Cirebonologi Kel 5 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • dhea
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TERPECAHNYA KERAJAAN CIREBON Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah CIREBONOLOGI Dosen Pengampu : Hasbiyallah, M.Si



Disusun oleh : 1



Zahra Mega Utari A (210830041)



2



Azriyah (2108301065)



SEMESTER I KELAS B



PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH IAIN SYEKH NURJATI CIREBON 2021



1



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Atas berkat rahmat-Nya lah kita masih diberikan umur yang panjang, hingga kita masih dapat menikmati anugerah yang begitu luar biasa dari Sang Maha Kuasa. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi kita, nabi Muhammad SAW, berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan nikmatnya Islam hingga pada saat ini. Dengan rasa syukur, akhirnya kami dapat menyelesaikan Tugas Mata kuliah Pancasila berupa makalah yang berjudul “sejarah perjuangan bangsa indonesia: masa kejayaan nasional dan kolonialisme Belanda”. kami juga banyak mengucapkan terimakasih, khususnya kepada: 1. Bpk. Dr. H. Sumanta Hasyim, M.Ag. Selaku Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon: 2. Bpk. Dr. Hajam, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan DakwaH IAIN Syekh Nurjati Cirebon; 3. Ibu Aah Syafaah, M.Ag. Selaku Kajur Sejarah Peradaban Islam; 4. Bpk Hasbiyallah, M.Si. Selaku Dosen Mata Kuliah; 5. Seluruh civitas akademika; 6.



Teman-teman yang telah mendukung atas terselesaikannya makalah ini.



Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.



Cirebon, September 2021



Penulis



2



DAFTAR ISI BAB I ................................................................................................................................................. 4 PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4 A.



Latar Belakang ........................................................................................................................... 4



B.



Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4



C.



TUJUAN ..................................................................................................................................... 4



BAB II ................................................................................................................................................ 5 PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 5 1



Sebab-Sebab terpecahnya kerajaan Cirebon .......................................................................... 5 1 Sultan Keraton Kasepuhan, Pangeran Martawijaya, dengan gelar Sultan Sepuh Abil Makarimi Muhammad Samsudin (1677-1703) ........................................................................... 8 2 Sultan Kanoman, Pangeran Kartawijaya, dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi Muhammad Badrudin (1677-1723) ............................................................................................ 9 3 Pangeran Wangsakerta, sebagai Panembahan Cirebon dengan gelar Pangeran Abdul Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati (1677-1713). ............................................... 9



BAB III ............................................................................................................................................. 11 PENUTUP......................................................................................................................................... 11 A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 11 B. Saran ....................................................................................................................................... 11



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Manuskrip Purwaka Caruban Nagari, pada abad XIV di pantai Laut Jawa ada sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Pada waktu itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Pengurus pelabuhan adalah Ki Gedeng Alang-Alang yang ditunjuk oleh penguasa Kerajaan Galuh (Padjadjaran). Dan di pelabuhan ini juga terlihat aktivitas Islam semakin berkembang. Ki Gedeng Alang-Alang memindahkan tempat pemukiman ke tempat pemukiman baru di Lemahwungkuk, 5 km arah selatan mendekati kaki bukit menuju kerajaan Galuh. Sebagai kepala pemukiman baru diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang dengan gelar Kuwu Cerbon. Pada Perkembangan selanjutnya, Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan Gelar Cakrabumi. Pangeran inilah yang mendirikan Kerajaan Cirebon, diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh. Oleh Raja Galuh dijawab dengan mengirimkan bala tentara ke Cirebon Untuk menundukkan Adipati Cirebon, namun ternyata Adipati Cirebon terlalu kuat bagi Raja Galuh sehingga ia keluar sebagai pemenang.1 Dengan demikian berdirilah kerajaan baru di Cirebon dengan Raja bergelar Cakrabuana. Berdirinya kerajaan Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati yang aktivitasnya berkembang sampai kawasan Asia Tenggara. B. Rumusan Masalah 1. Apa sebab kerajaan di Cirebon terpecah belah? C. TUJUAN 1. Untuk mengkaji lebih dalam. 2. Untuk menambah ilmu pengetahuan



1



Pemkot Cirebon, “Kota Cirebon” 2017.(Diakses pada 20 September 2021 dilaman https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1061)



4



BAB II PEMBAHASAN 1



Sebab-Sebab terpecahnya kerajaan Cirebon Kerajaan Cirebon merupakan sebuah kerajaan bercorak Islam ternama yang berasal dari Jawa Barat. Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15 dan 16 Masehi. Kesultanan Cirebon juga merupakan pangkalan penting yang menghubungkan jalur perdagangan antar pulau. Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, ini membuat Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda. Sehingga Kesultanan Cirebon memiliki suatu kebudayaan yang khas tersendiri, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda. Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon mulanya adalah sebuah dukuh kecil yang awalnya didirkan oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah perkampungan ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran).



Dinamakan Caruban karena di sana ada percampuran para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, latar belakang dan mata pencaharian yang berbeda. Mereka datang dengan tujuan ingin menetap atau hanya berdagang.Karena awalnya hampir sebagian besar pekerjaan masyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan lainnya, seperti menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai yang bisa digunakan untuk pembuatan terasi. Lalu ada juga pembuatan petis dan garam. 2 Air bekas pembuatan terasi inilah akhirnya tercipta nama “Cirebon” yang berasal dari Cai(air) dan Rebon (udang rebon) yang berkembang menjadi Cirebon yang kita kenal sekarang ini.



2



Anonim, Kerajaan Cirebon, Cirebonkota.go.id,2021, diakses pada Kamis, 30 September 2021, dilaman https://www.cirebonkota.go.id/profil/sejarah/sejarah-keraton/)



5



Karena memiliki pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon akhirnya menjadi sebuah kota besar yang memiliki salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa.



Pelabuhan sangat berguna dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan di kepulauan seluruh Nusantara maupun dengan negara lainnya. Selain itu, Cirebon juga tumbuh menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.



Sejarah Cirebon dimulai dari kampung Kebon Pesisir, pada tahun 1445 dipimpin oleh Ki Danusela.Perkampungan itu mengalami perkembangan, selanjutnya muncul perkampungan baru yaitu Caruban Larang dengan pemimpinnya bernama H. Abdullah Iman atau Pangeran Cakrabuwana.Caruban Larang terus berkembang dan pada tahun 1479 sudah disebut sebagai Nagari Cerbon yang dipimpin oleh Tumenggung Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan Jati. Susuhunan Jati meninggal pada tahun 1568 dan digantikan oleh Pangeran Emas yang bergelar Panembahan Ratu.Pada tahun 1649 Pangeran Karim yang bergelar Panembahan Girilaya, menggantikan Panembahan Ratu. Panembahan Girilaya wafat pada tahun 1666, untuk sementara Pangeran Wangsakerta diangkat sebagai Susuhunan Cirebon dengan gelar Panembahan Toh Pati.3



Tahun 1677 Cirebon terbagi, Pangeran Martawijaya dinobatkan sebagai Sultan Sepuh bergelar Sultan Raja Syamsuddin, Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Anom bergelar Sultan Muhammad Badriddin. Sultan Sepuh menempati Kraton Pakungwati dan Sultan Anom membangun kraton di bekas rumah Pangeran Cakrabuwana. Sedangkan Sultan Cerbon berkedudukan sebagai wakil Sultan Sepuh. Hingga sekarang ini di Cirebon dikenal terdapat tiga sultan yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Sultan Cirebon.



Keberadaan ketiga sultan juga ditandai dengan adanya keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan. Di luar ketiga kesultanan



3



Kerajaan Cirebon, Cirebonkota.go.id,2021, diakses pada Kamis, 30 September 2021, di laman https://www.cirebonkota.go.id/profil/sejarah/sejarah-keraton/)



6



tersebut terdapat satu keraton yang terlepas dari perhatian. Keraton tersebut adalah Keraton Gebang.



Menelusuri Cirebon dan kawasan pantai utara Jawa Barat memang akan banyak menjumpai tinggalan yang berkaitan dengan sejarah Cirebon dan Islamisasi Jawa Barat. Beberapa bangunan sudah banyak dikenal masyarakat seperti Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan, Taman Sunyaragi, serta kompleks makam Gunung Sembung dan Gunung Jati.



Salah satu raja terkenal Kerajaan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, yang berkuasa antara 1479-1568 M. Pada masa pemerintahannya, ia banyak menaklukan daerah di pulau Jawa dan menyebarkan agama islam.



Runtuhnya Kerajaan Cirebon dimulai pada 1666, pada masa pemerintahan Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi. Penyebab keruntuhan dilatarbelakangi oleh fitnah dari Sultan Amangkurat I, penguasa Mataram yang juga mertua Panembahan Ratu II. Sultan Amangkurat I memanggil Panembahan Ratu II ke Surakarta dan menuduhnya telah bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram. Akibatnya, Panembahan Ratu diasingkan dan wafat di Surakarta pada 1667.4



Setelah Panembahan Ratu II wafat, kekosongan dalam Kerajaan Cirebon diambil alih oleh Mataram. Pengambilalihan sepihak ini memicu amarah dari Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa di Banten. Sultan Ageng Tirtayasa kemudian turun tangan untuk membebaskan putra Panembahan Ratu II yang juga diasingkan oleh Mataram. Setelah itu, Kesultanan Cirebon terpecah menjadi tiga, yang masingmasing berkuasa dan menurunkan para sultan berikutnya. Pecahnya kesultanan juga



4



Widya Lestari Ningsih, “ Letak, Pendiri, Masa Kejayaan, dan Peninggalan,2021.(Diakses pada 5 September 2021 di laman https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/28/162453079/kerajaan-cirebonletak-pendiri-masa-kejayaan-dan-peninggalan?page=all)



7



menandai runtuhnya Kerajaan Cirebon, karena keadaan semakin diperkeruh dengan politik adu domba VOC.5



Dengan meninggalnya Panembahan Girilaya, kekuasaan dikosongkan. Pangeran Wangsakerta yang memimpin pemerintahan di Cirebon saat ayahnya pergi, prihatin dengan nasib kedua kakak laki-lakinya. Ia kemudian berangkat ke Banten untuk menunggu bantuan Sultan Ageng Tirtayasa (putra Pangeran Abu Maali, yang gugur dalam Perang Pagarage). Dia menerima permintaan itu karena dia melihat peluang untuk meningkatkan hubungan diplomatik antara Banten dan Cirebon. Dengan bantuan pemberontak Trunojoyo yang didukung oleh Sultan Ageng Tirtayasa, kedua pangeran itu berhasil diselamatkan. Namun, agaknya Sultan Ageng Tirtayasa melihat manfaat lain dari membantu kerabatnya di Cirebon, sehingga dia menyebut dua pangeran yang dia selamatkan sebagai sultan, Pangeran Mertawijaya sebagai Sultan Kasepuhan dan Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Kanoman, sedangkan Pangeran Wangsakerta itu, dia telah bekerja Selama lebih dari 10 tahun ia hanya memperoleh posisi kecil, taktik memecah belah ini digunakan untuk mencegah Cirebon bersekutu kembali dengan Mataram. 6 -



Perpecahan I (1677) Pembagian pertama terhadap Kesultanan Cirebon, dengan demikian terjadi pada masa penobatan tiga orang putra Panembahan Girilaya, yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Panembahan Cirebon pada tahun 1677. Ini merupakan bagian baru bagi keraton Cirebon, dimana kesultanan terpecah menjadi tiga dan masingmasing berkuasa dan menurunkan para sultan berikutnya. Dengan demikian, para penguasa Kesultanan Cirebon berikutnya adalah:



1



Sultan Keraton Kasepuhan, Pangeran Martawijaya, dengan gelar Sultan Sepuh Abil Makarimi Muhammad Samsudin (1677-1703)



5



Widya Lestari Ningsih, “ Letak, Pendiri, Masa Kejayaan, dan Peninggalan,2021.(Diakses pada 5 September 2021 di laman https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/28/162453079/kerajaan-cirebonletak-pendiri-masa-kejayaan-dan-peninggalan?page=all) 6 Anonim, Ensiklopedia Dunia, “ Kesultanan Cirebon”2021. (Diakses pada 5 Oktober 2021 di laman https://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3070-2950/Cirebon_41799_itbu_ensiklopedia-dunia-qitbu.html#Terpecahnya_Kesultanan_Cirebon)



8



2



Sultan Kanoman, Pangeran Kartawijaya, dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi Muhammad Badrudin (1677-1723)



3



Pangeran Wangsakerta, sebagai Panembahan Cirebon dengan gelar Pangeran Abdul Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati (1677-1713). Perubahan gelar dari Panembahan menjadi Sultan bagi dua putra tertua Pangeran Girilaya ini diterapkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa, karena keduanya dilantik menjadi Sultan Cirebon di ibukota Banten. Sebagai sultan, mereka memiliki wilayah kekuasaan penuh, rakyat, dan keraton masing-masing. Pangeran Wangsakerta tidak diangkat menjadi sultan melainkan hanya Panembahan. Ia tidak memiliki wilayah kekuasaan atau



keraton sendiri,



akan tetapi



berdiri



sebagai kaprabonan (paguron), yaitu tempat belajar para intelektual keraton. Dalam tradisi kesultanan di Cirebon, suksesi kekuasaan sejak tahun 1677 berlanjut sesuai dengan tradisi Keraton di mana seorang sultan akan menurunkan takhtanya untuk anak laki-laki tertua dari permaisurinya. Jika tidak mempunyai, akan dicari cucu atau cicitnya. Jika terpaksa, karena itu orang lain yang bisa memangku kedudukan itu sebagai pejabat sementara.7 -



Perpecahan II (1807) Suksesi para sultan selanjutnya pada umumnya berjalan lancar, mencapai pada masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798-1803), dimana terjadi perpecahan karena noda seorang putranya, yaitu Pangeran Raja Kanoman, mau memisahkan diri membangun kesultanan sendiri dengan nama Kesultanan Kacirebonan. Kehendak Pangeran Raja Kanoman didukung oleh pemerintah Kolonial Belanda dengan keluarnya besluit (Bahasa Belanda:



surat



keputusan) Gubernur-Jendral Hindia



Belanda yang mengangkat Pangeran Raja Kanoman menjadi Sultan Carbon Kacirebonan tahun 1807 dengan pembatasan bahwa putra dan para penggantinya tidak berhak atas gelar sultan, cukup dengan gelar pangeran. Sejak itu di Kesultanan Cirebon bertambah satu penguasa lagi, yaitu Kesultanan Kacirebonan, pecahan dari



7



Anonim, Ensiklopedia Dunia, “ Kesultanan Cirebon”2021. (Diakses pada 5 Oktober 2021 di laman https://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3070-2950/Cirebon_41799_itbu_ensiklopedia-dunia-qitbu.html#Terpecahnya_Kesultanan_Cirebon)



9



Kesultanan Kanoman. Sementara tahta Sultan Kanoman V jatuh pada putra Sultan Anom IV yang lain bernama Sultan Anom Abusoleh Imamuddin (1803-1811).8



8



Anonim, Ensiklopedia Dunia, “ Kesultanan Cirebon”2021. (Diakses pada 5 Oktober 2021 di laman https://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3070-2950/Cirebon_41799_itbu_ensiklopedia-dunia-qitbu.html#Terpecahnya_Kesultanan_Cirebon)



10



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Penyebab keruntuhan dilatarbelakangi oleh fitnah dari Sultan Amangkurat I, penguasa Mataram yang juga mertua Panembahan Ratu II. Sultan Amangkurat I memanggil Panembahan Ratu II ke Surakarta dan menuduhnya telah bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram. Akibatnya, Panembahan Ratu diasingkan dan wafat di Surakarta pada 1667. Perpecahan tak dapat dihindari, diantaranya terdapat dua perpecahan yakni perpecahan I yaitu pada saat Pembagian pertama terhadap Kesultanan Cirebon, dengan demikian terjadi pada masa penobatan tiga orang putra Panembahan Girilaya, yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Panembahan Cirebon pada tahun 1677. Perpecahan II pada masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798-1803), dimana terjadi perpecahan karena noda seorang putranya, yaitu Pangeran Raja Kanoman, mau memisahkan diri membangun kesultanan sendiri dengan nama Kesultanan Kacirebonan. Kehendak Pangeran Raja Kanoman didukung oleh pemerintah. B. Saran



11



DAFTAR PUSTAKA Internet Cirebon Pemkot, “Kota Cirebon” 2017.(Diakses pada 20 September 2021 dilaman https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1061)



Anonim, Kerajaan Cirebon, Cirebonkota.go.id,2021, (diakses pada Kamis, 30 September 2021 di laman https://www.cirebonkota.go.id/profil/sejarah/sejarah-keraton/) Anonim, Kerajaan Cirebon, Cirebonkota.go.id,2021, (diakses pada Kamis, 30 September 2021 di laman https://www.cirebonkota.go.id/profil/sejarah/sejarah-keraton/) Ningsih Lestari Widya, “ Letak, Pendiri, Masa Kejayaan, dan Peninggalan,2021.(Diakses pada 5 September 2021 di laman https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/28/162453079/kerajaan-cirebon-letakpendiri-masa-kejayaan-dan-peninggalan?page=all Ningsih Lestari Widya, “ Letak, Pendiri, Masa Kejayaan, dan Peninggalan,2021.(Diakses pada 5 September 2021 di laman https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/28/162453079/kerajaan-cirebon-letakpendiri-masa-kejayaan-dan-peninggalan?page=all Anonim, Ensiklopedia Dunia, “ Kesultanan Cirebon”2021. (Diakses pada 5 Oktober 2021 di laman https://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3070-2950/Cirebon_41799_itbu_ensiklopedia-dunia-qitbu.html#Terpecahnya_Kesultanan_Cirebon) Anonim, Ensiklopedia Dunia, “ Kesultanan Cirebon”2021. (Diakses pada 5 Oktober 2021 di laman https://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3070-2950/Cirebon_41799_itbu_ensiklopedia-dunia-qitbu.html#Terpecahnya_Kesultanan_Cirebon) Anonim, Ensiklopedia Dunia, “ Kesultanan Cirebon”2021. (Diakses pada 5 Oktober 2021 di laman https://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3070-2950/Cirebon_41799_itbu_ensiklopedia-dunia-qitbu.html#Terpecahnya_Kesultanan_Cirebon)



12



13