimpit dengan busur kurva dan arahnya sejajar garis singgung kurva lintasan di r(t). pada keadaan limit ini, kecepatan rata-rata yang bersangkutan praktis adalah kecepatan benda pada saat ketika kedudukannya di r(t), yang disebut kecepatan sesaat atau kecepatan benda, yakni: โ๐
v = lim
โ๐กโ0 โ๐ก
= ( lim
โ๐ฅ
โ๐กโ0 โ๐ก
โ๐ฆ
) iห + ( lim
โ๐กโ0 โ๐ก
) หj + ( lim
โ๐ง
โ๐กโ0 โ๐ก
) kห
Rumus Diferensiasi Jika A(u), B(u) dan C(u) adalah fungsi-fungsi vector diferensiabel dari scalar u, maka: 1.
๐
๐๐ด
๐๐ข
๐๐ต
(A + B) = ๐๐ข + ๐๐ข
2. Jika ษธ(u) adalah sebuah fungsi diferensiabel dari u, maka: ๐
3. 4. 5. 6.
๐ษธ
๐๐ข ๐ ๐๐ข ๐
๐A
(ษธA) = ๐๐ข A + ษธ ๐๐ข ๐๐ด
๐๐ต
(A.B) = ๐๐ข .B + A. ๐๐ข ๐๐ด
๐๐ต
(AxB) = ๐๐ข xB + Ax ๐๐ข ๐๐ข ๐ ๐๐ข ๐ ๐๐ข
(๐ด. ๐ต๐ฅ๐ถ) = ๐ด. ๐ต๐ฅ
๐๐ถ
๐๐ต
๐๐ด
๐๐ถ
+ A. ๐๐ข Xc + ๐๐ข x (Bx ๐๐ข)
๐๐ข ๐๐ถ
๐๐ต
๐๐ด
๐๐ถ
(AxBxC) = Ax (Bx ๐๐ข) + Ax (๐๐ข xC+ ๐๐ข x (Bx ๐๐ข )
2. Gradien dan Turunan Arah Tinjaulah sebuah medan scalar ษธ(x, y, z) yang didefenisikan dalam daerah D, misalkan suhu dalam ruang. Diferensial totalnya, d ษธ diberikan oleh: dษธ =
๏ถษธ ๏ถษธ ๏ถษธ dx + dy + dz ๏ถx ๏ถy ๏ถz
ruas kanan dapat dituliskan dalam pernyataan hasil kali titik: dษธ = (
๏ถษธ ห ๏ถษธ ห ๏ถษธ ห i + j + k ) . (dx iห + dy หj +dz kห ) ๏ถx ๏ถy ๏ถz
43
๏ถษธ ๏ถษธ ๏ถษธ ini adalah hasil kali titik antara vector dr dengan medan vector iห ( ) + หj ( ) + kห ( ). x y ๏ถ ๏ถ ๏ถz Medan vector ini disebut gradient yang dilambangkan dengan gradient ษธ atau ๏ ษธ. Secara defenisi: ๏ถษธ ๏ถษธ ๏ถษธ ๏ ษธ = grad ษธ = iห ( ) + หj ( ) + kห ( ) ๏ถx ๏ถy ๏ถz
Vektor Normal Permukaan Tinjau sebuah permukaan S dalam ruang R3 yang persamaannya diberikan dalam bentuk implisit: ษธ(x, y, z) = c, dengan c sebuah tetapan. Maka, pada permukaan S ini berlaku: d ษธ=0 atau
๏ ษธ. dr = 0
karena koordinat (z, y, z) ๏ S, maka dr menyinggung permukaan setiap kurva pada permukaan S, atay dengan kata lain, dr menyinggung permukaan S. 3. Divergensi dan Curlk a. Divergensi Andaikan suatu medan vector A (x, y, z) = iห Ax + หj Ay + kห Az terdefenisikan dan diferensiabel dalam suatu daerah tertentu dari ruang. Divergensi A didefenisikan sebagai berikut ๏ถ ๏ถ ๏ถ + หj + kห ) . ( iห Ax + หj Ay + kห Az ) ๏ . A = ( iห ๏ถX ๏ถY ๏ถZ ๏. A = (
๏ถ Ax ๏ถ Ay ๏ถ Az + + ) ๏ถX ๏ถX ๏ถX
b. Curl Jika A(x, y, z) adalah medan vector diferensiabel maka curl dari A didefenisikan sebagai berikut: ๏ x A = ( iห
๏ถ ๏ถ ๏ถ + หj + kห ) x ( iห Ax + หj Ay + kห Az ) ๏ถ ๏ถX ๏ถY ๏ถZ iห
๏x A = ๏ถ /๏ถ x Ax
หj
kห
๏ถ /๏ถ y Ay
๏ถ /๏ถ z Az
4. Integral garis dan teorema Green pada bidang datar Bila A dan ษธ masing-masing adalah medan vector dan medan scalar sembarang di dalam ruang V maka bentuk bentuk integral:
44
๐ ๏ถ ๐ ๏ถ ๐ ๏ถ โซ๐ A . d r , โซ๐ A x d r , โซ๐ ษธ d r
Yang dihitung dari titik a ke titik b mengikuti suatu lintasan C dinamakan integralintegral garis. Integral garis pada bidang datar dan teorema Green Untuk memperlihatkan hubungan antara integral garis dengan rotasi dari suatu medan vector, akan dihitung integral garis dari medan vector A mengelilingi empat persegi panjang yang cukup kecil dengan ukuran โx dan โy, yang terletak pada bidang x y. integral garis ๏ถ โฎ๐ A . d r berasal dari sumbangan-sumbangan sebagai berikut: -
Sepanjang AB : Axโx
๏ถ ๐ด๐ฅ โx) โy ๏ถ๐ฅ ๏ถ ๐ด๐ฅ - Sepanjang CD : - (Ax + โy) โy ๏ถ๐ฆ - Sepanjang DA : -Ayโy 5. Integral luasan, integral volume dan teorema divergensi Gauss
-
Sepanjang BC : (Ay +
Permukaan seluas S dibagi-bagi menjadi unsur-unsur luasan yang banyaknya tak terhingga. Bila dianggap adalah nilai medan vector A di daerah unsur luasan nomor I (โSi) maka besaran: lim โ๐๐=๐ก A i . nห i โSi โก โฌ๐ A . nห Ds โSi ๐โ ๏ฅ Dinamakan integral luasan dari medan vector A meliputi luasan S, dengan nห adalah vector satuan yang tegak lurus pada dS. 6. Teorema Green Bila di dalam teorema Gauss diambil A = ษธ ๏๏น Maka
๏ . A = ๏ . (ษธ ๏ ๏น ) = ษธ ๏ 2 ๏น + ๏ ษธ . ๏ ๏น Sehingga diperoleh 45
โญ๐ฃ ( ษธ ๏ 2 ๏น + ๏ ษธ . ๏ ๏น ) . nห
dS
Yang dinamakan identitas Green I. 7. Teorema Stokes
Berlaku kaitan
๏ถ ๏ถ ๏ถ ๏ถ โฎ๐ด๐ต๐ถ A . d r = โฎ๐๐ด๐ต A . d r + โฎ๐๐ต๐ถ A . d r + โฎ๐๐ถ๐ด A . d r Sebab sumbangan-sumbangan yang berasal dari integral-integral sepanjang OA, OB dan OC saling melenyapkan
๏ถ โฎ๐๐ด๐ต A . d r = โฌ๐๐ด๐ต ( ๏ x A )z dx dy ๏ถ โฎ๐๐ต๐ถ A . d r = โฌ๐๐ต๐ถ ( ๏ x A )x dy dz ๏ถ โฎ๐๐ถ๐ด A . d r = โฌ๐๐ถ๐ด ( ๏ x A )y dx
46
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Kelebihan Buku 1. Didalam buku ini tidak terdapat salah pengetikan atau cetakan serta bahasa yang mudah dipahami 2. Pembahasannya sangat jelas dan sesuai dengan materi yang dibahas 3. Buku ini beriskan banyak contoh soal serta latihan-latihan 4. Memiliki grafik yang membuat pembaca semakin mengerti 5. Kertas yang digunakan baik
3.2. Kekurangan Buku 1.
Didalam buku tidak terdapat daftar pustaka sehingga pembaca tidak mendapat informasi lain dari materi tersebut
2.
Cover buku kurang menarik
3.
Ada beberapa bab yang sulit di pahami dengan kata-kata yang kurang dimengerti
47
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Jadi buku yang berjudul โMatematika Fisikaโ ini memiliki kekurangan serta kelebihan. Walaupun demikian, buku ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai salah satu sumber belajar dan digunakan untuk menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih mendalam lagi tentang Fisika dan Matematika dan akan berguna jika kita melanjutkan pendidikan S2 pada jurusan fisika. 4.2. Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, ke depannya penulis harus lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang materi di atas dengan menulis didalamnya sumber - sumber yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Materi tentang Fisika Matematika ini harus dibaca dan diterapkan dalam pembelajaran Fisika dan juga Matematika agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang Fisika ataupun Matematika. Mohon maaf bila ada salah kata dan penulisan makalah. Untuk saran bisa berisi kritik yang membangun dan saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
48