Contoh Laporan PKL [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rivan
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Pembangunan



saluran



irigasi



merupakan



salah



satu



pembangunan di bidang pertanian, pada hakekatnya irigasi adalah sebagai sarana penggunaan untuk keperluan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman pada daerah pertanian. Dengan demikian dapat di katakan betapa pentingnya pembangunan di bidang irigasi, maka dari itu perlu dibuat saluran irigasi untuk mengalirkan air sampai ke areal pertanian. Dengan adanya pembangunan



irigasi tersebut diharapkan



mengurangi kesulitan dan masyarakat bisa memperluas areal pertanian sehingga hasil pertanian di sekitar Daerah Irigasi tersebut semakin meningkat. Melihat pentingnya pembangunan saluran irigasi di Indonesia, diperlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk membangun saluran irigasi agar daerah yang tidak subur menjadi subur terutama di lahan pertanian, sehingga dapat membantu masyarakat Indonesia yang secara garis besar bermatapencaharian sebagai petani, sangat membutuhkan saluran irigasi agar dapat memenuhi kebutuhan. Mengalirkan air di areal pertanian di seluruh wilayah Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat dalam segala bidang kehidupan. Untuk itu keberadaan sumber daya air sangatlah penting untuk



dijaga



agar seimbang antara ketersediaan dan



kebutuhannya. Ketidak seimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, maka sumber daya air wajib mengelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras, Pembangunan yang terus menerus dilakukan pemerintah untuk kawasan Timur Indonesia adalah langkah awal bagi pemerataan pembangunan di segala bidang kehidupan demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, khususnya pada



1



bidang pertanian yang kita ketahui bahwa sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Timur merupakan daratan yang terdiri dari kepulauan yang memiliki iklim yang kering, dengan musim hujan relatif kecil. Curah hujan terbesar dalam kurun waktu kurang lebih 5 bulan yakni dari bulan November sampai Maret dan bulan April sampai Oktober merupakan musim kemarau. Penduduk NTT sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, akan tetapi penduduk NTT selalu merasa kekurangan akan kebutuhan pangan (beras), dan selalu mendatangkan beras dari luar NTT, terutama di Kabupaten Lembata. Wilayah administrasi terdiri dari 9 Kecamatan, dan 34 Kelurahan, serta 140 Desa yang bermata pencaharian sebagai petani. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha tani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian. Mengingat sebagian besar pemerintah kabupaten/kota dan perkumpulan petani pemakai air sampai saat ini belum



dapat menjalankan tanggung



jawabnya, maka Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) berusaha untuk membantu meningkatkan pemberdayaan petani pemakai air dalam pengelolaan jaringan irigasi melalui kegiatan Pengembangan Jaringan. Pemerintah Kabupaten Lembata dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perhubungan (Sumber Daya Air) Kabupaten Lembata merencanakan dan melaksanakan pekerjaan peningkatan jaringan irigasi D.I Wainili yang pelaksananya dikerjakan oleh CV. Hasrat Bahagia dan di bawah Pengawasan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perhubungan (Sumber Daya Air), sesuai dengan perjanjian kontrak pelaksanaan proyek Peningkatan jaringan irigasi yang dilaksanakan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender terhitung



mulai



dari



tanggal



05



2



Juni



2017



sampai



dengan



tanggal 01 November 2017



yang berlokasi di Desa Nilanapo



Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata. Dalam penjelasan diatas kaitannya dengan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan dari tanggal 28 Agustus 2017 sampai dengan tanggal 06 Oktober 2017 yang merupakan program belajar mengajar di Politeknik Negeri Kupang, dimana dari Lembaga Pendidikan Tinggi ini menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuam profesional di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan seni serta mengupayakan penggunaanya untuk mendukung pembangunan Nasional untuk kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya. Penulis mengambil judul Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Sekunder Pada Pekerjaan peningkatan Jaringan Irigasi D.I Wainili Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur karena sesuai dengan kemampuan sehingga penulis ingin lebih mengetahui konstruksi jaringan irigasi pada umumnya dan Saluran Sekunder pada khususnya serta dapat mengetahui situasi di lapangan. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang yang ada maka dapat dirumuskan dalam praktek kerja lapangan (PKL) sebagai berikut : 



Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan Peningkatan jaringan irigasi di Kabupaten Lembata, khususnya pada pekerjaan saluran sekunder D.I Wainili Kecamatan Omesuri.



1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan PKL Tujuan daripada penulisan laporan ini adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa membandingkan dasar teori yang didapat pada perkuliahan dengan kenyataan di lapangan 2. Menambah wawasan berfikir kearah lokasi tempat kerja dikemudian hari 3. Menambah pemahaman akan etos kerja pada lokasi PKL



3



4. Mendapatkan pengalaman homogenisasi dengan para pekerja di lokasi PKL 5. Membiasakan diri bermasyarakat diluar kampus 6. Aplikasi mata kuliah tata tulis laporan dalam pembuatan laporan PKL 7. Untuk memenuhi tuntutan kurikulum Politeknik Negeri Kupang yang mana



mahasiswa diharuskan mengikuti



Praktek Kerja Lapangan (PKL) dalam kurun waktu yang telah ditentukan. 1.3.2. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui cara pelaksanaan pekerjaan saluran sekunder pada daerah irigasi Wainili 2. Menghitung volume pekerjaan saluran sekunder pada daerah irigasi Wainili 3. Agar mahasiswa mampu membandingkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan dengan mekanisme pekerjaan pasangan batu untuk saluran sekunder pada D.I. Wainili 1.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari praktek kerja lapangan ini adalah : 1. Dengan adanya pelaksanaan pekerjaan Peningkatan jaringan Irigasi D.I. Wainili ini penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dengan baik dan memahami setiap item pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan. 2. Penulis dapat melihat secara langsung mekanisme pelaksanaan pekerjaan jaringan irigasi khususnya Saluran sekunder D.I. Wainili



4



1.5



Ruang Lingkup PKL Mengingat waktu PKL yang sangat terbatas dan item pekerjaan yang banyak, maka peninjauan pelaksanaan pekerjaan yang diambil adalah Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan saluran sekunder yang meliputi pekerjaan : a. Pekerjaan pasangan saluran b. Pekerjaan Plesteran



1.6



Metode Pembahasan Untuk memperoleh data dan informasi guna penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) maka penulis menggunakan metode : 1. Metode observasi, yaitu meninjau dan mengamati secara langsung pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan serta melihat teknis pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi kerja. 2. Metode wawancara, yaitu penulis menanyakan secara langsung kepada pengawas proyek dan pada pekerjaan mengenai data yang diperlukan. 3. Studi pustaka, penulis membaca berbagai sumber buku yang berkaitan dengan pekerjaan irigasi.



5



BAB II LANDASAN TEORI



1.1. Pengertian Irigasi Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belanda atau irrigation dalam bahasa Inggris ( Mawardi, dkk, 2002). Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan Pertanian. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi disebut Daerah Irigasi. Jaringan



Irigasi



adalah



saluran,



bangunan,



dan



bangunan



pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi (R.Gandakoesuma, 1981: 03,04). Ada beberapa pengertian irigasi menurut para ahli, antara lain : a. R. Gandakoesuma (1981) Irigasi adalah usaha mendatangkan air dengan membuat bangunanbangunan dan saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagikan air ke sawah-sawah atau ladang, dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi setelah air tersebut digunakan. b. Voughn E. Hansen, dkk (1992) Irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan



menurut



Peraturan



Menteri



Pekerjaan



Umum



No.32/PRT/M/2007, disebutkan bahwa jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.



6



1.2. Fungsi Irigasi Adapun fungsi irigasi di antaranya : 1. Memasok kebutuhan air tanaman 2. Menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan 3. Menurunkan suhu tanah 4.



Mengurangi kerusakan akibat erosi



5.



Melunakkan lapisan keras pada saat pengolahan tanah



1.3. Tujuan Irigasi Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan



dan



mendistribusikan



secara



teknis



dan



sistematis



(R.Gandakoesuma, 1981: 04). 1.4. Manfaat Irigasi Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah: a. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu. b. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan. c. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur pada daerah pertanian sehingga dapat menerima unsur-unsur penyubur. d. Untuk kolmatse, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa) dengan endapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi. e. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi, kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah disediakan dan selanjutnya dibasmi secara alamiah f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi daripada tanah, dimungkinkan untuk mengadakan pertanian juga pada musim tersebut.



7



1.5. Sistem dan Klasifikasi Jaringan Irigasi Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, dan penggunaannya (Voughan E. Hansen, 1992 : 03). Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Irigasi Sistem Gravitasi Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di permukaan bumi yaitu dari sungai, waduk dan danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif. 2. Irigasi Sistem Pompa Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya eksploitasi yang besar. 3. Irigasi Pasang-Surut Yang dimaksudkan dengan sistem irigasi pasang - surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang - surut air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasangsurut air laut. Klasifikasi jaringan irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran aliran air dan fasilitasnya, (Sumber : Kriteria Perencana Irigasi KP 01) dibedakan atas tiga tingkatan yaitu: a. Jaringan irigasi sederhana b. Jaringan irigasi semi teknis c. Jaringan irigasi teknis



8



Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi



( Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01)



A. Jaringan Irigasi Sederhana Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasi tetapi memiliki kelemahankelemahan yang serius. Pertama-tama, ada pemborosan air dan, karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri - sendiri. Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap / permanen, maka umurnya mungkin pendek.



9



Gambar 2.1 Skematis contoh jaringan irigasi sederhana



(Sumber : Kriteria Perencana Irigasi KP 01)



B. Jaringan Irigasi Semi teknis Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.



10



Gambar 2.2 Skematis contoh jaringan irigasi semi teknis



(Sumber : Kriteria Perencana Irigasi KP 01)



C. Jaringan Irigasi Teknis Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah



pemisahan



antara



jaringan



irigasi



dan



jaringan



pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masing masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang idealnya maksimum 50 ha, tetapi dalam keadaan tertentu masih bisa ditolerir sampai seluas 75 ha. Perlunya batasan luas petak tersier yang ideal hingga maksimum adalah agar pembagian air di saluran tersier lebih efektif dan efisien.



11



Gambar 2.3 Skematis contoh jaringan irigasi teknis



(Sumber : Kriteria Perencana Irigasi KP 01)



Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam ini adalah pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil. Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa jaringan semacam ini lebih sulit diatur dan dioperasikan saat banjir, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Bangunanbangunan tertentu di dalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-sifat seperti bendung dan relatif mahal.



12



Jaringan irigasi teknis terdiri dari : a. Petak tersier Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masingmasing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. b. Petak sekunder Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang semuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah. c. Petak primer Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer. 1.6. Bangunan Irigasi Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain : a. Bangunan utama



13



b. Bangunan pembawa c. Bangunan bagi dan sadap d. Bangunan pengatur dan pengukur e. Bangunan drainase f. Bangunan Pelengkap. A. Bangunan Utama Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori : 1. Bendung 2. pengambilan bebas 3. pengambilan dari waduk 4. stasiun pompa  Bendung Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-tempat yang memerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah : a.



Bendung tetap (weir)



b.



Bendung gerak (barrage)



c.



Bendung karet (inflamble weir) Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan



pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.



14



 Pengambilan Bebas Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani. (Sumber : Kriteria Perencana Irigasi KP 01)  Pengambilan Dari Waduk Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada umumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.  Stasiun Pompa Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila



upaya-upaya



penyadapan



air



secara



gravitasi



tidak



memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar. B. Bangunan Pembawa Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa / mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran



15



sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi: 1. Saluran Primer Yaitu saluran yang paling hulu berasal dari bendung, kecepatan air pada saluran induk diusahakan agar supaya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Batas ujung saluran induk adalah bangunan bagi yang membagi air irigasi ke saluran sekunder. (Anonim 2011 :IV-15) Gambar 2.4 Saluran Primer



(Sumber : http//www.google.co.id/URL)



2. Saluran Sekunder Yaitu cabang saluran induk, kecepatan air pada saluran induk diusahakan agar supaya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Batas ujung sekunder adalah bangunan sadap yang membagi air irigasi ke saluran tersier atau saluran kuarter. (Anonim 2011 :IV15,16)



16



Gambar 2.5 Saluran sekunder



(Sumber : http//www.google.co.id/URL)



3. Saluran Tersier Yaitu cabang cabang saluran sekunder, kecepatan air pada saluran induk diusahakan agar supaya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Batas ujung saluran tersier adalah bangunan box tersier yang membagi air irigasi ke saluran kuarter yang langsung menuju ke sawah. (Anonim 2011 :IV-16) Gambar 2.6 Saluran Tersier



(Sumber : http//www.google.co.id/URL) .



17



4. Saluran Kuarter Yaitu cabang saluran tersier, kecepatan air pada saluran induk diusahakan agar supaya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Saluran ini biasanya terdiri dari saluran tanah, karena saluran kuarter biasanya diserahkan pengelolaanya pada petani atau P3A. Batas ujung saluran tersier adalah bangunan box kuarter yang membagi air irigasi ke saluran sub kuarter yang langsung menuju ke sawah. (Anonim 2011 :IV-16,17) Gambar 2.7 Saluran Kuarter



(Sumber : http//www.google.co.id/URL)



5. Bangunan Talang Bangunan talang adalah bangunan persilangan yang dibuat untuk melintaskan saluran irigasi dengan saluran pembuangan alam, sungai, cekungan, jalan, dan lain-lain.(Erman Mawardi 2007,III-52)



18



6. Bangunan sifon Bangunan sifon adalah bangunan silang untuk melintaskan saluran irigasi di bawah dasar sungai atau jalan. Ini dibuat apabila muka air saluran irigasi hanya sedikit lebih tinggi dari pada muka air banjir sungai yang dilewati.(Erman Mawardi 2007,III-58 ) Gambar.2.8.Bangunan sifon



(Sumber : http//www.google.co.id/URL) 7. Gorong – gorong Gorong – gorong adalah salah satu bangunan air pada persilangan untuk menyalurkan air yang lewat dari satu sisi jalan ke sisi jalan yang lain atau untuk mengalirkan air pada persilangan dua buah saluran dengan tinggi muka air yang berbeda pada kedua saluran tersebut.(Erman Mawardi 2007,III-62) Gambar.2.9.Duiker dan gorong-gorong



(Sumber : http//www.google.co.id/URL)



19



C. Bangunan Bagi dan Sadap Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini masing-masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan. Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu : a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan. b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur. c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir. D. Bangunan Pengatur dan Pengukur Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat member informasi mengenai besar aliran yang dialirkan, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur. Beberapa contoh bangunan pengukur debit diberikan pada Tabel 2.2



20



Tabel 2.2. Beberapa Jenis Alat Ukur Debit



(Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01) E. Bangunan Drainase Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pembuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pembuang tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk : a) Mengeringkan sawah b) Membuang kelebihan air hujan c) Membuang kelebihan air irigasi Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.



21



F. Bangunan Pelengkap Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap



bangunan-bangunan



irigasi



yang



telah



disebutkan



sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jembatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.



22



BAB III TINJAUAN PELAKSANAAN



3.1. Tinjauan Umum Secara geografis D.I Wainili berada di kabupaten Lembata tepatnya di kecamatan Omesuri, Desa Nilanapo yang letaknya ± 70 Km dari Lewoleba. Dalam pelaksanaan peningkatan jaringan irigasi D.I Wainili maka diperlukan metode pelaksanaan yang merupakan gambaran umum penyelesaian pekerjaan sehingga dapat mempermudah penjadwalan sumber daya (tenaga kerja, alat, dan bahan) dan untuk menghindari penyimpangan yang dapat mempengaruhi hal – hal terhadap ruang lingkup, kualitas dan adil dari pekerjaan tersebut. Untuk memperlancar pekerjaan ini hal – hal yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Kesiapan tenaga kerja. 2. Peralatan penunjang pelaksanaan pekerjaan. 3. Bahan. 4. Adanya metode pelaksanaan pekerjaan yang benar – benar efektif dan efisien



sehingga pekerjaan dapat selesai tepat pada waktu tanpa



mengurangi mutu pekerjaan. 5. Untuk bahan material non local (semen dan bahan lain) diambil dari Lewoleba dengan jarak ± 70 km. 6. Untuk bahan local (pasir, batu kali, material timbunan dan bahan local lain) diambil dari quary sungai/kali Alkani dengan rata – rata 10 km 3.1.1. Data Umum Proyek Data-data proyek Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Wainili adalah sebagai berikut :



23



a. SNVT



: Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perhubungan



b. Kegiatan



: Optimalisasi Fungsi Jaringan di Wainili



c. Pekerjaan



: Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Wainili



d. Nilai Kontrak



: Rp. 1.505.000.000,- (Satu Miliyard Lima Ratus Lima Juta Rupiah



e. Nomor Kontrak



: DPUPRP/SP.01/D.I.WAINILI/SDAPPK/VI/2017



f.



Tanggal Kontrak



: 05 Juni 2017



g. Sumber Dana



: DAK



h. Waktu Pelaksanaan



: 150 (Seratus Lima Puluh) Hari Kalender



i.



Kontraktor Pelaksana



: CV. Hasrat Bahagia



j.



Konsultan Pengawas



: CV. Flobamora Design



k. Tahun Anggaran



: 2017



b. 3.1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek Secara garis besar, pelaksanaan pekerjaan jaringan irigasi D.I Wainili terdiri dari beberapa item pekerjaan yaitu : A. Pekerjaan persiapan Pekerjaan persiapan meliputi: 1. Mobilisasi 2. Pekerjaan uitser trase saluran 3. Pekerjaan Profil melintang galian tanah B. Pekerjaan Tanah Pekerjaan Tanah meliputi: 1. Pekerjaan galian tanah berbatu C. Pekerjaan Pasangan dan Beton Saluran 1.` Pekerjaan Saluran Primer (Target panjang 891 M) a. Pekerjaan pasangan saluran ( 1 Pc : 3 Psr ) b. Pekerjaan plesteran ( 1 Pc : 3 Psr ) 2. Pekerjaan saluran sekunder (Target panjang 264 M) a. Pekerjaan pasangan saluran ( 1 Pc : 3 Psr )



24



b. Pekerjaan plesteran ( 1 Pc : 3 Psr ) 3. Plesteran Bangunan sadap a. Pas. Bangunan sadap Primer ( 1 Pc : 3 Psr ) b. Pekerjaan Plesteran ( 1 Pc : 3 Psr ) c. Pas. Bangunan sadap sekunder ( 1 Pc : 3 Psr ) d. Pekerjaan Plesteran ( 1 Pc : 3 Psr ) 4. Pekerjaan Plat Penyeberangan ( 3 Buah ) a. Beton mutu sedang dengan fc’ = 20 Mpa (K-250) b. Baja tulangan BJ 24 polos 5. Pekerjaan Talang Air a. Pekerjaan pasangan pondasi ( 1 Pc : 3 Psr ) b. Beton mutu sedang dengan fc’ = 20 Mpa (K-250) c. Baja tulangan BJ 24 polos D. Pekerjaan Bangunan Pelengkap 1. Pekerjaan Pintu Air a. Pintu Air 40 x 40 (tinggi rangka 119 cm) b. Pintu Air 70 x 70 (tinggi rangka 145 cm) c. Pintu Air 70 x 70 (tinggi rangka 175 cm) E. Pekerjaan Konstruksi Pekerjaan konstruksi meliputi : 1. Pekerjaan pengukuran Sebelum



memulai



pekerjaan,



terlebih



dahulu



dilaksanakan pengukuran terhadap lokasi agar sesuai dengan kebutuhan tanah. Bagian pekerjaan yang di ukur meliputi pekerjaan saluran sekunder sepanjang 150 meter. Alat yang digunakan adalah meteran statip. Bila hasil pengukuran di lapangan berbeda dengan yang ada pada gambar rencana maka toleransi diijinkannya pasangan patok batu harus disetujui oleh pimpro dan berdasarkan hasil pengukuran tersebut dibuat gambar kerja/shop drawing yang harus disetujui oleh pimpro. Gambar kerja yang telah disetujui tersebut



selanjutnya



25



dipasang



tanda



berupa



patok,



pemasangan patok harus kuat dengan permukaan yang rata kemudian diberi tanda yang jelas. 2. Pekerjaan galian dan Perapihan tanah Untuk



pelaksanaan



pekerjaan



galian



tanah



dilaksanakan dengan menggunakan alat berat (Exavator) yang menggali tanah dengan panjang saluran sekunder 150 m, lebar 1,20 m, dan kedalaman 0,40 m. Hasil galian tersebut biasanya ditimbun kembali disekitar lokasi pekerjaan dan untuk perapian hasil bekas galian dilaksanakan dengan tenaga manusia dengan alat bantu skop/pacul. 3. Urugan Kembali Sebelum melaksanakan urugan kembali, pada muka pasangan batu yang tidak kelihatan, pasangan batu harus diplester kasar, dengan adukan 1 pc : 3 psr setebal 2 cm. Urugan



tidak



boleh



dilaksanakan



sebelum



mendapat



persetujuan Direksi Pekerjaan dan bahan urugan harus pasir yang kasar dan mudah dilalui air. Kerikil yang teratur ukurannya sehingga dapat mencegah kehilangan pasir, harus dipasang pada akhir lubang pembuangan air. Hasil galian tanah dapat dipakai dalam batas-batas dan



lingkup



proyek



bilamana



memungkinkan



harus



digunakan secara efektif untuk formasi urugan. Bila tanah galian tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi maka timbunan didatangkan dari tempat lain. Bahan yang digunakan tidak termasuk bahan expansif yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 dan tanah yang berplastisitas tinggi. Sebelum di urug pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibersihkan dan dibuang. Urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 25 cm apabila tanah terlalu kering maka disiram air sebelum dipadatkan. Setelah material dihampar maka dipadatkan



26



dengan Stamper sampai padat betul dan dilanjutkan lapis demi lapis sampai memenuhi elevasi yang ditentukan. 4. Pekerjaan pasangan batu kali Pekerjaan pasangan batu kali yang dilaksanakan pada pekerjaan saluran sekunder dengan panjang keseluruhan 150 meter, lebar pasangan 1,20 m, dan tinggi pasangan 0,70 m. Pekerjaan ini dilaksanakan harus sesuai dengan gambar rencana yang ada, dengan memperhatikan ketentuanketentuan yang sudah ada. Diantaranya pemasangan batu kali/batu gunung yang dipilih harus bersih, keras, dengan dimensi tanpa bagian yang retak, rata, dan licin atau lonjong bentuknya dan jika disusun bisa saling mengunci, dengan ukuran perbandingan 1Pc : 3 Psr. Batu yang digunakan beragam ukuran sehingga kalau dipasang saling menutupi. Setiap batu harus mempunyai berat antara 6 kg – 25 kg, batu yang lebih kecil dapat dipakai atas persetujuan Direksi. Ukuran maksimum harus harus memperhatikan tebal dinding tetapi harus memperhatikan batasn berat seperti tersebut diatas. 5. Pekerjaan plesteran Pekerjaan plesteran dilakukan setelah pekerjaan pasangan dengan batu kali selesai, yang mana pekerjaan ini dilakukan pada pelaksanaan pekerjaan saluran sekunder sepanjang 150 m, lebar saluran 0,20 m, dan tinggi plesteran 0,70 m. dengan ukuran perbandingan campuran bahan adalah 1 Pc : 3 Psr. 6. Pekerjaan beton tanpa tulangan Pekerjaan beton tanpa tulangan ini adalah pekerjaan pengecoran pada lantai dasar saluran sekunder dan boks bagi. Pekerjaan ini dilakukan dengan tenaga manusia. 7. Pengadaan pengangkutan dan pemasangan pintu angkat pada boks bagi.



27



8. Finishing Pekerjaan finishing ini dilakukan setelah semua pekerjaan selesai, pekerjaan tersebut meliputi : a. Pembuatan prasasti b. Pengecetan c. Perapihan Pembersikan kembali lokasi pekerjaan Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan peningkatan jaringan irigasi ini adalah sebagai berikut: A. Alat 1.



Skop Untuk menyekop pasir,mengangkut mortar kedalam ember untuk dibawa ketempat yang sudah ditentukan.



2.



Ember Untuk mengambil air, mengukur pasir, dan untuk mengangkat mortar ketempat pekerjaan.



3.



Roll meter Dipakai oleh para pelaksana/pengawas untuk mengukur atau mengecek hasil pekerjaan para buruh apakah sesuai dengan gambar kerja atau tidak



4.



Sendok spesi Digunakan untutk menyendok campuran



5.



Water pass Digunakan untuk mengukur kedataran pekerjaan.



B. Bahan 1. Semen Semen yang digunakan adalah semen Portland, jenis semen yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah semen Kupang. 2. Pasir Pasir yang digunakan diambil dari sungai atau tambang pasir yang berada disekitar lokasi proyek, dengan jenis berwarna hitam kecoklatan.



3. Agregat kasar



28



Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah, serta batu kosong (untuk pasangan batu kali) dengan ukuran maksimal 20-30 cm. 4. Air Air yang digunakan adalah



air bersih dan jernih tidak mengandung



lumpur dan zat organik lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan



3.2. Manajemen Proyek Pada umumnya pihak-pihak yang terlibat dalam suatu organisasi proyek adalah : 1. Kuasa Direktur Tugas dan tanggung jawab kuasa direktur yaitu : a. Bertanggung jawab tinggi secara umum atas semua kegiatan dan sebab akibat yang dilakukan sehubungan perusahan yang dipimpin. b. Mengambil keputusan tertinggi dan perusahaan c. Membuat keputusan dan kebijakan atas semua masalah / persoalan yang dihadapi oleh level yang dibawahnya d. Melaksanakan manajemen perusahan e. Penanda tanganan terhadap seluruh yang berhubungan dengan kontrak kerja 2. Kepala Proyek Tugas dan tanggung jawab kepala proyek yaitu : a. Memimpin dan mengkoordinasi seluruh pelaksanaan pekerjaan agar berjalan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu b. Terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan agar berjalan sesuai rencana c. Terselenggaranya berkaitan dengan



pengatministrasian



kegiatan-kegiatan



yang



pelaksanaan pekerjaan sampai dengan proses



penagihan d. Menyiapkan metode kerja, bahan, alat dan tenaga kerja yang tepat e. Pembinaan personil di lapangan untuk meningkatkan SDM



29



f. Mempelajari, menganalisa dan memahami semua perencanaan proyek yang di berikan oleh pemilik proyek g. Memimpin dan mengarahkan semua kegiatan sesuai rencana 3. Pelaksana Tugas dan tanggung jawab kepala proyek yaitu : a. Membantu kepala proyek dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar tepat quantitas sesuai dengan volume pekerjaan dalam dokumen kontrak b. Terlaksananya kegiatan proyek agar volume pekerjaan sesuai rencana c. Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian volume pekerjaan d. Menyiapkan metode kerja, alat, bahan, dan tenaga kerja yang tepat e. Mempelajari, menganalisa dan memahami volume pekerjaan yang tersedia dalam kontrak dan kebutuhan riil dalapangan f. Membuat rencana (schedull), mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan pekerjaan dalapangan g. Membantu dan mengarahkan proses kegiatan pekerjaan guna mendapatkan hasil sesuai yang di rencanakan h. Membuat laporan volume hasil pekerjaan 4. Pembantu Pelaksana Tugas dan tanggung jawab Pembantu Pelaksana yaitu: a. Bertanggung jawab kepada pelaksana atas penyelesaian keseluruhan maupun terhadap kebutuhan perhari b. Membuat laporan periodik kepada pelaksana c. Memahami gambar kerja dan spesifikasi teknik sebagai pedoman dalam memimpin pelaksanaan kerja di lapangan d. Memimpin



pelaksanaan



pekerja



di



lapangan



dengan



memperhatikan biaya, mutu dan waktu e. Membuat



program



kerja



mingguan



dan



mengadakan



pengarahaan kegiatan harian pada pelaksanaan laporan harian f. Melakukan koordinasi dengan mitra usaha di lapangan



30



g. Melakukan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan h. Menyiapkan tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tugas tenaga kerja tiap harian i. Mengendalikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) j. Membuat



laporan



harian



tentang



pelaksanaan



kegiatan



pekerjaan di lapangan k. Memelihara bukti - bukti kerja 5. Petugas Administrasi Teknik Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi teknik yaitu: a. Menyelenggarakan tata usaha surat menyurat dan tata usaha pimpinan proyek b. Menjaga dan mendata aset - aset proyek c. Melakuankoordinasi terhadap seluruh komponen proyek d. Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian di proyek e. Memelihara bukti – bukti kerja 6. Petugas Logistik Tugas dan tanggung jawab petugas logistik yaitu: a. Bertanggung jawab atas seluruh bahan / material lokal maupun non lokal yang akan digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai mutu / spesifikasi teknik b. Melakukan survey dan memberi informasi kepada kepalan proyek atau pelaksana tentang sumber dan harga bahan serta sewa alat c. Menyelenggarakan pembelian bahan sesuai dengan jadwal pengadaan bahan dan prosedur pembelian d. Melaksanakan administrasi pergudangan tentang penerimaan, penyimpanan dan pemakaian bahan (stok gudang tetap tersedia) 7. Petugas Keuangan Tugas dan tanggung jawab petugas keuangan yaitu:



31



a. Membuat laporan keuangan administrasi dan logistik proyek, ikut manajemen penggunaan uang dan logistik b. Menyelenggarakan



verifikasi



bukti



pembayaran



dan



melakukan pembayaran kepada pihak yang terkait c. Melakukan koordinasi terhadap seluruh komponen proyek yang terkait bidang keuangan d. Membuat laporan pertanggung jawab keuangan (berkala) e. Memelihara bukti – bukti kerja 8. Juru Ukur Tugas dan tanggung jawab Juru Ukur yaitu : a. Melakukan survey dan memberikan informasi kepada kepala proyek atau pelaksana tentang situasi lapangan baik existing maupun rencana b. Mengukur, menentukan batasan – batasan yang berhubungan dengan volume dan elevasi untuk tiap item pekerjaan selama pelaksanaan proyek c. Memelihara alat ukur yang digunakan



3.2.1 Struktur Organisasi Proyek Organisasi proyek merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan. Pembentukannya harus memperhatikan berbagai faktor dan persyaratan yang berkaitan dengan upaya mencapai tujuan tersebut. Dengan adanya organisasi tersebut maka konsep manajemen proyek dapat di terapkan dan dijalankan. Adapun struktur organisasi proyek dari CV. Hasrat Bahagia adalah sebagai berikut :



32



Gambar 3.2. Struktur Organisasi Proyek CV. Hasrat Bahagia FLORENTINUS LIDO Kuasa Direktur



MARIA Y. DE ROSARI Administrasi Keuangan



THOMAS TUPEN SAMA Kepala Pelaksana



Dionisius Nama Tokan Logistik



Boro Bebe Fransiskus Xaverius Pelaksana Lapangan



TENAGA KERJA Mandor Tukang Pekerja



3.2.2 Rencana Waktu pelaksanaan proyek Pengaturan waktu atau penjadwalan dari kegiatan yang terlibat didalamnya, sehubungan dengan ini maka pihak pelaksana dari suatu proyek membuat suatu jadwal waktu pelaksanaan atau Time Schedule Waktu pelaksanaan pada proyek Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Wainili terhitung mulai 05 Juni 2017 – 01 Nopember 2017 ( 150 hari kalender)



3.2.3 Rencana anggaran biaya proyek Anggaran biaya proyek digunakan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan proyek dan merupakan penjumlahan dari biaya-biaya yang digunakan untuk menyelesaikan seluruh item pekerjaan serta pajak. Berikut ini adalah rekapitulasi biaya proyek pada pekerjaan saluran sekunder : Tabel 3.2. Analisa Rencana Anggaran Biaya (RAB)



33



DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA SPESIFIKASI 2010 Program



:



Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya



Kegiatan



:



Optimalisasi Fungsi Jaringan Irigasi di Wainili



Pekerjaan



:



Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Wainili



Lokasi



:



Kecamatan Omesuri



Tahun Anggaran



:



2017



No.



Uraian



Satuan



Perkiraan



Harg



Kuantitas



Satua



(Rupia a I.



b



c



d



e



UMUM Mobilisasi



Ls



1.000



28,155,2



Pekerjaan Uitset trase saluran



M1



2,346.400



2,



Pek. Profil melintang galian tanah



M1



187.712



35,



M3



4,121.800



104,



Jumlah Harga (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga



Pekerjaan)



II.



PEKERJAAN TANAH Pekerjaan Galian tanah berbatu Jumlah Harga (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga



Pekerjaan)



III. 1



2



3



PEKERJAAN PASANGAN DAN BETON SALURAN Pekerjaan Saluran Primer



(target panjang)………



891



M1



Pek. Pasangan Saluran (setara campuran 1 PC:3 PP)



M3



684.288



754,



Pek. Pesteran (setara campuran 1PC:3PP)



M2



2,204.000



63,



Pekerjaan Saluran Sekunder ……..



(target panjang)



264



M1



Pek. Pasangan Saluran (setara campuran 1 PC:3 PP)



M3



128.080



754,



Pek. Pesteran (setara campuran 1PC:3PP)



M2



422.800



63,



M3



45.809



754,



Pekerjaan Bangunan Sadap Pas. Bgn. Sadap Primer (setara campuran 1 PC:3 PP)



34



4



5



Pek. Pesteran (setara campuran 1PC:3PP)



M2



Pas. Bgn Sadap Sekunder (setara campuran 1 PC:3 PP)



M3



Pek. Pesteran (setara campuran 1PC:3PP)



M2



133.705 8.135 28.734



63,



754,



63,



Pek. Plat Penyeberangan (3 buah) Beton mutu sedang dengan fc’= 20 MPa (K-250)



M3



Baja Tulangan BJ 24 Polos



Kg



0.340 37.400



1,643



17



Pekerjaan Talang air Pek. Pasangan Pondasi (setara campuran 1PC : 3PP)



M3



Beton mutu sedang dengan fc’= 20 MPa (K-250)



M3



Baja Tulangan BJ 24 Polos



Kg



8.055 2.130 234.300



754,



1,643



17



Jumlah Harga (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga



Pekerjaan)



IV. 1



PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP Pekerjaan Pintu Air Pintu air 40x40 (tinggi rangka 119 cm)



Bh



Pintu air 70x70 (tinggi rangka 145 cm)



Bh



Pintu air 70x70 (tinggi rangka 175 cm)



Bh



Jumlah Harga (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga



Pekerjaan)



(Sumber: Dokumen Kontrak, Nomor: 38/PPK – PENGAIRAN/DPU – TTU/VII/2016) Tabel 3.3 Rekepitulasi RAB Proyek



35



9.000 8.000 2.000



2,650



2,700



3,000



(Sumber: Dokumen Kontrak, Nomor: 38/PPK – PENGAIRAN/DPU – TTU/VII/2016)



3.3. Tinjauan Khusus Dalam bagian ini penulis akan meninjau proses pelaksanaan pekerjaan saluran sekunder yang mana adalah subyek dari masalah yang ditinjau dan berada di lokasi pekerjaan saluran sekunder sepanjang 618 meter pada item pekerjaan galian dan pasangan batu serta plesteran,yang mencakup aspek – aspek sebagai berikut : 3.3.1. Identifikasi Nama Pekerjaan Proyek peningkatan jaringan Irigasi D.I. Wainili merupakan salah satu proyek yang diadakan oleh dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lembata dengan nilai kontrak sebesar Rp. 940.880.000,00 yang berasal dari DAK – IPD dalam proyek ini yang bertindak sebagai kontraktor pelaksana adalah CV. Sinar Mata, dan pekerjaan yang ditinjau oleh penulis adalah Pekerjaan saluran Sekunder yang meliputi : 1. Pekerjaan Pemasangan Bowplank 2. Pekerjaan Galian Tanah Biasa



36



Pekerjaan Galian Tanah Biasa pada saluran sekunder sepanjang 618 m, lebar 0,60 m, dan kedalaman 0,40 m dengan volume pekerjaan 370,80 m³ dan jumlah harga sebesar Rp. 21.241.312,29 3. Pekerjaan Pasangan Batu kali 1 pc : 4 psr Pekerjaan pasangan batu kali pada saluran sekunder sepanjang 618 m, lebar 1,50 m dan tinggi 0,60 m dengan volume pekerjaan 556,20 m³ dan jumlah harga sebesar Rp. 390.357.152,97 4. Pekerjaan Plesteran 1 pc : 3 psr Pekerjaan plesteran pada saluran sekunder sepanjang 618 m, lebar 1,50 m dan tinggi 0,60 m dengan volume pekerjaan 1.483,20 m³ dan jumlah harga sebesar Rp. 69.879.208,92



3.3.2. Volume Pekerjaan a. Pekerjaa pemasangan Bowplank Pemasangan bowplank bertujuan membuat suatu bangunan memiliki ukuran atau spesifikasi sesuai gambar kerja.



Gambar. 3.1 Pemasangan Bowplank



1. Peralatan yang digunakan a) Linggis b) Sekop c) Benang



37



d) Paku e) Palu f) Usuk dan Papan 2. Prosedur Pelaksanaan a) Pemasangan bowplank sesuai gambar kerja b) Menggali fondasi bawah saluran pada bagian kiri dan kanan dengan kedalaman 0.30 m. c) Penarikan benang atau selang ukur dengan menggunakan tenaga Manusia dan ukuran atau dimensi sesuai gambar rencana. d) Memasang tiang-tiang atau usuk-usuk sesuai dimensi saluran pada gambar kerja b. Perhitungan volume galian tanah biasa



Gambar 3.2 Galian tanah Berdasarkan gambar diatas maka perhitungan volumenya sebagai berikut : Panjang galian Volume



= 618 m = panjang * lebar * tinggi = 618 m * 1,50 m * 0,40 m = 370.8 m³



b. Perhitungan pekerjaan pasangan batu kali



38



Gambar. 3.3 pasangan batu



Berdasarkan gambar diatas maka perhitungannya sebagai berikut : panjang saluran = 618 m Luas I = luas II L1,II = (a + b ) t 2 = ( 0,30 m + 0,45 m ) * 0,60 m 2 = 0,375 m * 0,60 m = 0,225 m² Volume I,II = luas * panjang = 0,225 m² * 618 m = 139, 05 m³ Luas III



= 0,30 m * 1,50 m = 0,45 m²



Volume



= luas * panjang = 0,45 m² * 618 m = 278,1 m³



Volume total : = V1 + V2 + V3 = 139,05 m³ + 139,05 m³ + 278.1 m³ = 556,2 m³ 39



c. perhitungan Pekerjaan plesteran



Gambar. 3.4 Plesteran



Berdasarkan gambar diatas maka perhitungannya sebagai berikut : Panjang saluran sekunder = 618 m Luas = ( 0,30 m + 0,60 m + 0,60 m + 0,60 m + 0,30 m ) * 618 m = 2,4 m * 618 m = 1.483,20 m² Volume = tebal * luas = 0,02 * 1. 483,20 m2 = 29,664 m³



3.3.3. Metode Kerja 1.) Pekerjaan Galian Tanah Biasa Sebelum melakukan pekerjaan pasangan saluran sekunder maka tahapan pertama adalah pekerjaan galian tanah biasa. Pekerjaan galian menggunakan excavator sesuai dengan gambar rencana lokasi yang telah disetujui oleh pengawas lapangan. a. Metode kerja 1. Meninjau dan mengukur lokasi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan



40



2. Tanam patok pada lokasi yang telah diukur tadi dan tarik benang pada patok yang ada serta mulai melakukan galian saluran 3. bersihkan lubang galian tanah dengan menggunakan sekop, buang hasil galian di tempat yang cukup aman ± 1 meter dari galian 4. Rapikan lubang galian agar memudahkan untuk pekerjaan selanjutnya, setelah pembersihan lokasi bekas galian maka diadakan pengukuran kembali, galian yang tepat ukurannya akan menghemat waktu, tenaga dan biaya kerja.



Gambar 3.5. pekerjaan galian 2.) Pekerjaan pasangan batu a. Metode kerja 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta ambil kayu/bambu dan benang untuk pembuatan bowplank. 2. Ambillah semen, pasir, dan air kemudian dicampur hingga spesi menjadi mortar dengan perbandingan spesifikasi 1 PC : 4 Psr 3. Sebelum dipasangan, batu terlebih dahulu dibersihkan dan dibasahi dengan air. 4. Lapisan terbawah diisi mortar setebal 4 cm lalu dilanjutkan dengan pemasangan batu, batu kali disusun sedemikian rupa mengikuti benang acuan dan diberi celah untuk mortar 5.



Masukan campuran dengan menggunakan sendok spesi dan



dipadatkan agar tidak terdapat rongga antara batu 6. Batu diketok/dipukul agar tepasang dengan baik dan selalu tertanam dalam mortar 7. Pemasangan batu dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja



41



8. Setelah pemasangan, lakukan kembali pengukuran untuk memastikan bahwa pekerjaan sesuai gambar kerja. 3.) Pekerjaan Plesteran 1.



Pekerjaan aanstamping. a. Metode kerja 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta ambil



kayu/bambu dan benang untuk pembuatan profil aanstamping. 2. Ambillah batu kali dan dibuang di dasar saluran. 3. Sebelumnya, dasar saluran terlebih dahulu dibersihkan dan diratakan. 4. batu kali disusun sedemikian rupa mengikuti benang acuan. 5. Pekerjaan aanstamping dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja. 6. Setelah pekerjaan, lakukan kembali pengukuran untuk memastikan bahwa pekerjaan sesuai gambar



Gambar 3.6. pekerjaan pasangan batu kali



2.



Pekerjaan pasangan lantai. a. Metode kerja 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta ambil kayu/bambu dan benang untuk pembuatan profil lantai. 2. Sebelumnya, dasar saluran terlebih dahulu dibersihkan dan disiram air. 3. Ambillah semen, pasir, dan air kemudian dicampur hingga spesi menjadi mortar dengan perbandingan spesifikasi 1 PC : 4 Psr.



42



4. Mortar tersebut dibuat sedemikian rupa mengikuti benang acuan. 5. Pekerjaan lantai dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja. 6. Setelah pekerjaan, lakukan kembali pengukuran untuk memastikan bahwa pekerjaan sesuai gambar kerja. 7. Pekerjaan plesteran saluran. 8. Metode kerja 9. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta ambil benang untuk pembuatan plesteran. 10. Ambillah semen, pasir, dan air kemudian dicampur hingga spesi menjadi mortar dengan perbandingan spesifikasi 1 PC : 3 Psr. 11. Sebelum diplester, saluran terlebih dahulu dibasahi dengan air. 12. Lemparkan adukan mortar hingga sedemikian rupa mengikuti benang acuan. 13. Ratakan permukaan lemparan mortar tadi sehingga permukaan menjadi rapi. 14. Pekerjaan plesteran dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja. 15. Setelah pekerjaan selesai, lakukan kembali pengukuran untuk memastikan bahwa pekerjaan sesuai gambar kerja.



Gambar 3.7. pekerjaan plesteran



3.4 Pengendalian Konstruksi Pengendalian konstruksi adalah membandingkan apa yang direncanakan dan apa yang dibutuhkan oleh pemilik proyek dalam batasan biaya, waktu, dan



43



mutu yang telah disepakati dengan mutu serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepentingan proyek. Dalam pengendalian sebuah proyek konstruksi ada 3 aspek pengendalian yang meliputi: 1. Pengendalian waktu 2. Pengendalian biaya 3. Pengendalian mutu 1.1 Pengendalian Waktu Pengendalian waktu mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan untuk menghindari resiko keterlambatan dan pembengkakan biaya.Untuk menghindari resiko tersebut diatas maka kontraktor harus bekerja sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan.Pengendalian waktu adalah suatu bentuk sistem pengendalian terhadap waktu agar pelaksanaan proyek berjalan dengan baik dan tepat waktu. Pengendalian waktu meliputi pengawasan secara teratur terhadap pelaksanaan pekerjaan. Namun sedikit gambaran dari proyek peningkatan D.I. Kustanis memiliki sebuah kelemahan dalam proses pengendalian waktu yang mana kegiatan peningkatan proyek dari awal hingga sampai sekarang masih belum berjalan dengan baik karena kurang adanya koordinasi antara pemilik tanah dengan pihak kontraktor penyebabnya karena pemilik tanah tidak mau memberikan tanahnya untuk kegiatan peningkatan pekerjaan proyek. Dari permasalahan ini, kedua pihak sepakat untuk melakukan perundingan dan pekerjaan kembali berjalan lancar. Realisasi pelaksanaan pekerjaan saluran sekunder D.I. Kustanis meliputi 6 hari kerja. Untuk itu guna memperlancar pelaksanaan kegiatan proyek telah ditetapkan waktu kerja yang dilaksanakan sebagai berikut: 



Pukul 08.00 – 12.00







Pukul 12.00 – 13.00 (waktu istirahat makan)







Pukul 13.00 – 17.00



1.2 Pengendalian Biaya Prinsip dasar dari pengendalian biaya adalah mengetahui biaya pekerjaan yang sedang berlangsung dan membandingkan dengan standar yang



44



direncanakan serta menghindari pembengkakan biaya dalam suatu pelaksanaan pekerjaan. Manfaat pengendalian biaya adalah mengontrol arah usaha agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian biaya adalah sebagai berikut: Rencana Anggaran Biaya (RAB), yaitu total biaya dari awal hingga berakhirnya pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek. a. Membuat perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap item pekerjaan kemudian dilakukan pengontrolan. b. Tenaga kerja berhubungan dengan upah, upah merupakan suatu imbalan atau gaji berupa uang yang diberikan kepada pekerja yang telah memberikan jasanya kepada kontraktor. Pada umumnya, pembagian upah pekerja dibagi menjadi:  Upah borongan, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor berdasarkan besarnya pekerjaan sesuai dengan perjanjian kepada tenaga kerja.  Upah m3 yaitu upah yang dibayarkan kontraktor berdasarkan kubikasi pekerjaan yang telah dikerjakan.  Upah harian, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor kepada tenaga kerja per hari.  Upah bulanan, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor kepada tenaga kerja dalam jangka waktu 1 bulan, pembayaran dilakukan satu bulan satu kali. c. Material dan bahan, yaitu pemanfaatan material dan bahan secara efisien serta pencatatan terhadap keluar – masuk material dan bahan tersebut sehingga penggunaannya dapat dikontrol dengan baik. d. Peralatan, yaitu menggunakan peralatan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.



Pada proyek D.I Kustanis memiliki nilai proyek sebesar Rp. 940.880.000,00 “ Sembilan Ratus Empat Puluh Juta Delapan Ratus Delapan Puluh Ribu Rupiah”. 1.3 Pengendalian Mutu Pengendalian mutu adalah suatu bentuk sistem untuk mengendalikan mutu dari bahan-bahan yang digunakan pada pelaksanaan suatu proyek.Tujuan dari



45



pengendalian mutu adalah agar bahan-bahan yang digunakan pada proyek tersebut sesuai dengan spesifikasi yang ada dalam kontrak sehingga kualitas



proyek dapat terjamin sesuai dengan yang diharapkan. Pengendalian mutu terdiri dari: a. Pengecekan dan pengkajian, yaitu melakukan pengecekan dan pengkajian terhadap gambar konstruksi dan perhitungan. b.



Pemeriksaan



kemampuan



peralatan,



yaitu



pemeriksaan



terhadap



kemampuan fisik alat dengan melakukan uji coba pada alat tersebut. c. Pengujian dengan pengambilan contoh, yaitu bahan yang akan digunakan untuk suatu konstruksi sebaiknya diuji atau diperiksa terlebih dahulu di laboratorium untuk mengetahui karakteristiknya. Bila perlu dilakukan pengujian langsung di lapangan. Pada proyek D.I Kustanis memiliki pengendalian mutu yang kurang baik hal ini terjadi saat penulis melakukan pengamatan di Lapangan, sebagai berikut : 1. campuran mortar dengan spesifikasi 1Pc : 3Psr terkadang diabaikan dan diganti menjadi 1Pc: 6Psr 2. Conc. Mixer (mollen) yang digunakan sering rusak 3. Ukuran lebar pondasi yang seharusnya 0,5 m , dibuat 0,4 m . untuk mengelabuhi petugas berwenang, kemudian pekerja mengurug tanah di samping pondasi. Hal ini akan berdampak buruk pada mutu dan kualitas proyek. Proyek D.I Kustanis belum betul-betul mengikuti spesifikasi proyek yang terdapat dalam buku kontrak.



46



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengamatan praktek kerja lapangan secara langsung pekerjaan saluran irigasi pada proyek saluran sekunder



D.I Kustanis



Kabupaten Timor Tenggah Utara, mulai tanggal 02 september 2016 sampai pada



tanggal 30 september maka penulis dapat mengambil kesimpulan



bahwa :



a) Pekerjaan saluran sekunder adalah bangunan sadap yang membagi air irigasi ke saluran tersier atau saluran kuarter. b) Dengan adanya saluran sekunder, pemenuhan kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan air dibagi secara merata seperti yang diharapkan masyarakat setempat, dalam arti debit yang dibutuhkan diatur untuk pemberian pertumbuhan tanaman sesuai dengan massa pertumbuhan tanaman. c) Pada proyek peningkatan jaringan irigasi D.I Kustanis yang ditinjau oleh penulis memiliki nilai kontrak sebesar Rp. 940,880,000.00 d) Subjek dari masalah yang ditinjau yang berada di lokasi pekerjaan saluran sekunder sepanjang 618 meter yang terdiri dari : 1. Pekerjaan Galian tanah dengan volume pekerjaan galian sebesar 370.8 m³ dan jumlah harga pekerjaan Rp. 21,241,312.29



47



2. Pekerjaan pasangan batu kali dengan volume pekerjaan sebesar 556.2 m³ serta jumlah harga Rp. 390,357,152.97 3. Pekerjaan plesteran dengan volume pekerjaan sebesar 29,664 m³ dan jumlah harga pekerjaan Rp. 69,879,208,92 Sehingga



total



harga



pekerjaan



pasangan



saluran



sebesar



Rp.



481,477,674.19



4.2 Saran Adapun saran-saran yang diberikan penulis dalam laporan ini yaitu sebagai berikut : a) Diharapkan waktu pelaksanaan Pratek Kerja Lapangan (PKL) lebih diperpanjang, sehingga mahasiswa lebih memahami dan mendalami ilmu yang diperoleh di dunia kerja. b) Diharapkan kepada mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) agar memperhatikan dengan seksama dan teliti setiap item pekerjaan yang dikerjakan dalam pekerjaan proyek tersebut, serta aktif bertanya terkait hal-hal baru yang ditemukan di lapangan, sehingga akan menjadi bekal pada dunia kerja nanti.



48



DOKUMENTASI



49



50