Contoh Kajian Pertek BMAL Ok (Repaired) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BAKUMUTU AIR LIMBAH RS BHAYANGKARA TK III PADANG



2022



BAB I DESKRIPSI KEGIATAN 1.1



Jenis dan Kapasitas Usaha dan/atau Kegiatan Tabel 1.1 Profil Rumah Sakit



Nama Penanggung Sumaterab



:



NIK NRP Jabatan



: : :



Alamat Penanggung Sumaterab Nama Kegiatan



: :



Alamat Kegiatan NPWP Rumah Sakit Surat Tanah Ijin Penyimpanan Limbah B3 Izin usaha/Kegiatan (Existing) Jenis Kegiatan Tahun Mulai Operasi Kapasitas / Jumlah Bed



: : : : : : : :



dr. ANDREAN LESMANA, M.Ked (Paru), Sp.P 1371110708800005 80081452 KARUMKIT BHAYANGKARA TK III PADANG JLN. JATI NO. 01 PADANG PELAYANAN KESEHATAN (RUMAH SAKIT) JLN. JATI NO. 01 PADANG 00.119.230.1-205.000 Mo.Pol: SKEP/37/I/1991 660/14.55/P2HL-DLH/VII/2022 1284000232223 PELAYANAN KESEHATAN 1990 100 UNIT



Kegiatan pembangunan di Indonesia senantiasa harus berwawasan lingkungan, sehingga diharapkan dapat diwujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan ketetapan peraturan perundangan, bahwa setiap kegiatan pembangunan yang menimbulkan dampak penting harus dilakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Hal ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan



Menteri



Lingkungan



Hidup



dan



Kehutanan



Nomor



P.38/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2019 tentang jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Kegiatan pembangunan di bidang kesehatan pun menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Oleh karena itu, rumah sakit termasuk ke dalam usaha yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Rumah Sakit Umum milik Polisi sebagai lembaga kesehatan bertujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatannya dapat menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif terhadap lingkungan. Dampak positif yang mungkin timbul diantaranya adalah terbukanya kesempatan kerja, peluang berusaha, serta meningkatnya kesadaran dan kualitas pelayanan kesehatan. Sedangkan dampak negatif yang diprakirakan timbul diantaranya berupa pencemaran air akibat pembuangan limbah aktivitas Rumah Sakit. Terjadinya infeksi HAIs (Healthcare Associated Infections) terhadap sesama penderita maupun pengunjung, dan terjadinya dampak kumulatif sebagai akibat pemakaian bahan-bahan berbahaya dari unit-unit



2



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



pelayanan penunjang. Timbulnya dampak-dampak negatif tersebut apabila tidak ditangani secara benar dapat menimbulkan citra negatif terhadap Rumah Sakit. Kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit disamping memberikan kesembuhan atau peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga menghasilkan sejumlah hasil sampingan. Hasil sampingan tersebut berupa cairan, dan gas yang banyak mengandung kuman patogen, zat kimia yang beracun, zat radioaktif dan zat lain. Apabila pengelolaan bahan buangan tidak dilaksanakan dengan baik secara sanitasi, maka akan menyebabkan gangguan terhadap kelompok masyarakat disekitar rumah sakit serta lingkungan didalam dan di luar rumah sakit. Agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit memasuki media lingkungan melalui air (air kotor dan air minum), udara, makanan, alat atau benda, serangga, tenaga kesehatan, dan media lainnya. Melalui media ini agen penyakit tersebut akan dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat. Rumah sakit yang rentan, misalnya penderita yang dirawat, atau yang berobat jalan, karyawan rumah sakit, pengunjung, atau pengantar orang sakit, serta masyarakat di sekitar rumah sakit. Oleh karena itu, pengawasan terhadap mutu media lingkungan ini terhadap kemungkinan akan adanya kontaminasi oleh agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, hendaknya dipantau dengan cermat sehingga media tersebut bebas dari kontaminasi. Dengan demikian, kelompok masyarakat di rumah sakit terhindar dari kemungkinan untuk mendapatkan gangguan atau penyakit akibat buangan agen dari masyarakat tersebut (Adisasmito, 2007). Tabel 1.2 Jenis dan Kapasitas Usaha dan/atau Kegiatan No 1 2 3 4



Komponen Gedung Jenis Kegiatan Kategori Rumah Sakit Status Rumah Sakt Jenis Pelayana



: : : :



5



Jam Operasional



:



6 7 8 9 10 11



Luas Tanah Jumlah Lantai Bangunan Luas Bangunan Sumber Energi Sumber Air Estimasi Kebutuhan Air Harian Kapasitas lahan parkir



: : : : : :



Jumlah Karyawan Rataan Jumlah pasien harian Estimasi Jumlah



: :



Keterangan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Kelas D Milik Pemerintah Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Poliklinik Spesialistik Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap, dll Poliklinik : 07.00 s.d. 15.00 WIB Pelayanan Gawat Darurat : 24 Jam 5.512 m2 1 2.397 m2 PLN PDAM 1. Konstruksi : 2. Operasional : 300 unit roda dua 100 unit roda empat 249 orang 100 orang



:



10.000 orang (per tahun)



12 13 14 15



3



:



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



No 16



1.2



Komponen Gedung pengunjung Estimasi jumlah dan jenis limbah yang dihasilkan



Keterangan :



-



Limbah domestik : ± 22.500kg/bulan Limbah padat B3 : 267 kg/bulan Limbah Cair B3 : ± 15 kg/th Debit Air limbah : ± 209 m3/hari



Jenis dan Jumlah Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong Kegiatan RS. Bhayangkara TK III Padang menjadi Rumah Sakit Umum tidak melakukan kegiatan proses produksi sehingga tidak menggunakan bahan baku dan bahan penolong



1.3



Proses Usaha dan/atau Kegiatan yang Direncanakan 1.3.1 Proses Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan a.



Kegiatan Operasional Perkantoran Kegiatan operasional perkantoran di RS. Bhayangkara TK III Padang terdiri dari kegiatan administrasi kesekretariatan dan kepegawaian, keuangan, dan administrasi lainnya



b.



Pelayanan Kesehatan Keberadaan RS. Bhayangkara TK III Padang di Sumatera Barat adalah sebagai rumah sakit rujukan dan sekitarnya (Purwasuka) dan menunjang pelayanan Kesehatan karyawan industri. Pelayanan Kesehatan RS. Bhayangkara TK III Padang terdiri dari: - Pelayanan Gawat Darurat - Pelayanan Poliklinik Spesialistik Rawat Jalan - Pelayanan Rawat Inap - Pelayanan Kespro/Kesehatan Reproduksi - Pelayanan Intesive Care Unit - Pelayanan Neonatal Intensive Care Unit - Pelayanan Perinatal Intensive Care Unit - Pelayanan Perinatalogi - Pelayanan Rehabilitasi Medis - Pelayanan Bedah Sentral - Pelayanan Forensik - Pelayanan Patologi Klinik - Pelayanan Radiologi - Klinik Medical Check-up



c.



Pelayanan Farmasi Pelayanan farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari



4



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



system pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat sesuai standar pelayanan farmasi di rumah sakit.



5



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



BAB II RONA LINGKUNGAN AWAL II.1 Perhitungan Kapasitas dan Pengelolaan Air Limbah Secara garis besar kriteria perencanan IPAL biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada Tabel. Tabel II.1 : Kriteria Perencanan Biofilter Anaerob-Aerob. Biofilter Aerob :



 Beban BOD per satuan permukaan media (LA) = 5 – 30 g BOD/m². Hari.  Beban BOD 0,5 - 4 kg BOD per mᶟ media (menurut Nusa Idaman Said, BPPT, 2002)  Waktu tinggal total rata-rata = 4 - 8 jam Tinggi Bed media pembiakan mikroba = 40%-80%



Bak Pengendap Akhir



 Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 0,5 - 3 Jam



(Separator Biofilter)



 Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 10 mᶟ/m².hari  Volume Bed Media : 40 – 80%



Efisiensi proses



 Bisa mencapai 90-100%



anaerobic + aerobic biofilter BIOFILTER ANAEROB – AEROB Parameter



 Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 3-5 Jam



Perencanaan : Bak



 Beban permukaan = 20 – 50 m3/m2.hari. (JWWA)



Pengendapan Awal Biofilter Anaerob



 Beban BOD per satuan permukaan media (LA) = 5 – 30



(Equalisasi) : Sebagai bak



g BOD/m². Hari (EBIE Kunio., “ Eisei Kougaku Enshu



pengumpul awal dan



“, Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992).



penguraian awal polutan air limbah seperti BOD,COD,NH3, Phospat



 Beban BOD 0,5 - 4 kg BOD per mᶟ media (menurut Nusa Idaman Said, BPPT, 2002)  Waktu tinggal total rata-rata = 3-6 jam  Volume bed media pembiakan mikroba = 40%-80%



Dalam menentukan besarnya debit air limbah, diperlukan data berupa jumlah tempat tidur (bed) yang tersedia di rumah sakit. Dari data yang diperoleh dilakukan perhitungan menggunakan asumsi mengenai jumlah limbah yang dihasilkan bahwa volume limbah cair maksimum 500 L/ bed/ hari. Dapat diasumsikan bahwa untuk



6



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



penggunaan 1 bed terdiri dari beberapa orang. Jadi, untuk 417 bed bisa dihasilkan limbah sebesar 208.500 liter/hari dan dapat dikonversikan menjadi 209 m3/hari. Asumsi Jumlah air limbah maksimum yang dihasilkan = 209 m3/hari. Kebutuhan kapasitas IPAL yang digunakan = 300 m3/hari. Dikarenakan adanya masa tinggal dalam proses pengolahan air limbah di IPAL A. Unit Reaktor Biofilter Secara garis besar berfungi sebagai reaktor pengolah secara aerob dan anaerob, yaitu proses penguraian air limbah oleh bakteri aerob (memerlukan udara) dan bakteri anaerob, dimana kebutuhan udara/oksigen di suplay dari blower yg di injeksikan melalui siatem pipa sparger yg terletak di dasar reaktor biofilter, reaktor biofilter di lengkapi dengan media bio bakteri yg berbentuk piramid yang tersusun secara acak dan moving bed dengan kebutuhan 40 - 70% dari volume reaktor biofilter. Direncanakan : Kapasitas



= 209 m3/hari



Jumlah bed



= 100 bed



Jadi: Debit air limbah



= 209 m3/hari = (209/24) m3/jam = 8.7 m3/jam



Waktu tinggal optimal yang digunakan dalam tangki biofilter adalah 6 jam Volume total yang dibutuhkan (V) = Debit limbah (Q) x Waktu tinggal (t) = 8.7 m3/jam x 6 jam = 52.25 m3 Perhitungan Volume Unit Diketahui : Diameter



= 2,3 m



Tinggi



=5m



Volume Tangki



= π x r2 x t = 3,14 x 1,152 x 5 = 20,76 m3



Jumlah unit yang dibutuhkan



= Volume total / Volume unit = 52.25 m3 / 20,76 m3 = 3 unit biofilter



Jadi unit yang dibutuhkan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas 300 m3/hari adalah 3 buah unit reaktor biofilter



7



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



B. Unit Post Treatment Post Treatment berfungsi sebagai filter / final treatment, Post Treatment dilengkapi dengan media filter, Air dalam post treatment dialirkan dengan pompa submersible yang kapasitas pompa telah di sesuaikan dengan kebutuhan kapasitas IPAL, pompa filter di tempatkan di dalam reservoir yang beroperasional secara otomatis dengan sistem water level control. Perhitungan Volume Unit Diketahui Jumlah



= 2 Buah



Diameter



=1m



Tinggi



= 1,5 m



Volume Unit



= π x r2 x t = 3,14 x 2 x 1,5



Volume Total



= 9,42 m3



Waktu Tinggal



= (Volume total / Debit limbah) x 24 jam = (9,42 m3 / 400 m3 ) x 24 jam = 0,5 Jam



II.2 Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Komponen lingkungan yang terkena dampak antara lain Badan Air permukaan sebagai Badan Air penerima Air Limbah. Komponen lingkungan yang terkena dampak, meliputi: Lokasi rencana pembuangan Air Limbah yaitu sungai dengan Batasan hulu (upstream) dan hilir (downstream). 1. Baku Mutu Air Nasional Badan Air Penerima Air Limbah yaitu Badan Air Kelas dua merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana. rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Baku Mutu Air Nasional mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lampiran VI.



8



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



Tabel II.2 Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya No 1. 2.



Padatan



Terlarut total (TDS)



3. 4.



Warna



6.



Unit



Temperatur



Padatan tersuspensi



5.



total (TSS)



Kelas 2



oC



Dev 3



mg/L



1.000



mg/L



50



Pt-Co Unit



50



Derajat Kesamaan (pH)



6-9



Kebutuhan oksigen biokimiawi (BOD) Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) Oksigen Terlarut (DO)



mg/L



3



mg/L



25



mg/L



4



Sulfat (SO42) Klorisida (C1) Nitrat (sebagai N) Nitrit (Sebagai N) Amonia (Sebagai N)



mg/L mg/L mg/L mg/L



300 300 10 0.06



mg/L



0.2



Total Nitrogen Total Fosfat (sebagai P)



mg/L



15



mg/L



0.2



Fluorida (F) Belerang sebgai H2S



mg/L



1.5



mg/L



0.002



18.



Sianida (CN)



mg/L



0.02



19.



Klorin Bebas



mg/L



0.03



20. 21. 22. 23. 24. 25.



Barium (Ba) terlarut Boron (B) terlarut Merkuri (B) terlarut Arsen (As) terlarut Selenium (Se) Besi (Fe) terlarut Kadmuium (Cd) terlarut



mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L



1.0 0.002 0.05 0.05 -



mg/L



0.01



mg/L



0.2



mg/L



-



Nikel (Ni) terlarut Seng (Zn) terlarut Tembaga (Cu) terlarut



mg/L mg/L



0.05 0.05



mg/L



0.02



mg/L



0.03



33.



Timbal (Pb) terlarut Kromium Heksavalen VII)



mg/L



0.05



34. 35. 36. 37. 38.



Minyak dan Lemak Deterjen Total Fenol Aldrin/Dieklrin BHC



mg/L mg/L mg/L µg/L µg/L



1 0.2 0.005 210



7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.



9



Parameter



Kobalt



(Co) Terlarut



Mangan



(Mn) terlarut



Keterangan Perbedaan dengan suhu udara di atas permukaan air Tidak berlaku untuk muara



Tidak berlaku untuk air gambut (berdasarkan kondisi alaminya) Tidak berlaku untuk air gambut (berdasarkan kondisi alaminya)



Batas minimal



Bagi air baku air minum tidak dipersyaratkan



(Cr-



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



No



Parameter



39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.



Chlordane DDT Endrin Heptachlor Lindane Methoxychlor Toxapan



46.



Fecal Coliform



47.



Total Coliform



48. 49. 50. 51.



Sampah Radioaktivitas Gross-A Gross-B



Unit



Kelas 2



µg/L µg/L µg/L µg/L µg/L µg/L µg/L MPN/100 mL MPN/100 mL



2 4 -



Keterangan



1.000 nihil



Bq/L Bq/L



0.1 1



2. Lokasi Pengambilan Contoh Uji Penetapan lokasi titik pengambilan contoh uji ditetapkan berdasarkan pada: Lokasi pembuangan Air Limbah (outfall) di sungai dan sejenisnya; Bagian hulu: titik pengambilan contoh uji diambil diantara lokasi pembuangan air limbah Usaha dan/atau Kegiatan di sekitar yang telah beroperasi di bagian hulu dengan rencana pembuangan Air Limbah Usaha dan/atau Kegiatannya. Bagian hilir: titik pengambilan contoh uji diambil sebelum lokasi pembuangan air limbah Usaha dan/atau Kegiatan di sekitar yang telah beroperasi di bagian hilir.



10



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



BAB III PRAKIRAAN DAMPAK III.1 Dampak Pembuangan Limbah Medis Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/ helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron untuk industri, sepatu boot, serta sarung tangan khusus. Pembuangan limbah cair ke lingkungan tanpa pengolahan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti: 1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik, yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang. 2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit. 3. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor. 4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat seperti Hg, Pb dan Cd yang bersal dari bagian kedokteran gigi. 5. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang baik bagi vektor penyakit seperti lalat dan tikus. 6. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector penyakit hidup dan berkembang biak dalam genangan air. Limbah klinik kesehatan adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan klinik kesehatan dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah medis klinis dan non klinis baik itu limbah padat maupun limbah cair (Depkes RI, 2002). Limbah cair klinik kesehatan umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis, baik yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis. Sementara itu, untuk limbah yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat dan bila dialirkan ke dalam pengolahan secara biologis akan menganggu proses pengelolaan. Limbah ini harus dipisahkan dan ditampung kemudian diolah secara kimiafisika baru dialirkan bersama-sama dengan limbah cairan lainnya dan diolah dengan pengelolaan biologis.



11



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



Karakteristik kimia pada air limbah terbagi menjadi dua, yaitu kimia organik dan anorganik. Jumlah materi organik sangat dominan, karena 75% dari zat padat tersuspensi dan 40% zat padat tersaring merupakan bahan organik, yang tersusun dari senyawa karbon, hidrogen, oksigen, da nada juga yang mengandung nitrogen. Karbon organik dalam air limbah pada umumnya terdiri dari sand, grit, dan mineral-mineral. Karakteristik biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan sebagai air minum dan air bersih. Selain itu untuk menakar tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air. Parameter yang sering digunakan adalah banyaknya kandungan mikroorganisme yang ada dalam kandungan air limbah Limbah cair fasyankes umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis, baik yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis. Sementara itu, untuk limbah yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat dan bila dialirkan ke dalam pengolahan secara biologis akan menganggu proses pengelolaan. Limbah ini harus dipisahkan dan ditampung kemudian diolah secara kimiafisika baru dialirkan bersama-sama dengan limbah cairan lainnya dan diolah dengan pengelolaan biologis. Jenis air limbah yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Air limbah domestik b. Air limbah klinis atau medis c. Air limbah laboratorium d. Air limbah radioaktif (tidak boleh masuk ke IPAL, harus mengikuti petunjuk dari BATAN) Adapun sumber-sumber yang menghasilkan air limbah, antara lain : a. Unit Pelayanan Medis 



Rawat Inap







Rawat Jalan







Instalasi Gawat Darurat







Klinik Intensif Medik







Haemodialisa







Bedah Sentral







Rawat Isolasi



b. Unit Penunjang Pelayanan Medis  Instalasi Radiologi  Instalasi Farmasi



12



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



 Instalasi Laboratorium Klinik  Instalasi Pelayanan Darah  Instalasi Rehab Medis  Instalasi Gizi  Instalasi Laundry  Instalasi CSSD  Instalasi IPSRS  Instalasi Sanitasi Lingkungan  Instalasi Diklat  Instalasi Rawat Inap  Kamar Jenazah c. Unit Penunjang Pelayanan Non Medis  Logistik  Fasilitas umum : Masjid / Musholla dan Kantin  Kesekretariatan / administrasi rumah sakit Diagram proses pengelolaan sanitasi pada RS. Bhayangkara TK III Padang dapat dilihat seperti pada Gambar III.1. Di dalam pengelolaan limbah cair pada fasilitas pelayanan kesehatan, sebaiknya saluran air hujan dan saluran limbah dipisahkan agar proses pengolahan air limbah dapat berjalan secara efektif. (Nusa Idaman Said.,”Teknologi Pengolahan Air Limbah”, 2017)



13



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



Gambar III.1 Layout Sanitasi RS. Bhayangkara TK III Padang III.2 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berdasarkan



Peraturan



Menteri



Negara



Lingkungan



Hidup



RI



No.



P.68/Menlhk/Setjen/Kum/1/8 Th.2016 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, maka setiap rumah sakit yang menghasilkan air limbah / limbah cair harus memenuhi peraturan tersebut Tabel III.1 : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. P.68/Menlhk/Setjen/Kum/1/8Th.2016 tentang baku mutu air limbah domestic – Pelayanan Kesehatan PARAMETER PALING PARAMETER



TINGGI Nilai



Satuan



30



mg/l



FISIKA Zat padat tersuspensi (TSS) KIMIA pH



6-9



BOD



50



mg/l



COD



80



mg/l



Minyak dan lemak



10



mg/l



Amonia Nitrogen



10



mg/l



3.000



MPN/100 ml



Total Koliform (MPN/100 ml) III.3 Karakteristik Air Limbah



Air limbah rumah sakit umumnya menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi. Hal ini mungkin disebabkan karena sumber air limbah juga bervariasi sehingga faktor waktu dan metode pengambilan contoh sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi. Tabel III.2 : Sumber, Karakteristik Dan Pengaruh Air Limbah Rumah Sakit Pengaruh pada konsentrasi Sumber air limbah



14



Material-material utama



- Rawat Inap



- Material-material organik



- Rawat Jalan



- Ammonia



- Rawat Darurat



- Bakteri patogen



- Rawat Intensif



- Antiseptik



- Rawat Isolasi



- Antibiotik



Laboratorium



- Material solvent organik



tinggi pada penanganan biologis - Antiseptik



: beracununtuk



mikroorganisme - Antibiotik



: beracun



untuk mikroorganisme



- Logam berat : beracun DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



klinik dankimia



Ruang dapur



- Fosfor



untukmikroorganisme



- Logam berat



- pH fleksibel : beracun



- pH fleksibel



untuk mikroorganisme



 Material-material organik



- Minyak / lemak :



 Minyak / lemak



Mengurangi



 Fosfor



perpindahanoksigen ke air



 Pembersih ABS



- Pembersih ABS : terbentuk gelembunggelembung dalam bioreaktor



Ruang cuci



 Fosfor



(laundry)



 pH 8 ~ 10  ABS, N-heksana



 pH 8 ~ 10 : beracun untukmikroorganisme  ABS : terbentuk gelembung-gelembung dalam bioreaktor



Ruang Pemrosesan Ag, logam berat lain



Ag : beracun untuk



sinar X



mikroorganisme



Ruang radio-



Senyawa-senyawa radioaktif



isotop



Senyawa-senyawa radioaktif :beracun



Dari tabel tersebut terlihat bahwa air limbah rumah sakit jika tidak diolah sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain pencemaran secara kimiawi, air limbah rumah sakit juga berpotensi untuk mencemari lingkungan secara bakteriologis. Di dalam pengelolaan limbah cair pada fasilitas pelayanan kesehatan, sebaiknya saluran air hujan dan saluran limbah dipisahkan agar proses pengolahan air limbah dapat berjalan secara efektif



III.4 Proses Produksi Penghasil Limbah Cair III.4.1 Kebutuhan Air Bersih Jumlah bed (tempat Tidur) = 100 Bed Dalam menentukan besarnya debit air limbah diperlukan data berupa jumlah tempat tidur (bed) yang tersedia di rumah sakit. Dari data yang diperoleh dilakukan perhitungan menggunakan asumsi mengenai jumlah limbah yang dihasilkan bahwa volume limbah cair maksimum 500 L/ bed/ hari. Jadi, untuk 100 bed bisa dibutuhkan air bersih sebesar 50.000 liter/hari dan dapat dikonversikan menjadi 50 m3/hari. Dalam rencana pengembangannya terdapat 200 TT sehingga terdapat penambahan sebanyak 100 TT. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1024/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, menyebutkan bahwa penyediaan air bersih di



15



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



rumah sakit minimum 500 lt/tempat tidur/hari. Sehingga perkiraan penggunaan air bersih harian di RS. Bhayangkara TK III Padang dirincikan sebagai berikut. Kebutuhan Air Bersih = 50.000 LT/hari + (100 TT x 500 lt/TT/hari) = 50.000 lt/hari + 50.000 lt/hari = 100.000 lt/hari = 100 m3/hari Kebutuhan air bersih sebesar 100 m3/hari akan dipenuhi dari PDAM III.4.2 Kapasitas Limbah Yang Dihasilkan Air Limbah = 85% x Kebutuhan air per hari = 85% x 100 m3/hari = 85 m3/hari III.4.3 Neraca Air RS. Bhayangkara TK III Padang menggunakan sumber air bersih dari PDAM. Air bersih yang digunakan untuk kegiatan operasional dengan asumsi penggunaan 267 m3/hari RUANG UGD / ICU (45 m3) R. PERAWATAN (78 m3) KANTOR ADMINISTRASI (10 m3) Debit Air Bersih dari Rumah Sakit 227,5 m3/hari



R. UMUM / WASTAFEL / KM (12 m3) LABORATORIUM (15 m3)



Inlet Kapasitas IPAL 227,5 m3/hari



INST. GIZI (35 m3) LAUNDRY (32.5 m3) Gambar III.4 Neraca Air Limbah Dari penggunaan air bersih untuk kegiatan rumah sakit dihasilkan limbah dengan asumsi 209 m3/hari dan dialirkan pada IPAL dengan kapasitas 300 m3/hari. Sumber air limbah bervariasi sesuai dengan tipe rumah sakit. Adapun sumber air limbah rumah sakit RS. Bhayangkara TK III Padang berasal dari dapur, pencucian, ruang perawatan, laboratorium dan WC. Air limbah dari kamar mandi dikategorikan sebagai limbah rumah tangga. Parameter dalam air limbah kamar mandi adalah zat padat, BOD, COD, Nitrogen, Phospat, Minyak dan bakteriologis. Air limbah dari unit dapur hampir sama dengan limbah rumah tangga dengan kandungan BOD, COD, Total solid, minyak/lemak, nitrogen, fosfat dan bahan



16



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



padatan yang terkandung berupa sisa makanan. Air limbah laundry berasal dari unit pencucian bahan kain yang umumnnya bersifat basa. Limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dan lain-lain. Air limbah sumah sakit dari kegiatan domestik maupun klinis umunnya mengandung senyawa polutan organik yang tinggi.



II.5 Deskripsi Pengolahan Air Limbah Fasilitas Kesehatan Dengan Proses Biofilter Tipikal proses pengolahan air limbah rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan adalah



dengan proses biofilter anaerob aerob. Seluruh air limbah yang berasal dari



beberapa proses kegiatan rumah sakit dialirkan melalui saluran pembuang ke bak pengumpul kecuali yang mengandung logam berat dan pelarut kimia. Air limbah yang berasal dari dapur (kantin) dialirkan ke bak pemisah lemak (grease trap) dan selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari kegiatan laundry dialirkan ke bak pengolahan awal untuk menghilangkan busa, selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari limbah domestik non toilet dialirkan ke bak screen atau bak kontrol dan selanjutnya dilairkan ke bak penumpul. Air limbah toilet dialirkan ke tangki



17



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



septik, selanjutnya air limpasannya (overflow) dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari laboratorium dilairkan ke proses pengolahan awal dengan cara pengendapan kimia dan air olahnnya dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari ruang operasi dialirkan langsung ke bak pengumpul. Aliran air limbah dari sumber ke bak pengumpul dilakukan secara gravitasi sedangkan dari bak pengumpul ke sistem IPAL dilakukan dengan sistem pemompaan. Dari bak pengumpul, air limbah dipompa ke bak pemisah lemak atau minyak. Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang masih tersisa serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis. Selanjutnya limpasan dari bak pemisak lemak dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa ke unit IPAL. Di dalam unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anaerob (biofilter Anaerob). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe piramid. Di dalam reaktor Biofilter Anaerob, penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Disini zat organik akan terurai menjadi gas metan dan karbon dioksida tanpa pemberian udara. Air limpasan dari reaktor biofilter anerob dialirkan ke reaktor biofilter aerob. Di dalam reaktor biofilter aerob diisi dengan media sambil dihembus dengan udara. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap awal. Dari reaktor biofilter aerob air limbah dialirkan ke bak pengendapan akhir dan air limpasannya



dialirkan ke bak khlorinator untuk proses



disinfeksi. Sebagian air di dalam bak pengendap akhir disirkulasikan kembali ke bak pengendapan awal. Secara urutan proses dapat dibagi menjadi dua yaitu pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Pengolahan primer yang terdiri dari antara lain : l Bak pengumpul / Sampit l Screen atau saringan untuk memisahkan kotoran padat, l Bak pemisah / Pre Treatment



Sedangkan pengolahan sekunder merupakan unit atau peralatan standard yang



18



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



digunakan dalam biofilter meliputi: l Bak pengendapan Awal. l Kolam unit stage anaerobic reaktor biofilter tempat penguraian air limbah oleh mikroorganisme secara anaerob l Kolam unit stage Aerobic Biofilter tempat penguraian air limbah dengan mikroorganisme se cara aerob. l Bak Pengendapan Akhir / Post Treatment berfungsi untuk menghilangkan sisa kotoran yang masih tersisa dari proses biofilter dan juga mereduksi bau serta menetralkan warna air limbah hasil pengolahan. l Peralatan pemasok udara seperti blower dan difuser udara. l Sistem Khlorinasi berfungsi untuk menghilangkan bakteri patogen seperti bakteri E-Coli sebelum dibuang ke badan air. a. Jaringan Pengumpul Air Limbah Unit ini berfungsi untuk mengumpulkan air limbah dari berbagai sumber. Limbah cair / air limbah yang dikeluarkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan bersumber dari hasil berbagai macam kegiatan antara lain kegiatan dapur, laundry, rawat inap, ruang operasi, kantor, laboratorium, air limpasan tangki septik, air hujan dan lainnya. Pada dasarnya pengelolaan limbah cair / air limbah fasilitas kesehatan disesuaikan dengan sumber serta karakteristik limbahnya. Untuk limbah cair / air limbah yang berasal dari dapur, laundry, kantor, ruang rawat inap, ruang operasi, air limpasan tangki septik umumnya mengandung polutan senyawa organik yang cukup tinggi sehingga proses pengolahannya dapat dilakukan dengan proses biologis. Untuk limbah cair / air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat mengganggu proses pengolahannya. Oleh karena itu untuk pengelolaan limbah cair / air limbah fasilitas pelayanan kesehatan yang berasal dari laboratorium perlu dilakukan pengolahan dengan cara dipisahkan dan ditampung terlebih dahulu, kemudian diolah secara kimia-fisika, selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis. Pengaliran air limbah dapat dilakukan dengan cara gravitasi, dengan cara pemompaan atau dengan kombinasi aliran gravitasi dan pemompaan. Sistem pembuangan air limbah dari dalam bangunan dapat dilkukan dengan dua cara yakni : (1) Sistem Campuran. Yaitu sistem pembuangan, dimana air limbah dan air bekas dikumpulkan dan dialirkan ke dalam suatu saluran. (2) Sistem terpisah.



19



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



Yaitu sistem pembuangan, dimana air limbah dan air bekas masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Sistem pembuangan air limbah disambungkan ke IPAL, dan sistem pembuangan air bekas disambungkan ke riol umum bila dimungkinkan. Cara pengaliran air limbah dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni : (1) Sistem gravitasi. Sistem ini dapat digunakan untuk mengalirkan air limbah dari tempat yang lebih tinggi secara gravitasi ke saluran IPAL atau saluran umum yang letaknya lebih rendah. (2) Sistem bertekanan. Bila IPAL letaknya lebih tinggi dari letak saluran pembuangan air limbah, air limbah dikumpulkan lebih dahulu dalam suatu bak penampungan atau bak kontrol kemudian dipompakan ke IPAL. b. Ukuran Pipa Jaringan Di Indonesia ukuran-ukuran sistem pembuangan ditentukan berdasarkan nilai unit alat plambing, sebagaimana dinyatakan dalam



SNI 03-6481-2000



Sistem



Plumbing 2000. c. Bak Kontrol Limbah akan mengendap pada dasar dari dinding pipa pembuangan setelah digunakan untuk jangka waktu lama. Di samping itu kadang-kadang ada juga benda-benda kecil yang sengaja atau tidak jatuh dan masuk ke dalam pipa. Semuanya itu akan menyebabkan tersumbatnya pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan pengamanan. Pada saluran pembuangan di halaman perlu dipasang bak kontrol.Untuk pipa yang ditanam dalam tanah, bak kontrol yang lebih besar akan memudahkan pekerjaan pembersihan pipa. Penutup bak kontrol harus rapat agar tidak membocorkan gas dan bau dari dalam pipa pembuangan. Bak kontrol harus dipasang di tempat yang mudah dicapai, dan sekelilingnya perlu area yang cukup luas untuk orang yang melakukan pembersihan pipa. d. Bak Pengumpul Air Limbah Jika sumber limbah terpencar-pencar dan tidak memungkinkan untuk dialirkan secara gravitasi maka pengumpulan air limbah dari sumber yang berdekatan dapat dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam suatu bak pengumpul, selanjutnya di pompa ke bak pemisah minyak/lemak atau bak ekualisasi. Bak pengumpul dapat juga berfungsi untuk memisahkan pasir atau lemak serta kotoran padatan yang dapat menyebabkan hambatan terhadap kinerja pompa. e. Bak Pemisah Lemak (Grease Removal) Minyak atau lemak merupakan penyumbang polutan organik yang cukup besar. Oleh karena itu untuk air limbah yang mengandung minyak atau lemak yang tinggi misalnya air



20



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



limbah yang berasal dari dapur atau kantin perlu dipisahkan terlebih dahulu agar beban pengolahan di dalam unit IPAL berkurang. Kandungan minyak atau lemak yang cukup tinggi di dalam air limbah dapat menghambat transfer oksigen di dalam bak aerasi yang dapat menyebabkan kinerja IPAL kurang maksimal. Untuk menghilangkan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan menggunakan bak pemisah lemak sederhana secara gravitasi. f. Bak Ekualisasi Untuk proses pengolahan air limbah rumah sakit atau layanan kesehatan, jumlah air limbah maupun konsentrasi polutan organik sangat berfluktuasi. Hal ini dapat menyebabkan proses pengolahan air limbah tidak dapat berjalan dengan sempurna. Untuk mengatasi hal tersebut yang paling mudah adalah dengan melengkapi unit bak ekualisasi. Bak ekualisasi ini berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang akan diolah serta untuk menyeragamkan konsentrasi zat pencemarnya agar hogen dan proses pengolahan air limbah dapat berjalan dengan stabil. Selain itu dapat juga digunakan sebagai bak aerasi awal pada saat terjadi beban yang besar secara tiba-tiba (shock load). g. Bak Pengendap Awal Bak pengendap awal berfungsi untuk mengendapkan atau menghilangkan kotoran padatan tersuspensi yang ada di dalam air limbah. Kotoran atau polutan yang berupa padatan tersuspensi misalnya lumpur anorganik seperti tanah liat akan mengendap di bagian dasar bak pengendap. Kotoran



padatan



tersebut terutama yang berupa lumpur anorganik tidak dapat



terurai secara biologis, dan jika tidak dihilangkan atau diendapkan akan menempel pada permukaan media biofilter sehingga menghambat transfer oksigen ke dalam lapisan biofilm , dan mengakibatkan dapat menurunkan efisiensi pengolahan. Bak pengendap awal dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada bak ini aliran air limbah dibuat agar sangat tenang untuk memberi kesempatan padatan/suspensi untuk mengendap.Kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak pengendap awal antara lain adalah waktu tinggal hidrolik, beban permukaan (surface loading), dan kedalaman bak. Waktu Tinggal Hidrolik (Hydraulic Retention Time, WTH) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak dengan kecepatan seragam yang sama dengan aliran rata-rata per hari. Waktu tinggal dihitung dengan membagi volume bak dengan laju alir masuk, satuannya jam. Nilai waktu tinggal adalah : T



= 24 V/Q



Dimana : T = waktu tinggal (jam) V = volume bak (m3)



21



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



Q = laju rata-rata harian (m3 per hari) h. Reaktor Biofilter Aerob Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter anaerob-aerob, reaktor biofilter aerobik merupakan unit proses yang dipasang setelah proses biofilter anaerob. Konstruksi reaktor biofilter aerob pada dasarnya sama dengan reaktor biofilter anaerob. Perbedaanya adalah di dalam reaktor biofilter aerob dilengkapi dengan proses areasi. Proses aerasi umunya dilakukan dengan menggunakan blower udara. Di dalam reaktor biofilter aerob terjadi kondisi aerobik sehingga polutan organik yang masih belum terurai di dalam reaktor biofilter anaerob akan diuraikan menjadi karbon dioksida dan air. Sedangkan amoniak atau amonium yang terjadi pada proses biofilter anaerob akan dioksidasi (proses nitrifikasi) akan diubah menjadi nitrat (NH4+ → NO3 ).Selain itu gas H2S yang terbentuk akibat proses anaerob akan diubah menjadi sulfat (SO4) oleh bakteri sulfat yang Konstruksi reaktor biofilter aerob dapat dibuat dari bahan fiber reinforced plastic (FRP) . Bentuk reaktor tersebut dapat berbentuk tabung atau persegi. Di dalam reaktor tersebut dilengkapi dengan peralatan pemasok udara. Pada umumnya IPAL dengan proses biofilter anaerob-aerob yakni yang terdiri dari bak pengendap awal, reaktor biofilter anaerob, rekator biofilter aerob serta bak pengendap akhir dibuat dalam bentuk yang kompak untuk menghemat ruang maupun biaya konstruksi. i. Reaktor Biofilter Anaerob Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem anaerob aerob biofilter, reaktor anaerob merupakan unit yang mana didalamnya terjadi proses penguraian air limbah secara anaerob oleh bakteri anaerob. Di dalam proses pengolahan air limbah secara anaerob, akan dihasilkan gas methan, amoniak dan gas H 2S yang menyebabkan bau busuk. Oleh karena itu untuk pengolahan air limbah rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan unit reaktor biofilter anaerob dibuat tertutup dan dilengkapi dengan pipa pengeluaran gas dan jika perlu dilengkapi dengan filter penghilang bau. Reaktor biofilter dapat dibuat dari bahan fiber reinforced plastic (FRP). j. Bak Pengendap Akhir (Separator Biofilter) Lapisan biofilm yang ada di reaktor biofilter aerob kemungkinan dapat terlepas dan dapat menyebabkan air olahan menjadi keruh. Untuk mengatasi hal tersebut di dalam sistem biofilter anaerob-aerob, air limpasan dari reaktor biofilter aerob dialirkan ke bak pengendap akhir. Bak pengendap akhir berfungsi untuk memisahkan atau mengendapkan kotoran padatan tersuspensi (TSS) yang ada di dalam air limbah agar air olahan IPAL menjadi



22



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



jernih. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari biofilter anerob-aerob lebih sedikit dan lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relatif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol dan selanjutnya dilairkan ke bak khlorinasi. k. Bak Biokontrol (Kolam Indikator) Bak biokontrol adalah bak kontrol kualitas air olahan secara alami dengan menggunakan indikator biologis. Di dalam bak biokontrol biasanya ditaruh ikan mas atau ikan yang biasa hidup di air yang bersih. Bak biokontrol ini berfungsi untuk mengetahui secara cepat apakah air hasil olahan IPAL cukup baik atau belum. Jika ikan yang ada di dalam bak biokontrol hidup berarti air olahan IPAL relatif baik. l. Bak Khlorinasi Fungsi bak khlorinasi adalah untuk mengontakkan senyawa disinfektan dengan air limbah untuk membunuh mikroorgamisme patogen di dalam air limbah. Senyawa disinfektan yang sering digunakan adalah senyawa khlorin misalnya kalsium hipokhlorit atau natrium hipokhlorit. Waktu kontak atau waktu tinggal di dalam bak khlorinasi berkisar antara 10-15 menit. Cara pembubuhan senyawa desinfektan dapat dilakukan dengan menggunakan pompa dosing atau secara manual dengan pembubuhan secara gravitasi. Selain untuk proses desinfeksi pembubuhan senyawa khlorin adalah untuk mereaksikan amoniak menjadi khloramine. Penambahan khlorin diluar breakpoint menjamin adanya residual khlor bebas. Untuk membunuh mikroorgamisme patogen di dalam air limbah konsentrasi residual khlorine di dalam air dipertahankan sebesar 0,5 mg. m. Peralatan Mekanikal Elektrikal 1) Ring Blower Beberapa tipe blower udara yang sering digunakan untuk pengolahan air limbah dengan sistem Biofilter antara lain yaitu : Ring Blower berbeda dengan pompa udara pada mekanisme memproduksi aliran udara yang lebih besar dari pompa udara. Rotor berotasi menyebabkan udara diserap dari inlet dan dikompres/dimampatkan keluar menuju outlet. Beberapa keunggulan Ring Blower antara lain : l



Aliran udara stabil, sedikit variasi tekanan.



l



Kemudi dengan kualitas tertinggi dan & gir teraplikasikan akurat.



l



Udara bersih tanpa minyak lembab.



l



Konstruksi sederhana & kuat, pemeliharaan mudah.



2) Pompa Air Limbah (Auto Transfer Pump) Ada dua tipe pompa yang sering digunakan untuk pengolahan air limbah yaitu tipe pompa celup / benam (submersible pump) dan pompa sentrifugal. Pompa celup / benam umumnya digunakan untuk mengalirkan air limbah dengan



23



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



head yang tidak terlalu besar, sedangkan untuk head yang besar digunakan pompa sentrifugal. Pengelolaan Lumpur yang Dihasilkan Lumpur yang dihasilkan dari aktifitas pengolahan air limbah dibedakan menjadi 2 jenis,yaitu : 1. Lumpur endapan di bak pengendap yang mengandung partikel diskrit berupa pasir dan butiran tanah. Lumpur ini dikelola dengan cara ditampung pada bak pengering lumpur 2. Lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme pengurai yang dihasilkan dari unit pengolahan biologis (sludge). Lumpur yang dihasilkan dari proses ini diresirkulasi secara terus menerus. Kelebihan produksi lumpur akan dikeluarkan dari reactor. Lumpur yang dikeluarkan dari reactor akan dikelola dengan cara dikeringkan di bak pegering lumpur



24



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



BAB III PRAKIRAAN DAMPAK III.1 Dampak Pembuangan Limbah Cair Limbah cair merupakan limbah yang dihasilkan dari proses industri atau suatu kegiatan yang berwujud cair dan mengandung padatan tersuspensi atau terlarut, dapat mengalami proses perubahan fisik, kimia, maupun biologi yang menghasilkan zat beracun dan dapat menimbulkan gangguan ataupun resiko terjadinya penyakit dan kerusakan lingkungan (Kaswinarni, 2008). Oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dapat mengandung bahan yang menghasilkan zat beracun bagi kesehatan lingkungan dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pembuangan limbah cair ke lingkungan tanpa pengolahan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti: 1.



Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik, yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang.



2.



Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.



3.



Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor.



4.



Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat seperti Hg, Pb dan Cd yang bersal dari bagian kedokteran gigi.



5.



Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang baik bagi vektor penyakit seperti lalat dan tikus.



6.



Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector penyakit hidup dan berkembang biak dalam genangan air.



III.2 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berdasarkan



Peraturan



Menteri



Negara



Lingkungan



Hidup



RI



No.



P.68/Menlhk/Setjen/Kum/1/8 Th.2016 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, maka setiap rumah sakit yang menghasilkan air limbah / limbah cair harus memenuhi peraturan tersebut.



25



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



Tabel 3.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik – Pelayanan Kesehatan NO



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



PARAMETER FISIKA Zat padat tersuspensi (TSS) KIMIA pH BOD COD Minyak dan lemak Amonia Nitrogen Total Koliform (MPN/100 ml)



PARAMETER PALING TINGGI Nilai Satuan 30



mg/l



6-9 50 80 10 10 3.000



mg/l mg/l mg/l mg/l MPN/100 ml



III.3 Karakteristik Air Limbah Air limbah rumah sakit umumnya menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi. Hal ini mungkin disebabkan karena sumber air limbah juga bervariasi sehingga faktor waktu dan metode pengambilan contoh sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi. Tabel 3.2 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit



26



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



Tabel 3.3 Sumber, Karakteristik Dan Pengaruh Air Limbah Rumah Sakit Sumber air limbah - Rawat Inap - Rawat Jalan - Rawat Darurat - Rawat Intensif



Material-material utama



Pengaruh pada konsentrasi tinggi pada penanganan biologis



-



Material-material organic - Antiseptik : beracun untuk Ammonia mikroorganisme Bakteri pathogen - Antibiotik : beracun untuk Antiseptik mikroorganisme Antibiotik



-



Material solvent organic Fosfor Logam berat pH fleksibel Material-material organic Minyak / lemak Fosfor Pembersih ABS



- Haemodialisa - Bedah Sentral - Rawat Isolasi - Laboratorium klinik dan kimia



- Ruang dapur



- Ruang cuci (laundry)



- Fosfor - pH 8 ~ 10 - ABS, N-heksana



-



- Ag, logam berat lain



-



Ruang Pemrosesan sinar X Ruang radio-isotop



- Senyawa – senyawa radioaktif



- Logam berat : beracun untuk mikroorganisme - pH fleksibel : beracun untuk mikroorganisme - Minyak / lemak : Mengurangi perpindahan oksigen ke air - Pembersih ABS : terbentuk gelembung-gelembung dalam bioreaktor - pH 8 ~ 10 : beracun untuk mikroorganisme - ABS : terbentuk gelembung – gelembung dalam bioreaktor - Ag : beracun untuk mikroorganisme - Senyawa – senyawa radioaktif : beracun



Dari tabel tersebut terlihat bahwa air limbah rumah sakit jika tidak diolah sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain pencemaran secara kimiawi, air limbah rumah sakit juga berpotensi untuk mencemari lingkungan secara bakteriologis. Di dalam pengelolaan limbah cair pada fasilitas pelayanan kesehatan, sebaiknya saluran air hujan dan saluran limbah dipisahkan agar proses pengolahan air limbah dapat berjalan secara efektif.



27



DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL



BAB IV RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN IV.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Proses pengolahan limbah cair yang di terapkan di Rumah Sakit Umum adalah pengolahan dengan sistem biofilter anaerob-aerob up flow. Pengolahan air limbah (air baku) dengan proses biofilter anaerob-aerob up flow terdiri dari beberapa bagian yakni bak sumur pengumpul, zona anaerob (bak ekualisasi, biologis, sedimentasi I), zona aerob (bak aerasi, sedimentasi II, biofilm, dan desinfeksi), dan dilengkapi dengan bak kontrol hasil. Tipikal proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob- aerob apat dilihat seperti pada Gambar Seluruh air limbah yang berasal dari beberapa proses kegiatan operasional medis Rumah Sakit Umum dialirkan melalui saluran pembuang ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari dapur (kantin) dialirkan ke bak pemisah lemak (grease trap) dan selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul.



Gambar IV.1 Sistem Pengolahan Air Limbah Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air limbah yang berasal dari kegiatan laundry dialirkan ke bak pengolahan awal untuk menghilangkan busa, selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari limbah non toilet dialirkan ke bak screen atau bak kontrol dan selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah toilet dialirkan ke tangki septik, selanjutnya air limpasannya (overflow) dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang



berasal dari laboratorium dilairkan ke proses pengolahan awal dengan cara pengendapan kimia dan air olahannya dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari ruang operasi dialirkan langsung ke bak pengumpul. Aliran air limbah dari sumber limbah ke bak pengumpul dilakukan secara gravitasi sedangkan dari bak penampung ke sistem IPAL dilakukan dengan sistem pemompaan. Dari bak pengumpul, air limbah dipompa ke bak pemisah lemak atau minyak. Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang masih tersisa serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis. Selanjutnya limpasan dari bak pemisak lemak dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa ke unit IPAL. Di dalam unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir, dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anaerob (biofilter Anaerob). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan plastik Kelas sarang tawon. Di dalam reaktor Biofilter Anaerob, penguraian zat- zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Disini zat organik akan terurai menjadi gas metan dan karbon dioksida tanpa pemberian udara. Air limpasan dari reaktor biofilter anerob dialirkan ke reaktor biofilter aerob. Didalam reaktor biofilter aerob diisi dengan media sambil dihembus dengan udara. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap awal. Dari reaktor biofilter aerob air limbah dialirkan ke bak pengendapan akhir, sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke flow meter dan selajutnya dialirkan ke khlorinator untuk membunuh mikro-organisme patogen dan setelah melalui khlorinator air dibuang ke saluran umum. Sebagian air olahan dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak bioindikator yang diisi ikan, selanjutnya air limpasan dialirkan ke khlorinator. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor selanjutnya dibuang ke saluran umum. Kombinasi proses anaerob aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD dan COD), serta mereduksi amonia, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Penentuan teknologi sistem pengolahan Air Limbah dilakukan dengan pendekatan kelompok pencemar, antara lain: organik terurai (biodegradable organics), organik sulit terurai (non biodegradable organics), nutrien, sedimen, padatan tersuspensi,



apungan (floatable material), logam berat, anorganik terlarut, asam basa, patogen, warna, senyawa toksik atau inhibitor. Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah dapat diidentifikasi pada Tabel sebagai berikut: Tabel IV.1 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah Kelompok Organik terurai Pencemar



Penjelasan - Terdiri



-



Parameter BOD



dari



Pilihan Diolah Teknologi



berbagai senyawa



dengan metode



organic yang dapat



mikrobiologi



diuraikan oleh mikroba:



yaitu dengan



karbohidrat protein,



metode



sukrosa, glukosa dan



aerob



lemak.



maupun



Menimbulkan dampak



anaerob



spesifik yaitu pembusukan Badan Air, sehingga memiliki kondisi septik yang hitam dan berbau Organic Sulit Terurai



- Terdiri



dari



berbagai



COD



Menggunakan



senyawa organic yang



metode



sulit



kombinasi



diuraikan



oleh mikroba: pestisida,



dari proses



herbisida,



kimia,



deterjen,



minyak dan oli.



fisika, dan



- Untuk mengelompokkan jenis senyawa organic yang tidak termasuk ke dalam organic terurai - Walau tidak menimbulkan dampak pembusukan air, beberapa jenis ini bersifat toksik



bagi



hidup/mikroba



makhluk



biologi



Nutrient



- Terdiri unsur



dari



berbagai



Amonia



yang



(NH3)



kimia



dibutuhkan



tumbuhan,



untuk



(PO4)



dampak



parameter



seperti



amoniak,



spesifik eutrofikasi



atau



alga



dan proses



bloom di Badan Air. Padatan Tersuspensi



metode



dan fosfat proses fisika



seperti pospat, nitrogen - Menimbulkan



Menggunaka



kimia fisika TSS



- Terdiri dari jenis padatan



Dipisahkan



yang tidak cukup besar



melalui proses



dan



pengendapan



berat



mengendap



untuk



yang



dengan



dibantu dengan



sendirinya



senyawa



- Menyebabkan Kekeruhan



koagulanflokulan, bisa 3) Unit Proses atau Unit Operasi Identifikasi tipe teknologi pada unit proses/unit operasi sebagaimana disajikan dalam table berikut: Tabel IV.2 Unit Proses atau Unit Operasi Unit Proses/Unit Operasi Screening



Parameter Desain lebar bukaan (opening),



Tipe Teknologi Bar screening



Head loss, Velocity Grease Trap



Waktu Tinggal, Velocity



Konvensional (Bak skat)



Ekualisasi



Waktu



Tinggal,



Power



Mixing



Mechanical Mixing



(Mechanical atau Pneumatic) Netralisasi



Waktu Tinggal, Power Mixing



Mechanical Mixing



Presipitasi



Waktu Tinggal, Bahan Kimia



Mechanical



Pembantu, Power Mixing



Mixing



Biologi Anaerob



Biologi Aerob



Organic



Loading



Rate,



Suspended



Volumetric



Growth:



Loading Rate, Perhitungan gas



Anaerobic



methan Organic Loading Rate



Digester Suspended Growth:



Khusus Desinfeksi



untuk



system



Activated



tersuspensi: Kebutuhan



Sludge



Dosis, oksigenWaktu kontak, Residual



Chlorine



(Klorinasi) 4) Alur Proses dan Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah Alur proses Instalasi Pengolahan Air Limbah dilakukan dengan system pengolahan biofilter anaerob-aerob. Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah domistik maupun air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit dikumpulkan melalui saluran pipa pengumpul. Selanjutnya dialirkan ke bak kontrol. Fungsi bak kontrol adalah untuk mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah, serta mencegah padatan yang tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya agar tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah.. Dari bak kontrol, air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Bak pengurai anaerob dibagi menjadi tiga buah ruangan yakni bak pengendapan atau bak pengurai awal, biofilter anaerob tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow), serta bak stabilisasi. Selanjutnya dari bak stabilisai, air limbahdialirkan ke unit pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri dari beberapa buah ruangan yang berisi media untuk pembiakan mikro-organisme yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalan air limbah. Setelah melalui unit pengolahan lanjut, air hasil olahan dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi air limbah dikontakkan dengan khlor tablet agar seluruh mikroorganisme patogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah sudah dapat dibuang langsung ke sungai atau saluran umum. 5) Pengolahan Lumpur dan/atau gas yang dihasilkan Pengolahan lumpur (landfill) dilakukan oleh pihak ketiga.



Gambar IV.2.Alur Proses Pengolahan Air Limbah



IV.2 Rencana Pemantauan Lingkungan IV.2.1 Titik Koordinat Pemantauan Tabel IV.3 Rencana Pemantauan Lingkungan No 1.



Parameter Titik penaatan (Inlet IPAL)



Keterangan LS 6⁰ xxx BT 107⁰ xxx



2



Titik penaatan (Outlet IPAL)



LS 6⁰ xxxx BT 107⁰ xxxx



3



Titik Penataan Upstream IPAL



LS 6⁰ xx BT 107⁰ xxx



4



Titik Penataan Outfall IPAL



LS 6⁰ xxxx BT 107xxx



5



Titik Penataan Downstream IPAL



LS 6⁰ 19’18.xxxx BT 107⁰ xxxxxx



Gambar 4.1 Titik Koordinat Inlet dan Outlet IPAL



Gambar 4.2 Lokasi Kolam Indikator pada Outlet IPAL IV.2.2 Pemantauan Baku Mutu Air Limbah Pemantauan baku mutu air limbah di titik outlet IPAL diperiksa berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016 Lampiran 1 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik Tersendiri, sedangkan pemantauan baku mutu air limbah di titik upstream dan downstream diperiksa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2021 Lamp. IV tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya).



Tabel IV.4 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Limbah di Titik Inlet IPAL NO.



PARAMETER



HASIL



SATUAN



PEMERIKSAAN



1



TSS



mg/L



65



2



pH



-



7.5



3



AMONIAK



mg/L



7.3



4



BOD5



mg/L



34.7



5



COD



mg/L



117



6



MINYAK LEMAK



mg/L



< 0.86



7



COLIFORM TOTAL



MPN/100 ml



4541



Tabel IV.5 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Limbah di Titik Outlet IPAL NO.



PARAME



BAKU



TER



MUTU



BULAN



SATUAN



JAN



FEB



MAR



APR



MEI



6



11



7.33



14



7.33



7.7



x



8.2



7.9



7x < 0.0031



1



TSS



30



2



pH



6–9



3



AMONIAK



10



mg/L



1.47



4.43



2.04



< 0.0031



4



BOD5



30



mg/L



x



x



x



14.4



5



COD



100



mg/L



25.3



37.1



35.1



45



x



6



MINYAK LEMAK COLIFORM TOTAL



5



mg/L



x



< 0.86



< 0.86



x



3.000



MPN/100 ml



2445



2577



1553.1



2427



< 0.86 x



7



mg/L



JUN



9.35



Tabel IV.6 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Limbah di Titik Upstream dan Downstream No



Parameter



1



Suhu



2



Total Residu Terlarut (TDS)



3



Totaal Residu Tersuspensi (TSS)



Baku



Satuan



Titik Pemantauan



±3



°C



Hulu (Upstream) 28.2



1000



mg/L



481



484



50



mg/L



24.3



25.3



Mutu



Hilir (Downstream) 28.6



4



pH



6–9



-



7.5



7.6



5



Air Raksa (Hg) Terlarut



0.002



mg/L



< 0.0005



< 0.0005



6



Arsenik (As) Terlarut



0.05



mg/L



< 0.005



< 0.005



7



Boron (B) Terlarut



1



mg/L



0.09



0.15



8



Fospat (PO4)



0.2



mg/L



16.9



7.1



9



Kadmium (Cd) Terlarut



0.01



mg/L



0.02



0.03



10



BOD



3



mg/L



17.2



17.3



11



COD



25



mg/L



102



112



12



Kobalt (Co) Terlarut



0.2



mg/L



< 0.0054



< 0.0054



13



Krom Heksavalen (Cr6+)



0.05



mg/L



0.04



0.05



14



Nitrat (NO3-N)



10



mg/L



2.8



4.7



15



Oksigen Terlarut (DO)



4



mg/L



2.2



1.9



16



Selenium (Se) Terlarut



0.05



mg/L



< 0.002



< 0.002



17



Seng (Zn) Terlarut



0.05



mg/L



0.03



0.09



18



Tembaga (Cu) Terlarut



0.02



mg/L



< 0.015



< 0.015



19



Timbal (Pb) Terlarut



0.03



mg/L



< 0.0047



< 0.0047



20



Fecal coli



1000



MPN/100ml



78.6



81.9



21



Total Koliform



5000



MPN/100ml



376.2



454.1



IV.2.3 Frekuensi Pemantauan Air Limbah Pemeriksaan sampel air limbah dilakukan di Laboratorium yang sudah terakreditasi KAN. Sampel air limbah yang akan diuji diambil dari titik outlet, inlet, upstream, dan downstream. Pengujian sampel di titik outlet dilakukan setiap bulan, sedangkan di titik inlet, upstream dan downstream dilakukan setiap 6 bulan sekali. Untuk pemantauan debit air limbah, dan pH dilakukan setiap hari oleh operator yang bertugas. IV.2.4 Perhitungan Baku Mutu Air Berdasarkan Alokasi Beban Pencemar Air Tabel IV.1 Konsentrasi terukur Bulan Januari Februari Maret April Rata-rata



BOD



5.51 3.6 2.81 3.78 3.925



Debit Maksimum Terukur (Q)



Parameter (mg/L) COD Amonia 23.535 0.0085 12.74 0.0112 8.667 0.007 15.58 0.0128 15.1305 0.009875 =



=



Phospat 1.986 1.17 1.694 1.779 1.65725



227.5 m3/hari 0.0026331 m3/detik



Perhitungan Beban Pencemar Maks BPM = Q x Cbm Keterangan : BPM= Beban pencemar maksimum (kg/hari) Q = Debit terukur (m3/detik) Cbm = Konsentrasi terukur (mg/L) Tabel IV.2 Beban Pencemar



Hasil perhitungan beban pencemar: Nilai Beban Pencemar kg/hari BOD COD Amonia Phospat 0.01033492 0.03984015 0.0000260 0.00436371 Jadi penetapan baku mutu air limbah berdasarkan beban pencemaran BOD =0.01033492 kg/hari



COD Amonia Phospat



=0.03984015 kg/hari =0.00002600 kg/hari =0.00436371 kg/hari



IV.3 Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat Unit Yang BertanggungSumaterab Terhadap Penanganan Kondisi Darurat Dalam Struktur Organisasi, Peran Dan Tanggung Sumaterab Dan Mekanisme Pengambilan Keputusan, Tanggung



Sumaterab dan Wewenang 1. Pimpinan Puncak (Direktur) - Memimpin penanggulangan keadaan darurat di wilayah kerjanya. - Memastikan unit kerja di bawahnya mengimplementasikan prosedur ini dan peraturan lainnya untuk meminimalkan risiko keadaan darurat. 2. Koordinator K3 Rumah Sakit - Berkoordinasi



dengan



On



Site



Commander



/



Building



Warden dalam



penanggulangan keadaan darurat di suatu unit kerja - Memastikan nama dan rincian kontak para personel Tim - Manajemen Tanggap Darurat di unit kerjanya tetap akurat. - Memberikan saran dan masukan kepada Pimpinan Puncak dalam pemenuhan prosedur serta kebijakan terkait keadaan darurat. - Memberikan pertolongan lanjut kepada korban keadaan darurat - Berkoordinasi dengan Rumah Sakit terdekat untuk penanganan korban yang membutuhkan rujukan. 3. Humas -



Menyiapkan informasi/pernyataan public dirilis ke media



-



Mendapatkan persetujuan dari pimpinan puncak untuk semua pernyataan public dan media sebelum dirilis



-



Merencanakan dan mengatur pelaksanaan wawancara dan konferensi pers, termasuk pengaturan secara fisik dan keamanan, dan pengarahan singkat yang mendukung juru bicara



4. Koordinator Seksi dan Bagian Rumah Sakit -



BertanggungSumaterab melakukan koordinasi penanganan keadaan darurat di wilayah kerjanya.



-



Memastikan ketersediaan dan berfungsinya peralatan dan sarana system pencegahan dan penanganan keadaan darurat serta menangani secara langsung keadaan darurat yang terjadi di wilayah kerjanya



5. Komandan Regu Satpam -



BertanggungSumaterab dalam menanggulangi keadaan darurat dan membantu proses evakuasi seluruh penghuni suatu Gedung



-



Berkoordinasi dengan seluruh Tim Tanggap Darurat lainnya



-



Mampu menggunakan peralatan tanggap darurat



-



Mengidentifikasi dan melaporkan setiap risiko dan bahaya yang berpotensi terjadinya keadaan darurat



6. Floor Warden -



Mengetahui dan memahami prosedur keadaan darurat.



-



Mampu menggunakan peralatan tanggap darurat.



-



Mengidentifikasi dan melaporkan setiap risiko dan bahaya yang berpotensi terjadinya keadaan darurat.



-



Bertanggung Sumaterab dalam menanggulangi keadaan darurat dan membantu proses evakuasi setiap orang yang berada di lantai tempat kerjanya.



7. First Aid -



Memberikan pertolongan pertama kepada korban keadaan darurat.



-



Berkoordinasi



dengan



pelayanan



Kesehatan/Unit



Kesehatan



lain untuk



penanganan korban yang membutuhkan tindak lanjut. 8. Fire Brigade -



Melakukan pemadaman kebakaran



-



Berkoordinasi dengan Tim Tanggap Darurat lainnya



9. Pasien, Pengunjung, Karyawan -



Melaporkan setiap kejadian keadaan darurat yang dilihat atau dialami



-



Mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat



-



Mengetahui dan mengendalikan setiap risiko yang ada pada setiap kegiatan mereka



-



Tidak merusak atau menyalahgunakan peralatan terkait tanggap darurat yang tersedia



Gambar IV.3 Struktur Organisasi Tanggap Darurat Selain prosedur keadaan darurat, yang perlu diketahui oleh seluruh penghuni Gedung adalah alur untuk melakukan evakuasi. Karena jika tidak mengetahuinya, maka akan terjadi kebingungan akan pergi kemana saat terjadi keadaan darurat. Alur evakuasi sebaiknya dipasang bersamaan dengan Prosedur Keadaan Darurat, yaitu setiap ruangan di setiap lantainya. 3) Sarana dan prasarana Tanggap Darurat -



APAR



-



Kotal P3K



-



Sarung tangan, sepatu boots, kacamata, dan helm pengaman



IV.4 Sistem Pemeliharaan dan Penanggulangan Keadaan Darurat Pada IPAL a. Rencana Pemeliharaan IPAL Yang dimaksud dengan pemeliharaan yaitu menjalankan aktivitas perawatan dan pemantauan secara periodik, sehingga bila ada peralatan IPAL yang tidak beroperasional/trouble dapat diketahui secara dini dan dapat segera dilakukan perbaikan, sehingg IPAL dapat berjalan/beroperasional dengan baik Adapun aktivitas pemeliharaan dan pemantauan peralatan IPAL: 1. Transfer Pump -



Cek rutin setiap hari, pastikan switch pada panel control IPAL pada posisi auto



-



Cek rutin dua minggu sekali (angkat pompa), jika ada kotoran benda padat yang menyumbat pada pompa segera bersihkan, karena akan menyebabkan pompa mengalami trouble.



-



Cek otomatis pompa (wáter level control) setiap hari, bila tali pelampung tidak pada posisi yang benar segera lakukan perbaikan.



-



Cek otomatis pompa (wáter level control) setiap hari, bila wáter level control rusak segera lakukan perbaikan / penggantian.



-



Cek setiap hari stop kran sirkulasi / stop kran pengaturan kapasitas debit olahan effluent IPAL (sudah di setting, tidak perlu dirubah - rubah, karena akan menyebabkan hasil treatment bau dan keruh), bila ada perubahan pada stop kran sirkulasi, segera kembalikan ke setting awal



2. Pond Pump -



Cek rutin setiap hari, pastikan switch pada panel control IPAL pada posisi auto



-



Cek otomatis pompa/ timer pompa, bila rusak segera lakukan perbaikan atau penggantian



-



Cek rutin tiga minggu sekali (angkat pompa), kalau ada kotoran benda padat yang menyumbat pada pompa segera bersihkan, karena akan menyebabkan pompa mengalami trouble.



-



Pompa kolam sudah disetting otomatis sesuai timer pada panel control IPAL (tidak perlu dirubah settingnya lagi, akan menyebabkan setting timer rusak, kalau salah settingnya)



3. Effluent Pump (Pompa Untuk Siram – Siram Taman) -



Cek rutin dua minggu sekali secara rutin, kalau ada kotoran benda padat pada valve pompa segera bersihkan, karena akan menyebabkan pompa mengalami truble / air tidak bisamengalir



4. Dosing Pump / Clorination -



Cek rutin tiga minggu sekali secara rutin, bila valve inlet dosing pump tersumbat lakukan pembersihan (valve inlet dosing pump terpasang dalam tangki / fedeer larutan kaporit)



-



Cek rutin tiga minggu sekali secara rutin, kalau kalau air kaporit dalam feeder habis segera lakukan pengisian ulang



-



Cek tiga minggu sekali secara rutin, bila sisa endapan kaporit dalam tangki / feeder sudah banyak, segera lakukan pembersihan, karena akan menyumbat valve isap dosing pump Catatan :  Kaporit yang dipakai berbentuk powder.  Volume feeder tempat larutan kaporit 150 ltr  Cara pelarutan kaporit :



- Masukan Kaporit powder kedalam ember kemudian tambah air bersih, diamkan beberapa lama, agar kaporit powder larut dengan air. - Masukan air kaporit hasil pelarutan ke feeder / tangki penampung kaporit dan buang sisa ampas/endapanya. 5. Air Supplier -



Cek rutin setiap hari, pastikan switch pada panel control IPAL pada posisi AUTO



-



Cek rutin setiap hari, kalau ada kotoran benda padat yang menyumbat pada pipa inlet udara segera bersihkan, karena akan menyebabkan air supply mengalami trouble, sehingga supply oksigen pada biofilter berkurang, yang menyebabkan hasil olahan keruh dan bau



-



Cek otomatis / timer setiap hari, pastikan dalam kondisi normal



-



Cek setiap hari stop kran pengaturan supply oksigen dalam biofilter (sudah di setting, tidak perlu dirubah - rubah, karena akan menyebabkan hasil treatment bau dan keruh), bila ada perubahan pada stop kran pengaturan supply oksigen, segera kembalikan ke setting awal



6. Unit Biofilter -



Buka stop kran di bagian bawah biofilter selama + 60 detik.



-



Lakukan untuk setiap stage (setiap kran drain) pada biofilter.



-



Lakukan drain secara rutin tiap 2 minggu sekali untuk mengurangi sludge sisa treatment di bagian dasar tiap biofilter (sludge sisa treatment dialirkan secara berkala ke anaerobic processor, anaerobic processor sebagai tempat penampungan dan penguraian sludge sisa treatment, kecuali sludge dalam bentuk padat (pasir atau lumpur tanah) harus dikuras apabila jumplahnya sudah terlalu banyak (kurang lebih 10 - 15 tahun).



7. Post Treatment -



Buka stopkran di bagian bawah post treatment selama + 30 detik.



-



Lakukan untuk setiap stage (setiap kran drain) pada post treatment.



-



Lakukan drain secara rutin tiap 2 minggu sekali untuk mengurangi sludge sisa treatment di bagian dasar tiap biofilter (sludge sisa treatment dialirkan secara berkala ke anaerobic processor, anaerobic processor sebagai tempat penampungan dan penguraian sludge sisa treatment, kecuali sludge dalam bentuk padat (pasir atau lumpur tanah) harus dikuras apabila jumplahnya sudah terlalu banyak (kurang lebih 10 - 15 tahun).



8.



Gate Valve / Stop Kran Air Supplier



-



Cek dan control setiap hari, pastikan Gate valve/stop kran tidak rubah posisi, karena akan merubah pembagian supply udara dan menyebabkan hasil IPAL keruh dan bau.



9. Gate Valve / Stop Kran Sirkulasi Pada Transfer Pump



-



Cek dan control setiap hari, pastikan Gate valve/stopkran tidak rubah posisi, karena akan merubah pembagian supply air dalam biofilter, dan menyebabkan hasil ipal keruh dan bau.



10. Water Level Control / Otomatis Pompa -



Cek dan control setiap hari, pastikan pelampung automatis pompa berfungsi dengan baik.



11. Loundry Pretreatment -



Cek rutin setiap hari, pastikan saringan avor dalam bak pencuci loundry selalu terpasang



-



Cek rutin setiap hari, kalau ada kotoran benda padat / plastik / kain segera di bersihkan



12. Lab Pretreatment - Cek rutin setiap hari, pastikan switch pada panel pada posisi auto



- Cek rutin dua minggu sekali secara rutin, kalau ada kotoran benda padat saringan valve segera bersihkan, karena akan menyebabkan pompa mengalami hambatan aliran - Cek otomatis pompa, bila rusak segera lakukan perbaikan atau penggantian 13. Pra Pengolahan Kitchen



- Cek rutin satu minggu sekali pada bak kontrol, kalau ada kotoran benda padat / plastik / padatan lemak segera di bersihkan 14. Saluran Air Limbah - Semua air limbah dialirkan ke bak pengumpul sementara / septic tank - Dari bak pengumpul sementara / septic tank, air limbah dialirkan ke IPAL melalui jaringan pipa saluran air limbah - Bak pengumpul sementara / septic tank, befungsi juga sebagai pengendapan awal atau bak control, untuk menghandle padatan / plastik dan pembalut yang dibuang ke closed / saluran air limbah - Untuk mengatasi / mengantisipasi penyumbatan pada saluran air limbah :  Pasang tulisan dalam kamar mandi/ wc umum “dilarang membuang plastik /pembalut dalam closed”  Pasang tulisan dalam kamar mandi/ wc umum “buang sampah plastik /pembalut dalam bak sampah”  Pasang tempat sampah dalam kamar mandi, agar sampah / plastik tidak dibuang dalam closed  Secara rutin dicek saringan / avor dalam kamar mandi, pastikan dalam kondisi terpasang, agar plastik pembungkus sampo dan dal limbah padat lainya tidak mengalir kesaluran



b. Penanganan Masalah yang terjadi pada IPAL 1. Transfer Pump (Existing) Tidak Beroperasional - Cek panel control ipal, pastikan switch control transfer pump dalam kondisi auto - Cek panel control, mungkin tidak ada aliran listrik - Cek otomatis pompa, mungkin ada kerusakan, segera lakukan perbaikan / penggantian - Cek air limbah dalam equalisasi, mungkin tinggi air masih belum pada level pelampung automatis - Cek pompa, mungkin ada kerusakan lakukan pemasangan pompa cadangan



2. Pond Pump Tidak Beroperasional - Cek panel control ipal, pastikan switch control pond pump dalam kondisi auto - Cek panel control, mungkin tidak ada aliran listrik - Cek timer pompa, mungkin ada kerusakan, segera lakukan perbaikan / penggantian - Cek air dalam kolam, bila air dalam kolam habis / tidak ada, matikan pompa kolam / pond pump secara manual, karena kalau tidak dimatikan pompa akan rusak - Bila ada kerusakan pompa, ganti dengan pompa cadangan



3. Effluent Pump Tidak Beroperasional (pompa untuk siram – siram taman) - Bila sudah banyak cek air limbah dalam effluent tank, mungkin air dalam effluent tank habis - Cek otomatis pompa, bila rusak lakukan penggantian - Cek pompa, mungkin ada kerusakan lakukan pemasangan pompa cadangan 4. Dosing Pump Tidak Beroperasional - Cek panel control ipal, pastikan switch control dosing pump dalam kondisi auto, karena operasional dosing pump, mengikuti operasional transfer pump



- Cek panel control, mungkin tidak ada aliran listrik - Cek air larutan kaporit dalam feeder, mungkin kering, segera lakukan pengisian ulang. - Cek valve dosing pump, ada kemungkinan tersumbat, lakukan pembersihan - Bila sudah banyak endapan kaporit, pada feeder / tangki kaporit, lakukan pembersihan



- Cek dosing pump, mungkin ada kerusakan lakukan perbaikan dosing pump 5. Air Supplier Tidak Beroperasional - Cek panel control ipal, pastikan switch control air supplier dalam kondisi auto - Cek panel control, mungkin tidak ada aliran listrik - Cek otomatis timer air supplier - Cek air supplier, mungkin ada kerusakan, segera lakukan perbaikan / penggantian - Cek air supplier, mungkin ada kerusakan lakukan perbaikan air supplier



6. Timbul Busa - Busa timbul saat IPAL pertama kali dioperasionalkan atau setelah IPAL mati lama karena bakteri pengurai belum maksimal. - Bila timbul foam atau bau akan direduksi oleh pipa defoaming, - Busa / bau yang timbul tidak akan lama, karena setelah IPAL beropersional 1 – 2 hari busa/bau akan hilang. 7. Timbul Bau - IPAL dibuat tertutup sehingga kecil kemungkinan terjadi bau. - Bau yang timbul kemungkinan karena ada pipa/ mur baut yang tidak pas, atau kurang keras menutupnya 8. Effluent Ipal Mengecil - Cek transfer pump, mungkin tidak beroperasional (air dalam tangki anaerobic processor habis.



- Cek valve stop kran drain, mungkin ada posisi yang terbuka - Cek valve stop kran sirkulasi (kran pengatur debit) mungkin berubah settinganya - Cek air limbah dalam unit biofilter, unit post clarifier, mungkin belum terisi penuh - Cek pompa, mungkin ada kerusakan lakukan pemasangan pompa cadangan 9.



Mutu Effluent Ipal Keruh Dan Bau - Tunggu dan amati output selama 1 atau 2 hari, karena hal ini bisa juga terjadi karena sumber limbah tercemar bahan kimia yg beracun / tidak ada supply oksigen dalam biofilter, sehingga bakteri pengurai yang sdh ada di biofilter terganggu/mati. - Apabila bahan kimia yang tumpah tidak terlalu banyak biasanya dalam waktu 1- 2 hari akan terjadi recovery bakteri pengurai dalam biofilter dan output air limbah mulai membaik. - Hal lain yang menyebabkan hasil effluent ipal keruh dan bau :  Mungkin ada bahan kimia yang tumpah, ada bahan kimia dari lab yang dibuang dalam volume besar, atau bahan kimia lain (kandungan detergent) yang dibuang berlebihan.  Mungkin air supply/ jet ejector tidak beroperasional  Mungkin ada perubahan setting stop kran air supply/ jet ejector (kembalikan setting pada setting awal)  Mungkin ada perubahan setting stop kran sirkulasi pada transfer pump (kembalikan setting pada setting awal)



10. Kendala Yang Biasa Terjadi Di Saluran Air Limbah -



Penyebab masalah adalah ada benda padat (plastik, bungkus sabun/ shampoo, pembalut, kain, sarung tangan plastik dari perawat dll) yang dibuang dan masuk kejaringan saluran air limbah - Kebuntuan bisa dideteksi dari kontrol point yang terpasang dititik saluran air limbah, cek di bagian mana pada pipa saluran air limbah yang tersumbat / buntu, kemudian masukan selang air dari pompa untuk mendorong benda penyebab buntu dalam pipa, biasanya yang sering terikut kesaluran adalah kotoran plastik dan pembalut, pembungkus sampo, sarung tangan dari perawat, botol jarum suntik dll - Untuk menghindari / meminimalisir hal – hal yang tersebut pada point B, bisa dilakukan sbb:  Pada kamar mandi/wc umum, kamar mandi/wc perawat, kamar mandi/wc ruang perawatan pasien, kamar mandi/wc sekretariat atau kantor diberi bak atau kantong sampah, agar benda padat seperti plastik, pembalut, plastik shampo, pembungkus sabun dll , tidak dibuang dalam closet  Petugas perawatan kebersihan perlu melakukan pengawasan dan kontrol secara rutin, bila bak/kantong sampah sudah penuh segera untuk dibuang dan tempatkan bak/kantong sampah kembali dikamar mandi/wc kembali.  Harus ada punya rasa tanggung Sumaterab dari semua pihak, jangan hanya dibebankan kepada petugas kebersihan saja, pegawai atau karyawan pada Rumah Sakit sebaiknya untuk selalu turut menjaga kebersihan, jangan memberikan contoh buruk kepada pasien ataupun keluarga pasien dengan membuang sampah/limbah padat, teruma membuang sampah/limbah padat plastik, pembalut, kain, sarung tangan plastik, botol atau tutup jarum suntik ke salur pembuangan air limbah, baik dicloset, westafel, buangan dari bak loundry.  Ataupun pada kegiatan pada instalasi gizi yang biasanya juga membuang bekas sisa makanan dan kadang juga membuang plastik bahkan kadang sendok makan dan benda padat lain kesaluran air limbah.



c. Rencana Dan Prosedur Tanggap Darurat Apabila hasil pemeriksaan kualitas air limbah melebihi standard baku mutu yang telah ditetapkan maka : -



Dilakukan pemasangan flowmeter untuk mengukur laju aliran atau Jumlah suatu fluida yeng bergerak mengalir dalam suatu pipa.



-



Dilakukan pemeriksaan pada proses yang berlangsung di IPAL, kemudian dilakukan penanganan sesuai penyimpangan yang ditemukan



-



Dilakukan pemeriksaan di seluruh mesin dan peralatan IPAL, lakukan penanganan sesuai penyimpangan yang dilakukan.



-



Dilakukan pemeriksaan di inlet dan outlet setiap bulan.



-



Apabila terjadi kebocoran/ keretakan bak atau kolam di IPAL (akibat gempa bumi, dll) : proses IPAL dihentikan sementara.



-



Selanjutnya melakukan pemeriksaan dan perbaikan setelah kondisi dinilai aman.



-



Apabila terjadi kecelakaan di IPAL : Segera berikan pertolongan pertama di tempat kejadian, selanjutnya segera di bawa ke poliklinik atau IGD rumah sakit untuk memperoleh pertolongan medis lanjutan.



-



Apabila terjadi pemadaman listrik maka segera hubungi teknisi yang bertugas supaya menyalakan genset dan IPAL dapat beroperasi kembali.



IV.5 Internalisasi Biaya Lingkungan Internalisasi biaya lingkungan hidup dibuat sebagai bentuk tanggung Sumaterab RS. BHAYANGKARA TK III PADANG terhadap pemeliharaan lingkungan hidup. Biaya-biaya itu meliputi, pencegahan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup serta pemeliharaan dan pemantauan pencemaran lingkungan hidup. 4.1.1 Biaya Pencegahan dan Pencemaran Lingkungan Hidup Sebagai bentuk komitmen terhadap pencegahan pencemaran lingkungan hidup atas adanya aktifitas rumah sakit khususnya yang menghasilkan limbah cair



maka



RS.



BHAYANGKARA



TK



III



PADANGmengadakan



pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan system Biofilter dengan total biaya investasi sebesar Rp 4.620.000.000,4.1.2 Biaya Pemeliharaan dan Pemantauan Pencemaran Lingkungan Hidup RS. BHAYANGKARA TK III PADANG selalu melakukan pemeliharaan terhadap Instalasi Pengolahan Air Limbah agar proses pengolahan tetap bekerja secara maksimal. Selain itu, RS. BHAYANGKARA TK III PADANG juga bekerja sama dengan laboratorium pengujian kualitas air limbah yang telah terakreditasi KAN dalam rangka pemantauan terhadap aktifitas pembuangan limbah cair yang dilakukan setiap bulan pada outlet, Inlet, Upstream, dan Downstream dengan total biaya sebesar Rp 182.146.000,Tabel IV.4 Internalisasi Biaya Lingkungan KETERANGAN Biaya Pencegahan dan Pencemaran Lingkungan Hidup



BIAYA



Rp 7.373.250.000,-



Rp 91.376.000,-



Biaya Pemantauan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup



IV.5 Periode Waktu Uji Coba Rencana waktu uji coba IPAL akan berlangsung sekitar 1 (satu) bulan meliputi uji kebocoran, uji peralatan elektrikal dan mekanikal, uji pembebanan reactor dengan air limbah dan uji kualitas baku mutu air limbah. No



Bulan ke 1



Kegiatan



1



Pekerjaan persiapan



2



Pekerjaan tanah



3



Pekerjaan sipil dan pondasi



4



Mobilisasi reaktor dan material mekanikal



1



2



3



Bulan ke 2 4



1



2



3



Bulan ke 3 4



1



2



3



dan elektrikal 5



Pemasangan reaktor



6



Pekerjaan instalasi perpipaan dan mekanikal



7



Pekerjaan elektrikal



8



Finishing



9



Tes kebocoran



10



Tes Peralatan mekanikal dan elektrikal



11



Tes pembebanan reaktor dengan air limbah Tes kualitas influen dan efluen Tes kualitas IPAL Biofilter



12 13



5



Tabel IV.5 Periode Uji Coba



IV.6 Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia Pada kegiatan pengelolaan lingkungan di tahap operasional harus memiliki standar pengelolaan lingkungan yaitu wajib memiliki penanggung Sumaterab pengendalian pencemaran yang kompeten serta memiliki penanggung Sumaterab operasional instalasi air limbah yang bertanggung Sumaterab penuh, mengorganisir seerta menginstuksikan tindakan tindakan yang tepat kepada personel yang bertugas atas operasional alat IPAL. Gambar IV.4 Struktur Organisasi RS. BHAYANGKARA TK III PADANG



4



1) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang bertanggung Sumaterab dalam pemantauan Air Limbah: a. Penanggung Sumaterab dan pengendali pencemaran air Tugas dan tanggung Sumaterab pengendali pencemaran air : -



Mengidentifikasi sumber pencemaran air limbah



-



Menentukan karakteristik sumber pencemar air limbah\



-



Menilai tingkat pencemaran air limbah



-



Menentukan peralatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)



-



Mengoperasikan peralatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)



-



Melaksanakan daur ulang olahan air limbah



-



Menyusun rencana pemantauan kualitas air limbah



-



Melaksanakan pemntauan kualitas air limbah



-



Meng identifikasi bahaya dalam pengolahan air limbah



-



Melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap bahaya dalam pengolahan air limbah



b. Penanggung Sumaterab operasional pengolahan air limbah PenanggungSumaterab Operasional Pengolahan Air Limbah atau



disebut



POPAL adalah personil yang memiliki kewenangan dan tanggung Sumaterab terhadap penyususnan rencana pengoperasian instalasi pengolahan air limbah, perawatan instalasi pengolahan air limbah serta melaksanakan tanggap darurat dalam pengoperasian instalasi pengolahan air limbah IV.7 Sistem Manajemen Lingkungan Sistem manajeman lingkungan dilakukan melalui tahapan : 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pemeriksaan dan 4. Tindakan Sistem manajemen lingkungan disusun berdasarkan kompleksitas usaha dan/atau kegiatannya Rincian tahapan penyusunan sistem manajemen lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan a.Menentukan lingkup dan menerapkan sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian pencemaran air , pengendalian pencemaran dan/atau kerusakaan ekosistem air b.



Menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran , dan /atau kerusakan ekosistem air



c.Memastikan kepemimipinan dan komitmen dan manajemen puncak terhadap



pengedalian pencemaran d.



Memastikan adanya struktur organisasi yang menangani pengendalian Pencemaran air, pengendalian pencermaran



e.Menetapkan tanggung Sumaterab dan kewenangan untuk peran yang sesuai f. Menentukan aspek menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air , pengendalian pencemaran dan /atau kerusakan laut dan dampaknya g.



Identifikasi dan memiliki akses terhadap kewajiban penaatan pencemaran dan kerusakan



h.



Menentukan risiko dan peluang yang perlu ditangani



i. Merencanakan untuk mengambil aksi menangani risiko dan peluang serta evaluasi efektifitas dari kegiatan tersebut j. Menetapkan sasaran dan kebijakan pengendalian pencemaran air untuk menentukan imdikator dan proses untuk mencapainya 2. Pelaksanaan a. Menentukan sumber daya yang diisyaratkan untuk penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian pencemaran lingkungan b. Menentukan sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi pengendalian pencemaran air c. Menetapkan, menerapkan dan memelihara proses yang dibutuhkan untuk komunikasi internal dan eksternal d. Memastikan kesesuaian metode untuk pembuatan dan pemutakhiran serta pengendalian informasi terdokumentasi e. Menetapkanm menerapkan dan mengendalian proses pengendalian operasi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian pencemaran air dan f. Menentukan potensi situasi darurat dan respon yang diperlukan 3. Pemeriksaan a. Memantau, mengukur, menganalisa dan mengevaluasi kinerja, menetapkan kebijakan pengendalian pencematan air, pengendalian pencemaran air b. Mengevaluasi pemebuhan terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air c. Melakukan internal audit secara berkala d. Mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifan.



4. Tindakan a. Melakukan tindakan untuk menangani kesesuain d b. Memastikan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen lingkungan yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja pengendalian pencemaran air.