Contoh Refleksi Pembelajaran [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ihsan
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Refleksi Pembelajaran Konsep refleksi memiliki beberapa pengertian yang berbeda yaitu : 1. Pengertian pertama refleksi dapat berarti menempatkan sebuah proses pembelajaran untuk dilihat dan disajikan kembali dalam diskusi dengan tujuan melihat sajian pembelajaran tersebut secara lebih detail. 2. Pengertian kedua, refleksi dapat bermakna sebagai manfaat yang ditemukan dari tujuan tersirat sebuah penelitian. 3. Pengertian ketiga, refleksi dapat bermakna proses mental yang rumit untuk memikirkan solusi yang belum pasti dari suatu masalah (Moon, 1999: 4). Berdasarkan tiga rumusan pendapat di atas dapat dirajut pengertian bahwa refleksi merupakan sebuah kegiatan mengkaji kembali berbagai tindakan yang telah dilakukan agar dapat melihat secara detail berbagai masalah yang ada sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah dan perbaikan tindakan di masa yang akan datang. Refleksi sebagai sebuah proses berakar pada paradigma keilmuan interpretatif. Refleksi mewujud dan berfungsi jika dipahami dan dilaksanakan, bukan ketika dibutuhkan sebagai satu output kegiatan (McIntosh, 2010: 39-44). Oleh karena itu, proses mengkaji di dalam refleksi bertujuan melihat berbagai tindakan yang dilakukan, memahami tindakan tersebut dan membuat pemaknaan tindakan dalam kaitannya dengan masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang  Dalam mengkaji refleksi, beberapa ahli melihat bahwa refleksi merupakan sebuah aktivitas yang memiliki kaitan dengan tugas-tugas profesional. Refleksi menjadi aktivitas utama misalnya dalam keprofesian kesehatan (kedokteran), keprofesian pendidikan, keprofesian hukum, hingga dalam keprofesian peneliti sosial (Schon, 1983; Moon, 1999; McIntosh, 2010). Digunakannya refleksi dalam keprofesian tersebut karena refleksi merupakan kegiatan yang dipandang menjadi dasar utama meningkatkan kualitas praktik profesional dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam dunia keprofesian pendidikan, refleksi merupakan kegiatan yang digunakan para pendidik (guru/dosen/widyaiswara) untuk meningkatkan kualitas praktik pendidikan di institusi tempat mengabdi. Di lingkungan sekolah, para guru dibeberapa negara termasuk juga di Indonesia, sudah terbiasa melakukan aktivitas refleksi yang biasanya disebut sebagai refleksi pembelajaran. Refleksi pembelajaran yaitu kegiatan melihat kembali dan mengkaji kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, untuk menemukan berbagai kelebihan dan kelemahan diri dalam proses pembelajaran sehingga dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Refleksi pembelajaran umumnya dilakukan pada akhir tahapan pembelajaran. Refleksi pembelajaran dilakukan bersama antara guru dan siswa. Jika dalam proses pembelajaran menghadirkan observer misalnya kepala sekolah atau guru lain, maka refleksi pembelajaran dapat dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak tersebut. Kegiatan refleksi dalam pembelajaran memiliki beberapa tujuan penting, yaitu: 1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pencapaian siswa dalam pembelajaran. 2. Untuk mendapatkan gambaran mengenai berbagai hal yang mendukung maupun menghambat siswa dalam belajar. 3. Untuk menggali pendapat siswa mengenai minatnya terhadap pembelajaran. 4. Untuk melatih siswa berani melakukan evaluasi terhadap dirinya. 5. Untuk menyerap aspirasi siswa mengenai kebutuhan dan keinginan mereka dalam pembelajaran.



6. Untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan guru dalam mengelola pembelajaran. 7. Untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan guru dalam penyajian materi dan penguasaan kelas. Berdasarkan tujuan di atas, refleksi pembelajaran merupakan aktivitas yang penting dilakukan agar dapat diperoleh informasi yang valid dan komperhenship tentang bagaimana strategi meningkatkan kualitas pembelajaran, serta sebagai aktivitas yang dapat memetakan sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Disamping itu refleksi pembelajaran pembelajaran juga bermanfaat bagi siswa untuk mencapai kepuasaan diri karena memiliki saluran yang tepat untuk menjalin komunikasi positif dengan guru.  Refleksi pembelajaran memiliki manfaat penting untuk siswa maupun untuk guru. Manfaat tersebut yaitu: (1) Bagi siswa, kegiatan refleksi bermanfaat menyalurkan ide, gagasan, dan pendapat, kepada guru dan memberikan kesan atas proses pembelajaran yang baru saja dialami; (2) Bagi guru, kegiatan refleksi bermanfaat sebagai sarana mengamati kelas untuk memetakan dan memahami karakter dan daya saing peserta didik sehingga memudahkan pada saat membagi kelompok, menetapkan keluasan dan kedalaman materi, memodifikasi pembelajara, dan melakukan evaluasi pembelajaran. FungsiRefleksiPembelajaran Dalam melihat fungsi refleksi, Habermas menyatakan bahwa refleksi merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik teoritik maupun praktik (Moon, 1999: 13). Penggunaan refleksi sebagai sarana untuk mendukung dan mengembangkan tindakan praktis semakin diakui utamanya dalam dunia pendidikan, perawatan kesehatan, dan ilmu sosial. Refleksi digunakan untuk membangun kedalaman pengetahuan dan makna, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang-orang yang sedang berlatih menjadi praktisi profesional (McIntosh, 2010: i). Berdasarkan beberapa pandangan di atas, refleksi pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Menstransformasikan pengalaman menjadi pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, berbagai pengalaman dalam belajar akan terbentuk menjadi pengetahuan yang bermakna manakala guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pengalaman tersebut; 2. Mengendalikan/menjadi alat kontrol kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan refleksi, berbagai aspek pembelaajran yang masih kurang baik dapat diperbaik sesuai dengan pendapat dari siswa; 3. Mengevaluasi kemajuan siswa melalui penilaian mereka terhadap diri mereka sendiri; 4. Mengembangkan kemampuan afeksi siswa dalam hal penerimaan diri atas pencapaian dalam pembelajaran; 5. Membantu mengembangkan pemahaman dalam penggunaan pengalaman siswa sebagai bahan pelajaran tanpa meninggalkan konteks belajar itu sendiri. Prinsip-PrinsipRefleksi Refleksi pembelajaran sebagai sebuah kegiatan yang menjadi bagian dari kinerja profesional memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya. Merujuk pada pemikiran



Ghaye dan Ghaye (dalam McIntosh, 2010: 45-46) terdapat sepuluh prinsip yang disarankan dapat digunakan sebagai dasar melaksanakan refleksi secara umum, yaitu: 1. Peningkatan. Refleksi harus dipahami sebagai seperangkat makna, pernyataan, cerita, dan sebagainya yang menghasilkan sebuah versi dari persitiwa pembelajaran. Wacana reflektif tersebut harusnya menjadi jantung dari peningkatan praktik. 2. Berbasis pengalaman. Refleksi dipicu dan dikembangan oleh pengalaman. Merefleksikan sesuatu adalah cara mengungkapkan kembali pemikiran dan perilaku seseorang dengan cara yang khusus. 3. Kelaziman. Refleksi berarti melihat kembali nilai-nilai yang diyakini selama ini perihal pemahaman profesional dan praktik profesional. Refleksi bukanlah melihat hal-hal yang tak lazim atau yang luar batas, refleksi jutru mendiskusikan tentang kelaziman berbagai hal yang terjadi setiap hari. Dalam refleksi, berbagai peran professional yang dijalani harus mempertimbangkan apa yang bisa dilakukan, sehingga pemahaman seorang profesional dapat berkembang lebih baik. 4. Menjelaskan. Refleksi merupakan kegiatan memberikan penjelasan kembali atas cara atau strategi yang sudah diterapkan dan mengkaji ketepatan cara tersebut. 5. Mempertimbangkan. Refleksi merupakan kegiatan yang mempertimbangkan dan menanyakan kembali apakah sesuatu yang dikerjakan bermasalah. Apakah yang dikerjakan sudah sistematis sehingga dapat menjadi sumber belajar yang  berkelanjutan dari hal tersebut. 6. Kepentingan/Urgensi. Refleksi bermakna menggunakan sesuatu yang diketahui dan dipelajari untuk menginformasikan peningkatan. Hal tersebut dilakukan untuk tujuan positif dan konstruktif berbasis pengetahuan yang dimiliki. Refleksi merupakan tindakan untuk memikirkan apa yang penting dari tindakan yang  dilakukan dan dampaknya bagi dunia profesi yang ditekuni. 7. Berpikir Kritis. Prinsip ini berarti bahwa refleksi merupakan penerapan pemikiran kritis ke dalam tindakan praktis dengan cara mempertanyakan berbagai kemungkinan atau menghadirkan pertanyaan yang menantang, baik untuk diri sendiri atau untuk kelompok sehingga perubahan dapat terealisasikan. 8. Berpikir Simbolik. Prinsip ini bermakna bahwa refleksi adalah cara memecahkan ruang simbolik di sekitar kita. Sebagai contoh misalnya mengapa sebuah lingkungan dilengkapi dengan cara tertentu? bagaimana hubungan antar manusia dapat terbangun? apa yang penting dan layak dalam sebuah lingkungan? dan sebagainya. Simbolisme adalah elemen penting dalam wacana reflektif. 9. Keterhubungan. Refleksi adalah aktivitas yang menghubungkan pengetahuan teoretis dan aplikasi praktis. Aktivitas tersebut memungkinkan para praktisi dapat menciptakan teori aksi yang bermakna bagi kehidupan nyata. 10. Eklektik/Memilih. Refleksi adalah cara untuk menggambarkan pengetahuan dengan cara yang lain. Artinya dengan refleksi seseorang dapat memilih bagaimana pengetahuan diperoleh dan dipahami untuk selanjutnya melakukan tindakan dengan menggabungkan berbagai pendekatan. Di dalam konteks pembelajaran refleksi pada umumnya dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Namun demikian Schon (1983) menyarankan pentingnya refleksi pada saat tindakan pembelajaran (in action) dan pada akhir tindakan  (on action). Dalam konteks kegiatan pembelajaran, refleksi pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan prinsip yaitu:



1. Berorientasi Peningkatan Kualitas. Artinya refleksi pembelajaran didasarkan ada kesadaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Kebebasan/Kemerdekaan. Artinya setiap elemen proses pembelajaran baik guru maupun siswa diberi kebebasan memberikan penilaian/pendapat sebagai respon atas pembelajaran. Tidak diperkenankan ada unsur paksaan atau intimidasi dalam proses refleksi. 2. Kritis. Refleksi pembelajaran dilakukan dengan didasarkan pada pertanyaan kritis agar diperoleh penilaian yang kritis dan dapat dirumuskan solusi permasalahan yang praktis. 3. Jujur. Refleksi pembelajaran hendaknya didasarkan pada penilaian yang jujur agar diperoleh hasil refleksi valid dan dapat dijadikan dasar perbaikan. 4. Menyeluruh. Refleksi pembelajaran seyogyanya dilakukan untuk melihat secara keseluruhan proses pembelajaran, dan dapat dilakukan dalam proses maupun di akhir proses pembelajaran. 5. Berkelanjutan. Hasil dari reflelsi pembelajaran hendaknya menjadi dasar melakukan tindak lanjut perbaikan, dan benar-benar diterapkan dalam proses pembelajaran selanjutnya. JenisPendekatanRefleksiPembelajaran Dalam perkembangan praktik profesional di beberapa bidang, termasuk dalam bidang pendidikan, berkembang dua jenis pendekatan untuk melakukan proses refleksi, yaitu: 1. Refleksi in action (pada saat tindakan berlangsung), dan 2. Refleksi on action setelah tindakan selesai dilakukan. Dua jenis pendekatan ini berbasis pada pemikiran Donald Schon (1983) pada saat menganalisis cara berpikir seorang profesional. Pemikiran Schon didasarkan pada kenyataan bahwa umumnya model penyiapan figur profesional muncul dalam bentuk pemberian pengetahuan teknis yang relevan dengan praktik keprofesian sesuai disiplin ilmu profesi tersebut. Namun model penyiapan tersebut ternyata gagal untuk menyiapkan figur profesional yang memiliki kapasitas dan kemampuan kerja profesional, karena kerja profesional membutuhkan asosiasi berpikir dan keterampilan yang kompleks. Dengan pemikiran tersebut maka Schon mengusulkan perlunya kegiatan refleksi saat tindakan maupun di akhir tindakan untuk memastikan tindakan terkendali dan peluang kegagalan dapat diminimalisir (Moon, 1999). Melalui karyanya, Schon menawarkan istilah berpikir saat tindakan (yaitu saat melakukan sesuatu) dan berpikir setelah bertindak (yaitu setelah dilakukan tindakan) sebagai langkah penting dalam pendidikan profesional terkini. Argumen Schon bahwa para profesional memang dapat menguasai disiplin keilmuannya secara spesifik namun mereka tidak siap mengelola hubungan interaktif antara manusia dengan disiplin tersebut, serta mengelola dampaknya dalam kehidupan sosial (McIntosh, 2010: 44; Moon, 1999: 40). Berdasarkan pandangan Schon di atas, guru sebagai profesional semestinya tidak hanya menguasai disiplin keilmuan pedagogi dan profesional semata, namun harus mampu mengaplikasikannya dan mengembangkannya dalam interaksi keprofesian di sekolah atau di kelas. Salah satu strategi pengembangan tersebut yaitu dengan kegiatan refleksi pembelajaran. Dari kegiatan refleksi ini dapat diperoleh dua keuntungan yaitu keilmuan guru yang berkembang dan kualitas praktik pembelajaran yang meningkat. Sebagai bahan pengembangan wawasan mengenai refleksi, berikut ini mari kita cermati bersama dua



pendekatan dalam kegiatan refleksi menurut Schon yaitu refleksi saat pembelajaran dan refleksi setelah pembelajaran. 1. Refleksi saat pembelajaran (reflect in action) Refleksi pada saat pembelajaran adalah kebiasan untuk mengamati perihal bagiamana kita berpikir pada saat proses tindakan berlangsung dan menyesuaikan pemikiran kita pada kebutuhan perubahan yang coba kita raih. Refleksi pada saat pembelajaran adalah pengelolaan pendekatan refleksi yang real time yang digunakan untuk menganalisis situasi, menganalisis kesesuaian rencana awal dengan situasi saat tindakan, dan ciri model mental dalam menanggapi masalah yang dihadapi. Schon mengibaratkan reflect in action sebagai “dialog dengan situasi” atau gerak perubahan yang baru (Ferreira, 2020). Seorang profesional yang melakukan reflect in action akan menghasilkan dua perubahan yaitu perubahan internal dan eksternal. Pada saat bersamaan seorang profesional yang melakukan reflect in action akan merubah situasi pada saat ia mengubah dan menerapkan idenya. Pada akhir refleksi ia akan menemukan cara baru untuk mengahadapi sebuah situasi, artinya ia mengalami peningkatan kapasistas atau kemampuan. Proses reflect in action adalah proses merefleksi sesuatu yang terjadi. Dalam konteks pembelajaran, reflect in action adalah proses memikirkan dengan segera suatu ketidaksesuaian atau permasalahan yang ditemui pada saat pembelajaran berlangsung, untuk segera dapat merespon dengan langkah perbaikan. Secara sederhana langkah reflect in action tersebut tersusun dalam urutan: 1. 2. 3. 4.



mempertimbangkan situasi, berpikir kritis untuk memetakan alternatif tindakan yang mungkin dapat diambil, memutuskan tindakan apa yang harus diambil, dan segera melakukan tindakan tersebut.



Berdasarkan langkah di atas, guru sebagai profesional yang melakukan refleksi saat pembelajaran berlangsung harus memiliki kepekaan dalam melihat situasi pembelajaran. Dasar utama menemukan permasalahan atau ketidak sesuaian adalah pemeriksaan terhadap rencana pembelajaran dan pemikiran kritis atas situasi yang terjadi. Setelah mengidentifikasi adanya permasalahan, guru harus segera memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan. Setelah diidentifikasi berbagai tindakan yang mungkin maka guru dapat memutuskan tindakan yang dipilih dan menerapkanya. Melihat konstruksi langkah dalam reflect in action di atas maka dapat dicemati bahwa model refleksi di atas adalah model yang tidak mudah dilakukan. Untuk dapat melakukan reflect in action dibutuhkan kepekaan guru dalam mengamati perkembangan proses pembelajaran. Selain itu, dibutuhkan kemampuan analisis situasional yang baik, kecepatan berpikir kritis, dan keberaninan untuk memutuskan tindakan yang harus diterapkan. Oleh karena itulah Moon (1999: 4749) mengkritisi pemikiran Schon mengenai reflect in action dengan satu pertanyaan yang kritis yakni “apakah seseorang mampu melakukan refleksi sementara ia sedang melakukan tindakan?” Kerumitan dalam pelaksanaan reflect inaction inilah yang membuat Moon (1999) sangsi bahwa hasil refleksi yang diperoleh valid dan tindakan yang diputuskan tepat. Namun demikian, meskipun tampak rumit, karya Schon tersebut telah mendorong munculnya tradisi penting yaitu melakukan refleksi saat berlangsungnya tindakan dan setelah tindakan berakhir, terutama dalam lingkungan pendidikan profesional saat ini.



2. Refleksi setelah pembelajaran (reflect on action) Refleksi setelah tindakan (reflect on action) adalah refleksi yang dilakukan  setelah tindakan selesai. Di dalamnya terdapat aktivitas rekonstruksi pengalaman, berdasarkan apa yang bisa kita ingat tentang tindakan tersebut. Refleksi setelah tindakan adalah upaya melangkah kembali kepada pengalaman lampau, mengeksplorasi ingatan, merinci berbagai hal yang dapat diingat, mengatur elemen-elemen peristiwa dalam memori ingatan yang terpisah-pisah dengan tujuan memahami apa yang terjadi dan mengambil pelajaran Bolton (2005) dalam Ferreira (2020) menyatakan bahwa tindakan reflektif setelah pembelajaran adalah proses belajar dan proses pengembangan melalui pemeriksaan terhadap tindakan yang kita lakukan sendiri, dan membuka pengawasan dari pihak lain dengan mempertemukan berbagai disiplin ilmu. Bolton meyakini bahwa pengetahuan tersimpan dalam gugusan peristiwa dan penceritaan atas peristiwa tersebut. Dalam bagian-bagian cerita tersebut kita dapat kembali mengingat dan melihat elemen-elemen yang tidak dapat kita lihat pada saat tindakan berlangsung. Dalam konteks pembelajaran, reflect on action dilakukan guru setelah proses pembelajaran selesai. Kegiatan refleksi tersebut dapat dilakukan di kelas yang dipimpin oleh guru dengan melibatkan siswa. Kegiatan refleksi setelah pembelajaran dapat juga dilakukan di luar kelas dengan melibatkan rekan guru atau pihak lain yang diminta melakukan observasi atas proses pembelajaran sebagaimana yang dijelaskan oleh Bolton di atas.  Refleksi setelah pembelajaran merupakan kegiatan refleksi setelah sebuah tindakan pembelajaran selesai. Refleksi ini digunakan untuk melihat ketercapaian proses pembelajaran dan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan langkahlangkah yaitu: 1. memikirkan kembali situasi pembelajaran, 2. melakukan diskusi, (3) memikirkan perubahan apa yang dibutuhkan untuk pembelajaran berikutnya, dan 3. menulis jurnal reflektif. Setelah pembelajaran diakhiri guru dapat mulai mengajak siswa untuk memikirkan kembali berbagai hal yang sudah dilalui siswa dalam pembelajaran. Untuk memulai kegiatan ini guru dapat mengajak siswa mengidentifikasi kegiatan belajar apa saja yang sudah dilakukan. Setelah itu guru dapat mengumpulkan berbagai pendapat dari siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru dapat mengarahkan siswa untuk berpendapat mengenai aspek-aspek dari pembelajaran dengan memancing siswa menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang menantang. Siswa juga diminta untuk mengungkapkan kesan mereka mengenai apa yang paling menarik, disukai serta apa yang tidak disukai dari proses pembelajaran. Setelah siswa diajak untuk memikirkan kembali proses pembelajaran yang telah usai, selanjutnya dapat dilakukan diskusi yang dipimpin oleh guru. Guru dapat memfokuskan topik diskusi pada beberapa hal, misanya pada mengapa siswa tidak menyukai sebuah kegiatan pembelajaran, materi apa yang paling sulit dimengerti dan bagaimana sebaiknya materi disajikan. Dengan diskusi ini guru dapat memetakan berbagai pencapaian siswa, pendapat siswa mengenai pembelajaran, berbagai kelemahan guru, dan berbagai perubahan yang diinginkan siswa. Setelah diskusi selesai refleksi di kelas yang melibatkan siswa dapat diakhiri untuk sementara, selanjutnya guru memberikan tindak lanjut berupa kegiatan kepada siswa



sebagai perbaikan jangka pendek berdasarkan hasil diskusi. Poin penting dalam diskusi beserta hasil diskusi idealnya diingat atau dicatat guru.Catatan tersebut menjadi dasar bagi guru untuk memikirkan perubahan apa yang akan dilakukan pada pembelajaran berikutnya. Setelah itu guru dapat memetakan beragam alternatif perubahan pembelajaran yang dapat dilakukan. Berbagai alternatif tersebut selanjutnya dipilih dan dirumuskan dalam rencana pembelajaran untuk diterapkan pada proses pembelajaran berikutnya. Bagian akhir dari kegiatan refleksi guru adalah menulis jurnal reflektif atau yang biasa dikenal dengan Jurnal Refleksi Guru. Jurnal tersebut berisi tentang tanggapan kritis guru terhadap pembelajaran yang ia lakukan sendiri. Jurnal tersebut bukan jurnal agenda pembelajaran namun sebuah tulisan yang dialogis antara guru dengan dirinya sendiri perihal berbagai persitiwa yang dialami dalam pembelajaran. Di dalam jurnal tersebut penting juga dimasukkan hasil pemikiran bersama dan diskusi dengan siswa di akhir proses pembelajaran. Jadi jurnal refleksi guru adalah semacam ‘buku diary’ guru yang di dalamnya guru berani untuk mengungkapkan kejujuran dari dirinya sendiri, ditulis oleh dirinya sendiri, dan untuk perbaikan dirinya sendiri dalam rangka peningkatan kualitas hasil praktikpembelajaran. Oleh karena itu, di dalamnya guru harus berani menuliskan dengan jujur mengenai kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang ia kelola, mengevaluasi seluruh proses pembelajaran dengan pemikiran kritis, memikiran alternatif perbaikan, menentukan alternatif perbaikan, dan merencanakan perbaikan. Berkaitan dengan penulisan jurnal refleksi ini akan dibahas dalam kegiatan belajar yang tersendiri di dalam modul ini. MelaksanakanRefleksiPembelajaran Pada sub pembahasan ini diuraikan mengenai pelaksanaan kegiatan refleksi  pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sebagai bagian dari tugas keprofesian. Refleksi pembelajaran di sini dapat dilakukan guru secara mandiri, atau dapat juga melibatkan siswa. Beberapa kegiatan yang dipaparkan di sini merupakan beberapa varian kecil dari sekian banyak ragam kegiatan refleksi yang bisa dilakukan. Bapak/Ibu dosen/instruktur dapat menambahkan ragam aktivitas refleksi pembelajaran lainnya yang mungkin dapat dilakukan guru dan menjadi pelengkap dari varian yang dipaparkan di sini.  Refleksi pembelajaran yang dilaksanakan guru bersama siswa mensyaratkan adanya kondisi ideal sehingga refleksi dapat berjalan dengan baik (Moon, 1999). Kondisi tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Adanya lingkungan pembelajaran yang mencakup keberadaan fasilitator refleksi, agenda pelaksanaan, ruang dan waktu pelaksanaan refleksi. Guru merupakan fasilitator refleksi, oleh karena itu idealnya guru menyiapkan agenda refleksi, menyediakan ruang dan waktu pelaksanaan refleksi apakah in action atau on action. 2. Adanya pengelolaan refleksi yang mencakup perencanaan tujuan dan hasil refleksi, strategi dalam membimbing refleksi, dan mekanisme pelaksanaan refleksi. Oleh karena itu guru harus menyiapkan perencanaan refleksi, mencatat proses dan hasilnya, membimbing proses refleksi dan melaksanakan refleksi dengan mekanisme yang jelas serta runtut. 3. Kualitas penugasan yang diberikan guru. Refleksi akan berjalan baik jika guru menyiapkan penugasan refleksi yang menuntut siswa mengintegrasikan apa yang baru dipelajari dengan apa yang dipelajari sebelumnya, menuntut pelibatan proses berpikir, serta membutuhkan evaluasi.  Refleksi adalah sebuah proses dialogis



Schon (1983), dialog tersebut dapat dilakukan dengan diri sendiri maupun dengan pihak lain. Sebagai sebuah dialog, refleksi pembelajaran yang melibatkan siswa dapat dilihat sebagai proses komunikasi. Dengan demikian refleksi pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bentuk komunikasi, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi komunikasi verbal (kebahasaan) dan nonverbal (bukan kebahasaan). Komunikasi verbal dapat dibedakan lagi menjadi komunikasi lisan (wicara) dan komunikasi tulisan. Sementara komunikasi nonverbal dapat menggunakan simbol, lambang, isyarat, kode, gambar dan sejenisnya. Baik komunikasi verbal maupun nonverbal l dapat digunakan dalam refleksi pada saat pembelajaran maupun setelah pembelajaran. Berikut ini kita cermati beberapa varian aktivitas refleksi yang melibatkan siswa, baik saat pembelajaran maupun setelah pembelajaran. Aktivitas dalam refleksi setelah pembelajaran (reflect on action) Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan saat menerapkan refleksi setelah pembelajaran (reflect on action) yaitu: 1.DiskusiReflektif Langkah awal diskusi dalam refleksi setelah pembelajaran dapat dimulai dari guru memberikan sebuah pengantar refleksi yang berisi deskripsi kegiatan belajar yang baru saja selesai dilakukan. Setelah itu guru dapat memulai dengan bertanya kepada siswa mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilalui. Terry Heick (2018) memberikan contoh setidaknya ada 8 pertanyaan pemicu bagi siswa untuk memikirkan merefleksi pembelajaran yang telah dilalui, yaitu:        



Apa yang membuat kamu tertarik dengan pelajaran hari ini? Hal penting apakah yang kamu pelajari hari ini? Apa yang ingin kamu pelajari lebih jauh dari materi yang telah dipelajari hari ini? Bagian pelajaran mana yang membuatmu paling merasa kreatif hari ini Apa yang membuat kamu penasaran/ingin tahu mengenai suatu hal di hari ini Pada saat kegiatan apa kamu merasa tampil paling baik ? Pelajaran besok/yang akan datang akan kamu mulai dari bagian mana ? dan Hal apa yang dapat kamu lakukan dengan apa yang sudah kamu ketahui hari ini?



Dalam membimbing mahasiswa PPL PPG Dosen/Instruktur dapat berdiskusi dengan mahasiswa untuk mengembangkan  beberapa pertanyaan reflektif di atas. Terutama pertanyaan yang meminta siswa untuk memberikan kesan terhadap performa dan kinerja guru dan pertanyaan yang memicu siswa berpikir mengenai perbaikan pembelajaran yang mereka inginkan. Strategi dalam bertanya dan membagi waktu berpendapat menjadi penting agar diskusi dapat berjalan baik. Pada akhir diskusi reflektif guru membuat rajutan simpulan diskusi dan menyampaiakan tindak lanjut kegiatan untuk dilakukan siswa



2.MengisiKartuIndeks Refleksi dengan mengisi kartu indeks adalah bentuk refleksi setelah pembelajaran yang menggunakan komunikasi verbal tertulis. Langkahnya dapat dilakukan pada saat akhir pembelajaran guru membagikan kartu post (tempel) dengan dua warna yang berbeda, misalnya merah dan hijau. Kartu warna merah untuk menuliskan berbagai hal yang kurang baik yang dirasakan siswa dan kartu warna hijau untuk menuliskan berbagai hal dianggap



baik dalam pembelajaran. Selanjutnya guru menyiapkan kertas plano yang ditempel di papan tulis dengan membagi kertas menjadi dua kolom, kolom sebelah kiri untuk menempelkan kartu warna merah dan kolom sebelah kanan untuk menempelkan kartu warna hijau. Dari berbagai pendapat yang tertulis dan tertempel pada kartu tersebut guru selanjutnya dapat membacakan beberapa di kelas dan mengulas bersama siswa. Setelah beberapa ulasan dilakukan pembelajaran dapat diakhiri. Selanjutnya di luar kelas guru dapat melanjutkan menganalisis berbagai pendapat sisiwa di kartu posit tersebut. Analisis dilakukan dengan mengelompokkan berbagai pendapat degan kecenderungan sama dan membuat pemetaan kelemahan dan kelebihan pembelajaran. Dari hasil pemetaan tersebut guru merencanakan perbaikan dengan merancang desain pembelajaran berikutnya. 3.MenulisSurat Refleksi setelah pembelajaran juga dapat dilakukan dengan aktivitas membuat surat. Pada kegiatan ini guru terlebih dulu mengajak siswa mengingat kembali beberapa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.  Selanjutnya guru meminta siswa membuat surat yang berisi berbagai kesan dan pesan dari siswa kepada guru berkaitan dengan pembelajaran hari ini dan yang diharapkan pada pembelajran yang akan datang. Moon (1999) menawarkan bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan menulis surat untuk refleksi setelah pembelajaran yaitu:         



Guru membagikan secarik kertas kepada siswa sebagai instrumen refleksi  (surat/diary); Siswa menuliskan identitasnya (nama, nomor induk siswa, dan kelas); Siswa mengawali dengan menuliskan ucapan terima kasih dan penghargaan terhadap perjuangan dan usaha guru dalam mengajar mereka; Siswa menuangkan kesan-kesan yang dirasakan selama mengikuti pembelajaran dalam rangkaian kata yang singkat, jelas, dan padat dengan penuh kejujuran dan keterbukaan; Siswa menuangkan pesan-pesan positif kepada gurunya; Siswa mengutarakan harapan, keinginan, dan kebutuhan baik yang telah tercapai atau belum selama proses pembelajaran; Siswa menambahkan catatan privasi di bagian penutup agar guru dapat mengetahui apakah hasil refleksi tersebut boleh dipublikasikan atau tidak; Siswa mengumpulkan instrumen refleksi; Guru membaca hasil refleksi, melakukan evaluasi, menindaklanjuti, dan melaksanakan refleksi tahap berikutnya



4.MengisiAngket(Kuisioner) Refleksi setelah pembelajaran dapat dilakukan guru menggunakan metode angket atau kuisioner. Kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam melaksanakan model refleksi ini antara lain: 1. Menyiapkan Angket/Kuisioner. Aktivitas dalam kegiatan ini yaitu guru menyiapkan angket yang di dalamnya berisi butir pertanyaan yang harus dijawab siswa atau butir pernyataan yang harus mendapatkan persetuan atau ketidaksetujuan dari siswa. Angket disiapkan sebelum pembelajaran dengan butir-butir pertanyaan atau pernyataannya diturunkan dari indikator aspek apa yang hendak direfleksi.



2. Membagikan Angket/kuisioner. Angket dibagikan setelah pembelajaran berakhir, dengan diberikan pengantar oleh guru perihal tujuan pengisian angket, cara mengisi angket, dan ketentuan pengumpulan angket. 3. Menganalisis Angket/kuisioner. Hasil pengisian angket selanjutnya dikumpulkan oleh guru dan dianalisis menggunakan instrumen analisis yang sudah ditentukan oleh guru. Hasil analisis angket menjadi rekomendasi untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran Guru dapat memilih berbagai kegiatan refleksi yang sudah dipaparkan di atas, atau mencoba mengembangkan model refleksi pembelajaran yang lain. Selain itu, guru juga dapat mencoba mengkombinasikan pendekatan reflect in action maupun reflect on action. Beberapa uraian di atas kiranya dapat menjadi wawasan penyegaran dan panduan dasar bagi Bapak/Ibu Dosen/Instruktur PPL PPG dalam membimbing mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan merefleksi pembelajaran di kelas.         REPORT THIS AD