Contoh Kasus Mot em [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Contoh Kasus Psikologi Klinis Gangguan Kecemasan (GAD)



I. DATA SUBJEK Inisial Nama



:M



Jenis kelamin



: Perempuan



Usia



: 21 tahun



Domisili



: Jakarta Utara



Pendidikan Terakhir



: SMA



Pekerjaan



: Mahasiswa / Pelajar



Agama Status Pernikahan Anak ke... dari ... Suku Bangsa



: Kristen Protestan : Belum Menikah : Anak ke-3 dari 3 bersaudara : WNI



Lewat proses wawancara yang dilakukan bersama subjek M dapat diketahui bahwa subjek mengalami kecemasan yang tinggi terhadap tanggung jawab dan segala hal yang memiliki tenggat waktu. Subjek menyadari dan mengakui bahwa dirinya mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan sejak masuk kuliah dan terus berlangsung hinggah sekarang. Awalnya kecemasan subjek tersebut dipicu karena kewajiban dari pihak universitas yang mengharuskannya menggunakan buku berbahasa inggris sebagai buku pengantar pelajaran dan subjek merasa tidak mampu. Semakin berjalannya waktu kecemasan subjek tidak kunjung juga menurun namun semakin meningkat dengan munculnya tugas-tugas dan tanggung jawab baru, seperti membuat laporan magang dan skripsi, yang harus diembannya sebagai syarat kelulusan. Subjek mengaku sudah melakukan beberapa tindakan untuk mengatasi kecemasannya tersebut seperti dengan berbagi cerita dengan teman -teman dan sahabatnya, melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan bersama teman temannya, berdoa kepada Tuhan, dan terkadang subjek mencoba untuk berpikir logis bahwa dengan terus mecemaskannya tidak akan menyelesaikan masalah. Namun tindakan-tindakan tersebut tidak dapat memberikannya rasa tenang yang lebih lama, setelah semua hal tersebut dilakukan rasa cemasnya terus muncul kembali menghantui dirinya. Bahkan suatu kali subjek pernah harus masuk rumah sakit karena asam



lambungnya yang terlalu tinggi dan hal tersebut disebabkan oleh rasa cemasnya yang berlebihan terhadap masalah akademis. Mengenai kecemasan yang dialaminya, subjek menyadari bahwa hal tersebut sangatlah tidak baik dan mengganggu dirinya selama beberapa tahun belakangan ini. Ketika ditelusuri lebih lanjut, subjek mengatakan bahwa gangguan kecemasan yang dialaminya tersebut baru muncul ketika subjek mulai memasuki masa-masa kuliah. Gangguan kecemasan yang dialami subjek juga telah diketahui oleh para sahabatnya, namun hal tersebut justru tidak diketahui oleh pihak keluarga subjek. Subjek mengakui dirinya yang tidak dekat dan akrab dengan anggota keluarganya adalah alasan mengapa subjek tidak pernah berbagi cerita tentang kecemasan yang dialaminya tersebut. Bagi subjek ia akan bercerita hanya ketika ditanya oleh keluarganya, jika tidak ditanya lebih lanjut subjek memilih untuk diam saja. Para sahabatnya yang mengetahui gangguan kecemasan yang dimiliki subjek juga turut berkontribusi dengan memberikan semangat dan dukungan setiap saat, dan subjek mengakui hal tersebut cukup membuatnya merasa lebih tenang. Pada akhir wawancara subjek juga mengakui bahwa rasa cemas yang dirasakannya dapat timbul kembali jika adanya masalah lain yang muncul seiring dengan masalah awal yang belum selesai, dan hal tersebut mampu mempengaruhi mood-nya secara langsung. Oleh sebab itu subjek memiliki harapan agar gang guan kecemasan ini dapat berkurang dan subjek juga memiliki niat untuk menemui para ahli agar dapat membantunya mengatasi gangguan yang dialaminya ini. II. TEORI Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Kecemasan adalah sebuah tindakan mengantisipasi yan g berlebihan terhadap masalah, sehingga mempengaruhi perilaku dan kondisi fisiknya (Kring, 2010). Menurut buku abnormal psychology terdapat beberapa macam gangguan kecemasan seperti phobia, panic disorder,generalized anxiety disorder (GAD), obsessivecomplusive disorder (OCD), acute stress disorder, dan posttraumatic stress disorder (PTSD). Menurut DSM-IV-TR (2010), phobia adalah ketakutan yang irasional terhadap suatu benda atau situasi tertentu tanpa adanya keadaan yang berbahaya. Panic



disorder dikarakteristikkan sebagai seberapa sering terjadinya serangan panik (panic attack) terhadap situasi yang tidak berhubungan dengan kecemasan. Generalized anxiety disorder atau GAD merupakan gangguan rasa cemas yang berlebihan bahkan terhadap hal kecil sekalipun dan biasanya mengarah kepada permasalahan kognitif serta tidak mampu membiarkannya atau melepaskannya. Berikut adalah kriteria GAD berdasarkan DSM-IV-TR (dikutip dalam Kring, 2010, p. 125) : Excessive anxiety and worry at least 50 percent of days about a range issues The person finds it hard to control the worry ·



The worry is sustained for at least six months



·



The anxiety and worry are associated with at least three of the



following : (a) restlessness of feeling keyed up or on edge, (b) being easily fatigued, (c) difficulty concentrating or mind going blank, (d)irritability, (e) muscle tension, and (f) sleep distrubance Sedangkan obsessive-complusive disorder atau OCD dikarakteristikkan sebagai pemikiran atau dorongan yang tidak terkontrol dan menyebabkan pengulangan berkalikali suatu perilaku yang sama. Lalu yang terakhir adalah acute stress disorder merupakan gangguan stress akibat kejadian traumatik yang berlangsung selama satu sampai bulan dan melakukan beberapa tindakan berlebih an. Namun jika gangguan ini terus berlangsung lebih dari dua bulan maka gangguan tersebut dinamakan posttraumatic stress disorder atau PTSD. Self-Efficacy Menurut Albert Bandura, self-efficacy merupakan suatu kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk melakukan suatu hal dengan baik atau bahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Self-efficacy mempengaruhi banyak area dalam berperilaku seorang individu seperti bagaimana individu menyelesaikan suatu masalah personalnya, bagaimana upaya individu dalam melakukan coping stress, seberapa besar pengalaman stres mereka, dan bagaimana individu mengembangkan perilaku sehat. Selfefficacy juga berhubungan dengan bagaimana seseorang mencari solusi atas problema yang sedang dihadapinya. III. ANALISIS



Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan subjek M dapat dilihat dengan jelas bahwa subjek mengalami gangguan kecemasan generalized anxiety disorder atau GAD. Subjek mengalami kecemasan yang berlebihan terhadap suatu masalah tertentu (masalah akademis) dan menghabiskan hampir satu hari selalu mencemaskan dan memikirkan masalah tersebut, serta hal tersebut sudah terjadi sejak subjek masuk kuliah sampai saat ini (kurang lebih 3 tahun). Tidak hanya itu, subjek juga sulit sekali mengatasi rasa cemas tersebut, mood-nya mudah sekali berubah, dan bahkan subjek sempat masuk rumah sakit karena rasa cemas yang dialaminya tersebut. Jika dilihat secara garis besar, subjek memenuhi hampir seluruh kriteria penderita GAD. Gangguan kecemasan yang dialami subjek sesungguhnya juga diakibatkan oleh tingkat self-efficacy-nya yang rendah. Dimana subjek lebih dahulu merasa bahwa dirinya tidak mampu memenuhi persyaratan akademis yang diberikan oleh pihak universitas dan pada akhirnya menyebabkan subjek semakin merasa cemas atas prestasinya dikemudian hari dengan tidak melakukan tindakan pencegahan yang berarti atas rasa cemasnya tersebut. Rasa cemas yang dialami subjek pada awalnya hanya pada persyaratan akademis universitasnya berkuliah yang mewajibkan setiap mahasiswanya harus menggunakan bahasa inggris sebagai syarat perkuliahan dan kelulusan. Namun setelah beberapa waktu lamanya, subjek yang tetap membiarkan rasa cemas tersebut tanpa melakukan tindakan pencegahan apapun, seperti les bahasa inggris, mengalami rasa cemas yang semakin berlebihan dan kini mulai mencakup kedalam beberapa hal lainnya. Setiap ada masalah baru yang datang subjek mulai merasa bahwa dirinya tidak akan mampu dan semuanya yang terjadi pasti buruk dan tidak terkendali. Oleh karena tidak adanya tindakan pencegahan yang berarti terhadap rasa cemas tersebut, kini subjek menjadi pribadi yang mudah cemas dalam menghadapi masalah yang hadir dalam hidupnya. Gangguan kecemasan yang dialami subjek meski tidak dipaparkan dengan jelas hal traumatis apa yang menyebabkannya sampai mengalami gangguan ini, namun dari pernyataan subjek dapat diketahui bahwa penyebab utama gangguan ini dapat terjadi adalah karena rendahnya tingkat self-efficacy subjek, dimana dapat dilihat cara berpikir atau persepsi subjek tentang kemampuan dirinya dalam menyelesaikan suatu masalah yang menurutnya berat. Lalu ditambah dengan dirinya yang cenderung tertutup dengan



keluarga dan tidak adanya tindakan pencegahan yang nyata, makanya menyebabkan subjek mengalami gangguan kecemasan yang cukup kronis. IV. SARAN Yang dapat subjek lakukan untuk mengurangi rasa cemas berlebihan yang dirasakan subjek, antara lain: 1.



Belajar berhenti berpikir bahwa dirinya tidak bisa dan terus berusaha untuk



melakukan segala sesuatu dengan tekun 2.



Berbagi kepada keluarga, teman dan sahabat apabila memiliki suatu masalah agar



mereka mampu membantu memikirkan solusi yang terbaik 3.



Cobalah untuk relax, memenangkan diri apabila sedang merasa cemas dengan



mendengarkan lagu, membaca buku-buku yang memberikan motivasi dan kegiatan yang mampu menghilangkan rasa cemas berlebihan tersebut 4.



Setiap kali merasa cemas, katakan selalu “SAYA PASTI BISA!! TIDAK ADA



MASALAH YANG MELEBIHI KEKUATAN SAYA!!” atau kata-kata lain yang mampu menghilangkan rasa cemas yang dialami 5.



Berdoalah senantiasa kepada Tuhan memohon hikmat dan kekuatan untuk



menghadapi setiap masalah yang timbul 6.



Mulai-lah perdalam bahasa inggris dengan mengikuti kelas pada bimbingan belajar



7.



Berkonsultasilah dengan para ahli, seperti psikolog, untuk meminta solusi dan cara



meredahkan rasa cemas yang berlebihan tersebut Yang dapat dilakukan oleh keluarga, sahabat atau orang terdekat subjek adalah: 1.



Terus berikan support dan semangat kepada subjek



2.



Dengarkan cerita subjek dan bantu subjek mencari solusi atas masalahnya



3.



Jika subjek sudah berkali-kali mengulangi cerita atas masalah yang sama secara



terus-menerus, ingatkan subjek secara tegas bahwa masalah ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Biarkan subjek sadar bahwa dirinya sudah mencemaskan suatu hal secara berlebihan sehingga subjek akan awaredikemudian hari atas perilakunya tersebut. 4.



Dukung subjek untuk berkonsultasi dengan ahlinya apabila keadaan subjek semakin



memburuk