De Naafi Rizqi R [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PORTOFOLIO RUMAH SAKIT KASUS MEDIK SEORANG ANAK PEREMPUAN 11 TAHUN DENGAN ERUPSI OBAT NEKROSIS EPIDERMAL TOKSIK (NET)



Disusun oleh: dr. Naafi Rizqi Rahmawati



Pendamping: dr. Rizkiyah Prabawanti



PROGRAM DOKTER INTERNSIP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. R. SOETIJONO BLORA 2019



BERITA ACARA PRESENTASI FOLIO Pada hari ini tanggal ___________________ telah dipresentasikan portofolio oleh : Nama : dr. Naafi Rizqi Rahmawati Judul/Topik : Seorang Anak Perempuan 11 Tahun dengan Erupsi Obat NET Nama Pendamping : dr. Rizkiyah Prabawanti Nama Wahana : RSUD Dr. R. Soetijono Blora No 1.



Nama Peserta Presentasi



Tanda Tangan 1.



2. 3.



2. 3.



4. 5.



4. 5.



6. 7.



6. 7.



Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya.



Pendamping,



dr. Rizkiyah Prabawanti NIP. 198512242011012014



TOPIK : ERUPSI OBAT Tanggal (Kasus) :



September 2019



Tanggal Presentasi :



Presenter : dr.Naafi Rizqi Rahmawati Pendamping : dr. Rizkiyah Prabawanti



Tempat Presentasi : RSUD dr. R. Soetijono Blora Obyektif Presentasi :  Keilmuan



 Keterampilan



 Penyegaran



 Tinjauan Pustaka



 Diagnostik



 Manajemen



 Masalah



 Istimewa



 Neonatus



 Bayi



√ Anak



 Remaja



Dewasa



 Lansia



 Bumil



 Deskripsi : Pasien anak perempuan usia 11 tahun rujukan dari Puskesmas Ngawen datang ke IGD RSUD Blora dengan keluhan ruam seluruh badan sejak 2 hari SMRS. 2 hari yang lalu pasien demam kemudian konsumsi Paracetamol beli di apotek. Pasien juga setiap harinya konsumsi obat Dapakote dan Bamgetol dari dokter bedah saraf karena riwayat epilepsi. Pasien di bawa ke dokter umum karena panas tidak turun. Diberi obat pulang Paracetamol dan Amoxicilin. Ruam dirasa semakin banyak dan memerah, pasien rawat inap di Puskesmas Ngawen. Selama 1 hari rawat inap pasien diberikan terapi Amoxicilin, Dexamethason, dan Paracetamol. Ruam semakin tebal dan merah. Akhirnya pasien dirujuk ke IGD RSUD Blora. Nyeri seluruh tubuh (+) Gatal (+) Demam (+) Mata gatal (+) Nyeri menelan (+) Diare (-) Mual (-) Muntah (-) BAB dan BAK tidak ada keluhan (-)  Tujuan : 1. Mengetahui penegakan diagnosis Erupsi Obat Nekrosis Epidermal Toksik 2. Mengetahui penatalaksanaan Erupsi Obat Nekrosis Epidermal Toksik Bahan Bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus



 Audit



Cara Membahas  Diskusi



 Pos



 Presentasi dan Diskusi



 E-mail



DATA PASIEN



Nama : An B



No. Registrasi : 307262



Nama Klinik :



Telp :



Terdaftar sejak : 29/8/2019



Instalasi Gawat Darurat Data utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis : Erupsi Obat Nekrosis Epidermal Toksik 2. Gambaran Klinis (Riwayat Penyakit Sekarang) Pasien anak perempuan usia 11 tahun rujukan dari Puskesmas Ngawen datang ke IGD RSUD Blora dengan keluhan ruam seluruh badan sejak 2 hari SMRS. 2 hari yang lalu pasien demam kemudian konsumsi Paracetamol beli di apotek. Pasien juga setiap harinya konsumsi obat Dapakote dan Bamgetol dari dokter bedah saraf karena riwayat epilepsi. Pasien di bawa ke dokter umum karena panas tidak turun. Diberi obat pulang Paracetamol dan Amoxicilin. Ruam dirasa semakin banyak dan memerah, pasien rawat inap di Puskesmas Ngawen. Selama



1 hari rawat inap pasien diberikan terapi Amoxicilin, Dexamethason, dan Paracetamol. Ruam semakin tebal dan merah. Akhirnya pasien dirujuk ke IGD RSUD Blora. Nyeri seluruh tubuh (+) Gatal (+) Demam (+) Mata gatal (+) Nyeri menelan (+) Diare (-) Mual (-) Muntah (-) BAB dan BAK tidak ada keluhan (-) 3. Riwayat Penyakit Dahulu  Pasien belum pernah memiliki keluhan seperti ini sebelumnya  Pasien tidak memiliki riwayat alergi  Pasien riwayat epilepsi sejak 23 Januari 2019, biasa periksa di RSUD Blora & dokter Bedah Saraf di Semarang 4. Riwayat Konsumsi Obat  Depakote 2 x 1 tab (Sodium Hydrogen Divalproat)  Bamgetol 2 x 1 cap (Carbamazepine) 5. Riwayat Keluarga  Anggota keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa  Anggota keluarga tidak memiliki riwayat alergi 6. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien merupakan anak tuggal dan tinggal di rumah bersama ayah dan ibu. Pasien duduk di bangku SMP. Kesan ekonomi cukup. DAFTAR PUSTAKA : 1. Valeyrie-Allanore L, Roujeau JC. Epidermal necrolysis (Steven-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis). In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine (8th ed). New York: McGraw Hill, 2012; p. 439-48. 2. Effendi EH. Nekrolisis epidermal toksik. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatimi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (7th ed). Jakarta: FK UI, 2015; p.199-200. 3. Bullous drug reactions Steven-Johnson syndrome (SJS) and toxic epidermal necrolysis (TEN)). In: James WD, Berger TG, Elson DM, Neuhaus IM, editors. Andrew’s Diseases of the Skin Clinical Dermatology (12th ed). Philadelphia: Elsevier, 2016. p.115-7. 4. French LE, Prins C. Erythema multiforme, Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, et al, editors. Dermatology (3rd ed). China: Elsevier, 2012; p. 323-30. 5. Breathnach SM. Erythema multiforme, Stevens-Johnsons syndrome and toxic epidermal necrolysis. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of Dermatology (8th ed). Singapore: Willey-Blackwell Publishing, 2010; p. 76.8-22. 6. Wang WL, Lazar A. Lichenoid and interface dermatitis. In: Calonje E, Brenn T, Lazar A, McKee PH, editors. McKee’s Pathology of the Skin (4th ed). China: Elsevier, 2012; p.



219-58. 7. Lehloenya R. Management of StevenJohnson Syndrome and toxic epidermal necrolysis. [cited



2015



June



15].



Available



from:



http://www.allergysa.org/Content/Journ



als/August2007/Management of Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis.pdf. 8. Roongpisuthipong W, Prompongsa S, Klangjareonchai T. Retrospective Gunawan, Wibawa, Suling, Niode: Satu kasus nekrolisis epidermal toksis ... 57 analysis of corticosteroid treatment in Steven-Johnson Syndrome and/or toxic epidermal necrolysis over a period of 10 years in Vajira Hospital, Navamindradhiraj University, Bangkok. [cited 2015 June 15]. Available from: http://www.hindawi.com/journals/drp/2 014/237821/. 9. Suriadiredja A, Toruan TL, Widaty S, Listyawan MY, Siswati AS, Danarti R, Rosita C, Nopriyanti. Nekrolisis epidermal toksik. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta: PERDOSKI, 2014; p. 313-6. HASIL PEMBELAJARAN : 1. Mengetahui penegakkan diagnosis Erupsi Obat Nekrosis Epidermal Toksik 2. Mengetahui penatalaksanaan Erupsi Obat Nekrosis Epidermal Toksik I.



SUBJEKTIF



Keluhan Utama : Ruam seluruh badan Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien anak perempuan usia 11 tahun rujukan dari Puskesmas Ngawen datang ke IGD RSUD Blora dengan keluhan ruam seluruh badan sejak 2 hari SMRS. 2 hari yang lalu pasien demam kemudian konsumsi Paracetamol beli di apotek. Pasien juga setiap harinya konsumsi obat Dapakote dan Bamgetol dari dokter bedah saraf karena riwayat epilepsi. Pasien di bawa ke dokter umum karena panas tidak turun. Diberi obat pulang Paracetamol dan Amoxicilin. Ruam dirasa semakin banyak dan memerah, pasien rawat inap di Puskesmas Ngawen. Selama 1 hari rawat inap pasien diberikan terapi Amoxicilin, Dexamethason, dan Paracetamol. Ruam semakin tebal dan merah. Akhirnya pasien dirujuk ke IGD RSUD Blora. Nyeri seluruh tubuh (+) Gatal (+) Demam (+) Mata gatal (+) Nyeri menelan (+) Diare (-) Mual (-) Muntah (-) BAB dan BAK tidak ada keluhan (-)



II. OBJEKTIF Pemeriksaan Fisik Status Generalis Kesadaran Keadaan umum Berat badan Tinggi badan Status Gizi Riwayat Imunisasi



: compos mentis : tampak sakit berat : 40 kg : 160 cm : baik : lengkap



Tanda-tanda vital :  Frekuensi Nadi  Tekanan Darah  Frekuensi Nafas  Suhu



: 108 kali/menit, kuat angkat, irama teratur, isi cukup, : 100/60 mmHg : 24 kali/menit, teratur : 37,8oC (axilla)



Kepala : normosefal, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak mudah dicabut . Wajah



: makula eritematosa hiperpigmentasi, purpura, dan erosi



Mata



: sekret (+/+) kuning kehijauan (+/+), visus 6/6



Hidung : nafas cuping hidung (-), deviasi septum nasi (-), sekret (-) Telinga : sekret (-) Mulut



: oedem (+) hiperemis (+) stomatitis (+)



Leher



: pembesaran KGB (-), trakea ditengah, peningkatan vena jugularis (-)



Thoraks : Paru Inspeksi



: retraksi (-), simetris saat statis dan dinamis



Palpasi



: vocal fremitus simetris kanan kiri.



Perkusi



: Sonor dikedua lapang paru



Auskultasi



: Bunyi suara nafas vesikuler, wheezing -/- dan ronki -/-



Jantung Inspeksi



: ictus cordis tidak nampak



Palpasi



: ictus kordis teraba di ICS V 2 cm medial linea midclavicula sinistra,



Perkusi



: batas kanan jantung : garis parasternalis kanan. batas kiri jantung : 1 cm lateral dari garis midclavicularis : Bunyi Jantung 1 dan II regular, Tidak ada murmur dan gallop



Auskultasi Abdomen Inspeksi



: datar (+) makula eritematosa hiperpigmentasi, purpura, dan erosi



Auskultasi



: bising usus (+) N



Perkusi



: timpani



Palpasi



: turgor baik, supel, nyeri (-), hepar dan lien tidak teraba.



Ekstremitas



: akral hangat, sianosis (-/- -/-), edema (-/- -/-), CRT < 2” (+/+ +/+)



Genitalia



: makula eritematosa hiperpigmentasi, purpura, dan erosi



Ujud Kelainan Kulit makula eritematosa hiperpigmentasi, purpura, dan erosi pada wajah, dada, punggung, perut, kedua lengan dan kaki juga kelamin disertai krusta kehitaman pada bibir.



Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium Darah



III. ASSESMENT Erupsi Obat Nekrosis Epidermal Toksik Hipoalbuminemia IV. PLAN Medikamentosa IGD -



Stop semua pemakaian obat oral yang pasien konsumsi Periksa elektrolit Kompres untuk demam Inf. RL 20 TPM O2 3LPM NC Inj Metilprednison 125 mg Inj Difenhidramin 1 ampul Inj Ranitidin 1 ampul Medikamentosa dari dr Dwi Sp.KK



-



Inf. RL 20 TPM O2 3LPM NC Inj Metilprednison 125 mg - 0 - 62,5 mg Inj Difenhidramin 3 x 1 ampul Inj Ranitidin 2 x1 ampul Salap antibiotik asam fusidat krim 2 x 1 pada luka atau erosi kulit Salep desoksimethason krim 2 x1 pada lesi bibir Cetirizin 1 x 1 tab Kompres NaCL 0,9% pada bibir selama 15 menit 2 x sehari



V.PROGNOSIS Qua ad vitam Qua ad fuctionam Qua ad sanationam



: dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam



TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Erupsi Obat Erupsi Obat adalah reaksi hipersensitivitas terhadap obat dengan manifestasi pada kulit yang dapat disertai maupun tidak keterlibatan mukosa. Terdapat dua jenis tipe reaksi simpang obat, yaitu tupe reaksi A yang dapat diprediksi karena sifat fakmakologik obatnya, dan tipe B



yaitu reaksi yang tidak dapat diprediksi dan terjadi pada populasi tertentu, misalnya idiosinkrasi dan reaksi hipersensitivitas. Berdasarkan klasifikasi Coombs and Gell, patomekanisme yang mendasari erupsi obat alergik dibagi menjadi 2 mekanisme. Tipe I dimediasi oleh imunoglobin (Ig)E yang dapat menyebabkan reaksi anafilaksis, urtikaria dan angiodema, timbul sangat cepat, terkadang dapat urtikaria/angiodema persisten beberapa minggu setelah obat dihentikan. Tipe II merupakan mekanisme sitotoksik yang diperentarai reaksi antigen, IgG dan komplemen terhadap eritrosit, leukosit, trombosit, atau sel prekusor hematoligik lain. Obat yang dapat menyebabkan hipersensivitas tipe ini antara lain golongan penisilin, sefalosporin, streptomisin, klorpromazin, sulfonamid, analgesik, dan antipiretik. Sedangkan tipe III adalah reaksi imun kompleks yang sering terjadi akibat penggunaan obat sistemik tinggi dan terapi jangka panjang, menunjukan manifestasi berupa vaskulitis pada kulit dan penyakit autoimun yang diinduksi obat. Tipe terakhir yaitu tipe IV (tipe lambat) yang diperantarai oleh limfosit T dengan manifestasi klinis erupsi ringan hingga berat. B. Definisi Erupsi Obat SSJ dan NET Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dan nekrosis epidermal toksik (NET) merupakan suatu kegawatdaruratan kulit yang ditandai dengan adanya nekrosis dan pengelupasan epidermis yang luas dan dapat menyebabkan kematian. Keduanya diawali dengan makula eritema terutama di batang tubuh dan ekstremitas superior, kemudian meluas dengan cepat menjadi bula kendur diikuti pengelupasan epidermis. SSJ dan NET adalah varian dari penyakit yang sama dan dibedakan berdasarkan persentase luas permukaan tubuh yang terlibat. Kedua penyakit ini dikelompokkan sebagai nekrolisis epidermal (NE) yang kemudian diklasifikasikan dalam 3 kelompok berdasarkan luas permukaan kulit tubuh yang terlibat, yaitu: 1). sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dengan lesi epidermolisis pada