Contoh Anc Terintegrasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KOMPREHENSIF ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN TERINTEGRASI DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA



DISUSUN OLEH : Fathaniatul Ummiyah NIM. P07224316014



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN TAHUN 2019



LEMBAR PENGESAHAN



ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN TERINTEGRASI Asuhan kebidanan pada Ny ”A” umur 24 tahun GIVP3003 usia kehamilan 14 minggu 5 hari dengan anemia ringan telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di Puskesmas Remaja Samarinda



Samarinda, Agustus 2019 Mahasiswa,



Fathaniatul Ummiyah NIM. P07224316014



Mengetahui, Pembimbing Institusi



Bidan Koordinator



Nursari Abdul Syukur, M.Keb NIP. 197805192002122001



Hamdana, Amd.Keb NIP. 197808142002122007



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Antenatal Care Terintegrasi. Penyusunan Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. H. Supriadi B, S.Kp., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur 2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur 3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur 4. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini 5. Hj. Siti Aminah, SST selaku pemilik Lahan Praktek Klinik Aminah Amin sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan laporan ini 6. Hamdana, Amd.Keb selaku Bidan Koordinator di Puskesmas Remaja tempat peneliti melakukan praktek lapangan yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan laporan ini 7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur 8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan baik dukungan material dan moral 9. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu



Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga Laporan Komprehensif ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.



Samarinda, Agustus 2019 Penulis



Fathaniatul Ummiyah



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah terjadi penurunan yaitu dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka ini sudah mendekati sasaran RPJMN 2004-2009 yaitu 226/100.000 KH, dan diupayakan terus untuk mencapai target pencapaian MDG 102/100.000 KH pada tahun 2015. Penyebab langsung dari kematian ibu adalah perdarahan (28%), hipertensi dalam kehamilan (24%), infeksi (11 %), abortus tidakaman (5%) dan persalinan lama (5%). Pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memilik akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan bila terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana (Kemenkes RI, 2014). Angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat kecil (0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97 persen. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui program keluarga berencana (KB) mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia (RISKESDAS, 2013). Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 persen. Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi



ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester3) sebesar 70,4 persen. Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%) (RISKESDAS, 2013). Oleh karenanya perlu intervensi selama kehamilan Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-107 dari 179 negara pada tahun 2007 dalam Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) dimana awalnya lebih disebabkan oleh tingkat kesehatan, utamanya terhadap stimulasi otak dini janin dan asupan gizi pada ibu hamil. Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah integrasi asuhan antenatal dengan pelayanan program Gizi, Imunisasi, IMS-HIV-AIDS, ESK dan Frambusia, TB dan Kusta, Malaria, Kecacingan, dan Intelegensia dengan pendekatan yang responsif gender untuk menghilangkan missed opportunity yang ada. Selanjutnya akan menuju pada pemenuhan hak reproduksi bagi setiap orang khususnya ibu hamil. Untuk itu perlu adanya perbaikan standar pelayanan asuhan antenatal yang terpadu, yang mengakomodasi kebijakan, strategi, kegiatan dari program terkait. Dalam pelaksanaannya perlu dibentuk tim pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi, yang dapat memfasilitasi kemitraan antara dokter spesialis, dokter umum, bidan maupun dukun dengan sistem rujukan yang jelas, dilengkapi fasilitas pendukung dari masing-masing program guna mewujudkan Making Pregnancy Safer. Data K1 dan K4 dari Puskesmas Remaja Samarinda pada tahun 2018 yaitu dari sasaran ibu hamil sebanyak 917 jiwa, tercatat K1 sejumlah 768 jiwa (83,75%) dan K4 sebanyak 737 jiwa (80,37%)



B. Rumusan Masalah 1.



Apakah ibu mempunyai masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan?



2.



Apakah ibu mendapat pelayanan pendidikan kesehatan dan konseling?



3.



Apakah ibu telah merencanakan persalinannya?



C. Tujuan 1.



Deteksi dan antisipasi dini kelainan/penyakit/gangguan yang mungkin terjadi dalam kehamilan.



2.



Pelayanan pendidikan kesehatan dan konseling yang harus ibu dapatkan pada kehamilan yaitu nutrisi ibu, IMD dan ASI Eksklusif, perawatan tali pusat, penggunaan alat kontrasepsi, imunisasi tetanus, pemberian tablet Fe, pencegahan penyakit malaria dan IMS



3.



Persiapan persalinan yang ibu rencanakan bertujuan agar dapat menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan



D. Manfaat 1.



Meningkatkan efektivitas pola kerjasama antar unit atau program yang akan



diintegrasikan



dalam



model



pelayanan



asuhan



antenatal



terintegrasidi masa mendatang. 2.



Meningkatkan efek sinergi dalam rangka mencapai target penurunan angka kematian ibu dan perinatal melalui berbagai kegiatan intervensi yang ada dalam model pelayanan asuhan antenatal terintegrasi sesuai dengan karakteristik kebutuhan dan potensi yang tersedia di daerah atau fasilitas kesehatan.



3.



Menjadi pedoman bagi pemberi pelayanan dalam melaksanakan asuhan antenatal terintegrasi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Standar Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi Standar Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah seperangkat rekomendasi tentang penyelenggaraan pelayanan asuhan antenatal pada fasilitas kesehatan, mulai dari tingkat unit pelayanan antenatal dan jaringannya. Fasilitas kesehatan pada level yang lebih tinggi juga memerlukan standar pelayanan minimal, selain standar pelayanan spesialistik dan obstetrik. Standar Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi ini akan dapat memberikan pedoman bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan. 2. Tujuan 1) Deteksi dan antisipasi dini kelainan/penyakit/gangguan yang mungkin terjadi dalam kehamilan. 2) Intervensi dan pencegahan kelainan/penyakit/gangguan yang mungkin dapat mengancam ibu dan atau janin. 3) Standarisasi kegiatan pelayanan asuhan antenatal terintegrasi, meliputi : tujuan, persyaratan, implementasi serta pemantauan dan penilaian 4) Mengintegrasikan asuhan antenatal rutin dengan pelayanan tambahan dalam praktik asuhan antenatal.



3. Program-Program Yang di Integrasikan dalam Pelayanan Antenatal Terintegrasi a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) Standar: Semua wanita yang melahirkan dan bayi yang dilahirkannya harus terlindung dari Tetanus



Tujuan:



Mencegah Tetanus Maternal dan Neonatal (MNT) Persyaratan: 1) Terdapat perencanaan, strategi, kebijakan, dan pedoman nasional maupun lokal terkait MNTE pada tempat pelayanan asuhan antenatal 2) Di daerah yang tergolong risiko tinggi MNT, perlu perencanaan dan strategi implementasi dengan “pendekatan risiko tinggi”, termasuk imunisasi pada Wanita Usia Subur (WUS). 3) Tersedia Standard Operating Procedure (SOP) penilaian mutu vaksin, jadwal imunisasi dan pemberian imunisasi 4) Semua anggota tim antenatal di tempat pelayanan asuhan antenatal telah



dilatih



untuk



melakukan



penapisan



status



imunisasi,



memberikan imunisasi Tetanus dan mengelola pelayanan imunisasi TT 5) Di tempat pelayanan asuhan antenatal , tersedia vaksin dan logistik (refrigerator, ADS (Auto Disable Syringe) dll) yang dibutuhkan untuk pelaksanaan imunisasi Tetanus 6) tempat pelayanan asuhan antenatal yang dapat melayani imunisasi Tetanus mudah diakses oleh ibu hamil 7) Terdapat sistem monitoring dan evaluasi imunisasi Tetanus yang efektif, termasuk register imunisasi, kartu imunisasi pribadi dan buku KIA. 8) MNT dimasukkan dalam sistem surveilans nasional 9) Tersedia informasi tentang sistem pelayanan rujukan dan tempat pelayanan yang menjadi rujukan pada kasus MNT Pelaksanaan: Tim asuhan antenatal di tempat pelayanan asuhan antenatal, secara khusus, harus : 1) Sebelum pemberian vaksin, periksa tgl kadaluwarsa dan VVM (vialvaccine-monitoring) 2) Vaksin yang sebelumnya telah membeku tidak boleh diberikan.



3) Pada pelayanan antenatal, periksalah status imunisasi ibu hamil melalui penapisan (dengan anamnesis atau memeriksa kartu), sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2.1



Tabel 2.1 Cara Penapisan Imunisasi TT pada WUS dan ibu hamil Pemberian Kapan diberikan Lama proteksi yang immunisasi (Selang Waktu Pemberian diharapkan Minimal) T1 T2



Minimal 4 minggu setelah T1



1-3 tahun



T3



Minimal 6 bulan setelah T2



Minimal 5 tahun



T4



Minimal setahun setelah T3



Minimal 10 tahun



T5



Minimal satu tahun setelah T4



Minimal 25 th



Tabel 2.2 Pedoman imunisasi TT bagi ibu hamil yang telah diimunisasi saat bayi, atau anak usia sekolah Imunisasi yang dianjurkan Usia saat vaksinasi Imunisasi terakhir sebelumnya Pada kunjungan Kemudian (berdasarkan ini/pada kehamilan (dengan interval rekaman tertulis) minimal setahun) Bayi 3 DPT 2 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td (minimal interval 4 mgg antara kedua dosis) Anak Usia Sekolah 1 DT + 2 TT/Td 3 dosis TT/Td 4. Rekam/catat dosis yang telah diberikan pada register standar imunisasi TT, kartu imunisasi pribadi, dan buku KIA. Kartu imunisasi pribadi dan buku KIA harus disimpan oleh yang bersangkutan. 5. Bila teridentifikasi suatu kasus Tetanus Neonatal (TN), berikan ibu satu dosis TT secepatnya dan rawat bayinya sesuai pedoman nasional. Dosis selanjutnya diberikan sesuai dengan waktu pemberian minimal.



6. Rekam/catat semua kasus MNT dan laporkan pada yang berwenang. Semua kasus MNT yang berasal dari daerah berisiko rendah harus diselidiki lebih lanjut. 7. Rekam/catat dan laporkan semua kasus Tetanus dari kelompok umur lain secara terpisah. 8. Penyuluhan kesehatan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang perlunya dilaksanakan imunisasi Tetanus.



b. Antisipasi Defisiensi Gizi Dalam Kehamilan (ANDIKA) Standar: Semua ibu hamil mendapatkan pelayanan dan konseling gizi pada setiap kunjungan antenatal. Tujuan: Mencegah dan menangani masalah gangguan gizi selama masa kehamilan agar menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, serta ibu yang sehat Persyaratan: 1) Terdapat perencanaan, strategi dan kebijakan nasional maupun lokal dalam penanganan masalah gizi pada ibu hamil. 2) Ketersediaan pedoman tentang penanggulangan masalah gizi (KEK, Anemia, KVA) dan konseling, alat peraga penyuluhan/konseling gizi (seperti food-model, kit konseling menyusui), pemeriksaan laboratorium (Hb), pita LILA, suplementasi tablet besi. 3) Ketersediaan pemberi pelayanan gizi yang berkompeten 4) Ketersediaan informasi tentang sistem dan tempat rujukan pelayanan gizi oleh ahli gizi (tenaga gizi) Pelaksanaan: 1) Semua ibu hamil mendapatkan penyuluhan/konseling gizi, termasuk konseling menyusui 2) Semua ibu hamil mendapatkan suplementasi tablet besi 1 tablet perhari selama hamil sampai dengan masa nifas (minimal untuk 90



hari), termasuk konsumsi tablet besi mandiri. Pemberian dilakukan pada waktu pertama kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya (K1). 3) Semua ibu hamil diperiksa status gizi dengan pita LILA pada kunjungan pertama antenatal. Ibu hamil dengan KEK dirujuk ke fasilitas pelayanan gizi (petugas gizi). 4) Semua ibu hamil diperiksa kadar Hb pada kunjungan pertama antenatal. Ibu hamil dengan anemia dirujuk ke fasilitas pelayanan gizi (petugas gizi). 5) Semua ibu hamil dengan anemia dan KEK berat dirujuk ke pelayanan kesehatan rujukan



c. Pencegahan Dan Pengobatan IMS/ISK Dalam Kehamilan (PIDK) Standar: Semua ibu hamil pada setiap kunjungan antenatal mendapatkan informasi dan penapisan Infeksi Menular Seksual (IMS)/Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), serta diberi pengobatan dan rujukan yang tepat dan efektif bagi ibu hamil dan pasangannya. Tujuan: Menurunkan morbiditas, mortalitas maternal dan infertilitas



yang



disebabkan oleh IMS dan ISR, serta menurunkan morbiditas dan mortalitas pada bayi/anak.



Persyaratan: 1) Terdapat perencanaan, strategi dan Kebijakan nasional maupun lokal tentang pedoman pencegahan dan pengelolaan IMS/ISR tersedia 2) Tersedia pemberi pelayanan asuhan antenatal yang kompeten untuk memberikan informasi tentang IMS dan ISR, serta mampu mendiagnosis dan mengobati infeksi tersebut.



3) Seluruh perlengkapan, supplai dan obat-obatan yang dibutuhkan guna mendiagnosis, mengelola serta (konseling) tentang IMS/ISR tersedia di semua tempat pelayanan asuhan antenatal . 4) Pelayanan kesehatan IMS/ISR haruslah terjangkau (accessible and affordable) bagi semua ibu hamil dan pasangannya. 5) Terdapat mekanisme pencatatan hasil pemeriksaan dan pengobatan IMS/ISR. 6) Tersedia informasi tentang sistem dan tempat rujukan kasus IMS/ISR Pelaksanaan: Tim Asuhan Antenatal Terintegrasi haruslah : 1) Semua ibu hamil yang datang memeriksakan diri selama masa kehamilan, persalinan dan nifas harus diberikan informasi yang tepat mengenai identifikasi dan pengendalian IMS/ISR. 2) Dengan cara simpatik menanyakan kepada semua ibu hamil pada setiap kunjungan, menjelang persalinan dan kunjungan pasca persalinan, adanya keluhan yang mengindikasikan adanya suatu IMS/ISR. 3) Bilamana ibu mempunyai keluhan yang menandakan IMS/ISR (misalnya adanya duh tubuh vagina abnormal, ulkus, nyeri perut bagian bawah, dll) periksalah untuk menemukan gejala dan tanda ISR, termasuk pemeriksaan vagina dengan menggunakan spekulum. 4) Berikan pengobatan bagi ibu, pasangannya, dan bayinya sesuai hasil temuan kasus IMS/ISR, hasil tes sifilis on site dan pemeriksaan bayi, dan rujuklah bila fasilitas yang dibutuhkan tidak tersedia di tingkat pelayanan asuhan antenatal. 5) Diskusikan dengan ibu pentingnya pengobatan itu baginya, bagi pasangannya, dan bayi mereka, jelaskan konsekuensi yang timbul bila tidak segera mendapat pengobatan, dan pentingnya penggunaan kondom selama pengobatan.



6) Berikan informasi tentang pencegahan primer IMS, penggunaan kondom, gejala dan tanda IMS, konsekuensi bagi ibu dan bayinya bila tidak mendapat pengobatan, saran untuk pencegahan terhadap HIV serta saran untuk melakukan VCT. 7) Menyiapkan perawatan lanjutan atau rujukan bagi ibu, bayi dan pasangannya, bila timbul komplikasi atau kegagalan pengobatan. 8) Rekam diagnosis dan pengobatan yang diberikan dalam buku kohort atau buku KIA ibu. 9) Pelaksanaan kegiatan pendidikan/ penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan dan pengelolaan IMS dan ISR.



d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) Dan Frambusia Standar: Semua ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal harus mendapatkan layanan penapisan sifilis dan atau penapisan frambusia serta diberi pengobatan dan rujukan yang tepat dan efektif bagi ibu hamil dan pasangannya. Tujuan: Menurunkan mortalitas dan morbiditas ibu dan atau bayi akibat sifilis dan frambusia Persyaratan: 1) Tersedia perencanaan, strategi, kebijakan dan pedoman nasional dan lokal tentang pencegahan, penapisan dan pengelolaan ibu hamil dengan sifilis dan atau frambusia. 2) Tersedia informasi tentang manfaat penapisan sifilis dan risiko sifilis jika tidak diobati pada ibu hamil. 3) Tersedia fasilitas untuk penapisan sifilis, atau fasilitas untuk pengambilan dan pengiriman specimen untuk penapisan sifilis pada tempat pelayanan asuhan antenatal dengan fasilitas terbatas.



4) Semua wanita hamil mempunyai akses untuk melakukan/dilakukan penapisan terhadap sifilis. 5) Tersedia tenaga pemberi pelayanan kesehatan yang kompeten didalam pencegahan sifilis, penapisan selama kehamilan, tindakan pada wanita yang positif sifilis dengan pasangannya, perlindungan dan perawatan pada bayi baru lahir, konseling pencegahan sifilis, dan bagaimana mencegah reinfeksi selama kehamilan dengan mempromosikan kondom. 6) Tersedianya metode dan logistik penapisan dengan RPR, VDRL, atau Rapid Test di pelayanan antenatal. 7) Logistik untuk tes tersedia baik di tempat pelayanan asuhan antenatal maupun di tingkat laboratorium. 8) Pusat laboratorium dan fasilitas kesehatan menjamin kualitas uji laboratorium 9) Benzatine Penicilin tersedia di tempat pelayanan asuhan antenatal , pelayanan maternal dan klinik pasca persalinan. 10) Tersedia sistem monitoring layanan sifilis yang efektif 11) Tersedia



materi



pendidikan



kesehatan



untuk



meningkatkan



kesadaran individu, keluarga dan komunitas tentang pentingnya mendatangi klinik antenatal lebih awal untuk pencegahan sifilis dan perawatannya. 12) Tersedianya buku saku atau leaflet yang berisi foto klinis penderita frambusia. 13) Tersedianya informasi tentang sistem rujukan dan tempat pelayanan yang menjadi rujukan kasus sifilis dan atau frambusia.



Pelaksanaan: 1) Penapisan semua ibu hamil dengan sifilis on site dengan metode uji cepat (rapid test) pada kunjungan antenatal yang pertama. penapisan harus dikerjakan sedini mungkin (lebih baik sebelum 16 minggu dari kehamilan) untuk mencegah infeksi kongenital. Pada



kunjungan ulang, ibu yang dengan beberapa alasan tidak dapat menunjukkan hasil tes sifilis harus di tes kembali. 2) Apabila hasil rapid test pertama positif, dilakukan pengobatan dan diberi informasi tentang perlunya pemeriksaan terhadap infeksi HIV. Satu minggu kemudian pasien dirujuk untuk pemantauan dan penatalaksanaan lebih lanjut. Apabila hasil rapid test pertama negatif, maka akan dilakukan pemeriksaan ulang pada trimester ketiga. 3) Review hasil uji sifilis pada saat kunjungan dan saat persalinan. Jika ibu belum dites pada saat kehamilan, tes sifilis seharusnya ditawarkan setelah persalinan. 4) Semua



ibu



hamil



yang



seropositif



diberikan



Benzathine



benzylpenicilin, dosis 2,4 juta unit intramuskuler sebagai dosis tunggal, kecuali alergi penicilin. Pada kasus alergi penisilin, ibu hamil harus dirujuk pada pelayanan lebih tinggi. 5) Pada ibu yang positif, dilakukan konseling bahwa pasangannya juga harus di tes dan diberi tindakan dengan regimen yang sama, segera setelah kelahiran. 6) Semua ibu hamil dengan dengan riwayat kehamilan yang buruk, seperti abortus, lahir mati, bayi terinfeksi sifilis harus di tes dan diberikan perawatan yang sesuai. 7) Semua ibu hamil yang memiliki gejala klinis atau riwayat terpapar dengan orang yang terkena sifilis harus mendapatkan perawatan. 8) Semua ibu hamil yang terinfeksi sifilis dilakukan penapisan untuk IMS lainnya serta konseling dan perawatan yang sesuai. 9) Semua ibu hamil yang positif sifilis dianjurkan untuk konseling VCT . 10) Buat perencanaan untuk perawatan bayi sejak saat kelahiran. 11) Rekam hasil tes dan perawatan di buku KIA. 12) Lakukan pemeriksaan inspeksi kulit pasien untuk mencari kemungkinan adanya frambusia pada semua ibu hamil di daerah



endemis (dan pada daerah non-endemis jika hasil tes serologis sifilis positif) 13) Dilakukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran individu, keluarga dan komunitas tentang pentingnya mendatangi klinik antenatal lebih awal untuk pencegahan sifilis dan perawatannya.



e. Pencegahan Penularan Hiv Dari Ibu Ke Bayi (PMTCT) Standar: Semua ibu hamil mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS, akses untuk mendapatkan layanan VCT (Voluntery Counseling and Test), profilaksis ART, dan layanan rujukan. Tujuan: Mencegah penularan HIV dari ibu dengan HIV ke bayi dan mengurangi dampak epidemi HIV terhadap ibu dan bayi. Persyaratan: 1) Tersedia kebijakan nasional maupun lokal tentang HIV-AIDS dan PMTCT, termasuk buku pedoman (manual) pelayanan HIV pada ibu hamil. 2) Adanya kebijakan dan dukungan dari pemerintah daerah dan institusi pelayanan kesehatan untuk mendukung dan memberikan pelayanan HIV pada ibu hamil. 3) Terdapat pemberi pelayanan kesehatan yang kompeten serta mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk memberikan dorongan pada ibu hamil dan suaminya untuk mengetahui status HIV dengan datang ke klinik VCT terdekat, pengelolaan umum ibu hamil dengan HIV , pengawasan efek samping obat ARV, kerahasiaan status HIV pasien, kemampuan melakukan rujukan (khususnya ibu hamil diduga/dengan HIV +), memberikan dukungan ibu hamil dengan hasil tes HIV + dan mampu melakukan pencatatan dan pelaporan.



4) Semua ibu hamil dengan faktor risiko HIV mempunyai akses untuk mendapatkan layanan VCT 5) Adanya informasi fasilitas klinik VCT dan Rumah sakit rujukan HIV terdekat dari tempat pelayanan asuhan antenatal . 6) Terdapat informasi tentang sistem dan tempat rujukan ibu hamil dengan HIV Pelaksanaan: 1) Semua ibu hamil mendapatkan informasi serta faktor risiko HIV, cara pemeriksaan/tes HIV, risiko penularan ke bayi pada ibu hamil dengan HIV. 2) Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi dan atau pada populasi berperilaku risiko tinggi dilakukan full-coverage untuk VCT. 3) Pada kunjungan antenatal pertama (K1) pemberi pelayanan melakukan penapisan/penapisan tanda dan gejala HIV serta penapisan/penapisan apakah ibu hamil termasuk dalam kelompok berisiko tinggi HIV. Jika ya maka dorong dan beri dukungan agar ibu hamil dan juga suaminya mau melakukan konsultasi dan tes HIV di klinik VCT terdekat, melakukan aktivitas seksual yang sehat (termasuk penggunaan kondom) dan konsultasikan ke klinik TBC jika ditemukan batuk lama yang tidak sembuh. 4) VCT dilakukan dengan prinsip 3C; Counselling, Confidential dan Consent 5) Ibu hamil dengan status HIV -, beri dukungan untuk tetap negatif dan melakukan aktivitas seksual yang sehat. 6) Ibu hamil dengan HIV mengetahui upaya yang dilakukan untuk menurunkan risiko penularan ke bayi dan mempunyai akses untuk profilaksis ART, pilihan persalinan (melalui konseling) dan PASI (Pengganti Air Susu Ibu) (melalui penyuluhan atau konseling). 7) Ibu hamil dengan status HIV +, diberikan profilaksis ARV (untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi) dan kemudian dilakukan pemeriksaan CD4 nya untuk menentukan indikasi pemberian ARV.



8) Ibu hamil dengan HIV +, mempunyai pilihan untuk menentukan cara persalinan (melalui konseling) apakah memilih melahirkan melalui partus normal atau SC dan berharap ibu dengan HIV tidak memberikan ASI kepada bayinya. 9) Ibu dengan HIV +, setelah melahirkan mendapatkan ARV dengan indikasi (karena pemberian ART adalah untuk seumur hidup). 10) Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV , mendapatkan profilaksis ARV dan dilakukan pemeriksaan status HIV nya pada umur 18 bulan.



f. Pencegahan Malaria Dalam Kehamilan Standar: Semua ibu hamil di daerah endemis malaria mendapatkan penapisan malaria, kelambu berinsektisida (LLIN/Long Lasting Insecticide Nets (Kelambu berinsektisida tahan lama)) pada kunjungan antenatal pertamakali, dan bila hasil pemeriksaan positif untuk malaria, maka ibu hamil diberi pengobatan sesuai usia kehamilan. Tujuan: Menurunkan



insidens



penyakit



malaria



dan



berbagai



komplikasi/dampak negatif terhadap ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit malaria



Persyaratan: 1) Tersedia pedoman teknis dan kebijakan nasional maupun lokal dalam pencegahan, penegakan diagnosis dan pengobatan penyakit malaria 2) Tersedianya pemberi pelayanan di unit pelayanan antenatal yang sudah terlatih dan kompeten dalam pengelolaan kasus malaria selama kehamilan antara lain: penegakan diagnosa baik secara



mikroskopis maupun RDT, pemberian obat untuk kasus positif malaria, dan penyuluhan untuk penggunaan kelambu berinsektisida 3) Ibu hamil mau dan mampu mengakses ke tempat pelayanan asuhan antenatal . 4) Ada jaminan ketersediaan mikroskop atau RDT, obat dan kelambu 5) Penyuluhan dan pendidikan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat



tentang



bahaya



malaria



bagi



ibu



hamil



telah



dilaksanakan secara efektif. 6) Adanya informasi sistem dan tempat rujukan untuk kasus malaria.



Pelaksanaan: Tim antenatal di daerah endemis harus mampu: 1) Melakukan pemeriksaan sediaan darah dengan mikroskopik atau RDT pada kunjungan pertama ibu hamil ataupun kunjungan berikutnya bila disertai dengan keluhan demam. Apabila serologis positif dilakukan pengobatan berdasarkan umur kehamilan. Trimester I : Kina (dosis 10 mg/kg BB/kali diberikan 3 kali sehari selama 7 hari) Trimester II, III : ACT (Artemisinin Combination Therapy) (Artesunat 10 mg/kgBB, Amodiakuin 10mg/kgBB selama 3 hari ) 2) Setiap ibu hamil diberikan kelambu berinsektisida disetiap kunjungan pertama, atau kunjungan berikutnya apabila belum mendapatkan kelambu pada kunjungan pertama/sebelumnya. 3) Dilakukan pemberian motivasi secara sungguh-sungguh agar semua ibu hamil bersedia tidur memakai kelambu sesegera mungkin selama umur kehamilan mereka bahkan dilanjutkan setelah pasca persalinan. Tim Antenatal di daerah non-endemis harus mampu :  Mewaspadai jika dijumpai ibu hamil yang memiliki gejala anemis dan/atau demam jika sebelumnya mempunyai riwayat pernah menderita dan/atau berkunjung di daerah endemis malaria.



Selanjutnya diberikan pengobatan sesuai dengan standar teknis pengobatan malaria yang berlaku secara nasional.  Sebagai bentuk upaya pencegahan dan dapat memberikan nasehat agar semua ibu hamil lebih waspada apabila akan tinggal atau berpergian ke wilayah endemis malaria dan dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap gigitan nyamuk misal dengan memakai pakaian tertutup, lotion anti nyamuk , dll  Dibuatkan catatan riwayat pengobatan malaria secara lengkap di kartu antenatal dari semua ibu hamil.



g. Penatalaksanaan TB Dalam Kehamilan (TB-ANC) Dan Kusta Standar: Semua wanita yang dijumpai pada periode kehamilan harus diberikan informasi yang tepat mengenai pencegahan dan pengenalan penyakit TB Paru dan Kusta. Mereka harus diperiksa gejala dan tanda TB Paru dan Kusta, dan bila perlu diberikan pengobatan yang tepat dan efektif bagi mereka Tujuan: Menurunkan angka kesakitan atau angka kematian penyakit TB Paru dan Kusta dengan cara memutuskan rantai penularan, kekambuhan dan Multi Drug Resistant (MDR) (khusus pada TB Paru) dapat dicegah sehingga penyakit TB Paru dan Kusta tidak lagi merupakan masalah kesehatan bagi ibu hamil di Indonesia. Persyaratan: 1) Adanya suatu kebijakan nasional dan adaptasi lokal pedoman pencegahan dan pengelolaan TB Paru dan Kusta pada semua ibu hamil 2) Tersedia pemberi pelayanan asuhan antenatal yang kompeten dalam mengenali dan memberikan informasi kepada para ibu tentang gejala, tanda dan pencegahan TB Paru dan Kusta



3) Terdapat tenaga wasor Kusta Kabupaten, minimal 2 orang per kabupaten, dibantu dengan dokter/petugas Kusta terlatih di Puskesmas. 4) Seluruh perlengkapan, supplai dan pengobatan yang diperlukan untuk penatalaksanaan, konseling dan pencegahan TB Paru dan Kusta tersedia di berbagai level tempat pelayanan asuhan antenatal . 5) Jasa pelayanan kesehatan untuk TB Paru dan Kusta mudah didapat dan terjangkau bagi ibu hamil 6) Terdapat mekanisme untuk merekam hasil pemeriksaan dan pengobatan TB paru 7) Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan untuk meninggikan kesadaran masyarakat tentang pencegahan dan penatalaksanaan TB Paru dan Kusta pada kelompok ibu hamil



Pelaksanaan: 1) Paradigma Sehat. a) Meningkatkan penyuluhan untuk menemukan kontak sedini mungkin, serta meningkatkan cakupan program. b) Promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat. c) Perbaikan perumahan serta peningkatan status gizi pada kondisi tertentu.



2) Srategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse), sesuai rekomendasi WHO, terdiri dari 5 komponen yaitu : a) Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dana. b) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis yang terjamin mutunya c) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksanan kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).



d) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu e) Sistim Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB. 3) Prinsip pengobatan bagi ibu hamil yang menderita TB paru adalah tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya : a) Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 (6 bulan): (1) Phase Intensif 2 bulan setiap hari (2) Phase Lanjutan 4 bulan 3 kali seminggu (3) Kategori 1 untuk pasien baru BTA (+), pasien baru BTA (-) dengan Rontgen (+) b) Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 (8 bulan): (1) Phase Intensif 3 bulan setiap hari (2) Phase Lanjutan 5 bulan 3 kali seminggu (3) Kategori 2 untuk pasien kambuh, pengobatan setelah putus berobat (default), gagal (failure) 4) Hampir semua OAT aman untuk kehamilan kecuali streptomisin 5) Ibu hamil dapat diberikan pengobatan TB kecuali streptomisin. Sebaiknya bila ibu



hamil memerlukan pengobatan kategori 2



maka pengobatan sebaiknya ditunda



setelah melahirkan. Apabila



pengobatan tidak bisa ditunda maka sebaiknya dirujuk untuk pengobatannya. 6) Prinsip pengobatan ibu hamil yang menderita kusta tidak berbeda dengan penderita kusta lainnya: a) Multi Drug Treatment (MDT) untuk Pauci Basiler (PB) : Obat diberikan selama 6-9 bulan, terdiri dari: o Dapson setiap hari o Rifamipisin (1x/bulan) b) MDT Multi Basiler (MB) : Obat diberikan selama 12-18 bulan terdiri dari: Rifamipisin (1x/bulan) o Dapson setiap hari



o Klofazimin setiap hari c) Reaksi Kusta Reaksi kusta merupakan fase akut pada perjalanan penyakit kusta yang kronis. Sebelum, selama, dan sesudah penyakit kusta, reaksi dapat terjadi. Jika terjadi reaksi pada ibu hamil yang menderita kusta, pasien harus dirujuk d) Semua MDT aman untuk ibu hamil 7) Bidan di desa membantu penemuan kasus TB dan Kusta pada bumil melalui pengiriman dahak ke Unit pelayanan ANTENATAL pada TB, dan melaporkan tersangka/kasus Kusta pada petugas/wasor kusta di Puskesmas/Kabupaten. 8) Pengembangan program dilaksanakan secara bertahap keseluruh UPK. 9) Peningkatan kerjasama dengan semua pihak melalui kegiatan advokasi, diseminasi informasi dengan memperhatikan peran masing-masing. 10) Kabupaten/Kota sebagai titik berat manajemen program meliputi : perencanaan,



pelaksanaan,



monitoring,



dan



evaluasi



serta



mengupayakan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana). 11) Kegiatan penelitian dan pengembangan dilaksanakan dengan melibatkan semua unsur terkait. 12) Memperhatikan komitmen internasional. 13) Pada setiap ibu hamil harus dilakukan inspeksi kulit untuk mencari tanda/gejala kusta, dilakukan minimal sekali selama kehamilan. Bila ditemukan kelainan kulit/bercak disertai gangguan saraf berupa mati rasa/baal, nyeri saraf, tangan/kaki bengkok, kaki semper atau mata tidak dapat menutup, rujuk ke layanan yang lebih tinggi (petugas/wasor kusta atau dokter terlatih). 14) Tersedia informasi sistem rujukan dan tempat rujukan kasus TB Paru atau Kusta



h. Pencegahan Kecacingan Dalam Kehamilan (PKDK) Standar: Semua wanita hamil harus terlindung dari kecacingan dan akibat yang ditimbulkannya, baik terhadap ibu maupun bayi yang dilahirkan. Bila dijumpai anemia yang berat tanpa tanda-tanda lain, perlu adanya penapisan khusus tentang kecacingan. Tujuan: Mencegah kecacingan dan akibat yang ditimbulkannya (anemia) pada ibu hamil maupun bayi yang dilahirkan Persyaratan: 1) Adanya kebijakan dan strategi nasional pencegahan kecacingan pada wanita hamil dan diimplementasikan dengan baik. 2) Ketersediaan pemberi pelayanan antenatal yang kompeten untuk memberikan penyuluhan/informasi tentang pencegahan, akibat dan pengendalian kecacingan dalam kehamilan 3) Terdapat fasilitas yang dibutuhkan untuk penapisan dan intervensi anemia dan kecacingan pada ibu hamil 4) Terdapat informasi tentang sistim rujukan dan tempat yang menjadi rujukan pelayanan kecacingan dalam kehamilan i. Manajemen Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi Standar: Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali dengan mendapatkan pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi sesuai sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan kemampuan lokal Tujuan: Membantu ibu hamil agar dapat tetap sehat selama kehamilan dan dapat mempersiapkan persalinan dengan optimal sehingga didapatkan keluaran ibu dan bayi yang sehat. Menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal neonatal yang diakibatkan masalah kesehatan terkait kehamilan. Persyaratan:



1) Cakupan pelayanan Asuhan Antenatal Dasar (K1dan K4) telah memenuhi target cakupan 2) Merupakan wilayah yang berpotensi endemis atau berisiko tinggi terjadinya masalah kesehatan terkait kehamilan 3) Tersedia perencanaan, strategi, pedoman, dan kebijakan nasional maupun lokal terkait program pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi yang akan dijalankan 4) Tersedia fasilitas pendukung layanan Asuhan Antenatal Terintegrasi sesuai dengan program yang akan dijalankan 5) Ibu hamil mau dan mampu mengakses tempat pelayanan asuhan antenatal 6) Tenaga



asuhan



berkompeten



antental



telah



menyelenggarakan



mendapatkan layanan



pelatihan



Asuhan



dan



Antenatal



Terintegrasi sesuai dengan program yang akan dijalankan 7) Tersedia informasi sistem dan tempat rujukan untuk masing-masing kasus dalam program Asuhan Antenatal Terintegrasi yang akan dijalankan 8) Tersedia pedoman tentang standar pencegahan infeksi pada fasilitas asuhan antenatal 9) Persyaratan khusus mengacu pada masing-masing program Asuhan Antenatal Terintegrasi yang akan dijalankan 10) Tersedia catatan medik dan buku register yang disimpan di tempat pelayanan asuhan antenatal dan buku pemeriksaan kehamilan (buku KIA) yang dibawa oleh ibu hamil. 11) Sistem pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi mampu mendorong terciptanya komunikasi 2 arah antara petugas dengan ibu hamil dan suami, serta keduanya



mampu



merencanakan/menentukan



rujukan dan tempat rujukan jika menghadapi kegawatan kehamilan



komplikasi/



dan persalinan (Program Perencanaan



Persalinan dan Pencegahan Komplikasi/ P4K).



Pelaksanaan: 1) Setiap ibu hamil melakukan minimal 4 kali kunjungan ke fasilitas asuhan antenatal dengan jadwal yang dianjurkan sesuai pedoman nasional 2) Dalam 4 kali kunjungan, minimal disertai/diantar oleh suami 1 kali kunjungan. 3) Pada setiap kunjungan ibu hamil minimal mendapatkan pelayanan ”7T” sebagai berikut; Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus uteri, penapisan status imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan pemberian bila perlu, pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, Tes laboratorium sesuai indikasi (Hb, IMS/ISR, Sifilis, HIV/AIDS, TB, Malaria), Temu wicara/konseling meliputi perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (terkait dengan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi/P4K), perencanaan KB pasca persalinan, gizi, dan asuhan bayi baru lahir. 4) Pada setiap kunjungan, semua pemeriksaan dan tindakan yang diberikan harus memenuhi standar pencegahan infeksi (universal precautions) 5) Pada



setiap



kunjungan



diinformasikan



tentang



pengawasan



kehamilan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dan tanda kegawatan dimana ibu hamil harus segera datang untuk memeriksakan diri. 6) Apabila ditemukan ketidak normalan pada kunjungan antenatal, petugas menyampaikan rencana tindak lanjut, kemungkinan untuk melakukan rujukan (pemeriksaan penunjang; laboratorium atau USG, konsultasi, perawatan) atau jarak kunjungan berikutnya yang lebih pendek. Misalkan, jika ditemukan ibu hamil dengan Anemi maka jadwal kunjungan berikutnya adalah 2 minggu, jika ditemukan Hipertensi pada kehamilan 8 bulan atau lebih maka kunjungan berikutnya adalah 1 minggu. Kunjungan lebih pendek dari jadwal juga dilakukan pada ibu hamil dengan Malaria dan HIV positif.



7) Pada kunjungan terakhir diinformasikan tentang tanda-tanda persalinan dan saran untuk datang tidak lebih dari 2 minggu sebelum waktu tanggal taksiran persalinan. 8) Pelaksanaan disesuaikan dengan petunjuk pelaksanaan tiap program dalam Asuhan Antenatal Terintegrasi



B. Konsep Dasar Teori Anemia Ringan dalam Kehamilan a.



Pengertian Anemia Ringan dalam kehamilan Menurut Manuaba (2007), anemia ringan adalah dimana kadar hemoglobin berkisar antara 9-10 gr%.Anemia ringan menurut Shafa (2010) kadar hemoglobinnya berkisar antara 9-10.9 gr% Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin dalam darah dibawah batas normal. Di Indonesia, kasus anemia umumnya terjadi karena kekurangan zat besi dalam darah (Saifuddin, 2006).



b.



Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui (kebutuhan fisiologis), dan kehilangan banyak darah saat menstruasi (Manuaba, 2007). Anemia lebih



sering



ditemukan



dalam



kehamilan



karena keperluan akan zat-zat makanan makin bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya selsel darah kurang dibandingkan dengan plasma, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.



Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi ibu yaitu dapat meringankan beban kerja jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, yang disebabkan oleh peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit



dibandingkan



dengan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. (Wiknjosastro, 2006). c.



Macam-macam anemia Menurut Prawirohardjo (2009), ada beberapa macam jenis anemia yang dapat terjadi, yaitu : 1)



Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang paling sering dijumpai yang disebabkan karena kekurangan unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang menyebabkan perdarahan.



2)



Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12 (kobalamin).



3)



Anemia Aplastik adalah anemia aplastik pada kehamilan biasanya terjadi eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh kehmilan dan hanya membaik setelah terminsi kehamilan.



4) Anemia Penyakit Sel Sabit adalah anemia penyakit sel sabit (sickle cell anemia) biasanya disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonal, pneumonia, perdarahan antepartum, prematuritas, dan kematian janin.



d.



Klasifikasi Anemia Pada Kehamilan



Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin kurang dari 11,0 gr%. Menurut Manuaba (2010), Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: 1)



Tidak anemia : Hb >11 gr%



2)



Anemia ringan : Hb 9-10 gr%



3)



Anemia sedang : Hb 7-8 gr%



4)



Anemia berat



: Hb < 7 gr%



e. Tanda dan Gejala Anemia Suplai oksigen ke jaringan tubuh menyebabkan kadar hemoglobin dalam darah menjadi berkurang atau menurun sehingga menimbulkan gejala anemia secara umum, sebagai berikut keletihan mengantuk, kelemahan, sakit kepala, malaise, pica, nafsu makan kurang (perubahan dalam kesukan makanan), perubahan mood, perubahan kebiasan tidur (Varney, 2006). Pada pemerikasaan tanda-tanda anemia dapat meliputi pucat, ikterus, hipotensi ortostatik, edema perifer, membran mukosa dan bantalan kuku pucat, lidah halus (papilla tidak menonjol), lidah mengalami lecet, splenomegali, takikardia atau aliran murmur, takipnea, serta dispnea saat beraktivitas (Varney, 2006).



f.



Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Janin Anemia sangat berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, nifas, dan janin. Menurut Manuaba (2009), pengaruh anemia tersebut, yaitu : 1)



Bahaya anemia dalam kehamilan seperti : Resiko terjadi abortus, Persalinan permaturus, Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim, Mudah menjadi infeksi, Ancaman dekompensasi kordis (Hb 110%). Ibu hamil memerlukan jumlah zat gizi yang relatif besar. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Peningkatan kebutuhan zat gizi ini terutama berupa vitamin B1, (Thiamin), Vitamin E2 (Riboflapin), Vitamin A, D dan Mineral, dan Fe (Prawirohardjo, 2009).



C. Pengertian Ketidaknyamanan Ketidaknyamanan merupakann suatu perasaan yang kurang ataupun yang tidak menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil. Kehamilan merupakan proses alamiah pada wanita yang akan menimbulkan berbagai perubahan dan menyebabkan rasa tidak nyaman, hal ini merupakan kondisi yang normal pada wanita hamil. Beberapa ibu biasanya mengeluh



mengenai hal-hal yang membuat kehamilanya tidak nyaman dan kadang menyulitkan ibu (Hidayat, 2008: 120). Ketidaknyamanan Yang Dialami Oleh Ibu Hamil Pada Trimester II 1. Pusing Pusing merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan oleh banyak ibu hamil. Yang menyebabkan kondisi ini bisa terjadi pada ibu hamil adalah karena tekanan darah menurun pada masa kehamilan akibat hormon progresteron yang melemaskan dan melebarkan dinding pembuluh darah, sehingga membuat ibu sakit kepala. Jika ibu mengalami masalah ini, segera beristirahat dengan berbaring menghadap ke kiri untuk memulihkan tekanan darah. Ketika ingin bangun dari posisi duduk atau berbaring, lakukanlah secara perlahan-lahan. Ibu juga disarankan untuk memperbanyak minum air putih (Irianti, 2013). 2. Sering buang air kecil Seiring bertambahnya usia kehamilan, massa uterus akan bertambah dan ukuran uterus akan mengalami peningkatan, sehingga uterus membesar ke arah pintu atas panggul menuju rongga abdomen. Perubahan tersebut menyebabkan tertekannya kandung kemih yang terletak tepat di depan uterus. Tertekannya kandung kemih oleh volume uterus yang semakin bertambah menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang, akibatnya daya tampung kandung kemih berkurang. hal tersebut memicu meningkatnya frekuensi kencing kehamilan trimester II (Irianti, 2013). 3. Nyeri perut bagian bawah Nyeri perut bagian bawah biasa dikeluahn 10%-30% ibu hamil pada akhir trimester I atau ketika memasuki trimester II. Keluhan ini biasa terasa lebih pada ibu multigavida disebabkan karena tertariknya ligamentum, sehingga menimbulkan nyeri seperti kram ringan dan atau terasa seperti tusukan yang akan lebih terasa akibat gerakan tiba – tiba, di bagian perut bawah. Nyeri perut bawah disebabkan oleh semakin membesarnya uterus sehingga keluar dari rongga panggul menuju rongga abdomen. Keadaan ini berakibat pada tertariknya ligamen – ligamen uterus seiring dengan



pembesaran yang terjadi yang menimbulkan rasa tidak nyaman dibagian perut bawah (Irianti, 2013). 4. Konstipasi Pada keadaan tidak hamil,kadar hormon progesteron wanita kurang dari 1ng/ml, dan akan mengalami peningkatan fase ovulasi yaitu menjadi 520ng/ml. Pada saat kehamilan, kadar progesteron mengalami peningkatan, yaitu pada trisemer II menjadi 19,5-82,5 ng/ml atau 62-262nmol/L. Hal ini menyebabkan kerja otot-otot polos semakin melambat. Tak heran keluhan konstipasi sering menjadi permasalahan ibu selama kehamilan. (Chernecky, 2008) 5. Flek kehitaman pada wajah Perubahan kulit yang terjadi selama kehamilan merupakan efek dari ketidakseimbangan



hormon



selama



kehamilan,



yang



mempengaruhi



perubahan pada kulit dan dialami oleh 90% wanita selama kehamilan. Hal ini tidak menimbulkan efek yang berkenaan dengan estetika wanita, sehingga mempengaruhi psikologis seorang ibu. Keluhan yang sering dialami oleh wanita hamil yaitu timbulnya strecth mark dan hiperpigmentasi pada kulit. Sikatrik atau strecth mark – striae merupakan garis terang atau gelap kemerahan yang biasa timbul pada bagian payudara, perut, bokong dan betis pada waktu kehamilan. Pada multigravida, striae kemerahan tersebut sering disertai garis – garis putih semua keperakan yang mencerminkan striae lama (striae pada kehamilan sebelumnya). strecht mark atau striae gravidarum diakibatkan oleh hiperdistensi yang terjadi pada jaringan kulit akibat peningkatan ukuran maternal yang menyebabkan peregangan pada lapisan kolagen kulit, terutama pada payudara, abdomen dan paha. Etiologi pasti strecth mark belum diketahui, akan tetapi diduga akibat pengaruh kombinasi hormon esterogen, adrenocorticoid, dan relaxin yang mengubah kolagen dan elastisitas jaringan. (Hellen dkk, 2008) 6. Penambahan berat badan Penambahan berat badan merupakan suatu hal yang menjadi bagian pada proses kahamilan, dimana hal ini menggambarkan keadaan suatu kehamilaan



seseorang. Penambahan berat pada kehamilan harus dipantau dengan baik, hal ini menjadi salah satu indikator kaeadaan kehamilan. Berat badan yang mengalami penambahan secara signifikan dapat menjadi tanda terjadinya gangguan gestasional(preeklamsia). Sedangkan ibu dengan berat badan yang tidak mengalami peningkatan selama kehamilan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya pertumbuhan janin terhambat akibat gangguan pada ibu. Gangguan tersebut dapat dikarenakan penyakit yang menyertai ibu sebelum kehamilan. (James dkk,2006). 7. Pergerakan janin Gerakan janin normal, yaitu dengan frekuensi 4 hingga 10 gerakan selama 2 jam. Baik dihitung pada awal pagi(perkiraan pukul 6-8 pagi), pagi hari (antara pukul 8-12)siang hari(antara 12-18)dan malam hari termasuk waktu tidur (pukul 20-00), dengan mengikuti ritme aktifitas janin.(Winje dkk,2012). Pergerakan janin merupakan salah satu tanda yang menjadi petunjuk keadaan janin. Jika terjadi gerakan janin yang melambat atau lebih cepat, dapat menjadi penanda bahwa kebutuhan janin tidak terpenuhi secara adekuat atau janin dalam keadaan yang tidak baik. Saat ibu merasakan gerakan janin tidak seperti seharusnya, istirahat dan pemenuhan nutrisi dan hidrasi merupakan cara awal penstabilan keadaan janin sebelum dilakukannya pemeriksaan untuk memastika penyebab penurunan kesejahteraan janin (Greenow dkk, 2013)



B. Konsep Dasar Teori Anemia dalam Kehamilan



a. Pengertian Anemia dalam kehamilan Definisi anemia adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr/dl pada trimester pertama dan trimester 3, dan kadar hemoglobin < 10,5 gr/dl pada trimester 2. Nilai batas tersebut terjadi karena proses hemodilusi terutama pada trimester ke-2 (Prawirohardjo, 2007).



Anemia atau kurang darah (KD) adalah keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal ( < 12 gr%) yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh, kemampuan dan konsentrasi belajar, kebugaran tubuh, bisa menghambat tumbuh kembang dan akan membahayakan kehamilan (Kemenkes RI, 2010). Beberapa kriteria penetapan anemia di masyarakat dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Departemen Kesehatan RI dan WHO menggambarkan kriteria anemia dalam tabel berikut: b. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui (kebutuhan fisiologis), dan kehilangan banyak darah saat menstruasi (Manuaba, 2007). Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena keperluan akan zat-zat makanan makin bertambah dan terjadi pula perubahanperubahan dalam darah dan sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak



dalam



hipervolemia.



kehamilan, Akan



yang



tetapi,



lazim



disebut



bertambahnya



hidremia



sel-sel



darah



atau



kurang



dibandingkan dengan plasma, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri secara dalam kehamilan dan bermanfaat bagi ibu yaitu dapat



fisiologi



meringankan



beban kerja jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, yang disebabkan oleh peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit



dibandingkan



dengan



apabila



darah



itu



tetap



kental.



Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan



umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. (Wiknjosastro, 2006).



c. Macam-macam anemia Menurut Prawirohardjo (2009), ada beberapa macam jenis anemia yang dapat terjadi, yaitu : 5)



Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang paling sering dijumpai yang disebabkan karena kekurangan unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang menyebabkan perdarahan.



6)



Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12 (kobalamin).



7)



Anemia Aplastik adalah anemia aplastik pada kehamilan biasanya terjadi eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh kehmilan dan hanya membaik setelah terminsi kehamilan.



8)



Anemia Penyakit Sel Sabit adalah anemia penyakit sel sabit (sickle cell anemia) biasanya disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonal, pneumonia, perdarahan antepartum, prematuritas, dan kematian janin



d. Klasifikasi Anemia Pada Kehamilan Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin kurang dari 11,0 gr%. Menurut WHO (2011), Anemia pada ibu hamil berdasarkan kelompok umur, yaitu: Tabel 1. Klasifikasi Anemia Menurut Kelompok Umur Populasi Anak 6-59 bulan



Non Anemia (g/dL) 11



Anemia (g/dL) Ringan



Sedang



Berat



10.0 - 10.9



7.0 - 9.9



< 7.0



Anak 5-11 tahun



11.5



11.0 - 11.4



8.0 - 10.9



< 8.0



Anak 12-14 tahun



12



11.0 - 11.9



8.0 - 10.9



< 8.0



Perempuan tidak hamil (≥ 15 tahun)



12



11.0 - 11.9



8.0 - 10.9



< 8.0



Ibu hamil



11



10.0 - 10.9



7.0 - 9.9



< 7.0



Laki-laki ≥ 15 tahun



13



11.0 - 12.9



8.0 - 10.9



< 8.0



(Sumber : WHO, 2011)



e. Tanda dan Gejala Anemia Suplai oksigen ke jaringan tubuh menyebabkan kadar hemoglobin dalam darah menjadi berkurang atau menurun sehingga menimbulkan gejala anemia secara umum, sebagai berikut keletihan mengantuk, kelemahan, sakit kepala, malaise, pica, nafsu makan kurang (perubahan dalam kesukan makanan), perubahan mood, perubahan kebiasan tidur (Varney, 2006). Pada pemerikasaan tanda-tanda anemia dapat meliputi pucat, ikterus, hipotensi ortostatik, edema perifer, membran mukosa dan bantalan kuku pucat, lidah halus (papilla tidak menonjol), lidah mengalami lecet, splenomegali, takikardia atau aliran murmur, takipnea, serta dispnea saat beraktivitas (Varney, 2006).



f. Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Janin Anemia sangat berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, nifas, dan janin. Menurut Manuaba (2009), pengaruh anemia tersebut, yaitu : 5)



Bahaya anemia dalam kehamilan seperti : Resiko terjadi abortus, Persalinan permaturus, Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim, Mudah menjadi infeksi, Ancaman dekompensasi kordis (Hb 110%). Ibu hamil memerlukan jumlah zat gizi yang relatif besar. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Peningkatan kebutuhan zat gizi ini terutama berupa vitamin B1, (Thiamin), Vitamin E2 (Riboflapin), Vitamin A, D dan Mineral, dan Fe (Prawirohardjo, 2009).



D. Pengertian Ketidaknyamanan Ketidaknyamanan merupakann suatu perasaan yang kurang ataupun yang tidak menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil. Kehamilan merupakan proses alamiah pada wanita yang akan menimbulkan berbagai perubahan dan menyebabkan rasa tidak nyaman, hal ini merupakan kondisi yang normal pada wanita hamil. Beberapa ibu biasanya mengeluh mengenai hal-hal yang membuat kehamilanya tidak nyaman dan kadang menyulitkan ibu (Hidayat, 2008: 120). Ketidaknyamanan Yang Dialami Oleh Ibu Hamil Pada Trimester II 8. Pusing



Pusing merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan oleh banyak ibu hamil. Yang menyebabkan kondisi ini bisa terjadi pada ibu hamil adalah karena tekanan darah menurun pada masa kehamilan akibat hormon progresteron yang melemaskan dan melebarkan dinding pembuluh darah, sehingga membuat ibu sakit kepala. Jika ibu mengalami masalah ini, segera beristirahat dengan berbaring menghadap ke kiri untuk memulihkan tekanan darah. Ketika ingin bangun dari posisi duduk atau berbaring, lakukanlah secara perlahan-lahan. Ibu juga disarankan untuk memperbanyak minum air putih (Irianti, 2013). 9. Sering buang air kecil Seiring bertambahnya usia kehamilan, massa uterus akan bertambah dan ukuran uterus akan mengalami peningkatan, sehingga uterus membesar ke arah pintu atas panggul menuju rongga abdomen. Perubahan tersebut menyebabkan tertekannya kandung kemih yang terletak tepat di depan uterus. Tertekannya kandung kemih oleh volume uterus yang semakin bertambah menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang, akibatnya daya tampung kandung kemih berkurang. hal tersebut memicu meningkatnya frekuensi kencing kehamilan trimester II (Irianti, 2013). 10. Nyeri perut bagian bawah Nyeri perut bagian bawah biasa dikeluahn 10%-30% ibu hamil pada akhir trimester I atau ketika memasuki trimester II. Keluhan ini biasa terasa lebih pada ibu multigavida disebabkan karena tertariknya ligamentum, sehingga menimbulkan nyeri seperti kram ringan dan atau terasa seperti tusukan yang akan lebih terasa akibat gerakan tiba – tiba, di bagian perut bawah. Nyeri perut bawah disebabkan oleh semakin membesarnya uterus sehingga keluar dari rongga panggul menuju rongga abdomen. Keadaan ini berakibat pada tertariknya ligamen – ligamen uterus seiring dengan pembesaran yang terjadi yang menimbulkan rasa tidak nyaman dibagian perut bawah (Irianti, 2013). 11. Konstipasi Pada keadaan tidak hamil,kadar hormon progesteron wanita kurang dari 1ng/ml, dan akan mengalami peningkatan fase ovulasi yaitu menjadi 5-



20ng/ml. Pada saat kehamilan, kadar progesteron mengalami peningkatan, yaitu pada trisemer II menjadi 19,5-82,5 ng/ml atau 62-262nmol/L. Hal ini menyebabkan kerja otot-otot polos semakin melambat. Tak heran keluhan konstipasi sering menjadi permasalahan ibu selama kehamilan. (Chernecky, 2008) 12. Flek kehitaman pada wajah Perubahan kulit yang terjadi selama kehamilan merupakan efek dari ketidakseimbangan



hormon



selama



kehamilan,



yang



mempengaruhi



perubahan pada kulit dan dialami oleh 90% wanita selama kehamilan. Hal ini tidak menimbulkan efek yang berkenaan dengan estetika wanita, sehingga mempengaruhi psikologis seorang ibu. Keluhan yang sering dialami oleh wanita hamil yaitu timbulnya strecth mark dan hiperpigmentasi pada kulit. Sikatrik atau strecth mark – striae merupakan garis terang atau gelap kemerahan yang biasa timbul pada bagian payudara, perut, bokong dan betis pada waktu kehamilan. Pada multigravida, striae kemerahan tersebut sering disertai garis – garis putih semua keperakan yang mencerminkan striae lama (striae pada kehamilan sebelumnya). strecht mark atau striae gravidarum diakibatkan oleh hiperdistensi yang terjadi pada jaringan kulit akibat peningkatan ukuran maternal yang menyebabkan peregangan pada lapisan kolagen kulit, terutama pada payudara, abdomen dan paha. Etiologi pasti strecth mark belum diketahui, akan tetapi diduga akibat pengaruh kombinasi hormon esterogen, adrenocorticoid, dan relaxin yang mengubah kolagen dan elastisitas jaringan. (Hellen dkk, 2008) 13. Penambahan berat badan Penambahan berat badan merupakan suatu hal yang menjadi bagian pada proses kahamilan, dimana hal ini menggambarkan keadaan suatu kehamilaan seseorang. Penambahan berat pada kehamilan harus dipantau dengan baik, hal ini menjadi salah satu indikator kaeadaan kehamilan. Berat badan yang mengalami penambahan secara signifikan dapat menjadi tanda terjadinya gangguan gestasional(preeklamsia). Sedangkan ibu dengan berat badan yang tidak mengalami peningkatan selama kehamilan dapat menjadi faktor



penyebab terjadinya pertumbuhan janin terhambat akibat gangguan pada ibu. Gangguan tersebut dapat dikarenakan penyakit yang menyertai ibu sebelum kehamilan. (James dkk,2006). 14. Pergerakan janin Gerakan janin normal, yaitu dengan frekuensi 4 hingga 10 gerakan selama 2 jam. Baik dihitung pada awal pagi(perkiraan pukul 6-8 pagi), pagi hari (antara pukul 8-12)siang hari(antara 12-18)dan malam hari termasuk waktu tidur (pukul 20-00), dengan mengikuti ritme aktifitas janin.(Winje dkk,2012). Pergerakan janin merupakan salah satu tanda yang menjadi petunjuk keadaan janin. Jika terjadi gerakan janin yang melambat atau lebih cepat, dapat menjadi penanda bahwa kebutuhan janin tidak terpenuhi secara adekuat atau janin dalam keadaan yang tidak baik. Saat ibu merasakan gerakan janin tidak seperti seharusnya, istirahat dan pemenuhan nutrisi dan hidrasi merupakan cara awal penstabilan keadaan janin sebelum dilakukannya pemeriksaan untuk memastika penyebab penurunan kesejahteraan janin (Greenow dkk, 2013)



E. Pengertian Ketidaknyamanan Ketidaknyamanan merupakann suatu perasaan yang kurang ataupun yang tidak menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil. Kehamilan merupakan proses alamiah pada wanita yang akan menimbulkan berbagai perubahan dan menyebabkan rasa tidak nyaman, hal ini merupakan kondisi yang normal pada wanita hamil. Beberapa ibu biasanya mengeluh mengenai hal-hal yang membuat kehamilanya tidak nyaman dan kadang menyulitkan ibu (Hidayat, 2008: 120).



Ketidaknyamanan Yang Dialami Oleh Ibu Hamil Pada Trimester II



15. Pusing Pusing merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan oleh banyak ibu hamil. Yang menyebabkan kondisi ini bisa terjadi pada ibu hamil adalah karena tekanan darah menurun pada masa kehamilan akibat hormon progresteron yang melemaskan dan melebarkan dinding pembuluh darah, sehingga membuat ibu sakit kepala. Jika ibu mengalami masalah ini, segera beristirahat dengan berbaring menghadap ke kiri untuk memulihkan tekanan darah. Ketika ingin bangun dari posisi duduk atau berbaring, lakukanlah secara perlahan-lahan. Ibu juga disarankan untuk memperbanyak minum air putih (Irianti, 2013).



16. Sering buang air kecil Seiring bertambahnya usia kehamilan, massa uterus akan bertambah dan ukuran uterus akan mengalami peningkatan, sehingga uterus membesar ke arah pintu atas panggul menuju rongga abdomen. Perubahan tersebut menyebabkan tertekannya kandung kemih yang terletak tepat di depan uterus. Tertekannya kandung kemih oleh volume uterus yang semakin bertambah menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang, akibatnya daya tampung kandung kemih berkurang. hal tersebut memicu meningkatnya frekuensi kencing kehamilan trimester II (Irianti, 2013).



17. Nyeri perut bagian bawah Nyeri perut bagian bawah biasa dikeluahn 10%-30% ibu hamil pada akhir trimester I atau ketika memasuki trimester II. Keluhan ini biasa terasa lebih pada ibu multigavida disebabkan karena tertariknya ligamentum, sehingga menimbulkan nyeri seperti kram ringan dan atau terasa seperti tusukan yang akan lebih terasa akibat gerakan tiba – tiba, di bagian perut bawah. Nyeri perut bawah disebabkan oleh semakin membesarnya uterus sehingga keluar dari rongga panggul menuju rongga abdomen. Keadaan ini berakibat pada tertariknya ligamen – ligamen uterus seiring dengan



pembesaran yang terjadi yang menimbulkan rasa tidak nyaman dibagian perut bawah (Irianti, 2013).



18. Konstipasi Pada keadaan tidak hamil,kadar hormon progesteron wanita kurang dari 1ng/ml, dan akan mengalami peningkatan fase ovulasi yaitu menjadi 520ng/ml. Pada saat kehamilan, kadar progesteron mengalami peningkatan, yaitu pada trisemer II menjadi 19,5-82,5 ng/ml atau 62-262nmol/L. Hal ini menyebabkan kerja otot-otot polos semakin melambat. Tak heran keluhan konstipasi sering menjadi permasalahan ibu selama kehamilan. (Chernecky, 2008)



19. Flek kehitaman pada wajah Perubahan kulit yang terjadi selama kehamilan merupakan efek dari ketidakseimbangan



hormon



selama



kehamilan,



yang



mempengaruhi



perubahan pada kulit dan dialami oleh 90% wanita selama kehamilan. Hal ini tidak menimbulkan efek yang berkenaan dengan estetika wanita, sehingga mempengaruhi psikologis seorang ibu. Keluhan yang sering dialami oleh wanita hamil yaitu timbulnya strecth mark dan hiperpigmentasi pada kulit. Sikatrik atau strecth mark – striae merupakan garis terang atau gelap kemerahan yang biasa timbul pada bagian payudara, perut, bokong dan betis pada waktu kehamilan. Pada multigravida, striae kemerahan tersebut sering disertai garis – garis putih semua keperakan yang mencerminkan striae lama (striae pada kehamilan sebelumnya). strecht mark atau striae gravidarum diakibatkan oleh hiperdistensi yang terjadi pada jaringan kulit akibat peningkatan ukuran maternal yang menyebabkan peregangan pada lapisan kolagen kulit, terutama pada payudara, abdomen dan paha. Etiologi pasti strecth mark belum diketahui, akan tetapi diduga akibat pengaruh kombinasi hormon esterogen, adrenocorticoid, dan relaxin yang mengubah kolagen dan elastisitas jaringan. (Hellen dkk, 2008)



20. Penambahan berat badan Penambahan berat badan merupakan suatu hal yang menjadi bagian pada proses kahamilan, dimana hal ini menggambarkan keadaan suatu kehamilaan seseorang. Penambahan berat pada kehamilan harus dipantau dengan baik, hal ini menjadi salah satu indikator kaeadaan kehamilan. Berat badan yang mengalami penambahan secara signifikan dapat menjadi tanda terjadinya gangguan gestasional(preeklamsia). Sedangkan ibu dengan berat badan yang tidak mengalami peningkatan selama kehamilan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya pertumbuhan janin terhambat akibat gangguan pada ibu. Gangguan tersebut dapat dikarenakan penyakit yang menyertai ibu sebelum kehamilan. (James dkk,2006).



21. Pergerakan janin Gerakan janin normal, yaitu dengan frekuensi 4 hingga 10 gerakan selama 2 jam. Baik dihitung pada awal pagi(perkiraan pukul 6-8 pagi), pagi hari (antara pukul 8-12)siang hari(antara 12-18)dan malam hari termasuk waktu tidur (pukul 20-00), dengan mengikuti ritme aktifitas janin.(Winje dkk,2012). Pergerakan janin merupakan salah satu tanda yang menjadi petunjuk keadaan janin. Jika terjadi gerakan janin yang melambat atau lebih cepat, dapat menjadi penanda bahwa kebutuhan janin tidak terpenuhi secara adekuat atau janin dalam keadaan yang tidak baik. Saat ibu merasakan gerakan janin tidak seperti seharusnya, istirahat dan pemenuhan nutrisi dan hidrasi merupakan cara awal penstabilan keadaan janin sebelum dilakukannya pemeriksaan untuk memastika penyebab penurunan kesejahteraan janin (Greenow dkk, 2013)



BAB III TINJAUAN KASUS A. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Tanggal Pengkajian : 31 Juli 2019 Waktu Pengkajian



: 09.00 WITA



Tempat Pengkajian : Puskesmas Remaja Nama Pengkaji



: Fathaniatul Ummiyah



S: 1. Identitas Klien Nama Ibu: Ny. A



Nama Suami: Tn.A



Umur



Umur



: 27 tahun



Suku : Tionghoa



Suku



: Tionghoa



Agama



Agama



: Budha



: Budha



Pendidikan: S1



Pendidikan : S1



Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Alamat



2.



: 28 tahun



Pekerjaan



: Wiraswasta



: Jl. Hasan basri Gg 5 No. 4



Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama a. Alasan Datang



: Ingin memeriksakan kehamilannya



b. Keluhan Utama



: Sakit pinggang



3. Riwayat Kesehatan Klien Ibu tidak sedang/memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit lain yang kronis yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan, menular ataupun berpotensi menurun.



4. Riwayat Kesehatan Keluarga Didalam keluarga tidak ada yang sedang/memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, jantung, asma, ginjal, hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan penyakit lain yang menular ataupun berpotensi menurun serta di dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat keturunan gamelli



5. Riwayat Menstruasi HPHT : 1 Maret 2019 TP



: 8 Januari 2020



Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 13 tahun, siklus menstruasi ibu ± 28 hari ,lama menstruasi setiap bulan adalah 6 hari, setiap kali menstruasi ibu mengganti pembalut sebanyak 2-3 kali/ hari, warna darah merah, cair, dan tidak menggumpal setiap kali menstruasi ibu tidak memiliki keluhan apapun.



6. Riwayat Obstetrik Kehamilan No



Sua mi



1.



Ank



UK



Persalinan Peny



Jns



Pnlg



Tmpt



Anak Peny



J K



BB/PB



H



Nifas M



Abnor



Lakt



malitas



asi



HAMIL INI



7. Riwayat Kehamilan Saat Ini Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dipelayanan kesehatan seperti puskesmas dan praktik dokter kandungan. Pada trimester I ibu mengalami keluhan mual muntah. Saat ini trimester II ibu tidak mengalami keluhan apapun. Ibu telah mendapatkan tablet Fe. Selama hamil ibu telah mendapatkan pendidikan kesehatan.



Peny



8. Riwayat Ginekologi Ibu mengatakan tidak sedang / memiliki riwayat penyakit ginekologi/ penyakit kandungan seperti kista, mioma, condiloma, radang panggul, infeksi/penyakit



menular



seksual



dan



lainnya



yang



dapat



mempengaruhi/memperberat kehamilan ibu dan berpotensi menurun.



9. Riwayat Kontrasepsi Ibu tidak pernah mengggunakan alat kontrasepsi apapun



10. Pola Fungsional Kesehatan Keterangan



Pola



Sebelum hamil



Saat ini



Makan 3 kali/hari dengan porsi Makan 3 kali/hari dengan makan nasi sepiring, sayur dan porsi makan nasi sepiring, lauk Nutrisi



pauk,



air



putih



6-7 lauk pauk dan lebih banyak



gelas/hari. Tidak ada keluhan sayur, air putih 6-8 gelas/hari. dalam pemenuhan nutrisi. Nafsu Tidak makan baik.



ada



keluhan



dalam



pemenuhan nutrisi. Nafsu makan baik.



BAK : 3-4 kali/hari, berwarna BAK : 4-5 kali/hari, berwarna kuning jernih, konsistensi cair, kuning jernih, konsistensi cair, Eliminasi



Istirahat



tidak ada keluhan.



tidak ada keluhan.



BAB : 1 kali/hari, berwarna BAB : 1 kali/hari, berwarna coklat, konsistensi padat lunak,



coklat, konsistensi padat



tidak ada keluhan.



lunak, tidak ada keluhan.



Tidur siang : jarang



Tidur siang : 30 menit/hari



Tidur malam: ± 7 jam/hari



Tidur malam: ± 7-8 jam/hari,



Tidak ada gangguan pola tidur



Tidak ada gangguan pola tidur



Kegiatan ibu sehari-hari



Kegiatan



ibu



dirumah adalah istirahat,



dirumah



adalah



melakukan pekerjaan rumah



melakukan pekerjaan rumah



tangga dari memasak, mencuci,



tangga



hingga bersih, mengurus anak



mencuci, hingga bersih,



dan suami.



mengurus anak dan suami.



Mandi 2 kali/hari



Selama kehamilan ibu mandi



Personal



Ganti baju 2 kali/hari



2 kali sehari. Ibu ganti baju 2



Hygiene



Ganti celana dalam 2 kali/hari



kali/hari,dan mengganti celana



Aktivitas



dari



sehari-hari istirahat,



memasak,



dalam 2-3 kali/hari. Ibu tidak memiliki kebiasaan Ibu tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, minum- buruk Kebiasaan



minuman



beralkohol



seperti



merokok,



dan minum-minuman



beralkohol



memelihara hewan peliharaan.



dan memelihara hewan peliharaan.



Seksualitas



1-2 kali/minggu



-



11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual a. Psikologi



: kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan suami dan keluarga menerima kehamilan ini dengan senang hati.



b. Sosial



: ini merupakan pernikahan pertama, usia saat menikah 27 tahun, lama menikah ± 6 bulan, status pernikahan sah. Ibu mengaku merasa senang atas kehamilan ini.



c. Kultural



: tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan ibu.



d. Spiritual



: tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan ibu.



O : 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum Keesadaran



: Baik : Composmentis



Tanda – Tanda Vital Tekanan darah



: 110/70 mmHg



Nadi



: 80



x/menit



Suhu



: 36,5



o



Pernafasan



C



: 20



x/menit



Antropometri BB sebelum hamil: 53 BB saat ini



: 58 kg



Tinggi badan



: 158



LILA



: 25 cm



kg



cm



2. Pemeriksaan Fisik Kepala



: warna rambut hitam, tidak ada lesi, ,



distribusi



rambut merata, tidak terdapat nyeri tekan, dan benjolan abnormal. Wajah



: simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, terdapat cloasma gravidarum, tidak teraba oedema.



Mata



: simetris, konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran, tidak odema pada palpebral.



Hidung



: simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, kebersihan cukup, tidak ada polip, tidak ada kelainan bentuk.



Mulut



: bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak terdapat caries dentis, lidah tremor, tidak terdapat pembengkakan peradangan.



pada



tonsil,



tidak



ada



tanda



Telinga



: simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau serumen berlebihan



Leher



: tidak terdapat hiperpigmentasi pada leher ibu, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada vena jugularis.



Dada



: simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung normal



Payudara



: simetris, bersih, puting susu pada kedua payudara menonjol dan terdapat hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba pembesaran kelenjar limfe, tidak terdapat pengeluaran ASI.



Abdomen : tidak terdapat linea nigra, pembesaran pada uterus sesuai usia kehamilan, tidak terdapat luka bekas operasi. TFU : 15 cm Leopold I : ballotement (+) Leopold II : Tidak dilakukan Leopold III : Tidak dilakukan Leopold IV: Tidak dilakukan DJJ



: 153 kali/menit



TBJ



: (15-12) x 155 = 465 gram



Genetalia : Anus



tidak dikaji : tidak dikaji



Ekstremitas : Atas



: simetris, tidak odema, capillary refill time kembali < 2 detik, reflek bisep (+), reflek trisep (+).



Bawah



:



simetris, tidak oedema, tidak ada varices, human sigh (-), capillary refill time kembali < 2detik, reflek patella (+), reflek babinski (+).



3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Tanggal Pemeriksaan : 31 Juli 2019 Oleh



: Petugas Laboratorium Puskesmas Remaja



Hasil



:



No. Jenis Pemeriksaan



Batas Normal



Hasil Pemeriksaan



1.



Hemoglobin



≥ 11 gr / dl



2.



HbSAg



Negatif



Negatif



3.



HIV/AIDS



Negatiif



Negatif



-



A: : G1P0000 Usia kehamilan 21 minggu 5 hari



Diagnosis ibu



janin tunggal hidup Masalah



: sakit pinggang



Diagnosis Potensial



: tidak ada



Masalah Potensial : tidak ada Kebutuhan segera



: tidak ada



P:



No 1.



Tanggal Waktu 31 Juli 2019 09.00 wita



Paraf



Pelaksanaan Membangun



BHSP



Pelaksana



dengan



menjelaskan maksud dan tujuan



ibu, bahwa



ibu akan dilakukan asuhan kebidanan Mahasiswa



secara terintegrasi. E : ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan dan ibu bersedia untuk diasuh.



09.10 wita 2.



Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan normal yaitu TD : 110/70 mmHg N : 80 x/i RR : 20 x/i T : 36,5oC TFU : 15 cm Djj : 153 x/i E : ibu mengerti



Mahasiswa



mengenai penjelasan



yang diberikan tentang kondisinya dan janin yang dikandungnya 3.



09.15 wita



Menganjurkan ibu untuk periksa darah di



Bidan dan



laboratorium



Mahasiswa



dikarenakan



ibu



belum



pernah periksa darah selama kehamilan ini E : Ibu mengerti dengan arahan yang di sampaikan petugas 4.



09.20 wita



Ibu datang ke laboratorium dan petugas



Petugas



laboratorium mengambil sampel darah



Laboratorium



untuk diperiksa, setelah beberapa saat kemudian hasilnya keluar E : Ibu telah diambil sampel darah dan telah mengetahui hasilnya



5.



10.30 wita



Ibu datang ke poli gizi dan diberi KIE oleh



Petugas Gizi



petugas gizi Menganjurkan ibu untuk makan 4x sehri dengan porsi nasi sedikit atau sekitar 1 centong nasi, makan di pagi hari jam 9, makan siang jam 12, kemudian jam 4 sore ibu dianjurkan makan, dan makan malam di sekitar jam 7 atau 8 malam. Ibu dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan protein nya dengan makan telur minimal 1 kali sehari atau hati ayam, dan juga harus makan banyak sayuran hijau Ibu diberikan biskuit ibu hamil E : Ibu memahami apa yang disarankan oleh petugas gizi, dan berusaha untuk memenuhi nutrisi nya



6.



10.40 wita



Menjadwalkan kunjungan ulang 1 bulan



Bidan dan



lagi yaitu tanggal 31 Agustus 2019 untuk



Mahasiswa



pemeriksaan kehamilan selanjutnya atau saat ibu memiliki keluhan. E : ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal atau saat ibu memiliki keluhan.



BAB IV PEMBAHASAN



Bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan antara teori dan praktek dari asuhan kebidanan Antenatal Care Terintegrasi yang telah dilakukan dimulai pada Ny.A usia 24 tahun GIVP3003. Hari pertama haid terakhir ibu yaitu 27 April 2019 dan taksiran persalinan yaitu tangga 4 Januari 2020. Pengkajian kepada Ny.A dimulai pada tanggal 8 Agustus 2019 dengan usia kehamilan 14 minggu 5 hari. Pembahasan mengenai asuhan kebidanan Antenatal Care Terintegrasi kepada Ny.A usia 24 tahun adalah sebagai berikut :



A. Pembahasan Asuhan Kebidanan Kehamilan



1.



Pemeriksaan laboratorium yang telah dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2019 didapatkan hasil bahwa kadar hemoglobin Ny.A sebesar 9,6 gr/dL. Kadar hemoglobin normal bagi wanita hamil adalah >11 gr%. Pada kasus Ny.A dapat dikatakan bahwa terjadi anemia ringan. Anemia ringan dengan kadar hemoglobinnya berkisar antara 9-10.9 gr%. Terdapat kesenjangan antara teori dan kadar hemoglobin Ny.A (Kemenkes, 2009). Maka, penulis memberi pendidikan kesehatan tentang pemenuhan nutrisi selama kehamilan terutama zat protein dan zat besi, vitamin serta mineral karena kehamilan ibu beresiko. Ibu mengatakan keluhannya pada trimester II ini adalah pusing dan nyeri perut bagian bawah. Gejala nyeri perut bagian bawah biasanya terjadi pada bangun tidur di pagi hari dan membaik di siang hari yang disebabkan oleh hormon kehamilan, kekurangan kalsium, kelelahan, tekanan rahim pada otot, kurang beraktivitas sehingga sirkulasi darah tidak lancar. Pada saat nyeri terjadi ibu dapat merelaksasikan tubuh, posisi tidur miring ke kiri dan sesekali ke kanan, mengatur pola istirahat dan memperhatikan asupan gizi (Manurung, 2011). Pusing merupakan gangguan yang paling



sering dikeluhkan oleh banyak ibu hamil. Yang menyebabkan kondisi ini bisa terjadi pada ibu hamil adalah karena tekanan darah menurun pada masa kehamilan akibat hormon progresteron yang melemaskan dan melebarkan dinding pembuluh darah, sehingga membuat ibu sakit kepala. Jika ibu mengalami masalah ini, segera beristirahat dengan berbaring menghadap ke kiri. Ketika ingin bangun dari posisi duduk atau berbaring, lakukanlah secara perlahan-lahan. Ibu juga disarankan untuk memperbanyak minum air putih (Irianti, 2013). Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.



2.



Pelayanan pemeriksaan kehamilan ini terdiri dari 10T yaitu pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah (tensi), pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi rahim, penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut jantung janin, penentuan status imunisasi Tetanus difteri (Td), pemberian tablet Fe, tes laboratorium, konseling atau penjelasan, tata laksana atau mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI, 2015). Pada saat melakukan asuhan antenatal care terhadap Ny. A, mahasiswa telah melakukan asuhan standar minimal 10T tersebut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Ny. A telah mendapatkan pelayanan pemeriksaan sebanyak 10T, Namun pada standar pemberian suntik Td tidak dilakukan oleh penulis karena Ny.A sudah diberikan imunisasi. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Pengkajian kehamilan di trimester II ini pada tanggal 8 Agustus 2019 pukul 09.00 WITA dengan usia kehamilan 14 minggu 5 hari. Dilakukan pemeriksaan kehamilan head to toe pada Ny. A didapatkan berat badan Ibu meningkat dari 40 kg (sebelum hamil) naik menjadi 44,5 kg. Terjadi penambahan berat badan sebesar 4,5 kg. Penambahan berat badan ibu hamil yaitu berdasar IMT dimana metode ini untuk menentukan penambahan berat badan yang optimal selama kehamilan. Pada kasus Ny. A, IMT pra hamil yaitu 18,8 (BB:



40 kg dengan tinggi 146 cm) dan termasuk kategori gizi normal sehingga penambahan berat badan ibu menurut status gizinya adalah dari 11,5-16,0 kg dan akan bertambah lagi seiring dengan tuanya kehamilan (Rukiah, 2009). Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Pemeriksaan umum yang meliputi kesadaran compos mentis, tanda vital yang terdiri dari tekanan darah yaitu 120/80 mmHg atau < 140/90 mmHg, nadi yaitu 60-100 x/menit suhu tubuh yaitu 36,5-37,50C, pernafasan yaitu 16-20 x/menit (Varney, 2007). Pada pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,50C. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.



3. Kehamilan Ny.A pernah periksa ke tenaga kesehatan yaitu di Klinik Ramlah Parjib 1 dan 2. Ny.A memutuskan untuk merencanakan persalinannya di Klinik Ramlah Parjib 1. Ini merupakan kunjungan pertama ibu untuk memeriksakan kehamilannya di puskesmas. Kebijakan program pelayanan antenatal care menetapkan frekuensi kunjungan



pemeriksaan



kehamilan



untuk



pemantauan



dan



pengawasan kesejahteraan ibu dan janin minimal 4 kali selama kehamilan yaitu pada kehamilan trimester satu 1 kali kunjungan, kehamilan trimester dua 1 kali, dan kehamilan trimester tiga sebanyak 2 kali kunjungan (Wiknjosastro, 2010). Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan



Setelah



penulis



melaksanakan



asuhan



kebidanan



kehamilan



terintegrasi pada Ny.A dengan kehamilan trimester II di Puskesmas Remaja Samarinda, maka penulis menarik kesimpulan bahwa dalam pemberian asuhan kebidanan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney terdapat kesenjangan antara teori dan praktek saat melakukan asuhan kebidanan pada Ny.A.



1. Pada kasus Ny.A dapat dikatakan bahwa terjadi anemia ringan. Anemia ringan dengan kadar hemoglobinnya berkisar antara 9-10.9 gr%. Terdapat kesenjangan antara teori dan kadar hemoglobin Ny.A (Kemenkes, 2009). Maka, penulis memberi pendidikan kesehatan tentang pemenuhan nutrisi selama kehamilan terutama zat protein dan zat besi, vitamin serta mineral karena kehamilan ibu beresiko. Ibu mengatakan keluhannya pada trimester II ini adalah pusing dan nyeri perut bagian bawah. Gejala nyeri perut bagian bawah biasanya terjadi pada bangun tidur di pagi hari dan membaik di siang hari yang disebabkan oleh hormon kehamilan, kekurangan kalsium, kelelahan, tekanan rahim pada otot, kurang beraktivitas sehingga sirkulasi darah tidak lancar. Pada saat nyeri terjadi ibu dapat merelaksasikan tubuh, posisi tidur miring ke kiri dan sesekali ke kanan, mengatur pola istirahat dan memperhatikan asupan gizi (Manurung, 2011).



2. Pelayanan pemeriksaan kehamilan ini terdiri dari 10T yaitu pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah (tensi), pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi rahim, penentuan letak janin (presentasi janin) dan



perhitungan denyut jantung janin, penentuan status imunisasi Tetanus difteri (Td), pemberian tablet Fe, tes laboratorium, konseling atau penjelasan, tata laksana atau mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI, 2015). Pada saat melakukan asuhan antenatal care terhadap Ny. A, mahasiswa telah melakukan asuhan standar minimal 10T tersebut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Ny. A telah mendapatkan pelayanan pemeriksaan sebanyak 10T, Namun pada standar pemberian suntik Td tidak dilakukan oleh penulis karena Ny.A sudah diberikan imunisasi. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.



3. Kehamilan Ny.A pernah periksa ke tenaga kesehatan yaitu di Klinik Ramlah Parjib 1 dan 2. Ny.A memutuskan untuk merencanakan persalinannya di Klinik Ramlah Parjib 1. Ini merupakan kunjungan pertama ibu untuk memeriksakan kehamilannya di puskesmas. Kebijakan program pelayanan antenatal care menetapkan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan janin minimal 4 kali selama kehamilan yaitu pada kehamilan trimester satu 1 kali kunjungan, kehamilan trimester dua 1 kali, dan kehamilan trimester tiga sebanyak 2 kali kunjungan (Wiknjosastro, 2010). Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.



B. Saran 1.



Bagi Penulis Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam melakukan asuhan kebidanan kehamilan secara terintegrasi sesuai dengan standar profesi bidan dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul antara teori dan praktek sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.



2.



Bagi Lahan Praktik Diharapkan



bidan



dan



tenaga



kesehatan



lainnya



dapat



memberikan asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam masa kehamilan dan mewujudkan generasi yang berkualitas.



3.



Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi terus meningkatkan perbaikan dalam melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan terintegrasi agar lebih aplikatif dalam pelaksanaannya. Selain itu, institusi juga dapat menilai kemampuan



mahasiswa



dalam



menerapkan



pengetahuan



yang



dimilikinya dengan mempraktekkan dan menerapkannya langsung kepada klien.



4. Bagi Klien Bagi ibu khususnya Ny. A dapat menambah informasi seputar kehamilannya, mengetahui tanda bahaya kehamilan dan dapat dideteksi serta mencegah terjadinya komplikasi, kemudian suami dan keluarga dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu sehingga ibu dapat menjalani kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir sehari-hari, neonatus, dan pelayanan keluarga berencana dengan baik dan aman.



DAFTAR PUSTAKA



Nurjasmi, E., & Dkk (Eds.). (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Wiknojosastro. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, A. B. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Keseshatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Manuaba. (2002). Penyakit Kandungan, Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.



DOKUMENTASI