CJR - Kelompok 1 - Fisika Dik D 2017. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pendahuluan Fisika Zat Padat CRITICAL JOURNAL REVIEW (CJR) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat Dosen Pengampu: Dr.Makmur Sirait,M.Si



Oleh Kelompok I Riski Amelia



(4172121031)



Sari Siti Wahyuni



(4171121033)



Sri Wahyuni Br. Ginting (4171121034) Steven.Telaumbanua



(4173321053)



Yana Novita Berutu



(4173321060)



Yuni S.P. Simbolon



(4171121038)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas dilimpahkannya nikmat dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas KKNI tentang pembuatan Critical Jurnal Review (CJR). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat di harapkan penulis agar nantinya dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal dan demi kesempurnaan tugas berikutnya. Dalam kesempatan ini kami juga mohon maaf jika ada hal-hal yang tidak berkenan dalam makalah ini dan proses yang dilalui dalam penyusunannya. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua yang berpartisipasi demi terselesaikannya makalah ini dan semoga kita terus dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.



Medan, 16 Maret 2020 Penyusun



Kelompok I



i



DAFTAR ISI Kata pengantar.................................................................................................i Daftar isi.........................................................................................................ii BAB I. PENGANTAR....................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 C. Tujuan.......................................................................................................2 D. Identitas Jurnal..........................................................................................2 BAB II.RINGKASAN ARTIKEL..................................................................4 A. Jurnal Utama.......................................................................................4 B. Jurnal Pembanding..............................................................................6 BAB III. KEUNGGULAN PENELITIAN...................................................11 A. Kegayutan Antar Elemen..................................................................11 B. Originalitas Temuan..........................................................................11 C. Kemutakhiran Masalah.....................................................................12 D. Kohesi dan Koherensi Isi penelitian.................................................12 BAB IV. KELEMAHAN PENELITIAN.....................................................14 A. .Kegayutan Antar Elemen.................................................................14 B. Originalitas Temuan........................................................................14 C. .Kemutakhiran Masalah....................................................................14 D. Kohesi dan Koherensi Isi penelitian................................................14 BAB V. IMPLIKASI TERHADAP..............................................................16 A. Teori..................................................................................................16 B. Program Pembangunan Di Indonesia...............................................16 C. Pembahasan dan Analaisi.................................................................16 BAB VI. PENUTUP.....................................................................................19 A. Kesimpulan........................................................................................19 B. Saran...................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................20 ii



BAB I PENDAHULUAN A.Rasionalisasi Pentingnya CJR Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim disebabkan karena rendahnya minat bacama hasiswa/i pada saat ini. Mengkritik jurnal merupakan salah satu cara yang dapat dilakukanuntuk menaikkan ketertarikan minat membaca. Mengkritik Jurnal (Critical Journal Review) merupakan kegiatan mengulas suatu jurnal agar dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal. Pada dasarnya review jurnal menitik beratkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) bagaimana



mengenai jurnal



keunggulan



tersebut



menjadipertimbangan



bisa



apakah



dan



kelemahan,



merubah dari



persepsi



pengetahuan



apa dan yang



yang menarik, dan cara



berfikir



didapat



serta



mampu



menambah pemahaman terhadap suatu bidang kajian tertentu. Selain itu mengkritik jurnal juga dapat melatih kemampuan kita dalam menganalisis dan mengevaluasi pembahasan yang disajikan penulis.Sehingga menjadi masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan lainnya. Dalam mereview jurnal tidak dapat dilakukan apabila pengkritik tidak membaca keseluruhan jurnal tersebut. Dengan melakukan review tersebut pembaca dapat mengetahui kualitas jurnal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang berbeda serta dapat memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya. Selain itu untuk para pembaca dapat memilih bahan kajian sebagai sumber refrensi Setelah membaca hasil review jurnal ini diharapkan timbulnya minat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam hasil review. Dan apabila tidak memilikiwaktu untuk membaca isi jurnal, maka ia dapat mengandalkan hasil review sebagai sumber informasi.



1



B.     Tujuan Penulisan CJR 1.      Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah pendahuluan fisika zat padat 2.      Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan membandingkan serta memberi pendapat tentang kekuatan serta kelemahan dalam sebuah jurnal 3. Mengetahui implikasi dari jurnal yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari C.    Manfaat CJR 1.      Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jounal dan mencari sumber bacaan yang relevan. 2.      Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah journal. 3.      Untuk menambah pengetahuan tentang hasil akhir atau inti dari sebuah jurnal



D. IDENTITAS JURNAL 1. JURNAL UTAMA 1. Judul jurnal



: Struktur Kristal Dan Konduktivitas Ionik Pada Komposit Superionik Agi-Ag Hasil Sputtering



2. Jenis jurnal



: Jurnal Sains Materi Indonesia (Indonesian Journal of Materials Science)



2. Edisi terbit



: 2006



3. Penulis



: E.Kartini, S.Nikmatin, B. Sugeng,A.Handayani dan S. Suminta



4. Volume



: 7 No 2



5. Penerbit



: Universitas Indonesia



6. Kota terbit



: Jakarta



7. Nomor ISSN



:1411-1098



2



2. JURNAL PEMBANDING 1. Judul jurnal



: Analisis Struktur Kristal Dan Sifat Magnet SrO6Fe2O3 Yang Dihasilkan Via Solid-Solid Mixing Dan Sintering



2. Jenis jurnal



: Jurnal Fisika Indonesia



3. Edisi terbit



: 2013



4. Volume



: 18 No 49



5. Penulis



: Perdamean Sebayang ,Muljadi, dan Prijo Sardjono



6. Penerbit



: Pusat penelitian Fisika-LIPI



7. Kota terbit



: Tangerang



8. Nomor ISSN



:1410-2994



3



BAB II RINGKASAN ISI JURNAL A.



Jurnal Utama Bahan superionik ini menarik perhatian dalam pengembangan film tipis elektrolit



padat. Namun karena aplikasi bahan superionik dalam perangkat elektronik pada suhu ruang, maka perlu dikembangkan bahan baru yang memiliki konduktifitas tinggi pada suhu ruang. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bahan konduktor superionik baru yang memiliki konduktifitas tinggi pada suhu ruang dengan cara memodifikasi bahan AgI yang ada,disamping melengkapi hasil penelitian yang sudah ada tentang bahan superionik. Metode yang dilakukan yaitu dengan cara pendeposisian Ag terhadap AgI dengan teknik sputtering pada variasi waktu pendeposisian 45 menit dan 60 menit. Hal ini ditujukan untuk dapat memodifikasi struktur AgI (suhu ruang), tanpa harus melakukan proses pemanasan, sehingga diperoleh campuran struktur kristal baru AgI-Ag yang memiliki sifat lebih baik dari kristal AgI murni.Selain dari itu,dengan pendeposisian Ag diharapkan jumlah ion yang mobil akan bertambah, sehingga dapat meningkatkan konduktifitas ionik dari bahan yang terdeposisi ini. AgI yang digunakan adalah -AgI berbentuk serbuk kuning (Alfa AesarCo.,99.9%). Kemudian serbuk AgI (~ 2g) tersebut dibuat pelet dengan menggunakan dies pada tekanan 3000 N/m2. Selanjutnya pelet AgI dideposisi dengan Ag dengan waktu pendeposisian 45 menit dan 60 menit dengan peralatan Sputtering-500 Coating Unit TAAB di Bidang Bahan Industri Nuklir PTBIN BATAN. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah waktu pendeposisian 45 menit dan 60 menit maka dilakukan beberapa karakterisasi seperti uji struktur kristal dengan difraktometer sinar-X Shimadzu XD-610 dan sifat listrik dengan LCR Hi Tester Hioki 3522-50. Pengukuran konduktifitas AC dilakukan pada rentang frekuensi 0,1 Hz sampai dengan 100 KHz dengan beda tegangan 0,1 volt, 1,0 volt dan 2,0 volt. Sifat kekerasan dengan Mikro Hardness Tester (MHT) Shimadzu type-M, dan densitas dengan piknometer. Semua peralatan karakterisasi terdapat di PT BINBATAN. Hasil pengukuran kekerasan dan densitas ditunjukkan pada Gambar 1. Dengan waktu pendeposisian 30 menit , 45 menit dan 60 menit dalam proses sputtering, telah terjadi penurunan nilai kekerasan dari 12,96Hv, 9,434Hv menjadi 7,932Hv (Hv=Hardness Vicker Number). Nilai densitas juga menurun dengan waktu pendeposisian 30 menit , 45 menit dan 60 menit yaitu dari 5,502g/cm3, menjadi4,970g/cm3 dan 4,612g/cm3. Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor pemanasan secara tidak 4



langsung padasaat proses sputtering, sehingga mengakibatkan sebagian struktur dari -AgI bertransformasi menjadi AgI. Kehadiran fasa kedua tersebut membuat konfigurasi dan faktor tumpukan atom yang berbeda. Selain itu kehadiran Ag dalam substrat AgI membuat ikatan diantara Ag dan I dalam kristal lebih longgar dan meningkatkan terjadinya grain boundary yang secara fisis akan mengurangi kekerasan dan densitas dari bahan. Tabel 1. Hasil pengukuran densitas dan kekerasan pada AgI-Ag sputtering. Waktu deposisi (menit)



Densitas (gr/cm3)



Kekerasan (HV)



0’ 12,96 45’ 9,434 60‘ 7,932 Ket. HV = Hardness Vickers Number



5,502 4,970 4,612



Hasil pengukuran dengan difraksi sinar-x pada cuplikan AgI dan AgI-Ag pada suhu ruang ditunjukkan pada Gambar 2a, Gambar 2b dan Gambar 2c. Penghalusan dilakukan dengan metode Rietveld Analysis (RIETAN). Dari hasil ini dapat dijelaskan bahwa kristal AgI murni sebelum dideposisi (Gambar 2a) didominasi γ -AgI dengan fraksi berat 90%,sedangkan sisanya adalah fasaβ-AgI. Puncak tertinggi terdapat pada sudut hamburan 2 θ = 23,5o, dimana posisi ini merupakan gabungan dari fasa γ -AgI dan β-AgI. Dalam hal ini sulit untuk memisahkan kedua fasa tersebut tanpa adanya puncak β-AgI yang terpisah. Sehingga penghalusan hanya dilakukan untuk fasa γ -AgI. Perubahan drastis



terjadipada waktu pendeposisian 45 menit dimana terjadi



perubahan fasa dari γ -AgI menjadi β-AgI (Gambar 2b). Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor pemanasan secara tidak langsung pada saat proses sputtering berlangsung. Tabel 2. Keterangan posisi sudut, intensitas dan fraksi berat untuk puncak-puncak tajam hasil penghalusan Rietan. Fasa







AgI-Ag 0’ int



FB



AgI-Ag 45’ int FB







γ AgI 23,5 7800 1.0 39,4 β AgI - 0 22,1 Ag+ - 0 38,4 Ket . FB = Fraksi Berat; Int = Intensitas



74 26 358







0.0047 23,5 0.4501 42,0 0.5451 38,2



AgI-Ag 60’ int FB 1379 0,740 67 0,002 1118 0,258



Telah dilakukan pengukuran konduktivitas pada sampel AgI dan AgI-Ag sebagai fungsi dari frekuensi 0,1Hz–100kHz dengan variasi tegangan 0,1volt, 1volt dan 2 volt pada suhu ruang sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3a, Gambar 3b dan Gambar 3c. Pada 5



Gambar 3a dapat diamati bahwa konduktivitas ionik pada sampel AgI-Ag (pendeposisian 45 menit dan 60 menit) meningkat seiring dengan lamanya waktu pendeposisian. Ada beberapa hal yang menyebabkan kenaikan konduktifitas ionik. Pertama, sebagaimana diterangkan di atas, sisipan atom Ag pada host AgI mengakibatkan ketidakaturan (disorder), yang membuat mobilitas ion meningkat, dan menurunkan energiaktifasinya. Kedua, adanya sisipan Ag dalam host AgI akan meningkatkan jumlah kation Ag+. Akibat dari penambahan fraksi berat Ag+ dapat meningkatkan aliran ionik pada sampel.tentu saja akan meningkatkan konduktiftias ioniknya. Ketiga, adanya transisi sebagian fasa dariγ – AgI (FCC) menjadi β -AgI (Hexagonal) sehingga memudahkan ion-ion Ag+dan I- untuk berdifusi. Ketiga proses diatas, pada intinya menyebabkan perpindahan muatan serta aliran ionik meningkat sehingga menaikkan konduktivitas ioniknya dari ~10-6 S/cm AgI sebelum dideposisi menjadi ~10-3 S/cm AgI-Ag (sesudah deposisi). Karena itu AgI-Ag ini dapat disebut sebagai bahan superionik. Adapun konduktivitas maksimum dicapai oleh AgI-Ag yang dideposisi selama 45 menit dikarenakan ketiga proses tersebut terjadi disini, dan sudah mencapai konduktiftias optimum. Penambahan waktu deposisi menjadi 60 menit, menimbulkan saturasi karena kelebihan Ag akan menjadi penghalang untuk mobilitas dari ion sehingga konduktifitas ioniknya menurun lagi. B.



Jurnal Pembanding Ferrite memiliki struktur yang sangat beragam bergantung pada komposisi



pembentuknya. Namun bila ditinjau berdasarkan penyusunan kisi kristal utamanya, ferrite digolongkan menjadi tiga kelas utama, yaitu spinnel, garnet, dan hexagonal. Struktur spinnel memiliki jari-jari atom yang sangat bervariasi sehingga mampu membentuk fasa dengan kombinasi yang sangat beragam namun tidak semua kombinasi-kombinasi tersebut dapat menghasilkan fasa solid solution. Sedangkan struktur garnet ditemukan dalam bentuk Y3Fe5O12 yang lazim disebut dengan Ytrium Iron Garnet. Garnet memiliki struktur yang sangat komplek. Dalam satu unit sel kubus terdapat 160 atom yang terdiri dari 96 ion O2- bertindak sebagai anion, 24 ion Y3+ yang bertindak sebagai kation, 24 ion Fe3+ tersusun secara tetrahedral, dan 16 ion Fe3+ tersusun secara octahedral. Semua ion-ion tersebut membentuk satu struktur yang hamper mirip dengan spinnel, namun karena Ytrium memiliki jari-jari atom yang sangat besar, maka mampu mendistorsi kisi membentuk struktur garnet. Jenis yang ketiga adalah struktur hexagonal atau sering disebut dengan struktur 6



bahan hexaferrite. Bahan hexaferrite bila ditinjau dari struktur kristalnya dapat dibedakan menjadi 6 (enam) tipe, yaitu tipe M, W, Y, Z, X, dan U. Tipe M disebut juga dengan struktur magnetoplumbit. Tipe M yang paling popular adalah BaO.Fe2O3 yang tersusun atas 2 blok spinnel untuk membentuk struktur Fe6O8 dalam susunan S dan S*, dan blok R yang berisi ion Barium dan ion Oksigen membentuk struktur BaFe 6O11. Sehingga struktur kristal tipe M ini berisi ion-ion yang tersusun secara RSR*S*. Jumlah perbandingan antara BaO dan Fe2O3 tipe M konvensional ini memiliki rasio sebesar 1 : 6. Hexaferrite tipe M ini juga memiliki medan anisotropi (Ha) sangat tinggi hingga mencapai 35 kG dan konstanta anisotropi kristal sebesar 3,3 x 105 Jm-3. Sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai magnet permanen dengan menghasilkan energy produk maksimum magnet sebesar 45,26kJ.m-3. Senyawa lain yang memiliki struktur Hexaferrite tipe M ini adalah SrO. Fe 2O3 yang juga memiliki perbandingan mol antara SrO dengan Fe2O3 sebesar 1 : 6. Karakteristik fisis yaitu jari-jari atomic, kovalen, dan kerapatan atomiknya dari atom stronsium jauh lebih kecil dibandingkan dengan atom barium, sehingga sangat menarik untuk dipahami struktur kristal bahan ini dibandingkan dengan BaO.Fe2O3. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan single phase bahan magnet sistem SrO.Fe2O3 dengan menggunakan metode mechanical alloying. Sedangkan pembahasan pada penelitian ini akan dikhususkan pada tinjauan analisis struktur kristal bahan pada bahan tersebut dengan menggunakan perangkat lunak GSAS(generalstructure analysis system). Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur kristal bahan magnet sistem SrO.Fe2O3 dan memahami parameter-parameter struktur kristal bahan ini berdasarkan sifat magnetiknya. Ferrite memiliki struktur yang sangat beragam bergantung pada komposisi pembentuknya. Namun bila ditinjau berdasarkan penyusunan kisi kristal utamanya, ferrite digolongkan menjadi tiga kelas utama, yaitu spinnel, garnet, dan hexagonal. Struktur spinnel memiliki jari-jari atom yang sangat bervariasi sehingga mampu membentuk fasa dengan kombinasi yang sangat beragam namun tidak semua kombinasi-kombinasi tersebut dapat menghasilkan fasa solid solution. Sedangkan struktur garnet ditemukan dalam bentuk Y3Fe5O12 yang lazim disebut dengan Ytrium Iron Garnet. Garnet memiliki struktur yang sangat komplek. Dalam satu unit sel kubus terdapat 160 atom yang terdiri dari 96 ion O2- bertindak sebagai anion, 24 ion Y3+ yang bertindak sebagai kation, 24 ion Fe3+ tersusun secara tetrahedral, dan 16 ion Fe3+ tersusun secara octahedral. Semua ion-ion tersebut 7



membentuk satu struktur yang hamper mirip dengan spinnel, namun karena Ytrium memiliki jari-jari atom yang sangat besar, maka mampu mendistorsi kisi membentuk strukturgarnet. Jenis yang ketiga adalah struktur hexagonal atau sering disebut dengan struktur bahan hexaferrite. Bahan hexaferrite bila ditinjau dari struktur kristalnya dapat dibedakan menjadi 6 (enam) tipe, yaitu tipe M, W, Y, Z, X, dan U. Tipe M disebut juga dengan struktur magnetoplumbit. Tipe M yang paling popular adalah BaO.Fe2O3 yang tersusun atas 2 blok spinnel untuk membentuk struktur Fe6O8 dalam susunan S dan S*, dan blok R yang berisi ion Barium dan ion Oksigen membentuk struktur BaFe 6O11. Sehingga struktur kristal tipe M ini berisi ion-ion yang tersusun secara RSR*S*. Jumlah perbandingan antara BaO dan Fe2O3 tipe M konvensional ini memiliki rasio sebesar 1 : 6. Hexaferrite tipe M ini juga memiliki medan anisotropi (Ha) sangat tinggi hingga mencapai 35 kG dan konstanta anisotropi kristal sebesar 3,3 x 105Jm-3. Sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai magnet permanen dengan menghasilkan energy produk maksimum magnet sebesar 45,26kJ.m-3. Senyawa lain yang memiliki struktur Hexaferrite tipe M ini adalah SrO. Fe 2O3 yang juga memiliki perbandingan mol antara SrO dengan Fe2O3 sebesar 1 : 6. Karakteristik fisis yaitu jari-jari atomic, kovalen, dan kerapatan atomiknya dari atom stronsium jauh lebih kecil dibandingkan dengan atom barium, sehingga sangat menarik untuk dipahami struktur kristal bahan ini dibandingkan dengan BaO.Fe2O3. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan single phase bahan magnet sistem SrO.Fe2O3 dengan menggunakan metode mechanical alloying. Sedangkan pembahasan pada penelitian ini akan dikhususkan pada tinjauan analisis struktur kristal bahan pada bahan tersebut dengan menggunakan perangkat lunak GSAS (general structure analysis system). Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur kristal bahanmagnet sistem SrO.Fe2O3 dan memahami parameter-parameter struktur kristal bahan ini berdasarkan sifat magnetiknya. Sintesis bahan SrO.6Fe2O3 dilakukan menggunakan metode reaksi padatan dengan oksida-oksida penyusun adalah SrCO3 dan Fe2O3 dengan perbandingan stoikiometri unsur Sr : Fe = 1 : 12. Kedua bahan dasar tersebut diperoleh dari produk Merck dengan kemurnian lebih dari 99 %. Kedua bahan dasar tersebut dicampur menggunakan alat milling yang berada di laboratorium Fisika, Pusat Penelitian Fisika (P2F), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan spesifikasi normal speed 1400 rpm, run time 90 8



menit, of time 30 menit, dan on of cycle 1 kali. Dimensi vial HEM, panjang 7,6 cm dan diameter 5,1 cm. Sedangkan diameter ball mill sebesar 10 mm, terbuat dari bahan stainless steel. Hasil pengukuran pola difraksi sinar-x dari proses difusi antara partikel yang dihasilkan dari sintering pada suhu 1200 oC yang diharapkan dapat terbentuk paduan yang single phase SrFe12O19 sesuai dengan persamaan reaksi. Pada gambar 1 menunjukkan bahwa serbuk SrCO3 yang telah dicampur dengan Fe2O3 dengan perbandingan mol sebesar 1 : 6, telah disinter 1200oC selama 2 jam diperoleh suatu bentuk fasa baru yaitu fasa SrO.6Fe2O3. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan JCPDS File, bahwa puncak-puncak indek Miller dari sampel yang diperoleh menunjukkan bahwa puncakpuncak tersebut telah berimpit dengan fasa SrO.6Fe2O3 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Pola difraksi sinar X sampel yang telah disinter. 1200 oC selama 2h



Hasil pengamatan morfologi permukaan dengan menggunakan SEM dan analisis elementer dengan EDS seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2. Gambar 2. Hasil analisis elementer sampel SrO.6Fe2O3 Pada Gambar 2 ditunjukkan bahwa sampel SrO.6Fe 2O3 terlihat sangat homogen yang terdistribusi merata diseluruh permukaan sampel. Berdasarkan hasil analisis elementer bahwa sampel hanya mengandung 3 unsur utama yaitu stronsium (Sr), besi (Fe), dan oksigen (O) yang berturut- turut sebesar 6.18 %, 68.51 %, dan 25.31 % berat. Dengan



9



demikian diduga bahwa bahan SrFe12O19 telah terbentuk dengan baik. Berdasarkan hasil identifikasi fasa dan analisis komposisi terbukti bahwa sampel tersebut adalah SrO.6Fe 2O3, namun bahan ini merupakan bahan magnetik sehingga seharusnya bahan ini memiliki sifat magnetik yang baik untuk itu dilakukan uji sifat magnetik. Pada Gambar 3 diperlihatkan kurva histerisis sampel SrO.6Fe2O3 yang diukur pada medan magnet dari -10 kOe sampai



10 kOe. Gambar 3. Kurva histerisis sampel SrO.6Fe2O3 Kurva hysteresis loop sampel ini terdiri dari intrinsic saturation Ms, remanence Mr, dan coercivity Hc yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 1. Table 1. Data hasil pengukuran sifat magnetic sampel SrO.6Fe2O3 Sample



SrO.6Fe2O3



Remanence, Saturation, Coercivity, Mr



Ms



Hc



(emu.gr-1) 43.21



(emu.gr-1) 68.01



(Oe) 1650



BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL



 KELEBIHAN JURNAL 1 (JURNAL UTAMA) A. Kegayutan antar elemen Kegayutan antar elemen dikatakan baik jika dari paragraf dan setiap sub materi yang disajikan merupakan materi yang berkaitan satu sama lain. Memiliki urutan sistematika yang teratur, yang pertama dari judul jurnal, penulis dan identitas lainnya, lalu 10



ada abstrak, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, lalu ada metode penelitian, hasil dan pembahasan penelitian lalu kesimpulan dan daftar pustaka. Kegayutan pada jurnal ini sudah baik karena materi dari setiap paragraf saling berkaitan contohnya pada bagian Pendahuluan di paragraf pertama dan paragraf kedua yang membicarakan tentang bagian kisi utama ferrite. Dan menggunakan bahasa yang benar dan mudah dimengerti. B. Orginalitas temuan Sebuah karya tulis dikatakan original apabila tidak ada elemen dalam karya tulis tersebut yang memiliki kesamaan persis dengan karya tulis orang lain. Begitu juga dengan jurnal, sebuah jurnal dikatakan original apabila semua elemen yang ada di dalam jurnal tersebut terukti. Salah satu tolak ukur dalam keaslian sebuah jurnal adalah dilihat dari kutipan dan daftar rujukan. Jurnal ini merupakan jurnal yang original/asli karna setiap kutipan yang ada di dalamnya tertulis pada lembar rujukan. Keaslian tersebut dapat di lihat pula melalui definisi-definisi yang ada di dalam jurnal. Setiap definisi-definisi yang dituliskan pada masing-masing jurnal sudah memuat definisi simpulan atau definisi yang dibuatnya sendiri berdasarkan rujukan definisi dari para ahli yang sudah dituliskan sebelumnya. Misalnya pada jurnal ini, Struktur spinnel memiliki jari-jari atom yang sangat bervariasi sehingga mampu membentuk fasa dengan kombinasi yang sangat beragam namun tidak semua kombinasi-kombinasi tersebut dapat menghasilkan fasa solid solution adalah sebuah kutipan yang diambil dari daftar rujukan nomer satu pada daftar pustaka.



C. Kemuktahiran masalah Sebuah karya tulis dikatakan muktahir apabila materi sesuai dengan perkembangan ilmu, penggunaan contoh-contoh didalamnya terkini/ aktual, dan menggunakan rujukan baru. Jurnal ini dikatakan muktahir katena jurnal ini merupakan jurnal buatan 2013 yang kurun waktunya kurang dari 10 tahun terakhir. Selain itu isi jurnal juga sesuai dengan perkembangan ilmu, yaitu ilmu pendidikan di kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa fisika. Karena tiap mahasiswa mempunyai pemahaman yang berbeda-beda dan terus berubah-ubah sesuai dengan kemajuan zaman, maka di kembangkan jurnal mengenai topik bahasan tersebut, maka dari itu jurnal di katakan muktahir. 11



D. Kohesi dan koherensi isi penelitian Kohesi bisa juga kita sebut sebagai keterpaduan bentuk, sedangkan untuk koherensi disebut keterpaduan makna. Jurnal ini adalah jurnal kohesi disetiap pembahasannya. Hal ini kami katakan karena bentuk tulisan pada setiap paragraf yaitu kalimat dan kata-katanya berkaitan dengan satu sama lain. Koherensi atau keterpaduan makna dalam jurnal 1 ini juga bisa dikatakan baik. Hal ini dikarenakan di setiap paragraf dan kalimatnya jurnal berpadu. Seperti halnya yang kami sampaikan pada kohesi antar paragraf di dalam jurnal ini. Hal ini merupakan keterpaduan makna yang sangat tampak, yaitu penjelasan yang ada pada bagian Hasil dan Pembahasan yang menjelaskan isi hasil penelitian dan makna dari apa yang peneliti dapat.



 KELEBIHAN JURNAL 2 (JURNAL PEMBANDING) A. Kegayutan antar elemen Pada jurnal 2 kegayutan elemen sudah baik karena materi dari setiap paragraf saling berkaitan contohnya pada bagian Pendahuluan di paragraf kedua dan paragraf ketiga yang membicarakan tentang bagian fasa kristal. Dan menggunakan bahasa yang benar dan mudah dimengerti. Serta memiliki urutan sistematika yang teratur, yang pertama dari judul jurnal, penulis dan identitas lainnya, lalu ada abstrak, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, lalu ada metode penelitian, hasil dan pembahasan penelitian lalu kesimpulan dan daftar pustaka. B. Orginalitas Temuan Salah satu tolak ukur dalam keaslian sebuah jurnal adalah dilihat dari kutipan dan daftar rujukan. Jurnal ini merupakan jurnal yang original/asli karna setiap kutipan yang ada di dalamnya tertulis pada lembar rujukan. Keaslian tersebut dapat di lihat pula melalui definisi-definisi yang ada di dalam jurnal. Setiap definisi-definisi yang dituliskan pada masing-masing jurnal sudah memuat definisi simpulan atau definisi yang dibuatnya sendiri berdasarkan rujukan definisi dari para ahli yang sudah dituliskan sebelumnya. Misalnya pada jurnal ini, di bagian pendahuluan paragraf ke dua Padatan elektrolit (solid electrolyte) adalah



12



padatan yangmemiliki konduktivitas ionik sangat tinggi > 10-3 S/cm atau dapat disebut sebagai bahan superionik. Namun pada kebanyakkan kristal superionik seperti AgI, Ag2S dan CuI, bersifat superionik pada suhu tinggi yaitu setelah mengalami perubahan fasa disekitar suhu transisi fasanya [2]. [2] adalah sebuah kutipan yang diambil dari daftar rujukan nomer dua pada daftar pustaka C. Kemuktahiran Masalah Sebuah karya tulis dikatakan muktahir apabila materi sesuai dengan perkembangan ilmu, penggunaan contoh-contoh didalamnya terkini/ aktual, dan menggunakan rujukan baru. D. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian Kohesi bisa juga kita sebut sebagai keterpaduan bentuk, sedangkan untuk koherensi disebut keterpaduan makna. Jurnal ini adalah jurnal kohesi disetiap pembahasannya. Hal ini kami katakan karena bentuk tulisan pada setiap paragraf yaitu kalimat dan kata-katanya berkaitan dengan satu sama lain. Koherensi atau keterpaduan makna dalam jurnal 2 ini juga bisa dikatakan baik. Hal ini dikarenakan di setiap paragraf dan kalimatnya jurnal berpadu. Seperti halnya yang kami sampaikan pada kohesi antar paragraf di dalam jurnal ini. Hal ini merupakan keterpaduan makna yang sangat tampak, yaitu penjelasan yang ada pada bagian Hasil dan Pembahasan yang menjelaskan isi hasil penelitian dan makna dari apa yang peneliti dapat, serta bagaimana prosedur penelitian yag di jelaskan secara ringkas dan mudah mengerti.



BAB IV KELEMAHAN PENELITIAN 



KELEMAHAN JURNAL I A. Kegayutan Antar Elemen Secara sistematis jurnal ini masih banyak yang perlu diperhatikan dari penyusunan



antar kata – kata perkalimat . Di beberapa kalimat masih ada penjelasan yang masih perlu



13



diperbaiki . Setelah pendeposisian 60 menit , terjadi kondisi kejenuhan pada AgI dalam menerima deposisi Ag, dimana fasa AgI mendominasi struktur dengan puncak tertinggi pada sudut 23,5odenganfraksi beratnaikmenjadi 74% sedangkan fasa AgI mengalami penurunan yang tajam dengan fraksi berat 0,2%. Perubahan lain adalah fasa Ag pada sudut 38,2o mengalami penurunan fraksi berat menjadi 25,8%. B. Organilitas Temuan Dari penelitian yang disampaikan pada jurnal ini tidak banyak mengutip teori dan Pendapat para ahli untuk memperkuat isi dari jurnal.Misalnya, Hal ini mungkin karena terjadi cacat atom ( atom icpoint defect pada matriks (host) AgI



karena



adanya



penyisipan (intersitial) atom Ag. C. Kemutakhiran Masalah Penelitian yang disampaikan pada jurnal ini hanya membahas masalah mengenai struktur dan sistem AgI-Ag. D. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian Dari isi penelitian yang disampaikan beberapa kalimat tidak terpadu antar kalimat di beberapa paragraf.



 KELEMAHAN JURNAL II A. Kegayutan Antar Elemen Pada penelitian ini membahas mengenai sampel single phase bahan magnet SrO.6Fe2O3. Dalam jurnal ini terdapat hasil pembahasan yang kurang terperinci pada kalimat yang disampaikan . Jenis yang ketiga adalah struktur hexagonal atau sering disebut dengan struktur bahan hexaferrite. Bahan hexaferrite bila ditinjau dari struktur kristalnya dapat dibedakan menjadi 6 (enam) tipe, yaitu tipe M, W, Y, Z, X, dan U.



14



B. Organilitas Temuan Pada penelitian ini di jelaskan mengenai sampel single phase bahan magnet SrO.6Fe2O3. Dalam jurnal ini tidak



menyampaikan mengenai penelitian-penelitian



terdahulu yang pernah membahas mengenai bahan magnet SrO.6Fe2O3. C. Kemutakhiran Masalah Penelitian yang dilakukan pada jurnal ini hanya dilakukan pada sampel single phase bahan magnet SrO.6Fe2O3. D. Kohesi Dan Koherensi Isi Penelitian Dari isi penelitian yang disampaikan beberapa kalimat tidak terpadu antar kalimat di beberapa paragraf.



BAB V IMPLIKASI  JURNAL UTAMA A. TEORI Pada penelitian ini dilakukan pembuatan single phase bahan magnet system SrO. Fe3O3 dengan menggunakan metode mechanical alloying, sedangkan pembahasan pada penelitian ini akan dikhususkan pada tinjauan analisi



15



sstruktur Kristal bahan pada bahan tersebut dengan menggunakan perangkat lunak GSAS (general structure analysis system). Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur Kristal bahan magnet system SrO. Fe 3O3 dan memahami parameter-parameter struktur bahan ini berdasarkan sifat magnetiknya. B. PROGRAM PEMBANGUNAN DIINDONESIA Magnet SrO.6Fe2O3 dengan karakteristik sifat magnetic yang relative tinggi sehingga dapat diaplikasikan sebagai komponen motor. Magnet merupakan material maju yang sangat penting untuk beragam aplikasi teknologi canggih, berfungsi sebagai komponen pengubah energi gerak menjadi listrik dan sebaliknya, seperti: otomotif, elektronik dan energy . Peningkatan efisiensi energi seperti pada sistem generator listrik, sistem penggerak listrik/motor listrik, otomatisasi industri dan lainnya sangat ditentukan oleh sifat material magnet tersebut. Tujuan utama yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian ini adalah dapat melakukan difusi teknologi magnet permanen untuk membangun industri magnet nasional dengan pendekatan menumbuhkan konsorsium magnet. C. PEMBAHASAN DAN ANALISIS Sistesis bahan SrO. Fe3O3 dilakukan menggunakan metode reaksip adatan dengan oksida-oksida penyusun adalah SrCO3 dan Fe2O3 dengan perbandingan steikiometri unsurSr : Fe = 1: 12. Kedua bahan dasar tersebut diperoleh dari produk Merck dengan kemurnian lebih dari 99%. Kedua bahan tersebut dicampur menggunakan alat milling yang berada di Laboratorium Fisika, Pusat Penelitian Fisika (P2F), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan spesifikasi normal speed 1400 rpm, run time 90 menit, off time 30 menit , dan on of cycle 1 kali. Dimensi vial HEM, panjang 7,6 cm dan diameter 5,1 cm. Sedangkan diameter ball mill sebesar 10 mm , terbuat dari bahan stainless stell. Tujuan milling ini agar diperoleh campuran yang homogeny dan partikel yang relative kecil sehingga pada saat disinteringakan akan memudahkan proses difusi antar partikel sehingga diharapkan akan terbentuk paduan yang single phase sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut : SrCO3+ 6Fe2O3→ SrFe12O19 + CO2



16



 JURNAL PEMBANDING A. TEORI Bahan superioni kini menarik perhatian dalam pengembangan film tipis elektrolit padat. Namun karena aplikasi bahan superionik dalam perangkat elektrolit pada suhu ruang, maka perlu dikembangkan bahan baru yang memiliki konduktivitas tinggi pada suhu ruang. Metode yang dilakukan yaitu dengan cara pendeposisian Ag terhadap Agl dengan tekhnik sputtering pada variasi waktu pendeposisian 45 menit dan 60 menit. Hal ini ditunjukkan untuk dapat memodifikasi strukturAgl (suhu ruang), tanpa harus melakukan proses pemanasan sehingga diperoleh campuran struktur Kristal baru Agl-Ag yang memiliki sifat lebih baik dari Kristal Agl murni. Selain dari itu, dengan pendeposisian Ag digarapkan jumlah ion yang mobil akan bertambah ,sehingga dapat meningkatkan konduktifitas ionic dari bahan yang terdeposisi ini, B. PROGRAM PEMBANGUNAN DI INDONESIA Pengembangan bahan-bahan baru dibidang mendukung inovasi dalamteknologi yang



membuka



ionik padatan sangat kemungkinan terjadinya



penemuan-penemuan baru dibidang industri.Penemuan bahan baru yang pertama dibidang ini ialah elektrolit padatan Ag3SI, yang berhasil dikembangkan sebagai baterai padat Ag/l pada tahun 1961 .Sejak itu npenggunaan bahan superionik diberbagai bidang terus dikembangkan diantaranya ialah generator listrik dan sistem penyimpanan energi, electrolyzer, sensor, divais memori dan divais optik



C. PEMBAHASAN DAN ANALISIS Agl yang digunakana dalahγ -Agl berbentuk serbuk kuning kuning (Alfa Aesar Co., 99.9%).Kemudian serbukAgl (-2g) tersebut dibuat pellet dengan menggunakan dies pada tekanan 3000 N/m2. Selanjutnya pellet Agl dideposisi dengan Ag dengan waktu pendeposisian 45 menitdan 60 menit dengan peralatan sputtering -500 coating unit TAAB di bidangbahan industry nuklir PTBIN BATAN. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah waktu pendeposisian 45 menit dan 60 menit maka dilakukan beberapa karakterisasi seperti uji Kristal dengan difraktometer sinar-X shimadzu XD-610 dan sifat 17



listrik dengan LCR Hi Tester Hioki 3522-50. Pengukuran konduktivitas AC dilakukan pada rentang frekuensi 0,1 Hz sampai dengan 100KHz dengan beda tegangan 0,1 volt dan 2,0 volt. Sifat kekerasan dengan mikro hardness tester (MHT) Shimadzu type-M, dan densitas dengan pkinometer.Semua peralatan karakterisasiter dapat di PTBIN BATAN



BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Pada jurnal Utama Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, bahan superionik komposit baru AgI-Ag dengan konduktifitas ionik 10-3 S/cm telah diperoleh melalui teknik sputtering, dengan cara pendeposisian Ag terhadap kristal γ -AgI . Beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan konduktifitas ionik dari S/cmsebelumdideposisimenjadi



10-6



10-3 S/cm,yaitu perubahan struktur kristal dari



fasaγ -AgImenjadi β -AgI, fraksi berat dari Ag bertambah serta adanya cacat pada kristal 18



yang mengakibatkan ketidakaturan pada struktur kristal. Berkurangnya ikatan ion atau adanya cacat juga menurunkan nilai kekerasan dan densitas dari bahan tersebut. Konduktiftias ionik maksimum diperoleh pada waktu pendeposisian 45 menit, yang menunjukkan bahwa jumlah ionAg yang terdeposisi telah mencapai saturasi (optimum). Penambahan



waktu



deposisi,



tidak



akan



merubah



struktur



melainkan



akan



cenderungmenurunkan konduktifitas ioniknya. Pada jurnal Pembanding. Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan pembuatan sampel single phase single phase bahan magnet SrO.6Fe2O3. Hasil refinement dari pola difraksi sinar-x menunjukkan bahwa telah terbentuk single phase bahan magnet system SrO.6Fe2O3 dengan struktur kristal heksagonal. sifat magnet menunjukkan bahwa bahan SrO.6Fe2O1 memiliki medan koersivitas, magnetisasi saturasi, dan magnetisasi remanen berturut-turut adalah1650 Oe, 63.21 emu/gr, dan 48.01 emu/gr. B. SARAN Saya menyadari bahwa kajian review yang telah penulis lakukan ini tidak terlepas dari kekurangan, seperti halnya pepatah yang mengatakan, “tak ada gading yang tak retak, tak ada satupun manusia yang sempurna.” maka saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat saya harapkan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk kedepannya lebih baik. Akhirnya, semoga kajian ini memberikan manfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan dalam keilmuan tentang pengkajian sebuah jurnal.



DAFTAR PUSTAKA



Kartini E, Nikmatin S ,Sugeng B.,Handayani A dan Suminta S. 2006 Struktur Kristal Dan Konduktivitas Ionik Pada Komposit Superionik Agi-Ag Hasil Sputtering. Jurnal SainsMateri Indonesia (Indonesian Journal ofMaterials Science).(7),hal:79 – 84.Hal 79-84. ISSN : 1411-1098



19



Perdamean Sebayang ,Muljadi, dan Prijo Sardjono. 2013. Analisis Struktur Kristal Dan Sifat Magnet SrO6Fe2O3 Yang Dihasilkan Via Solid-Solid Mixing Dan Sintering.Jurnal Fisika Indonesia. ( 49) 18. Hal.42-48 .ISSN : 1410-2994



20