CBR Lengkap Dairi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR) TEKNIK TARI PAKPAK DAIRI DAN MORFOLOGI DAN SINTAKSIS BAHASA PAKPAK DAIRI DOSEN PENGAMPU : Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si



DI SUSUN OLEH : Nama



: Tri Handini



Nim



: 2171141013



Kelas



: A-2017



Mata Kuliah : Teknik Tari Dairi Prodi



: Pendidikan Tari



JURUSAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur saya ucapkan Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical jurnal review ini dengan judul dengan jurnal utama TEKNIK TARI PAK-PAK DAIRI ”TAKTAK TINTOA SERSER” dan jurnal pembanding MORFOLOGI DAN SINTAKSIS BAHASA PAKPAK DAIRI. Suatu tinjauan dari aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Critical book report ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah TeknikTari Dairi, semoga critical jurnal review ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca. Dalam penulisan critical jurnal review ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada orang tua saya yang selalu mendo’akan saya dan saya juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu bunda Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si Saya menyadari bahwa critical jurnal review ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan didalam penulisan critical jurnal review ini. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk memperbaiki dan penyempurnaan untuk kedepannya. Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada didalam critical jurnal review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.



Medan, 26 Maret 2018



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i



DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii



BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................................... B. Tujuan .................................................................................................................... C. Manfaat penulisan ................................................................................................ D. Identitas Buku ..................................................................................................... BAB II : RINGKASAN ISI BUKU ...................................................................................



BAB III : PEMBAHASAN A. Pembahasan Isi Buku........................................................................................... B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku................................................................... BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................................... B. Rekomendasi.........................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN



A. Rasionalisasi Pentingnya CBR Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan (meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri. Daerah ini memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik wisata alam, budaya, maupun sejarah. Sumatera Utara adalah daerah yang pantas untuk diperhitungkan sebagai tujuan wisata, mulai dari wisata alam yang memiliki panorama yang indah, wisata kuliner sampai dengan wisata sejarah yang memiliki berbagai situs yang tersebar diwilayah Sumatera Utara. Di Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga Pesisir, dan etnis pendatang. Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masingmasing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.



B. TUJUAN 1. Mengulas isi buku. 2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku. 3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yangdiberikan oleh setiap bab dari sebuah buku. 4. Membandingkan isi buku pada keadaan nyata dan lingkungan sekitar.



5. Memahami mengenai Adat dan Budaya Pakpak Dairi



C. MANFAAT 1. Menambah wawasan dan ilmu mahasiswa. 2. Membuat mahasiswa rajin membaca, agar terbiasa ketika berbicara didepan. 3. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan mencari tentang informasi yang ada di dalam setiap buku.



D. IDENTITAS BUKU 1. Buku Utama a. Judul Buku b. Penulis



: Teknik Tari Pakpakk “Taktak Tintoa Serser” : Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si, Dr. Tuti Rahayu, M.Si, Yusizar



Heniawaty. SST., M. Hum, Ph.D c. Penerbit



: Fbs Unimed Press



d. Kota terbit



: Medan



e. Edisi



: Pertama



f. Jumlah halaman



: 61 Halaman



g. ISBN



: 978-602-53253-2-8



B. Buku Pembanding



a. Judul Buku



: Morfologi Dan Sintaksis Bahasa Pakpak Dairi



b. Penulis



: Martius C.A Sembiring



c. Penerbit



: Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan



d. Kota terbit



: Jakarta



e. Edisi



:-



f. Jumlah halaman



: 76 Halaman



g. ISBN



: 979-459-293-6



BAB II RINGKASAN ISI BUKU TEKNIK TARI PAK-PAK DAIRI ”TAKTAK TINTOA SERSER” (BUKU UTAMA) BAB 1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN DAIRI A. Lokasi dan Lingkungan Alam kabupaten dairi adalah salah satu daerah kabupaten di provinsi Sumatera Utara. luas wilayah ini lebih kurang 3442 km, letak menurut geografinya, daerah ini terletak antara : 98-98.30 Lintang Utara.kabupaten ini terdiri 8 kecamatan : 1. kecamatan sidikalang ibukotanya sidikalang 2. kecamatan sumbul ibukotanya sumbul 3. kecamatan kerajaan ibu ibukotanya sukarame 4. kecamatan salak ibu ibukotanya salak 5. kecamatan silima pungga-pungga ibukotanya parongil 6. kecamatan tanah pinem ibukotanya kutabuluh 7. kecamatan tiga lingga ibukotanya tiga lingga 8. kecamatan si empat nempu ibukotanya buntu raja Adapun sungai-sungai yang besar dan deras didaerah dairi : 1. Lae renun, letaknya antara daerah keppas dan pegangan dan menuju ke kaki alas 2. Lae simblen, letaknya didaerah keppas mengalir ke kali alas 3. Lae kombih, letaknya daerah simsim juga mengalir ke kaki alas 4. Lae ordi, letaknya juga didaerah simsim juga mengalir ke kaki alas 5. Lae gundur, letaknya didaerah simsim juga mengalir ke kaki alas B. Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa Suku pakpak dairi yang sekarang sudah banyak yang berasimilasi dengan ssuku-suku yang ada disekitarnya misalnya dengan penduduk karo, simalungun dan suku batak toba, da begitu juga sebaliknya. ereka mendiami daerah keppas, regagan, simsin, boang, dan klasen. Dari mana datangnya penduduk asli pakpak kedaerah ini, belum juga lagi diketahui dengan pasti.



Sebelum ada asimilasi penduduk asli pakpak dengan orang-orang daerah sekitarnya mialnya: suku karo, simalungun, dan toba, telah ada marga-marga di daerah keppas adalah marga-marga: 1. ujung 2. bintang 3. angkat 4. caah 5. kudadiri 6. berampu 7. sambo 8. pardosi 9. maha 10. pasi



BAB II GAMBARAN UMUM SUKU PAK-PAK A. Suku Pakpak Suku Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat dipulau Sumatera Indonesia dan tersebar di beberapa Kabupaten/kota di Sumatera Utara dan Aceh,yakni di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasuduntan (Sumatera Utara) dan Kabupaten Aceh Singkil, serta kota Sabulusalam (Provinsi Aceh). Suku Pakpak terdiri atas 5 sub suku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari : 1. Pakpak Klasen 2. Pakpak Simsim 3. Pakpak Boang 4. Pakpak Pegagan 5. Pakpak Keppas Belum ada bukti yang pasti tentang sejarah asal usul orang Pakpak. Beberapa versi asal usul dari penuturan masyarakat Pakpak maupun dari rumpun Batak lainnya adalah: 1. Pertama dikatakan bahwa orang Pakpak berasal dari Assam, India Selatan selanjutan masuk ke pedalaman dan berkembang menjadi orang pakpak.



2. Versi lain menyatakan orang Pakpak berasal dari etnis Batak Toba.Alasan Pakpak berasal dari Batak Toba, karena adanya kesamaan struktur sosial dan kemiripan nama-namamarga. 3. Sedangkan versi lain menyatakan orang Pakpak sudah lebih dahulu ada sebelum suku Batak ada, dengan kata lain suku Pakpak adalah clan Batak yang pertama dan tertua di Sumatera. B. Pengelompokan Suku/Marga Marga yang ada di Pakpak dapat dikelompokan sebagai BerikutL: 1. Marga Pakpak Simsim : Berutu, Padang, Bancin, Sinamo, Manik, Sitakar, Kebaekan, Lembeng, Cibro, dan lain-lain. 2. Marga Pakpak Keppas : Ujung, Angkat, Capah, Kuda diri, Maha, dan lain-lain. 3. Marga Pakpak Kelasen : Tumangger, Tinambunen, Kesogihen, Meka, Maharaja, Ceun, Mungkur, danlain-lain. 4. Marga Pakpak Pegagan : Matanari dan lain-lain 5. Marga Pakpak Boang : Saraan, Sambo, Bacin dan lain-lain. C. Sitem Kekerabatan Suku bangsa Pakpak diikat oleh struktur sosial yang dalam istilah setempat dengan Sulang silima. Sulang silima terdiri dari unsur yakni : 1. Sinima tertua/Perisang-isang (keturunan atau generasi tertua) 2. Sinima penengah/Pertulan tengah (keturunan atau generasi yang ditengah) 3. Sinima terbungsu/perekur-ekur (keturunan atau generasi yang ditengah) 4. Berru (Kerabat penarima gadis) 5. Puang (kerabat pemberi gadis) Kelima unsur ini sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam sistem kekerabatan, upacara adat maupun dalam konteks komunitas lebbuh atau kuta. Artinya kelima unsur ini harus terlibat agar keputusan yang diambil menjadi sah secara adat.



BAB III RAGAM SENI PAK-PAK A. Seni Musik dalam Tradisi PakPak Masyarakat Pakpak memiliku dua macam bentuk komposisi utama; musik berupa nyanyian dengan vocal serta ensembel alat-alat musik. Jenis pertama tradisi merupakan sarana untuk bercerita; misalnya, dalam menceritakan kisah khas Pakpak yang berjudul sigandera. Sedangkan ensambel alat musik biasanya dibawakan pada saat acara-acara adat atau menyertai peristiwa-peristiwa penting yang membutuhkan musik iringan. Tetepi secara umum, musik ensambel ini dibagi menjadi dua yaitu duka dan musik riang. Alat-alat musik Pakpak terdiri dari dari perkusi seperti genderang dan gongm serta alat musik melodis seperti kolondang, lobat dan sordam (semacam seruling). Berikut ini merupakan alat musik tradisional Pakpak: 1. Genderang Terbuat dari kayu Mbaras, kulit lembu dan rotan. 2. Kulcapi Merupakan alat musik petik dengan dua tali (senar) tidak memakai gang dikepala kecapi. Kulcapi terbuat dari kayu dan takinya dari nilon, biasanya memiliki hiasan dikepala kulcapi, seperti hiasan monyet atau kepala manusia. 3. Gung Sada Rabaan Merupakan alat musik yang terbuat dari campuran besi, tembaga dan perak. 4. Gerantung Merupakan alat musik yang terbuat dari pada logam gabungan dari besi, tembaga, perak, emas dan dll. 5. Kalondang Merupaka alat musik yang terbuat dari kayu dengan jumlah sebanyak sembilan (9) dan bunyinya hampir sama dengan genderang. B. Lagu Pakpak Masa Kini Banyak lagu Pakpak yang populer merupakan adaptasi dari nyanyian tradisonal Pakpak, speerti odonng-odong, yaitu lagu-lagu bernada minor dengan lirik yang lazimnya



menggambarkan yang romantis atau malah menyayat hati, misalnya kecantikan seorang kekasi, rasa kangen perantau terhadap keluarga dan kampung halamannya. Masa kini, banyak sekali lagu Pakpak yang menjadi populer dan diadaptasi secara modern menggunakan instrumen yang juga modern seperti keybord. Lagu-lagu populer Pakpak yang kerap diputar di acara-acara pernikahan ini misalnya Cikala Le Pongpong, Pantar Silang, dan Tangis Anak Malumang.



C. Seni Tari Tradisi Pakpak Pada dasarnya tari adalah pengucapan rasa seni yang dinyatakan dengan gerak tubuh. Pada masyarakat Pakpak, tari sebagai warisan nenek moyang yang disampaikan melalui contih-contoh yang hingga saat ini dikenal masyarakat pendukungnya. Misalnya pak-pak menyebut tari istilah Taktak. Fungsi tari pada masyarakat pak-pak dapat dikelompokkan menjadi: 1) Sebagai Tari Upacara Adat (Talak Adat) a) Tak-tak Nan Tampuk Emas b) Tari Kuda-Kuda 2) Sebagai Tari Perang (Taktak Geraha) a) Taktak Menjajaki Takal-takal (tari meminyaki keoala manusia) b) Taktak Moccak (tari bersilat) c) Taktak Geraha (tari perang) 3) Sebagai Tari Hiburan (tari meriah-riah a) Taktak Mandedah (tari mengasuh adik) b) Taktak Garo-Garo (tari muda-mudi) c) Taktak Mangindangi (tari memikat hati) d) Tari Tintoa Serser (mengirik padi) e) Tari Manapu Kopi (memetik kopi) Pada awalnya tarian Pakpak dipelajari orang-orang hanya dengan mengenal dan menguasai bentuk gerak tanpa memperdulikan istilah gerak dan ragam geraknya. Istilah ragam gerak dan pencatatan tari pada tarian pakpak selama ini belum ada sumber yang menuliskan tentang hal-hal ini. Penulis sudah seklian lama ingin mewujudkan tulisan tentang ini sebelumnya bersama bapak alm.B.A.Bako.



D. Taktak Tintoa Serser Taktak merupakan istilah untuk menyebutkan sebuah tarian masyarakat pakpak dairi. Taktak tintioa serser merupakan salah satu tari tradisi dari masyarakat pakpak dairi yang menggambarkan tentang sikap gotong royong dalam kehidupan masyarakat petani dalam bercocok tanam. Gerak-gerak dalam tarian ini menggambarkan suasana gembira dalam bekerja sama muda-mudi dalam pengolahan padi secara tradisional. Berikut Terminologi nama gerak pad taktak tintoa serser: 1. Ambe-ambe tangan 2. Serser Makkat-akkat 3. Ambe-ambe tangan depan perut 4. Mengirik Page 5. Melenggang 6. Mengirik 7. Manarsari 8. Erseraken page 9. Mengumpulkan page 10. Serser soki 11. Menjunjung page



E. Seni Rupa/Seni Bangunan Rumah adat di Desa Sikabong-kabomg Kecamatan Sambul Kabupaten Dairi mempunyai arti yang sangat penting bagi pencatatan seni rupa di daerah pakpak Dairi. Bangunan ini memperlihatkan bagaimana seniman pak-pak memberikan bangun atau bentuk pada kayu teknik ukir. Rumah Jojong adalah rumah yang memakai menara. Menara ini ditempatkan pada tengah-tengah hubungan atap yang melengkung (denggal). Sedangkan kedua ujung bubungan dihiasai tanduk kerbau. Sebuah mahkota ditempatkan pada bagian teratas dari menara. Jeni rumah inilah yang dinamakan rumah adat. Yang berhak menempati rumah adat adalah raja dan keluarga dekatnya. Salah satu ciri unik dari rumah adat adalah pintu masuk yang diletakkan si bagian kolong rumah, dimana hal ini melambangkan sikap rendah hati dan tidak sombong. Bentuk atap yang melenggkung oleh suku pakpak dianggap sebagai keberanian dalam menjunjung tinggi adat walaupun menghadapi resiko yang berat. Di atas lenggkungan atap, diletakkan



tanduk kerbau yang secara tradisi merupakan lambang keberanian, jiwa kstaria, serta kepahlawanan.



F. Busana Adat Pak-Pak 1. Busana Pria 



Bulang-bulang (penutup kepala)







Oles ragi idup







Baju gunting cina







Ucang (tempat tembakau)







Oles mardugan (dililitkan seperti sarung)



2. Busan Wanita 



Saong (penutup kepala)







Kudung-kudung (anting-anting)







Cimata landas (hiasan leher wanita)







Ragi idup







Baju merapi-api







Kancing sitepu (kancing baju)







Ucang (tempat sirih)







Oles pardabaitak (dililitkan seperti sarung)



G. Kain Tenun Pakpak 1. Oles Bintang Maratur (biasa dipakai wanita dalam upacara adat) 2. Oles Polang-polang (selendang pada upacar adat) 3. Oles Gobar (selimut pada upacara adat) 4. Oles Pardabaitak (sebagai kain sarung)



BAB IV JENIS-JENIS UPACAR ADAT PAKPAK A. Upacara Adat Pakpak Secara tradisional upacara adat terkait dengan sistem kepercayaa antara satu etnis dengan etnis lainnya pastinyya berbeda jenis dan bentuk upacaranya. Pada masyarakat



pakpak mengenal berbagai jenis upacara adat dalam bahasa taktak disebut kerja-kerja. Upacara adat suku pakpak dapa dkelompokkan menjadi dua bagian yaitu : 1) Kerja Baik (Upacara suka cita) Artinya jenis upacara yang dilaksanakan dalam situasi bergembira atau sukacita. 2) Kerja Njahat Dilaksanakan dalam suasana yang kurang menyenangkan, atau keterpaksaan karena dalam kesulitan. Beberapa Contoh upacara daur hidup yang masih dipraktekan masyatakat pakpak antara lain: 



Marre Nakan Merasa Yaitu upacara kehamilan, dimana wanita sedang hamil biasanya rawan terkena penyakit dan gangguan gaib.







Mangan Nakan Balba Upacara melahirkam dengan mengadakan makan besar.







Mesur-Mersuri Yaitu pemberian makan pada ibu yang melahirkan dan kepada bayi yang baru lahir.







Mengebetkan Semacam upacara turun tanah pertama kali bagi sih bayi.







Mergosting Upacara menggunting rambut oleh pihak puhun atau pamannya.







Menanda Memberikan perjanjian dan kesepakatan antara dua keluarga yang saling berkenaan setelah anaknya besar dan dewasa.







Mertakil Suatu upacara penyunanatan terhadap laki-laki remaja.







Mengikir atau melentik Upacar yang dilakukan pada saat seorang naak perempuan menjelang remaja.







Upacara perkawinan



Tahapan upacara dan kedua bela pihak memberikan persetujuan penuh dan juga semua kwajiban adat di penuhi. 



Menere Cinta Lao







Mate Ncayur Nitua Upacara adat kematian seseorang yang mati muda berbeda dengan yang mati tua.







Mengrumbang







Mengokal dan menutung tulang



Beberapa contoh upacara yang berhubungan dengan alam dan system mata pencaharian hidup antara lain: 



Markottas







Meneppuh Babah







Menoto







Menanda tahun







Menanggak-nanggakken



Beberapa contoh upacara adat di sekitar kampong (kuta) dan rumah tangga antara lain: 



Menerbeb







Mbengket bagesl







Mengambat







Merre kambaen







Mendegger uruk







Pepajek kuta



MORFOLOGI



DAN



SINTAKSIS



BAHASA



PAKPAK



DAIRI



(BUKU



PEMBANDING) A. BABI PENDAHULUAN Bahasa Pakpak Dairi merupakan alat komunikasi masyarakat suku Batak Pakpak Dairi. Bila tidak dibina pengembangannya, maka bahasa terse but akan menjadi statis atau hilang. Oleh karena r itu, bahasa terse but harus dibina dan dipelihara untuk u_saha peles-' tariannya. Pembinaan tersebut didasarkan, antara lain, atas ket nyataan bahwa bahasa suku Pakpak Dairi merupakan sebagian dari khazanah kebudayaan Indonesia. Bahasa Pakpak



Dairi dipakai oleh masyarakat suku Pakpak Dairi di daerah Kabupaten Tingkat II Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Daerah tersebut dihuni oleh suku Pakpak Dairi dan masyarakat pendatang lainnya, yakni suku Karo, Tapanuli, dan Simalungun. Luas daerah Kabupaten Tingkat II Dairi itu 314.610 hektar dan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Karo di sebelah timur, Propinsi Daerah lstimewa Aceh di sebelah barat, Kabupaten Karo di sebelah utara, dan Kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah di sebelah selatan. Daerah KabupatenDairi terdiri atas Keeamatan Kerajaan; Salak, Tigalingga, Sumbul, Taneh Pinem, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu, dan Sidikalang.



BABII MORFOLOGI A. Jenis Morfem Jenis-jenis morfem yang dijumpai dalam bahasa Papkak Dairi adalah sebagai berikut. 1. Morfem bebas: bagak {baga?} 'bagus' dalan {dalan} 'jalan' gus gus {gusgus} 'gosok' ise {ise} 'siapa' kade {kade} 'apa' nurung {nuruTt} 'ikan' 2. Morfem terikat: prefiks { i-}, {ki-}, {me-}, {mer-}, {pe-}, {per-}, { se-}, dan {ter-} ; sufiks {-en}, {-i}, {-ken}, dan {-su} ; infiks {-in-}, dan {-urn-}; gabungan prefiks dan infiks (konfiks) { ke- .. . -en} ,{mersi- ... -en}, dan {si- ... -na}. 3. Afiksasi Afiksasi merupakan salah satu proses morfologi, yaitu proses penggabungan kata dasar dengan afiks untuk pembahasan afiksasi bahasa Pakpak Dairi berturut-turut dibahas bentuk, distribusi,fungsi dan ani. 4. Prefiks {me-} Prefiks {me-} akan bervariasi bentuknya sesuai dengan fonem awal bentuk dasar yang dilekatinya, yaitu: a) bila prefiks {me-} melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal, /g/, dan /k/, maka prefiks me- akan berubah bentuk menjadi { meng-} Contoh: {me} + { eket} 'ikat' {me} + { oge} 'buka' {me} + { eldus} 'lepas' {me} + {ga.ar} 'bayar' {me} + {gag at} 'makan {me} + {kalang} 'ganjal' {me} + { kolingi} 'kuliti' ~ { mengeket} 'mengikat'~ {mengope} 'membuka' ~ {men geld us} 'melepas' ~ { menggarar} 'membayar' ~ {mengagat} 'memakan' ~ { mengkalang} 'mengganjal'~ {mengkolingi} 'mengkuliti'



BAB III SINTAKSIS



Dalam bahasa Pakpak Dairi dikenal bemlacam-macam kalimat, antara lain keragaman kalimat ini disebabkan oleh keragaman sistempembentukannya, keragaman lagunya, dan keragaman dalam jumlah unsur pembentuknya. Dalam bahasa ini tiap unsur atau bagian kalimat yang dapat diperluas dengan beberapa kata yang maknanya tetap mendukung makna



unsur tadi, sama polanya dengan kalimat yang pertama sehingga terjadilah suatu kalimat yang panjang. 1. Klausa Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. (Keraf, 1973). Contoh: serupadekketaku kade pe keputusenna isepe pembelana pembelana pasti itangkup 'sesuai dengan saya.' 'apapu_n keputusannya.' 'siapa pun pembelanya.' 'siapa pun pembelanya pasti ditangkap.' Klausa terdiri atas bagian atau unsur yang dapat disamakan dengan kata atau frase. Penggolongan klausa menurut bagian atau unsumya mempunyai dasar yang sama dengan yang digunakan untuk penggolongan kesatuan unsur-unsur lainnya. 1) Klausa Subjek Klausa sepeni ini adalah klausa yang berfungsi sebagai subjek pada suatu kalimat. Dalam bahasa Pakpak Dairi hal seperti ini dapat ditemui. 2) Klausa Komplemen Unsur komplemen dalam klausa ini memberi dukungan kepada unsur yang menerangkan bagaimana atau dalam keadaan apa subjek itu Dengan perkataan lain, unsur komplemen memperjelas unsur kalimat. 3) Klausa Adverbial Di dalam klausa sepeni ini verba yang berfungsi sebagai predikat selalu disenai oleh keterangan guna memperjelas perbuatan atau tindakan yang dilakukan subjek. 4) Klausa Adjektival Klausa ini kata kelja yang berfungsi sebagai predikat disertai oleh adjektiva, situasi, dan keadaaan guna mempeljelas perbuatan atau 5) Klausa Relatif Klausa relatif ialah klausa yang menerangkan kata atau frase nominal sebelumnya atau yang ada di depannya. Klausa ini menerangkan inti benda, dan struktur frasenya terdiri atas inti dan keterangan. Klausa latif berfungsi



menempati nomina yang menjadi subjeknya. Klausa relatif ini sama atau dapat disejajarlcan dengan anak kalimat relatif. 6) Klausa Adverbial Klausa ini berfungsi sebagai adverbia (tambahan) pada kalimat induknya. Klausa ini terdiri atas beberapa subbagian yang jumlahnya tidak berapa banyak. Oleh sebab itu, klausa ini berfungsi sebagai



BAB III PEMBAHASAN



A. Kelebihan dan kekurangan isi buku Kedua Buku ini sudah memiliki penerbit dan sudah memiliki ISBN sehingga mudah untuk didapat dan dicari, dalam penulisannya buku tersebut menggunakan sistematika penulisan yang bagus. Materi yang terdapat disetiap bab di dalam buku ini dijelaskan secara runtut dan tidak memberikan kesan membingungkan. Sistematika dalam buku juga tidak memberikan kebingunan bagi mahasiswa. Penulisan dalam buku juga sangat jelas menggunakan ukuran huruf yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar sehingga mudah dibaca oleh mahasiwa. Dalam penggunaan bahasa, menurut saya kedua buku ini sudah menggunakan bahasa yang baik yang dibuktikan dengan kesederhanaan bahasa sehingga materi dalam buku ini memiliki makna yang jelas serta tidak membuat ambigu para pembacanya khususnya para peserta didik. Penggunaan bahasa yang baik memberikan sensasi membaca yang menyenangkan bagi pembaca sehingga pembaca tidak mudah bosan dan jenuh dalam memahami materi yang disampaikan penulis. Keterkaitan antar isi buku dengan bidang ilmu sudah baik dan sesuai menyangkut dengan kebudayaan Pakpak Dairi.



B. Kelemahan Buku Disamping kelebihan-kelebihan kedua buku yang sudah ada di atas, buku ini juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan buku pembanding yang patut untuk di koreksi. Pengkoreksian ini ditujukan agar dapat memperbaiki pembuatan buku-buku sekolah yang akan datang.



Adapun kekurangan atau kelemahan buku pembanding tersebut ialah penggunaan warna dalam buku yang terkesan monoton dan terlihat kusam, sehingga memberikan kesan sedikit kurang menarik ketika melihat kedalam buku. Jika melihat perkembangan zaman yang ada maka buku ini juga perlu mendapatkan tambahan agar isu-isu yang sedang berkembang dalam masyarakat dapat dijadikan rujukan dalam materi buku. Menyangkut materi yang terdapat dalam buku ini, alangkah lebih baiknya terdapat setiap kesimpulan atau rangkuman disetiap babnya, agar para pembaca lebih mudah dan mengerti maksud serta makna yang terdapat dalam setiap babnya



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Suku pakpak adalah suku yang dominan berdomisili di Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi dimana komunitas Suku Pakpak disebut dengan lebuh dan kuta yang dihuni oleh suatu marga tertentu (satu marga tinggal disatu daerah tertentu). Suku Pakpak menganut system Patrilineal dimana garis keturunan dihitung berdasarkan laki-laki sesuai dengan marga (kelompok kekerabatnnya) hal ini mengakibatkan kedudukan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan bentuk dari perkawinannya adalah Eksogami Marga, artinya seseorang harus kawin diluar marganya dan kalau kawin dengan orang semarga dianggap melanggar adat karena dikategorikan sebagai Sumbang (incest). Sulang Silima dengan unsure berru, dengan sebeltek atau sinina dan puang atau kula-kula adalah struktur social yang dikenal dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Pakpak dimana didalamnya terdapat sejumlah hak dan kewajiban yang mengatur hubungan atau unsure tersebut. Dalam upacara-upacara tradisonal suku pakpak dikenal adanya upacara kerja njahat (jenis upacara yang berhubungan dengan upacara duka cita) dan kerja baik (jenis upacara yang berhubungan dengan suka cita/ rasa kegembiraan). Suku Pakpak juga mengenal adanya upacara – upacara yang berhubungan dengan alam dan mata pencaharian.



Setelah data selesai dianalisis, didapatlah suatu hasil penelitian "Morfologi dan Sintaksis Bahasa pakpak Dairi" yang merupakan kesimpulannya. Kesimpulan itu dapal diuraikan sebagai berikut. 1. Karena bahasa Pakpak Dairi dan .Indonesia berada di dalam satu rumpun yang sama maka pada umumnya banyaklah dijumpai persamaan di bidang morfologi dan sintaksis. 2. Di dalam bahasa Pakpak Dairi yang merupakan aspek morfologi dapat dideskripsikan atas. a. morfem bebas dan terikat, misalnya (1) morfem bebas: {manan}, {menum}, {tobis}, {sori}, {ndor}, {mbelgah}; (2) morfem terikat: prefiks {i-, k.i-, me-, mer-, pe-, per-, se-, ter- }; sufiks {-en, -i, -ken, -su} infiks {-in-, -urn-}; konfiks {ke-... -en, mersi-... -en, si-... na}. b. Proses morfologis yang berupa afiksasi dan reduplikasi adalah sebagai berikut. Contoh afiksasi: {i-, ki-, me-, mer-, pe-, per, se-, ter-, -en, -i, -ken, -su, -in-, -urn-, ke-. . . en, mersi-... -en, si-... -na}.Contoh reduplikasi: dengan prefiks: {tereluh} ~ { tereluh-eluh} {merende} ~ {merende-ende} dengan infiks: {dumeger} ~ { dumeger-deger} {kundul} ~ { kundul-kum undul} dengan sufiks: {dcdahem} ~ { dedcih-dedahen} { ceduren} ~ { cedurceduren} 3. Yang dapat dikemukakan sebaai kesimpulan tentang sintaksis bahasa Pakpak Dairi ialah: a. Frase di dalam bahasa Pakpak Dairi terdiri atas frese endos~n. trik yang meliputi frase benda predikatif, dan frase endosentrik koordinatif yang terdiri atas eksosentrik. b. Klausa di dalam bahasa pakpak Dairi dapat dipccah menjadi klausa subjek, klausa komplemen, klausa adverbial, klausa adjektiva, klausa relatif, klausa tambahan. c. Jenis kalimat dapat pula dibedakan menurut jenis kalimat inti, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk, Sedangkan menurut isi dapat di bagi atas kalimat tanya, kalimat berita, dan kalimat perintah. d. Bila dilihat berdasarkan pola subjek dan predikat, maka pola kalimat dasar itu dapat dibedakan atas pola subjek-predikat, subjek + predikat+ objek, pola kalimat Predikat Subjek, pola Subjek + predikat + keterangan, dan pola kalimat keterangan + subjek + predikat.



B. Rekomendasi Pada buku utama dan buku pembanding ini yang satu penulis yang masih terkait sama-sama membahas tentang Statistik. Pembahsannya sudah lengkap, tetapi alangkah baiknya jika ditambahkan pada setiap akhir babnya dilengkapi dengan ikhtisar ataupun disebut juga dengan kesimpulan setiap bab.