Ceramah Al Hikam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AL-HIKAM IBNU ATHA’ILLAH AL ISKANDARI HIKMAH 1 AMALAN DHOHIR DAN SUASANA HATI Kitab Al Hikam : Hikam ke I (KH. Muhammad Bakhiet / Guru Bakhiet)



ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬ ِ‫اِلحِمِدِِللِِالذيِفتهلِاوليئهِودمطبحهِِوطاعتهِووفطهمِلتعتهِوحطمتهِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوِحِدِهِِالِشِرِيكِله‬ ِ‫فعلوفيتهِوربوبيتهِِواشهدِانِسيدناِمحمدًاِعبدهِورسولهِِخيرالخلقهِاللهمِصليِوسلِمِوباركِعلىِسيدنا‬ ِ ِ‫ِامابعد‬.‫وموالنِمحمدِخيرالخلقهِوعلىِالهِوصحبهِوجوجهِوِدِرِيِتِهِِوِاِطِبِاحه‬



Yang kita hormati dan kita cintai, para habait dan para alim ulama, para muhibbin hadirin wal hadirot rahimakumullah. Pertama tama kita panjatkan puji dan syukur setinggi tingginya kehadirat Allah SWT, yang mengumpulkan kita di tempat ini untuk berdzikir mengingat Allah, dan mengucapkan kalimah kalimah thayyibah lainnya. Kita berharap kepada Allah agar di dunia ini selalu dikumpulkan dalam kebaikan dan taqwa. Dan di akhirat nanti kita dikumpulkan bersama junjungan nabi kita Rasulullah SAW. Sholawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW dan kepada seluruh keluarga, para sahabat, durriyat dan pengikut beliau sampai hari akhir nanti. Para muhibbin rakhimakumullah.. sebelum kita membaca kitab Hikam, terlebih dahulu kita mengenal bahwa kitab Al Hikam dikarang atau di susun oleh seorang Waliyullah, yaitu Ahmad Muhammad bin Abdul Karim bin Abdur Rahman bin Abdullah Ahmad bin ‘Isa Hussein bin Athaillah



Al ini bin bin



Dan beliau wafat pada tahun 709 H di khairah Mesir. Kemudian Kitab Al Hikam ini merupakan salah satu dari pada yang beliau karang, Hikam itu adalah kalimat jamak artinya kumpulan dari pada hikmah. Syekh Muhammad Hayat al Sindi mengatakan bahwa di dalam kitab Al Hikam itu ada 264 Hikmah. 264 Hikmah itu terkumpul dalam satu kitab, sehingga dinamakan kitab itu adalah Al Hikam. Mengenai hitungan berapa hikmah yang ada dalam kitab Al Hikam itu bermacam macam para ulama menghitungnya, ada yang mengatakan jumlah hikmah yang ada dalam kitab Al Hikam itu berjumlah 264, ada yang mengatakan 275, ada yang mengatakan lain dari pada yang demikian. Sebagaimana para ulama tidak sama pendapatnya tentang menghitung ayat ayat yang ada dalam al-Qur’an, ada yang mengatakan 6666, ada yang mengatakan lain dari pada itu. Para Muhibbin Rakhimakumullah. Kemuliaan dan kehebatan kitab Al Hikam ini sampai-sampai dikatakan oleh sebagian ulama ِ ِ‫لِوِجِزِةِِالصِلِةِِبِشِيِئِِغِيِرِِالِقِرِأنِِفِجِزِةِِبِحِكِمِِاِبِنِِعطاءللا‬



laujazatissalatu bisyaiin gairal quran, fajazat bihikam ibnu athaillah



Andaikata didalam sembahyang itu boleh kita membaca selain alQur’an, waktu qiyam, waktu berdiri itu kan hanya al-Qur’an yang kita baca. Surat al-Fatihah dan surat yang lain. Andai kata boleh diganti dengan yang lain, niscaya kitab al-Hikam ini patut sebagai penggantinya. Niscaya kitab al-Hikam ini boleh dijadikan penggantinya, kenapa demikian ? karena kehebatan dalam lapas susunan kata-katanya dan maknanya mengandung ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi mereka yang membaca dan memahaminya.



Para muhibbin Rakhimakumullah… kitab Hikam itu satu matan, yang banyak di syarahkan oleh para ulama. Berpuluh puluh macam kitab syarah Hikam, intinya adalah menguraikan seluas luasnya apa yang terkandung didalam hikmah per hikmah yang ada di dalam kitab al Hikam itu. Oleh karena itu dalam kesempatan kita membaca kita alHikam ini, belum kita mengambil pada salah satu kitab syarah Hikam tertentu. Jadi artinya kita membaca matannya, kemudian kita ambil dari beberapa syarah syarah yang ada yang telah dikarang oleh para ulama. Para Muhibbin Rakhimakumullah… al-Hikmatul Ula.. hikmah yang pertama didalam kitab Hikam ِ‫مِنِِعِلِمِةِِاِالِعِتِمِادِِعِلىِالعِمِلِِنِقِصِانِِالرِجاءِِعِنِدِِوِجِوِدِِالزلل‬



ini kalimat hikmah yang pertama di dalam kitab al-Hikam Artinya sebagian dari pada tanda berpegangnya seseorang dengan amalberkurangnya mengharap rahmat Allah ketika adanya kesalahan pada dirinya Apabila kita melakukan kita melakukan salah satu dosa. Apabila kita ketinggalan satu wirid yang rutin kemudian kita merasa jauh dari rahmat Allah, kita merasa jauh dari pada kasih sayang Allah, itu menunjukkan bahwa kita berpegang dengan amal. Orang-orang yang mulia, orang orang yang sudah mengenal lebih jauh tentang Allah SWT dalam keadaan apapun mereka itu tidak berkurang harapnya kepada Allah, baik mereka dalam melakukan taat atau mereka sedang di uji dengan kemaksiatan, harap mereka kepada Allah tetap sama. Kenapa sebabnya ? karena mereka tidak berpegang kepada amal. Mereka itu berpegang kepada rahmat Allah, berpegang kepada anugerah Allah SWT. Para Muhibbin rakhimakumullah… amal itu artinya adalah ِ ِ‫هركتِالجسمِاوالقلب‬



“harakatul jismi awil qalbi’ Itu artinya amal, gerak tubuh gerak jasad atau hati. Bila bergerak awak kita nih artinya beramal bila bergerak hati kita artinya beramal ِ ‫فاءنتهركِبماِفيهِالصوبِصميةِطأتِوإنتهركِبمِفيهِاإلقبِصميةِمكصية‬



Faintaharraka bima fiihi shawab shummiya tho’atan. Wain taharraka bima fiihil iqqob summiyat ma’siatan. Apabila gerak badan kita atau gerak hati kita itu ada pahalanya itu artinya taat. Apabila gerak badan atau hati kita itu mengakibatkan kita di siksa itu artinya maksiat. Jadi maksiat itu beramal juga. Karena amal itu adalah gerak badan atau gerak hati. Bila berpahala namanya taat, bila disiksa namanya maksiat. Jadi maksiat itu artinya beramal juga, contoh orang itu beramal, orangnya penjudi, bisa dikatakan amal... Karena amal itu artinya gerak badan atau gerak hati. Bila berpahala namanya ta’at, bila di siksa namanya maksiat. Itu arti amal. Para Muhibbin rakhimakumullah.. kemudian yang perlu fokuskan perhatian kita adalah amal yang mendatangkan syawab pahala atau taat. Kita tinggalkan amal yang mendatangkan siksa yaitu maksiat. Nah amal taat ini ada 3 (tiga) pertama ada amal syariat, yang kedua ada amal thariqat, yang ketiga ada amal hakikat. Ini ketiga tiganya adalah taat. Baik amal kita ini syariat, baik amal kita ini thariqat atau amal kita ini hakikat itu sama sama mendatangkan pahala. Amal syariat untuk apa? Para ulama tasyawuf mengatakan amal syariat itu gunanya ِ ‫لئصلحِالجوار‬



Li ishlaahijjawaari.. Untuk membaguskan anggota tubuh kita.



Membaguskan mata, membaguskan telinga, membaguskan mulut, membaguskan tangan, membaguskan kaki, itu disebut amal syari’at. Kayak apa mata supaya bagus.. jangan memandang apa yang diharamkan oleh Allah. Kayak apa mulut supaya bagus.. jangan berkata yang dilarang Allah. Kayak apa betis yang bagus.. jangan melangkah kepada jalan yang dilarang oleh Allah. Kayak apa tangan yang bagus.. jangan menjamah atau menyentuh yang dilarang oleh Allah. Nah membaguskan anggota anggota tubuh kita ini.. itu urusan amal syari’at namanya... ‫وعملِالطرقةِلئصلحِالقلب‬



Wa amalu thoriqoh li ishlaahil qulub Sedangkan amal untuk thariqat. Itu untuk membaguskan hati. Amal thariqat itu gunanya adalah membaguskan hati. Kayak apa supaya hati jangan sombong.. itu urusan amal thariqat yang membaguskan. Kayak apa hati supaya jangan riya’ itu amal thariqat yang membaguskan. Kayak apa hati jangan sampai dengki.. itu urusan amal thariqat yang membaguskan. Jadi amal thariqat itu gunanya adalah untuk membaguskan hati. ‫وعملِالهكقةِلئصلحِاالروه‬



Wa amalu alhakikoh li ishlaahil arwah Sedangkan amal hakikat itu untuk membaguskan arwah. Membaguskan ruh. Kayak apa Ruh kita ini supaya bagus itu ? Ruh nan bagus itu yang seperti apa? Ruh yang bagus itu Ruh yang mengenal Allah. seperti apa Ruh kita ini bisa mengenal Allah? Itu urusan amal hakikat yang mengaturnya. Itu urusan amal hakikat yang menuntunnya kepada yang demikian. Nah.. jadiada 3 (tiga) amal yang perlu kita laksanakan.



1 (satu) amal syari’at supaya dhahir tubuh kita ini bagus. Yang ke 2 (dua) amal thariqat. Itu kemudian dilaksanakan supaya hati kita bagus. Dan yang ke 3 (tiga) amal hakikat kita lakukan agar Ruh kita ini bagus. Para Muhibbin rakhimakumullah… amal syari’at fungsinya untuk membaguskan anggota tubuh. Apa inti dari pada amal syari’at itu? Amal syariat itu banyak kali. Tetapi kembali kepada tiga pokok. Tiga pokok ini disebut amal syariat. Pertama taubat. Yang kedua taqwa, yang ketiga istiqomah. Nah ini seluruh amal syariat kembali kepada tiga ini. Taubat, kemudian taqwa, kemudian istiqomah. Taubat artinya apa..? Membersihkan diri dari pada kotor kotor, membersihkan diri dari pada yang maksiat-maksiat,,, itu taubat, dimandiin. Mandi itu taubat. setelah mandi baru di pakai pakaian. Baju kopiah dan macam macam pakaian. Itu adalah taqwa. Nah kayak apa supaya jangan sampai lepas dari pakaian kita? Nah itu namanya istiqommah. Istiqomah itu selalu berpakaian. Artinya apa? Selalu menjunjung perintah Allah, menjauhi yang dilarang Allah dalam keadaan apapun.. (istiqomah) . Dalam keadaan susah, rajin ibadah, dalam keadaan kaya rajin ibadah, dalam keadaan sakit rajin ibadah, dalam keadaan sehat rajin ibadah, dalam keadaan apapun ibadah tak akan tertinggal, ini namanya istiqomah. Nah ketiga hal itu urusan amal syariat. Kemudian amal thariqat. Banyak sekali itu amalnya, tetapi intinya kembali kepada tiga, supaya hati kita ini bagus, pertama Ikhlas yang kedua shiddiq, yang ketiga tuma’ninah. Nah ini intinya. Seluruh amal thariqat kembali ke tiga ini. Bila tiga ini kita bisa laksanakan berarti kita ini sudah mempunyai amal thariqat namanya. Berarti sudah punya hati yang bagus. Pertama Ikhlas, yang kedua sidiq, setiap orang sidiq pasti orang ikhlas. Orang ikhlas belum tentu shiddiq. Jadi shiddiq itu kedudukannya lebih tinggi dari pada ikhlas. Orang sembahyang itu bisa ikhlas, belum tentu shiddiq, belum tentu shiddiq. Buktinya apa?



Seringkali kita mengucap dalam sembahyang itu bismillahirrahmanirrahim.. mulut kita. Tapi hati kita dimanakah.. dirumah? Itu kan tidak jujur namanya. Kalau jujur mulutnya bismillahirrahmanirrahim.. hatinya bismillahirrahmanirrahim.. jadi kedudukan shiddiq lebih tinggi dari pada ikhlas. Nah yang ketiga tuma’ninah. Tuma’ninah itu artinya tentramnya hati dengan Allah. Tentramnya ini dengan Allah. dengan keluarga, istri, anak, laki, duit, harta kekayaan, pangkat itu tidak akan membuat kita tentram. Tapi begitu mengingat Allah.. hatinya tentram.. nah ini tuma’ninah. Ini urusan thariqat. Jadi kalau orang sudah lurus dengan thariqat itu pasti tentram dengan Allah. ِ‫الذينِآمنواِوتطمئ ُّنِقلوبهمِبذكرَِّللاِِۗأالِبذكرَِّللاِتطمئ ُّنِالقلوب‬



Ini untuk orang thoriqot Orang orang yang beriman itu tentram hatinya dengan mengingat Allah.. Jadi kita sudah lurus thariqat. Pasti kita tentramnya kita itu pasti dengan Allah. Berkumpul dengan siapa saja tak akan membuat tentram. Tapi begitu kita ingat Allah walaupun sendirian di hutan belantara.. tetap tentram hatinya. Nah ini orang yang sudah lulus dalam thariqoh nya. Nah.. yang ketiga Hakikat, Amal yang ketiga..Hakikat amal hakikat. Gunanya untuk memperbaiki Ruh. Ruh yang baik itu Ruh yang kenal Allah. Kayak apa Ruh ini supaya kenal Allah.. itu urusan amal Hakikat, pekerjaan Hakikat dan inti pekerjaan itu kembalinya kepada 3 (tiga) pertama Muraqobah. Muraqobah itu artinya merasa dirinya selalu diawasi Allah. Merasa di tilik oleh Allah, merasa diperhatikan oleh Allah. Tidak berani berbuat hal-hal yang tidak baik, karena merasa selalu diawasi oleh Allah... itu Muroqobah.



Bila orang itu merasa selalu di awasi oleh Allah.. siang malam di rumah, di kamar, di kantor, di hutan, diperumahan merasa selalu di awasi Allah.. maka orang ini akan diberikan oleh Allah Musyahadah. Bila orang itu sudah Musyahadha dengan Allah.. namanya makrifat.. jadi amal hakikat ini 3 (tiga), Muroqobah, Musahadah, Makrifat.. itu amal Hakikat namanya… ِ ‫اعبدللاِكأنكِتراهِفإنِلمِتكنِتراهِفإنهِيراك‬



Beribadahlah kamu kepada Allah.. seolah olah engkau itu melihat Allah.. nah itu Musyahadah. Beribadahlah engkau melihat Allah.. itu Musyahadah namanya.. tapi jikalau belum mampu melihat Allah.. Allah melihat engkau.. nah itu Muraqobah namanya.. kalau kita merasa dilihat oleh Allah siang malam kemana pun merasa di lihat oleh Allah.. itu arannya Muraqobah.. suatu saat kalau kita terus menerus demikian, kita akan Musyahadah. Bila Musyahadah kita akan diberi Makrifat.. ujung ujungnya.. Nah amal hakikat itu 3 (tiga) macam, Muraqobah, Musyahadah, Makrifat. Para Muhibbin Rakhimakumullah.. jadi amal ada 3 (tiga), amal syariat, yang pertama yang kita laksanakan amal syariat. Taubat, Taqwa, Istiqomah.. supaya apa Dhohir tubuh kita bagus. Yang kedua, amal Thariqot, supaya hati kita baik, dengan apa? Ikhlas, Jujur, Tuma’ninah. Tentram dengan Allah.. yang ketiga amal Hakikat, supaya Roh kita ini baik, Muraqobah, Musyahadah, Makrifat. Para ulama sufi mengatakan ِ ‫اليصيهِالعنتقلِاالِمقامِحتىِيححقِماِقبل‬



Laa yasiihhul intikol ilaa maqoomin khatta yukhakhika maa qoblah. Tidak sah seseorang itu berpindah sesuatu ke sesuatu maqam, sesuatu amal, sesuatu perbuatan, sebelum memantapkan sebelumnya. Sebelum



mantap yang pertama jangan berpindah, yang pertama apa tugas kita? Syariat. Amal Syariat. Jangan hendak masuk amal Thariqat, namun ini (syariat) belum mantap. Jadi apa yang harus kita mantapi terlebih dahulu? 3 (tiga) perkara, Taubat, Taqwa, Istiqommah. Tiga ini di urus.. Bila 3 (tiga) ini kita sudah mantap, maka kita naik ke mal Thariqat. Pertama taubat. Jadi pengertian tobat ini jangan kita beranggapan bahwa yang bertaubat itu orang-orang di premanpinggir jalan yang perlu… bukan begitu.. Kita ini perlu pada Taubat. Jangan di anggap orang yang di tengah jalan itu yang harus tobat, jangan kita anggap orang yang tidak karuan itu yang taubat. Sebenarnya kita sendiri mesti selalu Taubat. Kita tiap hari mesti Taubat. Kita merasa kadang-kadang orang-orang saja yang perlu taubat. Seorang yang tidak perlu taubat asal baik, Nah ini kadang orang yang tidak mau naik kelas. Berumuran begitu saja. Karena apa...? Karena bila merasa taubat orang yang perlu kita asal benar saja.. padahal taubat itu perlu setiap orang.. walaupun lain lain bentuk taubatnya.. sebagian orang mesti taubat dari pada kafir.. sebagian orang yang perlu taubat karena dosa besar.. sebagian orang perlu taubat karena dosa kecil.. sebagian orang perlu taubat dari pada makruh.. taubat dari pada khilaful aula yang kurang baik.. Jadi setiap manusia dengan tingkatan apapun.. itu mesti tobat.. Nah kita sudahkah bertobat..?? Sudah.. dulu minum arak, sekarang tidak.. dulu penjudi sekarang tidak… taubat.. dulu suka riba, sekarang tidak.. dulu suka zina sekarang tidak.. sudah Taubat. Nah cuman tahu kah kita bahwa tobat itu diterima apa tidak ? karena orang yang sudah Taubat itu belum tentu di terima.. intinya diterima… apakah taubat kita itu diterima oleh Allah atau belum ??? ini yang tak kita tahu.. maka kita tidak boleh naik ke suatu maqam, suatu tingkatan sebelum memantapkan tingkatan yang pertama.. baru tingkatan yang kedua.. mantap yang kedua… baru tingkatan yang ketiga.. Selama kita belum beres tingkatan syariat… tak akan bisa kita mengaji ilmu thariqat.. mengaji bisa.. paham bisa.. memakai pasti tidak



bisa. Mau tidak mau tidak bisa. thoriqot belum beres, belum matang, belum selesai tak bisa naik ke Hakikat.. maka dengan hakikat itulah kita bisa dapat kepada makrifat. Jadi di ibaratkan makrifat itu suatu mutiara, Hendaknya mutiara itu di dalam ruangan yang kecil.. ruangannya muat hanya badan .. ruangan yang kecil ini tempatnya di sebuah kamar.... dan kamar itu tempatnya ada di sebuah rumah.. jadi kita tidak bisa masuk rumah jika kita masih banyak bawaan. Kalau kita masih banyak bawaan.. kita masih banyak berinting banyak bawaan, buangi yang tidak perlu, supaya kita dapat bmasuk ke rumah.. motor di tinggal, toko di tinggal… kios di tinggal.. kabun di tinggal.. jadi kalau masuk ke rumah hanya barang barang tertentu.. artinya apa? Syariat itu laksana rumah.. begitu masuk syariat, begitu banyak yang kita tinggalkan.. riba tinggalkan, permainan ditinggalkan, zina di tinggalkan.. semua itu di tinggalkan… kalau kita mau masuk ke rumah.. begitu hendak kita mau masuk kamar? Masak sepeda motor di bawa masuk kamar?? Sama halnya kita ini kalau hendak masuk ke thariqat.. buangin bawaan bawaan yang lain supaya kita muat masuk ke situ.. hendak masuk ke kamar hakikat.. halus jam tangan mungkin di lepas karena tidak muat.. kaca mata tidak muat.. lepas juga.. Nah itu artinya kita tidak bisa masuk ke situ sebelum matang yang pertama..Nah syariat ini yang di bereskan terlebih dahulu..cara kita berjual beli, cara kita bergaul, cara kita makan, cara kita berpakaian.. sesuaikan dengan syariat.. bila tidak sesuai dengan syariat.. hendak masuk kepada hakikat… tidak bisa… jamin tidak bisaa.. apanya yang bisa?? Hanya Kata katanya saja yang bisa.. prakteknya belum.. itu sudah hukum.. ketentuan… syariat sudah mantap.. baru naik kepada thariqat.. begitu juga thariqot mantap baru naik kepada hakikat.. jadi fokus kita adalah membaguskan dahulu syarikat kita. Kayak apa membaguskan syarikat.. Tobat.. yang suka menghibah.. taubat… suka riba.. taubat… suka memakai pakaian haram.. taubat.. imbas kita tobat itu perlu di teliti..



perlu dipikirkan.. taubat tersebut di terima apa tidak.. selama kita belum ada ketentuan tobat ini di terima apa tidak diterima… hati kita masih tidak nyaman.. hati kita masih tidak tentram.. karena belum ada kepastian diterima tidak tobat kita. Taqwa kemudian.. ibadah, sembahyang.. puasa… segala macam.. istiqomah terus menerus seperti itu.. bila ketiga ini beres, mantap.. maka mari kita naik ke amal thariqot. Kita wajib mengusahakan syartul qabul.. kita wajib mengusahakan syarat di terima.. tobat kita. Diterima taqwa kita. Diterima Istiqomah kita.. itu kita wajib mengusahakan persyaratannya supaya ini diterima oleh Allah.. sembahyang contohnya.. kayak apa sembahyang itu diterima oleh Allah.. ada syarat-syaratnya.. yang pertama supaya sembahyang itu di terima oleh Allah.. syaratnya adalah ilmu.. ِ ‫وكلِمنِبغيرِعلمِيعملِاعمالهِمردودةِالتقبل‬



Tiap tiap orang bekerja beramal tanpa ilmu di tolak, tidak diterima.. ini sembahyang kita ambil contoh. Amal syariat sembahyang supaya sembahyang itu diterima oleh Allah. seperti apa yang pertama punya ilmu.. belajar sungguh sungguh sembahyang itu.. rukuk kaya apa.. sujud kaya apaa.. makmun masbuk kayak apa, sembahyang membaca al fatihah kayak apa caranya.. yang kedua supaya sembahyang di terima adalah ikhlas. Berhubung amal ini syariat.. ikhlasnya pun ikhlas syarikat… ikhlas syariat kayak apa? Sembahyang mengharap surga.. sembahyang karena takut melawan api neraka.. ikhlas… menurut syariat.. sembahyang mudahkan masuk surga.. jujur ikhlas syarikat.. kenapa sembahyang.. ketakutan mati nanti pindah ke neraka.. itu ikhlas.. dalam syarikat.. jangan ada tujuan lain sembahyang. Kalau kita ambil contoh sembahyang.. supaya di puji orang.. supaya di hormati orang.. di muliakan orang.. jangan ada sedikitpun dalam hati demikian… Ikhlas… yang ketiga syaratnya diterima itu sembahyang atau amal ibadah ibadah lainnya..



Sembahyang kita ini sesuai syarat.. penuhi syarat-syaratnya apa.. rukunrukunnya apa.. adabnya apa.. orang sembahyang mesti berwudhu.. suci dari najis.. menutup aurat.. menghadap kiblat.. masuk waktu.. penuhi… bersihin najis.. sucikan hadas dengan wudhu. Menutup aurat.. tunggu waktu sembahyang bila masuk.. baru sembahyang.. itu syaratnya sudah beres.. syaratnya beres.. rukunnya.. rukun sembahyang.. kayak apa bacaan fatihahnya.. kayak apa sujudnya.. sesuaikan dengan aturan.. ditambah adab. Meskipun syaratnya cukup, rukunnya cukup.. tapi tidak ada adab. Bisa jadi tidak diterima sembahyangnya. Sesuaikan adabnya, Contohnya sembahyang mengangkat tangan di pinggang.. ini dengan syarat tidak bertentangan.. dengan rukun tidak bertentangan. Tapi dengan adab bertentangan.. Allah tidak menerima sembahyang seperti itu.. jadi adab sembahyang termasuk sunat sunat sembahyang yang dilaksanakan. Yang keempat ِ ‫ادمِالمقرةِوالمقرهةِوالمكرهة‬



Adamul muqirat wal mukrihat wal makruhat Tidak ada yang membatalkan dan yang dibenci oleh Allah.. Sembahyang atau ibadah, tidak ada yang membatalkan atau di benci Tuhan, kita kerjakan semua yang sunnah, jauhi yang makruh. Yang kelima halal. ِ ‫الحللِفيِيتعلمِبه‬



Alhalal fii yatangallamu bih Halal pada sesuatu yang berhubungan dengannya.. Apa yang berhubungan? Makan, minum untuk tenaga, pakaian, tempat. Itu mesti halal. Rosulullah bersabda



Orang yang makan satu suap dari pada makanan yang haram.. tidak diterima sembahyang 40 malam. Sesuap itu makan haram. 40 malam tidak diterima sembahyang oleh Allah.. sepiring berapa suap? Ini urusan amal syariat.. pakaian kita mesti halal.. rasulullah bersabda ‫منِاشترىِثوباِبعشرةِدراهمِوفيهِدرهمِحرامِلمِيقبلِللاِلهِصلةِمادامِعليه‬



Barang siapa menukar pakaian 10 dirham satu dirham ada yang haram tidak diterima sembahyangnya selama itu masih ada. Jadi kalau amal syariat ini kita bereskan dan kita usahakan syarat diterima oleh Allah. selanjutnya kita melangkah.. melangkah ke amal thariqat. Para Muhibbin rakhimakumullah… Imam Ahmad ibnu ath’thailah mengatakan termasuk tanda orang yang berpegang pada amal kurangnya berharap kepada Allah ketika terjadi maksiat pada dirinya. Nah sekarang kita tadi beramal. Taubat sudah kita laksanakan, syaratsyarat untuk diterima sudah kita laksanakan, Taqwa sekarang ini kita laksanakan, istiqomah kita laksanakan, jangan sekali kali kita berpegang kita cenderung, kita gembira dengan taubat, taqwa dan istiqomah itu. Jangan sekali kali kita berpegang, jangan kita sekali kali bersandar, jangan merasa gembira dengan taubat, taqwa dan istiqomah. Kenapa sebabnya? Karena taubat, taqwa, istiqomah itu bagian amal syariat itu. Itu tidak akan bisa memasukkan kita ke dalam surga, tidak perlu kita gembira dengan itu, lalu apa yang kita gembirakan? Yang kita banggakan, yang kita gembirakan itu adalah rahmat Allah yang datang kepada kita sehingga kita bisa taubat, bisa taqwa, bisa istiqomah. Nah Rahmat Allah ini yang kita gembirakan, bukan taqwanya. Nah bila kita menggembirakan dengan taqwa yang kita lakukan, namannya berpegang



dengan amal. Bila orang berpegang dengan amal itu dengan tuhan turun naik. Bila banyak bermaksiat asal jauh dengan tuhan, bila berbuat taat pada tuhan merasa dekat sama tuhan. Padahal tuhan itu tak butuh dekat sebenarnya. Nah disitu kelemahan tauhid kita. Kenapa kita berbuat maksiat, asal jauh sama tuhan, berbuat taat sama tuhan asal dekat sama tuhan, karena berpegang pada amal. Sedangkan kita berpegang dengan rahmat Allah, apapun keadaan kita selalu dekat dengan Allah. Baik dalam maksiat tapi dekat dengan Allah, waktu taat dekat dengan Allah, karena kita berpegang dengan Allah nya bukan amal kita nya. Rasulullah SAW bersabda ِ‫الِيدخلِاحدكمِالجنةِبعملهِقالواِوالِانتِيارسولِللاِقالِوالِأناِأنِيتخمدنيِللاِمنهِبرحمةِوفضلِووضع‬ ِ ‫يدهِعلىِرأسه‬



Seorang kamu sesudah nabi selamanya tidak akan bisa masuk surga dengan amalnya. Buat apa kita berpegang lawan amal? Buat apa kita gembira dengan taubat? Gembira dengan taqwa, gembira dengan sembahyang? Itu tidak akan membawa ke surga. Akupun yang lebih amal tidak bisa memasukkan ke surga, kecuali Allah meliputkan aku dengan rahmatnya. Nah rahmatnya ini yang kita gembirakan. Bahwa kita gembira, kita suka taubat, sebab Allah memberikan rahmat kepadaku, bukan dengan taubatnya kita gembira, tapi dengan rahmat yang diberika Allah kepada kita. Itu yang kita pegang. Bila kita memegang rahmat Allah kita tidak akan berubah dengan Allah dalam keadaan taat atau dalam keadaan maksiat. Nah inilah inti dari pada yang dimaksud dalam hikmat yang pertama Imam Ahmad ibnu Ath’Thoillah Anda orang yang berpegang dengan amal kurang berharap rasa jauh bilamana dia maksiat kepada Allah. Padahal tidak boleh seperti itu. Kita



dalam taat, dekat sama tuhan, kita waktu maksiat pun jangan merasa jauh dengan tuhan. Tetap dekat dengan tuhan. Karena maksiat dan taat itu bagian dari amal. Amal tidak perlu kita pegang, yang kita pegang adalah Allah, rahmatnya dan anugerahnya.



HIKAM 2 MAQAM ASBAB DAN MAQAM TAJRID ِ‫ِوارادتكِاالسبابِمعِاقمةِللاِفىِالتجريد‬،‫ارادتكِالتجريدِمعِاقامةِللاِاياكِفىِاالسبابِمنِالشهوةِالخفية‬ ِ‫انحطاطِعنِالهمةِالعلية‬



Artinya : Keinginanmu untuk ber-Tajrid (Mengkhususkan ibadah dan meninggalkan usaha mencari rejeki) sedangkan Allah menempatkanmu di dalam al-asbab (sebab akibat, melakukan usaha mencari rejeki) adalah termasuk ke dalam syahwat yang tersembunyi. Dan keinginanmu ke dalam maqam Al-asbab sedangkan Allah menempatkanmu ke dalam maqom Tajrid, adalah suatu penurunan himmah atau semangat yang tinggi. ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬ ِ‫اِلحِمِدِِللِِوالسكرللِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوحدهِالشريكِلهِواشهدِانِسيدناِمحمدًاِعبدهِورسولهِولنبيِبعده‬ ِِ‫شهادةِتنجينِمنِالسرِوالطللهِاللهمِصليِوسلمِوباركِعلىِسيدناِمحمدِخيرالبريهِوعِلِىِألِهِِوِصِحِبِه‬ ِ ِ‫وِطِرِيِتِهِِوِاِتِبِئِهِِاِلِىِيِوِمِِالِقِيِامِهِِامابعد‬



Yang kita hormati dan kita cintai, para habait dan para alim ulama, para muhibbin hadirin hadirot rakhimakumullah.. Pertama tama kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah yang selalu memberikan kita nikmat, memberikan kita berbagai macam kemudahan, untuk beribadah dan mengabdi kepadaNya. Sholawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, dan kepada seluruh keluarga para shahabat, durriat dan pengikut beliau sampai hari kiamat. Para Muhibbin Rakhimakumullah… ِ‫ِارادتك‬.‫الحكمةِالثانيهِمنِالهكمِبلعطاءيهِقالِاالمامِالعارفِبللهِاحمدِابنِعطاءلهِرحمكمِللاِونفعنِبعلمه‬ ِ‫ِوارادتكِاالسبابِمعِاقمةِللاِفىِالتجريدِانحطاط‬،‫التجريدِمعِاقامةِللاِاياكِفىِاالسبابِمنِالشهوةِالخفية‬ ِ ِ‫عنِالهمةِالعلية‬



Hikmah yang ke dua dari pada al-Hikam, berkata al Imam arabiyyah ahmad ibnu al athoiyyah.. bermula menghendakinya engkau akan Tajrid, serta menempatkan Allah pada engkau akan asbab, maka yang demikian itu merupakan keinginan jahat yang tersembunyi. Dan menghendaki engkau akan asbab serta menempatkan Allah akan engkau pada Tajrid, itu merupakan penurunan daripada himmah yang tinggi. Nah itulah Hikmah yang kedua dari pada al-Hikam ibnu Athaillah. Para Muhibbin rakhimakumullah.. Allah berfirman dalam surat Adzariat ayat 56



‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬ َ ‫اْل ْن‬ ِ ‫س ِإ ََّّل ِل َي ْعبُد‬



Artinya tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu. Ahli tafsir yang lain ada yang mengatakan melainkan untuk mengenalKu. Jadi artinya bahwa kita ini dijadikan oleh Allah untuk beribadah. Untuk beribadah. Itulah tugas kita ada di muka bumi ini. Kita dijadikan Allah untuk beribadah, maksudnya adalah fungsi utama dari pada kita ini mengabdi kepada Allah. Walaupun di dalam diri kita ada fungsi-fungsi lain tetapi intinya adalah menunjang untuk ibadah. Nabi Yahya as. Waktu umur dibawah 10 tahun masih kanak-kanak, beliau berjalan dari rumah ke baitul maqdis, dari Baitul Maqdis ke rumah masih anak-anak, dibawahi diajak oleh kekanakankekanakan, Yahya kita bermain, yuk sini, Nabi Yahya menjawab. Ma khuliqtu lihadza.. aku tidak di cipta untuk bermain-main. Ini seorang anak kecil yang sudah mengerti tentang kejadian dirinya, dibawahi bermain-main, dijawab ma khuliqtu lihadza. Aku tidak dicipta untuk bermain-main. Karena manusia adalah di cipta untuk beribadah. Artinya bukan tidak boleh kita berdagang, bukan tidak boleh kita bersenangsenang, bukan tidak boleh kita istirahat, bukan tidak boleh kita berusaha. Boleh itu, tetapi apabila sampai masanya ibadah, kembali kepada ibadah. Kegiatan apapun usaha apapun pekerjaan apapun bila sudah tiba



waktu ibadah mesti Ibadah. Itu menunjukkan bahwa kita ini dicipta untuk Ibadah. Dan itu menunjukkan kita adalah manusia yang sehat, manusia yang sempurna akalnya. Artinya apabila kita ini asyik bekerja asyik bermain asyik bersenang-senang tanpa memperdulikan waktu ibadah itu menunjukkan ada kesalahan dalam jiwa kita. Ada error dalam diri kita. Ada salah yang mesti diperbaiki, yang mesti diperbaiki, Asyik berdagang tidak tahu hukum halal haram, asyik berdagang tidak tahu waktu sembahyang, terus berdagang, bertani, bekerja, ibadah dilupakan, ini error manusia ini. Kenapa? Karena tidak sesuai dengan penciptaannya.. dia di cipta untuk Ibadah. Pernah kita contohkan untuk lebih mudah mengerti dengan hand phone (HP). HP itu di cipta, fungsi utama untuk apa..? Untuk komunikasi. Itu utama, untuk memanggil sini lawan di jauh di sana, itu fungsi utama HP. Tetapi di dalam HP itu ada kamera, dalam HP itu ada pemutar lagu, dalam HP ada kalkulator, dalam HP ada permainan, itu hanya sebagai penunjang.. tapi intinya adalah untuk komunikasi. Nah sebuah HP yang baik, kita memutar lagu, mengaji misalnya nih.. putar mengaji.. datang panggilan… panggilan dari jauh datang… HP sedang memutar mengaji berhenti.. putus.. karena ada panggilan.. lagu putus.. apapun putus.. ada panggilan datang… karena HP fungsi utama memang untuk panggilan itu.. fungsi utama untuk panggilan… sedang menghitung kalkulator.. masuk sms..pajak kalkulatornya. Timbul pesan masuk dia… karena fungsi utama HP memang untuk itu…. Komunikasi.. nah bila HP kita demikian, berarti baik ini HP.. tapi apabila kita asyik memutar lagu… putar lagu.. panggilan orang masuk tidak ada lagi… sms tak ada masuk lagi… hanya lagu yang berbunyi… ini HP error… HP ini sudah tidak beres lagi… kenapa? Panggilan orang tidak bisa masuk… karena memutar lagu… ini HP sudah harus diperbaiki.. dan HP ini murah.. rusak.. murah ini HP.. bilang tidak berharga lagi… karena fungsi utamanya tidak berfungsi… Nah demikian manusia.. yang sibuk dengan



pekerjaan, tapi tanpa menghiraukan ibadah, Ini manusia adalah murah harganya di sisi Allah SWT. Itu sekedar perbandingan fungsi kita di ciptakan oleh Allah ma waa kholaqtul jinna wal insya illa liya’budun.. jadi bukan tidak boleh kita bekerja, bercari, berkebun… Boleh… tapi ingat kita di cipta untuk Ibadah.. kita di cipta untuk Ibadah…. Kita dicipta untuk Ibadah.. Kita sering kali memikirkan perluasan-perluasan usaha, ada usaha ini, tangkap, yang menguntungkan, ada usaha ini tangkap, yang menguntungkan, ada usaha ini, ambil untuk usaha.. habis waktu untuk usaha. Tetapi untuk ibadah, kita tidak ada untuk perluasan… mulai umur 30 sampai 60 ini hanya itu saja wirid tidak ada tambahan lagi.. malah berkurang.. yasin.. baca yasin maghrib semacam… berpuluh puluh tahun.. tidak ada peningkatan.. tapi kalau usaha, bikin ini, olah itu, tambah ini, tambah itu macam-macam usaha.. selalu di tambah… pemasukan.. tetapi pemasukan ibadah kita berkurang.. berkurang.. makin tua.. makin berkurang… makin tua, berkurang… nah ini error juga ini… ini error.. Nah jadi selalu kita ingat bahwa kita ini di cipta untuk Ibadah.. Ada orang-orang dahulu yang ditulis di tangannya… di tangan di tulis.. khuliqtu lil ibadah… aku di cipta untuk ibadah… jadi pergi ke manamana melihat tangan.. ooo aku di cipta untuk ibadah… bukan untuk tidak karuan.. bukan untuk itu ini… aku di cipta untuk Ibadah… Para Muhibbin Rakhimakumullah… jadi tugas kita ini Ibadah… kita tidak bisa beribadah kepada Allah.. tanpa ada sarana dan prasarana. Karena ibadah ini memerlukan berbagai macam. Ibadah memerlukan kekuatan tenaga, supaya bisa bergerak, sembahyang, supaya bisa sembahyang, supaya bisa naik haji, supaya bisa umroh, itu perlu kekuatan. Makanan minumam.. untuk beribadah kita perlu pakaian… untuk beribadah kadang-kadang kita perlu kendaraan, untuk beribadah perlu tempat, banyak keperluan-keperluan kita agar kita bisa beribadah.



Nah untuk mencukupi keperluan kita beribadah ini, Allah ada menyediakan dua tempat.. yang kita duduki, yang kita jalani… untuk mendapatkan keperluan ibadah ada dua cara.. yang diberikan Allah.. ada dua cara yang diberikan Allah.. ada dua tempat yang diberikan oleh Allah.. Pertama namanya Asbab. Yang kedua namanya Tajrid.. ِ‫ِوارادتكِاالسبابِمعِاقمةِللاِفىِالتجريد‬،‫ارادتكِالتجريدِمعِاقامةِللاِاياكِفىِاالسبابِمنِالشهوةِالخفية‬ ِ‫انحطاطِعنِِالهمةِالعلية‬



Jadi ada dua untuk mencukupi kebutuhan ibadah ini.. Ada Asbab… Ada Tajrid… Asbab ini apa artinya? Ya sebab, bekerja, berdagang, menuri, bertani, beternak, jadi guru, pegawai, ini Asbab. Artinya apa? Dia mendapatkan kecukupan ibadahnya melalui pekerjaan-pekerjaan. Nah ini asbab arannya.. Ada orang yang ditempatkan Allah di situ.. untuk mendapatkan keperluan ibadah.. berdagang hanya membeli baju,, berdagang hanya membeli ini… untuk ibadah.. Ada orang yang di tempatkan Allah di situ.. Yang kedua ada orang yang ditempatkan Allah di suatu maqam, namanya Tajrid.. ini orang dalam rangka mencukupi kebutuhan ibadahnya, tidak perlu berusaha, dia telah dicukupi. Contohnya warisan banyak, banyak sekali warisan. Bulan ini datang nan saham darimana.. bulan yang akan datang darimana… di rumah aja berdiam.. datang duit di rumahnya.. Nah ini orang di tempatkan Allah di maqom Tajrid arannya… kan ada seperti itu orang. Tidak membuat toko, beternak, bedagang.. di rumah saja duit datang sendiri… Nah ini arannya di maqam Tajrid di handak Tuhan ini namanya.. Para Muhibbin Rakhimakumullah… apabila kita di tempatkan Tuhan, di maqom yang namanya asbab lalu hendak kita berpindah ke maqom Tajrid.. ( aku ingin berhenti berdagang, berhenti bertani, berhenti



berkebun..aku hanya hendak ibadah saja.. dagangan semua tutup habis.. aku hendak beribadah saja ). Duit tidak datang datang lagi tidak masalah .. pokoknya aku beribadah.. Nah ini orang keinginannya jahat yang tersembunyi.. ini orang ini ada kejahatan yang tersembunyi… kenapa..? Karena tuhan menempatkan di maqam yang namanya Asbab.. hendak berpindah.. di rumah saja tidak berusaha lagi… Nah ini orang ada syahwat khafiyyah… ada keinginan jahat yang tersembunyi.. Orang yang selama ini di tempatkan di maqam Tajrid.. sudah nyaman nih.. tiap bulan ada kiriman.. tidak pernah terlantar,, memakai pakaian cukup… berpikir… berkebun.. berkebun saja aku ini… Nahh.. hendak berkebun.. padahal dia bertahun tahun dirumah saja.. beribadah saja… datang sendiri duit.. datang aja duit.. kali ini membuka kios di depan rumah… Nahh.. membuka kios… Ini namanya ِ‫ انحطاط ِعن ِالهمة ِالعلية‬Penurunan tingkat namanya.. ada penurunan himmah yang tinggi.. Para Muhibbin Rakhimakumullahh… sekarang kita mengetahui dimana Allah menempatkan kita, ini yang perlu kita tahu.. apakah Allah sekarang ini menempatkan kita di suatu tempat yang namanya asbab, untuk mencukupi kebutuhan ibadah kita. Ataukah sekarang ini Allah sudah menempatkan kita di maqam Tajrid untuk mencukupi kebutuhan ibadah kita, Ini perlu diketahui. Tandanya orang-orang yang ditempatkan Allah di maqom Asbab yang berdagang, bertani, bekerja, tandanya orang yang direstui Allah untuk itu ada enam tanda.. bila enam tanda ini ada pada kita, berarti kita direstui Allah duduk disitu. Jangan hendak pindah ke maqam Tajrid. Ke maqam yang tidak ada berusaha lagi. Tetapi bila enam tanda ini ada sesuatu yang tidak kita miliki tidak bisa kita dapatkan berarti itu isyarat kita mesti pindah ke maqam Tajrid. Demikian pula sebaliknya. Apakah dia di maqom Tajrid ini sudah di ridhoi Allah..?? Ada tandanya.. bila



tandanya ini tidak ada pas, berarti itu isyarat mesti pindah ke maqam asbab berusaha. Nah sekarang kita mengetahui, apakah usaha kita diridhoi oleh Allah, bila di ridhoi Allah teruskan saja berusaha. Sampai mati… berusaha.. kalau memang di situ di ridhoi Allah.. Nah tandanya apa?? Satu. ِ ‫حشودِالحفايهِوِالمعاشهِوالفقرِوالمشاكين‬



Khusyudul khifaayah wal mu’aasyah wal fuqara wal masyaakin Pertama.. usaha kita yang kita jalankan selama ini cukup untuk keperluan kita dan bisa membantu orang lain. Dagangan kita usaha kita, hasilnya itulah cukup kebutuhan kita, bahkan bisa membantu orang lain, Yang kedua ِ ‫اليلههِاالسبابِاندكرللا‬



Laayulhihil asbab andzikrillah Usahanya yang selama ini yang dijalankan, tidak melalaikan dia dari pada dzikrillah. Sembahyang berjama’ah tokonya pada ke masjid, yang berjamaah kawak, yang pengajian aktif, tidak terganggu, baca qur’an sekian juz sehari,, bisa.. Usahanya tidak mengganggu dia dari pada Dzikkrullah.. ini tanda ke dua, tanda kita ini di ridhoi oleh dalam kedudukan berusaha. Yang ketiga ِ ‫اليزرهِاالسبابِاليِمحرمهِللا‬



Laayajurruhul asbab ilaa maharramahullah



Usaha kita ini tidak menarik, membawa kepada yang diharamkan oleh Allah.. Nah usaha kita ini tidak menarik kepada sesuatu yang di haramkan Allah. Kadang-kadang ada usaha yang bisa membawa kepada yang di haramkan Allah.. ini tidak usahanya murni tidak membawa kepada yang di haramkan oleh Allah.. satu contoh, sekarang ada usaha.. Kita tidak bisa berusaha itu kalau tidak membuka rekening di Bank contohnya. Karena perusahaan-perusahaan itu tidak ada akan percaya dengan perusahaan berkirim uang dengan pegawainya ( sales), nya tidak percaya. Jadi kita ini mengolah rekening di Bank Maka berbunga Bank nya lain bank kahendak kita, tapi Bank yang di tunjukinya.. itu ada bunga kayaknya kita, dari simpanan kita membuah rekening pasti ada menabung, tidak mau merubah rekening nya itu ada duitnya.. Nah hendak berusaha ini, meski membuka rekening di Bank, maka Bank ini riba.. mau kada mau Riba… ini namanya sudah membawa kepada yang diharamkan.. Nah bila macam itu, berarti usaha kita ini kada di ridhoi Allah..cari usaha lain.. yang kada menarik kepada kita yang diharamkan oleh Allah. Banyak usaha yang tidak menarik yang diharamkan itu.. Yang keempat ِ ‫معشرةِاالبرر‬



Muasysyaratul abror Dia berusaha tetapi sepergaulan dengan orang-orang baik Usaha ini usaha orang baik-baik.. Yang kelima ِ ‫مجانبةِاالصرر‬



Mujaanabatul ashror



Dia menjauhi orang orang jahatnya bisa tidak hubungannya dengan orang-orang jahat, ahli subuk, ahli mafia, ahli apa, hubungannya bisa tidak berhubungan dengan itu, karena usahanya kada sangkut paut dengan itu, Yang keenam ‫اصولِنيتِصلحه‬



Ushuulun niatin sholehah Adanya niat yang sholeh, Enam perkara itu, bila selama ini usaha kita, ada enam perkara itu, berarti kita diridhoi tuhan untuk duduk di situ. Jangan berpindah pindah. Baik berpindah berusaha, atau berpindah kada berusaha.. jangan. Itu sudah alamat. Coba bayangkan, kita ada berisi usaha pemasukannya, cukup bahkan lebih, ibadah sedikitpun tidak terganggu, tidak membawa kepada yang haram, berteman orang yang baik-baik, orang yang jahatjahat jauh, niat yang baik ada. Usaha apa lagi yang baik dari pada itu? Karena ini memang diridhoi oleh Allah. Ukur saja usahanya ini pas tidak itu… bila tidak Pas.. usaha kita tidak diridhoi Allah.. mesti pindah dari pada usaha itu kalau hendak baik, kalau hendak selamat bila diteruskan, bahaya... bila tidak percaya? Buktikan aja.. Kalau kita berusaha.. macam-macam usaha di cari,,, tidak mau cocok. Usaha ini gagal, usaha ini gagal, cari usaha ini tidak mau baik ini usaha, macam-macam usaha juga ada yang baik cuman ada haramnya, ada yang baik, cuman dilingkungan orang-orang yang jahat, ada yang baik usaha, cuman kalau sembahyang ribut. Nah bila macam ini kita harus pindah. Pindah kemana? Pindah usaha yang baik, bila kada juga pindah maqam tajrid. Pindah ke maqam tajrid.. Dan bila Allah memerintahkan kita pindah ke maqam Tajrid itu Allah bertanggung jawab. Tidak akan kelaparan… tidak akan susah.. ini Allah yang



memindahkan kita ke Maqam Tajrid.. Kalau kita pindah seorang nah itu bahaya.. Para Muhibbin Rakhimakumullah.. jadi dalam usaha itu diperlukan juga, diperlukan juga Niat yang baik karena usaha ini menentukan syabilillah atau syabilisyaetan itu di niat. Usaha sama, turun ke toko sama, pulangnya sama, hasilnya duit sama tapi bila niatnya salah fi syabilisysyaetan.. Nah kalau niatnya baik fi syabilillah.. Jadi niat, orang yang usahanya di ridhoi Allah itu mudah mendapatkan niat niat yang baik itu. Apa niat yang baik? Kita berusaha.. Satu. ِ ‫ابتغاءِفضلِللا‬



Ibtighoou Fadhlillah.. kita berusaha itu mencari anugerah Allah, anugerah Allah.. Fadhlillah anugerah Allah itu lebih khusus dari pada rizki. Berusaha jangan niat mencari rizki.. jangan.. berbahaya… kenapa sebabnya? Dalam mazhab Ahlul Sunah Wal Jama’ah “Arrizku yasmalul halalan wal haram”.. rizki itu termasuk halal dan haram.. makanya do’a. rizki halalan… rezki yang halal.. kalau kita berniat mencari rizki.. Nah itu salah.. rizki itu bisa halal bisa haram.. Jadi niat kita berusaha itu.. mencari Fadhlillah anugerah Allah. Nah itu niatnya... karena fadhlillah Allah itu anugerah Allah itu di contohkan dalam al-Qur’an dalam surat jum’ah 10



ِ َّ ‫ض ِل‬ ‫َّللا َوا ْذ ُك ُروا‬ ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف‬ ِ ‫ض َي‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ‫ص ََلة ُ فَا ْنت َ ِش ُروا ِفي ْاْل َ ْر‬ ِ ُ‫فَإ ِ َذا ق‬ َ‫يرا لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ ً ِ‫َّللا َكث‬ َ َّ Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.



Jadi artinya anugerah Allah itu letaknya diantara dua dzikir.. nah jadi berusaha itu hendaknya turunnya berdoa. Berdzikir, di toko pun berdzikir dan berdoa jua. Itu dapat anugerah Allah.. jadi niat yang pertama itu berusaha anugerah Allah yang di cari. Alfadhlillah tadi. Diantara niat berusaha aunul muslim menolong orang islam menolong orang Islam. Karena orang yang ke toko datang itu orang yang perlu, apalagi jual obat, nah menjual apa lagi, orang yang perlu, jadi buka toko saja menolong kaum muslimin asal jangan terlalu tinggi harga nolongin namanya.. yang sedang sedang saja harga. Ini menolongin niat nih. Orang berhutang, di hutangin. Ini menolongin.. Niatnya menolongin orang muslim. Ini contoh usaha-usaha yang diridhoi Allah. ‫اذاوجدِمادكرِلينتحلِالىِبأمرِشيحهِاوبشرةِواحدةِكتأزِرمذكرِمنِقلِوجه‬



Idza wajada maa dzukiru laa yantakillu illa tajrid illaa biamri syaikhihi aubisyaratin waakhidatin kata’azzu rimadzukirr min kulli wajhin Apabila dia mendapatkan tanda-tanda yang disebutkan tadi dia tidak boleh pindah ke maqam Tajrid kecuali perintah gurunya. Ini misal berusaha padahal bagus, semua yang ada tandanya itu sudah ada padanya cuman dari guru di suruh pindah... Sekarang kamu temani aku dirumah aja tetap aku makan makan juga kita. berhenti berusaha itu, tidak ada jalan lain berhenti.. Tajrid karena perintah guru Atau ada isyarat yang nampak seperti uzdur yang disebutkan dari segala sisi tidak bisa berusaha coba ini tidak bisa ... Cobai ini untung cuman mengganggu ibadah. Berusaha ini kalau mengganggu beribadah rugi. Berusaha ini akhirnya kembali kepada yang haram. Nah itu artinya isyarat dari Allah,, Pindah ke maqom Tajrid namanya.. Para Muhibbin Rakhimakumullah..



Nah kemudian orang-orang yang sekarang di tempat Allah di maqom Tajrid. itu ibu ibu rumah tangga yang di cukupi suaminya itu maqom Tajrid. Tugas ibu ibu apa di rumah..? datang duit di dapur dikelola oleh ibu rumah tangga itu sudah maqom Tajrid. Sebagai istri jangan menambah-nambah usaha, kalau sudah dicukupi. ِ ‫االمةِاالقمةِالبِالتجريد‬



Alaamatul iqomatil labittajrid Alamat, Allah menempatkan dia di maqom Tajrid maqom yang tidak memerlukan usaha, Pertama ِ ‫يسرلكِالكفايه‬



Yassaralakal kifayah Allah mudahkan bagi engkau kecukupan, selama ini kita tidak berusaha apa apa, berdagang apa tidak, ikut saham di mana tidak ada, tapi selalu cukup. Makan, pakaian, apa-apa cukup aja datangnya. Ini tanda Allah menyuruh kita seperti ini saja tidak usah berusaha. Yang kedua ِ ‫جعلِنفسكِمتمئنةِعندِادمِاصله‬



Jangala nafsaka mutmainnatan nginda adami ushuliha Allah jadikan diri engkau tentram, tenang, ketika ketiadaannya, tidak ada uang, tidak ada makanan, tenang, sabar, tidak perlu keluh kasah, Allah jadikan hatinya seperti itu, Yang ketiga ِ ‫ادمعتمكِلمِفىِايتنص‬



Adamuktamak lima fi aitinnash Tidak ada tama’ kepada milik orang lain, tidak ada keinginan diberi iuran, tidak ada keinginan di diberi pinjaman, tidak ada. Yang keempat ِ ‫سفاءِوكتكِعلىِاستغلِبإبدةللاِتعل‬



Safaaul waktika alal istighol biibadatillahi ta’ala Bersihnya waktu engkau sibuknya beribadah. Kita hari ini sibuk penuh dengan ibadah. Belajar, mengajar, beribadah, dzikir, alqur’an, apa-apa sibuknya untuk ibadah. Ekonomi cukup, walaupun keadaaan tidak cukup, hati tidak gelisah juga, tenang. ini artinya kita direstui Allah demikian. Jangan handak sedikitpun membuka usaha. Jangan handak sedikitpun bersaham di mana-mana. Ini sudah tenang. Allah sudah meridhoi, Allah sudah merestui kita duduk di situ. ‫اذاوجدِمادكرِلينتحلِالىِبأمرِشيحهِاوبشرةِواحدةِكتأزِرمذكرِمنِقلِوجه‬



Bila sudah orang itu mendapatkan yang disebutkan tadi, kecukupannya mudah, dirinya tenang apabila tidak punya uang, dirinya tidak tamak dengan apa yang dimiliki orang, waktu penuh beribadah berisi, Jangan berpindah kepada Asbab, kepada usaha, kecuali perintah guru. Atau ada isyarat yang nampak seperti udzur yang disebutkan, seperti yang tidak bisa disebutkan tadi. Dahulu pemasukan bagus, lancar, hati tenang, meski tidak punya uang, waktu penuh dengan ibadah. Sekarang macet, yang sering mengirimin tiap bulan tidak ada lagi. Tidak punya uang gelisah, ada uang gelisah. Ini artinya isyarat bahwa Allah menyuruh kita buka usaha. buka usaha ini di ridhoi tuhan, kenapa? Karena jalan keuangan yang selama ini bagus lancar sekarang macet, dan hati yang dulu nyaman, sekarang tidak nyaman hati. Nah itu isyarat bahwa Allah menyuruh buka usaha. Atau tidak bisa menggunakan waktu beribadah.



Kiriman lancar, semuanya bagus, cuman sekarang malas untuk beribadah. Suka nonton tv seharian, tidak bisa lagi beribadah, tidak bisa lagi hati membuka untuk beribadah, membaca al qur’an, nanti warung duduk seharian ngopi di sana. Dahulu padahal suka beribadah, sekarang hati berganti dengan demikian. Nah ini pertanda Allah menyuruh buka usaha saja, supaya ada kesibukan daripada menonton tv, ngomongin orang di warung, lebih baik membuka usaha. Nah jadi itulah sekilas tentang pengertian apa yang dikehendaki oleh imam ahmad ibni athoiyyah ِ‫ِوارادتكِاالسبابِمعِاقمةِللاِفىِالتجريد‬،‫ارادتكِالتجريدِمعِاقامةِللاِاياكِفىِاالسبابِمنِالشهوةِالخفية‬ ِ‫انحطاطِعنِالهمةِالعلية‬



Menghendakinya engkau akan tajrid padahal Allah menempatkan engkau pada asbab, maka itu adalah merupakan keinginan jahat yang tersembunyi. Dan menghendakinya engkau akan asbab padahal Allah menempatkan engkau di maqom Tajrid itu berarti turun tingkat turun dari pada himmah yang tinggi. Nah jadi artinya, supaya kita mengoreksi diri kita untuk bisa mengikuti petunjuk hikmah ini. Ilmu ini sama dengan senjata. Sama dengan senjata, senjata macam macam, senapan, pistol, pedang, mandau. Ilmu seperti itu juga, jadi ilmu ini artinya kita dapat pistol, tapi pistol ini mau di pakai untuk apa? Punya pedang di rumah, keris, tumbak, penuh rumah dengan senjata, memainkannya tidak bias, buat apa? Ilmu itu bermanfaat jikalau kita berhadapan dengan masalah. Kita bicara sabar, nyaman, pas sakit ketahuan sabar tidaknya. Sabar sakit, sabar musibah, dan semuanya. Jadi Hikmah ini adalah untuk menjadikan petunjuk, jadikan jalan untuk diri kita. Apakah kita selama ini sudah duduk yang direstui oleh Allah? Apabila belum jangan diam saja, pindah. Cari tempat yang dimana Allah restu, ridho kepada kita.



Hikmah 3 ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬ ِ‫اِلحِمِدِِللِِالذىِجمعناِفىِروضةِمنِريدِالجنهِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوحدهِالشريكِلهِواشهدِانِسيدناِمحمدًا‬ ِ‫عبدهِورسولهِولنبيِبعدهِاللهمِصليِوسلمِوباركِعلىِسيدناِمحمدِابىِزهرهِفاتمهِوعلىِألهِوصحبه‬ ِ ِ‫وطريتهِواتبئهِالىِيومِالقيامهِامابعد‬



Yang kita hormati dan kita cintai para habait dan para alim ulama, para Muhibbin hadirin hadirot Rakhimakumullah, Alhamdulillah wa Syukurillah kita panjatkan kehadirat Allah yang telah mengumpulkan kita di tempat ini, di tempat yang disebut oleh Rasulullah SAW Raudatun bin riyadatul Jannah, satu taman dari taman taman syurga. Kita berharap memohon kepada Allah agar selalu di kumpulkan dalam kebaikan dan taqwa sampai akhir hayat kita. Aamiin yaa Rabbal ‘alamin. Sholawat dan salam kita haturkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW, dan kepada seluruh keluarga, para sahabat, durriyyat, dan pengikut beliau sampai hari kiamat nanti. Para Muhibbin Rakhimakumullah. ِ ِ‫ِقالِامامِاحمدِابنِالعطاءللاِالشكندريِرحمهِللاِوعنفعِبعلمه‬.‫الحمةِالثلسهِمنِالحكمِبالعطاءللا‬



Hikmah yang ketiga dari pada al-Hikam al Athaillah. berkata al-Imam Ahmad bin Athaillah ِ ِ‫سوابقِالهممِالتخرقِأسوارِاألقدار‬



Artinya : keinginan-keinginan yang cepat, himmah-himmah yang kencang, tidak akan bisa menembus pagar takdir Allah SWT. Bagaimanapun keinginan kita, kuat dan kencangnya itu keinginan kita, tidak akan bisa merobek atau menembus pagar takdir Allah SWT.



Para Muhibbin Rakhimakumullah, syawabiqul Imam itu bisa dimaksudkan dengan quwwatul azzimah, artinya kekuatan cita-cita. Kekuatan keinginan yang ada di dalam hati kita, kita ada mempunyai cita-cita, ada mempunyai keinginan, keinginan kita itu ada lemah, ada kuat. Kalaulah lemah keinginan kita, habis hanya sampai keinginan itu. tidak terlalu ingin, ingin tapi cuman sebatas ingin saja nah itu namanya keinginannya lemah. Nah, keinginan yang kuat disebut dengan keinginan quwwatul azziimah, keinginan yang kuat dalam diri kita itu menimbulkan beberapa perkara. 1. Al kasbu. (usaha) Kita sangat ingin, sangat menginginkan sesuatu, kita sangat ingin menjadi orang kaya, sangat ingin jadi orang alim, sangat ingin menjadi orang sholeh, lalu dari keinginan kehendak yang kuat itu timbulah usaha. Bagi yang ingin kaya lalu dia sungguh-sungguh berusaha mencari rizki, bagi yang keinginannya kuat ingin menjadi orang alim berusaha sungguh-sungguh mengaji kesana kemari, memperbanyak ilmu. Bagi orang yang mempunyai keinginan kuat ingin menjadi orang sholeh, macam-macam amalan diamalkannya, qur’an, tahajud, sholawat, macam-macam supaya jadi orang sholeh. Nah itu namanya adalah usaha yang timbul dari keinginan yang kuat. 2. Keinginan yang kuat dalam diri kita itu bisa menimbulkan juga do’a, keinginan ini luar biasa dalam hati menggebu-gebu, akhirnya berdo’a kepada tuhan, ya Allah hamba menjadi seperti ini, hamba ingin jadi orang ini lah, hamba handak jadi orang itu lah, kenapa mereka berdoa? Kerena mereka tidak tahan lagi menyandang keinginan di dalam diri mereka, tidak tehan lagi sampai meminta kepada Allah SWT, lalu dia berdoa. 3. Nah yang ketiga dari keinginan yang kuat itu timbul sesuatu yang timbul namanya tawajjuh. Tawajjuh ini apabila dari orang sholeh namanya Keramat, bila dari orang pasik namanya istrijad.



Orang jaman dulu batu, namun karena keinginan yang kuat di dalam hatinya, batu itu ditawajudkan menjadi emas. Jadi emas batu itu. Duit bisa jadi daun. Daun di ambilnya, keinginan yang kuat didalam hati supaya daun ini menjadi duit, lalu tawajjudnya luar biasa kepada itu, daun di buka jadi duit. Apabila orang sholeh namanya keramat, apabila itu orang-orang fasik namanya istridat. Orang dahulu ambil tunas kelapa lalu di tawajuhnya jadi buaya. Kenapa jadi buaya, kan tunas kelapa, karena ini orang mempunyai keinginan kuat di dalam hatinya supaya jadi buaya, lalu timbul tawajjuh yang kuat jadi buaya. Nah jadi tiga macam itu, usaha, doa atau tawajjuh itu, itu berasal dari kekuatan cita-cita di dalam hati kita. maka kekuatan cita-cita di dalam hati kita yang menimbulkan usaha, atau menimbulkan do’a, atau menimbulkan tawaajjuh tadi, ِ‫التخرقِأسوارِاألقدار‬



Semuanya itu kagak akan berhasil apabila berlawanan dengan takdir Allah, bilamana berlawanan dengan takdir Allah. cita-citanya kuat ingin jadi orang kaya, lalu dia berusaha, macam-macam membuka usaha, kalau takdirnya orang ini jadi miskin, usahanya selalu gagal. Seperti apa saja kuatnya keinginan kita, seperti apa saja usaha kita itu banyaknya tidak akan bisa menembus pagar takdir Allah. Kalau sudah kita ditakdirkan jadi orang miskin, tidak bisa. usaha apa saja yang di jalankan tidak mau cocok, tidak mau berhasil, siang malam buka usaha macammacam cabang usaha, sangat ingin menjadi orang kaya, tidak bisa kalau tidak didukung, diperintah, disesuaikan dengan takdir Allah SWT. Nah itu salah satu maksud tadi. Do’a, cita-cita yang kuat di dalam hati, akhirnya berdo’a, do’anya sangat panjang,sampai menangis pula, tapi kalau takdir tidak mendukung, do’a



tidak akan jadi apa-apa. Do’a tidak akan diterima, do’a tidak akan berhasil, apabila berlawanan dengan takdir Allah. Kita di takdirkan sakit, semalaman kita berdo’a supaya sehat, tidak akan dikabulkan itu do’a, karena takdir sudah berdahulu, sebelum kita berdo’a sudah ada takdir kita sakit. Jadi do’a seperti apapun hebatnya walaupun do’a dari nabi, do’a dari wali, ismul a’dhom macam-macam dibaca, tidak mau berhasil, kalau itu sudah bertentangan dengan takdir Allah. Bagaimanapun hebatnya, kencangnya, tidak akan mampu menembus pagar takdir Allah. Nah tawajjuh seperti itu juga, seperti apapun orang mentawajjuhkan sesuatu, menggiling batu berjam-jam tidak akan menjadi emas, kalau takdirnya tidak ada. Kalau memang takdirnya jadi, di pegang saja itu batu itu ditawajjuh jadi emas. Jadi usaha, do’a, tawajjuh ِ ‫اليعسرِكلِمنها‬



Laa yahsuru kullu minha Tidaklah berhasil seluruhnya itu ِ ِ‫اذاعردِاألقدار‬



Idzaaarda aqdar bila bertentangan dengan takdir Allah SWT Karena apa? Usaha, do’a, tawajjuh tadi tidak berhasil bila berlawanan dengan takdir ِ ‫لئنِمنِجملةِاالصباب‬



Liannahaa min jumlatil asbab



Karena Itu usaha, do’a, tawajuh termasuk bagian dari asbab. Bagian dari sebab. ِ ‫واالصبابِالِتعسر‬



Wal asbab laatuasysyir Asbab itu tidak memberi bekas. Do’a misal, kita berdo’a, Kabul, namanya saja itu Kabul, kisahnya Kabul, padahal memang takdir tuhan. Memang takdir tuhan, kalau asbab itu tidak memberi bekas apa apa, apakah itu do’a, itu usaha, ataupun tawajjuh, namanya saja sebab, dan sebab itu kagak memberi bekas, pas berdo’a aja Kabul, bukan karena do’a nya, tapi takdir sudah menunggu duluan, takdir sudah duluan menunggui, kalau akhirnya do’a yang Kabul, Padahal tidak, do’a itu bagian dari sebab. ‫واالصبابِالِتعسر‬



Sebab itu tidak memberi bekas. Kalau sebab itu tidak memberi bekas, lalu apa gunanya? Dari satu sisi atau beberapa sisi, sebab itu bisa dicontohkan dengan Khadam, ِ ِ‫الصبابِخدمِاألقدار‬



Asshabab khodamul aqdar Sebab itu adalah merupakan pembantu takdir, sebab itu pembantunya takdir. Yang namanya pembantu itu apalah kekuatannya, Pembantu tidak punya kekuatan, apabila disuruh ini dekerjakan ini, disuruh itu dikerjakan itu. Namanya juga pembantu. nah Assabab itu ahdamul ahdar, khadamnya takdir, dan namanya khadamm ini di bayar bila baik di ganjar pahala, bila jahat di ganjar dosa. Nah jadi itulah adanya sebab ini hanya untuk menimbulkan ganjaran. Kalau mempengaruhi, sebab



tidak ada sama sekali. Tidak bisa mempengaruhi apa-apa, Cuma hanya menerima upah menerima ganjaran. Para Muhibbin Rakhimakumullah. ِ ‫فمنقتكِدكئنِاالصبابِتأشرِفهوِكافر‬



Famaniktaka dakaanna ashbab tuasysyir wahua kaafir Siapa yang mengi’ktikatkan dalam hati bahwa asbab itu memberi bekas, maka dia kafir. mengiktikadkan di dalam hati artinya meyakini, bahwa sebab itu memberi bekas. Maka dia kafir. Setelah aku doakan kamu jadi gila, sampai hatinya seperti itu setelah aku doakan kamu jadi gila. Seperti do’a itu membuat dia gila sampai dalam hatinya meyakini ini gara-gara do’a nya dia jadi gila. Nah ini kafir, karena menganggap do’a itu memberi bekas, padahal do’a bagian dari pada sebab. ‫فمنقتكِدكئنِاالصبابِتأشرِبكوةِجعلهِللاِفيهاِفهوِفاسق‬



Wamaniktakal dakaanna ashbab tuasysyiru bukuwwatin ja’alah allah fiiha fahuwa fasiq Barang siapa yang mengiktikadkan di dalam hati bahwa sebab itu memberi bekas dengan kekuatan yang dijadikan Allah padanya maka dia orang fasiq. katanya sebab itu tidak memberi bekas. Cuma di dalam sebab itu ada kekuatan yang di berikan Allah, akhirnya memberi bekas, nah ini fasiq. Contohnya lagi pisau. Pisau itu tidak melukai, tetapi karena di pisau itu ada kekuatan yang diletakkan Allah. Lalu pisau itu jadi melukai, nah ini orang fasiq namanya, kalau iktikad seperti itu. ‫فمنقتكِدكئنِاالصبابِالِتأشرِومئسرِوللاِوهدهِلكنمتوِوجددِوجدةِالمصببةِفهوِجهل‬



Wamaniktakal dakaanna ashbab laa tuasysyiru walmu’asysyiru wallaahu wahdah lakinmatau wujidad wujidatil musabbabat fahuwa jahil



Dan siapa yang menghakikatkan bahwa sebab itu tidak memberi bekas yang memberi bekas itu hanyalah Allah semata, tetapi apabila ada sebab maka ada musabab maka itu namanya orang jahil. katanya sebab itu tidak memberi bekas, yang memberi bekas itu Allah Wahdah, Allah semata, tetapi apabila ada sebab maka ada musabab, nah ini orang jahil namanya. Api, api itu tidak membakar, yang membakar itu adalah Allah, kalau api itu tidak memberi bekas, yang memberi bekas itu Allah. Tetapi bila terkena api pasti meleleh nahh itu orang jahil namanya. Ini orang jahil. Ada orang yang di bakar api tidak terbakar?? Nabi Ibrahim contohnya, ini menunjukkan bahwa ada sebab belum tentu ada musabab. ‫فمنقتكِدكئنِاالصبابِالِتأشرِومئسرِوللاِوهدهِوجددِاالصبابِاليلجمِوجودِالمصبابِفهوِموحد‬



Wamaniktakal dakaanna ashbab laa tuasysyiru walmu’asysyiru wallaahu wahdah wujudus sabab layulajjimu wujudal musabbab fahuwa muwakhhid Siapa yang menghakikatkan didalam hatinya bahwa sebab itu tidak memberi bekas, yang memberi bekas itu hanyalah Allah semata, adanya sebab belum tentu adanya musabab, maka itulah orang yang bertauhid sebenarnya. Itulah orang yang bertauhid sebenarnya. Yang memberi bekas itu adalah Allah, sebab tidak memberi bekas, oleh karena itu adanya sebab belum tentu adanya musabab, terkena api belum tentu terbakar, terkena pisau belum tentu luka, karena itu tidak memberi bekas, yang memberi bekas adalah Allah SWT. Para Muhibbin Rakhimakumullah… Jadi termasuk diantara sebab tadi adalah alkasbu (usaha), usaha itu sebab, yang kedua do’a, do’a itu sebab. Yang ketiga Tawajjuh, tawajjuh itu pun namanya sebab. Oleh karena itu banyak usaha kita yang tidak berhasil, banyak do’a kita yang



tidak terwujud, banyak tawajjuh orang-orang yang gagal, kenapa? Karena bertentangan, tidak didukung oleh Takdir Allah SWT. Nah, di dalam masalah usaha tadi, manusia terbagi 4 (empat) golongan (dalam usaha), yang pertama. ِ ‫منِيرالرجقِمنِللاِتعلِومنِالكسب‬



Maiyarol rizqon minallaah ta’ala waminal kasbi Ada orang yang melihat atau meyakini rizki itu dari Allah dan dari usaha, hanya meyakini rizki itu dari Allah dan dari usaha. Gabungan dua itu datanglah rizki, fahuwa musyrik, maka ini orang namanya musyrik, menyekutukan Allah. Benar saja kalau rejeki datang dari pada Allah, kalau tidak berusaha darimana datang duit, nah itu orang musyrik. Tidak boleh diitikadkan dalam hati, kan rezeki dari pada tuhan, kalau tidak buka toko, darimana datang duit? Jadi orang tua sering menasehati anak sudah tau salah nih orangnya, nasehat yang salah, anak dibelajari syirik. Yang kedua ‫منِيرالرجقِمنِللاِتعلِواليدرهِاويقدرهِاملِفهوِسكنِمنافق‬



Maiyarol rizqon minallaah ta’ala walaa yadrihi auyuqoddihi amla fahuwa sakkun munafiq Orang yang melihat atau meyakini riski dari Allah, tidak ada yang lain riski dari Allah, cuman tidak ada yang tahu, aku nie diberi tuhan apa tidak? Benar saja kalau riziki dari Allah, cuman aku ini dapat jatah? Apa tidak dapat? Ini orang munafiq namanya. Yang ketiga ‫منِيرالرجقِمنِللاِواليئالدالحقهِاويكسلهِازلِالكسبِفهوِفاسق‬



Maiyarol rizqon minallaah walayuaddi haqqoh auyaksillaahi azlil kasbi fahuwa fasiq Orang yang mengiktikadkan bahwa rizki itu semata-mata dari Allah, tetapi dia tidak menunaikan hak-hak hartanya, atau dia maksiat kepada Allah karena menjalankan usahanya, maka ini namanya orang fasiq. Benar saja kalau rezeki dari Allah, bukan dari yang lain-lain, tetapi usahanya lama-lama jadi haram mau dikerjakan juga, halal mau juga, berdusta mau juga, zakat memotong mau juga, nah ini orang fasiq namanya. Yang ke empat ‫منِيرالرجقِمنِللاِوحدهِوأخرجِحقهِوالِيكسلهِلئزلِالكسبِفهوِالمكمينِالمقلص‬



Maiyarol rizqon minallaah wahdah waakhroja khaqqohu wala yaksillahi li azlil kasbi fahuwa mukminul mukhlis Orang yang mengiktikadkan bahwa rezeki dari Allah semata, dan dia mengeluarkan haknya, dan dia tidak maksiat kepada Allah, karena usahanya, maka itulah orang mukmin yang muhlis yang murni namanya. Para muhibbin Rakhimakumullah… Rosulullah SAW bersabda beliau mengkabarkan tentang iman, ِ ‫ِوملئكتهِوكتبهِورسولهِوبااليومِاالخرِوباالقدر‬،‫انتؤمنِباللا‬



kata nabi, Iman itu adalah kamu beriman dengan Allah, Allah mempunyai 20 sifat yang wajib, 20 sifat yang mustahil, satu yang harus, yang kedua beriman kepada Malaikat, malaikat itu makhluk Allah yang suci yang diciptakan Allah jumlahnya hanya Allah yang tau jumlahnya berapa, kita hanya wajib tau hanya 10. Wajib beriman dengan kitabkitab Allah, kitab yang diutus kedunia banyak, kita wajib tau empat. Dan Rosul-rosul Allah, kita wajib beriman Rosul Allah banyak, cuman kita



wajib tau 25 orang. Dan beriman dengan hari kiamat, dan engkau beriman dengan takdir, ِ ‫خيىرهِوسره‬



baik itu takdir kebaikan ataupun takdir jahat.



Kita wajib beriman bahwa semuanya itu adalah ditakdirkan oleh Allah SWT. Oleh para ulama dijelaskan bahwa kita beriman dengan takdir itu mengandung 4 (empat) hal, yang pertama a. Pertama ِ ‫يجيبِعليكِانتئمنِانلوكِعليشئِتبكِعلىِلىِالمِللاِازلِبه‬



Yajiibu alaika antukmina annalwuku alasysyia tabkan alaa li ilmillaahi ajali biha Wajib atas engkau bahwa engkau beriman bahwa terjadinya sesuatu itu sesuai dengan ilmu Allah yang azzali. Apakah itu kejadian baik diri kita, baik orang lain, baik alam semesta, apapun kejadian ini itu sesuai apa yang diketahui Allah, sesuai apa yang diputuskan oleh Allah pada masa azzali. Sedikitpun tidak ada sesuatu yang tidak sepengetahuan Allah. Wajib engkau beriman bahwa terjadinya sesuatu itu sesuai dengan ilmunya Allah. b. Yang kedua ِ ‫يجيبِعليكِاىتئمنِانهِتعلِحلقِعلىِعبادِكلهاِمنِخيرِوِشرِوِامانِوِكفر‬



Yajiibu alaika antukmina annahu ta’ala kholaqo alal ibadd kullahaa min khairin wa syarrin wa imaanu wa kufrin Wajib atas engkau beriman bahwa Allah ta’ala itulah yang menciptakan perbuatan hamba seluruhnya baik, jahat, iman dan kafir. Iman, kafir, baik, jahat itu semuanya adalah ciptaan Allah. Kita wajib di dalam hati mengiktikadkan itu.



Allah menciptakan kebaikan dan kejahatan, untung orang yang diciptakan Allah untuk kebaikan. Allah ada membuat surga, Allah ada membuat neraka, kedua duanya dibuat Tuhan. Allah menciptakan manusia, ada yang diciptanya untuk menghuni surga, ada yang dicipta untuk penghuni neraka. Beruntung orang yang diciptakan untuk kebaikan. Sembahyang mudah, beribadah mudah, menuntut ilmu lancar, yang haram-haram mudah menjauhi, ini beruntung orang seperti ini, karena diciptakan Tuhan untuk kebaikan. c. Yang ketiga ِ ‫يجيبِعليكِانتئمنِانماِقدرهِللاِبعجلهِالبدِمنِافوئهِوماالِيقدرهِاليستكلِكلهم‬



Yajiibu alaika antukmina annamaa qodarahullah bi ajalihi laa buda min ufuuihi wama laa yuqodiruhu laa yastakillu kuluhum Wajib engkau beriman bahwa sesuatu yang ditakdirkan Allah itu pasti terjadi, dan yang tidak ditakdirkan Allah mustahil terjadi. Itu yang ketiga yang wajib kita percayai, yang wajib kita iktikadkan didalam hati kita bahwa apa yang ditakdirkan Allah itu pasti terjadi, apa yang ditakdirkan Allah itu punya kita, apa yang ditakdirkan Allah itu jatah kita, mau tidak mau pasti mendatangi kita. Jika kita tidak mau mandatangi, dia yang akan mendatangi. Ada orang fakir yang datang kepada Rasulullah SAW. diberi kurma oleh nabi, ini kurma punya kamu, jika kamu tidak datang kurmanya yang datang ke rumahmu, karena kurma ini punya kamu. Jika sesuatu yang ditakdirkan Tuhan itu bukan punya kita, mustahil jadi milik kita. Sampai apapun usaha kita bila bukan takdir kita mau bagaimana, kalau memang punya kita walau tidak meminta pun pasti diberikan. Yang sulit itu meminta yang bukan punya/takdir kita, tidak akan pernah kabul doa kita itu. Jadi wajib kita beriman. Rosulullah SAW menasehati kita, khususnya menasehati orang-orang yang tamak, orang-orang yang didalam hatinya menggebu gebu mengepung dunia, kata nabi.



Artinya : Elok-eloklah mencari rezeki itu, baik-baik mencari rezeki itu. Karena bila punya kamu pasti akan menjadi milikmu juga, Jadi mencari yang benar, halal, aturan agama turuti itu, karena kalau itu milik kamu, pasti sampai kepadamu. Do’a sayyidina Ali r.a. Do’a yang sangat pendek, tapi mantap, Artinya : Yaa Allah. palingkan hatiku,dari sesuatu yang telah kau palingkan dia padaku. sesuatu yang memang bukan milikku. Jika memang sesuati itu bukan jatah kita jangan ada keinginan hati ini untuk memilikinya. d. Yang keempat ِ ‫يجيبِعليكِرضاةِمقدرللاِومقبتهِومعرف‬



Yajiibu alaika ridhooti maqodarallahu wamuqobatuhu wamakruf Wajib atas engkau ridho’ dengan yang ditakdirkan Allah dan membetulinya, menyikapinya dengan sesuatu yang dituntut. Karena kita setiap hari itu dihujani oleh takdir. Tidak ada henti-hentinya. Sedetikpun tidak lepas dari takdir. Dan takdir yang kita terima dari Allah ini tidak lepas dari empat macam, yang pertama nikmat, ada yang lepas dari nikmat sehari hari? Yang kedua bala, setiap hari kita mesti menerima bala, yang ketiga ta’at, ta’at kepada Allah, yang keempat maksiat. Nah ini takdir Allah yang selalu datang pada kita. Kita ditakdirkan dapat nikmat? Dapat bala? Ditakdirkan bisa melakukan ta’at? Ditakdirkan melakukan maksiat. Nah kita wajib ridho, dan menyikapinya dengan sesuatu yang dituntut. Kita hari ini dapat nikmat dari Allah, karena takdirnya demikian, kita wajib ridho. membetulinya adalah syukur. karena kita yang dituntut Allah kita membetuli nikmat yang diterima. Takdir nikmat ini selalu hadir pada kita, jadi syukur.



Yang kedua bala, bala itu selalu ada, wajib kita ridho dengan bala itu, dan menyikapinya dengan sabar. jadi sabar ini wajib juga setiap hari kita lakukan. Yang ketiga ta’at, kita melakukan ta’at, kita ridho, ditakdirkan Allah melakukan ta’at, dan kita wajib dzikkru minnah. kita wajib mengingat jasa Allah. Nikmat Allah, pemberian Allah, pertolongan Allah pada kita. Jadi kita berbuat ta’at itu yang kita ingat apa? Taufiq Allah. karena taufiq Allah kita mampu berbuat ta’at ini. Ta’at ada dzikru minallah. mengingat bahwa kita ini mampu berbuat ta’at ini karena ditolong Allah, dibantu Allah, diberi taufiq oleh Allah. Yang keempat maksiat, kita ditakdirkan hari ini maksiat, kita ridho dengan takdir itu, menyikapinya dengan kembali dan taubat kepada Allah bersegera. Jadi empat hal itu termasuk dalam kandungan antuqminna bahwa kamu beriman dengan takdir baik yang baik maupun jahat. Para Muhibbin Rakhimakumullah… kalau kita beriman dengan takdir, iman kita dengan takdir ini, asalkan benar-benar, akan membuahkan banyak manfaat, membuahkan banyak buahnya, oleh para ulama di sebutkan ِ ِ‫سمرةِامنِبالقدر‬



Samaratul iman bil qodar Buah iman dengan takdir itu pertama pertama tenang, hidup tenang, hatinya tidak gelisah, apalagi stress, orang stress banyak pikiran itu orang tidak beriman dengan takdir, padahal orang yang beriman dengan takdir ini hidupnya akan tenang. Yang kedua attawaqqul, orang yang beriman dengan takdir, hidupnya penuh tawakkal kepada Allah. Yang ketiga ada multaufiq al khairillah, Tidak mau mencela, tidak mau membenci dengan makhluk Allah.



Annas bin Malik berkata, aku sepuluh tahun berqodam dengan Rasulullah SAW tidak pernah nabi itu membenci aku, “kenapa kamu seperti itu kan aku suruh jangan” tidak pernah nabi berkata “kenapa kamu seperti itu kan aku larang” Kalau kita beriman dengan takdir, tidak ada istilah membenci/menyalahkan makhluk Allah. Yang keempat, buah kita beriman kepada takdir adalah ِ ‫اغلببابِالسيطانِولو‬



Ighloobubaabis syaithon walau Mengunci, menutup pintu syaitan, syaitan ini suka membisiki hati kita dengan jikalau, andaikata, umpama, itu syaitan. Kalau kita percaya dengan takdir, pintu itu tertutup. Nabi pun melarang, jangan diucapkan itu lau lau jikalau-jikalau itu, karena itu membuka ruang bagi syaitan untuk masuk dalam hati kita. Rasulullah SAW bersabda



Jikalau bahwa bagi salah seorang mereka itu seperti gunung uhud emas, disumbangkannya emas itu. Allah tak akan menerima sumbangan itu, sebelum dia beriman dengan takdir. Kesimpulan dari pada yang disampaikan oleh al_imam ibni athoiyyah dalam hikmah ke 3 ini bahwasanya himmah yang cepat, atau kuatnya cita-cita seseorang tidak akan bisa merobek takdir. Bagaimanapun usaha kita, bagaimanapun do’a kita, bagaimanapun tawajjuh kita, tidak akan berhasil, kalau itu bertentangan dengan takdir Allah SWT. Bukan berarti beliau ini menghimbau kita untuk menjauhi sebab, bukan berarti demikian. Tetapi yang ingin beliau tekankan adalah bahwa pengembalikan sesuatu itu kepada takdir Allah SWT. Silahkan kita berusaha, silahkan kita berdo’a, silahkan kita tawajjuh, tapi unjungnya



kita mesti ingat bahwa semua itu adalah takdir dari pada Allah SWT. Nah itu maksudnya.



Hikmah yang keempat. ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬ ِ‫يِالقديرِله‬ ُّ ‫اِلحِمِدِِللِِالعليمِالخبرِالذىِدبركاءناةِبأحسنِالتكبرِِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوحدهِالشريكِالقو‬ ِ‫واشهدِانِسيدناِمحمدًاِعبدهِورسولهِوالنبيِاالخيرِاللهمِصليِوسلمِوباركِعلىِسيِدناِوحببنِمحمد‬ ِ ِ‫البسيرنظيرِوعلِىِألهِوصحبهِوطريتهِواتبئهِالىِيومِالقيامهِامابعد‬



Yang kita hormati dan kita cintai pada habait dan para ulama, para Muhibbin hadirin wal hadirot Rokhimakumullah.. Alhamdulillah was Syukurillah.. kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah.. yang telah mengumpulkan kita pada malam hari ini di majlis yang penuh berkah ini. Dan kita selalu memohon kepada Allah, agar selalu di kumpulkan dalam kebaikan dan taqwa.. Amien Ya Rabbal ‘alamin.. Sholawat dan salam kita haturkan kepada Junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, dan kepada seluruh keluarga, para sahabat, durriyyat, dan pengikut beliau. Para Muhibbin Rakhimakumullah.. ِ ‫ِقالِامامِاحمدِابنِالعطاءللاِالشكندريِرحمهِللا‬.‫الحمةِالربعهِمنِالحكمِبالعطاءللا‬



Hikmah yang keempat dari pada al-Hikam al Athaillah.. berkata Imam al-Ahmad bin Athaillah ِ‫أِرِحِِنفِسِكِِمِنِِالنِدِبِيِرِِفِمِاقِامِِبِهِِغِيِرِكِِعِنِكِِالِتِقِمِِبِهِِلِنفِسِك‬



Hikmah yang ke empat dari pada Hikam ibni Athaillah.. berkata alimam Ahmad bin Athillah rakhimakumullah.. Artinya adalah lapangkan dirimu.. dari pada Takbir.. jangan kau sibuk kan dirimu.. dengan Takbir… maka bermula sesuatu.. yang telah mengurus dengannya selain engkau dari pada engkau.. janganlah kamu ikut mengurus dengannya untuk diri engkau..



Para Muhibbin Rakhimakumullah.. disini Imam Ahmad ibni Athaillah menyampaikan satu arahan kepada kita, agar kita jangan susah payah, agar kita jangan kecewa dibelakang hari, lalu beliau mengatakan lapangkan dirimu dari pada Takbir.. Takbir itu artinya adalah ِ ‫تكديرِكسِاونِتكونِعليهِفىِالمستكبر‬



Takdiru kasu uunan takunu alaiha fil mustakbar Mereka-rekanya engkau akan perkara-perkara yang adalah engkau atas perkara itu di masa yang akan datang. Nah itu ngarannya adalah Takbir. Merancang.. Nah.. Lapangkan dirimu dengan meninggalkan merancang itu, kenapa kita di suruh jangan merancang-rancang, karena kita sudah dirancang oleh Allah SWT.. Kalau Allah sudah merancang untuk kita, buat apa kita merancang untuk diri kita. Allah sudah memprogramkan kita sedemikian rupa, mulai dahulu sampai akan datang. Kita ke ini, ke itu, ke itu.. itu sudah diproggramkan oleh Allah, sudah di takbir oleh Allah. Buat apa kita mentakbir lagi.. Hanya membikin susah, dan membuat kecewa kalau rancangan kita itu kagak terjadi atau kagak tercapai. Para Muhibbin Rakhimmakumullah.. ِ ‫اذماِيذبروِالعبدِليكونِمنهِالىِماهوِفتقبرِللاِتعلى‬



Idzma yudzabbirul ulabdu layakunu minhu illa maa huwa fakaqobbirullah ta’ala Karena sesuatu yang dirancang oleh seorang hamba, tidak akan terjadi kecuali bilamana sesuai dengan rancangan Allah SWT. Kayak apa hajat kita memprogram, kayak apa hajat kita mengolah rancangan-rancangan kerja kita, kalau itu kagak sesuai dengan apa yang sudah di rancang oleh Allah SWT maka itu kagak akan terjadi. Oleh karena itu, ujar Imam Ahmad bin Athoiyyah lapangkanlah dirimu,



dengan meninggalkan merancang itu.. Kita biasa merancang.. apa yang kita rancang itu, bisa sesuai dengan kenyataan esoknya, apabila memang sesuai apa yang dirancang oleh Allah SWT. Kalau kagak sesuai apa yang telah dirancang oleh Allah, maka rancangan yang diolah di atas kertas itu semua gagal. Para Muhibbin Rakhimakumullah.. Imam Ahmad ibni Athoiyyah menjelaskan lagi, bahwa merancang itu ada terbagi dua, Ada takbiirul mazmum, merancang yang dicela. Artinya dicela ini, siapa yang mencela? Allah.. yang mencela kita. Ada rancangan-rancangan yang dicela oleh Allah, ngarannya takbiirul mazmum. Yang kedua atTakbiirul Mahmud, rancangan yang dipuji oleh Allah. Jadi kayak apa kita merancang sesuatu, memprogram sesuatu, supaya dipuji oleh Allah. Jangan sampai kita memprogram, merancang, sesuatu yang esuk-esuk yang akan datang tetapi itu dicela oleh Allah.. nah jangan.. jangan sampai itu.. ِ ‫التبيرِمجمِكلِتبيرِيبعدكِاويهجبكِانِللاِتعل‬



Attabirul mazmum kullu tabbiirin yubngiduka auyahjubuka annillaahi ta’ala Merancang yang dicela itu adalah tiap-tiap merancang, tiap-tiap merencanakan, yang menjauhan engkau, atau mendinding engkau dari pada Allah ta’ala.. Program kita nah, bila anggaran membuat kita jauh dengan Allah atau membuat kita lupa dengan Allah, maka rancangan kita itu dicela oleh Allah ngarannya tadbirul mmazmum.. Ada beberapa keterangan contoh, yang menerangkan secara rinci tentang merancang yang dicela itu. Pertama ِ ‫تدبرِالسيئِدنياِكنِاوِدنيويِمعِالجزمِوالتسنم‬



Tadbirul sai’in diniyyan kaana au duniawiyyan mangal jazmi wal tasnim Merancang sesuatu baik sesuatu itu sifatnya keagamaan atau keduniaan beserta memastikan, ini gejala. Kita merancang sesuatu baik kita rancang itu tentang keagamaan atau keduniaan tetapi dengan memastikan, contohnya.. ini dalam hati ini,, atau dipanggilakan lawan siapa kagak jadi soal, rencana esok nih jam 8 hendak ke rumah hikam.. kayaknya jam-jam di rumah hikam. Hendak ke pasar, setiba di pasar kemudian aq makan di rumah mentua, untuk makan kayaknya hanya bulik ke rumah.. nah ini rancangan, Bila macam itu kita merancang, ini dicela oleh Allah. Padahal itu sifatnya rancangan, tapi dicela oleh Allah. Atau keagamaan. Esuk rencana habis sembahyang subuh ke tempat pengajian, kayaknya jam 8 menghilangi orang garing, jam 10 kayaknya orang pengantinan, petang hari kayaknya baca al-qur;an se Juz Juz, kayaknya ba’da asyar umpat pengajian sampai maghrib.. Nah itu rancangan keagamaan, itu dicela jua. Mengapa di cela? Karena memastikan, kagak ada Insha Allah di dalam hatinya, ketinggal Insha Allah nya.. Nah jadi artinya kita merancang dalam hati itu baik rancangan kita itu agama atau untuk dunia ujung-ujungnya mesti ada Insha Allah.. supaya jangan dicela oleh Allah.. jangan memastikan.. Nah itu contoh yang di cela. Yang kedua ‫تدبرِالسيئِدنياِكنِاوِدنيويِمعِاعتمتِبحولهِوكوته‬



Tadbirul sai’in diniyyan kaana au duniawiyyan mangal ikhtimad bikhaulih wakuwwatih Merancang sesuatu baik sifatnya keagamaan atau keduniaan serta berpegang dengan daya dan upayanya, sama tadi contohnya, esok rencana, hendak ke sini, ke sini, ke sini… Insya Allah.. masih di cela nya.. esok habis subuh hendak mengaji, menengok orang sakit, hendak



mengantar jenazah, hendak ini, ini, ini, baca qur’an… Insha Allah.. masih di cela jua… kenapa masih di cela? Karena tertinggal bi aulillah wakuwwatih, dengan daya da upaya Allah mestiny ada juga nih.. Jadi supaya jangan di ccela Allah. esuk hbz sembahyang subuh rencana mendatangi pengajian, hanyyar ke pasar, yang ini, yang itu, yang itu.. Insha Allah wabi Aulillah wa bi quwwatihi, Insha Allah jika dikehendai Allah dan dengan daya dan upaya dari Allah.. Nah itu hanyar kagak di cela. Mengapa? Karena apa karena kita peleburan kita peleburan panjang.. harian saja mesti ada Insha Allah di dalam hati itu dan bi aulillah wa bi quwwatihi, dengan daya dan upaya. Karena kalau kita meninggal dari daya dan upaya Allah itu, kita terhijab, terdinding dari Allah, ngarannya lupa lawan tuhan. Padahal kita kadang-kadang membawa laa khaula walaa quwwata illa billah.. tapi nyatanya kita dalam prakteknya kagak ada laa khaula.. jadi tidak boleh ditinggal laa khaula walaa quwwata illa billah itu dalam prakteknya. Jadi Insha Allah wabi aulillah wa bi quwwatih. Insha Allah jika menghendaki Allah.. dan dengan daya dan upaya dari Allah.. Yang ketiga, contohnya ‫تدبرِالسيئِدنياِكنِاوِدنيويِمعِالطئياهِواجبة‬



Tadbirul sai’in diniyyan kaana au duniawiyyan mangal thoiyyahi waajibat Merancang sesuatu baik sifatnya keagamaan atau keduniaan beserta menyia-nyiakan kewajiban, asyik merancang… memprogram.. orang dhuhur.. gak tau lagi dhuhhur.. asyik lawan rancangan ini nah.. akhirnya tertinggal kewajiban.. Nah ini jelas dicela oleh Allah… rapat saja.. rapat tu artinya rapat takdir..merancang.. baik rapat keagamaan, panitia masjid, atau rapat kemaksiatan panitia kagak mau rugi misalnya.. atau rapat apa? Apalagi rapat maksiat, rapat nan keagamaan, asyik rapat



kagak tau lagi di waktu sembahyang… Nah ini rapat yang dicela oleh Allah.. karena menyia-nyiakkan kewajiban. Yang keempat ‫تدبرِالسيئِمنِالدنيِلدنيِكلِاشتقثرِاواالشتقحر‬



Tadbirul sai’in minad duniya liddunya kal istiksar awil istibkhar Merancang sesuatu dari dunia untuk dunia.. kayak apa merancang dunia untuk dunia.. seperti memperbanyak harta, atau bermegah dengan harta, jadi memikirkan cara supaya banyak duit, hendak memperbanyak harta, atau hendak dagang dengan harta, dirancangnya.. ini mau dijual laku sekian juta.. kujual itu sekiat juta.. kujual ini sekian juta.. ini ngarannya rancangan yang dicela. Mengumpul dunia untuk dunia.. Yang kelima ‫تدبرِالسيئِمنِالدنيِلدنيِحللنِاستنتقبهِمعِالغفلةِاالنِللاِتعل‬



Tadbirul sai’in minad dunya khalalin istintaqbiha mangal ghoflatil anillaahi ta’ala Merancang sesuatu dari pada dunia yang halal, untuk bersenang senang dengannya serta lupa dari pada Allah ta’ala, merancang rancang, kita ini esuk masak ini, makan ini, minum ini, yang nyaman-nyaman habiz di situ perkaranya, lupa dengan Allah.. Nah ini rancangan yang dicela. Karena ini terdinding, terlupakan Allah SWT. Yang keenam ِ ‫اتدبرالبتكسرِبمكشيةِحتىِمعِالري‬



Attadbirul bitaksirin bimaksiatin khatta ma’ar riya’ Merancang untuk menghasilkan suatu maksiat, seperti ta’at beserta riya’, ini merancang suatu ibadah, nan supaya di puji orang, kayak apa nih



caranya, aku ini beribadah supaya di puji orang.. kayak apa nih caranya aku nih Imam, supaya di puji orang.. kayak apa nih aku ini adzan, supaya di puji orang.. kayak apa nih aku menyampaikan ilmu, supaya di puji orang… di rancang lah semua.. kayak ini, kayak itu.. supaya ini di puji oleh orang.. Nah ini rancangan maksiat… Rancangan yang dicela. Kenapa? Karena nan ibadah yang sifatnya dipuji.. oleh selain Allah.. itu ngarannya adalah riya’. Nah.. di atur.. di tata supaya apa penyampaian bagus… yaa lagu ini iramanya bagus.. biar di puji orang.. Nah ini takdirul mazmum.. rancangan yang dicela ngarannya. ِ‫فإنِللاِتفظلِعليكِبلعقلِوهوِافظلِممنِبعلىِعبادهِفصرفِنكمةِاقلِالىِالتبيريِمجممِكفرانِلنكمةِاالكل‬ ِ‫فلتسرفِاالكلِالذىِمنِانِللاِعليكِباالتدبرِالمجممِفتكونِكافىرنِالنكمةِاالقلِغيرِالشكرنِلهاِقالِتعال‬ ِ ‫لئنِشكرتمِألزيدنكمِولئنِكفرتمِانِعذابِلشديد‬



Bahwasanya Allah memberikan anugerah kepada engkau dengan akal, akal itu merupakan termasuk yang paling afdhol pemberian Allah kepada kita, akal lebih berharga dari mata, telinga, dan lainnya. Menggunakan nikmat akal untuk merancang yang dicela, itu ngarannya kufur dengan nikmat akal. Kafir nikmat ini.. kafir nikmat akal.. Janganlah kau gunakan akal engkau yang diberikan Allah atas engkau itu pada merancang yang dicela maka jadilah engkau kafir bagi nikmat akal tidak bersyukur baginya. Allah berfirman, Siapa yang bersyukur aku tambah kalian, dan siapa yang kufur bahwa azabku sangat pedih. Jadi ini kita menggunakan akal… kan merancang itu menggunakan akal, sedangkan akal ini nikmat tuhan lawan kita. Kayak apa orang itu buasnya, gagahnya, putingnya lengkap, tapi kagak ada akal, berharga gak? Sekalinya akal ini digunakan untuk merancang yang tercela, itu ngarannya kagak mensyukuri nikmat. Padahal kagak mensyukuri nikmat itu adalah mengundang azab Allah. Apa azab Allah yang nyata diterima oleh orang orang yang sering kali menggunakan akal untuk merancang yang dicela tadi, Allah mengurangi kwalitas akal. Kwalitas akal menurun.. menurun… menurun… Bila kwalitas akal ini menurun..



Berarti seseorang itu makin jauh dengan surga… makin dekat dengan neraka.. kwalitas akal turun… turun… turunn… akhirnya hilang kwalitas akal itu. Bila kwalitas akal itu sudah menipis.. maka orang ini tidak segan lagi melakukan apa yang diharamkan oleh Allah.. kagak segan lagi melakukan apa yang dilarang oleh Allah, karena akalnya sudah kehilangan kwalitas. Itu bahayanya orang yang suka merancangrancang yang dicela oleh Allah. Para Muhibbin Rakhimakumullah… Yang kedua.. attakdirul Mahmud.. Rancangan yang dipuji.. kita merancang nih.. merancang saja berpahala.. di puji oleh Allah.. ِ ِِ‫التدبيرِالمهمدِكلِتدبيرِيكربكِالىِللاِتعال‬



Tiap-tiap rancangan yang mendekatkan engkau kepada Allah, kita merancang, merancang, merancang, yang mendekatkan kita kepada Allah, itu di puji. Secara rinci beberapa contoh Pertama, ِ‫تدبيرِادالمِامرتِبهِمنِالواجبدِوالمندبدِمعِالتفودالمعشيةِالىِللاِتعالِواإلعتمدِبحولِللاِبكوته‬



Merancang, menunaikan yang diperintah dari pada kewajiban dan yang sunnah, serta menyerahkan kehendak kepada Allah, dan berpegang dengan daya dan upaya Allah. Misalnya nih esuk Insha Allah.. ziarah ke kubur si anu.. Insha Allah wa bil aulillah wa bi quwwatih.. Nah itu di puji.. esuk.. hendak melaksanakan kewajiban, itu, ini itu, ini kewajiban esuk di rencanakan Insha Allah wa bin Aulillah wa bil quwwatih. Artinya jika sesuai kehendak Allah dan dengan daya dan upaya Allah.. Kalau kita merancang seperti itu diberi pahala oleh Allah.. Yang kedua,



ِ‫التدبيرِفىِبراةِدمهِمنِحكوتِالمحلوقِاماِوفاءنِاوِاستعللِمعِتفعدِالمكشيةِالىِللاِواإلعتمدِبحولِللا‬ ِ ِِ‫بكوته‬



Merancang, mengatur, untuk melepaskan tanggung jawab dari pada hak makhluk, ada kalanya dengan melunasi, atau minta halal. Aku nih dulu pernah mengambil harta orang, aku dulu pernah mendholim orang, aku pernah menempiling orang, aku pernah itu, lalu dirancang caranya kayak apa, menyelesaikannya, caranya kayak apa? Apakah aku harus membayar kah? Yang hutang hutang duhulu itu,, dulu aku minum disitu bayak rancak tidak bayar, hendak minum situ padahal 3 bayar 2.. Nah sekarang dirancang kayak apa membereskan nih.. Apakah kudatangi ampun nya, kerelaanlah, itu aja kah? Atau berhitung.. aku bayar cuman kagak tau lagi jumlahnya berapa, inih seratus ribu selebihnya minta kerelaan.. atau kah kayak itu caranya. Atau kayak apa caranya supaya membereskan kedholiman dahulu.. Nah jadi sudah ada keputusan Nah ini rancangan besuk yang kudatangi inih orang, yang pernah kutipu, pernah kupukuli, esuk kudatangi, keselesaikan Insha Allah wa bil aulillah wa bil quwwatih.. Nah ini berpahala, ini rancangan yang dipuji Allah.. Yang ketiga, contohnya ‫التدبيرِالحكمِللهواِباالشئطانِواإلعتمدِبحولِللاِبكوته‬



Merancang, mengatur, untuk melumpuhkan hawa nafsu dan syaitan. Hawa nafsu itu ada dalam diri kita, ini kalau kagak dirancang supaya dikalahkan, kita akan dikalahkannya. Nah kayak apa caranya kita melawan hawa nafsu ini supaya bisa dibawah kendali kita, jangan sampai kita dikendalikan oleh hawa nafsu. Orang-orang yang terjerat masalah hutang, orang-orang yang didalam penjara, orang-orang yang sengsara.. itu umumnya akibat dikendalikan hawa nafsu. Banyak yang menyerah, kebanyakan hutang, akibat apa? Akibat dahulu dikendalikan hawa nafsu, akhirnya hutang sini, hutang sini, kagak lagi dibayar.. Lalu



hendak di atur, supaya kawa hendak mengendalikan hawa nafsu ini.. diolah akan programnya kayak apa? Supaya bisa mengalahkan syaitan ini, nah yang mengatur-mengatur itu, itu adalah di puji Allah SWT. Yang keempat ‫التدبيرِلتقسنِلدنياِواالحرهِمعِتفحدِالمشيئهِالىِللاِتعالِواإلعتمدِبحولِللاِبكوته‬



Mengatur untuk menghasilkan dunia untuk akhirat. Aku nih hendak naik haji, kayak apa nih caranya mencari duitnya. Lalu diatur bagaimana nih caranya.. Nah ini ngarannya ngumpul dunia untuk akhirat.. Dirancang lah dulu mencari duit, tapi untuk akherat.. itu dipuji oleh Allah, bilamana dia memakai masi’ah. Insha Allah dan bil aulillah wa bil quwwatih.. Yang kelima ِ ‫التدبيرِالبِالشياشةِالجهاد‬



Merancang, mengatur pada siasat jihad. Rasulullah SAW dalam peperangan-peperangan, beliau selalu bermusyawarah, kayak apa mengatur strategi menghadapi musuh ini, antara lain waktu perang uhud, nabi kita mentakdir, mengatur, bahwa pasukan yang ahli memanah itu berada di atas gunung, pasukan yang pandai main pedang, main parang, di bawah gunung, ini dirancang oleh nabi, dan pasukan yang ahli panah di atas gunung, kagak boleh turun ke bawah, walaupun kami dan nabi kalah ataupun menang, harus tetap berada di posisi atas. Nah ini takdir nabi, merancang untuk.. untuk jihad, itu diberi pahala, di puji oleh Allah, dan yang jelas kalau nabi merancang itu pasti dengan insha Allah wabil Aulillah wa bil quwwatih.. Coba kita lihat, bagaimana rancangan Rasulullah SAW sewaktu beliau dikepung di Mekah, hendak di bunuh oleh orang Quraisy.. disini kita mengetahui bagaimana takdir Rasulullah.. Nabi kita menyuruh Sayyidina Ali r.a menempati ranjang Nabi ketika nabi pergi. Dan tidak



di tengok. Supaya orang-orang Quraisy mendobrak pintu rumah, di kira Nabi, padahal bukan. Nah ini rancangan nabi.. yang kedua, Nabi kita meninggalkan rumah menuju medinah itu malam hari. Nah malam itu adalah bagian dari tabbir nabi, kalau siang kan Nampak keliatan, kemudian diatur, bersembunyi di gua jabal tsur.. kalau di kepung orang, masuk sana, sembunyi, ini semua di rancang oleh nabi agar beliau berhasil bisa sampai medinah. Nah rancangan-rancangan seperti itu. Rancangan yang Mahmud. Rancangan yang dipuji oleh Allah SWT. Para Muhibbin Rakhimakumullah… Jadi rancangan-rancangan yang dipuji ini, adalah termasuk dengan apa yang disampaikan Rasulullah SAW Berpikir sesaat ujar nabi, lebi tinggi nilainya dari pada ibadah 70 tahun. Termasuk ini adalah takbirul makmud, merancang rancangan yang dipuji oleh Allah SWT. Kita nih berpikir, besuk nih aku handak ke sini, menuntut ilmu, kesini ziarah, hendak kesini, ini, ini, Insha Allah wabil Aulillah wa bil quwwatih.. Nah rancangan kita itu dihargai Allah lebih tinggi nilainya dari pada ibadah 70 tahun. Asal dirancang jangan kemaksiatan, untuk dunia. Yang keenam ‫التدبيرِبتعسنِالدنيِحللِاالستنتعِبهاِوتشكرهِمعِتفحدِالمشيئهِالىِللاِتعالِواإلعتمدِبحولِللاِبكوته‬



Merancang untuk menghasilkan dunia yang halal, untuk bersenangsenang dengannya, dan mensyukurinya, serta insha Allah wa bil Aulillah wa quwwatih. Esuk rencana hendak makan inilah. Nih lawas kagak makan nih aku, makan ini, minuman yang ini, yang halal, kenapa ngumpulkan makan makanan yang nyaman tadi. Karena bila aku makan yang nyaman nyaman ini, syukur ini tambah lawan tuhan pada biasanya, Jadi mengenali syukur ini dapat berpahala juga. Abdul hasal ash shadili



rakhimakumullah.. beliau kalau minum selalu air es. Minum air dingin, Abdul hasan al khadiri itu kyai nya oleh pengarang al hikam ini. Karena Abdul Hasan Al Khadiri bemurid Abdul Abbas al mursyi, Abdul abbas al Mursyi ini bemurid ahmad bin athoiyyah pengarang al-hikam ini.. Jadi Abdul Hasan Ash Shadili itu sering kagak mengarang kitab. Padahal termasuk ulama besar, sepanjang masa. Abdul Hasan Ash Shadili al Hasani, suatu saat muridnya bertanya, Ujar shidin, murid itu wahai tuan guru, dia mengarang kitab kah, kenang-kenang kami, yasidin kayaknya ada murid dari muridku yang mengarang kitab, kagak salahna aku, kayaknya ada murid dari muridku yang mengarang kitab. Ternyata sekalian adalah Ahmad ibn Athoiyyah ini. Yang mengarang kitab-kitab itu. Nah.. Abu Hasan As Shadili ini kalau makan milih yang nyaman-nyaman, kenapa begitu tuan guru? Ikhrajis Syukurr.. untuk mengeluarkan syukur yang ada di dalam hati ini.. karena beda syukur antara makan yang nyaman dengan yang kagak nyaman.. berujung misalnya selawe ribu Alhamdulillah.. sejuta berujung lain Alhamdulillah.. Nah itu yang dicari Tuhan bedanya.. Nah jadi kalau kita merancang dunia yang halal-halal untuk kita nikmati, tapi untuk menambah syukur kita ? Merancang itu merancang yang di puji, rancangan yang mendatangkan pahala dari Allah SWT. Para Muhibbin Rakhimakumullah… Jadi maksud dari pada pengarang ini.. arihh nafsaka anitatbirr Lapangkan diri engkau dari pada merancang, maksudnya rancangan yang dicela. Lapangkan diri engkau dari pada merancang yang dicela, karena merancang yang dicela itu ada dua kerugiannya, satu = lapah merancang, maka dicela, merancang dicela. Yang ke dua = merancang yang dicela ini kalaunya gagal menimbulkan kekecewaan didalam hati, menimbulkan kesedihan kalau gagal, tapi kalau rancangan yang di puji, itu tidak akan sedih kalau gagal, kenapa? Karena Insha Allah kita tadi…



tidak mau sedih Insha Allah berdahulu.. dan tidak ada capai mendahului, kenapa? Karena bil Aulillah wabil quwwatihi.. dengan daya dan upaya dari Allah SWT. Jadi itu kuuncinya merancang, Satu = Rancanglah sesuatu yang tidak ada maksiat, yang kedua = Sertai dengan masiah, Insha Allah dan beriktimad berpegang pada daya dan upaya dari Allah SWT. Setiap rancangan yang demikian akan mendatangkan pujian dan pahala dari Allah SWT.



Hikmah ke lima ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬ ِِ‫اِلحِمِدِِللِِوِمِنِِالرِزِكِِاِلِهِزِاِالِصِبِابِهِوِطِلِبِمِنِِالتِوِبِ ِةًِوِالتِقِوِىِوِاالِسِتِقِامِهِِوِاِالِحِلِسِِوِالصِدِقِِوِالِتِمِعِنِيِِنه‬ ِ‫ِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوحدهِالشريِكِِواشهدِانِسيدناِمحمدًاِعبدهِورسوله‬،ِ‫والمراقبةِوالمساهدةِوالمعريفه‬ ِ‫والنبيِاالخيرِاللهمِصليِوسلمِوباركِعلىِسيدناِوحببنِمحمدِصاحبهِالسفائهِوعلىِألهِوصحبهِوطريته‬ ِ ِ‫واتبئهِالىِيومِالقيامهِامابعد‬



Yang kita muliakan dan kita cintai para habait, para alim ulama, guruguru agama, para muhibbin hadirin hadirot rakhimakumullah.. Alhamdulillah was Syukurillah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah yang mmemberikan kesehatan, kekuatan, taufiq dan hidayah serta inayah, sehingga kita dapat berkumpul bersama sama di majlis yang penuh berkah ini. Sholawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dan kepada seluruh keluarga, para sahabat, durriyyat, dan pengikut beliau sampai hari kiamat nanti. Para Muhibbin Rakhimakumullah… ‫ِقالِامامِاحمدِابنِالعطاءللاِالشكندريِرحمهِللا‬.‫الحمةِالخمسةِمنِالحكمِبالعطاءللا‬ ِ ‫اجتهادكِفيماِضمنِلكِوتقصيركِفيماِطلبِمنكِذليلِعلىِإنطماسِالبصيرةِمنك‬



Hikmah yang kelima dari hikam athiillah, berkata al Imam Ahmad bin Athaillah rakhimakumullah.. bersungguh sungguhnya engkau pada sesuatu yang telah dijamin bagi engkau dan kurangnya perhatian engkau pada sesuatu yang dituntut dari pada engkau, yang demikian itu menunjukkan atas kaburnya mata hati dari pada engkau. Demikian makna terjamah dari pada hikmah ke lima. Sesungguh sungguhnya kita, dalam mencari, memikirkan, sesuatu yang sudah dijamin untuk kita, dan kurangnya perhatian pada sesuatu yang dituntut kita padanya, itu menunjukkan kita bahwa kaburnya mata hati



kita, sebabnya kalau mata hati yang terang, ia akan bersungguh sungguh pada sesuatu yang dia di tuntut melakukan, dan dia tidak bersungguh sungguh pada sesuatu yang sudah dijamin adanya, itu kalau mata hati yang terang. Para Muhibbin Rakhimakumullahh.. Untuk mendekatkan paham kita terhadap paham hikmah ke lima ini, andai kata kita mempunyai seorang khadam, seorang pembantu, lalu pembantu ini sudah kita jamin, pembantu.. hikam ku jamin makan tiga kali sehari… demikian juga anak bini hikam ku jamin jua.. hikam berobat, hikam perlu apa.. itu dijamin.. pakaian, tempat tinggal..dijamin.. Nah kemudian tugas engkau.. Hai pembantu.. satu, tiap pagi menyapu rumah, yang kedua, setelah itu, mengisi air yang diperlukan di rumah ini, yang ketiga, tugas engkau ke pasar untuk membeli atau memebeli ini ini ini, nah tugas engkau selanjutnya ini.. selanjutnya ini.. Nah kalau pembantu ini pintar.. pembantu ini berakal sehat, ia kagak memikirkan lagi kayak apa makan ku, kayak apa pakaianku, kayak apa anak bini ku.. itu kagak di pikirkan lagi.. Karena sudah dijamin oleh Boz nya.. Yang dipikirkan pembantu itu.. yang dihematinya pembantu itu.. melaksanakan tugas.. kayak apa supaya rumah tuan ini bersih.. air air penuh.. kepasar pembelian cukup.. dan sebagainya.. Nah itu yang dipikirkan oleh pembantu.. perkara makan, minum, pakaian, itu kagak di pikirkannya.. karena sudah siap di adakan di jamin oleh tuannya. Nah ini pembantu yang berakal sehat. Sebaliknya pembantu yang berakal kurang.. ini berpikir.. mencari makanan-makanan, ini berpikir mencari pakaian, kagak memikirkan pekerjaan yang disuruh tuannya.. jadi pikiran hari makan apa aku.. malam makan apa aku.. hari raya pakai pakaian apa aku.. Itu yang dipikirkannya dan ini yang di carinya. Padahal itu sudah dijamin oleh tuannya.. Tugas terbengkalai.. rumah di suruh dibersihin.. tidak di bersihin.. air yang di suruh diisiin.. tidak di isiin.. tapi sibuk memikirkan seperti apa mencari makanan, mencari pakaian, mencari tempat tinggal..



Padahal sudah disediakan oleh tuannya.. Nah ini pembantu kurang akal.. Kenapa kurang akal? Memikirkan, menghemati yang sudah dijamin, tidak memperhatikan tugas yang diperintah. Para Muhibbin Rakhimakumullah… Bersungguh sungguhnya engkau pada sesuatu yang telah dijamin bagi engkau.. dan kurang perhatian engkau pada sesuatu yang dituntut dari engkau.. yang demikian itu menunjukkan atas kaburnya mata hati dari pada engkau.. Nah sekarang apa.. Allah jamin kepada kita.. Dan apa yang Allah tuntut untuk kita laksanakan.. Pertama Allah menjamin akan memberi rezeki kepada kita, ini dijamin oleh Allah. Ujar Tuhan.. Hikam.. kuberi rizeki.. sesuai dengan bagian hikam.. Nah ini sudah dijamin.. jadi kita tidak boleh memikirkan adakah rezeki hari ini.. karena Allah sudah menjamin rizeki kita itu ada.. Yang kedua, Allah menjamin membuatkan sebab datangnya rezeki itu kepada kita, Allah menjamin memebuatkan sebab datangnya rezeki itu kepada kita. seperti apa bentuknya, seperti apa caranya, itu urusan Allah. Pokoknya rezeki itu pasti sampai kepada kita. Yang ketiga, Allah menjamin ‫اليموتِحتىِيستكمرِالرزكة‬



Bahwa kita ini kagak akan mati, sebelum habis rezeki kita. Jaminan dari Allah.. Kita kagak akan mati sebelum habis rezeki kita. Keempat, Allah menjamin ِ ِ‫ماكسمِلهِفهوِله‬



Sesuatu yang dijatahkan untuk kita itu pasti sampai kepada kita, tidak akan ketukar orang lain. Nah ini empat jaminan Allah kepada kita. Nah terhadap hal-hal yang sudah di jamin Allah ini, kita tidak perlu repot. tidak perlu kita bersungguh sungguh mencarinya, tidak perlu kita menghabiskan waktu, tenaga, pikiran untuk mencarinya. Kenapa?, karena itu sudah dijamin Allah bakal ada. Rezeki, yang kedua, Allah



akan membuatkan sebab datangnya rezeki kepada kita. Yang ketiga, Allah menjamin kita tidak bakal mati sebelum habis rezeki kita. Yang keempat, kalau itu jatah kita, tidak akan ke sebelah rumah, kesebelah toko. Ini yang menjamini Allah ta’ala.. bukan sembarang orang… Allah Ta’ala yang menjamin. Kalau Allah sudah menjamin, buat apa kita bersusah payah? Mencari rezeki, habis pikiran, habis tenaga, Habbis waktu, tidak tau lagi tetangga, orang baru.. tidak tau waktu, kalau ada warga mati tidak tau, karena tidak ngerti waktu mencari rezeki. Nah ini namanya bersungguh sungguh dalam mencari yang sudah dijamin oleh Allah. Nah kemudian apa yang Allah tuntut kepada kita? Apa yang Allah perintahkan kita? Satu.. Hanya ibadah, hanya ibadah.. Allah menuntut satu kepada kita, hanya Ibadah. Urusan rezeki dijamin ada. Nah jadi kalau kita menghabiskan waktu, tenaga, pikiran untuk mencari rizeki, sedangkan ibadah ini terbengkalai, ibadah ini kita kurang perhatian, itu menunjukkan mata hati kita kabur.. Berapa jam kita sehari mencari rezeki? Berapa jam kita sehari beribadah? Bila banyak mencari rezeki berarti kita bersungguh sungguh mencari yang dijamin Allah dan tidak sungguh dalam hal melaksanakan yang di tuntut Allah, pertanda mata hati kita kabur. Dan inilah kenyataan yang kita hadapi. Bahwa pikiran kita tenaga kita, waktu kita terkuras urusan rezeki, sedangkan urusan ibadah, sedikitpun kita tidak ada ingin menambah kemajuan. Artinya.. kita ini berpikir seperti apa sembahyang ini makin lama ada peningkatan kekhusyu’annya, kayak apa sembahyangku ini makin lezat, seperti apa sembahyangku ini makin manis? Nah usaha-usaha ke arah itu kita taksir, kita kurang. Tetapi kalau pikiran kita untuk bagaimana dapat rezeki yang banyak? Apa-apa cara untuk mendapatkan rezeki yang banyak? Kita bersungguh sungguh untuk itu, menunjukkan intimas bashiroh..



menunjukkan kaburnya mata hati kita. Artinya segera diobati. Jangan kita rusakkan macam itu, Nah, marilah kita menyimak. Menghayati firman-firman Allah dalam hal urusann rezeki, Allahh SWT berfrman, Arrum 40



ُ ‫َّللاُ الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ث ُ َّم َرزَ قَ ُك ْم ث ُ َّم يُ ِميت ُ ُك ْم ث ُ َّم يُ ْحيِي ُك ْم ۖ ه َْل ِم ْن‬ ‫ش َر َكائِ ُك ْم َم ْن‬ َّ َ ‫َي ْف َع ُل ِم ْن َٰ َذ ِل ُك ْم ِم ْن‬ َ‫س ْب َحانَهُ َوت َ َعالَ َٰى َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬ ُ ۚ ٍ‫ش ْيء‬ Allah jualah yang menciptakan kamu kemudian Allah jua yang memberi rezeki kepada kamu, kemudian Allah yang mematikan kamu, kemudian Allah yang menghidupkan kamu. Nah di sini Allah menjamin bahwa begitu Dia mencipta makhluk, maka itu urusan Allah yang memberi rezeki makhluk itu. Imam Ghazali di Tanya kalau saya tidak mencari akanlah menjadi kaya ?, ujar Imam Ghazali, mau, bisa, kalu saya tidak mencari berkuranglah harta, tidak berkurang. Bila kita mengatakan bahwa mencari, maka kaya, bila tidak mencari, maka rezeki berkurang. Ini menunjukkan kurangnya percaya kita kepada jaminan Allah. Andaikata orang-orang yang kaya saat ini, yang menghabiskan waktunya untuk mencari urusan rezeki, andaikata ia di rumah berdzikir, bertasbih, menuntut ilmu, tetep ia kaya yang macam ini jua. Orang yang sekarang mempunyai kekayaan yang milyard-milyard, karena mencari siang malam tak kenal waktu. Akhirnya kaya raya. Nah andaikata ia itu tidak mencari, beribadah, nuntut ilmu, akan dapat harta yang dia miliki sekarang, tidak berbeda. ternyata aku berhari hari tidak mencari, sungguh tidak menyimpan kekayaanku. Ini orang yang buta mata hatinya. Karena apa? Tulisannya dalam lauful mahfuz, dia orang kaya. Fulan bin Fulan ini jadi orang kaya, tidur saja ini orang kaya, Jadi jangan beranggapan bahwa kekayaan yang ada sekarang, karena usaha-usaha,



karena kesungguhan-kesungguhan, hal demikian jangan. Kemudian Allah berfirman lagi Adz Dzariyat 57



ْ ُ‫ق َو َما أ ُ ِري ُد أ َ ْن ي‬ ‫ون‬ ٍ ‫َما أ ُ ِري ُد ِم ْن ُه ْم ِم ْن ِر ْز‬ ِ ‫ط ِع ُم‬ Aku tidak menghendaki kalian dari pada rezki. Aku yang memberi rezeki, Aku tidak menghendaki kalian dari pada rezeki dan tidak menghendaki bahwa kalian itu memberi makan kepadaKu, ujar Tuhan. Sesungguhnya Allah juga lah yang memberi rezeki dan Dia mempunyai kekuatan yang utuh. Nah ini jaminan yang kedua, dari ayat Allah tentang rezeki. Yang ketiga, Firman Allah Ta’ala



‫س ِمي ُع ْالعَ ِلي ُم‬ َّ ‫َّللاُ يَ ْر ُزقُ َها َو ِإيَّا ُك ْم ۚ َو ُه َو ال‬ َّ ‫َو َكأَيِ ْن ِم ْن َدابَّ ٍة ََّل ت َ ْح ِم ُل ِر ْزقَ َها‬



Berapa banyak binatang yang tidak bisa mengurus rezeiNya. Allah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Allah Maha Mendengar dan Maha mengetahui.. (QS Al-Ankkabut 60) Firman Allah lagi.. ‫النسئلكِرزكِنحنِنرزكك‬



Aku tidak minta kepada engkau rizki, ujar tuhan. Kami yang akan memberikan rezeki kepada engkau itu. Dan Allah berfirman lagi,



‫ين‬ َّ ‫ض ِإ ََّّل َعلَى‬ ٍ ‫َّللاِ ِر ْزقُ َها َو َي ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْست َ ْو َد َع َها ۚ ُك ٌّل فِي ِكتَا‬ ِ ‫َو َما ِم ْن َدابَّ ٍة فِي ْاْل َ ْر‬ ٍ ‫ب ُم ِب‬



Tidak ada binatang yang melata dari pada manusia di muka bumi, termasuk manusia, melainkan tangung jawab Alah urusan rezekinya. Ini umum, orang islam yang ahli ibadah, orang islam yang pasik, orang kafir, hindu, buda, nasrani, yahudi, semua makhluk Allah, itu Allah yang memberi rezeki. Allah yang memberi rezeki, Allah lah yang mengolah sebab datanggnya rezeki itu kepadanya. Nah kemudian ada lagi jaminan Allah, dua (2) kali jaminan jadinya, yang tadi jaminan Allah secara umum, ini jaminan secara khusus, Allah berfirman Siapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah jadikan baginya jalan keluar dan Allah berikan rezeki dari sekira-kira tak terduga. Ini khusus, makhluk yang bertaqwa kepada Allah, Allah memberi rezeki yang tak terduga duga, tak dikira kira, disangka sangka. Tapi ini untuk yang taqwa. Allah berfirman lagi Barangsiapa beramal sholeh laki-laki perempuan dan dia beriman, akan kami berikan kehidupan yang baik. Rasulullah SAW bersabda, ِ ‫منِكتعِالىِللاِازوجلِكفاهِللاِكلِمعمتِورزقهِمنِحيسِاليهتسب‬



Siapa-siapa yang berputus kepada Allah, artinya kaga mengurus usaha, kagak mengurus dagangan, kagak mengurus rezeki, Cuma khusus menghadap Allah. Urusannya hanya kepada Allah. Nuntut ilmu, mengajar ilmu.. umpamanya.. atau baca al-Qur’an, atau berdzikir.. atau urusan itu saja dunianya.. Allah cukupkan akan dia segala biayanya.. dan Allah berikan rezeki yang tak terduga. Orang ini tak ada waktu mencari rezeki, sibuk hanya urusan Allah.. Allah langsung mengurus orang ini..



Apa kecukupannya… di cukupi.. Bahkan rezekinya datang tak terduga.. Akhirnya Allah bersumpah lagi.. bahwa ِ‫فهوِرباالسماواةِواالرضِانهِلحقِمسلِماانكمِتنتكم‬



Demi Tuhannya langit dan bumi Bahwa itu urusan jaminan rezeki sungguh itu benar.. seperti kamu bertutur kata, kita bertutur maulah kita memakai mulut orang lain? Kita bertutur maulah kita memakai lisan orang lain? Kagak mau. Nah demikian pula rezeki yang diberikan kita bukan rezeki orang lain, memang rezeki yang dijatahkan untuk kita. Saking banyaknya ayat-ayatnya.. nan dii sambung.. supaya kita ini betul betul yakin, bahwa urusan rezeki itu adalah urusan Allah. Itu jaminan Allah.. Al’Arif billah Wais al-Qorani berkata ‫لوابدتِللاِعبادةِاهلِالسماوةِواالرضِيقبلِمنهاِحتىِتصدقه‬



Jikalau engkau beribadah kepada Allah sebagaimana ibadahnya penduduk langit dan bumi, Allah tidak menerima ibadah itu dari engkau sehingga engkau membenarkan Allah. ‫قيلِوكيفِنصدقِ؟‬



Bagaimana membenarkan Allah itu? ‫قالِتكولِامنِبماتكفلِللاِلكِمنِامرِرزقِوترجسِلكِفريضِمنِاالباده‬



Adalah engkau merasa aman, merasa tentram, dengan apa yang sudah dijamin oleh Allah, dari pada urusan rezeki, dan engkau liat jasad engkau itu penuh dengan ibadah. Nah itu orang yang membenarkan Allah. Tak ada risau urusan rezeki, tak ada kuatir urusan rezeki, Kenapa? Itu sudah urusan Allah, buat apa aku mengurusi?? Buat apa mencampuri?? Urusan rezeki itu urusan Allah.. urusanku beribadah lawan Allah.. Nah ini yang di urus, ini yang dihemati, ini yang disungguhi. Jadi dalam al-qur’an ini tidak ada tersebut carilah rezeki!..



tidak ada, kenapa Tuhan tidak menyuruh cari rezeki? Karena itu sudah dicukupi, dicari kagak dicari datang, kalau memang itu jatah kita. Berapa hari kagak buka toko, dasar berkurang juga duit, pengeluaran ini, pengeluaran itu, pemasukan tak ada.. Jadi begitu tidak buka toko, dasar kagak butuh duit, duit kita berkurang.. Nah kalau kita menganggap bahwa hal itu demikian, berarti kabur mata hati kita. Andai kata kita buka toko jua? Kayak itu juga hasilnya.. empat hari nah, kagak buka toko, kagak ada pemasukan, duit berkurang, seribu sehari kumpul, empat hari empat ratur ribu, andai kata buka, kayak itu juga hasilnya.. jikanya buka, kayak itu juga hasilnya.. kagak beda. Kalau kita mengatakan beda, berarti sebab memberi bekas, syirik kita itu… syirik ini yang berbahaya.. Karena beranggapan jaganya toko buka,, kagak kayak ini bang.. kagak berkurang itu duit, andai kata buka, sama hasilnya dengan yang tidak buka. Kenapa? Memang jatah kita untuk empat hari itu demikian, dari Allah.. kagak bisa dirubah.. Tanda orang yang tidak ridho dengan takdir itu jaga itu.. arwah jaka ini bilang, ngolah jaka-jaka ini sulit.. Para Muhibbin rakhimakumullah.. Nah itu jaminan Allah kepada kita, Nah apa tuntutan Allah kepada kita? Allah berfirman dalam surat atTahrim..



Hai orang orang yang beriman, tobatlah kepada Allah tobat yang benar.. Tobat ini maka kita di suruh.. bersungguh sungguh supaya kita dapat tobat yang nasuha.. jadi kita selama ini iktikad iktikad hati yang tidak baik, Tobat dan jangan lagi mengulang.. selama ini kita waktu habis tercurah untuk urusan rezeki.. ini harus dihentikan.. kalau tidak dihentikan bahaya.. Harus dihentikan!!. Karena kita bukan untuk itu.. Kita hidup di dunia ini bukan urusan mencari rezeki.. rezeki itu sebagai sarana untuk beribadah.. jangan di korbankan ibadah untuk rezeki.. Imbang akan waktu kita, imbang akan tenaga kita, pikiran kita, dengan



rezeki dan ibadah. Paling tidak demikian, kalau hendaknya ibadah yang banyak dari pada urusan mencari rezeki. Tobat kepada Allah.. kemudian Allah berfirman lagi.. Hai orang orang yang beriman takwalah kepada Alah.. Nah takwa kepada Allah.. tuntutan.. sebagai resiko kita menerima jaminan Allah..Orang dijamin ada tuntutannya.. Takwalah kepada Allah.. Dan hendaklah kalian itu berpikir… bekal apa yang sudah kamu kirim ke akhirat.. dikira gampang??? Bekalnya pun kita kirim ke akherat, investasi kita apa?? Apa yang sudah kita simpan di akherat??? Hendaklah engkau memikirkan.. hendaklah memikirkan itu diri apa yang sudah ia dahulukan untuk esuk, artinya apa yang sudah nan kirim untuk akherat?? Ini perintah Allah.. hendaklah engkau memikirkan.. apa juga yang di suruh nih? Berapa ribukah dzikir sudah dibaca?? Sesuaikan lawan umur lawan waktu sekarang ini? Nah itu perintah. Itu yang harus dihemati, di sungguhi.. karena ini yang di suruh.. Dan lagi firman Allah Tuhan kamu hanya satu, Allah.. istiqomahlah kamu, Nah ini tiga macam inti dari amal syariat. Pertama Tobat, kedua Takwa, yang ketiga Istiqomah. Trus menerus dalam takwa. Nah tiga ini yang mesti dahulu dihemati kita. Sudah tau saja. Lelaki itu makai ini makai itu kagak boleh, Yaa tidak mau lagi Taubat.. tetap memakai ini itu… Maka itu yang disuruh oleh Tuhan.. Taubat dulu.. Al-imam Ahmad bin Muhammad al Ahsani berkata, ِ‫قالِامامِالسركِاحمدِابنِمحمدِاالحسنِواذاِعراضاللاِحذالنِعبهِالسغلهِباالظاهرِباالحكمةِاالحوان‬ ِ‫وباالباتِبمطبحهاِفلِيزالِكذالكِحتىِيمتمسرونِبصيرتهِفيستولِنرونِبصارهِعلىِنورهِبصيرةِفلِيار‬ ِ‫الىِحسهِوالِيحدلِالىِالحسهِفلجتحبِبطلبِفهوِمجممِمنِالرزقِمعسمِمبخسروِبماِهواِمجروبِمنهمِمن‬ ‫الكودِالمعصم‬



Apabila Allah menghendaki kehinaan seseorang.. apabila Allah menghendaki kehancuran seseorang.. Allah sibukan dia pada dhohir dengan berhikmat kepada dunia dan Allah sibukkan hatinya dengan mencintai dunia.. ini alamat yang dikehendaki Allah penghuni neraka. Allah sibukkan dhohirnya urusan dunia.. Allah sibukkan hatinya mencintai dunia.. Jadi habis waktu, habis tenaga.. datang ke rumah rebahan.. kelelahan mencari rezeki.. habis kan tenaga mencari rezeki itu?? Sibuk… sibuk urusan dunia.. Hatinya pun cinta kepada dunia.. ِ ‫فلِيزالِكذالكِحتىِيمتمسرونِبصيرته‬



Senantiasa terus menerus demikian.. hari hari.. tahun tahun terus seperti itu… kagak ada perubahan… mengaji—mengaji.. menuntut ilmu— nuntut ilmu.. tapi kagak ada perubahan.. tiap hari sibuk urusan dunia.. hatipun sibuk mencintai dunia.. Nah senantiasa seperti itu.. akhhirnya kabur mata hatinya.. Maka menguasai cahaya mata dhohirnya atas cahaya mata batinnya.. Maka menguasai mata dhohir ini atas mata batin, bila mata dhohir ini menguasai mata batin yang dhohir ini tidak bisa melihat kecuali yang kasat, mata ini yang dhohir ini dilihatnya yang kasat. Dan dia tidak akan berqodam kecuali yang kasat mata, mata hati pun dikuasai mata dhohir tadi.. Contohnya kita sembahyang.. dalam sembahyang itu mestinya mata hati yang berfungsi.. sehingga mata hati kita ini bisa menembus apa yang kita baca dari ayat-ayat al-qur’an, itu mestinya kalau mata hati kita ini terang.. sedikitpun dalam hati kita kagak ada ingatan urusanurusan yang kasat mata, duniawi, kenapa? Karena dalam sembahyang itu adalah mata hati yang berfungsi.. sedikitpun kagak terbayang urusan duniawi. Nah ini menunjukkan mata hati menguasai mata dhohir.. Mata hati menguasai mata dhohir… Nah kalau mata dhohir ini menguasai



mata hati.. kita sembahyang di masjid membaca al-qur’an membaca alfatihah.. tapi hati kita bisa di kebun hendaknya, bisa di toko hendaknya, kenapa? Karena hati kita dikuasai oleh mata dhohir, sedangkan mata dhohir hanya melihat yang kasat mata. Jadi kalau kita sembahyang banyak ingatan kepada hal-hal yang kasat mata, itu menunjukkan mata hati kita dikuasai mata dhohir. Kenapa? Sebabnya mata hati kita ini dikuasai mata dhohir karena kita menguras tenaga, pikiran, waktu untuk mencari rezeki yang sudah dijamin Allah… dan kita kurang perhatian kepada sesuatu yang sebenarnya tugas kita yang di tuntut oleh Allah. Itu sebenarnya.. Kayak apa sembahnyang supaya khusyu’? caranya adalah mengganti.. mengganti tugas yang selama ini kita sibuk yang dijamin oleh Allah… diganti kepada kesibukan yang dituntut oleh Allah.. terhadap yang dijamin.. itu seharusnya kagak sungguh-sungguh, kagak serius.. bila kita kawak semacam itu, sembahyang kita akan khusyu’, ibadah kita akan dapat pahala, akan dapat manis, akan dapat lezat. Para Muhibbin rakhimakumullah.. Rasulullah SAW bersabda ِ‫فلِايهاالناسِاجملِفىِالطلقِفإنهِاليسارعِ عبلِالىِماكتبِلهِوالِيجحابِعبدِمنِالدنيِيكتيهمِكتبِلهِمن‬ ِ ‫الدنيِوهوِراعن‬



Ujar nabi, baik-baik mencari rezeki, elok-elok mencari rezeki, kayak apa elok elok mencari rezeki yang dimaksud? Karena seorang hamba itu tidak akan mendapat apapun kecuali yang sudah ditentukan baginya dan hamba itu tidak akan meninggal dunia melainkan habis rezekinya. Pun rezeki kita masih ada, kita kagak bakal mati. Bila kita elok mencari rezeki ini, berarti kita tidak termasuk yang bersungguh sungguh tadi. Lalu para ulama menafsirkan, bagaimana supaya kita elok mencari rezeki? Bila kita mencari rezeki dengan cara elok maka mata hati kita akan terang.



Pertama orang mencari rezeki yang elok itu punya niat yang baik, apa niat yang baik itu? Niat yang baik itu macam memberi makan keluarga supaya jangan minta-minta karena aku nih kalau tidak mencari rezeki, keluarga bisa meminta minta nanti.. Jadi mencari rezeki yang baik itu, satu, niat yang baik, Yang kedua mencari rezeki itu disertai iktikad yang benar. Iktikad yang benar macam apa? Rezeki itu dari Allah. Sedangkan usaha ini hanya sebagai sebab saja, dan sebab kagak memberi bekas apa-apa, sebab ini adalah hanya sarana untuk menimbulkan pahala atau siksa. Bila baik mencari rezeki, dapat pahala, bila tidak baik dapat dosa. Perkara menambah mengurang rezeki, kagak ada urusan. Itu urusan Allah.. Nah iktikad yang baik. Yang ketiga, ‫الِيدههلِالدكرِللا‬



Mencari rezeki itu kagak melalaikan Dia pada dzikrillah. Dari pada sembahyang berjamaah, dari pada sembahyang jum’at, dari pada menuntut ilmu, dari pada mengantar jenazah, dari pada silaturrahmi, kagak ada yang menghalangi itu mencari rezeki tadi. Orang mencari rezeki, katinggal sholat berjama’ah, itu kagak elok, bersungguh-sungguh arannya.. orang menuntut ilmu, akhirnya kagak mengaji, orang mencari rezeki itu, akhirnya tertinggal pelajarannya.. itu arannya. Mengorbankan tugas, hanya untuk mencari yang dijamin, salah itu. Jadi kalau mencari rezeki itu, mencari celah waktu nan kebaikankebaikan jangan terlewatkan, jangan tertinggal. Waktu banyak.. Perkatan sahabat atau perkataan Rasulullah.. bahwa Jadilah engkau pada dunia, seolah-olah engkau hidup selama lamanya. Artinya apa? Urusan dunia itu anggaplah engkau hidup selamanya, artinya apa? Banyak waktu



urusan dunia.. Tapi kalau urusan akhirat, seolah olah engkau esok mati, jangan ditunda tunda lagi Yang ketiga.. ‫الِيدرهِالىِمعسية‬



Mencari rezeki ini tidak membawa kepada maksiat. Kalau mencari rejeki melalui maksiat, asalpun dapat rejeki.. nahh.. yang penting dapat duit.. kita mesti kembali kepada Allah.. mesti taubat kepada Allah.. Yang keempat.. ِ ‫دوارِالمرقبهِوالمسهده‬



Selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Selalu merasa diintai oleh Allah. Bila empat ini ada orang mencari rejeki. Nah jadi elok untuk mencari rejekinya. Kayak apa yang elok? Niatnya yang bagus. Ada itikat yang bujur.. tidak tebengkalai pengajiannya, ibadahnya, tidak membawa kepada yang haram, dan selalu merasa diintai oleh Allah SWT. Nah itu yang terkandung dalam hikmah ke lima ini.