Contoh Mekanisme Koping [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MEKANISME KOPING



Disusun oleh: 1. Dian Anggraeni



(1310711005)



2. Sari Anggraini



(1310711014)



3. Intan Agustina



(1310711015)



4. Valentino Nagoro



(1310711009)



5. Yulia Trisnawati



(1310711111)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAKARTA 2015-2016



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta hidayahNya yang telah diberikan, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mekanisme Koping”. Adapun makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Sistem Neurobehaviour I Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Pembanguanan Nasional “Veteran” Jakarta. Dalam penyusunan makalah ini kami telah mendapat dukungan, bimbingan serta perhatian dari berbagai pihak. Dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns Evin Novianti Mkep, Sp,kep.J selaku dosen mata kuliah Sistem Neurobehaviour I. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran serta kritik dari pembaca untuk menyempurnakan dan memperbaiki lagi isi dari makalah ini.



Depok, 9 November 2015



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................ i DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii



BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan................................................................................ 2 C. Sistematika Penulisan......................................................................... 2 D. Rumusan masalah............................................................................... 2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Mekanisme Koping.............................................................. 3 B. Klasifikasi Mekanisme Koping......................................................... 4 C. Metode Mekanisme Koping.............................................................. 6 D. Mekanisme Pertahanan Ego.............................................................. 7



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................11 B. Saran..................................................................................................11



LAMPIRAN ARTIKEL MEKANISME KOPING / PERTAHANAN EGO DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi kesehatan adalah bagian dari psikologi klinis, yang memfokuskan pada kajian dan fungsi kesehatan individu terhadap diri dan lingkungannya, termasuk penyebab dan faktor-faktor yang terkait dengan problematika kesehatan individu dan bagaimana cara menemukan penyelesaian dari permasalahan tersebut . Didalam psikologi terdapat Mekanisme – mekanisme yang berkaitan dengan pertahanan dan penyelesaian yang dilakukan oleh individual yang terdiri atas mekanisme koping dan Mekanisme pertahanan diri . Strategi koping (mekanisme koping) akan digunakan secara berbeda beda dari suatu individu dengan individu lainnya dan dari satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Umumnya setiap individu menggunakan strategi koping yang sudah pernah digunakan sebelumnya dan berhasil, bila koping tersebut tidak berhasil papada situasi tertentu strategi lainnya dapat dipertimbangkan. Mekanisme Koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekansme ini dibagi menjadi 2 yaitu mekanisme koping adiptip dan maladiptif . Sedangkan, Mekanisme pertahanan diri atau ego adalah adalah bentuk kebiasaan atau pola seseorang untuk melepaskan diri dari perasaan tidak nyaman lainnya Mekanisme pertahanan diri atau ego terdiri atas Rasio, Represi, Menyangkal, Isolasi, Supresi, Pemindahan (Displacement), Proyeksi, Introyeksi, Regresi, Formasi Reaksi, Identifikasi, Fantasi , Kompensasi, Intelektualisasi, Sublimasi.



B. Tujuan Penulisan Pada dasarmya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan jiwa (Blok Neurobehaviour II). Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui definisi mekanisme koping 2. Untuk mengetahui klasifikasi mekanisme koping 3. Untuk mengetahui metode koping 4. Untuk mengetahui mekanisme pertahanan ego



C. Sistematika Penulisan Makalah ini tersusun dari BAB pertama sampai dengan BAB ketiga, yaitu BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, sistematika penulisan. BAB II Pembahasan, terdiri dari mengetahui Pengertian mekanisme koping, klasifikasi mekanisme koping, metode koping, mekanisme pertahanan ego. BAB III, Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran dan Daftar Pustaka.



D. Rumusan Masalah 1. Apa definisi mekanisme koping? 2. Apa saja klasifikasi mekanisme koping? 3. Bagaimana metode koping? 4. Bagaimana mekanisme pertahanan ego?



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Mekanisme Koping Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengencam baik secara koqnitif maupun perilaku. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi serta koqnisi terhadap stressor tersebut. Mekanisme pertahanan diri atau ego adalah bentuk kebiasaan atau pola seseorangan untuk melepaskan diri dari perasaan tidak nyaman lainnya . Pada awalnya mekanisme ini dibutuhkan agar seseorang masih dapat berfungsi dalam kehidupan sehari–hari.Namun, setelah menjadi kebiasaan, dalam banyak hal, pola ini justru memperburuk kondisi seseorang, karena tidak menyelesaikan masalah, bukan kadang menambah hal baru yang dibereskan. Konseling perlu mendorong seseorang untuk keluar dari mekanisme pertahanan yang bersifat deskruktif . Seorang ahli medis bernama ZJ Lipowski dalam penelitiannya memberikan definisi mekanisme coping adalah semua aktivitas kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahankan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak, dan membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan. Efektivitas coping memiliki kedudukan sangat penting dalam ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan penyakit (fisik maupun



psikis). Jadi, ketika terdapat stressor yang lebih berat (dan bukan yang biasa diadaptasi), individu secara otomatis melakukan mekanisme coping, yang sekaligus memicu perubahan



neurohormonal.



Kondisi



neurohormonal



yang



terbentuk



akhirnya



menyebabkan individu mengembangkan dua hal baru: perubahan perilaku dan perubahan jaringan organ.



B. Klasifikasi Mekanisme Koping Lipowski membagi coping menjadi: coping style dan coping strategy. Coping style adalah mekanisme adaptasi individu yang meliputi aspek psikologis, kognitif, dan persepsi.Coping strategy merupakan coping yang dilakukan secara sadar dan terarah dalam mengatasi rasa sakit atau menghadapi stressor.Apabila coping dilakukan secara efektif, stressor tidak lagi menimbulkan tekanan secara psikis, penyakit, atau rasa sakit, melainkan berubah menjadi stimulan yang memacu prestasi serta kondisi fisik dan mental yang baik. Mekanisme koping menunjuk pada baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Mekanisme koping merupakan suatu proses di mana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya.



Contoh: Seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau Aids. Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping, yaitu active & avoidant coping strategi (Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action & Palliative). Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stres, sementara avoidant coping merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yang dilakukan individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu karena cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan. Permasalahan akan semakin menjadi lebih rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan menambah kepekaan terhadap ancaman. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi strategi koping, antara lain : 1.



Kesehatan fisik Kesehatan fisik merupakan hal yang penting, karena selam dalam usaha mengatasi stress individu dituntut unutk mengerahkan tenaga yang cukup besar.



2.



Keyakinan atau pandangan positif Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinanakan nasib(external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan(helplessness) yang akan menurunkan kemampuan stategi coping tipe : problem-solving focused coping



3.



Keterampilan Memecahkan masalah, keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalahdengan tujuan unutk



menghasilkan alternative tindakan, kemudian mempertibangkan alternative tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. 4.



Keterampilan social Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara cara yang sesuai dengan nilai-nilai social yang berlaku dimasyarakat



5.



Dukungan social Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, suadara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.



6.



Meteri Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barabg-barang atau layanan yang dapaat dibeli.



C. Metode Mekanisme Koping Koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif untuk digunakan dalam jangka panjang. Karakterisktik koping jangka pendek antara lain : a.



Aktifitas yang dapat memberikan kesempatan lari dari krisis Contoh : menonton televise, kerja keras, olahraga berat



b.



Aktifitas yang dapat memberikan indentitas pengganti sementara Contoh : ikut kegiatan social, politik dan agama



c.



Aktifitas yang memberikan kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri Contoh : aktifitas yang berkompetisi yaitu pencapaian akademik atau olahraga



d.



Aktifitas yang mewakili jarak untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan Contoh : peyalahgunaan zat



Koping jangka panjang Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realitis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang lama, contohnya antara lain menggunakan alcohol atau obat, melamun dan fantasi, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan, tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, banyak tidur, banyak merokok, menangis, beralih pada aktifitas lain agar dapat meluapkan masalah Koping jangka panjang dikatagorikan dalam penutupan identitas dan identitas negative a.



Penutupan identitas Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu



b.



Identitas negative Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterimaa oleh nilai-nilai dan harapan masalah.



Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi dua (Stuart dan Seddeen, 1995) a.



Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secra efektif, teknik relasasi, latihan seimbang dan aktifitas konstruktif



b.



Mekanisme koping maladaptive Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecahkaann pertumbuhan, menurunkan o-tonomi dan cenderung menguasai lingkungan.



D. Mekanisme Pertahanan Ego Merupakan cara ego untuk menghilangkan tekanan kecemasan yang berlebih-lebihan dengan cara yang ekstrim. Ciri umum :  Menyangkal, memalsukan atau mendistorsikan kenyataan.  Bekerja secara tak sadar sehingga orang tidak tahu apa yang sedang terjadi.



Bentuknya : 1. Represi, Yaitu melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan ―> Mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketaksadaran atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Represi merupakan konsep paling awal dalam psikoanalisa. Represi merupakan salah satu konsep yang paling penting ―> menjadi basis banyak pertahanan ego lainnya. Merupakan Mekanisme Pembelaan Ego dengan menyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi nirsadar (dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi membantu individu mengontrol impuls-impuls berbahaya. 2. Proyeksi, Mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain, atau mekanisme yang digunakan untuk mengubah kecemasan neurotik, moral menjadi ketakutan yang objektif. Misal : “Ia memberi saya”, sebagai ganti “Saya membenci dia”. Merupakan Mekanisme Pembelaan Ego yang berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan impuls-impuls sendiri. 3. Pembentukan Reaksi, Yaitu tindakan defensif yang berupa menggantikan suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikanya dalam kesadaran. Impuls asli masih tetap ada tetapi tertutup atau tersembunyi di balik suatu impuls yang lain yang tidak menimbulkan kecemasan. Ditandai oleh sifat serba berlebihan serba kompulsif. Merupakan Mekanisme Pembelaan Ego dengan bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrim dan sukar diterima. 4. Fiksasi, Menjadi terpaku pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah-langkah ke tahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan. Mekanisme Pembelaan Ego yang perkembangannya berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran, dsb. (sehingga perkembangan selanjutnya terhambat) 5. Regresi, Kembali ke suatu tahap perkembangan yang lebih awal, karena seseorang mendapatkan pengalaman-pengalaman traumatik. Merupakan Mekanisme Pembelaan Ego yang kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif).



6. Rasionalisasi, Menciptakan alasan-alasan yang “baik” guna menghidupkan ego dari cidera ―> Memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan. Mekanisme pembelaasn ego yang memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan Harga dirinya. 7. Sublimasi, Menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya. Mekanisme Pembelaan Ego dengan mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan. 8. Penyangkalan, Pertahanan melawan kecemasan dengan “menutup muka” terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Mekanisme pembelaan ego dengan menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak. 9. Displacement, Mengerahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya tidak bisa dijangkau. Merupakan Mekanisme Pembelaan Ego dengan berusaha mengesampingkan reaksi emosi melalui proses kesadaran. 10. Introjeksi, Merupakan Mekanisme Pertahanan Ego yang juga Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma dari luar diikuti atau ditaati, sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman-ancaman dari luar. 11. Undoing, Mekanisme pembelaan ego dengan niadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan. 12. Insulasi Emosional, Mekanisme Pembelaan Ego dengan berusaha untuk menghindari perasaan.dengan harapan tidak memperoleh kesakitan atau sikap antisipasi. 13. Acting Out, Mekanisme Pembelaan Ego yang langsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang. 14. Kompensasi, Mekanisme pembelaan ego dengan menutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau kelebihannya. 15. Simbolisasi, Mekanisme pembelaan ego dengan menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya.



16. Disosiasi, Mekanisme pembelaan ego dengan adanya pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran /identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu. 17. Konversi, Adalah Mekanisme Pembelaan Ego transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaian masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi tempramen individual, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut.



3.2 Saran Melalui makalah ini, penulis menyarankan pada pembaca agar dapat mengaplikasikan mekanisme koping secara tepat dalam masalah dikehidupan sehari-hari. Aplikasi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, tentunya harus dengan pemahaman konsep terlebih dahulu. Untuk itu, sebaliknya pembaca dapat memahami konsep mekanisme koping dari berbagai sumber, salah satunya makalah ini.



Artikel “Mekanisme Koping dan Mekanisme Pertahanan Mental”



1. Konpensasi Ratna Inrawasi Ibrahim



Definisi : Memperbaiki citra diri dengan menonjolkan keistimewaan / kelebihan yang dimiliki. Penjelasan: Ratna Inrawasi Ibrahim (Lahir 24 April 1949 – meninggal 28 Maret 2011 pada umur 61 tahun) merupakan seorang sastrawan kebanggaan Indonesia. Dimana, dalam kekurangan fisik yang dimiliki tetapi dia melahirkan karya sastra secara produktif. Hasil karyanya lebih dari 400 karya cerpen & novel yang diliris sejak usia muda. Jadi seorang yang memiliki kekurangan fisik bukan berarti tidak mempunyai kelebihan. Sikap Ratna Inrawasi Ibrahim dapat dicontoh sebagaimana keuletan, kegigihan dan pantang menyerah yang dimilikinya.



2. Penyangkalan / Denial



Defnisi



: Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Bila individu menyangkal kenyataan, maka ia menganggap tidak ada / menolak pengalaman



yang



tidak



menyenangkan



(Sebenarnya



mereka



sadari



sepenuhnya) dengan maksud melindungi diri. Penjelasan : Terkait contoh kasus yang sudah dilampirkan gambar dilembar berikut ini, menjelaskan bahwa “ada ABG dia melakukan kebohongan dengan mengaku disiksa”. Sikap ABG ini penyangkalan yang tidak setuju terhadap realitas. Alasannya kenapa ABG ini berbohong, masih diselidiki. Tetapi terungkap ABG ini pernah menjalin hubungan dengan si pelaku. Kemungkinan, ABG ini sakit hati kepada si pelaku menjadikan ia berbohong. 3. Pemindahan / displacement



Definisi



: Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral / lebih sedikit mengancam dirinya.



Penjelasan : Dalam contoh kasus diatas adalah sifat pengalihan emosi. Seperti, sang ayah kesal dan bertengkar dengan istrinya. Kemudian, Sontak melakukan tindakan yang tidak manusiawi. Melakukan tindakan membanting bayinya sendiri hingga meninggal. Sikap sang ayah ini harus dipertanggung jawabkan oleh pihak yang berwajib dan sang ibu masih sangat terpukul atas kejadian ini. 4. Disosiasi



Definisi



: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau prilaku dari kesadaran / Identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.



Penjelasan : Seorang Pengacara yang ngamuk diperjalanan persidangan karena terpancing emosi. Ternyata, tidak mampu menjelaskan kembali kejadian yang sudah terjadi dipersidangan. (Pengacara itu lupa sama sekali pada saat ditanya wartawan).



5. Identifikasi / identification



Definisi



: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.



Penjelasan : Tindakan Sarah dan Valeria sangatlah mengidolakan boneka Barbie. Mereka rela merubah fisiknya menyerupai boneka Barbie, pikiran, perilaku Barbie juga ia lakukan. Sebetulnya, memiliki idola sebagai panutan hal yang positif, asal dapat memilah-milah mana yang pantas ditiru dan yang tidak. Jika kita terlalu berlebihan dakan berdampak negative yaitu terjerumus stress, penyimpangan moral atau pelanggaran karakter.



6. Intelektualisasi



|



Definisi : Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. Penjelasan : Contoh gambar tersebut adalah tidak ingin pergi mendaki gunung dengan alasan bahwa sangat berbahaya dan banyak resiko yang akan harus diterima, sekalipun menyangkut nyawa sendiri. Jika tidak pergi untuk mendaki gunung juga tidak akan banyak masalah. Yang hanya, kurang pengalaman. Tetapi, banyak hal juga untuk mencari pengalaman lain tanpa harus mendaki gunung.



7. Introjeksi/ introjection



Definisi



: Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang / suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.



Penjelasan : Contoh gambar tersebut adalah rasa benci / kecewa terhadap kehidupannya yang telah ditinggalkan oleh orang-orang tersayangnya, dialihkan dengan cara ia ingin bunuh diri dan terlebih dahulu menyalahkan diri sendiri.



8. Isolasi/Isolation



Definisi



: Pemisahan unsure emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara / berjangka lama.



Penjelasan : Contoh dalam gambar ini adalah dua perawat sedang merawat seorang pasien penderita virus ebola. Virus ebola sangat menular, mematikan, dan menyebabkan perdarahan tidak terkendali. Tetapi, perawat tidak merasa terganggu akan pikiran tentang tersebut. Mereka tetap merawat pasien tersebut, walaupun belum ada obat & vaksin untuk menyembuhkannya. 9. Proyeksi



Definisi



: Pengalihan buah pikiran / impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional & motivasi yang tidak dapat ditoleransi.



Penjelasan : Contoh kasus tersebut adalah tindakan tidak terpuji karena mencakup ada guru yang mencontek pada saat tes kepala sekolah. Menyangkal tidak melakukan mencontek tetapi berbalik menuduh hanya menengok / berbalik kebelakang untuk menyampaikan informasi ke temannya. Apapun alsannya, seharusnya lebih fokus pada ujiannnya. 10.



Rasionalisasi



Definisi : Usaha individu mencari alasan yang dapat diterima secara social untuk membenarkan / menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik atau yang baik adalah yang buruk. Penjelasan : Terlihat pada gambar diatas adalah tindakan menjewer telinga pada anak. Alasannya yaitu karena anak ini sangat bandel dan suka melawan perkataan orangtua. Padahal, anak ini hanya butuh perhatian yang lebih dari orangtuanya.



11. Reaksi Formasi



Definisi



: Individu mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan motif & perasaan sebenarnya dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan.



Penjelasan : Dalam gambar diatas dapat disimpulkan pembentukan reaksi seorang yang akan melakukan perjanjian tetapi rekannya menyembunyikan motif dan perasaan yang jahat. Padahal didepan pada saat bertemu, sangat manis dan lembut. 12 Regresi



Definisi : Respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas individu yang berusia lebih muda.



Penjelasan : Terkait gambar tersebut adalah seorang anak kecil yang baru memperoleh adiknya, terlihat dia frustasi / respon tidak perduli. Karena, takut kehilangan kasih sayang dari orangtuanya & belum bisa dapat menerima kehadiran adik barunya. 13 Represi



Definisi



: Upaya individu menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, dll yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih ada pengaruhnya terhadap perilaku.



Penjelasan : Dalam gambar tersebut yaitu seorang wanita yang hamil lebih dari satu kali. Tidak merasakan kecemasan akan melahirkan. Tetapi menganggap hal ini sudah pernah dilalui dan menerima sebagai kodrat wanita yang harus dijalankan.



14. Pemisahan/ Splitting



Definisi : Sikap mengelompokkan orang dianggap semuanya baik / semuanya buruk, kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif & negative didalam diri seseorang. Penjelasan : Menurut gambar diatas adalah orang pada suatu hari mengatakan bahwa tidak akan korupsi pada sumpah jabatan tetapi kemudian hari ia korupsi. Orang ini tidak konsisten dan tidak amanah dalam mengemban tugasnya yang telah diberi kepercayaan pada dirinya. 15. Sublimasi



Definisi : Penerimaan suatu saran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.



Penjelasan : Terkait gambar diatas adalah seorang tokoh ternama yaitu Dahlan Iskan. Mulai dari nol memulai bisnisnya. Kemudian ia ditipu tidak menjadikan ia patah semangat. Mulai merambah dunia bisnis lagi seperti Jawa Pos, Fangbian Iskan Corporindo (FIC), Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sekarang sukses dibidang Politik dan menjadi Menteri Badan Usaha MIlik Negara Indonesia ke-6. 16. Supresi



Definisi : Proses pengendalian dari yang terang-terangan ditujukan menjaga agara impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga. Penjelasan : Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas. Dan hal yang dilakukan ialah menyendiri untuk meredam emosi. 17 . Undoing



Definisi



: Tindakan komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan / komunikasi sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitive.



Penjelasan : Terkait dengan gambar tersebut yaitu seorang anak yang sudah berbuat salah dengan membantah ucapan seorang ibu kemudian dia meminta maaf dengan mencium tangan ibunya. 18. Fiksasi



Definisi : Dalam menghadapi kehidupannya individu diharapakan pada situasi menekan yang membuatnya frustasi dan cemas. Sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya berhenti Sementara / Selamanya. Individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Penjelasan : Terkait gambar diatas yatu ada seorang individu sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri.



19. Menarik Diri



Definisi : Reaksi ini merupakan respon umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis. Penjelasan : Terkait gambar diatas yaitu siakp seorang yang menarik diri dari lingkungan sekitar. Kejadian ini cukup banyak dan seharusnya ada dukungan terdekat untuk mendekati, menemani dan bercerita. 20. Mengelak



Definisi : Bila individu merasa diliputi oleh stress yang lama, kuat dan terus-menerus, individu cenderung mencoba mengelak. Bila secara fisik mengelak atau menggunakan metode yang tidak langsung.



Penjelasan : Terkait dengan kasus diatas yaitu antara Ahok dan DPRD DKI Jakarta saling menyalahkan dan mengelak. Seharusnya, sebagai pemimpin memberikan contoh yang baik. 21. Fantasi



Definisi : Dengan berfantasi pada yang mungkin menimpa dirinya, individu merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa yang tidak menyenangkan, menimbulkan kecemasan dan mengakibatkan frustasi. Individu yang sering melamun kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya lebih menarik daripada kenyataan sesungguhnya.Bila



fantasi



ini



dilakukan



dengan



proporsional



dan



dalam



pengendalian kesadran yang baik, maka fantasi menjadi cara sehat untuk mengurangi stress. Penjelasan : Contoh gambar diatas yaitu seorang nenek yang sedang melamun. Dan cara yang dilakukan dalam kesadran yang baik untuk mengurangi stress yang ada didirinya.



22. Simbolisasi



Definisi



: Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai symbol pengganti keadaan / hal yang sebenarnya.



Penjelasan : Terkait gambar diatas adalah seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kecemasannya. 23. Konversi



Definisi : Transformasi konflik emosional kedalam bentuk gejala-gejala jasmani.



Penjelasan : Terkait contoh kasus diatas yaitu Pelajar yang tidak mengerjakan tugas, tiba-tiba tidak masuk sekolah dan membolos pada saat jam sekolah. Kemudian, ditangkap oleh polisi untuk membuat efek jera.



DAFTAR PUSTAKA



Ahyarwahyudi. 2010. Konsep Diri dan Mekanisme Koping dalam Proses Keperawatan. Wordpress.com(Online)(diaksespadatang11februari2010) Alimul,H.aziz. 2007. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Gail W.Stuart. 2006. (Ed.5.Cet 1). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Potter,Patricia A.;Perry,Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,proses,dan praktik. Jakarta : Penerbit EGC Nursalam. 2008. (Edisi 2). Konsep dan penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Rasmun. 2004. Stres,Koping dan Adaptasi,Sagung Seto, Jakarta Siswanto. 2004. Kesehatan Mental, konsep,cakupan dan perkembangannya. CV. Andi Offeset, Yogyakarta W.F.Maramis. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press : Surabaya