Kepemimpinan Di Era Milenial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Generasi Y (generasi millennial) adalah generasi yang lahir pada era 80-90an. Banyak istilah popular tentang generasi ini; connected or digital generation atau gen why yang identik dengan karakter berani, inovatif, kreatif, dan modern (Erkutlu, 2011). Generasi millennial merupakan generasi modern yang aktif bekerja, penelitian, dan berpikir inovatif tentang organisasi, memiliki rasa optimisme dan kemauan untuk bekerja dengan kompetitif, terbuka, dan fleksibel. Di lain sisi, generasi Baby Boomers/generasi X (generasi yang lahir pada era 6589an) dibesarkan di dalam suatu organisasi dengan struktur organisasi yang hierarkhis dan struktur manajemen yang datar sehingga sistem kerjasama yang timbul di dalam organisasi didasarkan pada tuntutan pekerjaan (teamwork-based job roles) (Egbert & Pérez-Mercader,2016). Berbeda dengan generasi Baby Boomers, generasi millennial mempunyai harapan yang sangat berbeda tentang permasalahan ekonomi, lingkungan, hingga persoalan sosial politik. Secara merata generasi millennial mempunyai pendidikan yang lebih baik dari para Baby Boomers, mereka cukup terbiasa dengan teknologi bahkan sebagian besar dari mereka sangat ahli dengan teknologi. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, generasi millennial mampu bekerja kreatif dan selalu mempunyai energi positif di berbagai bidang (Cullen et al., 1999) Meningkatnya jumlah millennial (Generasi Y) yang masuk ke dalam dunia kerja dengan keistimewaan yang cenderung berbeda dengan generasi – generasi sebelumnya menjadi salah satu tantangan baru bagi dunia kerja. Millennial sering disebut – sebut sebagai generasi yang menyukai kebebasan dan fleksibilitas seperti kebebasan bekerja, belajar maupun berbisnis. Generasi Millenial, yang juga punya nama lain Generasi Y, adalah kelompok manusia yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997. Mereka disebut millennial karena satu– satunya generasi yang pernah melewati millennium kedua sejak teori generasi ini



1



dihembuskan pertama kali oleh Karl Mannheim pada 1923 (Koçak & Burgaz, 2017). Saat ini, lapangan pekerjaan di Indonesia didominasi oleh generasi X dan Y. Dari data karir.com tahun 2015 (dalam swa.co.id, 2015) menunjukkan bahwa Gen X yang memiliki gelar S1 sebanyak 64% dan tersebar dalam proporsi jabatan sebagai Department Manager (23%), Senior Staff (18%) dan Supervisor (17%). Sedangkan generasi Y, 62% di antaranya mengantongi gelar S1, dan meski 51% di antara total jumlah pengguna fitur karir.com masih berada pada entry level, dimana untuk posisi Senior Staff mencapai 22% dan pada tingkat Supervisor 13%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan karir generasi Y lebih progresif dibandingkan dengan generasi X (Somech, Anit: Drach-Zahavy, 2004). Di era globalisasi ini, semakin banyak tantangan dalam setiap sisi. Baik dalam dunia kerja, kehidupan sehari – hari ataupun dunia pendidikan. Keberadaan seorang pemimpin dalam organisasi ataupun individu sangat dibutuhkan untuk membawa organisasi atau individu kepada tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai gaya kepemimpinan akan mewarnai perilaku seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Karakteristik generasi Y mendorong tren dimana anak muda sekarang lebih selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai, dan hal ini tidak lepas dari sikap kepemimpinan yang mereka miliki. Tahun 2020 hingga tahun 2030 diprediksi bahwa Indonesia akan mencapai puncak populasi usia produktif sebesar 70% dari total penduduk Indonesia (Sebastian, Amran dan Youth Lab, 2016). Hal ini bisa menjadi keuntungan untuk perekonomian dan kemajuan Indonesia apabila generasi millenial sebagai generasi dengan jumlah yang besar dapat dikelola dengan baik sehingga dibutuhkan karakter pemimpin yang cocok untuk generasi milenial (Bosscher, 2013). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakter dari generasi milenial? 2. Bagaimana karakter kepemimpinan yang dibutuhkan di masa milenial?



2



1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui karakter dari generasi milenial 2. Untuk mengetahui karakter kepemimpinan yang dibutuhkan di masa milenial



3



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Kartono, (2002:153), berpendapat bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah dicanangkan, selanjutnya dikatakan pemimpin harus mahir melaksanakan kepemimpinannya. Sedangkan



menurut



Syam



(dalam



Mujiono:2002:1)



mendeskripsikan



Kepemimpinan adalah: Keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggerakkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau proses pemberian bimbingan (pimpinan), tauladan dan pemberian jalan yang mudah (fasilitas)



dari



pada



pekerjaan



orang-orang



yang



terorganisir



formal.



Kepemimpinan kepala pekon juga berarti sebagai bentuk kemampuan dalam proses mempengaruhi, menggerakkan, memotivasi, mengkoordinir masyarakat yang ada di pekon sindang pagar supaya kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan dalam pembangunan pekon. Kepemimpinan yang dimaksud di sini yakni kepemimpinan Kepala pekon yang merupakan



pemimpin



di sebuah intansi



pemerintahan



pekon,



didalam



kepemimpinanya ada beberapa unsur yang saling berkaitan yaitu: unsur manusia, unsur sarana, unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinan. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalaman di dalam praktek selama menjadi kepala pekon. Untuk mendapatkan gambaran tentang arti kepemimpinan, berikut ini di kemukakan beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli. Farland (dalam Wijaya, 2012: 7) mengemukakan kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses



4



mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pfiffner (dalam Thoha, 2002: 9) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah seni mengkordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sutisna (dalam Kartono, 2003: 10) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerja sama kearah tercapainya tujuan. Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai



tujuantujuan



yang



telah



ditetapkan



sebelumnya.



(http://meetabied.wordpress.com/2009/12/24). Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain: pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (Followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak ancere juga. Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk men capai kinerja yang memuaskan. Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integritiy), sikap bertanggung jawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (anceret) kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan (anceretion) dalam membangun organisasi. Selanjutya Ndraha (1987: 226) mengemukakan bahwa : Konsep kepemimpinan pemerintahan terdiri dari dua (sub) konsep yang hubunganya satu dengan yang lain, tegang yaitu konsep kepemimpinan bersistem nilai sosial dan konsep pemerintahn yang mengandung ancer nilai formal. Setiap saat, seorang pemimpin formal atau kepala yang berkepemimpinan dihadapkan pada berbagai situasi dan perubahan yang cepat.



5



2.1.1



Variabel Kepemimpinan



Menurut Sudarmo dan Sudita dalam Sunyoto (2013: 35-36) kepemimpinan terdapat lima ancere, yaitu: 1. Cara berkomunikasi Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan untuk itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan ancer. Karena dengan komunikasi yang baik dan ancer, tentu hal ini akan memudahkan bagi bawahannya untuk menangkap apa yang dikehendaki oleh seorang pemimpin. 2. Pemberian motivasi Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi yang baik dan ancer tentu saja juga harus mempunyai kemampuan untuk memberikan dorongan-dorongan atau motivasi kepada bawahannya. Perhatian seorang pemimpin akan sangat berarti bagi bawahan, bahwa dari segi penghargaan ataupun pengakuan sangat memberikan makna yang sangat tinggi bagi karyawan atau bawahan. 3. Kemampuan memimpin Tidak setiap pemimpin mampun memimpin, karena yang berkenaan dengan bakat seseorang untuk mempunyai kemampuan memimpin adalah berbeda-beda. Hal ini dapat terlihat dalam gaya kepemimpinannya, apakah mempunyai gaya kepemimpinan otokratik, partisipatif, atau bebas kendali. 4. Pengambilan keputusan Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta dan peraturan yang berlaku di perusahaan serta keputusan yang diambil tersebut mampu memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik bahkan mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan dari perusahaan. 6



5. Kekuasaan yang positif Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan walaupun dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja harus memberikan rasa aman bagi karyawan (bawahan) yang bekerja. 2.2 Generasi Milenial Menurut U.S. Chamber of Commerce Foundation, generasi milenial atau MillennialGeneration adalah generasi manusia yang lahir dengan rentang tahun antara 1980 – 1999 Masehi. Sedangkan manusia kelahiran tahun 2000 M sampai sekarang disebut dengan generasi Z atau Z Generation. Itulah yang dikutip dari jurnal ilmiah karya Nur Azizah Ilfatin (Universitas Negeri Surabaya). Melalui berita tahun 2016, jumlah generasi milenial sejumlah 85 juta jiwa atau mencapai 34,45% dari total seluruh penduduk Indonesia. Data tersebut dilansir dari jurnal ilmiah yang disusun oleh empat orang yaitu Anindia Indah Permata, Martinus Rosadi Nugroho, Elias Sugita Handoyo, Ivan Angga Kusuma, yang menyebutkan juga bahwa generasi ini akan mendominasi perekonomian di Indonesia sampai dengan jangka waktu 30 tahun mendatang. Adapun perbedaan karakteristik seperti pola pikir, mobilitas yang tinggi, kecenderungan kurang penyabar, dan jiwa petualang merupakan satu hal yang membedakan generasi milenial dengan generasi sebelumnya. Hal ini pun turut dipengaruhi oleh penggunaan teknologi semenjak usia dini dan juga efek globalisasi. Mengingat walaupun sebagian besar dari mereka masih menempuh pendidikannya di perguruan tinggi. Namun sebagian besarnya yang lain sudah mulai berkiprah di berbagai lini kehidupan masyarakat dan kenegaraan. Pada generasi millenial, pendidikan menjadi suatu hal yang penting dalam perjalanan hidupnya. Akan tetapi cara berpikir dan belajar sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih sering belajar melalui lisan maupun pengalaman dari orang tua. Generasi millenial yang lebih menarik dan memiliki kecenderungan untuk dapat secara cepat dan tepat mengakomodasi kebutuhannya.



7



Dari sini, kita bisa simpulkan bahwa generasi millenial akan banyak menyerap banyak hal. Sekarang ini, generasi millenial merupakan generasi yang sudah memasuki masa yang paling produktifnya. Seperti yang dikutip dari suatu jurnal ilmiah, alasan dipilihnya responden diatas, adalah: generasi millenial adalah generasi dengan usia produktif, rentang usia 18 s.d. 35 tahun dianggap sebagai usia dengan tingkat kemandirian dan kebebasan dalam menentukan pilihan yang tinggi. Pada tahun 2018 ini, merupakan era keemasan dari generasi millenialdan merupakan bibit dari generasi penerus bangsa yang sedang duduk di jenjangsekolah-sekolah yaitu SD,SMP, dan SMA/Sederajat.



8



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakter Dari Generasi Milenial 1. Lebih Menyukai Komunikasi Via Social Media Dibandingkan Tatap Muka Menyukai hal yang serba cepat dan simple membuat komunikasi yang berjalan pada orang-orang generasi millennial sangatlah lancar. Namun, bukan berarti komunikasi itu selalu terjadi dengan tatap muka tapi sebaliknya, dari kalangan millennial melakukan semua komunikasinya melalui text message. 2. Lebih Menyukai Komunikasi Via Social Media Dibandingkan Tatap Muka Menyukai hal yang serba cepat dan simple membuat komunikasi yang berjalan pada orang-orang generasi millennial sangatlah lancar. Namun, bukan berarti komunikasi itu selalu terjadi dengan tatap muka tapi sebaliknya, dari kalangan millennial melakukan semua komunikasinya melalui text message. 3. Tidak Loyal Namun Bekerja Secara Efektif Millennial biasanya hanya bertahan di sebuah pekerjaan kurang dari tiga tahun, untuk berganti pekerjaan yang lain. Namun demikian, sebab kaum millennial hidup di era informasi yang menjadikan mereka tumbuh cerdas, tak sedikit perusahaan yang mengalami kenaikan pendapatan karena mempekerjakan millennial. 4. Generasi Millennial Haus Tantangan Jika para pendahulu kita menekuni pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka lain halnya bagi generasi millenial. Disamping mengutamakan kebutuhan hidup, ada tantangan yang ingin dipenuhi secara sempurna ketika memasuki dunia kerja. Kita bisa memahami



9



keinginan generasi millenial yang haus akan tantangan agar mereka bisa ditempatkan pada posisi yang sesuai. 3.2 Karakter Kepemimpinan Yang Dibutuhkan Di Masa Milenial Kepemimpinan pada era millennium ini, membutuhkan seorang pemimpin yang mampu memberikan pengaruh bagi timnya dengan memiliki visi yang jelas dan mengispirasi, mendorong, inisiatif serta mengembangkan mereka. Mengutip ungkapan John Maxwell “Kepemimpinan berarti pengaruh, segala sesuatu bangkit dan jatuh bersama dengan kepemimpinan”, artinya seorang pemimpin yang baik mampu mempengaruhi dan menggerakan timnya menuju sasaran yang telah ditetapkan dan di sepakati bersama. Kemampuan mempengaruhi ini tidaklah muncul dengan tiba-tiba, akan tetapi seorang pemimpin perlu memiliki daya tarik yang membuat mareka mau melakukan. Ralph Lauren mengatakan “Seorang pemimpin memiliki visi dan keyakinan bahwa mimpi dapat dicapai, dan menginspirasi energi untuk menyelesaikannya”  Daya tarik diibaratkan sebuah magnet yang mampu manarik logam, di mana orang lain akan mendekat dengan sendirinya tanpa disuruh. Daya tarik dapat berupa visi yang jelas dan mampu menginspirasi mereka untuk mencapainya, karena menurut Joel Arthur Barker “ Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi, tindakan tanpa visi hanya melewati waktu, visi dengan tindakan dapat merubah dunia”. Mendorong timnya untuk dapat memiliki gagasan dan ide, merupakan tantangan tersendiri bagi pemimpin saat ini, pemimpin yang penuh dengan ide atau gagasan baru akan lebih dihargai oleh anggota tim. “Tanpa pertumbuhan yang berkelanjutan dan kemajuan, kata-kata seperti perbaikan, prestasi dan kesuksesan tidak ada artinya” (Benjamin Franklin). Ide atau gagasan anda perlu disesuaikan dengan kemampuan tim, bila dirasa ide anda kurang dapat menjawab permasalahan yang ada, maka libatkan anggota tim untuk menjadi bagian didalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Kemampuan pemimpin di dalam memberdayakan anggota tim, dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan tim, hindari menyamaratakan kebutuhan tim, karena tugas mereka berbeda-beda, sehingga pendekatan dalam melakukan 10



pengembangan mereka pun berbeda. Pemimpin harus mampu menterjemahkan dan memberi arahan tentang sasaran dan peran dari anggota timnya, yang disesuaikan dengan kemampuan dan tugasnya masing-masing. Bukan hal yang mudah bagi pemimpin didalam melatih timnya dengan baik, hal ini dapat dipengaruhi banyak faktor, bisa karena ketidakmampuan pemimpin didalam penguasaan tugas atau pemimpin yang tidak pernah mengindentifikasi terlebih dahulu kemampuan timnya. Pada akhirnya, berhasil tidaknya seorang pemimpin dapat diukur dari seberapa berhasilnya dia didalam melakukan proses regenerasi, John C Maxwell mengatakan “ Nilai seorang pemimpin yang langgeng akan diukur oleh suksesi ”, Regenerasi tidak dapat dilakukan secara instan, akan tetapi memerlukan proses, pemimpin perlu mengawal proses tersebut sehingga mampu menciptakan pemimpin baru yang siap untuk menggantikan dirinya dimasa depan. Karakter kepemimpinan yang dibutuhkan di masa milenial, sebagai berikut: 1. Digital Mindset Dengan semakin banyaknya orang yang menggunakan smartphone, maka akses komunikasi antar individu pun sudah tidak bersekat lagi. Ruang pertemuan fisik beralih ke ruang pertemuan digital. Saat ini pun sudah menjadi kewajaran jika seseorang memiliki lebih dari 1 (satu) group di aplikasi WA ataupun Telegram mereka. Pemimpin di era milenial harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi ini untuk menghadirkan proses kerja yang efisien dan efektif di lingkungan kerjanya. Misalnya dengan mengadakan rapat via WA ataupun Anywhere Pad, mengganti surat undangan tertulis dengan undangan via email ataupun Telegram, dan membagi product knowledge ke klien via WA. Jika



seorang



pemimpin



tidak



berupaya



mendigitalisasi



pekerjaannya di era saat ini, maka dia akan dianggap tidak adaptif oleh kliennya dan bahkan rekan kerjanya sendiri. Seperti yang dilansir oleh DDI (Development Dimensions International) dalam penelitiannya di



11



tahun 2016, mayoritas millenial leader menyukai sebuah perusahaan yang fleksibel terhadap jam kerja dan tempat mereka bekerja. Hal ini tentu saja disebabkan karena kecanggihan teknologi yang membuat orang bisa bekerja dimana saja dan kapan saja. Dapat disaksikan bahwa hari ini banyak



sekali coffeeshop yang



berfungsi



sebagai co-working



space bertebaran di tempat kita dan sebagian besar pengunjungnya adalah millenials. 2. Observer dan Active Listener Pemimpin di era milenial harus bisa menjadi observer dan pendengar aktif yang baik bagi anggota timnya. Apalagi jika mayoritas timnya adalah kaum milenial. Hal ini dikarenakan kaum milenial tumbuh beriringan dengan hadirnya media sosial yang membuat mereka kecanduan untuk diperhatikan. Mereka akan sangat menghargai dan termotivasi jika diberikan kesempatan untuk berbicara, berekspresi, dan diakomodasi ide-idenya oleh perusahaan. Mereka haus akan ilmu pengetahuan,



pengembangan



diri



dan



menyukai



untuk



berbagi



pengalaman. Namun di sisi lain, mereka pun tidak ragu untuk menuangkan kekesalannya terhadap perusahaan ke dalam media sosialnya. Oleh karena itu, jangan terburu-buru untuk menghakimi kinerja buruk mereka tanpa kita



tahu



alasan



sebenarnya.



Untuk



menjadi observer dan active



listener yang baik, tidak ada salahnya jika pendekatan dilakukan via media sosial milik mereka seperti Facebook, Instagram, dan Path. Apabila perusahaan kita mempunyai market segment kaum milenial, maka pendekatan yang sama bisa diterapkan untuk mendapatkan insight mereka. 3. Agile Pemimpin yang agile dapat digambarkan sebagai pemimpin yang cerdas melihat peluang, cepat dalam beradaptasi, dan lincah dalam memfasilitasi perubahan. Seperti yang disampaikan oleh motivator Jamil Azzaini, pemimpin yang agile adalah pemimpin yang open minded dan memiliki ambiguity acceptance, yakni bersedia menerima ketidakjelasan. Ketidakjelasan ini bisa berarti ketidakjelasan dari prospek bisnis ke depan, 12



ketidakjelasan sistem manajemen perusahaan, atau ketidakjelasan manual produk yang dikeluarkan perusahaan. Oleh pemimpin yang agile, hal ini nantinya akan disederhanakan, diperbaiki, dan disempurnakan. Pemimpin yang agile mampu mengajak organisasinya untuk dengan cepat mengakomodasi



perubahan.



Layaknya



Pep



Guardiola



yang



menyempurnakan Total Football dengan Tiki Taka-nya. 4. Inclusive Di



dalam



bahasa



Inggris, inclusive diartikan



"termasuk



di



dalamnya". Secara istilah, inclusivediartikan sebagai memasuki cara berpikir



orang



lain



dalam



melihat



suatu



masalah.



Pemimpin



yang inclusive dibutuhkan di era milenial dikarenakan perbedaan cara pandang antar individu yang semakin komplek. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya informasi yang semakin mudah diakses oleh siapapun, dimanapun, dan kapapnpun sehingga membentuk pola pikir yang berbeda antar individunya. Pemimpin yang inclusive diharapkan dapat menghargai setiap pemikiran yang ada dan menggunakannya untuk mencapai tujuan organisasi.



Pemimpin



juga



harus



memberikan



pemahaman



akan



pentingnya nilai, budaya, dan visi organisasi kepada anggota timnya secara paripurna karena kaum milenial akan bertindak secara antusias jika tindakannya memiliki meaning. Agar menjadi pemimpin yang inclusive, pemimpin juga tidak boleh lagi bertindak sebagai boss, melainkan leader, mentor, dan sahabat bagi anggota timnya. Hal ini disebabkan sebagian besar kaum milenial menganut nilai-nilai seperti transparansi dan kolaborasi dalam hidup mereka. DDI dalam penelitiannya di tahun 2016, menyampaikan bahwa millenials menyukai perusahaan yang memberikan frekuensi lebih banyak untuk mendapatkan mentoring dan training dari para manajer di atasnya atau para expert. 5. Brave to be Different Di zaman sekarang, ternyata masih banyak orang yang tidak berani untuk mengambil sebuah langkah atau keputusan penting dalam 13



pencapaian cita-citanya karena hal tersebut bertentangan dengan kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Hal semacam ini jika dibiarkan, akan menjadi hambatan seseorang bahkan sebuah perusahaan untuk lebih maju. Acapkali tradisi di sebuah perusahaan membuat orang lebih suka membenarkan yang biasa daripada membiasakan yang benar. Ini adalah tantangan bagi para pemimpin milenial dalam mengubah kondisi tersebut dan menanamkan nilai bahwa berbeda itu boleh asalkan dengan perencanaan dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, untuk memberi contoh, pemimpin harus berani berbeda, baik dari cara berpikir, kebijakan, maupun penampilannya. Tentu berbedanya untuk kebaikan tim dan perusahaan, misalnya membebaskan pakaian kerja tim yang semula berseragam menjadi pakaian semi formal agar menambah semangat bekerja mereka karena tampil keren di hadapan teman kantornya. Menekankan kepada tim bahwa setiap orang memiliki keunikannya masing-masing dan diberdayagunakan untuk kepentingan organisasi juga salah satu tugas dari pemimpin. 6. Unbeatable (pantang menyerah) Mindset pantang menyerah tentu harus dimiliki oleh semua pemimpin. Apalagi memimpin anak-anak di era milenial yang lekat dengan sikap malas, manja, dan merasa paling benar sendiri. Pemimpin milenial wajib memiliki sikap positive thinking dan semangat tinggi dalam mengejar goals-nya.



Hambatan



yang



muncul



seperti



kurangnya respect dari pegawai senior maupun junior harus bisa diatasi dengan sikap ulet dan menunjukkan kualitas diri. Kondisi persaingan kerja di era globalisasi harus memicu pemimpin untuk meningkatkan soft skills misalnya kemampuan bernegosiasi, menginspirasi, dan critical thinking, dan hardskills-nya seperti membuat desain grafis dan berbahasa asing. Maka dari itu, wajib bagi pemimpin untuk menjadi sosok yang unbeatableyang memiliki kemampuan bangkit dari kegagalan dengan cepat dan pantang menyerah dalam menggapai tujuannya.



14



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kepemimpinan



memiliki



beberapa



implikasi,



antara



lain:



pertama:



kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (Followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak  ancer e juga. Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang dengan kekuasaannya (his or her power) mampu menggugah pengikutnya untuk men capai kinerja yang memuaskan. Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integritiy), sikap bertanggung jawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance),



keberanian



bertindak



sesuai



dengan



keyakinan



(anceret)



kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan (anceretion) dalam membangun organisasi. 4.2 Saran



15



DAFTAR PUSTAKA https://www.hipwee.com/list/6-karakter-kepemimpinan-di-era-milenial/ http://www.knowcap.co.id/tantangan-kepemimpinan-di-era-millenium/ https://id.wikipedia.org/wiki/Milenial https://www.mditack.co.id/2017/08/02/pemimpin-di-era-generasi-millenial/



16