Cognitive Maps Kel 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

COGNITIVE MAPS



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Kognitif Yang Diampu Oleh Ibu Indah Yasminum Suhanti, M.Psi.



Oleh: Chriselina Ayusandra Pramesti



170811641129



Dewi Oktaria



170811641031



Dina Aulia



170811641131



Hayatun Nufus



170811641118



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI



MARET, 2020



2



I.



Teori Cognitive Maps Cognitive map adalah representasi (penggambaran) informasi geografis, termasuk lingkungan yang mengelilingi kita (Wagner, 2006; Shelton & Yamamoto, 2009; Matlin, 2013). Kita membuat cognitive maps dengan mengintegrasikan informasi yang telah kita peroleh dari banyak pandangan yang bertut-turut. Cognitive maps merupakan bagian dari spatial cognition, terutama mengacu pada tiga aktivitas kognitif: (1) pikiran kita mengenai peta kognitif, (2) bagaimana kita mengingat dunia yang kita navigasikan, dan (3) bagaimana kita tetap bisa melacak objek dalam susunan spasial kita (spatial array) (Matlin, 2013). Perbedaan keterampilan spasial setiap orang cukup besar, tetapi orang-orang cenderung akurat dalam menilai kemampuan mereka untuk menemukan jalan ke lokasi yang tidak dikenalya. Perbedaan ini dapat terlihat dari hasil tes visuospatial sketchpad atau tes spatialnya. Mereka yang mendapat nilai baik dalam tes ini, adalah mereka yang lebih jago dalam menggunakan peta dan menemukan lokasi tujuan. A. Membuat Peta Kognitif Kita akan membuat peta kognitif (conitive maps) ketika kita mendengarkan arahan dari seseorang. Peta kognitif kita tidak lah sempura – sesempurna seperti replika “map in the head” – dari kenyataan. Namun, kita menggunakannya untuk membantu kita menggambarkan aspek spasial dari lingkungan kita. Secara aktif, kita akan menggambarkan fitur-fitur yang relevan dengan semuat tempat. Selain itu, orang akan menggabungkan informasi dari pernyataan terpisah dan menggabungkannya untuk membentuk suatu peta secara kognitif yang terintegrasi. Terdapat beberapa penelitian klasik mengenai peta kognitif: 1. Penelitian Franklin dan Tversky Dalam penelitian ini, partisipan ditunjukkan beberapa objek yang berada pada sisi atas, bawah, depan, belakang, dan kanan serta kiri. Kemudian para partisipan diminta untuk menunjukkan dimana letak benda itu. Hasilnya, diketahui bahwa seseorang akan lebih cepat menentukan



3



lokasi benda yang berada di atas dan bawahnya dari pada depanbelakang atau kanan-kiri. 2. Model Spatial Framework Dalam penelitian ini, juga menekankan bahwa dimensi spasiap atasbawah sangat penting dalam pikiran kita. Hal ini dikarenakan dua faktor: (1) diasosiasikan dengan hukum gravitasi, dimana benda akan jatuh dari atas kebawah, sehingga lebih mudah untuk diakses, (2) diaosiasikan dengan tubuh manusia, dimana bagian atas (kepala) dan bawah (kaki) sangat mudah untuk dibedakan dan tidak membingungkan. Inilah yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah menentukan posisi atas atau bawah mereka. Bias yang terjadi ini berdasarkan interaksi jangka panjang kita dengan tubuh kita dan sifat fisik dunia eksternal (Tversky, 2005a, 2005b; Matlin, 2013). Kita akan menerima informasi, mensintesis, dan melampaui informasi yang kita terima, sehingga kita dapat membuat model untuk menggambarkan pengetahuan kita. Berdasarkan pendekatan situasi kognitif, kita akan lebih bisa menggunakan informasi tersebut dalam lingkungan atau situasi yang langsung. Oleh karena itu, pengetahuan kita bergantung kepada konteks lingkungankita dan situasi dimana kita berada. B. Heuristic in Cognitive Maps Seseorang seringkali menggambarkan peta kognitif yang salah, namun hal tersebut merupakan strategi yang rasional. Oleh karena itu, terdapat konsep heuristic dalam cognitive maps ini. Heuristik adalak strategi pemecahan masalah umum yang biasanya menghasilkan solusi yang benar, tapi tidak selalu. Terdapat tiga pembagian kategori: 1. Jarak (Distance) Perkiraan jarang yang sering orang keliru diakibatkan oleh beberapa faktor : a. Number of Intervening Cities Thorndyke (1918) mendirikan hipotesis peta wilayah geografis dengan kota-kota yang tersebar di peta tersebut. Jumlah kota yang



4



mengintervensi sangat mempengaruhi jelas pikiran mereka. Seseorang akan menerka jarak dua kota yang berjauhan dengan mudah dan menggambarkan bahwa kedua kota tersebut dekat – katakanlah 100 km, namun setelah mereka memasukkan kota-kota lain didalamnya, orang cenderung merubah perkiraan jaraknya menjadi lebih jauh – katakannya 150 km. b. Category Membership Kategori yang kita ciptakan memiliki pengaruh yang cukup besar ketika kita memperkirakan jarak. Border bias, orang akan memperkirakan jarak antara dia lokasi yang spesifik menjadi jauh apabila hal itu merupakan sisi yang berbeda dari lingkungan kita, namun akan mengatakan bahwa lokasi itu dekat apabila berada di seitar lingkungan kita. c. Landmark Kecenderungan kita untuk memperkirakan jarak yang dekat apabila hal tersebut berada dalam wilayah kita (Landmark). Selain itu, kita cenderung memperkirakan jarak yang dekat apabila tujuan itu tampak penting bagi kita, daripada tujuan yang dirasa kurang penting. 2. Bentuk (Shape) Bentuk-bentuk dalam peta kognitif seseorang, cenderung terkonstrak secara umum, reguler, atau teratur, daripada aslinya. a. Sudut (Angles) 90 degree angle heuristic, orang akan cenderung untuk membuat sebuah sudut dari sebuah peta menjadi lebih beraturan (regularize), lebih cenderung menganggapnya memiliki sudut hampir 90 derajat. Semisal



di



sudut



persimpangan



jalan,



orang



akan



lebih



memperkirakan bahwa besar sudutnya adalah 88 derajat, padahal sebenarnya hanya 50 derajat. b. Kurva (Curves) Symmetry heuritic, membuat kita akan menggambarkan suatu lokasi lebih simetris dan teratur dari pada sebenarnya. Kita cenderung membuat peta kognitif yang lebih ideal dan terstandarisasi. Seperti



5



apabila kita ingin berpergian ke suatu tempat diarah selatan, kita lebih menggambarkan bahwa lokasi tersebut simetris dengan lokasi kita, padahal apabila dilihat di peta, lokasi tersebut lebih curam di sisi timur. 3. Posisi Relatif (Relativ Position) Tversky (Matlin, 2013) menitik beratkan heuristik dari posisi relativ pada dua hal : a. The Rotation Heuristic Orang akan mengingat lokasi yang sebenarnya sedikit miring lebih diingat sebagai lebih vertikal atau horizontal. Orang akan cenderung memutar dua titik lokasi menjadi lebih vertikal atau horizontal, sehingga kita akan menyimpulkan hal yang salah dari arahan peta aslinya. b. The Alignment Heuristic Sedangkan alignment heuristic, merupakan penggambaran peta seseorang yang cenderung menganggap dua lokasi yang berajauhan itu merupakan satu garis lurus (horizontal ataupun vertikal). Kedua heuristik ini terdekat serupa, namun sebenarnya berbeda. Rotation heuristik, lebih kepada keadaan orang untuk memutar suatu lokasi hingga lebih vertikal atau horizotal yang menyebabkan perubahan pandangan dari aslinya. Sedangkan alignment heuristik, lebih kepada keadaan orang yang menganggap dua lokasi yang berjauhan itu berada dalam satu garis lurus (horizontal ataupun vertikal). II.



Neuropsikologi Cognitive Maps Hippocampus merupakan bagian utama dari otak manusia. Ini merupakan bagian dari sistem limbik yang memiliki peranan penting pada long-term memory dan navigasi spasial. Berdasarkan penelitian dari O’Keefe & Dostrovsky (1971) banyak saraf dari hippocampal memiliki “place field” , yaitu semburan api dari aksi potensial ketika tikus melewati bagian tertentu dari lingkungan. Dijelaskan dalam Pinel (2010) saraf ini merespon hanya pada saat subjek berada di lokasi



6



yang spesifik. Berdasarkan anatomi otak manusia, hippocampus berada turun di bawah dekat lobus temporal, jauh lebih luas daripada bagian atas.







Bagian EC (Entorhinal Cortex) merupakan sumber terbesar dari input hippocmpal dan target dari output hippocampal, dengan kuat dan saling timbal balik terhubung denan banyak bagian lain dari korteks cerebral dan berfungsi utama penghubung “antarmuka” antara hippocampus dan otak







Area



yang



berdekatan



dengan



hippocampus



dikenal



sebagai



parahippocampal termasuk EC dan korteks perirhinal. Korteks prirhinal memainkan peran penting dalam pengenalan visual dari objek yang kompleks. 



Dalam beberapa penelitian pada saat recalling informasi spasial, bagian hippocampus sebelah kanan berfungsi untuk lokalisasi memori mengenai tempat dan bagian kiri berfungsi sebagai pengurutan temporal.







Menurut



O’Keefe



&



Nadel



hippocampus



membangun



dan



mempertahankan peta allocentric dari dunia luar dari input sensorik yang diterima. Allocentric dapat diartikan sebagai representasi dari suatu tempat berdasarkan relasi dengan objek atau landmark pada suatu posisi.



7



III.



Proses Terjadinya Cognitive Maps Enviromental factor (including interaction



Ways of Spatial cognition



Simulation Sensory memory Attention



Individual factor (physiology, psychology, culture and state)



Short-term memory Repetiton Repetition



Long-term memory Cognitive map



Spatial thinking



Think, learn and solve a problem



Spatial behavior



Task factor (Goal, intention, and plan)



Fig. Process of Map Space Cognition dari Zhengzhou Institute of Surveying and Mapping, P. R. China



Peta  kognitif disimpan sebagai bayangan, atau sebagai preposisi, atau sebagai kedua-duanya. Proses menggunakan informasi spasial yang tersimpan bersama dengan peta atau alat bantu sejenis dikenal sebagai pencarian jalan, yang dalam prosesnya melibatkan rekognisi landmarks, mengingat kembali, dan peta spasial. Pencarian jalan merupakan fungsi adaptif yang memungkinkan seseorang untuk bergerak pada suatu lingkungan secara efisien untuk menempatkan aitem‐ aitem penting di dalam lingkungan tersebut. Bentuk-bentuk yang berbeda dan lebih simple untuk dimengerti dapat meningkatkan pencarian jalan. Upaya-upaya lainnya yang menyampaikan informasi spasial, seperti tanda‐tanda/marka dan program pelatihan, juga dapat meningkatkan kemampuan pencarian jalan.



8



Heth



dkk.



(2002) Etsem, dkk (2007) (dalam mengemukakan bahwa



dalam menemukan jalan (pencarian jalan) seseorang memiliki perasaan tentang arah yang didasari oleh pengoleksian ulang memori spasial hasil strategi yang melalui atensi dan yang melalui mnemonic. IV.



Contoh Cognitive Maps dalam kehidupan sehari-hari Terdapat banyak sekali contoh cognitive maps yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita. Salah satu contoh tersebut adalah sebagai berikut: Ketika menanyakan letak suatu objek, misalnya ketika memasuki sebuah gedung baru dan binggung dimana letak toilet. Kita mencari seseorang untuk menanyakan hal tersebut. Orang yang kita tanyai akan memberikan arahan pada kita. Pada saat kita mendengarkan arahan ini, otak akan mulai untuk membuat sebuah peta kognitif mulai dari jalan yang harus kita ambil, petunjuk arah seperti belok kanan, belok kiri, naik ke atas, turun kebawah sampai dengan ciri-ciri objek tersebut. Satu hal lagi, alasan mengapa orang yang kita tanyaai dapat menjawab dan memberikan arah pada kita, itu dikarenakan ia telah memiliki pengalaman tentang bagaimana cara kita bisa menuju toilet tersebut. Ketika kita menanyakan arah ke toilet, orang yang kita tanyaai akan merecall kembali memori nya dan membuat peta kognitif kemudian menjelaskan arah tersebut kepada kita. Petunjuk-petunjuk yang diberikan orang ini kepada kita bisa saja salah dalam jarak, bentuk, ataupun rotasi dalam dunia nyata, seperti yang telah dijelaskan sebelumnnya.



9



Daftar Rujukan Aiden, F. G. (dkk). 2012. Cognitive Mapping in Human and its Relationship to other Orientation Skills. Enviroment design. Hurnal of Neurolab, Departemen of Psychology and clinical. Vol. 10, No. 1007. Bishop. 1997. Cognitive Neuropsychology and Developmental Disorders: Uncomfortable Bedfellows. The Quarterly Journal Of Experimental Psychology, 50A (4), 899-923. Caramazza. 1992. Is Cognitive Neuropsychology Possible. Journal of Cognitive Neuroscience Volume 4, Number 1. 80-95. Etsem dkk. 2007. Sarana Navigasi Kognitif sebagai Upaya Peningkatan Kemudahan Evakuasi pada Bangunan Mal/Fasilitas Umum. Jurnal Psikologi, 35(1), 41-61. John, P.J. 2012. Biopsychology 8 edition. Columbia: University of



British



Columbia. Matlin, M. W. 2013. Cognition ed. 8th . USA : Wiley.



10