CBR PSIKOLOGI PENDIDIKAN Ario Purba [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK REVIEW MATKUL: PSIKOLOGI PENDIDIKAN PRODI: PENDIDIKAN TEKNIK MESIN



PSIKOLOGI PENDIDIKAN



Nama mahasiswa



: ARIO GUNAWAN PURBA



NIM



: 5191121005



Jurusan



: Pendidikan Teknik Mesin



Program study



: Pendidikan Teknik Mesin



Mata kuliah



: Psikologi Pendidikan



PROGRAM STUDY PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN 2019



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya  sehingga saya masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan critical book review ini dengan judul “Psikologi Pendidikan ” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan Critical book review ini adalah guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Psikologi Pendidikan, semoga critical book review ini dapat menambah bermanfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan critical book review ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada: 1. Orang tua dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dukungan, 2. Ibu Prof. Dr.ROSMALA DEWI,M.Pd selaku Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan Critical Book Review ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam critical book review ini. Oleh karena itu, saya meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan untuk kedepannya. Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga critical book review ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca. Medan, Maret 2020 penyusun                                                                                                                      



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.



Latar Belakang ..........................................................................................................................1 Tujuan Penulisan CBR...............................................................................................................1 Manfaat CBR..............................................................................................................................1 Identitas Buku.............................................................................................................................2 BAB II RINGKASAN BUKU



A. Bab I ..........................................................................................................................................4 B. Bab II.........................................................................................................................................8 C. Bab III.......................................................................................................................................13 D. Bab IV......................................................................................................................................23 E. Bab V........................................................................................................................................27 F. Bab VI......................................................................................................................................31 G. Bab VII……………………………………………………………………………………….34 H. Bab VIII…………………………………………………………………………………….41 I. Bab IX………………………………………………………………………………………..45 BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………48 A. Kelebihan Buku........................................................................................................................52 B. Kekurangan Buku…………………………………………………………………………….52



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan...............................................................................................................................54 B. Saran.........................................................................................................................................54 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................55



ii



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1.



LATAR BELAKANG



Pendidikan merupakan salah satu cara yang di tempuh manusia untuk melakukan sebuah perubahan yang didasarkan pada teori yang telah teruji keabsahaannya. Dalam perjalanannya, pendidikan bukan hanya sebuah jalan tol yang lurus, melainkan jalan yang berkelok dengan berbagai ritme dan permasalahan yang menghadangnya. Ketika seseorang memutuskan untuk terjun ke dunia pendidikan, maka akan serta merta dibubuhi tanggung jawab yang sangat besar. Berbagai halangan telah menanti di depan dan menunggu untuk dilewati. Berbagai karakter peserta didik akan menjadi sebuah hambatan dalam proses pendidikan jika sang pendidik tidak mempuni untuk menyelami dan memahami berbagai karakteristik tersebut.Psikologi pendidikan merupakan salah satu arahan yang bisa digunakan oleh para pendidik untuk mampu memahami berbagai karakteristik peserta didik. Melalui psikologi, pendidik akan diajak untuk menyelam lebih dalam untuk memahami kepribadian setiap orang sehingga dapat membantunya untuk menjalankan tugas pendidikan.



1.2 Tujuan Penulisan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Adapun tujuan dari penulisan critical book report sebagai berikut : Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan terhadap buku yang akan direview. Untuk menambah wawasan lebih luas tentang Psikologi Pendidikan. Untuk melatih mahasiswa agar mampu mengapresiasi karya tulis. Untuk melatih mahasiswa lebih teliti dalam memberikan suatu kritikan. Mengulas isi dari sebuah buku atau lebih Mencari informasi yang terdapat dalam sebuah buku Melatih diri untuk mempu berfikir kritis dalam memahami informasi yang tercantum dalam sebuah buku



1.3 Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan critical book report sebagai berikut : Adapun manfaat dari penulisan Critical Book Review ini yakni: a. Memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan



3



b. Melatih penulis untuk mempu berfikir kritis c. Melatih penulis untuk lebih banyak membaca d. Memperluas wawasan penulis e. Menambah pengetahuan para pembaca f. Memudahkan para pembaca dalam memahami isi dari sebuah buku g. Mahasiswa lebih memahami tentang Psikologi Pendidikan. h. Mahasiswa lebih teliti dalam menyelesaikan tugas.



1.2.



IDENTITAS BUKU Buku Utama



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun terbit ISBN Ukuran Buku Jumlah Halaman



: Psikologi Pendidikan : Prof.Dr.Sri Mifayetty, S.Psi.,MS.Kons DKK : Pasca Sarjana Unimed : Medan : 2018 : 978-602-8207-18-8 : 18 x 25 cm : 213 + iii halaman



4



Buku Pembanding 1. Judul



: Educational Pshycology



2.Edisi



: Cetakan kedua (2)



3.Pengarang



: Kelvin Seifert and Rosemary Sutton



4.Penerbit



: Jacobs Foundation



5.Kota Terbit



: Zurich, Switzerland



6. Tahun Terbit



: 2009



7.ISBN



: 978-161-610-154-1



5



BAB II RINGKASAN ISI BUKU BUKU UTAMA 1.1.



BAB 1: PENDAHULUAN



Generasi saat ini adalah generasi yang selalu clicking, connected, communicating, content-centric, computerized, dan community-centric. Generasi saat ini memiliki potensi keunikan pada otak kanan dan memiliki gaya hidup dunia digital. Abad ke 21 semua orang dihadapkan pada tantangan terhadap kemampuan berpikir, sikap kewirausaan dan kepatuhan pada etika. Diperlukan penguasaan literasi agar mampu berpikir kritis. KOMPEMTENSI: 1. Menjadikan



psikologi



pendidikan



sebagai



acuan



konsep



dalam



penyelenggaraan pembelajaran. 2. Mendeskripsikan tentang berlangsungnya proses belajar. 3. Mengakomodasi perbedaan individu dalam pembelajaran. 4. Memanfaatkan teori – teori motivasi belajar. 5. Menganalisis



keunggulan



dan



keterbatasan



beberapa



pendekatan



pembelajaran. 6. Membuat disain Pembelajaran. 7. Menyusun asesmen pembelajaran. Selain kompetensi ini karakter bangsa yang diintegrasikan pada materi perkulihan sesuai dengan Pancasila dan butir – butiranya sebagai berikut : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa : a) Bangsa Indonesia meyatakan kepercaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME b) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing – masig menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 2. Kemanusian yang Adil dan Beradab : a) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan YME.



6



b) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban bagi setiap manusia tanpa membeda – bedakan keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.



3. Persatuan Indonesia : a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 4. Kerakyatan



yang



Dipimpin



oleh



Hikmat



Kebijaksanaan



dalam



Permusyawaratan/Perwakilan : a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat setiap manusia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban. b) Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain. 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia : a) Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotoroyongan. b) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Nilai – nilai karakter bangsa ini dijabarkan dalam pendidikan karakter/softskill sebagai berikut : a. Dipercaya ( trustworthiness ) b. Berlaku Hormat ( respect ) c. Keadilan ( fairness ) d. Kepedulian ( caring ) e. Tanggung jawab ( responsibility ) f. Kewargaan ( Citizenship ) 1.2.



BAB II PSIKOLOGI PENDIDIKAN



7



Konsep Defenisi psikologi pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, yakni, ilmu yang mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan menjelaskan karakteristik perkembangan belajar sesuai dengan tingkat usia. Oleh karena itu dalam psikologi pendidikan, pendidik akan efektif melaksanakan pembelajaran jika berpodoman juga pada prinsip : 1) Memberi perhatian pada “ Bagaimana cara belajar “, bukan pada “ untuk apa belajar “. 2) Mengajari peserta didik tentang cara membaca untuk mendapatkan pemahaman, cara menyusun gagasan, cara menguasai pelajaran yang sulit dan cara menuangkan pikiran secara jelas melaui tulisan. 3) Melibatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. 4) Peserta didik perlu dilatih untuk mau berfikir sendiri. 5) Pendidik punya potensi untuk menjadi guru yang hebat. Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya karakter ( The End of ducation is character ), yaitu mengetahui yang benar dan bertindak mulia. Santrok ( 2007 ) mengemukakan bahwa untuk menjadi guru yang efektif perlu diperhatikan beberapa hal. 1. Pengajaran yang efektif mensyaratkan agar guru menguasai secara utuh ilmu yang diajarkannya. 2. Memperluas perspektif. 3. Guru perlu meningkatkan diri secara terus menerus.



1.3.



BAB III BELAJAR “ learning is to get something new “ a. Belajar vs Kematangan



Proses belajar akan memberikan hasil yang optimum jika berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu. Kemudian, dalam proses perkembangan ada masa peka yang memerlukan pengalaman belajar, jika masa itu terlewatkan maka kemampuan yang didukung masa peka tersebut akan terganggu pada usia 8



selanjutnya. Ilustrasi tentang adanya hubungan antara kematangan dengan proses belajar dari pengalaman ataupun belajar pada institusi pendidikan menunjukan adanya hubungna yang erat antara belajar dengan perkembangan. Sehingga dapat dikatakan perkembangan dan belajar merupakan proses yang saling mendukung ( mutual ) dalam kehidupan manusia. b. Otak Belajar Fakta tentang otak adalah otak terdiri dari otak kiri dan otak kanan. Otak kiri mempunyai fungsi dan cara belajar yang khusus yaitu menyukai hal – hal yang berurutan, belajar maksimal dari hal – hal yang bersifat detail, baru kemudian ke global, menyukai sistem membaca yang berdasarkan fonetik, menyukai kata – kata, simbol dan huruf, menyukai sesuatu yang terstruktur dan dapat diprediksi, mengalami banyak fokus internal dan ingin mengumpulkan informasi yang faktual. Sedangkan otak kanan lebih menyukai hal – hal yang bersifat acak, belajar dari yang global ke detail, menyukai sistem membaca secara menyeluruh, menyukai gambar dan grafik, lebih suka melihat dulu atau mengalami sesuatu, lingkungan belajar spontan alamiah, fokus eksternal, ingin pendekatan yang bersifat terbuka, baru dan memberikan kejutan yang menantang. Oleh karena itu jika para siswa disekolah memiliki kemampuan untuk memproses perasaan atau kejadian negatif, maka waktu belajarnyaakan dapat dioptimalkan. c. Perkembangan dan Belajar 1. Perkembangan Kognitif dan Belajar Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu dalam berpikir. Perkembangan kognitif di dalam teori kognitif Piaget mencakup proses – proses yaitu skema, assimilasi, akomodasi, organisasi dan equiblibrasi. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berlangsung empat tahapan mengikuti perkembangan usia anak. Tahapan perkembangan tersebut adalah tahapan sensori motor, tahpan pra operasional, operasional kongkret, operasional formal. d. Perkembangan Bahasa dan Belajar Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berentuk lisan, tulisan atau simbol. Semua bahasa manusia mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaks dan pragmatis. e. Perkembangan Sosial dan Belajar



9



Pada teori ini dikemukakan lima sistem lingkunganyang merentang interaksi interpersonal sampai kepada kultur yang lebih luas. Sistem tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem dan kronosistem. f. Perkembangan diri Konsep yang sering dihubungkan dengan perkembangan diri adalah konsep diri ( self concept ), harga diri ( self esteem ). Konsep diri merupakan upaya membangun sebuah skema yang mengorganisasikan perasaan dan sikap tentang diri. Konsep yang erat berhubungan dengan konsep diri adalah penghargaan diri ( self esteem ). Yaitu pandangan keseluruhan individu tentang dirinya. g. Perkembangan Moral Perkembangan moral adalah perkemabangan yang berhubungan dengan aturan dan konvensi dari interaksi yang adil antar orang. Perkembangan moral dapat dikaji melalui domain kognitif, behavioral dan emosional. Pada domain kognitif kuncinya adalah bagaimana siswa menalar atau memikirkan aturan untuk perilaku etis. Dalam domain behavioral bagaimana murid berperilaku secara actual, bukan pada moralitas dari pemikiran dan dalam domain emosional penekanannya pada bagaimana siswa merasakan secara moral.



1.4. BAB IV KARAKTERISTIK BELAJAR a. Inteligensi Inteligensi adalah kemampuan menunjukkan pikiran dengan jernih, pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan dengan tepat, kemampuan menyelesaikan masalah secara optimal. Karakteristik individu yang digolongkan gifted secara akademis adalah : 1) Kemampuan belajar tinggi. 2) Kekuatan dan kepekaan pikira.n 3) Keinginan tahu dan dorongan. Karakteristik individu yang tegolong retardasi yaitu : 1) Borderline ( IQ 68 – 83 ) Kekurangan individu golongan ini pada umumnya tampak pada proses belajar lisan dan tidak ada performasi motorik.



10



2) Retardasi Mental ringan Bila dilihat dari penyesuaian social mereka masih tampak normal akan teatapi mereka tidak punya daya imajinasi dan daya pertimbangan sebagaimana seharusnya dimiliki oleh orang dewasa. 3) Retardasi mental menengah ( IQ 36 – 51 ) Secara fisik cacat dan kordinasi gerak motoriknya buruk sehingga tampak kaku dalam melakukan segala sesuatu. 4) Retardasi mental berat ( IQ 20 – 35 ) Mengalami hambatan dalam perkembangan kemampuan gerak dan bicara serta mengalami cacat indera. 5) Retardasi mental parah ( IQ dibawah 20 ) Kemampuan bicara tidak berkembang dan sulit berkomunikasi. b. Gaya Belajar Sebagaimana dikemukakan Gordon Dryden ( 1996 ) bahwa jika siswa hanya belajar melalui penglihatannya maka ia hanya mendapat sebesar 10%, dengan hanya mendengarkan sebesar 30%, dari penglihatan dan pendengaran sebesar 50%, sedangkandari yang dikatakan sebesar 70% dan sebesar 90% dari yang dilakukan. Sedangkan jika ingin mendapatkan hasil 100% adalah dengan mengajarkan pada orang lain pengetahuan yang telah dimilikinya. c. Perbedaan Gaya Berpikir Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya impulsive, reflektif, mendalam dan dangkal. Gaya yang reflektif dan impulsive disebut sebagai tempo konseptual. Maksudnya, kecenderungan individu untuk bereaksi dalam waktu tertentu dalam member respon dan merenungkan akurasi jawaban. Gaya impulsive cenderung sepontan, cepat dan menggunakan lebih banyak waktu untuk merespon dan mengakurasi suatu jawaban. Gaya mendalam dan dangkal berhubungan dengan kemampuan dan kemauan individu mempelajari materi pelajaran dengan suatu cara yang membantu mereka memahami materi ( gaya mendalam ) atau sekedar mencari apa – apa yang perlu dipelajari ( gaya dangkal ). d. Gaya Perilaku ( tempramen )



11



Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberikan tanggapan. Berdasarkan gaya perilaku ini, individu dapat dikategorikan atas : 1) Gaya perilaku yang mudah. 2) Gaya perilaku sulit sulit yang cenderung bereaksi negative. 3) Gaya perilaku lambat tapi cenderung hangat. 1.5. BAB V PENDEKATAN DAN TEKNIK BELAJAR a. Pendekatan Behavior Belajar adalah perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang relative permanen didalam diri individu yang tampak dari penampilan individu ( over behavior ). Faktor penting yang mempengaruhi belajar adalah reward atau pernyataan kepuasan dari suatu kejadian. b. Pendekatan Kognitif Ahli – ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil usaha individu untuk mengerti dunia. Dalam pendekatan kognitif, belajar dianggap sebagai sesuatu yang aktif. Pada pendekatan ini paling penting adalah bagaimana individu belajar, menerima informasi dan mengingat. c. Teknik Belajar Teknik belajar merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efektif. Beberapa bentuk teknik yang diharapkan adalah : 1) Sikap mental 2) Rencana belajar 3) Berkosentrasi a. Senam otak b. Relaksasi 1.6. BAB VI MODEL PEMBELAJARAN A. Model Pengajaran Langsung Pengajaran langsung merupakan suatu model pengajaran yang bersifat berpusat pada guru. Model ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif ( pengetahuan tentang sesuatu seperti : rumus, informasi factual ) dan pengetahuan procedural



12



( pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu ) yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap. B. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning ) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaranyang dilaksanakan dengan membuat siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Beberapa pendekatan dalam pembelajaran kooperatif ditemukakan sebagai berikut. a) Student Team Achievement Division ( STAD ) Pembelajaran dengan pendekatan ini dilakukan dengan tahap persiapan sebagai berikut : 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran. 2) Membentuk kelompok. 3) Menentukan skor awal dari nilai ulangan sebelumnya atau dari kuis yang terakhir. 4) Kerja kelompok. Pada pembelajaran kooperatif ini penghargaan terhadap keberhasilan kelompok dilakukan dengan tahapan : 1. Menghitung skor perkembangan individu. 2. Menghitung skor kelompok 3. Tim ahli 4. Investigasi kelompok C. Pengajaran Berdasarkan Masalaha ( Problem Based Instruction ) Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. D. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang menghubungkan antara materi pelajaran dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual memiliki 5 elemen belajar yang konstrutivistik : 13



1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada. 2) Pemerolehan pengetahuan baru. 3) Pemahaman pengetahuan. 4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman 5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Beberapa langka – langkah bentuk pembelajaran kontekstual disampaikan sebagai berikut : 1) Konstruktivisme 2) Inquiri 3) Bertanya 4) Masyarakat belajar 5) Pemodelan 6) Refleksi 7) Penilaian Autentik E. Pembelajaran Diskusi Kelas Tujuan pembelajaran diskusi kelas adalah untuk meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa menbangkitkan pemahaman isi pelajaran. Keuntungan pembelajaran diskusi kelas antara lain : 1. Melibatkan siswa langsung belajar dalam proses pembelajaran. 2. Dapat menguji tingkat penguasaan bahan pelajaran masing – masing 3. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap ilmiah 4. Mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi kelas akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri 5. Dapat menunjang usaha – usaha pengembangan sikap social dan sikap demokrasi siswa. Kelemahan antara lain : 1. Tergantung pada kepemimpinan dan partisipasi anggota 2. Memerlukan keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari 3. Dikuasi oleh beberapa siswa yang menonjol 4. Memerlukan waktu yang banyak



14



5. Sulit membatasi masalah 6. Dalam diskusi kelas yang besar kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya terbatas. F. Starategi – Strategi Belajar 1) Strategi mengulang ( rehearsal strategies ) 2) Strategi elaborasi 3) Strategi organisasi 4) Strategi meta kognitif G. Strategi PQ4R H. Strategi Belajar Peta Konsep Peta konsep adalah ilustrasi grafis konsep yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep – konsep lain pada kategori yang sama.



1.7. Bab VII Motivasi Belajar a. Motivasi belajar Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam belajar. Komponen utama motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan belajar. a. Komponen – komponen motivasi belajar Keller dalam Suciati mengemukakan empat komponen motivasi belajar yang disebutnya sebagai model ARCS. Yaitu, Attention ( perhatian ), Relevansi ( relevansi ), Confidence ( kepercayaan diri ) dan Satisfaction ( kepuasan ). b. Pentingnya Motivasi Belajar Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru ( Dimyati, 2002 ). Bagi siswa motivasi belajar ini penting sebagai upaya memberikan kesadaran diri tentang kedudukannya pada awal kegiatan belajar, pada proses dan hasil akhir belajar. Selain itu motivasi juga penting untuk menginformasikan kepada siswa tentang kekuatan belajar yang dimilikinya dibandingkan dengan teman sebayanya. Informasi ini dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan semangat belajar dan menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan usaha belajar yang berkesinambungan.



15



c. Unsur – Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar. Motivasi belajar merupakan factor psikologis yang mengalami perkembangan, dipengaruhi kondisi fisiologis serta kematangan psikologissiswa. Beberapa unsure yang mempengaruhinya menurut Dimyati ( 2002 ) adalah cita – cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsure – unsure dinamis dalam belajar dalam pembelajaran serta upaya guru dalam membelajarakan siswa. d. Penerapan Teori Motivasi Siswa dalam Pembelajarkan. Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah dan kegigihan perilaku. Beberapa pendekatan tentang motivasi yang dapat diterapkan didalam lingkungan sekolah. a) Pendekatan Behavioral b) Pendekatan Humanistis c) Pendekatan Kognitif d) Teori atribusi e) Teori Ekspektansi x Nilai f) Pandangan Sosiokultural g) Teori Self Determination h) Goal Setting Theory ( teori tujuan ) 1.8. Bab VIII Desain Pembelajaran a) Menyusun taksonomi intruksional Taksonomi Bloom terdiri dari tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif mengandung enam sasaran, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan serta evaluasi. Saat ini dimensi pengetahuan mengandung empat kategori yaitu : mulai dari pengetahuan kongkret ( factual ) sampai pengetahuan abstrak ( metakognis ). Dimensi tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1) Faktual 2) Konseptual 3) Procedural 4) Metakognitif



16



II. Pembelajaran Berpusat pada Guru Pembelajaran pada pendekatan ini terstruktur, dikendalikan dan dikontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas kemajuan siswa, maksimalisasi waktu yang dihabiskan siswa unyuk tugas – tugas akademik dan usaha meminimalkan pengaruh negative terhadap siswa. Pendekatan berpusat pada guru ini dilakukan dalam aktivitas beberapa aktivitas seperti orientasi materi baru, menjelaskan pelajaran, mengajar, mendemontrasikan, bertanya dan diskusi, latihan dikelas dan pekerjaan rumah.



III. Pembelajaran Berpusat Pada Siswa Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Empat prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan ini yaitu : 1) Faktor Kognitif dan metakognitif 2) Strategi Instruksional 3) Discovery learning 4) Teknologi dan Pendidikan c. Manajemen Kelas Manajemen kelas merupakan aktivitas member perhatian pada kebutuhan siswa untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan menata didi agar efektif dalam pembelajaran. Dua dimensi manajemen kelas yaitu pengelolaan fisik tempat belajar dan pengelolaan interaksi edukasi dalam pemebelajaran.. Dimensi fisik kelas yang efektif adalah 1) Mengatur kepadatan di area yang banyak untuk bergerak 2) Memastikan guru dapat melihat semua siswa dengan mudah 3) Materi yang sering dipakai dan perlengkapan siswa mudah diakses 4) Memastikan agar semua siswa dapat melihat presentasi kelas. Dalam mengendalikan perilaku dipertimbangkan hal – hal sebagai berikut :



siswa



bermasalah



perlu



a) Masalah ringan b) Masalah sedang 17



c) Mengahadapi kekerasan d) Khasus penghinaan diantara sesama siswa di sekolah.



1.9.



Bab IX Penilaian



a. Pengertian Penilaian kata penilaian sebagai evaluasi mengandung makna 1) proses pengumpulan data; 2) data dianalisis dalam rangka pemberian nilai atas sesuatu atau individu; 3) di dalam pemberian nilai terdapat proses pembuatan keputusan; 4) pembuatan keputusan dilakukan dengan menggunakan kriteria tertentu berdasarkan interpretasi dan judgement atas informasi yang dimilikinya yang dilakukan dengan berhati-hati, bertanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan penilai. b. Keterkaitan Penilaian (Evaluation), Penilaian (Assessment)¸ Pengukuran (Measurement), dan Pengujian (Test) Kata evaluasi, asesmen, pengujian dan pengukuran dapat dinyatakan bahwa keempatnya merupakan kata yang memiliki konsep sendiri-sendiri. Konsep masing-masing kata memiliki keterkaitan antara satu sama lainnya. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen, tes, dan pengukuran. Namun, pelaksanaan asesmen, tes, dan pengukuran mungkin saja tidak berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi. c. Pentingnya Penlaian dalam Pembelajaran Komponen penilaian dalam pembelajaran antara lain berfungsi untuk memberikan informasi tentang rancangan pembelajran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian digunakan sebagai patokan untuk pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berkaitan dengan individu atau anak, program atau kurikulum dan sekolah secara keseluruhann. Selain itu, dengan penilaian dapat diperkirakan seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak. Nilai yang diberikan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, khsusunya orang tua, guru, dan anak sendiri.



18



d. Tes Tes sebagai metode pengumpulan informasi sebenarnya telah memiliki ketentuan atau batasan respon yang harus diberikan oleh pemberi informasi. Kalau jawaban atau respon yang dibrikan sesuai dengan ketentuan atau batasan yang telah ditetapkan maka jawaban atau respon tersebut dikategorikan benar. Namun, bila jawaban atau respon tersebut tidak sama dengan ketentuan atau batasan yang telah ditetapkan maka jawaban atau respon tersebut dikategorikan salah. Bila sejumlah pertanyaan atau tugas tanpa memiliki ketentuan yang dapat digunakan untuk menentukan jawaban atau respon sseorang itu benar atau salah maka pertanyaan atau tugas tersebut tidak dapat dikatakan sebagai tes. d. Bentuk Tes Ragam tes dapat dirinci sebagai berikut : 1. Tes uraian terbatas memiliki ragam: a. Tes jawaban singkat b. Tes melengkapi c. Tes uraian terbatas sederhana 2. Tes uraian bebas memiliki ragam: a. Tes uraian bebas sederhana b. Tes uraian ekspresif 3. Tes objektif benar-salah memiliki ragam: a. Tes benar-salah sederhana b. Tes benar-salah dengan koreksi 4. Tes objektif menjodohkan memiliki ragam : a. Tes menjodohkan sederhana b. Tes menjodohkan hubungan sebab akibat 5. Tes objektif pilihan ganda memiliki ragam: a. Tes pilihan ganda biasa b. Tes pilihan ganda hubungan antar hal c. Tes pilihan ganda analisis kasus d. Tes pilihan ganda kompleks e. Tes pilihan ganda membaca diagram



19



f. Pengembangan Tes Hasil Belajar ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tes, yaitu : 1) pengambilan sampel dan pemilihan butir; 2) tipe tes yang digunakan; 3) aspek yang akan diuji; 4) jumlah butir; 5) distribusi tingkat kesukaran. g. Penentuan Nilai Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan nilai hasil belajar. Dua pendekatan yang dimaksud terdiri dari penilaian acuan norma disingkat PAN dan penilaian acuan kriteria disingkat PAK. h. Non Tes Pendekatan non tes digunakan juga dalam evaluasi dan asesmen pembelajaran. Ada beberapa metode nontes yang sering digunakan gutru, yaitu metode observasi dengan menggunakan berbagai pencatatan, angket, dan wawancara.



20



BUKU PEMBANDING Siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus yaitu Salah satu dari orangorang ini mengalami diskriminasi rasial dan dua lainnya mengalami cacat fisik, namun memperhatikan sesuatu yang penting: ketiganya didefinisikan oleh masyarakat sebagai penyandang cacat secara intelektual. Awalnya, mereka Prestasi dipecat karena anggapan luas - entah tentang ras atau kecacatan ketidakmampuan bawaan mereka.Ketiganya harus bekerja lebih keras dari biasanya, tidak hanya untuk memperoleh kemampuan baca tulis itu sendiri, tapi juga membuktikan bahwa kemampuan baca tulis mereka asli dan layak untuk dihormati. Dalam bentuknya saat ini, undang-undang tersebut menjamin hak-hak berikut yang berkaitan dengan pendidikan bagi siapa saja yang memiliki cacat sejak lahir hingga usia 21. Dua yang pertama mempengaruhi sekolah pada umumnya, namun tiga yang terakhir mempengaruhi pekerjaan guru kelas secara langsung :  Pendidikan gratis dan tepat: Keluarga perorangan atau individu tidak harus membayar biaya pendidikan hanya karena individu tersebut memiliki kecacatan, dan program pendidikan harus benar-benar dididik (yaitu bukan sekadar perawatan atau "menjaga anak" orang tersebut) .  Proses karena: Jika terjadi ketidaksepakatan antara individu penyandang cacat dan sekolah atau profesional lainnya, harus ada prosedur untuk menyelesaikan perselisihan yang adil dan dapat diakses oleh semua pihak termasuk orang tersebut atau perwakilan orang tersebut.  Evaluasi kinerja yang adil meskipun ada kecacatan: Pengujian atau evaluasi lainnya tidak boleh mengasumsikan kemampuan uji coba yang tidak dapat diharapkan oleh seseorang dengan cacat, seperti memegang pensil, mendengar atau melihat pertanyaan, bekerja dengan cepat, atau memahami dan berbicara. lisan. Prosedur evaluasi harus dimodifikasi untuk memungkinkan perbedaan ini.Ketentuan hukum ini berlaku baik untuk evaluasi yang dilakukan oleh guru dan program pengujian di tingkat sekolah atau "taruhan tinggi".



21



 Pendidikan di "lingkungan yang paling tidak membatasi": Pendidikan untuk seseorang penyandang cacat harus menyediakan sebanyak mungkin kesempatan dan pilihan pendidikan untuk orang tersebut, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Dalam prakteknya persyaratan ini berarti termasuk siswa di kelas reguler dan kegiatan sekolah sebanyak mungkin, meski seringkali tidak seluruhnya.  Program pendidikan individual: Mengingat setiap cacat itu unik, perencanaan instruksional untuk penyandang cacat harus unik atau individual. Dalam prakteknya ketentuan ini telah menyebabkan guru kelas merencanakan program individual bersama-sama dengan profesional lainnya (seperti spesialis membaca, psikolog, atau petugas medis) sebagai bagian dari sebuah tim. Dianggap bersama, ketentuan ini merupakan sebab dan akibat dari filosofi demokrasi dasar. Perundang-undangan tersebut mengatakan, pada dasarnya, bahwa semua individu harus memiliki akses terhadap masyarakat pada umumnya dan pendidikan pada khususnya. Meskipun guru tentu saja mendukung filosofi ini secara luas, dan banyak yang menyambut undang-undang IDEA, yang lain telah menemukan prospek penerapannya di kelas mengarah pada sejumlah pertanyaan dan masalah. Beberapa orang bertanya, misalnya, apakah seorang siswa penyandang cacat akan mengganggu kelas; Yang lain, apakah siswa akan ikut campur dalam meliput kurikulum; Masih ada yang lain, apakah murid itu mungkin diejek teman sekelasnya. Karena ini adalah masalah yang sah, saya akan kembali kepada mereka di akhir bab ini. Pertama, bagaimanapun, izinkan saya mengklarifikasi dengan tepat bagaimana peraturan IDEA memengaruhi pekerjaan guru, dan kemudian menjelaskan secara lebih rinci kecacatan utama yang mungkin Anda hadapi pada siswa.Tanggung jawab guru bagi siswa penyandang cacat Perundang-undangan IDEA telah mempengaruhi pekerjaan guru dengan menciptakan tiga harapan baru. Harapan pertama adalah memberikan metode penilaian alternatif bagi siswa penyandang cacat; Yang kedua adalah mengatur lingkungan belajar yang normal atau "paling tidak membatasi"; dan yang ketiga adalah berpartisipasi dalam menciptakan rencana pendidikan individu untuk siswa penyandang cacat. Penilaian alternatif Dalam konteks siswa penyandang cacat,



22



penilaian mengacu pada pengumpulan informasi tentang siswa agar dapat mengidentifikasi kekuatan siswa, dan untuk menentukan dukungan pendidikan khusus apa, jika ada, kebutuhan siswa. Pada prinsipnya, tentu saja, ini adalah tugas yang dimiliki guru untuk semua siswa: penilaian adalah hal yang utama. Sebagai guru kelas, ketidakmampuan intelektual yang paling mungkin Anda lihat adalah orang-orang yang membutuhkan sedikit dukungan di kelas Anda. Seorang siswa yang membutuhkan hanya dukungan intermiten mungkin memerlukan bantuan khusus dengan beberapa kegiatan belajar atau rutinitas kelas, tapi tidak pada orang lain; dia mungkin memerlukan bantuan untuk membaca atau mengenakan pakaian musim dingin, misalnya, namun terutama pada saat ada tekanan untuk melakukan hal-hal ini dengan relatif cepat. Siswa yang membutuhkan dukungan agak lebih cenderung menghabiskan sedikit waktu di kelas Anda dan lebih banyak waktu menerima bantuan khusus dari profesional lain, seperti guru pendidikan khusus, spesialis pidato dan bahasa, atau asisten profesional ini. Keadaan ini memiliki implikasi yang berbeda untuk cara mengajar siswa ini. Mengajar siswa dengan cacat intelektual Ada banyak teknik spesifik yang dapat membantu dalam mengajar siswa dengan cacat intelektual ringan atau sedang, namun sebagian besar dapat diringkas menjadi tiga strategi yang lebih umum.Yang pertama adalah memberi lebih banyak waktu dan latihan daripada biasanya; Yang kedua adalah menanamkan aktivitas ke dalam konteks kehidupan sehari-hari atau berfungsi jika memungkinkan; dan yang ketiga adalah memasukkan anak baik secara sosial maupun dalam kegiatan akademik, bukan hanya satu atau lainnya.Mari kita lihat secara singkat masing-masing gagasan ini.Memberikan lebih banyak waktu dan praktik daripada biasanya Jika seorang siswa hanya memiliki cacat intelektual ringan, dia mungkin bisa mempelajari dasar-dasar penting dari kurikulum akademik - aritmatika dasar, misalnya, dan bacaan dasar.Karena kecacatan, siswa mungkin membutuhkan lebih banyak waktu atau praktik daripada kebanyakan siswa lainnya. Dia mungkin bisa membaca banyak kata demi kata (siang, malam, pagi, siang, dll), tapi butuh lebih lama dari siswa lain untuk mengenali dan mengatakannya. Atau siswa mungkin tahu bahwa 2 + 3 = 5, tapi butuh bantuan untuk menerapkan fakta matematika ini ke benda



23



nyata; Anda (atau seorang pembantu) mungkin perlu menunjukkan kepada siswa bahwa dua pensil ditambah tiga pensil membuat lima pensil. Memberikan bantuan ekstra membutuhkan waktu dan ketekunan, dan bisa mencoba kesabaran siswa (dan Anda juga). Untuk mengatasi masalah ini, mungkin akan membantu memberi penghargaan kepada siswa sering atas usaha dan keberhasilan dengan pujian yang tepat waktu, terutama jika berfokus pada pencapaian aktual dan aktual; "Anda menambahkan yang itu dengan benar", mungkin lebih bermanfaat daripada "Anda pekerja keras", bahkan jika kedua komentar itu benar. Memberi pujian yang tepat pada gilirannya akan lebih mudah jika Anda menetapkan tujuan "tujuan" yang masuk akal dengan memecahkan ketrampilan atau tugas menjadi langkah-langkah yang mungkin dipelajari siswa tanpa menjadi terlalu berkecil hati. Pada saat bersamaan, penting untuk tidak menghina siswa dengan tujuan atau aktivitas yang terlalu mudah atau dengan menggunakan bahan kurikulum yang jelas ditujukan untuk anak-anak yang jauh lebih muda.Menetapkan harapan terlalu rendah benar-benar menghalangi siswa dengan kecacatan intelektual dari kesempatan yang sah untuk belajar kesalahan etika dan profesional yang serius (Bogdan, 2006).Di banyak bidang kurikulum, untungnya, sudah ada bahan yang ada yang disederhanakan, namun juga sesuai untuk siswa yang lebih tua (Snell, et al., 2005). Spesialis guru pendidikan khusus sering membantu dalam menemukan mereka dan dalam merancang cara-cara yang efektif untuk menggunakannya. Kemampuan adaptif dan fungsional Siswa dengan cacat intelektual menyajikan contoh yang jelas tentang dilema pengajaran universal: karena tidak ada cukup waktu untuk mengajarkan segalanya, bagaimana kita memilih apa yang harus diajarkan? Salah satu dasar untuk memilih kegiatan adalah menghubungkan tujuan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa dan aktivitasnya, seperti yang akan Anda lakukan pada semua siswa. Strategi ini membahas fitur retardasi mental lainnya, kesulitan siswa menyesuaikan diri dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.Dalam mengajarkan penambahan dan pengurangan, misalnya, Anda dapat membuat contoh tentang pembelian benda biasa yang umum (misalnya makanan) dan tentang kebutuhan untuk membuat atau menerima perubahan untuk pembelian.Pertimbangan serupa juga berlaku untuk mempelajari bacaan baru atau kosa kata bahasa lisan.Alih-alih



24



hanya belajar kata-kata dalam rangkaian "membaca dasar" (atau membaca buku teks), cobalah mendorong siswa untuk belajar kata-kata yang sangat berguna bagi kehidupan siswa sendiri. Seringkali siswa, bukan Anda sendiri, adalah orang terbaik untuk memutuskan apa sebenarnya kata-kata ini. Pendekatan adaptif dan fungsional dapat membantu bidang non-akademis juga. Dalam belajar membaca atau "memberi tahu waktu" pada jam, misalnya, cobalah berfokus pada awalnya untuk memberitahukan waktu yang penting bagi siswa, seperti saat dia bangun di pagi hari atau saat sekolah dimulai. Saat Anda menambahkan waktu tambahan yang secara pribadi bermakna bagi siswa, dia bekerja secara bertahap menuju pengetahuan penuh tentang bagaimana membaca tangan pada sebuah jam. Bahkan jika pengetahuan lengkap membuktikan bahwa perkembangannya lambat, siswa setidaknya akan mempelajari pengetahuan jam paling berguna terlebih dahulu. Sertakan siswa dengan sengaja dalam kegiatan kelompok Kata kunci di sini adalah penyertaan: siswa harus berpartisipasi dan berkontribusi terhadap kehidupan kelas sebanyak mungkin. Ini berarti sedapat mungkin, siswa menghadiri acara khusus (majelis, hari kerja) dengan kelas; bahwa jika kelas memainkan permainan kelompok, maka siswa penyandang cacat adalah bagian dari permainan; bahwa jika teman sekelas melakukan tugas sebagai kelompok, maka jika mungkin siswa tersebut ditugaskan ke salah satu kelompok. Perubahan yang dihasilkan dari inklusi ini nyata, namun bisa positif bagi semua orang.Di satu sisi, mereka mendorong penerimaan dan menolong anak yang cacat; Teman sekelas belajar bahwa sekolah adalah sebagian tentang memberi kesempatan kepada semua orang, dan bukan hanya mengevaluasi atau membandingkan keterampilan individu. Di sisi lain, perubahan yang disebabkan oleh inklusi merangsang siswa penyandang cacat untuk belajar sebanyak mungkin dari teman sekelas, sosial dan akademis. Di antara manfaat lainnya, kegiatan kelompok dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan "milik" - bagaimana menyapa teman sekelas dengan tepat, atau kapan dan bagaimana mengajukan pertanyaan kepada guru. Ini adalah Keterampilan, saya bisa menambahkan, itu bermanfaat bagi semua orang untuk belajar, cacat atau tidak.



25



Ada banyak cara untuk mengklasifikasikan orang-orang penyandang cacat, yang semuanya membawa risiko stereotip dan penyederhanaan kekuatan dan kebutuhan individu. Untuk tujuan pendidikan, kategori yang paling sering adalah ketidakmampuan belajar, yaitu kesulitan dengan aspek tertentu dari pekerjaan akademik.Tingginya prevalensi ketidakmampuan belajar membuat kategori ini sangat ambigu sebagai deskripsi siswa tertentu.Bantuan untuk siswa dengan ketidakmampuan belajar dapat dibingkai dalam hal penguatan tingkah laku, strategi metakognitif, atau pendampingan konstruktivis. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah masalah dalam mempertahankan perhatian dan mengendalikan impuls. Hal ini sering dapat dikontrol dengan obat-obatan, tetapi biasanya juga penting bagi para guru untuk menyediakan lingkungan yang terstruktur bagi siswa. Kecacatan intelektual (atau keterbelakangan mental) adalah keterbatasan umum dalam fungsi kognitif maupun tugas sehari-hari. Ahli kontemporer cenderung mengklasifikasikan individu penyandang cacat ini sesuai dengan jumlah dan frekuensi dukungan yang mereka butuhkan dari orang lain. Guru dapat membantu para siswa ini dengan memberi lebih banyak waktu dan latihan daripada biasanya, dengan memasukkan keterampilan adaptif dan fungsional dalam apa yang mereka ajarkan, dan dengan memastikan bahwa siswa tersebut termasuk dalam kehidupan sehari-hari di kelas. Gangguan perilaku adalah kondisi di mana siswa secara kronis melakukan perilaku yang sangat tidak tepat. Siswa dengan masalah ini menghadirkan tantangan untuk pengelolaan kelas, yang dapat diajar oleh guru mengidentifikasi keadaan yang memicu perilaku yang tidak tepat, dengan mengajarkan keterampilan interpersonal secara eksplisit, dan dengan memastikan bahwa hukuman atau tindakan disipliner adil dan telah disepakati sebelumnya. Cacat fisik dan sensorik adalah keterbatasan yang signifikan dalam kesehatan, pendengaran, atau penglihatan. Tanda-tanda gangguan pendengaran dan kehilangan penglihatan bisa jadi tidak kentara, namun kadang kala dapat diamati dalam jangka waktu tertentu. Mengajar siswa dengan gangguan pendengaran atau kehilangan penglihatan terutama melibatkan penggunaan



26



kemampuan sensorik siswa siswa dan memastikan bahwa siswa disertakan dan didukung oleh kelas sebaik mungkin.



27



BAB III KELEBIHAN DAN KELEMAHAN



3.1 Kelebihan Buku 1. Materi dijelaskan secara runtut sehingga nampak keterkaitan yang jelas antara materi pada bab berikut dengan bab sebelumnya. 2. Aspek-aspek pengetahuan psikologi pendidikan dijelaskan secara detail, mulai dari pengertian psikologi pendidikan itu sendiri, teori-teori psikologi pendidikan dari berbagai ahli, yang berkaitan dengan karakteristik psikologi peserta didik. 3. Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dimengerti sehingga siapa saja yang membacanya akan mudah memahami isi buku tersebut. 4. Tugas-tugas atau latihan pada setiap akhir bab sangat baik bagi pembaca terutama mahasiswa dalam menguji tingkat kompetensi yang diperoleh. 5. Rangkuman yang terletak setelah penjabaran materi menyimpulkan poinpoin penting yang dibahas dalam setiap bab-nya. Hal ini sangat baik untuk membantu pembaca mereview kembali hal-hal pokok yang mesti diingat dan dipahami dengan baik.



3.2 Kelemahan Buku 1. Tidak disajikan contoh dalam buku ini dalam menjelaskan materi tentang sesuatu yang aplikatif sehingga tidak tampak efek dari pengetahuan psikologi itu. Sebagai contoh tentang kesulitan belajar, akan lebih baik jika diiringi dengan contoh sekaligus beberapa alternative pemecahannya.



28



BAB IV PENUTUP



4.1 Simpulan Setelah merivew 2 buku yang membahas tentang psikologi pendidikan, saya dapat menyimpulkan bahwasanya pendidikan tentang psikologi itu sangat penting bagi semua orang, terutama seorang guru atau pendidik dan orang tua. Karena peran guru dalam perkembangan psikologi anak itu sangat besar, sehingga guru harus dapat memahami psikologi dari masing-masing peserta didiknya. Selain seorang guru, orang tua juga penting untung mempelajari mengenai psikologi pendidikan. Karena faktor yang pertama dan utama dari perkembangan anak baik itu psikologi maupun social adalah keluarga. Jadi pendidik yang pertama bagi seorang anak adalah orang tua. Jadi sangat penting bagi orang tua untuk mengerti dan memahami tentang psikologi pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari pemahaman tentang psikologi juga diperlukan untuk menghadapi orang yang berbeda dengan sikap yang berbeda pula. Karena berbeda orang, berbeda sikap, dan harus berbeda pula cara menghadapinya. Jadi setiap orang perlu untuk mengerti tentaang psikologi pendidikan. 4.2.



Saran



Berdasarkan kesimpulan yang saya jabarkan di atas, saran yang ingin saya berikan adalah sebagai seorang guru ataupun orang tua hendaknya memahami tentang psikologi pendidikan. Karena perkembangan psikologi anak untuk ke depanya ditentukan oleh bagaimana didikan yang diberikan oleh orang tua dan gurunya. Karena berbeda anak, maka berbeda pula psikologisnya dan berbeda pula cara orang tua untuk menghadapinya. Jadi sangat penting bagi guru dan orang tua untuk taau dan paham mengenai psikologi.



29



DAFTAR PUSTAKA



Mifayetty,sri, DKK. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan: pasca sarjana unimed. Seifert, kelvin. Sutton, rosemary. 2009. Educational Pshycology. Switzherland: Jacobs foundation.



30