Cladocera DLL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PLANKTONOLOGI



Cladocera, Ostracoda, dan Copepoda Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PLANKTONOLOGI DOSEN : Dr. Disusun Oleh: Haidar Fathurrahman



230110150159



Muhammad Qiyamuddin



230110150169



Hendra Iman Saro Lase



230110150175



Fahmi Shiddiq



230110150183



Vetthy Fatimah



230110150190



M. Fauzan Pramono



230110150223



Mohammad Syarifudin



230110150229



Nainggolan Untung Benget



230110150233



KELOMPOK 7 / PERIKANAN C



PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2016



Kata Pengantar



Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Planktonologi yang berjudul “Cladocea, Ostracoda, dan Copepoda ”. Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penyusun selama penyelesaian tugas ini mendapat balasan yang tiada terkira dari Tuhan Yang Maha Esa. Makalah ini telah penyusun usahakan untuk disusun secara sistematis dan tertata dengan yang mana isi makalah di jelaskan secara lebih rinci dengan menggunakan kalimat yang sederhana serta dilengkapi dengan berbagai gambar agar mudah dimengerti dan dipahami. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna. Akhir kata, penyusun berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi pengetahuan yang luas mengenai Cladocera, Ostracoda, dan Copepoda. Jatinangor, Mei 2016 a.n Kelompok 7



Mohammad Syarifudin PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan,



hewan dam mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang terjeluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan biota laut yang tertampung dalam ilmu pengetahuan alam laut yang dinamakan biologi laut. Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkapkan rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan kenekaragaman jenisnya luar biasa tingginya. Plankton merupakan hewan yang sangat penting untuk dipelajari karena jumlah plankton di seluruh dunia jumlahnya sangat luar biasa banyak di permukaan bumi, keanekaragaman plankton yang sangat beraneka ragam, adanya kaitan antara plankton dengan perikanan, plankton ada yang menguntungkan bagi manusia dan ada yang merugikan. Kaitan avertebrata air plankton dengan perikanan yaitu planton sebagai pakan ikan, sebagai parasit pada ikan, sebagai bioindikator dalam perikanan, dan sebagai penentu kualitas perairan.



Gambar.1 Biodiversity zooplankton Sumber : www.primack.net Zooplankton merupakan nama untuk plankton hewani, yakni hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi



sendiri bahan organik dari bahan anorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya, zooplankton sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen bahan organik. Ukurannya paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipid (amphipod), kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria didepan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub (Nontji, 2008). Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut (benthos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa telur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang bermula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau benthos (Nontji, 2008). Oleh karena banyak sekali pembahasan tentang protozoa dan rotifera, maka kami membuat makalah ini, dengan harapan dapat menjadi acuan untuk menempuh bidang perikanan yang lain kedepannya. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1 Apa itu Cladocera, Ostracoda, dan Copepoda ? 1.2.2 Bagaimana ciri-cirinya, baik secara morfologi juga fisiologi ? 1.2.3 Bagaimana perannya dalam ekosistem perairan ? 1.2.3 Bagaimana organisasi selulernya ? 1.2.4 Bagaimana mekanisme reproduksi, dan klasifikasinya ? 1.2.5 Apa bentuk adaptasi, tingkah laku, dan cara bergeraknya ? 1.2.5 Bagaimana peranannya dalam kehidupan manusia



1.3. Tujuan 1.2.1 Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Planktonologi 1.2.2 Mendalami ilmu planktonologi, khususnya Cladocera, Ostracoda, dan Copepoda yang termasuk zooplankton



1.2.3 Mengetahui ciri-ciri, cara reproduksi, klasifikasi, dan mekanisme lain pada Cladocera, Ostracoda, dan Copepoda 1.2.4 Mengetahui perannya dalam ekosistem perairan



BAB II PEMBAHASAN 2.1.



Cladocera



2.1.1.



Pembahasan Umum Cladocera Cladocera merupakan zooplankton yang berasal dari nenek moyang



Euphyllopoda yang berubah menjadi neotenic. Ordo cladocera dinamakan juga Kutu air merupakan bagian dari branchiopoda yang membentuk suatu grup monophyletic yang saat ini mempunyai 11 keluarga, 80 genus, dan sekitar 400 spesies. Artinya kaki yang juga berfungsi seperti insang jumlahnya sedikit, hanya 5 sampai 6 pasang. Kelompok cladocera adalah bagian dari kelas arthropod yaitu crustacean, digolongkan dalam grup phyllopoda. Yang umum dikenal adalah genus dari Daphnia sebagai penguji adanya indikasi pencemaran air. Kelompok Cladocera adalah bagian dari kelas arthropod air berukuran besar, yaitu crustacea.



Gambar.2 Daphnia sp. sebagai salah satu spesies dari Cladocera Sumber : www.heise.de



2.1.2



Klasifikasi Cladocera



1. Daphnia sp. Philum



: Arthropoda



Kelas



: Crustacea



Sub Klas



: Branchiopoda



Divisi



:



Oligobranchiopoda Ordo



: Cladocera



Famili



: Daphnidae



Genus



: Daphnia



Spesies



: Daphnia sp.



Gambar. 3 Daphnia sp. Sumber : Wikipedia.org



2. Diaphanosoma sp Phylum : Arthropoda Kelas



: Branchiopoda



Ordo



: Cladocera



Genus



: Diaphanosoma



Species : Diaphanosoma sp.



2.1.3 Ciri-Ciri Cladocera



Gambar. 4 Diaphanosoma sp. Sumber : Wikipedia.org



-



Bentuk tubuhnya gepeng Pada dorsal ada lipatan (cangkang) Bagian kepala tidak tertutup dan ada sepasang mata pada tiap sisi Kepala membengkok kebawah, terdapat rostrum Di kepala ada 2 pasang appendiges ( antena), 1 anten kecil & urinamous



-



deketrostrum, 2 antena besar & biramous ( untuk berenang ) Kepala 3mm kecuali leptodora sp Plankton feeder/ detritius Cladocera : moina, Bosmina Ceriodaphnia, Cydorus, Macrotrhix Predator : leptodora, polyphenus Di tropic specimen lebih kecil tapi species banyak Nilai gizi tinggi : Protein 44,28 % , lemak 8,67 % serat kasar 2,9 % , abu 4 % dan bahan lain 40,15%



Gambar.5 Cladocera, beserta pembagian bagian tubuhnya Sumber : slideplayer.info Struktur tubuh cladocera terdiri dari kepala, thorax, perut, antenna, dan sebagian ada yang memiliki ekor. Kepala diterapkan dengan punggung di daerah yang biasanya disebut chemosensoric antennulae. Selain itu, untuk jantan antenulae ini juga dapat berfungsi untuk memeluk betina dalam proses reproduksi. Memiliki 5 atau 6 pasang kaki yang menempel di perut yang menghubung ke punggung, sedangkan yang dewasa memiliki 4 segmen leptodora, setelah itu ada postabdomen lalu berakhir pada furca claws. Claws tersebut berfungsi sebagai abreptor (pembersih rongga badan). Kemudian ada lagi dua kemudi bristles yang menghubungkan ke perut. Sebagian besar cladocera ini mengorientasikan dirinya dengan sirip belakang atas. Mereka juga memiliki dua valved carapace yang meliputi sebagian besar tubuhnya kecuali bagian dari appendages. Dalam beberapa family, kepala biasanya dipisahkan dari badan dengan lekukan mendalam, tetapi tidak dapat dipisahkan. Pada dahi terdapat gabungan mata (unpaired), kemampuan bergerak secara vertical maupun horizontal. Jumlah ommatidia yang membentuk senyawa mata bervariasi dari jenis ke jenis makanan sesuai dengan preferensi. Mata tersebut mempunyai peranan terpenting



terhadap penangkapan makanan. Pertama sepasang antenna yang yang berisi organ – organ indrawi sangat kecil dan terpasang pada punggung. Kedua pasangan tersebut adalah lebih besar dibandingkan badannya. Mereka memiliki dua cabang , kedua pasang antenna merupakan alat utama untuk menangkap makanan. Kedua antenna bawahnya secara bersamaan membuat lompatan pendek untuk bergerak (hopping). Mereka mempunyai thorax yang sangat pendek dan terdiri dari 4 – 6 segmen.pada betina terdapat ruang besar pada bagian belakang dan sirip belakang sampai carapace yang berfungsi sebagai kantung untuk pengeraman. Telur yang diletakkan kedalam kantung tersebut dapat berkembang di dalamnya.



Gambar.6 Struktur tubuh dari Cladocera, sebagai contoh : Daphnia sp. Sumber : Wikipedaia.org



2.1.4



Reproduksi Cladocera Mekanisme reproduksi cladocera pada umumnya adalah dengan cara



parthenogenesis. Satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada



tubuh induknya. Pada daphnia yang baru menetas harus melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh menjadi dewasa sekitar satu pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak , remaja dan dewasa. Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali, lalu dewasa. Proses reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal, baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi reproduksi seksual (Waterman, 1960). Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapace betina, kemudian akan dilindungi lapisan lapisan yang bernama ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas (Mokoginta, 2003)



Gambar.7 Mekanisme reproduksi dari Cladocera Sumber : media.unpad.ac.id 2.1.5



Habitat Cladocera Kebanyakan Cladocera berukuran 0,2 sampai 3 mm. Hidup di daerah



limnetik sebagai plankton air tawar. Menurut klasifikasi hidupnya sebagai plankton, Cladocera tergolong Holoplankton (plankton permanen) yaitu organisme yang selama hidupnya sebagai plankton. 2.1.7



Peranan Cladocera



Cladocera memegang peran penting dalam rantai makanan di perairan tawar sebagai penghubung antara produsen primer dengan anak ikan hewan air karnivor yang lain. Selain nilai gizinya bagus Cladocera mudah ditangkap anak ikan karena berenangnya lambat. Secara umum cladocera bermanfaat sebagai pakan utama ikan dan juga sebagai pemelihara kualitas air dalam kolam peternakan ikan, dapat dibudidayakan sebagai pakan ikan berkualitas tinggi karena jasad pakan ini mengandung air 90,78 persen, protein 60,12 persen, lemak 8,10 persen, serat kasar 2,58 persen dan abu 4,76 persen.



Gambar.8 Kultur Daphnia sp., mulai dari baru, matang, hingga tua. Sumber : fjb.kaskus.co.id



2.2



Ostracoda



2.2.1



Pembahasan Umum Ostracoda Ostracods (secara resmi disebut Ostracoda) berasal dari bahasa Yunani



'ostrakon', yang berarti 'cangkang', dan mengacu pada karapas bi-valved yang merupakan karakteristik dari ini krustasea kecil, yang menyerupai kutu air. Mereka telah berevolusi dengan Cambrian awal, sekitar 545 juta tahun yang lalu, dan ditemukan umumnya sebagai fosil. Ostracods masih hidup hari ini di semua habitat air dari laut dalam ke kolam sementara kecil. Ostracods, atau ostracode, adalah kelas dari Crustacea (kelas Ostracoda), kadang-kadang dikenal sebagai udang biji. Beberapa 70.000 spesies (hanya 13.000 dari yang masih ada ) telah diidentifikasi, dikelompokkan menjadi beberapa perintah. Mereka krustasea kecil, biasanya sekitar 1 mm (0,039 in) dalam ukuran, tetapi bervariasi 0,2-30 mm (0,0079-1,1811 in) dalam kasus Gigantocypris. Tubuh mereka diratakan dari sisi ke sisi dan dilindungi oleh kerang -seperti, chitinous atau katup berkapur atau "shell". Secara ekologis, ostracods laut dapat menjadi bagian dari zooplankton atau (paling sering) adalah bagian dari benthos, hidup pada atau di dalam lapisan atas dari dasar laut. Banyak ostracods, terutama Podocopida, juga ditemukan di air tawar, dan spesies darat dari Mesocypris dikenal dari tanah hutan lembab dari Afrika Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Tasmania. Mereka memiliki berbagai diet, dan kelompok termasuk karnivora, herbivora, pemulung dan filter feeder. Pada tahun 2008, sekitar 2.000 spesies dan 200 genera ostracoda nonmarine ditemukan. Namun, sebagian besar keanekaragaman masih belum terdeskripsikan, ditandai dengan hotspot keanekaragaman yang tak tercatat habitat sementara di Afrika dan Australia. Dari tertentu dikenal dan keanekaragaman generik ostracods nonmarine, setengah (1000 spesies, 100 genera) milik salah satu keluarga (dari 13 keluarga), Cyprididae . Banyak Cyprididae terjadi pada badan air sementara dan memiliki telur tahan kekeringan, campuran / reproduksi partenogenesis, dan kemampuan untuk berenang. Atribut-atribut biologis preadapt mereka untuk membentuk radiasi sukses di habitat ini.



Gambar.9 Ostracoda Sumber : www.danasrhp.top 2.2.3



Klasifikasi Ostracoda Umumnya berukuran 1 mm atau



lebih;



tubuh bulat sampai



lonjong, agak pipih; tubuh tertutup 2 keping cangkang (karapas) biasanya mengandung zat kapur; ruas tubuh tidak jelas; apendik 6 atau 7 pasang; terdapat 2000 spesieshidup, umumnya di laut, sebagian di air tawar; 10.000 spesies fosil. Kelas Ostracoda terbagi menjadi 5 ordo yaitu : ● Myodocopa (Myopocopida) Semua cangkang biramus



di



laut;



bagian



berlekuk;



antena



anterior kedua



dan pangkal antena besar.



Contoh : Cypridina dan Conchoesia. Filum : Arthropoda Kelas : Ostracoda Ordo : Myodocopida Genus : Cypridina Spesies : Cypridina sp.



Gambar.10 Cypridina sp. Sumber : Wikipedia.org



● Cladocopa (Cladocopida) Karapas tidak berlekuk; antena pertama dan kedua sebagai alat renang; antena kedua biramus; spesies laut; Contoh: Polycope sp.. ● Podocopa (Podocopida) Antena uniramus; mempunyai 2 pasang apendik badan; di laut dan air tawar; Cypris dan Cypricercus di air tawae; Cythereis di laut.



Klasifikasi: Kingdom



: Animalia



Phylum



: Arthropoda



Classis



: Crustacea



Subclassis



:Ostracoda



Ordo



: Podocopa



Family



: Cypridinidae



Genus



: Cypridina



Spesies



: Cypris sp. Gambar.11 Cypris sp. ● Platycopa (Platycopida) Sumber : Wikipedia.org



Antena pertama dan kedua besar tetapi bukan alat renang; antena kedua pipih, biramus; spesies laut, Contoh : Cytherella sp. Kingdom:



Animalia



Phylum:



Arthropoda



Class:



Crustacea



Sub Class:



Maxillopoda



Ordo:



Platycopa



Family:



Cytherellidae



Spesies:



Cytherella sp.



● Palaeocopida Contoh : Spesies fosil



2.2.3



Ciri-ciri Rotifera



2.2.5



Habitat Rotifera



Gambar.12 Fosil Palaecopida Sumber : Google.com



2.2.6



Peranan Rotifera



2.2.4



Ciri-ciri Ostracoda



● Memiliki tubuh berukuran kecil sekitar 0,2 – 30 mm ● Berbentuk bulat atau lonjong, ruas-ruas tubuh tampak tidak jelas, dan memiliki antena yang panjang sebagai alat gerak untuk berenang ● Ostracoda memiliki karapas berkeping dua yang menyatu di bagian dorsal dan menutupi badan serta kepala. Karapas ada yang keras karena mengandung zat kapur dan setiap kali molting akan diganti dengan yang baru ● Ada Ostracoda yang hidup sebagai zooplankton di laut dengan kedalaman hingga 700 m, sebagai bentos atau melekat di dasar perairan, atau membuat liang ● Ostracoda merupakan herbivor, karnivor, predator, atau pemakan detritus (sisa tumbuhan/hewan yang sudah mati) ● Beberapa spesies ada yang hidup komensalisme dengan Echinodermata atau Crustacea lainnya ● Terdapat sekitar 13.000 spesies Ostracoda yang masih hidup, contohnya Cypridina mediterranea, Azygocypridina lowryi, dan Gigantocypris pellucida.



Gambar.13 Struktur Tubuh Ostracoda Sumber : Google.com



2.2.5



Habitat Ostracoda



Habitat: di laut dari abyssal sampai pantai, estuari, lagoon, danau air tawar dan air asin 2.2.6



Peranan Ostracoda



● Sumber makanan ikan ● Bioluminescence Ostracoda sebagai keindahan laut pada malam hari Ostracoda adalah salah satu hewan laut yang hidup yang mengeluarkan cahaya ketika mereka terganggu. Mereka menghasilkan bahan kimia luciferin dan luciferase, yang memancarkan cahaya bila dicampur bersama-sama. Proses ini disebut bioluminescence, adaptasi yang memungkinkan hewan untuk dilihat dalam kegelapan lengkap dari laut dalam. Untuk menunjukkan mengapa organisme yang mampu menghasilkan cahaya, ostracods dimasukkan ke tangki berisi ikan kardinal, yang makan plankton. Ketika ostracoda ditelan, memancarkan ledakan cahaya, membuat ikan kardinal meludahkannya. Situs produksi luminescent di semua ostracods adalah dalam kelenjar labral, jumlah yang bervariasi antara spesies (Herring, 1985). Dalam spesies bathypelagic meskipun, kelenjar luminescent hanya terletak pada margin karapas di mana mereka dapat hadir di bawah incisure rostral, proyeksi karapas dan / atau di tepi posterior karapas (Herring, 1985). Dari labral yang kelenjar cahaya bioluminescent yang dihasilkan dilepaskan ke laut sekitarnya dan disebabkan oleh stimulus seperti predator mendekat (Herring, 1985). Lampu pendaran yang dihasilkan terlihat baik sebagai sekresi dari kelenjar incisure rostral, atau sebagai sumber titik dalam kelenjar lain, terutama



yang



di



ekstensi



karapas



(Herring,



1985).



Ostracods



mendapatkan kemampuan untuk mengontrol lampu bercahaya yang dihasilkan dan dapat menampilkan cahaya sebagai berkedip pendek, awan cahaya atau bersinar bintik (Herring, 1985). Hal ini dapat diasumsikan bahwa semua spesies Conchoecia mampu bercahaya (Herring, 1985). Bioluminescence diproduksi dan disimpan dalam kelenjar yang terletak dalam tuberkel ventral posterior, ujung rostra dan ujung pendek duri di posterior dorsal sudut (Muller, 1906). Kemampuan bioluminescent



yang telah disarankan untuk menjadi perangkat untuk mencegah predator visual makan dengan tampil menjadi sebesar mungkin (Muller, 1906). Spesimen hidup yang berwarna merah cerah. Tidak hanya warna ini fungsional hitam, karena kurangnya cahaya merah di kedalaman ini, tetapi juga pigmen non-reflektif untuk cahaya gelombang-panjang biruhijau



yang



dipancarkan



oleh



sebagian



bioluminescent



organisme (Muller, 1906).



Gambar.13 Bioluminescent pada Ostracoda Sumber : Google.com ● Pengaplikasian Ostracoda untuk Biostratigrafi dan dalam Bidang Kelautan Ostracoda mempunyai nilai yang sama dengan mikrofosil lain yaitu sebagai alat stratigrafi untuk mengetahui umur dan korelasi. Sekitar tahun tujuh puluhan, secara lokal dan regional, ostracoda telah digunakan oleh ahli biostratigrafi di Belgia dan negara-negra lain di Eropa. Namun, penggunaannya belum tersebar di seluruh dunia dikarenakan buruknya pengawetan cangkang sehingga menyebabkan kesalahan identifikasi yang berdampak pada kesalahan interpretasi, serta kurangnya data taksonomi dan publikasi dari hasil studi biostratigrafi. Namun, dengan semakin meningkatnya studi mengenai ostracoda, maka ia menjadi lebih berguna dalam biostratigrafi untuk analisis geologi dan interpretasi, terutama pada saat mikroorganisme plngtonik tidak ditemukan.



❖ Korelasi antara singkapan dan bawah permukaan Spesies amonit tidak dijumapi di Albian-Cenomanian, Jerman Utara, sehingga ostracoda penting dalam korelasi. Dalam studi ini ostracoda membantu merevisi dua skema stratigrafi yang diintegrasikan ke dalam satu skema, dan terbukti bahwa kesalahan fatal telah terjadi dalam penentuan umur, yaitu memasukkan umur Cenomanian awal ke dalam Albian Akhir. ❖ Korelasi dan penentuan umur bawah permukaan Rosenffels dan Raab (1974, dalam Colin dan Lethiers, 1988) telah menggunakan ostracoda untuk korelasi batuan bawah permukaan berumur Cenomanian di Israel. Ada tiga zona ostracoda yang digunakan, yaitu : zona Neocythere bisulacata(dangkal, laut hangat); zona Veeniacythereis jezzineensis (dangkal, laut hangat); dan zona Amphicytherura distincta (laut normal, laut terbuka) . ❖ Korelasi jarak jauh Ostracoda air tawar ataupun ostracoda air laut, telah digunakan dengan sukses di banyak kasus untuk korelasi jarak jauh (termasuk antar-benua), yang berguna dalam paleooseanografi. Contoh apa yang disebut sebagai Gondwana Wealden (jura akhir sampai Aptian awal) dari Brazil dan Afrika Barat. Krommelbien menemukan bahwa sepertiga spesies ostracoda dari Brazil ditemukan juga di Gabon. Dengan dasar tersebut dia membuat korelasi yang teliti antara formasi di Brazil dan di abon (Afrika Barat, sekitar nol derajat). Pengamatan itu menunjukan bukti paleontologi pertama bahwa Afrika Barat dan Brazil pernah disatukan oleh suatu cekungan luas bersifat lakustrin.



2.2



Copepoda



2.2.1



Pembahasan Umum Copepoda Copepoda (Kope = Yunani untuk



"dayung" Podos = Yunani untuk "kaki"). Oleh karena itu Copepod = berdayung kaki, yang mengacu pada sepasang kaki di kolam yang sama somite yang bergerak bersama-sama, seperti ears. Copepoda merupakan kelompok entomostraca (udang-udangan tingkat rendah ) dengan jumlah spesies terbesar, yaitu sekitar



Gambar.14 Copepoda 8.400 spesies, sebagian besar hidup bebas dan sekitar 25%: Google.com nya sebagian Sumber ektoparasit. Kebanyakan copepod terdapat di laut dan sebagian lagi di air tawar, baik sebagai plankton maupun fauna interstisial. Copepoda adalah holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Pada umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya. Copepoda makan fitoplankton dengan cara menyaringnya melalui rambut–rambut (setae) halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang mengelilingi mulut (maxillae), atau langsung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya (Nybakken, 1992). Bougis (1974) menjelaskan bahwa copepoda merupakan biota plankton yang mendominasi jumlah tangkapan zooplankton yang berukuran besar (2500 µm) pada suatu perairan dengan kelimpahan mencapai 30% atau lebih sepanjang tahun dan dapat meningkat sewaktu-waktu selama masa reproduksi. Copepoda mendominasi populasi zooplankton di perairan laut dengan persentase berkisar antara 50-80% dari biomassa zooplankton dalam ekosistem laut. Beberapa diantaranya bersifat herbivor (pemakan fitoplankton) dan membentuk rantai makanan antara fitoplankton dan ikan. Copepoda merupakan organisme laut yang sangat beragam dan melimpah, dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam rantai makanan dan ekonomi lautan (Wickstead 1976). Contoh genus dari Arthropoda antara lain



Paracalanus,



Pseudocalanus,



Acartia,



Euchaeta,



Calanus,



Oithona,



Microsetella (Hutabarat dan Evans, 1986). 2.2



Klasifikasi Copepoda Kelas Copepoda umumnya berukuran antara 0,5 sampai 2 mm; 3 ocelli membentuk sebuah mata nauplius di tengah; apendik umumnya biramus; betina mempunyai satu atau sepasang kantung telur; hidup bebas atau parasit; laut dan air tawar; 8400 spesies. Dibagi menjadi 10 Ordo : 1. Ordo Platycopioda : Semua parasit 2. Ordo Calanoida : Hidup bebas ; 1200 spesies; pelagis; herbivore; artikulasi antara ruas thorax dengan kaki kelima dan keenam; antenna pertama panjang, uniramus; antenna kedua biramus; Calanus finmarchius, “britt” panjang 4 mm merupakan makanan penting bagi ikan lemuru, tuna dan paus; Diaptomus di danau, kolam dan setu. Contoh spesies: Klasifikasi Phylum Class Ordo Genus Species



: Arthropoda : Maxillopoda : Calanoida : Calanus : Calanus finmarchicus



Gambar.15 Calanus finmarchicus Ciri-ciri : Sumber : Wikipedia .com Calanus Finmarchicus dianggap menjadi copepoda besar, yang biasanya 24 milimeter (0,08-0,16) Habitat : di Laut Utara dan Laut Norwegia. Hal ini juga ditemukan di seluruh perairan dingin Atlantik Utara, terutama di lepas pantai Kanada dan di Teluk Maine. 3. Ordo Misophrioida : Semua parasit 4. Ordo Cyclopoida : Hidup bebas sabagai plankton, benthos, di laut dan air tawar; beberapa parasit; artikulasi antara ruas dengan kaki empat dan kelima tampak jelas; antenna pertama dan kedua uniramus; Cyclops, hidup bebas; Lernaea, parasit.



Contoh spesies: ● Cyclops sp. Filum



: Arthropoda



Kelas



: Maxillopoda



Ordo



: Cyclopoida



Famili



: Cyclopidae



Genus



: Cyclops



Spesies



: Cyclops sp.



Gambar.16 Cyclops sp. Sumber : Wikipedia Hidup secara kosmopolitan (dapat hidup disemua perairan:laut, tawar, Ciri – ciri



maupun payau), dapat bertahan hidup dalam kondisi yang tidak cocok dengan membentuk penutuplendirdan memiliki 5 pasang kaki Habitat Hidup di perairan tawar dan laut. ● Oithona sp Phylum



: Arthropoda



Kelas



: Crustacea



Sub Kelas



: Copepoda



Ordo



: Cyclopoida



Family



: Oithonidae



Genus



: Oithona



Spesies



: Oithona sp



Gambar.16 Othana sp. Sumber : Wikipedia



Oithona sp merupakan copepoda yang mendiami hampir di seluruh perairan Indonesia, karenanya Oithona sangat mudah diisolasi dan di koleksi. Saat ini Oithona termasuk jenis copepoda yang digunakan sebagai pakan hidup penyelang, walaupun keberadaannya sering digantikan oleh pakan buatan impor yang harganya cukup mahal karena kegiatan kultur massalnya sering gagal yang dilakukan. Oithona sp berkembang biak



secara seksual yaitu keturunan atau individu baru dihasilkan melalui proses perkawinan antara individu jantan dan betina. Belum teramati adanya perkembang biakan secara parthenogenesis. Jenis kelamin Oithona sudah dapat diidentifikasi pada hari ke tujuh atau delapan, yaitu pada saat memasuki tahap kopepodit V. Pada saat itu individu jantan dan betina sudah mengalami penyempurnaan segmen genitalnya. Pada individu jantan muncul pseudocella yaitu duri pada ujung antenna dan dua persendian. 5. Ordo Gelyelloida : Semua parasit 6. Ordo Marmonilloida : Semua parasit 7. Ordo Harpacticoida : Umumnya sebagai benthos di laut dan air tawar; pemakan bakteri dan detritus; artikulasi antara ruas dengan kaki keempat dan dan kelima tidak jelas; antenna pertama pendek; antara kedua biramus; Harpacticus; hidup bebas dan parasit. Contoh spesies ● Canthocamptus sp Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Subphylum: Crustacea Class



: Maxillopoda



Sub class : Copepoda Orde



: Harpacticoida



Family



: Canthocamptidae



Genus



: Canthocamptus



Spesies



: Canthocamptus sp



Gambar.17 Canthocamptus sp Sumber : Wikipedia .com



Canthocamptus adalah genus dari copepod (crustacean kecil) yang hidup di air dari samudra Arktik ke samudra Atlantik. Ada lebih dari 200 species berbeda dari Canthocamptus sp. Canthocamptus sp termasuk kopepod harpaktikoid yang mempunyai antena yang sangat pendek yang terdiri daripada tidak lebih daripada sembilan segmen. Tubuhnya seakan



bentuk silinder dan tidak dapat dibedakan antara bahagian anterior dan posterior. ● Macrosetella gracillis Filum



: Arthropoda



Kelas



: Maxillopoda



Sub kelas



: Copepoda



Ordo



: Harpacticoida



Family



: Miraciidae



Genus



: Macrosetella



Spesies



:



Macrosetella



gracillis



Macrostella termasuk kedalam kelas crustaceae dengan ciri – ciri memiliki panjang setae lebih kurang seperti panjang tubuhnya. Tubuhnya berbentuk ramping dan memanjang dengan kepala berbentuk kerucut yang tumpul. Memiliki furcal rami yang panjangnya kurang lebih empat kali dari lebarnya. Umumnya macrostella betina lebih panjang dibandingkan dengan yang jantan. Biasanya panjang tubuhnya berkisar antara 1,5 mm tanpa setae ( Romimohtarto, K & Juwana, S, 2004 ). 8. Ordo Monstrilloida : Semua parasit; betina dewasa tidak mempunyai antenna maupun mulut; Monstrilla parasit pada polychaeta. 9. Ordo Siphonostomatoida : Semua parasit 10. Ordo Poecilostomatoida : Semua parasit 2.2.3



Ciri-ciri Copepoda



A. Ciri umum  Ukuran sekitar 0,5 – 2 mm  Ada yang bersifat filter feeder dan predator  Kebanyakan kelompok meroplankton  Warna umum berwarna keabu-abuan dan kecoklatan  Hidup pada salinitas 25 sampai 35 ppt  Hidup pada suhu 17-30oC dan pH 8



B. Ciri khusus  Copepoda jantan umumnya lebih kecil dibandingkan Copepoda betina  Tubuh bersegmen  Memiliki tubuh yang pendek dan silinder  Reproduksi menggunakan antena untuk menempel pada betina C. Anatomi Copepoda  Tubuhnya berbuku-buku  Memiliki ekor yang membulat  Memiliki antenna  Memiliki cadangan telur di bawah abdomennya  Memiliki cephalosome: perisai atas kepala dan beberapa segmen yang terhubungkan D. Kelengkapan Tubuh  Kepala sejati punyai 5 pasang anggota tubuh (antena pertama, antena 



kedua, mandible, maxila pertama, maxilla kedua) Kepala  antena pertama (25 segmen) berfungsi sebagai alat sensor,



 



gerak dan proses pembuahan/copulasi (jantan) Antena kedua lebih pendek dan berfungsi sebagai alat sensor Segmen pertama thorax terdapat sepasang maxillipeds dan masing



   



pasangan mempunyai kaki renang Kaki renang (3 segmen eksopod & 3 segmen endopod) Prosome cephalothorax & metasome Urosome segmen thorax ke-6 dan ke-7 Egg sac (betina)



Gambar.18 Struktur tubuh Sumber : Wikipedia .com



2.2.5



Reproduksi Copepoda



Betina mempunyai sebuah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle. Copepoda jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora. Siklus Hidup Copepoda jantan pada umumnya lebih kecil dibandingkan copepoda betina. Selama melakukan reproduksi atau kopulasi, organ jantan berhubungan dengan betina dengan adanya peranan antenna, dan meletakkan spermatopora pada bukaan seminal, yang dilekatkan oleh lem semen khusus. Telur-telur umumnya lebih dekat ke bagian kantung telur. Telur-telur ditetaskan sebagai nauplii dan setelah melewati 5-6 fase nauplii (molting), larva akan menjadi copepodit. Setelah copepodit kelima, akan molting lagi menjadi lebih dewasa. Perkembangan ini membutuhkan waktu tidak kurang dari satu minggu hingga satu tahun, dan kehidupan copepoda berlangsung selama enam bulan sampai satu tahun (Lavens dan Sorgeloos, 1996). Dalam satu siklus hidup copepoda memerlukan waktu selama kurang lebih 6-7 hari (Anindiastuti dkk., 2002). Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok telur. Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Copepoda mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian copepoda betina tersebut akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru. Stadia nauplius sebanyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodidi sebanyak 5 instar, dan akhirnya menjadi dewasa. Copepoda dewasa tidak mengalami pergantian kulit. Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu minggu sampai satu tahun. Copepoda hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu tahun lebih. Apabila kondisi tidak memungkinkan untuk kelangsungan hidup, copepoda akan memproduksi cangkang atau telur dormant (istirahat) seperti halnya kista. Hal ini juga menyebabkan tingkat survival berlangsung dengan baik walapun kondisi lingkungan tidak mendukung contohnya pada suhu dingin (Lavens dan Sorgeloos, 1996).



2.2.6



Habitat Copepoda



● Habitat Laut Gambar.19 Siklus Reproduksi Copepoda Sumber : Google.com Meskipun copepoda dapat ditemukan hampir di mana-mana air tersedia sebagian besar lebih dari 12.000 spesies yang dikenal hidup di laut. Karena mereka adalah biomassa terbesar di lautan beberapa menyebut mereka serangga laut. Mereka berkeliaran bebas air, liang melalui sedimen di dasar laut, ditemukan pada flat pasang surut dan dalam parit laut dalam. Setidaknya sepertiga dari semua spesies hidup sebagai



asosiasi, commensals atau parasit pada invertebrata dan ikan. Salah satu hotspot keanekaragaman spesies terumbu karang tropis di IndoPacific. Beberapa spesies karang adalah host untuk sampai dengan 8 spesies copepoda.Seperti flat pasang mangrove berkerumun dengan kehidupan copepoda . ● Habitat Air Tawar Spesies dari Calanoida, Cyclopoida dan Harpacticoida telah berhasil dijajah semua jenis habitat air tawar dari sungai kecil untuk danau gletser tinggi di Himalaya. Meskipun keanekaragaman jenis di air tawar tidak setinggi dalam kelimpahan laut copepoda terkadang cukup besar untuk noda air. Bahkan di air tanah fauna copepoda khusus telah berevolusi.Beberapa spesies copepoda dapat ditemukan pada musim gugur daun hutan basah atau di tumpukan kompos basah, kadang-kadang dalam kepadatan cukup tinggi. Lainnya tinggal di lumut gambut atau bahkan dalam phytothelmata (kolam kecil terbentuk di axils meninggalkan tanaman) dari bromeliad dan tanaman lainnya. 2.3.7 Peranan Copepoda 1 Peranan dan Manfaat Copepoda Perairan Indonesia kaya akan kehadiran berbagai jenis copepoda, memiliki peluang besar untuk memilih jenis pakan hidup yang unggul sebagai pakan alternatif atau pengganti Artemia yang saat ini harganya kian melambung. Copepoda (copepodit dan copepoda dewasa) juga dipercaya memiliki level enzim pencernaan yang lebih tinggi dan berperan penting untuk menunjang kebutuhan nutrisi larva. Padahal pada fase awal dari larva ikan-ikan laut belum memiliki perkembangan pada sistem pencernaan dan yang lebih dipercaya berperan hanyalah cadangan makanan exogenous (pakan dari luar) sebagai cadangan makanan alami untuk organisme. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pederson (1984 dalam Lavens dan Sorgeloos, 1996), yang menguji pencernaan pada awal pemeliharaan larva, dan ditemukan bahwa copepoda lebih cepat tercerna dan cepat melewati usus serta lebih bagus tercerna dibandingkan Artemia.



Copepoda kaya akan protein, lemak, asam amino esensial yang dapat mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh serta mencerahkan warna pada udang dan ikan. Keunggulan copepoda juga telah diakui oleh para peneliti, karena kandungan DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong perkembangan mata dan meningkatkan



derajat



kelulushidupan



larva.



Copepoda



juga



mempunyai kandungan lemak polar yang lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia sehingga dapat menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan. Perairan Indonesia kaya akan kehadiran berbagai jenis copepoda, memiliki peluang besar untuk memilih jenis pakan hidup yang unggul sebagai pakan alternatif atau pengganti Artemia yang saat ini harganya kian melambung. Selain itu, beberapa copepoda memiliki beberapa manfaat tambahan. Mereka adalah "detritivores", yang berarti mereka akan mengais sisa-sisa makanan ikan, kotoran ikan, dan bakteri di dalam ekosistem. Mereka dapat membantu mengontrol kualitas air dengan memakan makanan yang tidak terpakai yang akhirnya dapat menyebabkan overload bakteri dalam kolam ikan. 2 Kerugian dalam Bidang Perikanan Copepoda adalah golongan udang renik yang sering menyerang tubuh ikan bagian luar dan insang. Parasit ini dapat hidup di air tawar maupun air asin dan sangat sulit dikontrol. Anggota copepoda yang bukan parasit sering berperan sebagi inang perantara dari parasit cacing. Banyak parasit Copepoda yang menembus daging ikan tanpa dapat dicegah oleh perlakuan kimia. Contohnya, Argulus sp. Argulus sp. adalah sejenis udang renik yang termasuk ke dalam famili Argulidae dan merupakan ektoparasit. Organisme ini mempunyai bentuk tubuh bulat pipih seperti kutu, sehingga sering disebut kutu ikan (fish louse). Tubuhnya dilengkapi dengan alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan tubuhnya pada insang dan mengisap sari



makanan. Serangan parasit ini umumnya tidak menimbulkan kematian pada ikan sebab ia hanya mengisap darahnya saja sehingga ikan menjadi kurus. Luka bekas alat pengisap ini merupakan bagian yang mudah diserang oleh bakteri atau jamur. Infeksi sekunder inilah yang bisa menyebabkan kematian ikan secara masal.



Gambar.9 Parasit pada Ikan Sumber : Wikia



BAB III PENUTUP 3.1 -



Kesimpulan



Ordo Cladocera dinamakan juga kutu air merupakan bagian dari branchiopoda yang membentuk suatu grup monophyletic yang saat ini mempunyai 11 keluarga,



-



80 genera, dan sekitar 400 spesies. banyak hidup di perairan tawar. Copepoda adalah holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Copepoda merupakan kelompok entomostraca (udang-udangan tingkat rendah ) dengan jumlah spesies terbesar, yaitu sekitar 8.400 spesies. Terdiri dari 10 ordo : Ordo Platycopioda, Ordo Calanoida,Ordo Misophrioida, Ordo Cyclopoida Ordo Gelyelloida, Ordo Marmonilloida, Ordo Harpacticoida,



Ordo



Monstrilloida,



Ordo



Siphonostomatoid,



Ordo



Poecilostomatoid. Banyak hidup diperairan laut tetapi beberapa terdapat di -



perairan tawar. Ostracods, atau ostracode, adalah kelas dari Crustacea (kelas Ostracoda), kadangkadang dikenal sebagai udang biji. Beberapa 70.000 spesies (hanya 13.000 dari yang masih ada ) telah diidentifikasi. Terdiri dari 5 ordo : Myodocopa, contoh: Cypridina sp. Cladocopa, contoh: Polycope sp. Podocopa, contoh: Cypris sp. Platycopa, contoh: Cytherella sp. Palaeocopida, contoh : seperti fosil. Banyak hidup di air laut tapi ada beberapa terdapat pada air tawar.



3.2



Saran Terus belajar dan jangan lelah untuk menimba ilmu pengetahuan, jika tidak sekarang kapan lagi kita akan mempersiapkan masa depan yang cerah.



DAFTAR PUSTAKA 1. Brotowijoyo, Mukayat. 1990 . Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga. 2. Radiopoetro, dkk. 1991 . Zoology. Jakarta : Erlangga. 3. Sunardi, Drs. 1983 . Evolusi Avertebrata. Jakarta : Universitas Indonesia ( UIPress). 4. Suwignyo, dkk. 2005 . Avertebrata Air. Jilid 2 . Jakarta : Penebar Swadaya. 5. Anonim. Bioluminescence in Deep Sea Marine Crustaceans. http://2013.extrememarine.org.uk/bioluminescence/ostracoda/index.html (diakses pada tanggal 1 Mei pukul 22.46) 6. Anonim. 2013. Avertebrata. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/584a80d175221c1f1b8f59558d95491 6f1b46551.pdf (diakses pada tanggal 1 Mei pukul 22.46) 7. http://www.animal.jrank.org diakses pada 1 Mei 2014 12.17 8. http://www.at-sea.org diakses pada 1 Mei 2014 12.21 9. http://en.wikipedia.org/wiki/Copepod diakses pada 1 Mei 2014 19.27 10. Nontji, Anugerah. 2008. Plankton laut. Jakarta: LIPI Press.