Dds Bab 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERKEMBANGAN SAINS Pengantar Setiap penemuan baru akan menghasilkan serangkaian penemuan baru yang merupakan derivasi dari penemuan baru tersebut menurut beberapa sudut pandang. Selain hasil baru, ditemukan pula metode baru baik yang berasal dari bidang spesifik itu sendiri maupun dari bidang studi lain yang melakukan penelitian lintas bidang. Penggabungan antar bidang ini diperoleh juga metode baru, reaksi baru, di samping produk baru, yang sering dinamai menurut penemunya maupun dipatenkan produknya. Dalam kelompok penelitian, mengikuti keanehan sampai mendapatkan sesuatu yang baru bukanlah hal baru. Keanehan yang konsisten dan terjadi secara konsisten merupakan rahasia baru untuk segera diungkapkan. Penjelasan mengenai keanehan tersebut harus dicari dan bermacammacam metode ilmiah harus digunakan. Jika metode yang dipilih belum berhasil mengungkapkan penyebab, maka digunakan metode yang lain. Dari sini dapat dipahami jika ilmu baru biasanya menawarkan metode baru. Lintas ilmu dan sering perkembangannya begitu pesat dan peminatnya, maka perlu dibuatkan klasifikasi baru dan cabang ilmu baru. Sering apa yang dilakukan dalam satu bidang kajian sama sekali aneh bagi ilmuwan di bidang lain. Yang paling menarik adalah setelah kecenderungan pemisahan ini mendominasi proses pengembangan sains, maka hasilnya adalah ilmu dengan kajian sangat spesifik yang seolah-olah mengunci diri dalam lapangannya sendiri. Namun pada suatu saat akan timbul keinginan untuk membuka diri dan mengintegrasikan pokok-pokok kajiannya, terutama dalam hal prinsip-prinsip serta metodologi, dari masing-masing bidang spesifik. Masing-masing bidang ilmu menyumbang cara berpikir dan pemecahan masalahnya, dan ini menjadikan ilmu baru yang komponennya sangatt plural. Gejala pemisahan cabang-cabang ilmu ini secara terus-menerus dapat diilustrasikan ke dalam diagram berikut. Arah perpisahan dan lanjut perpisahan tidak selalu simetris sama, karena perpisahan akan terjadi dimana titik jenuh suatu ilmu sudah tercapai atau tiba-tiba ditemukan ilmu baru yang lebih menarik untuk dikaji lebih dalam. Kegiatan ini juga menghasilkan banyak sekali penemuan baru yang setelah itu diaplikasikan ke dalam teknologi



Gambar 5.2 kajiannya.



Perpisahan cabang-cabang sains menjadi semakin mendetil dan sempit lapangan



Setiap langkah kemajuan dalam sains biasanya dipublikasikan ke dalam jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah adalah kumpulan karya ilmuwan dalam bidang spesifiknya masing-masing dimuat dalam terbitan berkala untuk dijadikan referensi oleh ilmuwan lain yang berminat di bidang kajian tersebut. Untuk memasukkan karya ilmiah ke dalam jurnal ilmiah harus melewati persetujuan para “referee” atau editor yang diambil dari para ahli di bidang tersebut. Jurnal sains yang paling bergengsi dan sulit



ditembus adalah jurnal Science, disana dimuat karya-karya fenomenal para ilmuwan sains terkenal. Dalam ilmu kimia dikenal jurnal besar seperti Journal of Physical Chemistry dan masih banyak lagi. Dalam bidang studi matematika, fisika, dan biologi juga terdapat sederetan jurnal terkenal yang dapat dijadikan referensi. Dalam tahapan ini penelitian para ilmuwan sains hampir tidak dapat dibedakan termasuk ke dalam bidang kajian yang mana. Journal of Physical Chemistry misalnya, berisi artikel mengenai fisika yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan ilmu kimia. Semakin mendalamnya wilayah kajian suatu ilmu ditandai pula dengan terbentuknya jurnal baru yang sangat spesifik kajiannya. Jurnal ilmiah sangat membantu para ilmuwan pertukaran informasi yang saling dibutuhkan karena hanya masukan yang berasal dari para ahli di bidang sejenis yang sangat berharga. Jurnal ilmiah juga mencegah terjadinya “duplikasi” dalam penelitian. Duplikasi ini sering terjadi karena kurangnya informasi dari para ilmuwan sehingga terjadi pemborosan waktu dan sumber daya. Satu hal yang sangat memudahkan komunikasi antar ilmuwan adalah penggunaan komputer sebagai sarana komunikasi saat ini. Banyak jurnal ilmiah menyediakan edisi elektronik berupa file yang dapt diambil setiap saat dan kapan saja ke komputer masing-masing. Edisi cetak jurnal biasanya disediakan di perpustakaan untuk bisa diakses setiap saat oleh yang membutuhkan. Intisari perkembangan sains dapat kita gambarkan dalam tabel 5.1 Tabel 5.1 Perbandingan Metode Bacon, Popper, Kuhn Dasar pencarian ilmiah Tujuan pencarian ilmiah Sarana pencarian ilmiah



Induksi Bacon Pengamatan Teori dan hukum alam yang benar Pengunaan pengamatan untuk mencapai dan membuktikan hipotesis



Popper Masalah Teori, hukum Kritik



Kuhn Paradigma Elaborasi paradigma menuju revolusi Pemecahan masalah paradigma



Berikut ini kita bahas beberapa pendapat menonjol dari para ilmuwan yang mengamati perkembangan sains dari zaman ke zaman. Hampir semua ilmuwan yang kita bahas ini hidup di awal abad ke-20 dimana perkembangan pesat sains menjadi topik utama dalam kehidupan saat ini. Masingmasing ilmuwan berpikir yang mengalami penciutan wilayah kajian dan cenderung terpecah menjadi sains-sains yang berbeda dan siap bekerja di wilayahnya sendiri. Itulah maka lahir falsifikasi atau falibilisme (Popper), verifikasi yang berkelanjutan (Lingkaran Wina), perubahan paradigma (Kuhn), sains sebagai program penelitian (Lakatos), gaya anarkis ilmuwan dalam bekerja (Feyerabend), juga akhirnya ilmuwan dipaksa untuk menengok sejarah (Bachelard), dan ini berarti ilmuwan harus kembali melihat pendekatannya yang lebih umum dan holistik. A. Lingkaran Wina: verifikasi terus menerus Lingkaran Wina (Wiener Kreis/Vienna Circle) terdiri dari para sarjana ilmu alam yang berdiskusi dalam kurun waktu 1922-1938 mengenai perkembangan ilmu alam terutama fisika. Tujuan utama Lingkaran Wina adalah kesatuan ilmu alam serta memperbaiki laju ilmu pengetahuan di jalur positivisme di Inggris yang sangat empiristis, dengan memberi masukan dari beberapa lain. Mereka lebih dikenal dengan aliran logical positivist. Masukan dari aliran positivisme dan empirisme (David Hume, J.S. Mill) dibantu dengan metodologi empiris dari para ahli matematika-fisika modern zaman



itu (Helmholz, Poincare, Boltzmann, Einstein) serta diperjelas dengan adanya perkembangan logika simbolik dan analisis logis (Frege, Whitehead, Russel, khususnya Wittgenstein) aliran mereka sering disebut juga neopositivisme, atau empirisme logis, selain positivisme logis. Pokok-pokok pikiran kelompok ini secara garis besar adalah bahwa pengetahuan bersumber utama pada pengalaman walaupun dibantu dalil logika dan matematika yang tidak didapat dari pengalaman yang membantu mendeskripsikan dan memberi makna pengalaman tadi serta memberi pernyataan mengenai data tadi. Kelompok ini terutama disuarakan oleh Ludwig Wittgenstein (18891951), juga berusaha mencari garis batas antara pernyataan bermakna (meaningfull statement) dan pernyataan tidak bermakna (meaningless statement) berdasarkan bisa tidaknya pernyataan tersebut diverifikasi. Dalam konteks Lingkaran Wina, jaln kemajuan ilmu pengetahuan alam harus mengikuti logika ilmu (the logic of science) yang mendasari filsafat ilmu. Setiap pernyataan ilmiah harus dicarikan bentuk logisnya. Tidak ada konteks penemuan (context od discovery) dalam sains, yang ada hanya konteks pengujian dan pembenaran (context of judgement). Hal ini membawa akibat makin jauhnya ilmu pengetahuan dari kenyataan yang sebenarnya karena para pemikir disibukkan dengan apa yang seharusnya terjadi (secara logis). Pengaruh utama yang mewarnai pandangan dari Lingkaran Wina berasal dari Wittgenstein. Menurut Wittgenstein penalaran logis matematis merupakan gambaran mengenai kenyataan yang ada di alam. Makin rinci penjelasan matematisnya makin dekat kita dengan kenyataan sesungguhnya. Pandangan lain yang kental mewarnai Lingkaran Wina adalah yang ditulis Bertrand Russel dan A.N. Whitehead dalam Principia Mathematicai yang mengklaim bahwa logika adalah inti dari matematika. Maka disusunlah penjelasan matematis dari teori-teori ilmiah baik yang berasal dari pengamatan maupun yang dari logika. Keduanya dihubungkan melalui hukum kesesuaian (Correspondence rules). Rudolf Carnap (1891-1970) adalah tokoh utama Lingkaran Wina mengembangkan versi baru positivisme, yang sering disebut dengan empirisme logis atau positivisme logis (logical empirism, logical positivism) yang menekankan proporsi ilmiah dan pentingnya tahap-tahap verifikasi terus-menerus dalam proses penerimaan suatu teori. Sebenarnya metode verifikasi terus-menerus ini mirip dengan prinsip falsifikasi atau falibilitas dalam perkembangan sains. Teori dan hipotesis yang sudah tidak layak pada saat verifikasi akan digugurkan dan demikian pula hhalnya dengan kerja falsifikasi atau falibilisme. B. Popper: Prinsip Falsifikasi dan Metode Ilmu Pengetahuan 1. Pengertian Falsifikasi Dalam falsifikasi, pengamatan akan dituntun oleh teori yang melatarbelakanginya. Semakin banyak teori, semakin jauh ilmu pengetahuan dari objek asalnya. Jika pengetahuan berikutnya berbeda dengan pengetahuan yang ada saat ini, yang ada juga harus dengan disesuaikan. Semua dapat diperbaiki suatu saat di masa depan terjadi kesalahan atau berubahnya objek alam dari waktu ke waktu. Alam akan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisinya, termasuk kondisi baru yang dibuat manusia. Sir Karl Raimund Popper yang kadang disebut sebagai ahli filsafat ilmu pengetahuan terbesar abad ini setelah Francis Bacon adalah matematikawan yang memperhatikan perkembangan



sains merupakan pemikir di hampir semua bidang karena minatnya pada pembahasan filsafat memengaruhi tulisan mengenai politik dan sosiologi. Popper menuangkan ide falibilisme dalam dunia sains ke dalam tulisannya. Karyanya yang paling terkenal dalam bidang filsafat ilmu adalah The Logic of Scientific Discovery yang berisi pendapat Popper mengenai kemajuan ilmu pengetahuan alam yang mempunyai “logika” tersendiri, karena tidak ada penemuan besar terjadi tiba-tiba tanpa melalui tahapan-tahapan (evolusi) yang panjang. Tahapan ini tidak lepas dari eksperimen empiris dan juga metode induksi, Popper banyak mengkritik hasil diskusi dari kelompok Lingkaran Wina, dan Popper membedakan bermakna dan tidak bermakna (Meningfull dan meaningless) dengan ilmiah dan tidak ilmiah tergantung pada pendasaran empirisnya. Yang terbukti secara empiris belum tentu tidak bermakna, demikian penjelasan Popper. Logika Popper berkembang sampai pada metode falsifikasi/falibilisme. Kaitan falsifikasi dengan logika dapat diterangkan dengan hipotesis 0 (H0). Jika dalam urusan peradilan ada asas “praduga tidak bersalah” ini berlaku sebagai hipotesis nol yang nantinya dapat ditolak jika tertuduh ternyata bersalah, penelitian dan pengambilan data tetap diperlukan untuk dapat menarik kesimpulan yang benar. Namun hipotesis nol digunakan sebagai alternatif. Perhatian Popper pada perkembangan ilmu pengetahuan mempunyai titik berat pada metodologi, dan ini berada di luar Lingkaran Wina. Metode yang paling terkenal yang lahir adalah falibilisme. Asal mula teori ini adalah pendapatnya mengenai cukup tidaknya klaim kebenaran dari para positivist-logis, dengan kata lain, logika di sini adalah metode induksi menurut Popper tidak menjamin kebenaran pada peralihan yang khusus ke yang universal dalam logika. Maka, yang paling tepat adalah cara kerja para ilmuwan empiris: melalui logika deduksi yang sangat ketat memperhitungkan bukti empiris. Semuanya memungkinkan pembuktian hipotesis nol juga digunakan dalam langkah-langkah ilmiah. Dikatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan hasil rekaman empirik dari zaman ke zaman yang dianalisis dengan metode tertentu. Namun validitas suatu pengetahuan justru terletak pada falsibilitasnya. Hal ini terutama disebabkan karena ketidakmungkinan kita mengumpulkan data selengkap mungkin. Menurut Popper, ilmuwan yang baik justru menyediakan sederetan metode dan celah-ccelah membuktikan kebenaran teorinya. Biasanya hipotesis pertama akan tetap tinggal dan hipotesis tambahan akan berguguran dari waktu ke waktu. Dengan demikian proses penyempurnaan berjalan terus. Ilmu pengetahuan maju bukan karena akumulasi ilmu yang terus-menerus melainkan karena berkurangnya kesalahan (error eliminination). Falsificationism atau ffalibilism adalah prinsip yang menyalahkan apa yang telah ada sebelumnya dan menyebabkan keharusan dicarinya alternatif yang lebih benar. Sebenarnya falsifikasi sangat berhubungan erat dengan usaha verifikasi yang dikemukakan oleh para tokoh Lingkaran Wina. Cara verifikasi adalah falsifikasi atau falibilitas. Jika suatu hipotesis terbukti salah maka hipotesis tersebut harus digugurkan dan dicarikan penggantinya dan diteliti lagi kekurangannya sehingga pada akhirnya didapat hipotesis yang tangguh untuk menyusun suatu teori atau hukum. Dalam metode induksi sebaiknya hipotesis dalam pencarian pengetahuan mengenai alam selalu bersifat sementara dan selalu terbuka terhadap kemungkinan ditemukannya kesalahan ataupun anomaly. Dan memang pernyataan umum mengenai pengamatan akan alam harus mempunyai sifat dapat dipersalahkan sehingga setiap kali ada pengamatan baru maka pernyataan itu dapat diperbaiki. Falsifikasi atau falibitas dapat dijadikan criteria dari layak tidaknya suatu teori dalam sains. Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang dapat disalahkan, dan memungkinkan dirumuskannya hipotesis baru penggantinya. Jika suatu teori tidak dapat disalahkan maka teori tersebut bukan teori



yang baik karena tidak dibangun dari penarikan kesimpulan yang dapat dipercaya dan berdasarkan pengamatan objektif. Pada dasarnya tidak ada teori yang tidak dapat salah sama sekali dalam pengetahuan induksi dalam sains. Derajat falibilitas adalah sejauh mana suatu pernyataan dapat disalahkan dalam prosesnya verifikasinya. Jika teori dapat disalahkan maka teori ini baik daripada teori yang kurang dapat disalahkan. Pernyataan dengan klaim kecil mengandung kebenaran yang mendukung pernyataan umum. Semakin banyak pernyataan spesifik kecil-kecil semakin kokoh pernyataan yang lebih umum. Dalam perkembangannya sains akan lebih maju sedikit-demi-sedikit dengan dirumuskannya pernyataan kecil-kecil yang sangat spesifik wilayah klaimnya tidak terlalu besar, artinya bukan sesuatu yang umum yang dapat diterapkan pada banyak fakta. Wilayah tersebut masing-masing teori dan hukum dapat disalahkan atau difalsifikasikan, namun teori dasarnya di wilayah yang lebih luas tidak gambang dipersalahkan. Pada semua teori, termasuk teori falsifikasi dari Popper ada beberapa keterbatasan. Dikatakan bahwa metode falibilitas juga dapat mengalami falsifikasi. Contohnya adalah kenyataan bahwa kebanyakan pengamatan adalah “theory-dependent observation” dan tiap pengamatan akan mempunyai latar belakang teoritis, bagaimana mungkin suatu pengamatan dapat menyalahkan latar belakang teorinya? Jika suatu pernyataan universal berhadapan dengan data pengamatan yang tidak sesuai, ada kemungkinan data pengamatan inilah yang salah, dan karenanya harus dilakukan konfirmasi lebih lanjut. Pernyataan universal dan kompleks ini dibangun dari sederetan pengamatan individual melalui metode induksi. Semua menyadari bahwa sangat mungkin menarik kebenaran deduksi dari pernyataan universal ke pernyataan individual. Sebaliknya menarik kebenaran untuk pernyataan universal dari pernyataan individual adalah tidak mungkin. Jika ada pernyataan universal dan bertentangan satu sama lain, maka yang ditolak adalah pernyataan individual. Dengan demikian metode falsifikasi dapat dilakukan namun setiap kali harus dilaksanakan dalam rambu-rambu logika deduksi dan induksi. Jika pengamatan individual tadi terbukti tangguh, maka ketidakcocokan tersebut dimasukkan ke dalam golongan anomali, dan dapat diselidiki lebih lanjut. 2. Jenis Falsifikasi a. Falsifikasi Metode Klasifikasi metode menyangkut penyempurnaan metodologi. ada beberapa hal yang harus kita ingat menyangkut falsifikasi metode: 1. Mencoba sesuatu yang baru yang berasal dari variasi metode yang lama. 2. Memverifikasi hipotesis yang menyangkut bagaimana prediksi divariasi dan diverifikasi dengan menguji kecocokan dengan latar belakang teori dan melihat beberapa contoh. 3. Kelemahan metode empiris terutama metode induksi adalah tidak pernah bisa mengumpulkan semua fakta secara lengkap untuk bisa menarik kesimpulan dengan aman dan amat meyakinkan. b. Falsifikasi Objek. Falsifikasi objek jelas berasal dari objek yang diteliti yaitu alam. Objek adalah realitas yang berubah – ubah.



1)



Realitas objek.



Realitas objek adalah hal utama yang harus dipegang dalam pencarian pengetahuan. pemikiran kita akan tergantung pada realitas tersebut, dan bukan sebaliknya realitas tergantung pada pikiran kita. Deskripsi objek yang pengamatannya dibantu metode ini dapat tidak sesuai dengan teori yang sudah ada. Jika suatu saat ditemukan objek yang tidak berlaku sama dengan metode yang sama, maka perlu dicarikan hipotesis baru dan diverifikasi lebih lanjut. Dengan demikian ada kemungkinan hipotesis bahkan teori yang sudah ada mengalami perbaikan dengan melengkapi apa yang didapat dari objek yang tingkah lakunya "menyimpang" tadi. Yang penting dalam hal ini adalah objek yang menggerakkan subjek berpikir lebih lanjut (realitas objektif) bukan subjek yang menggerakkan objek (realitas subjektif). 1)



Evolusi Objek.



Selain nyata, objek juga tidak diam, dalam arti akan mengalami perubahan secara perlahan maupun cepat. Biasanya perubahan objek mempunyai keteraturan tertentu baik variabel maupun intensitasnya. evolusi akan terjadi karena alam juga menyesuaikan diri dengan alam barunya dimana manusia telah turut ikut campur. Metode analisis Alam juga berubah seiring dengan kemajuan peralatan dan metodologi. Perubahan objek alam biasanya mengarah pada keteraturan sehingga manusia bisa mengetahuinya. Popper menyumbangkan makna yang fenomenal dalam hal ini yaitu membuat ilmu pengetahuan senantiasa bersifat terbuka. Tidak ada satu hipotesis dan teori ilmiahpun yang mutlak benar secara definitif, karena sekian banyak metode telah tersedia dan menunggu untuk menjatuhkan teori ini. Adapun akar dari metode falsifikasi ini adalah objek sains itu sendiri yaitu alam dan metode untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Metode untuk mendapatkan pengetahuan adalah cara yang terbaik yang digunakan oleh ilmuwan untuk memperjelas gejala-gejala di alam dan supaya ilmuwan mampu menjelaskan dengan bahasa yang dapat dimengerti banyak orang. Akar logis lain dari metode falsifikasi adalah pengaruh perubahan objek dari waktu ke waktu. Alam yang diteliti tidak akan berada dalam kondisi tidak berubah selama penelitian dari waktu ke waktu, namun alam mempunyai dinamika sendiri, termasuk dalam hal mengembalikan keseimbangannya yang diganggu oleh manusia. 3. Filusuf Pasca-Popper Setelah paper banyak filsuf alam maupun para ahli ilmu alam bermunculan dan memberikan perbandingan ke teori falsifikasi Popper. Beberapa nama yang sering muncul adalah Thomas S Kuhn, Paul Feyerabend dan Imre Lakatos. Mereka dapat digolongkan para pemberontak terhadap positifisme dan mereka menaruh perhatian amat besar terhadap sejarah perkembangan ilmu dan usaha merekonstruksi kembali kejadian-kejadian sejarah dan mengenai ilmu. C. Kuhn : Revolusi Sains Thomas Samuel Kuhn adalah pemikir sains dan menulis buku yang sangat terkenal The Structure of scientific Revolutions. Kuhn pada mulanya pernah mempelajari sejarah dan perkembangan sains dan pada suatu saat dia terkesima: bahwa perkembangan sains dari zaman Aristoteles sampai zaman Copernicus bukanlah suatu aliran penemuan yang ditambahkan satu ke yang lain. Singkat kata bukan penemuan sains yang merupakan kekuatan pendorong ilmu pengetahuan ke arah kemajuan. Lalu Kuhn dengan tegas menyarankan supaya kita semua belajar dari



sejarah, dan titik tolaknya haruslah pada sejarah. Menurut Kuhn perubahan mendalam dalam sejarah ilmu justru lahir dari revolusi ilmiah bukan berdasarkan upaya empiris yang membuktikan salah satu teori atau sistem dan upaya falsifikasi untuk tujuan penyempurnaan. Selanjutnya dikatakan bahwa perkembangan sains berada dalam konteks sejarah sendiri yang tak dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian yang mandiri. Kekuatan sains ada pada sifat revolutifnya dimana kemajuan ilmiah ditandai dengan semua teori yang ada akan ditinggalkan dan sepenuhnya diganti oleh teori baru yang lebih sesuai salah satu unsur terpenting lainnya yang menurut Kuhn harus ada adalah masyarakat ilmiah. Masyarakat ilmiah sangat mendukung terbentuknya struktur ilmiah baru dan dapat berkembang dalam kurun waktu tertentu. Konsep sentral adalah apa yang disebut paradigma kegiatan penelitian pada dasarnya adalah pengumpulan pengamatan secara random dalam kerangka topik yang disebut paradigma. dan tiap paradigma mempunyai metode dan teknik tersendiri untuk berkembang dan memecahkan masalah yang ada di dalamnya. Paradigma itu sendiri terbangun atas sekumpulan konsep yang berhubungan satu sama lain dan ditambah beberapa asumsi dan kepercayaan akan penyelesaian objektif atas beberapa masalah dengan cara yang dimengerti bersama oleh beberapa ilmuwan. Pada tahap tertentu berlaku ilmu pengetahuan atau ilmuwan akan menemukan fenomena baru yang tak dapat diterangkan dengan teori yang sudah ada. Fenomena ini disebut anomali. Jika metode yang digunakan berbeda dari metode ilmu normal dalam paradigmanya maka akan terjadi revolusi ilmiah dalam peristiwa ini terjadi peralihan komunitas ilmiah dari paradigma lama menjadi paradigma baru. Menurut Kuhn usulan Popper mengenai metode falsifikasi kurang menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi dalam sains dan berkembang sepanjang sejarah. Tidak cukup hanya mempersalahkan sebagian sebagian dari teori besar dan menggantikannya dengan teori lain yang lebih cocok dan lebih mendukung teori besar yang sudah ada. Suatu saat diperlukan penggantian teori besar tersebut dan inilah yang disebut dengan perubahan paradigma dalam revolusi sains. Namun terciptanya paradigma baru akan menyebabkan paradigma yang sudah lama harus dievaluasi ulang. Kewajiban para ilmuwan adalah melakukan penelitian yang pada suatu saat akan menjungkirbalikkan paradigma lama dan dengan demikian dunia sains mengalami kemajuan. Jadi, sains bukan cuma sekedar penghalusan apa yang sudah ada sebelumnya namun benar-benar merevolusi yang bisa mengubah cara pandang manusia dengan sangat drastis. Gambaran hunt mengenai kemajuan ilmiah dapat dilukiskan ke dalam skema terbuka sebagai berikut: pra- sains - sains normal - revolusi krisis - sains normal baru - krisis baru. Aktivitas-aktivitas yang mengawali lahirnya sains baru akan menghasilkan perubahan dan pembentukan struktur baru yang menghasilkan paradigma baru yang dicetuskan oleh masyarakat ilmiah tertentu. Kegiatan ilmiah dalam masyarakat ilmiah ini dinamakan sains normal. Tagihan kunci utama perubahan revolusioner ini ada pada metodologi. Alam tidak terlalu berubah namun metode pencarian penjelasan akan gejala alam kadang-kadang dan politik. Menurut Kuhn pula ada fase-fase penjelajahan manusia akan gejala-gejala alam yang terbagi kedalam tahaptahap: 1. Fase pra paradigma 3. Fase paradigma 3. Fase ditemukannya anomali.



Paradigma dan krisis adalah dua periode yang sangat berbeda. Paradigma adalah kemampuan dan keamanan suatu teori dan semua fenomena yang dapat dijelaskan oleh teori ini dalam sistem tertentu. Sedangkan krisis adalah keadaan dimana bagian yang tidak dapat masuk ke dalam teori tadi mencari penjelasannya. Kuhn juga mengatakan bahwa membandingkan paradigma satu dengan yang lain bukanlah hal yang mudah karena semua yang menyusun paradigma sangat berbeda dan tidak analog. Salah satu persyarat percepatan pergantian paradigma adalah pendidikan. Hal ini diakui oleh hampir semua ahli karena tidak mungkin Scientist dapat bekerja cepat secara otodidak. D. Lakatos : Program Penelitian Imre lakatos menganggap teori pengetahuan sebagai struktur. Lakatos memperhatikan sejarah dan membuat daftar apa saja dalam sejarah yang tidak tertangkap oleh metode induksi dan fasilfikasi. Lakatos berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan teori merupakan struktur ilmiah yang terbentuk dalam sejarah. Lakatos mengemukakan program-program penelitian ke dalam struktur pengetahuan dan teori yang tidak dapat lepas dari suasana dan zaman struktur ini ada.evaluengevaluasi gagasan popper dan Kuhn. Pada akhirnya sebetulnya lakatos berdiri di pihak popper, namun ia menambahkan bahwa bukan teori tunggal yang harus dinilai sebagai ilmiah dan tidak ilmiah melainkan rangkaian teori yang saling berhubungan secara kontinyu untuk membentuk program penyelidikan dan kontinuitasnya adalah sejarah. Dalam program penelitian ada dua aturan metodologis : cara yang harus dihindari (heuristik negatif) dan cara yang harus dijalankan (heuristik positif) yang merupakan inti pokok program yang harus dilindungi dari ancaman falsifikasi. pelindungnya adalah hipotesis pendukung kondisi awal landasan teori dan lain-lain. Heuristik positif biasanya fleksibel dan terbuka sehingga dapat menyempurnakan inti pokok program dan ini harus dilakukan jika program penyelidikan mengalami kemacetan. Heuristik negatif dari program memuat inti teori yang tidak boleh dimodifikasi atau ditolak. Asumsi ini harus tahan terhadap falsifikasi dan dilindungi oleh hipotesis pendukung kondisi awal dan lain sebagainya. Positif heuristik memuat langkah-langkah yang benar-benar akan diambil untuk melakukan penelitian termasuk dengan pengembangan dan penambahan asumsi-asumsi lebih lanjut yang akan bergantung pada fenomena baru yang ditemui. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metodologi akan berkembang Seiring berjalannya waktu Sehingga menghasilkan produk baru yang selalu baru di zamannya



E. Feyerabend : Pendekatan Anarkistik Feyerabend menentang dominasi metode dan menekankan pada kreativitas individual sebagai kunci penentu suksesnya karya ilmiah. Ilmuwan tidak dibatasi oleh aturan dan hukum Walaupun mungkin awalnya dipimpin oleh metode yang ada. ilmuwan harus bebas dan kegiatan keilmuan adalah upaya anarkistik. Anarkis dalam mengelola menelurkan ide dan mengujinya serta pada akhirnya menyampaikan hasilnya kepada masyarakat luas. kasus lain yang dia soroti adalah sejarah fisika dimana menurut dia metodologi Saya tidak sepenuhnya kompatibel dengan sejarah. selanjutnya dikatakan bahwa metodologi sains gagal membunyi aktivitas ilmuwan karena situasi yang sebenarnya sangatlah kompleks. Dan juga keputusan yang diambil secara pribadi oleh ilmuwan tidak salah mengikuti hukum dan logika yang berhubungan satu sama lain. Ilmuwan hanya mengambil satu



teori dan menggunakannya ke dalam penelitiannya tentang menerima semua fakta yang mendasari diterimanya tanpa memeriksa ulang yang itu bisa terjadi pada penelitian ilmuwan di zaman modern ini. Video seorang ilmuwan pada secara kebetulan memilih satu teori dan kemungkinan karena dia tidak tahu teori lainnya. Hal ini menjadikan sains tidak dapat diklaim sebagai ilmu murni yang paling objektif lagi. Ilmuwan semacam ini tidak berbeda dengan yang bukan ilmuwan yang dapat memilih apa yang tersedia tanpa mempertimbangkan pilihan tersebut. inilah yang menjadi pokok kritik feyerabend dalam against methode. Ilmu dapat berkembang dengan demikian bebasnya sehingga tidak terlacak oleh metodologi yang paling umum sekalipun. Keadaan ideal menurut feyerabend adalah keadaan dimana ilmuwan dapat memutuskan sendiri penelitian ilmiah apa yang akan dilakukan dengan tujuan yang telah diputuskan sendiri bukan diputuskan oleh masyarakat atau negara. Walaupun kada ini sangat sulit dicapai karena setiap peneliti biaya terkait dengan dana dan instrumentasi serta tim kerja yang baik juga keadaan ekonomi dan politik negara maka keadaan Irian ini lebih mirip utopi dari impian.



F. Bachelard : Pentingnya Sejarah Pencetus aliran fenomenologi tentang ilmu alam. Gejala alam yang menjadi pusat perhatiannya dirumuskan ke dalam tulisannya mengenai filsafat Islam. Hal yang menarik adalah usahanya untuk memadukan nafas alam dan Nafas seni. Namun karya mengenai puisi dan fisika dapat tantangan pada saat itu. Bachelard sejak dulu sudah mengambil inspirasi dari mekanika gelombang untuk menjelaskan dualisme cahaya sebagai gelombang dan materi yang menggambarkan dua cara pandang yang tidak dapat ditinggalkan namun tidak dapat dengan tepat digabungkan. Jadi jika ada sesuatu yang dapat diketahui secara pasti maka pada bagian kursi lainnya yang tidak dapat diketahui. Tahapan Ilmiah: 1. Fase pra ilmiah yakni dari zaman dahulu kala hingga zaman reinassance. ditandai dengan bentuk pengenalan ditandai dengan bentuk pengenalan konkrit akan alam 2. Fase ilmiah yakni di mana kesadaran dan abstraksi telah memainkan perannya dalam pengamatan indrawi manusia.Fase ini bersifat konkret Abstrak. 3. Masa suasana ilmiah baru. Rasa Ini terjadi keretakan antara teori dan konsep baru dan teori serta konsep lama karena yang dibutuhkan adalah abstraksi untuk menjelaskan gejala alam yang tidak tampak secara konkrit. Pada era ketiga ini merupakan sintesis dari apa yang dicapai pada era pra ilmiah dan Era ilmiah sebelumnya. Cara kerja pengetahuan modern adalah dialektika tidak hanya kenapa tidak bisa aja atau induksi saja atau purifikasi saja namun semuanya harus dipandang sebagai satu kesatuan dalam proses. Bachelard juga Berusaha menjelaskan akar masalah yang disebut sebagai gerakan epistemologi yaitu saat-saat tertentu di mana terjadi hilangnya mata rantai dalam proses dan mata rantai yang hilang ini sering diisi dengan asumsi pengganti yang belum tentu benar dengan kebutuhan perkembangan ilmu tersebut. Kesalahan akan merambat keilmuan berikutnya dan lama-kelamaan akan menyebabkan kesalahan benar tambahan pula merupakan epistemologi akan terjadi di manamana juga di masyarat ilmiah yang sukses sekalipun.



DASAR-DASAR SAINS BAB 5:PERKEMBANGAN SAINS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Fisika Dasar 1 Yang dibimbing oleh Bapak Dwi Haryoto



Kelompok 4 : Novia Fingki



170321612545



Putri Rahayu



170321612562



Rania Nukhba



170321612595



Offering : AC



JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG NOVEMBER 2017