CBR Larutan Reni [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mata Kuliah : Konsep Larutan dan Bio Organik



CRITICAL BOOK REPORT “Larutan”



Dosen Pengampu: Dr. Tita Juwita Ningsih, M.Si Dewi Syafriani, S.Pd, M.Pd



Disusun Oleh : Reni Ria Pratiwi (4161111061) Pendidikan Matematika Reguler B



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017 i



KATA PENGANTAR



Segala Puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga tugas Critical Book Report ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam Critical Book Report ini saya mengulas materi yang berjudul “Larutan” Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang-orang terdekat, sehingga kendalakendala yang penulis hadapi teratasi. Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini, dan salah satunya ada dosen pengampu mata kuliah Konsep Larutan dan Bio Organik dan juga kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam membantu menyelesiakan tugas ini. Semoga tugas Critical Book Report ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi semua pembaca, terlebih bagi saya khususnya. Saya mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam tugas ini, saya sangat mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran dari pembaca.



Medan, 05 Mei 2017



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...................................................................Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI.................................................................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 1.1.



Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1



1.2.



Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1



1.3.



Tujuan..............................................................................Error! Bookmark not defined.



BAB II MASALAH ........................................................................................................................ 3 BAB III ALTERNATIF METODE YANG SUDAH ADA............................................................6 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................8



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua buku yang telah ditulis oleh para penulis memiliki keunikan masing-masing, namun ada juga diantara mereka yang masih memiliki kekurangan, hingga buku tersebut belum begitu sempurna untuk dipelajari, sehingga dibutuhkan buku lain untuk melengkapi kekurangan buku yang satu tadi. Tapi seharusnya, kita harus sangat berterimakasih kepada para penulis buku, karena mereka telah memberikan ilmu mereka untuk kita sehingga kita dapat belajar dari buku-buku mereka. Mengkritik buku merupakan suatu kegiatan yang bukan hanya membandingkan antara satu buku dengan buku lainnya, akan tetapi juga diharapkan mampu untuk menambah wawasan dan kajian keilmuannya dari buku yang di kritiknya. Berangkat dari hal tersebut, dalam Critical Book Report ini berisi mengenai hasil rangkuman, kritik, keunggulan dan kelemahan buku.



1.2. Tujuan 1. Mengulas satu bab materi dengan cara membandingkan tiga buah buku. 2. Mencari dan mengetrahui informasi mengenai topik tersebut yang terkandung dalam kedua buku. 3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan pada buku.



1.3. Manfaat 1) Mencaritahu apakah isi buku cukup bermanfaat bagi mahasiswa sebagai salah satu sumber belajar. 2) Mencaritahu apakah isi buku sama dengan isi buku yang sejenis.



1



BAB II RINGKASAN BUKU 2.1 BUKU I IDENTITAS BUKU I JUDUL BUKU



: Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern edisi keempat



PENULIS



: Ralp H. Petrucci



PENERBIT



: ERLANGGA



TAHUN TERBIT



: 1985



KOTA TERBIT



: BOGOR Campuran Homogen dan Heterogen



Contoh bahan yang mempunyai komposisi tetap dan sifat yang seragam dikatakan berada dalam satu fase. Misalnya, air pada 25o C dan tekanan 1 atm berada dalam fase tunggal cairan. Semua sifat sama dalam fase cairan. Jika sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan ke dalam air, garam larut dan contoh masih tetap dalam satu fase tunggal cair. Komposisi dan sifat fase cairan baru ini, yaitu larutan, berbeda dengan air murni. Larutan ini adalah campuran karena terdiri dari 2 bahan. larutan ini homogen, karena sifat-sifatnya sama di seluruh cairan. Jika sedikit pasir (SO2) ditambahkan ke dalam air, pasir mengendap ke dasar cairan dan tetap merupakan padatan tak larut. Campuran air-pasir ini adalah campuran dua fase (cairan+padatan) atau dikatakan pula sebagai campuran heterogen. Komposisi dan sifat-sifatnya tidak seragam. Komposisi dan sifat-sifat fase cairan terdapat pada air murni, sedangkan komposisi dan sifat-sifat fase padat terdapat pada pasir.



Entalpi Perubahan ∆𝐻pelarutan = Hlarutan – Hkomponen murni Larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. 1



Jenis-Jenis Larutan Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut. Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut (solute). Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Tiga contoh larutan dalam air ialah bensin, air laut, dan air berkarbonat. Larutan dapat pula berbentuk padatan dan gas. Karena molekul-molekul gas terpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua campuran gas adalah larutan. Contoh terbaik untuk larutan gas ialah udara, yang terdiri dari N2, O2, Ar dan gas lain dalam jumlah kecil. Dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam, dan larutan padat ini dinamakan alloy.



Persen (berdasar) Massa, Persen (berdasar) Volume, dan Kuantitas yang berhubungan. Jika zat terlarut diukur berdasar massa dan kuantitas larutan berdasar volume, dapat digunakan istilah persen massa/volume atau % massa/volume. Jika konsentrasi larutan diberikan berdasarkan persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa/massa, vol/vol, atau massa/vol, maka yang dimaksud adalah persen massa. Konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam persen tak mempunya signifikansi teori, tetapi umum digunakan sehingga anda harus terbiasa dengannya. Persen massa/volume banyak digunakan dalam laboratorium biologi dan kedokteran, sedangkan persen massa/massa sering digunakan dalam industri kimia. Masih ada satuan konsentrasi lain yang digunakan dalam kimia klnis, misalnya massa per satuan volume, yaitu terlarut/cm3 larutan. Konsentrasi Molar (Molaritas) Konsentrasi molar (M) = Konsentrasi molal (m) =



𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛



=



𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛



𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡



Fraksi mol. Satuan konsentrasi molalitas dan molaritas menyatakan jumlah terlarut dalam mol, tetapi kuantitas pelarut atau larutan dalam massa atau volume. Fraksi mol 2



komponen i, dilambangkan xi, adalah fraksi dari semua molekul dalam larutan yang berjenis i. fraksi mol dari komponen larutan didefinisikan melalui persamaan berikut : 𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑖



Xi = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛



Kesetimbangan Larutan Pengaruh tekanan pada kelarutan gas dalam cairan pada umumnya lebih nyata daripada efek suhu. Efek tekanan selalu sama : kelarutan meningkat dengan meningkatnya tekanan gas. Hukum Henry menyatakan bahwa konsentrasi gas terlarut sebanding dengan tekanan gas di atas larutan. C = k . Pgas Nilai tetapan k, tergantung pada satuan C dan P. Kesetimbangan di antara gas di atas larutan dan gas terlarut dalam cairan tercapai jika kecepatan penguapan dan pengembunan molekul-molekul gas menjadi sama. Kecepatan pengembunan bergantung pada jumlah molekul gas terlarut dalam satuan volume larutan. Jadi, semakin meningkat jumlah molekul dalam keadaan gas per satuan volume (melalui peningkatan tekanan) maka jumlahnya per satuan volume juga harus meningkat dalam keadaan cair (melalui peningkatan konsentrasi larutan. Sifat-Sifat Koligatif  Penurunan Tekanan Uap Banyaknya penurunan tekanan uap (∆𝑃) terbukti sama dengan hasil kali fraksi mol (XB) dan tekanan uap pelarut murni (PoA), yaitu : ∆𝑃 = XB PoA Dalam larutan dua komponen, XA + XB = 1, maka XB = 1 - XA . juga, apabila tekanan uap pelarut diatas larutan dilambangkan PA , maka ∆𝑃 = PoA - PA. Persamaan dapat ditulis kembali menjadi : PoA - PA = (1 - XA ) PoA Hukum Raolt menyatakan bahwa



3



Tekanan uap larutan di atas (PA) sama dengan hasil kali dan tekanan uap pelarut murni (PoA) dengan fraksi mol dalam larutan (XA). Apabila zat terlarut mudah menguap dapat di tulis PB = XB PoB



 Peningkatan titik didih dan Penurunan titik beku Penurunan titk beku dan peningkatan titik didih, sama seperti penurunan tekanan uap sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya. Untuk larutan encer perbandingannya dinyatakan dalam molalitas. ∆𝑇𝑏 = Kbm ∆𝑇𝑑 = Kdm ∆𝑇𝑏 dan ∆𝑇𝑑 berturut-turut adalah penurunan titik beku dan peningkatan titik didih m adalah molalitas.



 Tekanan Osmotik Tekanan osmotik termasuk dalam sifat-sifat koligatif karena besarnya hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut per satuan volume larutan. Persamaan yang ditulis dibawah ini ( dikenal sebagai persamaan van’t hoff) cocok digunakan untuk menghitung tekanan osmotik dari larutan encer. Tekanan di lambangkan dengan dengan 𝜋, R adalah tetapan gas (0,0821 L atm/mol.K) dan T dalam suhu Kelvin. Tanda n mengatakan mol zat terlarut dan V adalah volume (dalam liter) larutan ; sehingga nisbah n/V adalah molaritas larutan (M) 𝑛



𝜋 = 𝑉 RT = M . RT Teori Disosiasi Elektrolit Beberapa cairan dan larutan juga menghantarkan arus listrik. Cairan air murni adalah penghantar aliran listrik yang buruk. Penambahan zat tertentu ke dalam larutan berair tersebut mengakibatkan larutan menjadi penghantar listrik yang baik. tetapi. Ada pula zat terlarut yang tidak menambah daya hantar listrik dari air dan ada pula zat terlarut 4



yang menyebabkan daya hantar yang lemah. Ketiga golongan tersebut berturut-turut dimasukkan dalam golongan elektrolit kuat, bukan elektrolit, dan elektrolit lemah. Derajat disosiasi dari molekul-molekul terlarut menjadi ion-ion nya dilambangkannya dengan 𝛼 , yaitu derajat disosiasi. Untuk larutan bukan elektrolit , daya hantar listriknya sangat rendah, hampir tak ada ion dalam larutan (𝛼 = 0), untuk elektrolit lemah 𝛼 merupakan bilangan pecahan yang kecil karena dalam larutan berair terlarut ini sebagian berbentuk ion dan sebagian berbentuk molekul yang tak terurai. Dalam elektrolit kuat, terutama pada konsentrasi rendah , 𝛼 = 1. Nilai ini menyatakan bahwa zat terlarut mengurai sempurna dalam larutan elektrolit kuat. Kelakuan Anomali. Pada senyawa bukan elektrolit zat terlarut tertentu menghasilkan efek yang lebih besar pada sifat-sifat koligatif daripada yang diharapkan. Faktor i van’t hoff didefinisikan sebagai 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡



i = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖𝑡 untuk segolongan besar, senyawa bukan elektrolit seperti urea, gliserol, dan sukrosa, i bernilai 1. Untuk segolongan zat terlarut lain, yaitu elektrolit lemah dan kuat, mempunyai nilai i lebih besar dari 1. Campuran Koloid Titik beku campuran koloid dari silika dalam air hanya sedikit dibawah 0oC. Pembuatan partikel koloid dapat dilakukan, misalnya dalam hal koloid silika, melalui pengelompokkan (agregasi) sejumlah besar molekul dengan proses yang dinamakan kondensasi. Metode (yang berlawanan) yang juga sering dilakukan ialah dispersi. Dispersi melibatkan pemecahan partikel besar secara mekanis, misalnya melalui penumbukan sehingga partikel cukup kecil untuk tetap tersuspensi. Ciri penting dari partikel koloid adalah tingginya nisbah antara luas permukaan dengan volumenya. Telah diketahui bahwa atom, ion atau molekul pada permukaan zat agak berbeda dengan bagian dalamnya. Kemantapan (Stabilitas Koloid). Salah satu sifat permukaan ialah kemampuannya untuk menempelkan jenis lain kepadanya, gejala ini dinamakan adsorpsi. Dalam pembentukannya, beberapa partikel koloid menyerap banyak ion dari larutan dan menjadi bermuatan listrik. Cara umum yang digunakan untuk memantapkan dispersi koloid adalah membuang kelebihan ion melalui dialisis.



5



2.2 BUKU II IDENTITAS BUKU II JUDUL BUKU



: KIMIA DASAR KONSEP-KONSEP INTI



PENULIS



: Raymound Chang



PENERBIT



: ERLANGGA



TAHUN TERBIT



: 2002



KOTA TERBIT



: JAKARTA SIFAT FISIS LARUTAN



1. Jenis Larutan Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut, pada suhu tertentu, dinamakan larutan jenuh (saturated solution). Sebelum titik jenuh tercapai, larutannya disebut larutan tak jenuh (unsaturated solution). Jenis ketiga, larutan lewat jenuh 9supersaturated solution), mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang terdapat di dalam larutan jenuh. Larutan lewat jenuh bukanlah larutan yang sangat stabil. Pada saatnya, sebagian zat terlarut akan terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai kristal. Proses terpisahnya zat terlarut dari larutan dan membentuk kristal dinamakan kristalisasi (crystallization).



2. Proses Pelarutan dari Sudut Pandang Molekul Tabel jenis larutan Zat Terlarut



Pelarut



Wujud Larutan yang Dihasilkan



Contoh



Gas



Gas



Gas



Udara



Gas



Cairan



Cairan



Air Soda (CO2 dalam air)



Gas



Padatan



Padatan



Gas H2 dalam paladium



Cairan



Cairan



Cairan



Etanol dalam air



Padatan



Cairan



Cairan



NaCl dalam air



Padatan



Padatan



Padatan



Kuningan (Cu/Zn), solder (Sn/Pb)



6



Proses pelarutan berlangsung dalam tiga tahap berbeda. Tahap 1 pemisahan molekul pelarut, dan tahap 2 adalah pemisahan molekul zat terlarut. Kedua tahap ini memerlukan input energi untuk memutuskan tarik-menarik antarmolekul; dengan demikian tahap ini adalah tahap endodermik. Pada tahap 3 molekul pelarut dan zat terlarut bercampur. Tahap ini dapat bersifat eksotermik atau endotermik. Kalor ∆Hlarutan mengikuti rumus ∆Hlarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 Jika tarik-menarik zat terlarut-pelarut lebih kuat dibandingkan tarik-menarik pelarut-pelarut dan tarik-menarik zat terlaut-zat terlarut, maka proses pelarutanlah yang akan berlangsung; dengan kata lain, proses eksotermik (∆Hlarutan < 0). Jika interaksi zat terlarut-pelarut lebih lemah dibandingkan interaksi pelarut-pelarut dan interaksi zat terlarut-zat terlarut, maka prosesnya endotermik (∆Hlarutan > 0).



3. Satuan Konsentrasi Konsentrasi larutan adalah banyaknya zat terlarut yang ada dalam sejumlah tertentu larutan. Tiga satuan konsentrasi yang paling lazim digunakan yaitu persen berdasar massa, molaritas dan molalitas.



 Jenis Satuan Konsentrasi Persen berdasar Massa 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡



persen berdasar massa zat = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡+𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 × 100 % =



𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛



× 100 %



Molaritas (M) Molaritas =



𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛



Molaritas mempunyai satuan mol per liter (mol/L)



Molalitas (m) 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡



Molalitas = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔)



7



 Perbandingan Satuan-satuan Konsentrasi Persen berdasar massa serupa dengan molalitas dalam hal ketergantungannya pada suhu. Selain itu, karena didefinisikan berdasarkan perbandingan massa zat terlarut terhadap massa larutan, tidak perlu mengetahui massa molar zat terlarut itu untuk dapat menghitung persen berdasar massa.



4. Pengaruh Suhu Terhadap Kelarutan Kelarutan Padatan dan Suhu Secara umum,meskipun tidak semua, kelarutan zat padatan meningkat dengan meningkatnya suhu. Contohnya , proses pelarutan CaCl2 ialah proses eksotermik dan pelarutan NH4NO3 endotermik. Namun, kelarutan kedua senyawa itu meningkat dengan meningkatnya suhu. Secara umum, pengaruh suhu terhadap kelarutan lebih baik ditentukan lewat percobaan.



Kelarutan Gas dan Suhu Kelarutan gas dalam air biasanya menurun dengan meningkatnya suhu. Bila air dipanaskan dalam beker akan terlihat gelembung udara di sisi kaca sebelum air mendidih. Dengan meningkatnya suhu, molekul udara yang terlarut mulai “mendidih” dan keluar dari larutan jauh sebeluair mendidih. Menurunnya kelarutan molekul oksigen dalam air panas menyebabkan polusi termal, yaitu memanasnya lingkungan biasanya badan air ke suhu yang membahayakan bagi makhluk hidup di dalamnya.



5. Pengaruh Tekanan Terhadap Kelarutan Gas Hubungan kuantitatif antara kelarutan gas dengan tekanan ditunjukkan oleh hukum Henry yang menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan gas di atas larutannya. c = kP Di sini c adalah konsentrasi molar (mol per liter) gas yang terlarut; P ialah tekanan gas di atas larutan; dan untuk gas tertentu, k adalah konstanta yang bergantung hanya pada suhu. Konstanta k memiliki satuan mol/L atm.



6. Sifat-sifat Koligatif Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat8



sifat ini disebut sifat koligatif sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama. Sifat-sifat koligatif adalah penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.  Penurunan Tekanan Uap Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap, tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil daripada pelarut murninya. Jadi, hubungan antara tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Hubungan ini dirumuskan dalam hukum Raoult, yang menyatakan bahwa tekanan parsial dari larutan , P1 adalah tekanan uap pelarut P10, dikalikan fraksi mol pelarut dalam larutan X1. P1 = X1P10 Dalam larutan yang mengandung satu zat terlarut, X1 = 1 – X2, di mana X2 adalah fraksi mol zat terlarut. Persamaan demikian dapat dituliskan sebagai P1 = (1 – X2) P10 P10 - P1 = ∆P = X2P10 Penurunan tekanan uap, ∆P , berbanding lurus terhadap konsentrasi zat terlarut yang ada. Jika kedua komponen larutan mudah menguap , maka tekanan uap larutan adalah jumlah dari tekanan parsial masing-masing komponen. Hukum Raoult berlaku pada kasus ini : PA = XAPA0 PB = XBPB0 Dengan PA dan PB adalah tekanan parsial larutan untuk komponen A dan B; PA0 dan PB0 ialah tekanan up zat murni; dan XAdan XB ialah fraksi molnya masingmasing. Tekanan total diberikan oleh hukum Dalton untuk tekanan parsial:



PT = P A + PB  Kenaikan Titik Didih Titik didih larutan ialah suhu pada saat tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfer luar. Pada suhu berapa pun tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murninya, kurva cairan uap untuk larutan akan terletak di bawah kurva untuk pelarut murni. Akibatnya, kurva larutan (garis putus-putus) 9



memotong garis horizontal yang bertanda P = 1 atm pada suhu yang lebih tinggi daripada titik normal pelarut urni. Analisis grafis ini menunjukkan bahwa titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih air. Kenaikan titik didih didefinisikan sebagai ∆ Td = Td – Td0 Di mana Td adalah titik didih larutan dan Td0 merupakan titik didih pelarut murni. Karena ∆ Tdberbanding lurus dengan penurunan tekanan uap, maka juga berbanding lurus dengan konsentrasi (molaritas) larutan. Dengan kata lain , ∆ Td∝ m ∆ Td = Kd m



 Penurunan Titik Beku Penurunan titik beku ∆ Tb , didefinisikan sebagai ∆ Tb = Tb0– Tb Di mana Tb0 merupakan titik beku pelarut murni, dan Tb adalah titik beku larutan. ∆Tb berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. ∆ Tb∝ m ∆ Tb = Kb m Di mana dalam persamaan ini m adalah konsentrasi dari zat terlarut dalam satuan molalitas, dan Kb ialah konstanta penurunan titik beku molal.



 Tekanan Osmotik Gerakan bersih molekul pelarut melewati membran semi-permeabel dari pelarut murni atau dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat disebut osmosis. Tekanan osmotik suatu larutan adalah tekanan yang diperlukan untuk menghantikan osmosis.Tekanan osmotik larutan dinyatakan sebagai 𝜋 = 𝑀𝑅𝑇 Di mana M adalah molaritas larutan, R adalah konstanta gas (0,0821 L atmK. Mol), dan T adalah suhu mutlak. Tekanan osmotik dinyatakan dalam atmosfer. 10



Karena pengukuran tekanan osmotik dilakukan oada suhu tetap, konsentrasi dinyatakan dengan satuan yang lebih mudah, yaitu molaritas.



 Penggunaan Sifat Kolegatif untuk Menentukan Massa Molar Sifat koligatif larutan nonelektrolit dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat terlarut. Secara teoritis, semua dari keempat sifat koligatif dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Namun, pada praktiknya, hanya penurunan titik beku dan tekanan osmotik yang digunakan sebab keduanya menunjukkan perubahan yang paling mencolok.  Sifat Koligatif Elektrolit Sifat koligatif elektrolit memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda daripada yang digunakan untuk sifat koligatif nonelektrolit. Alasannya ialah karena elektrolit terurai menjadi ion-ion dalam larutan, dan dengan demikian satu satuan senyawa elektrolit terpisah menjadi dua atau lebih partikel bila dilarutkan. Persamaan sifat koligatif sebagai berikut: ∆ Td = iKd m ∆ Tb = iKb m 𝜋 = 𝑖𝑀𝑅𝑇 Variabel i ialah faktor van’t Hoff yang didefinisikan sebagai:



𝑖=



𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛



11



2.3 BUKU III IDENTITAS BUKU III JUDUL BUKU



: KIMIA DASAR 2



PENULIS



: Yayan Sunarya



PENERBIT



: CV. YRAMA WIDYA



TAHUN TERBIT



: 2002



KOTA TERBIT



: Bandung LARUTAN DAN SIFAT-SIFATNYA



A. JENIS LARUTAN 1. Defenisi Larutan Larutan di defenisikan sebagai campuran homogeny dari dua jenis zat yang membentuk satu fase. Dengan kata lain, setiap campuran yang membentuk hanya satu fase adalah larutan. Campuran yang dapat saling melarutkan satu sama lain dalam segala perbandingan dinamakan larutan ‘miscible’. Jika dua cairan yang tidak bercampur membentuk dua fase dinamakan cairan ‘inmiscible’. Dalam larutan cair, cairan di sebut ‘pelarut’ dan komponen lain (gas atau zat padat) di sebut sebagai ‘zat terlarut’. Jika dua komponen pembentuk larutan adalah cairan, maka komponen yang jumlahnya lebih besar atau strukturnya tidak berubah dinamakan pelarut. 2. Larutan Sejati dan Larutan Nyata Dalam suatu system larutan nyata, partikel-partikel (atom, molekul dan ion) dalam larutan berinteraksi satu sama lain sehingga sofatnya sukar diramalkan secara tepat. Akibat kesukaran meramalkan perilaku partikel nyata, munculah cara atau model untuk menjelaskan perilaku secara teoritis, yang disebut hokum ideal (sejati). Oleh karena itu, munculah istilah larutan sejati, sebagai upaya untuk menjelaskan keadaan dari larutan nyata. Larutan sejati dengan zat terlarut ionic didefenisikan sebagai larutan yang ion-ionnya bergerak bebas dan tarik-menarik hanya terjaid antara ion terlarut dalam larutan saling berjauhan sehingga antar aksi elektrostatisnya sangat lemah.Komponen dalam larutan sejati memberikan sumbangan yang sangat efektif terhadap konsentrasi larutan. Dalam larutan nyata, gaya antar atom-atom, ion-ion, atau molekul-molekul harus di pertimbangkan dalam perhitungan. Setiap ion dikelilingi oleh molekul pelarut yang 12



berlawanan muatan, kecenderungan ini dapat menghambat laju ion-ion menuju elektroda yang menyebabkan daya hantar listriknya lebih rendah daripada daya hantar secara teoritis.Pengaruh ini menjadi lebih besar jika larutan lebih pekat atau jika ion-ion mempunyai muatan lebih besar dari satu. 3. Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Zat-zat yang didalam air membentuk ion-ion dinamakan zat elektrolit, dan larutannya dinamakan larutan elektrolit.Sebaliknya, zat-zat yang di dalam air berupa molekul di sebut zat nonelektrolit dan larutan yang terbentuk dinamakan larutan non elektrolit. Secara eksperimen larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit dapat dibedakan berdasarkan daya hantar listriknya.Larutan elektrolit seperti beberapa jenis larutan garam, asam dan basa kuat dapat menghantarkan arus listrik.Zat-zat nonelektrolit seperti senyawa organic pada umumnya di dalam pelarut air tidak dapat mengahantarkan arus listrik. Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air dinamakan elektrolit kuat, sedangkan zat elektrolit yang hanya terurai sebagian membentuk ion-ionnya di dalam air dinamakan elektrolit lemah.Asam dan basa yang merupakan elektrolit kuat di namakan asam kuat dan basa kuat.Asam dan basa yang hanya terionisasi sebagian di dalam air dinamakan asam lemah dan basa lemah.Lemah atau kuatnya suatu asam dan basa tidak ada kaitannya dengan kerekatifan asam atau basa. B. PERISTIWA MELARUT 1. Proses Pelarutan a. Pelarutan Cair-Cair Pakar kimia menggunakan istilah ‘like dissolved like’ sebagai prinsip umum untuk menyatakan pelarutan. Istilah ini mempunyai makna bahwa zat-zat yang mempunyai struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala perbandingan, sebab molekulmolekul zat cair yang dicampurkan mempunyai gaya tarik-menarik antar molekul yang sama atau yang hampir sama dalam hal jenis maupun kekuatan ikatannya. Pada umumnya zat-zat nonpolar memiliki kelarutan yang sangat kecil di dalam pelarut air yang polar Banyak zat organic cair yang dapat larut dalam air secara mudah. Kebanyak zat organic yang larut dalam air adalah yang mengandung oksigen dan memiliki massa molekul rendah, contohnya methanol dan etanol. b. Pelarutan Padat dalam Cair



13



Zat padat umumnya mempunyai kelarutan terbatas dalam pelarut cair. Perbedaan gaya tarik-menarik antar molekul menyebabkan zat padat mempunyai kelarutan terbatas di dalam suatu pelarut. Gaya tarik menarik antar molekul dalam zat padat lebih besar daripada gaya tarik antar molekul dalam zat cair untuk suhu yang sama. Zat padat nonpolar atau sedikit polar memiliki kelarutan tinggi dalam zat cair yang memiliki kepolaran rendah, tetapi kelarutannya rendah dalam pelarut polar. c. Pelarutan Gas-Cair Terdapat dua prinsip utama berkaitan dengan kelarutan gas dalam cairan. Pertama, makin tinggi titik cair suatu gas, gaya tarik antar molekul makin mendekati sifat cairan. Kedua, pelarut yang paling baik untuk suatu gas adalah pelarut yang mempunyai gaya tarik antar molekul mirip dengan yang dimiliki gas. 2. Kalor Pelarutan Proses pelarutan diikuti oleh penyerapan atau pelepasan kalor. Proses pelarutan suatu zat dalam zat cair lainnya dapat diasumsikan melalui tiga tahapan proses yakni : a. Partikel-partikel pelarut terpisah dari kelompoknya. Paada tahap ini, kalor diperlukan untuk mengatasi gaya tarik antar partikel. b. Pada saat bersamaan, partikel-partikel zat terlarut terpisah dari kelompoknya sebagai akibat adanya molekul terlarut. Pada tahap ini pun diperlukan kalor. c. Partikel-partikel pelarut dan terlarut yang berada dalam keadaan terpisah secara bersamaan berantaraksi membentuk larutan. Pada tahap ini, kalor dilepaskan sebab terjadi gaya tarik-menarik antarpartikel pelarut dan terlarut. Jika gaya tarik menarik antar partikel pelarut dan terlarut lebih kuat daripada gaya tarik menarik perlarut-pelarut dan trlarut-terlarut, maka lebih banyak kalor yang dilepaskan pada tahap ketika larutan terbentuk. 3. Pengaruh Suhu dan Tekanan terhadap Kelarutan Faktor utama yang mempengaruhi kelarutan adalah struktur molekul.Jika zat pelarut dan zat terlarut memiliki struktur yang mirip maka kecenderungan membentuk larutan tinggi. Di samping struktur molekul, faktor lain yang mempengaruhi kelarutan adalah suhu dan tekanan. Pada keadaan kesetimbangan, kenaikan suhu menguntungkan proses endoterm. Hal ini berarti jika kalor di serap pada waktu A melarut dalam pelarut B, kenaikan suhu akan meningkatkan 14



kelarutan. Sebaliknya, jika pelarutan A dalam pelarut B melepaskan kalor, kenaikan suhu akan menguntungkan proses sebaliknya (eksoterm) sehingga kelarutan berkurang. C. Komposisi Larutan 1. Larutan Jenuh, Tidak Jenuh dan Lewat Jenuh Larutan jenuh dari zat X adalah larutan yang di dalamnya terdapat zat X terlarut yang berada dalam kesetimbangan dengan zat X yang tidak larut.Larutan tidak jenuh mengandung zat terlarut dengan konsentrasi yang lebih kecil daripada larutan jenuh.Larutan lewat jenuh menunjukkan keadaan yang tidak stabil, sebab larutan mengandung zat terlarut yang jumlahnya melebihi konsentrasi kesetimbanganya.Larutan lewat jenuh umumnya terjadi jika larutan yang sudah melebihi jenuh pada suhu tinggi di turunkan sampai mendekati suhu kamar. 2. Konsentrasi Larutan Dalam pembuatan larutan yang bersifat kuantitatif, konsentrasi larutan perlu dinyatakan dalam satuan tertentu, baik melalui ungkapan jumlah relatif zat terlarut dalam pelarut, jumlah satu komponen relatif terhadap jumlah total larutan, atau satuan yang melibatkan jumlah mol terlarut per liter larutan maupun per kg pelarut. a. Fraksi Mol (X) Fraksi mol suatu komponen zat A (ditulis dengan notasi Xa) menyatakan perbandingan jumlah mol komponen zat A terhadap total mol semua komponen yang terdapat dalam larutan. Jika larutan hanya terdiri dari dua komponen, yaitu zat A (terlarut) dan zat B (larutan) maka berlaku : XA =



𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝐴 𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑀𝑂𝐿 𝑆𝐸𝑀𝑈𝐴 𝐾𝑂𝑀𝑃𝑂𝑁𝐸𝑁



XB = 1 – XA b. Molalitas (m) Molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut dalam satu kilogram pelarut. 𝑚=



𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 15



c. Molaritas (M) Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan untuk menyatakan jumlah mol zat terlarut per liter larutan, dilambangkan dengan huruf M. Konsentrasi Molar (M) =



𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛



Jika pembilang dan penyebut pada perdamaian di atas dibagi oleh bilangan 1000, nilai molaritas tidak berubah.Satuan mol/1000 adalah milimol (mmol), dan satuan liter/1000 adalah mililiter (mL). 𝑀=



𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙/100 𝑚𝑚𝑜𝑙 = = 𝐿 𝐿/1000 𝑚𝐿



d. Pengenceran Larutan Konsentrasi Molar (M) =



𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛



Hasilnya adalah jumlah mol zat terlarut di dalam larutan. Jika M1 menyatakan konsentrasi molar awal (sebelum pengenceran) dan V1 untuk volume larutan awal, maka : Mol zat terlarut = M1 x V1 Jika larutan di encerkan dengan menambahkan pelarut, yaitu air, konsentrasi dan volume larutan berubah menjadi M2 (konsentrasi setelah diencerkan) dan V2 (Volume pengenceran). Mol zat terlarut menjadi : Mol zat terlarut = M2 x V2 Oleh karena jumlah mol zat terlarut tidak berubah selama pengenceran (tidak ada zat terlarut yang ditambahkan) maka : M1 x V1 = M2 x V2 D. Sifat Koligatif Larutan 1. Penurunan Tekanan Uap Peristiwa dimana molekul-molekul zat cair melepaskan diri dari permukaan cairannya dan membentuk fase gas atau uap di sebut menguap. Gejala ini disebabkan oleh adanya kemampuan partikel untuk memecahkan gaya antaraksi antar molekul cairan. Uap yang terbentuk di atas permukaan cairannya menimbulkan tekanan, yang disebut tekanan uap. 16



Faktor yang mempengaruhi tekanan uap diantaranya suhu.Makin tinggi suhu zat, makin besar tekanan uapnya.Dengan adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap di dalam suatu pelarut, misalnya air, dapat mempengaruhi tekanan uap pelarut, yaitu penurunan tekanan uap.Akibatnya, tekanan uap, larutan lebih rendah dari pada tekanan uap pelarut murninya. Penjelasan rinci tekanan uap larutan yang mengandung zat terlarut tidak menguap diterangkan oleh Francois M. Raoult, menghasilkan hukum Raoult yang dituliskan dalam persamaan : Untuk larutan dengan jumlah mol terlarut setengah mil, sehingga tekanan uap larutan yang terbentuk juga setengah dari tekanan uap pelarut murninya. Hukum Raoult merupakan persamaan linear : Hukum Raoult berlaku hanya untuk larutan sejati.Larutan sejati adalah larutan dengan antaraksi terlarut-terlarut, pelaut-pelaut dan pelarut-terlarut setara. 2. Kenaikan Titik Didih Larutan Tekanan uap suatu zat cair akan meningkat jika suhu dinaikkan sampai zat cair itu mendidih. Suatu zat cair dikatakan mendidih jika tekanan uapnya sama dengan tekanan udara di atas cairan (rekanan udara luar). Larutan akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi dari suhu didih pelarut murni. Besarnya kenaikan titik didih T ( relatif terhadap titik didih pelarut murni) larutan berbanding lurus dengan molalitas larutan. ∆𝑇𝑏 = 𝑚, 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 𝑚 3. Penurunan Titik Beku Larutan Penurunan tekanan uap akibat zat terlarut yang tidak menguap juga dapat menyebabkan penurunan titik beku larutan.Gejala ini terjadi karena zat terlarut tidak larut dalam fase padat pelarut. ∆𝑇𝑓 = 𝑚, 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 𝑚 Penurunan titik beku berbanding lurus dengan moralitas larutan. 4. Tekanan Osmotik Larutan



17



Osmosis adalah proses perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi lebih rendah ke larutan yang konsentrasinya lebih tinggi melalui selaput tipis yang hanya dapat ditembus oleh molekul-molekul pelarut. Selaput tipis tersebut dinamakan membran semipermiabel.Tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis dari pelarut murni ke larutan dinamakan tekanan osmotik larutan, dilambangkan dengan huruf π. Tekanan osmotik larutan berbanding lurus dengan konsentrasi molar zat terlarut.π~M atau k M. Bentuk persamaan matematis pada tekanan osmotik: Terapan k merupakan fungsi dari suhu.Untuk larutan encer harganya mendekati RT, dengan R adalah terapan gas sejati dan T adalah suhu mutlak.Dengan demikian, tekanan osmotik larutan dapat di tuliskan sebagai berikut. 5. Osmosis Balik Proses osmosis dapat di hentikan, bahkan dapat dibalikan dengan menggunakan tekanan yang sama atau lebih besar dari tekanan osmotik larutan. Penggunaan tekanan melebihi nilai π mengakibatkan terjadinya osmosis balik. Pada proses osmosis balik, molekul-molekul air melepaskan diri dari larutan meninggalkan zat terlarut (garam). Membran yang dapat dipakai untuk osmosis balik adalah lapisan tipis selulosa asetat.Membran ini permiabel terhadap molekul air, tetapi tidak permiabel terhadap ion-ion garam. 6. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan elektrolit lebih besar dibandingkan larutan non elektronik, walaupun molalitas kedua larutan itu dibuat sama. Hubungan antara jumlah mol zat terlarut dan jumlah mol ionik yang terdapat dalam larutan telah dipelajari oleh Van't Hoff hasilnya dinyatakan sebagai faktor Van't Hoff yang di lambang kan dengan I, yaitu : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛



i = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑜𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑘𝑎𝑛 Nilai i untuk garam-garam dapat dihitung dengan cara menentukan jumlah ion-ion persatuan rumus.



18



BAB III PEMBAHASAN 3.1 KEUNGGULAN A. Buku I Pada buku 1 yaitu pada materi larutan dijelaskan dengan cara deskriptif dengan memberikan contoh kemudian disimpulkan menjadi sebuah definisi hal tersebut dapat terlihat pada penjelasan dari campuran homogen dan heterogen. Penjelasannya sangat rinci dan mendalam. Terdapat pemaparan rumus dengan simbol dan penjelasannya pada materi-materi tertentu seperti pada materi entalpi perubahan, konsentrasi molar, fraksi mol, kesetimbangan larutan, dan sifat-sifat koligatif larutan yaitu pada penurunan tekanan uap, tekanan osmotik dan teori disosiasi elektrolit. Buku ini menyajikan rangkuman yang sangat berguna untuk mempelajari teks bab yang diuraikan, agar pembaca dapat menelaah poin-poin penting yang terdapat dalam rangkuman sehingga intisari buku dapat terserap. Untuk hal-hal yang dianggap penting pada buku ini diberikan penulisan yang berbeda dan juga menarik agar pembaca dapat menelaahnya. Buku ini dilengkapi dengan contoh soal yang akan memudahkan pembaca untuk mengerjakan soal-soal yang bervariasi yang terdapat didalamnya. B. Buku II Pada buku II ini materi yang dipaparkan sangat baik kerena bahasa yang digunakan efektif dan efisien yang memudahkan pembaca untuk memahami isi dari buku ini, hal ini dapat terlihat pada penjelasan materi sifat fisis larutan, lalu pada bagian proses pelarutan sifat molekul terdapat tabel pengelompokkan dan juga contohnya. Buku ini juga dilengkapi dengan rumus serta penjelasan. Rangkuman yang terdapat pada buku ini diletakkan setelah penjabaran materi yang menyimpulkan poinpoin penting. Terdapat contoh soal yang dapat digunakan pembaca sebagai acuan dalam mengerjakan soal. Buku ini dilengkapi soal-soal yang sangat bervariasi untuk melatih kemampuan pembaca memahami materi. 1



C. Buku III Pembahasan materi pada buku ini dijelaskan lebih terstruktur dan juga sistematis seperti menjelaskan definisinya terlebih dahulu lalu memaparkan contohnya. Buku ini membahas larutan dan sifat-sifatnya, pada bagian pertama yang dijelaskan adalah jenis larutan, peristiwa melarut, komposisi larutan dan sifat koligatif larutan. Buku ini didesain dengan tampilan menarik dan penulisan yang digunakan juga cukup baik sehingga menarik minat seseorang untuk membacanya. Materi yang dijelaskan juga lebih terperinci dan menggunakan rumus yang mudah untuk dipahami dan didukung pula dengan contoh soal dan latihan soal yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur kemampuan pembaca tentang pemahaman materi yang terdapat didalam buku ini. Buku ini juga dilengkapi dengan rangkuman untuk membantu pembaca menelaah poin-poin penting yang mesti diingat dan dipahami.



3.2 KELEMAHAN A. Buku I Definisi yang terdapat di buku ini tidak dipaparkan secara jelas sehingga pembaca harus memahami isi konteks buku ini dan bukan hanya sekedar membaca. Penyajian yang begitu panjang ini kurang diminati pembaca karena tidak langsung kepada inti dari pembahasan dan juga membingungkan. B. Buku II Di dalam buku ini tidak terdapat materi mengenai kesetimbangan larutan teori disosiasi elektrolit seperti yang dicantumkan pada buku I, sehingga materi pada buku ini menurut reviewer dianggap belum cukup tuntas. C. Buku III Soal latihan yang diberikan masih kurang dalam melatih diri seseorang terhadap pemahaman materi larutan yang terdapat pada buku ini.



2



BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Dalam proses pembelajaran, buku yang digunakan sebagai faktor pendukung tentunya sangat penting, semakin lama seseorang belajar dan mendapat ilmu, juga dapat menerapkan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari hari serta membantu dalam pengembangan dirinya. Dalam mencari buku yang dijadikan sebagai sumber belajar dari ketiga buku ini sudah baik dan tentunnya penjelasan yang dipaparkan dari ketiga buku ini berbeda-beda. 4.2 SARAN Meurut saya ketiga buku ini sudah baik untuk dijadikan sebagai sumber belajar mengingat bahwa materi yang terkandung di dalam buku tentunya berbeda-beda. Salah satu dari ketiga buku ini yang saya anggap sangat baik untuk dijadikan sebagai sumber belajar adalah buku ke III disana penjelasannya lebih rinci dibandingkan dengan buku I dan II.



1



DAFTAR PUSTAKA



Chang, Raymond. 2002. KIMIA DASAR KONSEP-KONSEP INTI . Jakarta: Erlangga



Petrucci, Ralph. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern edisi ke empat Jilid 2.Jakarta: Erlangga



Sunarya. Yayan. 2012. Kimia Dasar 2. Bandung : CV.YRAMA WIDYA



1



LAMPIRAN



A. BUKU PERTAMA



B. BUKU KEDUA



C. BUKU KETIGA



2