(LK Anc Terintegrasi TM I) Husnul [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KOMPREHENSIF ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI PUSKESMAS PASUNDAN



Disusun Oleh : Husnul Khatimah NIM. P07224219021



PRODI D-III KEBIDANAN SAMARINDA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal Terintegrasi Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal Terintegrasi Usia Kehamilan 8 Minggu 6 Hari pada Ibu D Usia 23 Tahun G3P2002 Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi Di Puskesmas Pasundan



Samarinda, 21 juli 2021 Mahasiswa,



Husnul Khatimah NIM. P07224219021



Mengetahui,



Bb



Pembimbing Institusi,



Pembimbing Lahan,



Ratna Wati, SST



Hj. Ratniah, Amd. Keb



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan yang berjudul “Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Terintegrasi pada Ibu Hamil Trimester I” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini memuat dasar teori dan konsep manajemen Asuhan Kebidanan Terintegrasi pada Ibu Hamil Trimester I. Penulis yakin bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orangorang yang telah membantu secara moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat menyempurnakan laporan ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.



Samarinda, 21 Juli 2021



Husnul Khatimah NIM. P07224219021



DAFTAR ISI Kata Pengantar ...................................................................................................................ii Daftar Isi ...........................................................................................................................iii Bab I Pendahuluan .............................................................................................................1 A. Latar Belakang ...........................................................................................................1 B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................2 Bab II Tinjauan Pustaka A. Antenatal Care (ANC)................................................................................................3 B. Konsep Dasar Teori....................................................................................................19 C. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis Terintegrasi pada Ibu Hamil Trimester I............................................................................................19 Bab III Penutup..................................................................................................................25 Daftar Pustaka....................................................................................................................26



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah terjadi penurunan yaitu dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka ini sudah mendekati sasaran RPJMN 2004-2009 yaitu 226/100.000 KH, dan diupayakan terus untuk mencapai target pencapaian MDG 102/100.000 KH pada tahun 2015. Penyebab langsung dari kematian ibu adalah perdarahan (28%), hipertensi dalam kehamilan (24%), infeksi (11 %), abortus tidakaman (5%) dan persalinan lama (5%). Pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memilik akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan bila terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana (Kemenkes RI, 2014). Angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat kecil (0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97 persen. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui program keluarga berencana (KB) mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia (RISKESDAS, 2013). Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 persen. Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi



ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester3) sebesar 70,4 persen. Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%) (RISKESDAS, 2013). Oleh karenanya perlu intervensi selama kehamilan Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-107 dari 179 negara pada tahun 2007 dalam Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) dimana awalnya lebih disebabkan oleh tingkat kesehatan, utamanya terhadap stimulasi otak dini janin dan asupan gizi pada ibu hamil. Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah integrasi asuhan antenatal dengan pelayanan program Gizi, Imunisasi, IMS-HIV-AIDS, ESK dan Frambusia, TB dan Kusta, Malaria, Kecacingan, dan Intelegensia dengan pendekatan yang responsif gender untuk menghilangkan missed opportunity yang ada. Selanjutnya akan menuju pada pemenuhan hak reproduksi bagi setiap orang khususnya ibu hamil. Untuk itu perlu adanya perbaikan standar pelayanan asuhan antenatal yang terpadu, yang mengakomodasi kebijakan, strategi, kegiatan dari program terkait. Dalam pelaksanaannya perlu dibentuk tim



pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi, yang dapat memfasilitasi



kemitraan antara dokter spesialis, dokter umum, bidan maupun dukun dengan sistem rujukan yang jelas, dilengkapi fasilitas pendukung dari masing-masing program guna mewujudkan Making Pregnancy Safer. Data K1 dan K4 dari Puskesmas Remaja Samarinda pada tahun 2018 yaitu dari sasaran ibu hamil sebanyak 917 jiwa, tercatat K1 sejumlah 768 jiwa (83,75%) dan K4 sebanyak 737 jiwa (80,37%)



B.



Tujuan 1.



Tujuan Umum Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan kehamilan normal terintegrasi pada Ibu Hamil Trimester I dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.



2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan konsep dasar teori Ibu Hamil Trimester I Normal b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan kehamilan normal terintegrasi pada Ibu Hamil Trimester I berdasarkan 7 langkah Varney. c. Melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan normal terintegrasi pada Ibu Hamil Trimester I dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari: 1) Melakukan pengkajian 2) Menginterpretasikan data dasar 3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial 4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera 5) Mengembangkan rencana intervensi 6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi 7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan kehamilan normal terintegrasi pada Ibu Hamil Trimester I dalam bentuk catatan SOAP.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. ANC (Ante Natal Care) 1. Pengertian Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013). Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan Antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila



mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi



sedini mungkin serta ditangani secara memadai.



2. Tujuan Kunjungan a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.



c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013)



3. Jadwal Kunjungan Menurut Pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di era adaptasi kebiasaan baru (2020), kunjungan ibu hamil minimal 6 kali (2 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 3 kali pada trimester III). Jadwal kunjungan pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu setiap 2 2 minggu sampai 1 minggu sampai tiba masa kelahiran. a. Dua kali pada trimester pertama b. Satu kali pada trimester kedua c. Tiga kali pada trimester ketiga.  (Jurnal Kebidanan Stikes Muhammadiyah Gombong, 2020). Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dannormal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu



hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitaspelayanan antenatal. B. Konsep Dasar Teori 1. Konsep Dasar Teori Antenatal Terintegrasi a.



Definisi



Pelayanan Antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal. Tujuan ANC terintegrasi adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, menjalani kehamilan yang sehat, bersalin dengan selamat (well health mother), dan bayinya lahir sehat (well born baby). Agar ibu dapat menjalani kehamilan yang sehat, pada saat pelayanan antenatal dilakukan skrining untuk mendeteksi secara dini risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi. Setelah ditemukan risiko atau komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janinnya, segera dilakukan penanganan baik itu berupa asuhan mandiri, kolaborasi maupun rujukan dengan mempertahankan kondisi ibu dan janin tetap dalam keadaan optimal. Dengan demikian, tujuan akan well born baby dan well health mother dapat tercapai (Asuhan Kebidanan Lanjut 1, 2016). b.



ANC terintegrasi terdiri dari :



a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) : dilakukan dengan



pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS),



baik pada catin ataupun pada ibu hamil. b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika) : dilakukan dengan pemeriksaan Hb rutin pada ibu hamil, yaitu 2 kali selama



kehamilan, pada trimester pertama dan trimester kedua.



Hal



ini



dilakukan untuk mendeteksi anemia dalam kehamilan terkait dengan peristiwa haemodilusi dalam kehamilan. Semakin tua usia kehamilan, kadar Hb cenderung menurun. Maka dari itu, setiap ibu hamil diberi 1 tablet Fe per hari selama 3 bulan berturut-turut. Dengan demikian, kadar Hb ibu hamil diharapkan tetap stabil dalam keadaan normal. Selain pemeriksaan Hb, dilakukan juga pengukuran LILA yang



dimaksudkan



untuk mendeteksi adanya KEK pada ibu



hamil. Lingkar lengan ibu



atas



hamil



menjadi



dikarenakan



patokan dalam penentuan



status



gizi



pertambahan



BB



ibu



hamil



meliputi pertambahan BB ibu, BB janin, air ketuban, dan



penimbunan cairan yang sering terjadi pada ibu hamil, sehingga pertambahan BB ibu hamil tidak cukup akurat untuk menilai status gizinya. Adapun penanganan KEK pada ibu hamil adalah dengan pemberian PMT. c. Pencegahan dan Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual)/ISK (Infeksi Saluran Kemih) d. Pencegahan dan Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual)/ISK (Infeksi Saluran Kemih) dalam Kehamilan : melakukan skrining dengan anamnesa terarah dan pemeriksaan fisik dan penunjang bila tersedia, terapi ibu, terapi partner, terapi BBL dan KIE pada infeksi berulang. e. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) : skrining dengan pemeriksaan Lab dan rapid test, terapi ibu, terapi partner, terapi BBL dan KIE pada infeksi berulang. f. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT) : mencegah penularan HIV pada WUS, mencegah KTD pada ibu yang HIV(+), PMTCT, pemberian dukungan psikologis pada keluarga yang HIV(+). g. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK) : melakukan KIE tentang kesehatan lingkungan,



repellent



(obat



nyamuk)



dan



tanaman



repellent,



pemberian



kelambu berinsektisida di daerah



endemis, skrining darah malaria di daerah endemis dan diulang jika memperlihatkan tanda gejala malaria, dan terapi kina. h. Peningkatan



Intelegensia



Janin



pada



Kehamilan



(Brain



Booster) : masih dalam pembahasan, dimulai pada usia kehamilan >20 minggu, pemberian ADIK (Asam folat, DHA, Iodium, dan Kalsium) pada ibu hamil, dan stimulasi auditorik janin. i. Penatalaksanaan



TB



dalam



ANC



(TB-ANC)



:



Program



DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) tanpa Strepsomycin selama 6 – 8 bulan. Program DOTS adalah dengan pemberian obat-obatan TBC yang terdiri dari : Isoniasid (INH), Rifamficin, Pirasinamid (untuk BTA), Etambutol (jika resisten terhadap INH) dan Streptomycin (dapat menembus barier placenta dan merusak saraf pendengaran janin). j. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan : kecacingan dalam kehamilan dapat menimbulkan anemia ibu dan janin, dilakukan uji feses di daerah yang tinggi angka kecacingannya, kemudian dilakukan terapi pada ibu yang cacingan setelah trimester pertama. (Asuhan Kebidanan Lanjut 1, 2016)



c.



Pelayanan Antenatal Terpadu



Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Tujuan umum adalah : untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Tujuan khusus adalah :



a. Menyediakan danberkualitas,



pelayanan termasuk



antenatal konseling



terpadu, kesehatan



komprehensif dan



gizi



ibu



hamil,konseling KB dan pemberian ASI. b. Menghilangkan “missed



opportunity”



pada



ibu



hamil



dalam



mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas. c. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil. d. Melakukan intervensi terhadap kelainan /penyakit / gangguan pada ibu hamil sedini mungkin. e. Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada. (Kemenkes RI, 2010).



d.



Standar Asuhan Antenatal



Standar  asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "10T". 1) Ukur Berat Badan dan Tinggi Badan ( T1 ) Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13, 9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni : IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2 Klasifikasi Nilai IMT Kategori



IMT



Rekomendasi (kg)



Rendah < 19,8 Normal 19,8 – 26 Tinggi 26 – 29 Obesitas > 29 Gemeli                      Sumber : (Prawirohadjo, 2013)



12,5 – 18 11,5 – 16 7 – 11,5 ≥7 16 – 20,5



Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambha berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu: 1) 20 mgg pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5kg 2) 20 mgg berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg 3) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015) Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul. 2) Ukur Tekanan Darah (T2) Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung. Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 120/80 mmHg. 3) Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas-LILA) (T3) Pelayanan antenatal 10 T yang berkualitas, meliputi juga pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK. Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami



kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). 4) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T4) Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT. 5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin/DJJ (T5) Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.  Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/ menit menunjukan adanya gawat janin. 6) Skrinning dan Pemberian Imunisasi TT (T6) Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Umur kehamilan mendapat imunisasi TT : 1)    Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap



2)    TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan Jadwal Imunisasi TT : Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu kemudian). Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu. (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015) e.



Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid



Antigen TT 1



Interval



Lama perlindungan



% Perlindungan



Pada



-



kunjungan



antenatal pertama TT 2



4 minggu setelah



3 tahun



80



TT1 TT 3



6



tahun



setelah



TT3 1



TT 5



setelah



5 tahun



TT2 1



TT 4



bulan



tahun



TT4



10 tahun



95



99



setelah 25 tahun/seumur hidup



99



 Sumber  : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015) 7) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T7)



Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin. 8) Pemeriksaan Laboratorium (T8) Pelayanan antenatal 10 T yang berkualitas, juga termasuk pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan



laboratorium



rutin



dan



khusus.



Pemeriksaan



laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/ epidemi (malaria, HIV dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11 gr %. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak hanya berpengaruh pada keselamatan dirinya saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya (Wibisono, Hermawan,dkk 2009). Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan bahkan jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia untuk kunjungan berikutnya (Proverawati 2011).



Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono,Hermawan dkk,2009). Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut: a.       Hb 11 gr% : Tidak anemia b.      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan c.       Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang d.      Hb < 7 gr% : Anemia berat Dalam pemeriksaan HbSAg pada ibu hamil, Inveksi hepatitis B (HBV) dapat berakibat pada keadaan kronis atau carier, dengan peningkatan resiko  untuk hepatitis aktif kronis, penyakit hati kronis, sirosis hati, dan karsinoma hepatoseluler (Varney, Helen dkk. 2009). Komplikasi lain yang dapat terjadi pada ibu dengan hepatitis saat hamil adalah batu empedu, yang sering menimbulkan penyakit kuning selama kehamilan. Ini terjadi pada 6% dari semua kehamilan, sebagian karena perubahan garam empedu selama kehamilan. Selain itu, kantung empedu mengosongkan diri lebih lambat selama kehamilan, yang berarti cairan empedu menggenang lebih lama di hati dan risiko batu empedu pun naik. Penderita hepatitis B saat hamil, diperkirakan lebih rentan mengalami ketuban



pecah



dini, diabetes



gestasional,



dan/atau



mengalami perdarahan berat pada akhir kehamilan. Ada juga peningkatan



risiko



komplikasi



persalinan



seperti plasenta



abrupsio dan kematian bayi saat lahir. (dr.Yusra Firdaus dala Ajeng Quamila, 2017). Sembilan dari sepuluh bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi Hepatitis B akan menjadi carier seumur hidup bila tidak mendapat imunisasi. Ada beberapa peningkatan risiko tertentu saat persalinan, seperti bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat rendah (BBLR), atau kelainan anatomi dan fungsi tubuh bayi (terutama pada infeksi hepatitis B kronis).Risiko lainnya adalah bayi Anda bisa terinfeksi saat lahir. Bayi mungkin terinfeksi hepatitis B saat lahir jika ibu positif memiliki virusnya. Biasanya, penyakit ini diteruskan ke anak yang terkena paparan darah dan cairan vagina ibu selama proses persalinan (dr.Yusra Firdaus dala Ajeng Quamila, 2017). Satu dari empat bayi akan meninggal karena gangguan hati di massa dewasa, sedang 19 dari 20 bayi yang mendapat imunisasi akan mendapat perlindungan seumur hidup (Fadlun, 2012). Centers



for



Disease



Control



and



Prevention



(CDC)



merekomendasikan agar semua bayi menerima vaksin, terlepas dari kondisinya. Jika bayi lahir dari ibu yang positif hepatitis, Immunoglobulin HBIG juga akan diberikan dalam 12 jam pertama kelahiran sebagai “amunisi” tambahan untuk mencegah hepatitis pada bayi.Jika tidak bisa diberikan saat itu, vaksin harus diberikan dalam waktu 2 bulan setelah kelahiran. Bayi yang diberi vaksin serta HBIG memiliki lebih dari 90% peluang untuk terlindungi dari infeksi hepatitis B seumur hidupnya.Jika bayi baru lahir Anda tidak menerima dosis HBIG di 12 jam pertama setelah kelahirannya, Anda harus memastikan bahwa ia akan menerimanya saat berusia satu bulan. Dosis vaksin ketiga harus diterima bayi Anda pada usia enam bulan untuk memastikan perlindungan sepenuhnya. Ia juga akan ditawarkan dosis booster dengan vaksinasi pra-sekolah pada sekitar usia 3 tahun dan 4



bulan. Ketiga suntikan HBV diperlukan untuk perlindungan seumur hidup. 9) Tatalaksana Kasus (T9) Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus kasus yang tidak dapat ditangani di rujuk sesuai dengan sistem rujukan. 10) Temu wicara / Konseling (T10) Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi : 1) Kesehatan Ibu 2) Perilaku hidup bersih dan sehat. 3) Peran



suami/keluarga



dalam



kehamilan



dan



perencanaan



persalinan. (Kemenkes RI, 2010)



C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis Terintegrasi pada Ibu Hamil Trimester I I. PENGKAJIAN Tanggal pengkajian



:



Waktu pengkajian



:



Nama pengkaji



:



DATA SUBJEKTIF 1. Identitas Nama



:



Nama Suami :



Umur



: usia 35 tahun Umur



:



memerlukan pengawasan antenatal tambahan (Fraser & Cooper, 2009). Suku



:



Suku/Bangsa :



Agama



:



Agama



Pendidikan



:



:



Pendidikan



:



Pekerjaan :



Pekerjaan



Alamat



:



:



2. Alasan datang /Keluhan Utama Umumnya klien merasakan mual dan muntah pada pagi hari. Terkadang ibu mengalami ngidam dan tidak suka mencium makanan yang menyengat. Ibu juga mengeluh mudah lelah, payudara menjadi lebih tegang dari biasanya dan mengalami sering kencing (Mochtar, 2011). 3. Riwayat Kesehatan Klien Mengkaji riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita



klien



yang



dapat



mempengaruhi



atau



memperberat/diperberat oleh kehamilannya. Perlu pengkajian tentang riwayat penyakit menular, penyakit menurun, dan penyakit menahun pada klien. (Mochtar, 2011) 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga klien yang dapat mempengaruhi atau



memperberat/diperberat oleh kehamilan ibu. Perlu pengkajian tentang riwayat penyakit menular, penyakit menurun, dan penyakit menahun pada keluarga klien. (Mochtar, 2011) 5. Riwayat Menstruasi Riwayat siklus, lama dan jumlah menstruasi klien. Wanita seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat implementasi sebagai periode sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini sangat berbeda dari menstruasi yang biasa ia alami (Varney, 2006). Siklus



:28 + 7 hari



Lamanya



:3-8 hari (Mochtar, 2011)



HPHT



:merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran partus (Varney, 2006).



6.



Riwayat Obstetrik



Kehamilan No



suami



Anak



UK



Persalinan Peny



Jenis



Pnlg



Tmpt



Anak Peny



JK



BB /PB



H M Abnormalitas



7. Riwayat Kehamilan Sekarang a. Keluhan tiap Trimester b. Pergerakan anak pertama kali (Quickening) c. Pemeriksaan kehamilan d. Imunisasi TT dan tablet Fe e. Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan 8. Riwayat Kontrasepsi



Nifas Laktasi



Peny



Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir dengan kehamilan. 9. Pola Fungsional Kesehatan Pola Nutrisi



Keterangan Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300 kalori perhari, dengan komposisi menu seimbang (cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air). Cairan : paling sedikit 8 gelas berukuran 250 ml/hari. Cairan ekstra juga membantu melembutkan kulit, mengurangi kemungkinan konstipasi, mengeluarkan racun dan produksi sisa dari tubuh, mengurangi pembengkakan yang berlebihan dan mengurangi resiko



Eliminasi



ISK (Murkoff, dkk., 2006). Biasanya BAK sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Akan hilang pada trimester kedua kehamilan (Mochtar, 2011). Sedangkan BAB mengalami Konstipasi/obstipasi karena tonus otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid



Istirahat



(Mochtar, 2011). Sebaiknya tidur 1-2 jam lebih lama dari biasanya saat malam



Aktivitas



(Eisenberg, 2005). Namun pada saat hamil ibu akan mengalami mudah lelah karena



Personal



menurunnya BMR (Basal metabolic Rate) (Prawirohardjo, 2009). Kebersihan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan



Hygiene



untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Perawatan diri meliputi kebersihan badan, kebersihan mulut, kebersihan



Kebiasaan



pakaian (Hidayat, 2008). Kebiasaan minum alcohol, jamu-jamuan, obat-obatan, perokok aktif maupun pasif, narkoba dan kepemilikan binatang peliharaan merupakan salah satu pencetus gangguan kehamilan yang memperlukan



Seksualitas



pengawasan antenatal tambahan (Myles, 2009) Hubungan seksual masih tetap diperbolehkan kecuali pada ibu yang pernah mengalami keguguran, namun beberapa wanita kehilangan



gairah seksualnya ketika hamil (Wendy, 2005). Sebaiknya hubungan seksual diperbolehkan setelah kehamilan 16 minggu, karena pada saat itu plasenta sudah terbentuk. Hubungan seksualitas saat akhir kehamilan dapat dilakukan semampu ibu. Kandungan sperma (prostatglandin) dapat merangsang kontraksi uterus, oleh karena itu disarankan untuk menggunakan kondom (Manuaba, 2009). 9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual a. Riwayat pernikahan : pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan sah/tidak b. Bagaimana respon klien dan keluarga terhadap kehamilan. Kehamilan direncanakan atau tidak, diterima/tidak. c. Bagaimana psikis ibu menghadapi kehamilannya d. Bagaimana adat istiadat keluarga maupun lingkungan masyarakat yang dapat merugikan atau memberikan pengaruh negatif pada kehamilan ibu. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum



: Baik



Kesadaran



: Compos mentis



Tanda Vital



:



Tekanan darah



: 110/70-120/80 mmHg



Nadi



: 60-100 x/menit



Pernapasan



: 16-24 x/menit



Suhu



: 36,5 – 37,50C



Antropometri : BB Sebelum Hamil : BB Saat ini



: normalnya selama kehamilan pertambahan berat badan 7 – 12 kg



Tinggi Badan



: >145 cm



LiLA



: > 23,5 cm



2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Kepala



: Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit kepala, distribusi dan karakteristik lainnya (Tambunan dkk, 2011).



Wajah



: Untuk mengetahui keadaan wajah, pucat atau tidak ada oedema dan cloasma gravidarum atau tidak (Wiknjosastro, 2007).



Mata



: Konjungtiva pucat atau tidak, sclera kuning atau tidak, mata cekung atau tidak (Saifuddin, 2006).



Hidung



: Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak



polip,



tidak



tampak



peradangan



(Tambunan dkk, 2011). Mulut



: Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak caries dentis, tidak tampak stomatitis, geraham tampak lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak



pembesaran tonsil dan ovula



(Tambunan dkk, 2011; Uliyah dkk, 2008). Telinga



: Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/sekret (Tambunan dkk, 2011; Uliyah dkk, 2008).



Leher



: Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring, tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening (Prawirohardjo, 2014; Tambunan dkk, 2011).



Dada



: Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada (Tambunan, 2011).



Payudara



: Tampak perubahan warna pada aerola dan mengalami



hiperpigmentasi



(Dewi



dan



Tri



Sunarsih, 2010). Abdomen



: Tampak linea alba yang membentang dari simpisis pubis sampai umbilikus dapat menjadi gelap yang biasa disebut linea nigra. Peningkatan regangan pada



kulit



abdomen,



paha,



dan



payudara,



menimbulkan garis-garis yang berwarna merah atau kecoklatan pada daerah tersebut yang dikenal dengan nama striae gravidarum (Dewi dan Tri Sunarsih, 2010). Genetalia



: Pada saat hamil akan timbul tanda Chadwick dimana



terjadi



perubahan warna menjadi



kebiruan



pada



vulva,



vagina,



serviks



(Prawirohardjo, 2014). Anus



: tidak ada hemoroid



Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan tidak tampak varices (Ambarwati dkk, 2009). b. Palpasi Kepala



: tidak teraba oedema, tidak teraba massa



Wajah



: tidak teraba oedema.



Mata



: tidak teraba oedema pada palpebra.



Telinga



: tidak ada pengeluaran cairan



Hidung



: tidak ada fraktur.



Leher



: tidak terjadi pembesaran kelenjar tirod, vena jugularis, dan kelenjar limfe.



Payudara



: tidak ada benjolan atau massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada axilla.



Abdomen



: palpasi Leopold I-IV : (Mochtar, 2011) TFU



: ….. cm



Leopold I



: Pada fundus teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang melenting yaitu bokong janin.



Leopold II



: Teraba bagian panjang dan keras seperti papan yaitu punggung janin pada sebelah kanan/ kiri ibu dan dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin yaitu ekstremitas janin.



Leopold III



: Pada SBR, teraba bagian keras, bulat dan melenting yaitu kepala janin. Bagian ini masih/ sudah tidak dapat digoyangkan.



Leopold IV Genetalia



: Konvergen/ sejajar/ divergen.



: tidak ada oedema, varices, dan pembesaran kelenjar bartholini



Ekstremitas : Bawah, tidak ada oedema, homan sign negatif, cavillary refill time kembali kurang dari 2 detik. Atas, tidak ada oedema dan cavillary refill time kembali kurang dari 2 detik. c. Auskultasi Dada



: Suara nafas, biasanya pada 90 % hingga 95 % wanita hamil akan terdengar murmur sistolik pendek yang semakin jelas terdengar selama inspirasi maupun ekspirasi (Varney, 2006). Bunyi jantung I dan II teratur.



Abdomen



: Bising peristaltik usus 5 - 35 x/menit. DJJ terdengar teratur pada punctum maksimum di kuadran kanan/ kiri bawah frekuensi 120 - 160 kali/ menit.



d. Perkusi



Dada



: Umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena suara resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru yang normalnya bergaung dan bernada rendah dan suara dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung dan paru-paru (Soemantri, 2007).



Abdomen



: Daerah suprapubis redup jika kandung kemih distensi atau pada wanita jika uterus membesar (Swartz, 2005).



Ekstremitas : Bawah, refleks babynski negatif dan patella positif. Atas, refleks bisep dan trisep positif. 3. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan kontraksi uterus/his



: tidak dilakukan



Pemeriksaan dalam/vaginal tussae



: tidak dilakukan



Pemeriksaan panggul Distansia Spinarum



: jarak antara kedua spina illiaka anterior superior (24-26 cm)



Distansia Cristarum



: jarak antara kedua crista illiaka anterior superior (28-30 cm)



Distansi Conjungata Eksterna



: 18-20 cm



Ukur lingkar panggul



: 80-90 cm



Keadaan panggul terutama penting pada primigravida, karena panggulnya belum pernah diuji dalam persalinan, sebaliknya pada multigravida anamnesa mengenai persalinan yang gampang dapat memberikan keterangan yang berharga mengenai keadaan panggul (UNPAD, 2005). 4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium



Tes urine saat ini dapat dikatakan akurat bagi seorang wanita terlambat haid karena tes ini sensiti terhadap kadar hCG dibawah 50 mIU. Dilakukan pada awal kunjungan antenatal (Varney, 2006). PP Test, Protein Urine, Glukosa Urine Darah: Hemoglobin, Golongan Darah Pemeriksaan USG



:



Pemeriksaan diagnostik lainnya : tidak dilakukan II. INTERPRETASI DATA DASAR Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Diagnosis



: G...Papah usia kehamilan..... minggu janin tunggal/ganda, hidup/mati, intrauterin/ekstrauterin. G : Gravida P



: Para -> a : aterm p : premature a : abortus h : hidup (Varney, 2006) Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan



penunjang berupa USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan merupakan kehamilan intrauterin. Masalah



: Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.



Kebutuhan



: Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.



III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL



Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan diagnosis dan masalah yang telah ditentukan. IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA Untuk menentukan tindakan segera yang perlu diambil berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada. V. INTERVENSI Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. 1. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu Rasional: Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya (Dewi dan Tri Sunarsih, 2010). 2. Berikan informasi tentang perubahan fisik pada ibu trimester I Rasional: Penambahan kenormalan perubahan ini dapat menurunkan kecemasan dan membantu meningkatkan penyesuaian aktivitass perawatan diri (Doenges, dkk, 2005). 3. Berikan KIE tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester I Rasional: Mengetahui tanda bahaya pada kehamilan membuat ibu mampu mendeteksi dini tanda yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janinnya (Salmah, 2006). 4. Berikan KIE mengenai nutrisi ibu hamil. Rasional: Karena dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin (Manuaba, 2009). 5. Berikan KIE ibu untuk tidak melakukan aktivitas berat. Rasional: Pada saat hamil, ibu akan mengalami mudah lelah karena menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate) (Prawirohardjo, 2009). Wanita hamil boleh melakukan pekerjaannya sehari-hari asal bersifat



ringan. Kelelahan harus dicegah hingga pekerjaan harus diselingi dengan istirahat (UNPAD, 2005). 6. Berikan KIE ibu untuk istirahat yang cukup. Rasional: Istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik berkenaan dengan pertumbuhan jaringan ibu/janin (Doenges, dkk, 2005). 7. Berikan KIE ibu untuk meningkatkan personal hygiene. Rasional : Mencegah ibu mengalami resiko infeksi oleh kuman dan persiapan ibu untuk menyusui (Doenges, dkk, 2005). 8. Berikan KIE latihan ringan secara teratur, seperti jalan kaki. Rasional: Hal ini dapat meningkatkan peristaltik dan membantu mencegah terjadinya konstipasi (Doenges, dkk, 2005). 9. Tambahkan suplemen kalsium setiap hari bila asupan produk susu dikurangi. Rasional:



Membantu



dalam



memperbaiki



keseimbangan



kalsium/fosfor dan menurunkan kram otot (Doenges, dkk, 2005). 10. Jadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang. Rasional: Pemberian asuhan antenatal ideal pada kehamilan untuk mendeteksi



kemungkinan



penyimpangan



dengan



segera



guna



memungkinkan tindakan preventif atau korektif (Henderson, 2005). VI. IMPLEMENTASI Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. VII. EVALUASI Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.



BAB IV PENUTUP Kunjungan



pemeriksaan



kehamilan



untuk



pemantauan



dan



pengawasan kesejahteraan ibu dan janin minimal 6 kali selama kehamilan yaitu pada kehamilan trimester satu 2 kali kunjungan, kehamilan trimester dua 1 kali, dan kehamilan trimester tiga sebanyak 3 kali kunjungan. (Jurnal Kebidanan Stikes Muhammadiyah Gombong, 2020) Dalam kasus Ibu D telah dilakukan asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah varney, mulai dari pengumpulan data sampai evaluasi dan dalam catat an perkembangan selanjutnya menggunakan SOAP. Penulis melakukan pengkajian terhadap Ibu D di Puskesmas Pasundan pada tanggal 13 Juli 2021. Ibu D datang ke Klinik ingin memeriksakan keham ilannya. HPHT ibu tanggal 12 Mei 2021 dan didapatkan taksiran persalinan ta nggal 19 Februari 2022. Penulis telah mengevaluasi asuhan kebidanan kehamilan terintegrasi terhadap Ibu D usia 23 tahun dengan diagnosa G1P0000 usia kehamilan 8 minggu 6 hari di Puskesmas Pasundan.



DAFTAR PUSTAKA Dewi, dkk. 2011. Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba medika Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Nurjasmi, E., dan Dkk. (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Saifuddin, A. B. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Keseshatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, Sarwono dkk. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP- SP. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC