Dakwah Di Era Milenial [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Rio
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH REFORMASI STRATEGI DAKWAH DALAM ERA MILENIAL



Disusun Oleh:



AFRIAN IQBAL PAHLEVI 1500024129 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2018/2019



BAB I PENDAHULUAN Islam adalah ajaran Allah yang sempurna dan diturunkan untuk mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Akan tetapi, kesnyeelemahmpurnaan ajaran Islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran yang baik itutidak disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam keseluruhan ajaran Islam. Dengan dakwah, Islam dapat diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya. Sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi islam dan selanjutnya islam akan lenyap dari permukaan bumi Melemahnya kekutan rohaniah kaum muslimin saat ini banyak disebabkan karena mereka secara berangsur-berangsur meninggalakn ajaran Islam dalam banyak segi kehidupannya satu-satunya sebab kemunduran sosial dan kultural kaum muslimin terletak pada realitas bahwa mereka secara berangsur-angsur melalaikan jiwa ajaran Islam. Islam adalah agama mereka, akan tetapi tinggal jasad jiwa mereka. Melemahnya kesadaran manusia untuk beragama atau kekurang pekaan mereka terhadap panggilan ilahi disebabkan hilangnya indra keenam, yaitu indra agama. Dakwah islam bertugas memfungsikan kembali indra keagamaan manusia yang memang telah menjadi fikri asalnya, agar mereka dapat menghayati tujuan hidupyang sebenarnya untuk berbakti kepada Allah. Mengajak semua orang untuk tunduk kepadanya. Taat kepada Rasul. Dengan demikian, definidi filsafat dakwah adalah pemikiran mendalam dan konseptual yang menggunakan metode kefilsafan yang relevan untuk memahami usaha merealisasikan ajaran islam dalam dataran kehidupan manusia melalui strategi, metode dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan aspek masyarakat.



BAB II PEMBAHASAN A. REFORMASI STRATEGI DAKWAH Pembaharuan strategi dakwah islam atau reformasi strategi dakwah islamiyah dalam era millenium ketiga adalah agenda sosialisasi doktrin (teks) agama islam yang secara visi-konseptual selalu direformasi sesuai dengan konteks perubahan sosial budaya lewat formulasi strategi dakwah yang fokus terhadap berbagai problematika matra, struktur yang terkadang sangat kontradiktif dengan urgensi pembelaan harkat martabat kemanusiaan khusunya karena makin menguatkan hegemoni identitas kultur modernisme. Ada empat visi-konseptual dalam reformasi strategi dakwah islamiyah antara lain: 1. Visi Teologi, bahwa dakwah Islamiyah berorientasi pada konsistensi integral antara zaman (spritual-metafisis) dan amal shaleh sebagai ekspresi jiwa yang syahdu (mesra) dalam berinteraksi dengan Allah SWT. 2. Visi Syari’at, bahwa dakwah islamiyah beroreintasi pada kewajiban beribadah mahdhah dan mu’amalah sebagai bukti kongkrit penjabaran kualitas keberimanan kepada Allah SWT. 3. Visi sosio_struktural, bahwa dakwah islamiyah terfokus pada meresponsi konteks agar perubahan sosial yang dikreasikan bisa lebih baik, tanpa akses ketercerabutan dari budaya lokal yang tetap baik dan dinamis. 4. Visi strategi kelembagaan, bahwa dakwah islamiyah perlu penataan baru atas management organisasi yang ada, baik dalam aspek SDM maupun aspek sistem operasional dan penadaannya.



B. ERA MILENIUM KETIGA Milenium ketiga, era globalisasi yang ditandai dengan ketegangan “perang peradaban”, karena kehawatiran munculnya tandingan peradaban terhadap barat. Inilah sebabnya yang menjadi salah satu alasan, mengapa Amerika meluluh lantahkan pusat-pusat munculnya peradaban islam masa lalu. Sikap tersebut berlatar belakang pada analisa Samuel P. Huntington yang menyatakan akan munculnya bentrokan antar-peradaban sebagai pengganti perang ideologi yang ditandai dengan runtuhnya ideologi komunis. Alasan lain barat bernafsu menguasai Islam ditimur adalah karena kekhawatiran akan terjadinya semangat nasionalisme etnis, nasionalisme kultural, “kekeluaraan” keagamaan, yang akan mengancam kepentingan barat untuk menjaga hegemoni peradabannya. Dalam kerangka-kerangka itulah, maka barat selalu “mewaspadai” Islam dan kekuatan timur lain, yang oleh barat dipandang sebagai kekuatan peradaban tandingan, yang berpotensi mengusur hegemoninya dimasa yang akan datang. Negara-negara barat yang disponsori oleh Amerika, penguasaan tersebut kemudian diarahkan lebih fokus lagi pada penguasaan barat terhadap tatanan dunia islam seperti sekarang ini, keharusan untuk menguasai secara politik, ekonomi, kebudayaan, dan sosio kultural masyarakat agar sejalan dengan kepentingannya. Pengaruh globalisasi terhadap dunia pada dasarnya dapat dibagi kepada tiga bagian utama, yaitu: 1) Globalisasi Politik yang dimulai dari berakhirnya perang kedua dan dimulainya perang dingin antara kekuatan-kekuatan besar didunia untuk saling memperebutkan otoritas, pengaruh, hegemoni dan perebutan sumber ekonomi dan pasar internasional serta perang



peradaban dan kulturan didunia global yang tak terbatasi lagi oleh wilayah teritorial. Maka sering dikatakan bahwa denga berakhirnya perang dingin adalah dimulainya era globalisasi dalam arti yang sebenarnya. 2) globalisasi Ekonomi. Menurut Jamaluddin ‘Atiyah, yang dimaksud ddengan globalisasi dibidang ekonomi ialah menyatukan seluruh dunia kepada satu pasar bebas (free market) atau pemindahan kepemilikan umum dan perseroan-perseroan kepemilikan khusus untuk mengurangi pengawasan dan campur tangan pemerintah dalam negeri. Mereka manjanjikan dunia dimana setiap orang menjadi pintar dan kaya. Kenyataan yang terjadi “globalisasi” menjadi sinonim untuk cara-cara kapitalisme internasional menindas umat manusia. 3) Globalisasi Sosial dan Budaya, pengaruh globalisasi telah kedalam seluruh kehidupan masyarakat, serta menghilangkan sekat-sekat geografis antara satu negara dengan negara yang lain, antara satu beudaya dengan budaya yang lainnya. Dengan menggunakan istilah “kebudayaan internasional” atau “modernisme”. Barat yang dimotori oleh Eropa dan Amerika secara gigih mengekspor kebudayaan mereka kebelahan dunia yang lain. Dengan isu globalisasi ini, barat ingin mewajibkan model, pemikiran, perilaku, nilai, gaya dan pola konsumsinya terhadap bangsa lain. C. TANTANGAN DAKWAH DI ERA MILENIUM KETIGA Ketika masyarakat memasuki era globalisasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan yang dihadapi semakin rumit. Tantangan tersebut tidak mengenal ruang, batas, waktu dan lapisan masyarakat, melainkan keseluruh sektor kehidupan dan hajat hidup manusia, termasuk agama. Artinya, kehidupan keagamaan umat manusia tidak terkecuali islam dimanapun ia berada akan menghadapi tantangan yang sama.



Soejatmoko menandaskan bahwa agamapun kini sedang diuji dan di tantang oleh zaman. Meskipun diakui bahwa di satu sisi kemajuan IPTEK menghasilkan fasilitas yang memberi peluang bagi pengembangan dakwah, namun antara tantangan dan peluang dakwah dewasa ini, agaknya tidak seimbang. Tantangan dakwah yang amat kompleks dewasa ini dapat dilihat minimal dari tiga perspektif, yaitu: a) Perspektif Perilaku. salah satu tujuan dakwah adalah terjadinya perubahan perilaku pada masyarakat yang menjadi obyek dakwah kepada situasi yang lebih baik. b) Perspektif Transmisi. dakwah dapat diartiakan sebagai proses penyampaian atua transmisi ajaran agama Islam dari Da’i sebagai sumber kepada Mad’u sebagai penerima. Maka perana media sangat menentukan, agar umat Islam harus bisa memanfaakan untuk mencapai tujuan dakwah. c) Perspektif Interaksi. Ketika dakwah dilihat sebagai bentuk komonikasi yang khas maka dengan sendirinya Interkasi Sosial akan terjadi, dan didalmnya terbentuk norma-norma tertentu sesuaipesanpesan dakwah. Yang menjadi tantangan dakwah dewasa ini, adalah bahwa pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek dakwah pasti berinteraksi dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya yang belum tentu membawa pesa yang baik, bahkan mungkin dengan sebaliknya. Sebagian problem dakwah yang kini mencuat antara lain: sikap-sikap keagamaan yang ekstrim, yang kemudian memancing teror keagamaan atas nama agama. Persoalan lain yang meuncul dan mengemuka dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyaknya



aliran-aliran keagamaan berbaju Islam, namun memiliki tradisi keagamaan dan ajaran yang justru menyimpang dari islam. Di beberapa daerah muncul pemahaman menyimpang seperti, Sulawesi (mahdi), Semarang (dextro) dan lain sebagainya, juga menjadi bukti bahwa format dan gerakan dakwah Islam perlu dikaji ulang, serta memerlukan kerangka paradikmatik yang lebih terarah. D. STRATEGI DAKWAH ISLAMIYAH Stratedi atau metode berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk kepada tata cata yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah agar tujuannya tercapai. Metode dakwah yang lazim dikenal dan diterapkan oleh da’i, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga sebagai berikut: 1) Dakwah bi al-kitabah yaitu berupa buku, makalah, surat, surat kabar, spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya. 2) Dakwah bi al-lisan meliputi ceramah, seminar, diskusi, khutbah, saresehan, obrolan dan sebagainya. 3) Dakwah bi al-hal, yaitu berupa prilaku yang sopan sesuia ajaran Islam, memelihara lingkungan, dan lain sebagainya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: serulah manusi kepada jalan tuhanmu denga hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125).



Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa sistem dakwah itu meliputi tiga macam, yaitu: 1. Al-Hikmah Al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Dari pembahasan diatas dapat dipahami bahwa Al-Hikmah adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi obyektif mad’u. Disamping itu juga Al-Hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komonikatif. 2. Al-Mau’idzatil Hasanah Secara bahasa, Mau’idzatil Hasanah terdiri dari dua kata, Mau’idzah dan Hasanah. Kata Mau’idzah yang



berarti: nasehat, bimbingan,



pendidikan, dan peringatan, sementara Hasanah merupakan kebalikan Sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. Adapun penegrtian secara Istilah. Mau’idzah al-hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak kejalan yang Allah memberikan nasihat, petuah, bimbingan, pengajaran, kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan, dan wasiat dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. 3. Al-Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan Dari segi istilah terdapat beberapa pengertian Al-Mujadalah. AlMujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya, atau suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.



E. TUJUAN DAKWAH ISLAMIYAH Secara garis besarnya, selain hal-hal yang tersebut diatas, tujuan mengkaji filsafat dakwah islam adalah. 1) Memperkuat apresiasi berpikir masyarakattentang kehebatan nilai agama isalam sehingga wajib ditegakkan agar supaya mereka benarbenar merasakan bahwa islam memang bermuatan “Rahmatan Lil ‘Alamien”. 2) Dakwah islam akan lebih efektif dan disegani jika disampaikan secara lengkap lewat metode lisan dan pemikiran yang konseptual dan divirefikasi denga inovasi kongkret (pembuktian) yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. 3) Cerdas merespon masalah baru dalam bentuk solusi pemikiran islam alternatif yang dilengkapi dengan konsep inovasinya (jalan keluar) secara kontekstual sehingga masyarakat terhindar dari keterbelakangan yang kuat. 4) Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati, agar manusia mendapatkan mapunan atas segala dosa-dosanya dan menghindarkan azab dari Allah SWT. 5) Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukannya, untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-pecah dan mengajak dan menuntun kejalan yang lurus. “dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung,” (QS. Ali Imran: 104).



DAFTAR PUSTAKA Ali, Aziz. Ilmu Dakwah, (Bandung: Perdana Media, 2004) Azizy, Qodri. Melawan Globalisasi Reintersepsi Ajaran Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) Dani, Anwar. Ilmu Dakwah, (Pamekasan: Cendikian Press, 2014) Drs. A. Naufal Ramzi, Materi Skematis Filsafat Dakwah, (Sumenep: Tt) Ismail, Nawari. Pergumulan Dakwah Islam Dalam Konteks Sosial Budaya Analisis Kasus Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2010) Masjid, Abd. Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2000) Najamuddin. Metode Dakwah, (Jakarta: PT Pustaka Insana Madani, 2008) Sardar, Zainuddin & Priyono. Tantangan Dunia Islam Abad 21 Menjangkau Informasi , (Bandung: Mizan, 1998)