CBR PLS (Pretty Irene Sitompul) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK REPORT Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KONSEP DASAR PLS Dosen pengampu : Dr.Nurlaila,S.Pd,.M.Pd



DISUSUN OLEH : NAMA : PRETTY IRENE SITOMPUL NIM : 1213313050 KELAS : REGULER D PG-PAUD



JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report mata kuliah Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen yang membimbing mata kuliah ini dan memberikan kesempatan untuk memaparkan hasil pemahaman penulis mengenai isi suatu buku. Sebagai manusia biasa tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan tugas ini sehingga tugas-tugas yang akan datang lebih baik lagi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.



Medan,SEPTEMBER 2021



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR. ............................................................................................................ 2 DAFTAR ISI. ........................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4 1.1 Latar Belakang. ....................................................................................................... 4 1.2 Tujuan. ....................................................................................................................4 1.3 Manfaat ...................................................................................................................5 1.4 Identitas Buku ......................................................................................................... 5 BAB II RINGKASAN .............................................................................................................. 6 BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................... 14 3.1 Analisis buku utama.............................................................................................. 14 3.2 Analisis buku pembanding.................................................................................... 16 BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 17 4.1 Kesimpulan. ........................................................................................................... 17 4.2 Saran...................................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah buku sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Mengapa? Karena dari bukulah kita bisa menambah pengetahuan kita selain dari pengalaman. Dalam proses belajar mengajar, buku adalah instrumen utama yang harus ada. Oleh karena itu, sebelumnya kita harus mengetahui apakah buku yang akan kita gunakan adalah termasuk layak atau tidak. Buku yang baik berisi informasi lengkap dan jelas dan mudah di mengerti oleh pembacca. Namun kenyataannya, tidak semua buku yang memenuhi kriteria tersebut. Masih ada buku yang bertele-tele dalam menjelaskan maeri yang menjadi pembahasan dalam buku. Ada pula buku yang terlalu banyak menggunakan bahasa ilmiah yang kadang kurang dipahami dan diminati oleh pembaca. Dalam kegiatan belajar mengajar di kampus, seorang mahasiswa diharuskan untuk mempunyai referensi buku yang baik dan sesuai dengan materi yang dipelajari. Untuk itu, kita harus tahu buku apa yang termasuk baik untuk menjadi referensi dan sesuai dengan materi pembelajaran sehingga proses perkuliahan menjadi lancar. Dalam kegiatan Critical Book Report, kita bisa mengetahui buku yang sudah di kritik beserta kelebihan dan kekurangannya. Dan mengacu pada beberapa pemikiran tersebut, saya menggunakan buku dengan judul Konsep Dasar, Sejarah, dan Asas Pendidikan Luar Sekolah dan buku pembanding dengan judul Manajemen Pemberdayaan Pada Pendidikan Nonformal untuk menjadikannya sebagai bahan Critical Book Report saya dan perbandingan dalam referensi buku untuk membantu jalannya proses pembelajaran. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pada pembuatan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan uraian singkat dan isi materi buku 2. Memberikan informasi beberapa kelebihan dan kekurangan isi buku 3. Memberikan kepada mahasiswa referensi buku untuk dipelajari 4. Menyampaikan pendapat serta argumen dan juga pemikiran 5. Memenuhi tugas kuliah 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari pada pembuatan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui apa isi buku 2. Mengetahui apa saja kelebihan buku 3. Mengetahui apa saja kekurangan buku 4. Mengetahui perbandingan buku 5. Memudahkan pembaca dalam memahami isi buku 6. Menambah wawasan penulis



1.4 Identitas Buku BUKU UTAMA Judul Buku: PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Penulis



: Dr (C). Irjus Indrawan, S.Pd.I., M.Pd.I.



Hadion Wijoyo, S.E.,S.H.,S.Sos.,S.Pd.,M.H.,M.M.,Ak.,CA



Kota Terbit : Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas Jawa Tengah



Tahun Terbit: 2020 Cetakan: Pertama Penerbit : CV.PenaPersadaRedaksi ISBN



: 978-623-93873-7-2



BUKU PEMBANDING Judul Buku



: Guidelines for In-School and Out-of-School Suspensions



Penulis



: Mark K. McQuillan



Kota Terbit



: united state



Tahun Terbit



: December 1, 2010



Cetakan



: Pertama



ISBN



: 978-602-6635-91-4



BAB II RINGKASAN



BAB 1 : GERAKAN PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Pada negara-negara berkembang, pendidikan yang merupakan satu bagian dari instrumen pembangunan sosial selalu mendampingingi pembangunan ekonomi dan politik, bahkan pada saat tertentu akan menentukan keberhasilan pemmbangunan ekonomi dan politik tersebut. Pada tahap awal kemerdekaan suatu bangsa, pendidikan merupakan gerakan yang mendapat dukungan luas, tidak sekedar pendidikan persekolahan tetapi juga pendidikan dalam bentuk lain diluar sistem pendidikan formal. Pendidikan nonformal dalam bentuk yang paling asli (indigenous) telah ada sejak dulu. Kehadirannya lebih dulu dari perkembangan pendidikan formal (persekolahan). Pendidikan nonformal berkembang dari pendidikan tradisional yang biasanya berakar dalam agama dan tradisi yang dianut oleh warga masyarakat. Kegiatan tersebut merentang dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks (seperti upacara tradisional atau pun upacara adat yang dilakukan dalam kelompok besar). Pendidikan luar sekolah dengan menggunakan caracara tersebut berkembang dengan sendirinya, kemudian berkembang dalam lingkungan yang luas. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan praktis dan meneruskan warisan sosial budaya, kemampuan dan cara kerja dan teknologi masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bagi negara-negara berkembang,pendidikan luar sekolah ditekankan pada “makna” dalam gerakan pembangunan. Karena dinegara-negara berkembang sebagian besar penduduknya ada di daerah pedesaan, maka ada dua hal yang sangat ditekankan dalam gerakan pembangunan masyarakat pedesaan tersebut. Pertama, perbaikan kondisi-kondisi ekonomi sosial dan kultural. Kedua, pengintegrasian masyarakat pedesaan kedalam kehidupan bangsa secara keseluruhan agar mereka dapat memberikan kontribusi terhadap program-program nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan dua hal, yaitu Pertama, partisipaso warga masyarakat desa untuk memperbaiki taraf kehidupannya melalui kemampuan dan prakarsanya sendiri. Kedua, tersedianya pelayanan dan bantuan teknik dari pihak pemerintahan sehingga prakarsa dan swadaya masyarakat dapat diperkuat. Pendidikan luar sekolah di Indonesia sudah berkembang sejak dulu dalam bentuk magang, belajar individual, belajar berkelompok, yang dilakukan secara tradisional yang berkaitan dengan keyakinan agama. Di samping itu, pendidikan luar sekolah di masyarakat sebelum bangsa Indonesia merdeka telah mengenal berbagai kursus yaitu, kursus kewanitaan, kursus pengetahuan umum dan politik, kepanduan (pramuka) dan pendidikan olah raga bagi para pemuda. Kegiatan-kegiatan tersebut diprakarsai oleh pemimpin-pemimpin pergerakan kemerdekaan.



Mulai tahun 1946 PLS di Indonesia resmi ditangani oleh pemerintah. Kemudian pada masa orde baru PLS mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini terlihat dalam Pelita II tentang pembangunan bidang pendidikan. Terlihat bahwa PLS mempunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang pembangunan. Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat menuntut masyarakat untuk selalu mengadakan penataran dan penyegaran karena kebutuhankebutuhan pribadi yang semakin meningkat sesuai dengan kemajuan zaman.



BAB 2 : KONSEP PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tegas dinyatakan bahwa: Pendidikan adlah usaha sadar da terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Ilmu pendidikan atau pedagogi diartikan sebagai ilmu yang dipelajari untuk kepentingan pendidikan. Pedagogi adalah seni mendidik atau segala kecakapan yang kita pergunakan untuk mendidik anak. Istilah lain yang berhubungan dengan ilmu pendidikan adalah pedagogi teoretis, pedagogi sistematis dan pedagogi historis. -



Pedagogi teoritis adalah ilmu pendidikan ditinjau dari segi teoritis saja, baik yang meliputi studi tentang fakta-fakta pada anak dan lingkungannya, maupun yang meliputi renungan-renungan filosofis yang relevan untuk kepentingan pendidikan. - Pedagogi sistematis menyusun suatu teori berdasarkan suatu sistematika tertentu - Pedagogi historis meninjau bahan-bahan yang diperoleh dari sejarah pendidikan yaitu untuk melengkapi teori dengan bahan yang berasal dari fungsi pendidikan di dalam sejarahnya. Pendidikan memiliki sifat atau karakteristik praktis dan normatif. Langeveld menyebut pedagogi sebagai ilmu pengetahuan praktis, karena membicarakan perbuatan manusia yang disebut pendidikan. Langeveld menyebut pendidikan juga sebagai antropologi praktis yang normatif, karena di dalamnya dibicarakan penerapan antropologi filsafat, yaitu ilmu tentang hakekat manusia. Mendidik dapat didefenisikan sebagai membimbing anak ke suatu tujuan. Tujuan (yang bersifat normatif) adalah kedewasaan. Kegiatan mendidik berakhir ketika seseorang telah mencapai tingkat kedewasaan dalam makna luas. Dalam pengertian ini pendidikan diselenggarakan dalam keluarga secara informal dan di sekolah sebagai kegiatan formal. Menurut ICED, pendidikan itu menyerupai belajar. Tegasnya pendidikan adalah proses belajar yang terus menerus. Dengan demikian pendidikan itu tidak hanya diselenggarakan di sekolah saja, tetapi di luar sekolah. Sekolah hanya salah satu saja dari lembaga pendidikan yang ada di masyarakat untuk membantu individu-individu belajar. Masih banyak lembagalembaga lain seefektif dan seefisien sekolah yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Konsep ICED ini merupakan titik tolak dari konsep life long education.



Dalam konsep pendidikan seumur hidup terkandung gagasan belajar untuk hidup (learning to be) dan masyarakat gemar belajar (learning society). Learning to be memiliki tujuan akhir dari berfikir, belajar menjadi warga negara yang produktif. Lebih luas lagi tujuan dari proses penemuan dari perwujudan diri untuk mencapai tingkat kualitas hidup yang memadai. The learning society adalah masyarakat yang terdapat di dalam lembaga pendidikan dan non pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan seumur hidup merupakan proses yang sangat panjang, mencakup keseluruhan kurun waktu kehidupan individu. Dia mencakup pendidikan informal, formal dan nonformal termasuk pendidikan orang dewasa. Lembaga yang memiliki peranan dalam pendidikan seumur hidup adalah keluarga dan masyarakat, termasuk kelompok-kelompok tetangga, sosio budaya, dan politik, kelompok profesional dan sebagainya. Pendidikan seumur hidup memiliki sifat fleksibel, berusaha mencari kesinambungan dan kaitan antara dimensi vertikal atau longitudinal, dan integrasi setiap dimensi horizontal pada setiap tahap kehidupan. Persyaratan pokok pendidikan horizontal pada setiap tahap kehidupan. Persyaratan pokok pendidikan seumur hidup meliputi kesempatan dan edukabiliti. BAB 3 : KONSEP PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Perhatian yang besar terhadap pendidikan luar sekolah dari pemerintah dan warga masyarakat di negara-negara berkembang muncul dengan diresmikannya gagasan pendidikan seumur hidup, beberapa studi kasus dilakukan diantaranya oleh lembaga-lembaga internasional seperti ICED, ASEAN, berbagai Universitas di Amerika, dan lain-lain. Untuk memahami konsep pendidikan luar sekolah dapat ditinjau dari dua sudut pandang: - Konsep konvensional dari pendidikan - Dinamika kesadaran tujuan dalam proses pendidikan Untuk memahami pendidikan nonformal secara berdampingan dengan pendidika formal, keduanya ditinjau dari sisi perbedaan dan persamaanya. Dalam memandang pendidikan nonformal dalam konteks pendidikan harus dipandang secara konfrehensif (menyeluruh). Mana yang tergolong pendidikan formal, nonformal dan informal bergantung kepada dinamika kesadaran tujuan tentang proses pendidikan dari pihak sumber belajar dan dari pihak warga belajar. Titik tolaknya adalah unsur-unsur pendidikan yang utama adalah belajar, sumber belajar dan pembelajaran. Program PLS disusun dengan memperhatikan tujuan, partisipasi, metode, materi belajar evaluasi dan struktur organisasi dari program tersebut. Jika menginginkan program PLS yang disusun efektif, maka penyusunannya harus berlandaskan pada dasar konseptual tentang hal-hal tersebut. Dasar konseptual dimaksud dapat dinyatakan dalam bentuk hipotesis. Fungsi pendidikan nonformal yaitu: - Suplemen, berarti materi yang diajarkan berfungsi sebagai tambahan terhadap materi yang diajarkan di sekolah. Contohnya, kegiatan ekstrakurikuler. - Komplemen, berarti materi yang disajikan dalam pendidikan nonformal berfungsi melengkapi hal-hal yang diperoleh di sekolah. Ini disebabkan karena tidak semua hal dapat dituangkan dalam kurikulum sekolah - Substitusi, berarti bahwa pendidikan nonformal berfungsi menggantikan fungsi sekolah.



BAB 4 : PENGERTIAN DASAR DAN PENAMAAN LAIN PENDIDIKAN NON FORMAL. Mempelajari pengertian istilah dimulai dengan menelaah definisi istilah tersebut, menelaah definisi pendidikan nonformal cukup sulit oleh karena belum tersedianya rumusan definisi yang komprehensif dan baku. Sekalipun seperti Kleins mengajukan definisinya dengan ancang-ancang yang panjang, namun cukup holistik tetapi kompleks, dengan mengetengahkan subsistem organisasi, manusia, dan kurikulum, yang masing-masing memiliki dua komponen pokok. Kleins juga mengajukan tiga kelas macam karakteristik pendidikan nonformal. Ada juga yang tidak mengajukan definisinya, akan tetapi terlebih dahulu mengidentifikasi beberapa parameter pendidikan non formal yang meliputi sistem penyampaian, tujuan , karakteristik pedagogik dan “creedentials” serta kebutuhan. Setelah itu dia merekapitulasi adanya definisi pragmatik yang meliputi: -



Adanya kaitan dalam beberapa hal antara pendidikan persekolahan dengan pendidikan nonformal Penekanan bahwa pendidikan formal tidak bersifat insidental atau informal Ketidakformalan pendidikan non formal terletak pada sponsor, lokasi dan administrasi



Beberapa definisi yang singkat telah diajukan oleh Coombs, Supardjo Adikusump, dan Coleta. Definisi-definisi tersebut selalu dikaitkan dengan kenyataan, bahwa penyelenggara pendidikan non formal, adalah diluar sistem persekolahan yang ada. Pendidikan non formal bukan satu-satunya nama untuk semua kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah. Yang tercakup ke dalam pendidikan nonformal adalah: -



Pendidikan massa (mass education) Pendidikan orang dewasa (adult education), meliputi pendidikan lanjutan, pendidikan pembaharuan, pendidikan kader organisasi, dan pendidikan populer. - Exstension education - Pendidikan dasar (fundamental education) Di Indonesia, agricultural extension education disebut penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian diberikan oleh PPL kepada para petani yang tergabung dalam kelompok tani. Bahwa penyuluhan pertanian merupakan salah satu bentuk pendidikan nonformal tampak dari ciri-cirinya, yaitu: - Kegiatannya dilakukan diluar sistem pendidikan persekolahan - Di dalam kegiatannya terdapat proses komunikasi yang teratur dan terarah antara PPL dengan para petani, dan diantara para petani itu sendiri - Dilakukan dengan pengorganisasian tertentu - Tujuannya selalu berorientasi pada hal-hal yang perlu dan penting bagi kehidupan - Mempunyai isi program pendidikan dan urutan materi yang logis.



BAB 5 : LANDASAN HUKUM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI INDONESIA a) Pendidikan menurut UUD 1945 b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah c) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 d) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal Berdasarkan Undang-undang tentang Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia maka Pendidikan Nonformal meliputi: - Pendidikan kecakapan hidup - Pendidikan anak usia dini - Pendidikan kepemudaan - Pendidikan pemberdayaan perempuan - Pendidikan keaksaraan - Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja - Pendidikan kesetaraan, dan - Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik Satuan pendidikan nonformal terdiri atas : - Lembaga kursus - Lembaga pelatihan - Kelompok belajar - Pusat kegiatan belajar masyarakat - Majelis taklim, serta - Satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang dituju oleh pemerintah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.



BAB 6 : KESTARAAN PENDIDIKAN FORMAL, PENDIDIKAN NONFORMAL, DAN PENDIDIKAN INFORMAL Perbedaan dan persamaan pendidikan non formal dapat ditinjau dari karakteristiknya, berdasarkan variabel tujuan, waktu, isi, penyajian, dan pengawasan. Ditinjau dari tujuan perbedaan itu terletak pada jangka waktu belajar dan orientasi belajarnya. Menurut variabel waktu, perbedaan itu dapat dilihat dari segi jangka waktunya, penyiapan bagi kehidupan masa kini atau masa datang, dan kesinambungan waktu (terus-menerus atau tidak ). Ditinjau dari variabel isi, apakah menekankan kepentingan individual atau menyamaratakan semua peserta



Menurut variabel penyajian, perbedaan ditekankan pada pusat kegiatan belajar mengajar, hubungannya dengan kehidupan dalam masyarakat, berpusat pada pendidikan atau peserta didik. Dilihat dari segi pengawasan, apakah dilakukan oleh pihak lain atau diatur sendiri, apakah bersifat birokratis tinggi atau demokratis. Perbedaan yang paling menonjol terdapat pada struktur, di satu pihak sangat ketat (yaitu pendidikan formal), sedangkan di lain pihak fleksibel yang mungkin dalam kondisi tertentu tidak menonjol. Dengan cara yang sama dapat pula dibedakan antara pendidikan nonformal dengan pendidikan informal.



BAB 7 : TUGAS-TUGAS DAN SASARAN POPULASI PENDIDIKAN NONFORMAL Tugas-tugas pendidikan nonformal dapat ditinjau dalam kaitannya dengan pendidikan formal di negara-negara industri. Tugas-tugas pendidikan nonformal antara lain, menyiapkan usia pra sekolah untuk memasuki pendidikan sekolah memberikan pengalaman belajar diluar pendidikan formal yang bersifat melengkapi pendidikan formal, dan memebrikan kesempatan belajar kepada pemuda dan orang dewasa yang telah menamatkan pendidikan nonformal guna memperoleh pengetahuan lebih lanjut. Di negara-negara sedang berkembang tugastugas itu lebih luas lagi. Pendidikan nonformal memberikan pendidikan dengan materi yang sama dengan yang diberikan di sekolah-sekolah formal. Sasaran populasi pendidikan nonformal dapat ditinjau dari segi usia, lingkungan sosial budaya, jenis kelamin, mata pencaharian, dan tingkat pendidikan. Ditinjau dari segi usia, yaitu usia 0₋6 tahun, 7₋12 tahun, 13₋18 tahun, 19-24 tahun, dan 25 tahun ke atas. Di tinjau dari lingkungan sosial budaya, yaitu masyarakat pedesaan, warga masyarakat perkotaan, dan warga terasing, golongan taraf yang ekonominya berkecukupan, dan golongan taraf yang ekonominya rendah. Ditinjau dari mata pencaharian, yaitu petani, pengrajin, pedagang, industriawan, lapangan jasa, sopir, buruh, tukang, pegawai negeri, dan ABRI. Ditinjau dari taraf pendidikan, yaitu pra aksarawan dan aksarawan. Terakhir sasaran populasi dari kelompok khusus dan anak-anak yang mengalami penyimpangan sosial.



BAB 8 : KRITIK TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL, ISU-ISU DAN PERMASALAHAN DALAM PENDIDIKAN NONFORMAL



Ivan Illich dan Paulo Freire mengkritik pendidikan sekolah dari gaya pendidikannya yang tradisional. Kritik bertitik tolak yang sama yaitu membebaskan manusia. Menurut Illich, penghargaan yang berlebihan yang diberikan kepada sekolah mengakibatkan masyarakat tidak berdaya cipta. Gaya guru yang sebagai hakim, pemimpin ideologi atau dokter yang telah meniadakan rasa aman bagi murid harus menciptakan kondisi kebalikan dari sekolah dengan cara memberi kebebasan kepada warga belajar memilih sendiri tentang apa yang akan dipelajari, dari siapa dan kapan.



Freire menganggap sekolah sebagai “sistem penjinakkan” (domestiaction). Sistem paternalisme telah mengakibatkan kebodohan, kemiskinan dan kemelaratan pada masyarakat. Untuk membebaskan masyarakat dari kebodohan dan sebagainya, disarankan dipergunakan metode praxis. Konsep conscienlization (kepercayaan pada diri sendiri dan lingkungan) dengan metode praxis tersebut dapat membebaskan warga masyarakat dari belenggu kebodohan. Harapan-harapan terhadap PLS dilandasi pada keyakinan bahwa PLS merupakan pendekatan yang efektif, fungsional, inovatif, bersifat praktis. Harapan yang terlalu tinggi terhadap PLS dianggap kurang beralasan, oleh karena dalam PLS itu sendiri terkandung berbagai isu dan permasalahan yang kritis. Isu-isu yang umum ada dalam PLS di Indonesia dan di negara-negara berkembang lainnya adalah: - Menyangkut kebutuhan yang luas dan masal - Kelompok masyarakat terabaikan - Kebutuhan belajar yang paling diabaikan - Pengintegrasian pendidikan formal dan nonformal - Bentuk metode instruksional dan media yang efektif dalam pendidikan nonformal - Pembangkitan motivasi belajar - Fasillitas - Biaya dan sumber - Evaluasi - Penciptaan harmonisasi usaha-usaha Permasalahan yang kritis dalam pendidikan nonformal yaitu: - Terhadap pendidikan nonformal terlalu dibebankan harapan-harapan yang tinggi - Masalah yang menyangkut departemen yang menaungi pendidikan nonformal. - Masalah yang menyangkut kebutuhan pokok yang esensial - Masalah tenaga pendidik dalam pendidikan nonformal - Masalah sentralitas atau regionalitas perencanaan BAB 9 : FALSAFAH PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Pancasila merupakan landasan filosofis adil, sedangkan UUD 1945 adalah landasan dalam mencapai tujuan kemerdekaan nasional. Pendidikan tidak hanya menunjang tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, tetapi juga harus memperkokoh nilai-nilai bangsa dan negara yang dianggap luhur. Landasan operasional dalam pengelolaan pendidikan adalah berpegang kepada pasal 31 UUD 1945. Pendidikan Indonesia diharapkan melahirkan manusia Indonesia dengan ketujuh rangkaian sifat seperti yang telah dilukiskan di dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional Nomor 20 tahun 2003. Keduanya adalah proses belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diikuti oleh para siswa guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut perkembangannya yang wajar pendidikan nonformal harus dapat langsung membantu kualitas dan martabat kita sebagai individu dan warga negara yang dengan kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dapat mengendalikan perubahan dan kemajuan. Karena daerah atau medan kerjanya lebih cair dan luas, dan lebih langsung berhubungan dengan dunia kerja, rekreasi, seni, budaya, efektif dan relevan dengan



mencerdaskan kehidupan bangsa serta memanfaatkan diri untuk menjadi salah satu sarana pokok dalam mencapai pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. BAB 10 : ASAS-ASAS PENDIDIKAN NONFORMAL Inovasi adalah salah satu asas yang harus diterapkan di dalam perencanaan pendidikan, baik di dalam perencanaan program pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan seumur hidup atau (life long education) merupakan salah satu asas pokok di dalam perencanaan dan pengembangan keseluruhan sistem pendidikan nasional. Untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi sistem pendidikan, maka di dalam perencanaannya harus diperhitungkan asas-asas komprehensif integrasi, aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif, serta pendayagunaan semua sumber-sumber sosial dan fisik tersedia atau yang mungkin dapat disediakan. Laju perkembangan pendidikan nonformal disebabkan pula asas yang digunakannya yaitu kebutuhan pendidikan seumur hidup dan relevansi dengan pembangunan dengan masyarakat atau pembangunan itu sendiri. Asas kebutuhan telah memantapkan pendidikan nonformal sehingga program-program berpusat pada warga belajar, partisipasi yang optimal dari warga belajar dari dalam, oleh dan untuk masyarakat maka pendidikan nonformal ditumbuhkan di atas sikap pemilikan dan tanggung jawab bersama.



BAB III PEMBAHASAN



3.1.Analisis Isi Buku Utama Dalam buku utama dengan judul Pendidikan Luar Sekolah kita akan menemukan pembahasan tentang Pendidikan masyarakat atau Pendidikan Luar Sekolah. Pada bab 1 materi yang dijelaskan yaitu gerakan pembangunan dan perkembangan pendidikan luar sekolah di Indonesia, asal usul munculnya pendidikan luar sekolah di Indonesia yaitu berkembang dari pendidikan tradisional yang biasanya berakar dalam agama dan tradisi yang dianut oleh suatu komunitas masyarakat. Selanjutnya yaitu makna pendidikan luar sekolah dalam gerakan pembangunan, bagaimana perkembangan PLS di Indonesia, dan faktor pendorong perkembangan PLS. Keterangan: Pada bab ini materi tentang gerakan pembangunan dan perkembangan PLS di Indonesia dan juga asal-usul PLS di Indonesia masih kurang jelas atau kurang banyak, seharusnya dijelaskan secara lebih detail lagi. Pada bab 2 materi yang dijelaskan tentang pengertian pendidikan secara teoritis, historis dan sistematis, menjelaskan definisi mendidik dan komponennya, dan juga definisi dan konsep serta karakteristik pendidikan seumur hidup. Keterangan: Pada bab ini sudah dijelaskan tentang konsep pendidikan, hanya saja ada istilahistilah yang sulit untuk dipahami. Pada bab 3 materi yang dijelaskan tentang konsep pendidikan luar sekolah, tujuan, partisipasi, metode, materi belajar, evaluasi, struktur organisasi program PLS, dan juga fungsi PLS sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi. Keterangan: Materi pada bab ini sudah cukup jelas dan mudah dipahami Pada bab 4 materi yang dijelaskan tentang pengertian dasar dan penamaan lain pendidikan nonformal, definisi dan karakteristik pendidikan nonformal, dan juga tentang pendidikan formal dan informal serta pendidikan massa. Keterangan: Materi pada bab ini sudah dijelaskan sesuai dengan indikatornya, hanya tidak ada gambar penjelas yang mendukung isi buku Pada bab 5 materi yang dijelaskan tentang landasan hukum Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia baik yang tercantum dalam UUD 1945 dan juga yang tercantum dalam peraturan pemerintah.



Keterangan: Pada bab ini penjelasan tentang landasan hukum Pendidikan Luar Sekolah dijelaskan dengan rinci Pada bab 6 materi yang dijelaskan tentang kesetaraan pendidikan formal, nonformal, dan informal dan juga persamaan dan perbedaannya serta karakteristiknya. Keterangan: Pada bab ini, materi tentang perbedaan dan persamaan pendidikan formal, nonformal, dan informal dijelaskan sangat jelas apalagi diuraikan dalam bentuk tabel. Pada bab 7 materi yang dijelaskan tentang tugas-tugas pendidikan nonformal baik di negara maju dan negara berkembang, serta sasaran populasi pendidikan nonformal berdasarkan usia, lingkungan sosial budaya, dan sosial ekonomi, termasuk mata pencaharian. Keterangan: Pada bab ini telah dijelaskan cukup banyak tentang tugas dan sasaran populasi pendidikan nonformal, hanya saja materinya dipaparkan terlalu banyak karena banyak terdapat istilah asing atau penjelasan dalam bahasa Inggris dan juga gambar dalam materi ini kurang menarik. Pada bab 8 materi yang dijelaskan tentang kritik terhadap pendidikan formal dari Ivan Illich dan Paulo Freire, kelemahan pendidikan formal, latar belakang mengapa masyarakat menaruh harapan terhadap pendidikan nonformal, dan juga masalah kritis dalam pendidikan nonformal. Keterangan: Pada bab ini, dijelaskan tentang kritik terhadap pendidikan formal, dan juga isu dan permasalahan dalam pendidikan nonformal, sebaiknya perlu juga dijelaskan bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada bab 9 materi yang dijelaskan tentang falsafah pendidikan luar sekolah yaitu Pancasila dan UUD 1945, landasan operasional pendidikan nasional dan pendidikan nonformal, tujuan umum pendidikan nasional sesuai dengan GBHN, dan hubungan antar peranan dan fungsi pendidikan nonformal dengan pendidikan lain. Keterangan: materi pada bab ini cukup jelas yaitu menjelaskan tentang falsafah pendidikan luar sekolah yaitu Pancasila dan UUD 1945. Pada bab 10 materi yang dijelaskan tentang asas-asas pendidikan nonformal, meliputi asas inovasi, asas penentuan dan perumusan tujuan, asas perencanaan dan pengembangan, asas kebutuhan, asas pendidikan seumur hidup, dan asas relevansi dengan pembangunan. Keterangan: pada bab ini materi tentang asas-asas pendidikan nonformal dijelaskan dengan lengkap dan rinci bahkan dijabarkan dengan contoh dan intinya asas-asas pendidikan nonformal bertujuan untuk saling mengkait, saling menguatkan, saling mendukung dalam menancapkan pendidikan nonformal sebagai pendidikan pembangunan.



3.2 Analisis isi buku pembanding Dalam buku pembanding berjudul Guidelines for in school and out of school suspensions tidak jauh beda dengan buku utama. Dalam buku pembanding ini kebanyakan dilengkapi dengan pendekatan ke masyarakat berdasarkan teori dan pengalaman, mencari data lapangan dan menganalisis data, merencanakan program pemberdayaan, mendampingi hingga melakukan monitoring secara berkala dan evaluasi. Buku ini terdiri atas beberapa bab yaitu, kebutuhan pendidikan nonformal, perkembangan pendidikan nonformal di berbagai negara, pengelolaan pendidikan nonformal, pengembangan program pada pendidikan nonformal, perencanaan program pendidikan nonformal, memahami masalah sosial masyarakat, desain program pemberdayaan dengan kerangka kerja logis (logframe), participation action research: model riset pada manajemen pendidikan nonformal, dan evaluasi program pendidikan non formal. Dalam buku ini dijelaskan secara lengkap dan menarik dan menggunakan bahasa yang ilmiah dan cukup dimengerti. Disertai juga dengan tabel dan juga grafik serta gambar pendukung untuk memperjelas isi buku. Kekurangan buku ini yaitu materi terlalu banyak dan banyak istilah asing yang sulit dipahami oleh pembaca. Jadi intinya, buku ini sangat cocok untuk para calon pendidik terkhusus calon pendidik baik dari kalangan pengajar SD sampai perguruan tinggi agar bisa mengembangkan peserta didik melalui buku ini.



BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa Critical Book merupakan kegiatan untuk mengkritisi buku, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku, baik dalam sistematika penulisan, penggunaan bahasa, isi materi dan tampilan buku. Hal tersebut dilakukan agar buku yang di kritik dapat direvisi agar menjadi buku yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan penulis sesuai kekurangan dan kelebihan buku, maka penulis menyimpulkan bahwasanya buku ini sudah cukup mampu untuk dijadikan bahan ajaran di kampus atau di perkuliahan atau bahkan sekedar panduan bagi guru sebagai pegangan untuk melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, dari penjelasan yang menyenangkan dan baik dapat mempermudah pembaca memahami dan mencontoh apa yang dibuat penulis untuk dapat benar-benar mengimplementasikannya dalam kegiatan proses belajar mengajar.



4.2 SARAN Selain itu, terdapat pula beberapa saran dari penulis untuk penulis buku yang dikritik. Yaitu agar untuk kedepannya lebih memperbaiki sisi yang dirasa kurang sempurna baik dari segi penulisan maupun segi pembahasan. Saran pula bagi guru agar lebih bisa menggunakan buku ini sebagai pedoman dan referensi dalam pembuatan media pembelajaran agar lebih menarik untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA Yusnadi., Mariah, Silvia. 2019. Konsep Dasar, Sejarah, dan Asas Pendidikan Luar Sekolah. Medan : UNIMED PRESS Rahmat, Abdul. 2018. Manjemen Pemberdayaan pada Pendidikan Nonformal. Gorontalo : Ideas Publishing.