CR - Nadia Afifah - 2018012132 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CASE REPORT Ambliopia Anisotropia



Oleh: Nadia Afifah 2018012132



Perceptor: dr. Aryanti Ibrahim, Sp.M



KEPANITERAAN KLINIK SMF BAGIAN MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MOELOEK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2022



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Refraksi merupakan sebuah proses pembelokan berkas cahaya yang bertujuan untuk memfokuskan titik bayangan tepat di retina. Beberapa bagian mata yang termasuk dalam media refraksi adalah kornea, aqueous humour, lensa, dan vitreous humour.23 Cahaya akan mengalami proses refraksi di beberapa perbatasan, yaitu di antara udara dan permukaan anterior kornea, antara permukaan posterior kornea dan aqueous humour, antara aqueous humour dan permukaan anterior lensa, serta antara permukaan posterior lensa dan vitreous humour. Proses ini akan memfokuskan berkas cahaya tepat di retina, sehingga memberikan gambaran yang fokus. Apabila berkas cahaya tidak jatuh tepat di retina, maka gambaran penglihatan akan tampak kabur atau tidak fokus.23 Kelainan refraksi adalah suatu kelainan dimana sinar sejajar dijatuhkan tidak tepat di retina dalam keadaan mata yang tidak berakomodasi. Kelainan refraksi terbagi



menjadi



miopia,



hipermetropia



dan astigmatisma. Miopia adalah



kelainan refraksi dimana sinar sejajar jatuh di depan retina dalam keadaan mata yang tidak berakomodasi.2 Anisometropia adalah perbedaan kekuatan refraksi lensa sferis atau silinder lebih dari 1.00 D antara mata kanan dan kiri. Perbedaan refraksi tersebut menyebabkan bayangan buram terbentuk pada mata sehingga mengganggu perkembangan neurofisiologi normal, jaras penglihatan dan korteks visual.1,3,4 Anisometropia yang tidak tertangani dapat menyebabkan ambliopia, dimana suatu keadaan tajam penglihatan tidak dapat mencapai maksimal dengan koreksi terbaik tanpa disertai



adanya



kelainan



organik.



Ambliopia anisometropia



disebabkan



karena adanya kelainan refraksi yang asimetris dan berbeda secara klinis pada kedua mata. Keadaan tersebut dapat menyebabkan bayangan jatuh tidak jernih pada salah satu mata. Walaupun ambliopia hanya mengenai 2-3%



populasi,



tapi



penderita.



apabila



Prevalensi



dibiarkan ambliopia



akan



sangat



yang



merugikan



terdeteksi



bagi kehidupan



pada



anak-anak



diperkirakan antara 0,2-5,4% dan pada dewasa antara 0,35-3,6%. Pasien dengan usia kurang dari 45 tahun yang mengalami kehilangan penglihatan lebih banyak disebabkan oleh ambliopia daripada semua penyakit okular dan trauma.2-6



Penatalaksanaan oklusi,



ambliopia



diantaranya



adalah



koreksi



gangguan



refraksi,



penalisasi dan pembedahan. Pemilihan tatalaksana yang tepat dengan



kondisi pasien dan kepatuhan pasien sangat mempengaruhi kemajuan terapi pasien. 1.2 Tujuan Tujuan dari penyusunan referat ini adalah sebagai berikut. a. Mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi, dan gejala klinis dari ambliopia anisometri. b. Mengetahui cara mendiagnosis serta tatalaksana dari ambliopia anisometri. c. Memberikan informasi dan menjadi salah satu sumber bacaan mengenai penyakit amblyopia anisometropia



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Ambliopia 2.1.1



Definisi Ambliopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan). Dikenal juga dengan "lazy eye" atau mata malas. Ambliopia merupakan suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal



sesuai



dengan



usia



dan



intelegensinya



walaupun



sudah



dikoreksi kelainan refraksinya. Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau bilateral disebabkan kehilangan



pengenalan



bentuk, interaksi binokular abnormal, atau keduanya, dimana tidak ditemukan kausa organik dan pada pemeriksaan fisik mata dan pada kasus yang keadaan baik, dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan.23,24 Ambliopia ini dapat tanpa kelainan organik dan dapat pula dengan kelainan organik yang tidak sebanding dengan visus yang ada. Biasanya ambliopia disebabkan oleh kurangnya rangsangan untuk



meningkatkan



perkembangan penglihatan. Suatu kausa ekstraneural yang menyebabkan menurunnya tajam penglihatan (seperti katarak, astigmat, strabismus, atau suatu kelainan refraksi unilateral atau bilateral yang tidak dikoreksi) merupakan mekanisme pemicu yang mengakibatkan suatu penurunan visual pada orang yang sensitif.25,26 Bila ambliopia ini ditemukan pada usia dibawah 6 tahun dapat dilakukan latihan penglihatan untuk memperbaiki penglihatan. Sebab ambliopia



adalah



anisometropia, juling, oklusi, dan katarak atau kekeruhan media penglihatan.8



2.1.2



Patofisiologi Pada ambliopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya periode kritis dalam perkembangan ambliopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan. Anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan. Secara umum, periode kritis ambliopia deprivasi terjadi lebih cepat dibanding strabismus maupun anisometropia. Periode kritis lebih singkat padarangsangan deprivasi.3,8,9 Periode kritis tersebut adalah:



1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6), pada waktu lahir hingga 3-5 tahun. 2. Periode yang sangat beresiko tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi, yaitu diusia beberapa bulan usia 7-8 tahun. 3. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat dicapai, yaitu sejak terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan dewasa. Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih belum jelas dari percobadan terdapat masukan, pada binatang percobaan terdapat gangguan pada sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam atau besar diakibatkan pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel yang msaih responsive dapat terjadi penurunan fungsi. Kelainan juga dapat terjadi pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina belum dapat disimpulkan.10 Sistem



penglihatan



membutuhkan



interaksi kompetitif antar jalur korteks



pengalaman



melihat



dan



terutama



penglihatn dikedua mata pada visual



untuk berkembang hingga dewasa. Bayi sudah dapat melihat



sewaktu lahir, tetapi mereka harus bejar menggunakan mata. Mereka belajar



bagaimana untuk fokus, dan bagaimana cara menggunakan kedua mata secara bersama.9 Penglihatan yang yang baik harus jernih, bayangan terfokus pada kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat melihat dengan baik, bahkan dapat memburuk. Bila hal ini terjadi, otak akan “mematikan” mata yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk melihat.



2.1.3



Klasifikasi Ambliopia Ambliopia Strabismik Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanyan juling ke dalam pada anak sebelum penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut untuk mencegah gangguan penglihatan (diplopia). Kelainan ini disebut sebagai ambliopia stabismik dimana kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya satu mata yang diarahkan pada benda yang dilihat. 7,8,9,11,12 Ambliopia strabismik sering ditemukan pada penderita esotropia. Strabismus yang menyebabkan ambliopia adalah strabismus menifes, strabismus monocular, strabismus dengan sudut deviasi kecil, strabismus yang selalu mempunyai sudut deviasi diseluruh arah pandangnya.8,9 Fiksasi silang (menggunakan mata kiri untuk melirik kekanan dan mata kanan untuk melirik ke kiri) merupakan anti uji ambliopia strabismik. Bila kondisi ini terjadi maka tidak akan terdapat ambliopia. Ambliopia strabismik dapat pulih kembali pada usia di bawah 9 tahun dengan menutup total mata yang baik. Penyulit strabismik ambliopia bila mata baru mengalami juling akan terjadi keluhan diplopia. Bila terjadi berlagsung lama dapat terjadi korespondensi retina yang abnormal. Korespondensi retina abnormal terjadi bila korteks serebri sudah dapat menyesuaikan diri terdapat 2 titik yang tidak sekorespoden menjadi satu titik yang sekoresponden. Akibatnya walaupun kedudukan mata tetap dalam posisi juling tidak didapatkan keluhan diplopia atau melihat ganda. Juling akan sukar



diatasi



bila



sudah



menjadi



ambliopia



atau



sudah



terjadi



korespondensi retina yang abnormal. Pada ambliopia dapat terjadi ambliopia supresi akibat proses mental dimana bayangan pada satu mata diabaikan.



Fiksasi Eksentrik Fiksasi eksentrik mengacu kepada penggunaan region nonfoveal retina terus-menerus untuk penglihatan monocular oleh mata ambliopia. Fiksasi eksentrik terdapat sekitar 80% pasien ambliopia. Fiksasi eksentrik ringan (derajat minor), hanya dapat dideteksi



dengan uji khusus, seperti visuskop, banyak dijumpai pada penderita ambliopia strabismik dan hilangya penglihatan ringan.11 Secara klinis bukti adanya fiksasi eksentrik, dapat dideteksi degan melihat reflex kornea pada mata ambliopia tidak pada posisi sentral, dimana ia memfiksasi cahaya, dengan mata dominan ditutup. Umumnya tajam penglihatan adalah 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. Penggunaan region nonfoveal untuk fiksasi tidak dapat disimpulakan sebagai penyebab utama menurunnya penglihatan pada mata yang ambliopia. Mekanisme fenomena ini masih belum diketahui. Ambliopia Anisometropik Ambliopia anisometropik terjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata yang berbeda jauh. Akibat anisometropik mata bayangan benda pada kedua tidak sama besar yang menimbulkan banyangan pada retina secara relatif diluar focus bila dibandingkan dengan mata lainnya. Bayangan yang lebih buram akan disupres biasanya pada mata yang lebih ametropik. Beda refraksi mata yang besar menyebabkan terbentuknya bayangan kabur pada satu mata. Ambliopia yang terjadi akibat ketidakmampuan mata berdifusi, akibat terdapatnya perbedaan refraksi antara kedua mata, astigmat unilateral yang menyebabkan bayangan benda menjadi kabur.11,12 Ambliopia yang terjadi akibat perbedaan refraksi kedua mata besar atau lebih dari 2,5 dioptri, mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan binokular tunggal, demikian pula terjadi pada unilateral astigmatisme sehingga bayangan menjadi kabur. Pada mata sferis maka dapat tidak terjadi bila mata yang lebih berat minusnya dipakai untuk melihat dekat sedang yang normal dipakai untuk melihat jauh (terjadi melihat alternatif). Pengobatannya dengan memberikan kacamata hasil pemeriksaan referaksi secara objektif disertai penutupan mata yang baik. Ada faktor penyulit bila fusi tepi kuat maka tidak terjadi strabismus menifes, sebab itu sering tidak terdeksi sampai ada pemeriksaan tajam penglihatandi sekolah. Bila fusi tepi tidak kuat maka dapat terjadi strabismus manifes, dalam hal ini terdapat mikrotopia atau sindrom monofiksasional.11



Ambliopia Ametropik Mata dengan hipermetropia dan astigmat sering memperlihatkan amblyopia akibat mata menurunnya tajam penglihatan mata dengan kelainan refraksi berat yang tidak dikoreksi (biasanya hipermetropia atau astigmat). Perbaikan tajam penglihatan dapat terjadi beberapa bulan setelah kaca mata dipergunakan. Pada kedua mata tidak mencapai tajam penglihatan 5/5, biasanya pernderita hipermetropia tinggi (+ 7.0 D) atau astigmat tinggi (3.0 D) karena penderita tidak pernah melihat bayangan jelas. Dibutuhkan waktu untuk mengatasi amblyopia sangat lama sesudah koreksi tajam penglihatan terbaik. Pengobatan dengan memberikan kaca mata hasil pemeriksaan refraksi.11 Ambliopia Deprivasi Ambliopia deprivasi terjadi jika terdapat hambatan dimanapun di sepanjang sumbu penglihatan (kekeruhan media refraksi), sehingga terjadi deprivasi/kekurangan stimulus sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pembentukan bayangan, yang akhirnya menimbulkan ambliopia. Penyebab utama adalah katarak kongenital atau katarak pada usia dini (katarak juvenilis). Selain itu juga dapat disebabkan oleh kekeruhan kornea dan perdarahan vitreus. Ambliopia deprivasi merupakan tipe ambliopia yang paling jarang terjadi, namun paling berat dan sulit diterapi dibandingkan tipe ambliopia lain.12 2.1.4



Pemeriksaan Anjuran Tajam Penglihatan Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk/huruf yang rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihtan yang dinilai dengan cara kovensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu subnormal. Telah diketahui bahwa penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan meletakkan balok disekitar huruf tunggal. Hal ini disebut “Crowding Phenomenon”.13



Terkadang mata ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada huruf isolasi dapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour interaction). Perbedaan yang besar ini terkadang muncul juga sewaktu pasien yang sedang diobati control, dimana tajam penglihatannya jauh lebih baik pada huruf isolasi daripada huruf linear. Oleh Karena itu, ambliopia belum dikatakan sembuh hingga tajam penglihatan linear kembali normal. Menentukan tajam penglihatan mata ambliopia pada anak adalah pemeriksaan yang paling penting. Walaupun untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya sulit pada pasien anak-anak tapi untungnya penatalaksanaan ambliopia sangat efektif dan efisien pada anak-anak. Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan kartu Snellen standar. Untuk Nonverbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes “E” dan tes “HOTV”. Tes lain adalah dengan symbol LEA. Bentuk ini mudah bagi anak ± 1 tahun (todler), dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen. Caranya sama dengan tes HOTV.7,13 Natural Density (ND) Filter Test Tes ini digunakan untuk membedakan ambliopia fungsional dan organic. Filter densitas netral (Kodak No.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan densitas yang cukup untuk menurunkan tajam penglihatan mata normal dari 20/20 (6/6) menjadi 20/40 (6/12) ditempatkan didepan mata yang ambliopik. Bila pasien menderita ambliopia tajam penglihatan dengan NDF tetap sama dengan visus semula atau sedikit membaik.13 Jika



ada



ambliopia



organik,



tajam



penglihatan



menurun



dengan



nyata



bila



digunakan filter, misalnya 20/100 (6/30) menjadi hitung jari atau lambaian tangan. Keuntungan tes ini bisa, digunakan untuk skrining secara cepat sebelum, dikerjakan terapi oklusi, apabila penyebab ambliopia tidak jelas. Menentukan Sifat Fiksasi Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Peglihatan sentral terletak pada foveal; pada fiksasi eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. Tidak cukup hanya dengan menentukan sifat fiksasi hanya pada



posisi cahaya corneal. Fiksasi didiagnosis dengan menggunakan visusskops. Dan dapat diokumentasikan dengan camera fundus Zepiess. Tes lain dapat dengan tes tutup alternat untuk fiksasi eksentik bilateral.13  Visuskop Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang memproyeksikan target fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup. Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke dekat macula, dan pasien mengarahkan pandangannya ke tanda bintik hitam (asterisk).13 Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa kali utuk menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. Pada fiksasi sentral, tanda asterisk terletak di fovea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser sehingga asterisk bergerak ke daerah ekstrafoveal dan fiksasi retina. Tes tutup alternat (Alternat Cover Test) untuk fiksasi eksentrik bilateral Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan terjadi pada pasien-pasien ambliopia kongenital kedua belah mata dan dalam hal ini pada penyakit macula bilateral dalam jangka lama. Misalnya bila kedua mata eksotropia atau esotarmia, maka bila matakontrlateral ditutup, maka yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usaha untuk refraksi bayangan. Tes visuskop akan menunjukan adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah mata.13



2.1.5.



Penatalaksanaan Ambliopia pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu decade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, semkin besar pula peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi berhasil, tidak menjamin penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinis harus tetap waspada dan



bersiap



melakukan pentalaksanaan hingga penglihatan “matang” (sekitar 10 tahun).7,9,13



untuk



Penatalaksaan ambliopia meliputi: 



Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak







Koreksi kelainan refraksi







Paksakan penggunaan mata yang lebih lama dengan membatasi penggunaan mata yang lebih baik



Pengangkatan Katarak Katarak yang dapat menyebabkan ambliopia harus segera dioperasi, tidak perlu ditunda-tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia



2-3 bulan pertama



kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval operasi yang pertama dan kedua setidaknya tidak lebih dari 1-2 minggu. Terbentuknya katarak traumatika berat dan akut pada anak dibawah 6 tahun



harus



diangkat



dalam



beberapa



minggu



setelah



kejadian trauma,



bila



memungkinkan. Yang mana katarak traumatika itu sangat bersifat ambliopiogenik. Kegagalan dalam “menjernihkan” media, memperbaiki optikan, dan penggunaan regular mata yang terluka, akan mengakibatkan ambliopia berat dalam beberapa bulan, selambatlambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.13 Koreksi Refraksi Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterap dengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kacamata untuk mata ambliopia diberi dengan koreksi penuh dengan sikloplegia. Bila dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupaka pilihan, karena bila memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk.9 Karena kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun, maka ia tidak dapat mengkompensasikan hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mata anak



normal.



Koreksi



aphakia



pada



anak



dilakukan



segera



mungkin



untuk



menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi deficit optikal berat. Ambliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.9



Oklusi dan Degradasi Optikal 1. Oklusi Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi pilihan, yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time) atau paruh waktu (part-time).9,13 a. Oklusi Full Time Pengertian oklusi full-time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga. (Occlusion for all or all but one waking hour),arti ini sangat penting dalam penatalaksanaan ambliopia dengan penggunaan mata yang “rusak”. Biasanya penutup mata yang digunakan adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara komersial. Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktu tidur. Kacamata okluer (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak opak, atau Annisa’s Fun Patches dapat juga menjadi alternative full-time patching bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket. Full-time patching baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan binokular, karena fulltime patching mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung dalam hal penglihatan binokular.13 Ada dua aturan/standard full-time patching diberi selama 1 minggu untuk setiap tahun usia, misalnya penderita ambliopia pada mata kanan berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi kembali. Hal ini untuk menghindarkan terjadinya ambliopia pada mata yang baik. b. Oklusi Part-Time Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan member hasil sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung dari derajat ambliopia. Ambliopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan peranan full-time patching dibanding part-time. Studi



tersebut



menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan ambliopia berat (tajam penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120), full-time patching member efek



sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2 jam/hari menunjukan kemajuan tajam penglihatan hampir sama dengan patching 6 jam/hari pada ambliopia sedang/moderate (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100) pasien usia 3-7 tahun. Dalam studi ini,



patching



dikombinasi



dengan



aktivitas melihat dekat selama 1 jam/hari.7,9,13 Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing-masing mata. Hasil ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan. 2. Degradasi Optikal Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih buruk dari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihat dekatdekat. ATS menunjukkan metode ini member hasil yang sama efektifnya dengan patching untuk ambliopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100). ATS tersebut dilakukan pada anak usia 3-7 tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa pemberian atropine pada akhir minggu (weekend) memberi perbaikan tajam penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada kelompok anak usia 3-7 tahun dengan ambliopia sedang. Ada juga studi terbaru yang membandingkan atropine dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7 tahun, menunjukan atropine merupakan pilihan efektif.7,9,13 Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan disbanding dengan oklusi, yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak sulit untuk “menggagalkan” metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi. Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa positif dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek samping farmakologik atropine. Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi



pada pasien dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi memungkinkan penglihatan binokular.7,9,13



BAB III LAPORAN KASUS



3.1 IDENTITAS PASIEN Nama       



: An. A



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Umur       



: 14 tahun



Pekerjaan



: Pelajar



Alamat



: Bandar Lampung



Tanggal Periksa



: 2 Agustus 2022



3.2 ANAMNESIS Keluhan Utama: Penglihatan mata kanan kabur tanpa disertai mata merah sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan Tambahan: Mata lelah, berair dan terasa pusing bila membaca terlalu lama di papan tulis Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poliklinik mata LEC pada tanggal 2 Agustus 2022 dengan keluhan Penglihatan kabur pada mata kanan tanpa disertai mata merah sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien mengeluh kekaburan pandangan ini dirasakan kurang lebih satu tahun yang lalu, namun kaburnya tidak seberat seperti sekarang. Sebelumnya pasien tidak pernah menggunakan kacamata, dan pasien baru menyadari pandangannya semakin kabur sejak tiga minggu yang lalu ketika tempat duduknya disekolah dipindah dibelakang yang sebelumnya pasien duduk paling depan. Pasien mengeluhkan mata lelah, berair dan pusing bila membaca



tulisan di papan terlalu lama. Pasien sering memicingkan matanya agar dapat melihat lebih jelas. Pasien melihat lebih jelas bila mata sebelah kanannya ditutup. Keluhan penglihatan ganda disangkal oleh pasien. Riwayat kecelakaan yang mengenai mata sebelumnya di sangkal, riwayat operasi mata sebelumnya disangkal. Bapak pasien memiliki riwayat rabun jauh. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal. Riwayat katarak pada pasien disangkal. Riwayat kecelakaan yang mengenai mata sebelumnya juga disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Ayah pasien memiliki rabun jauh.



3.3 PEMERIKSAAN FISIK Status Present Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Kesadaran



: Compos mentis



Nadi



: 80x/menit



Pernapasan



: 20x/menit



Suhu



: 36,50C



Status Generalis KEPALA Wajah



: Simetris, normocephal, lesi (-)



Rambut



: Warna hitam, persebaran merata, tidak mudah dicabut



Hidung



: Pernafasan cuping hidung (-), epistaksis (-/-)



Mulut



: Bibir sianosis (-), bibir kering (-)



Kesan



: Dalam batas normal



Leher Trakea



: Pembesaran kelenjar getah bening (-)



KGB



: Tidak ada pembesaran KGB leher



Kesan



: Dalam batas normal



THORAKS PARU Inspeksi



: Normochest, pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris



Palpasi



: Fremitus taktil kanan = fremitus taktil kiri



Perkusi



: Sonor pada seluruh lapangan paru



Auskultasi



: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)



Kesan



: Pemeriksaan jantung dalam batas normal



JANTUNG Inspeksi



: Iktus kordis tidak tampak



Palpasi



: Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula sinistra



Perkusi



: B atas jantung normal



Auskultasi



: Bunyi jantung I-II reguler, murmur(-), gallop(-)



Kesan



: Pemeriksaan paru dalam batas normal



ABDOMEN Inspeksi



: Datar, lesi (-)



Auskultasi



: Bising usus (+) 8x/menit



Perkusi



: Timpani



Palpasi



: Nyeri tekan (-)



Kesan



: Pemeriksaan abdomen dalam batas normal



GENITALIA EKSTERNA : Tidak dilakukan EKSTREMITAS Superior



: oedem (-/-), teraba hangat, CRT