Deferensiasi Dan Integrasi, Psikologi Organisasi Dan Budaya Organisasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DEFERENSIASI DAN INTEGRASI, PSIKOLOGI ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI



MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi yang dibina oleh Ibu Prof. Dr. Sudarmiatin, M.Si



Oleh Cip Widya Ariska Putri Ihsanul Winda Sari Kiky Zulkifli Layly Dwi Rohmatunnisa



160421800573 16042180 160421800966



UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI AKUNTANSI NOVEMBER 2016



A. DEFERENSIASI DAN INTEGRASI 1. Diferensiasi Kehidupan manusia berbeda-beda sesuai dengan jalan hidupnya masingmasing. Begitu pula dalam suatu organisasi terdapat perbedaan-perbedaan yang ada. Misalnya perbedaan ras, perbedaan agama, perbedaan profesi, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut yang disebut dengan diferensiasi dalam organisasi. Ada dua jenis deferensiasi dalam organisasi, yaitu : a. Diferensiasi Horizontal Kompleksitas menunjukkan derajat diferensiasi (perbedaan) yang terjadi dalam sebuah organisasi, baik ke arah horizontal, vertikal, maupun spasial (menurut ruang atau daerah). Diferensiasi horizontal menggambarkan derajat perbedaan antara unit-unit atau fungsi-fungsi organisasi sehingga setiap unit atau fungsi perlu ditangani oleh tenaga kerja dengan pengetahuan dan keterampilan khusus (spesialisasi). Contoh diferensiasi horizontal diterapkan dalam suatu organisasi yaitu pekerjaan merakit mobil dipecah-pecah menjadi rangkaian pekerjaan yang lebih sederhana, dan masing-masing dikerjakan oleh orang yang berbeda. b.



Diferensiasi Vertikal Kompleksitas menunjukkan derajat diferensiasi (perbedaan) yang terjadi



dalam sebuah Organisasi, baik ke arah horizontal, vertikal, maupun spasial (menurut ruang atau daerah). Diferensiasi vertikal menggambarkan tingkat kedalaman atau banyaknya tingkatan hierarki antara pimpinan puncak hingga tingkatan paling rendah dalam sebuah organisasi. Diferensiasi spasial atau sebaran ruang menunjukkan derajat penyebaran bagian-bagian organisasi pada lebih berbagai lokasi, baik menurut jumlahnya maupun menurut jarak sebarannya. Contoh diferensiasi vertikal dalam organisasi seorang pekerja di perusahaan (karyawan) dilapisi lagi oleh supervisor. 2.



Integrasi Karena adanya diferensiasi organisasi, maka organisasi terbagi secara



terpisah-pisah, kemudian perlu disatukan atau dikoordinasikan kembali (integrasi) secara keseluruhan agar menuju pencapaian tujuan bersama. Integrasi merupakan aspek penyeragaman dan persatuan dalam suatu sistem. Integrasi berasal dari bahasa



inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi dimaknai sebagai proses penyesuian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan, sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Terdapat 10 karakteristik integrasi yaitu: 1.



Anda menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting Agar memiliki keunggulan integrasi, Anda tidak boleh berbohong dalam hal-



hal kecil; dan sebagai hasilnya, Anda tidak akan tergoda oleh hal-hal yang lebih besar-kekuasaan, prestise, atau uang. Hal yang juga penting, sebagai orang yang berintegrasi, Anda setia pada nilai moral internal anda, bahkan bila itu berarti Anda harus berhadapan dengan resiko kehilangan tempat yang nyaman di dunia. 2.



Anda menemukan yang benar (saat yang lain melihat warna abu-abu). Untuk mendapatkan keunggulan integritas, anda tidak boleh mengambil



keputusan sendiri. Anda mengajukan pertanyaan, menerima saran, berefleksi, dan melihat jauh ke depan. Ringkasnya, pastikan bahwa Anda mengambil keputusan yang tidak bertentangan dengan kode integrasi pribadi. 3.



Anda bertanggung jawab. Untuk memiliki keunggulan integritas, anda sadar bahwa pencarian integritas



merupakan bagian yang integral dari kepemimpinan. Anda bersikap terbuka dan jujur, mengungkapkan cerita yang baik maupun yang buruk secara lengkap. Anda berbagi semua informasi penting, tidak hanya informasi yang menguntungkan anda. Anda mengaku ketika berbuat salah, meminta maaf, dan memperbaikinya. 4.



Menciptakan budaya kepercayaan. Dengan memiliki keunggulan integritas, Anda membantu menciptakan



lingkungan kerja yang benar, yakni lingkungan yang tidak menguji integritas pribadi karyawan atau rekan kerja anda. Anda memperkuat integritas itu melalui prinsip, control, dan teladan pribadi. Dan Anda memberikan penghargaan pribadi dalam segala tindakan mereka. 5.



Anda menepati janji.



Karyawan tidak akan mengikuti kata-kata pemimpin yang tidak mereka percayai. Atasan tidak akan mempekerjakan atau mempromosikan pekerja yang tidak mereka percayai. Klien tidak akan membeli produk dari pemasok yang tidak mereka percayai. Untuk memperoleh keunggulan integritas, Anda perlu berlaku penuh integritas, guna memperoleh kepercayaan. 6.



Anda peduli terhadap kebaikan yang lebih besar Untuk memiliki keunggulan integritas, Anda berkomitmen sangat kuat untuk



memberikan keuntungan terhadap organisasi tempat anda bernaung. Anda memedulikan perusahaan, produk, serta layanan anda, dan khususnya rekan satu tim anda. Melalui kerja, Anda memperoleh perasaan tentang adanya tujuan yang lebih dalam. 7.



Anda jujur namun rendah hati. Untuk memiliki keunggulan integritas, anda tidak memproklamasikan



kebaikan atau kejujuran anda. Itu seperti menyombongkan kerendahan hati. Anda seharusnya membuat tindakan anda berbicara lebih keras daripada kata-kata. 8.



Anda bertindak sebagai sedang diawasi. Untuk memiliki keunggulan integritas, anda perlu berfikir bahwa setiap



tindakan anda selalu diawasi. Anda perlu memastikan bahwa integritas anda itu diteruskan ke generasi-generasi mendatang melalui teladan yang anda berikan. 9.



Anda mempekerjakan Integritas. Untuk memiliki keunggulan integritas, anda perlu mempekerjakan dan



mengelilingi diri anda dengan orang-orang berintegritas tinggi. Anda mempromosikan orang yang memperlihatkan kemampuan untuk dipercaya. 10. Anda konsisten. Untuk memiliki keunggulan integrasi, Anda harus memiliki konsistensi dan keterdugaan etis. Hidup anda mencerminkan keutuhan dan keselarasan antara nilai dan tindakan anda. Integrasi dalam suatu organisasi merupakan suatu hal penting. Adapun pentingnya integrasi pada suatu organisasi, yaitu: 1.



Integritas membina kepercayaan



Dengan integritas yang ditemukan dalam diri seorang pemimpin yang bukan hanya kata-kata belaka tetapi juga disertai tindakan akan menumbuhkan kepercayaan dalam diri pengikutnya (Maxwell.1995:41). 2.



Integritas punya nilai pengaruh tinggi. Integritas merupakan kualitas manusia yang diperlukan untuk sukses bisnis.



Dengan integritas yang dipunyai oleh seorang pemimpin akan memperbesar pengaruhnya, karena pengikut melihat adanya sesuatu yang bisa dipercayai dalam diri pemimpin (Maxwell.1995 :42). 3.



Integritas memudahkan standar tinggi. Pemimpin harus hidup dengan standar yang lebih tinggi dari pada



pengikutnya. Dengan adanya watak yang baik (integritas) memungkinkan pemimpin untuk melaksanakan semua tanggung jawabnya, kalau watak seorang pemimpin rendah, maka standarnya pun rendah (Maxwell.1995:43). 4.



Integritas menghasilkan reputasi yang kuat, bukan hanya citra. Citra adalah apa yang dipikirkan orang lain tentang diri seseorang. Integritas



adalah apa diri seseorang yang sesungguhnya. Kadang-kadang kehidupan menjepit seseorang pada saat-saat mengalami tekanan seperti itu, apa yang ada di dalamnya akan ketahuan, dengan demikian akan menentukan bagaimana reputasi seseorang (Maxwell.1995:44) 5.



Integritas berarti menghayati diri sebelum memimpin orang lain. Sebelum memimpin orang lain seorang pemimpin harus menghayati dirinya



sendiri, karena pemimpin tidak bisa memimpin siapa pun lainnya lebih jauh dari pada tempat pemimpin sendiri berada. Oleh karena itu perlu dipastikan apakah pemimpin sudah memiliki integritas terlebih dahulu sebelum memimpin orang lain karena orang akan cenderung mengikuti pemimpin (Maxwell.1995:45). 6.



Integritas membantu seorang pemimpin dipercaya bukan hanya pintar. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa pemimpin sungguh-sungguh dengan



apa yang dikatakannya. Kepemimpinan yang efektif tidak hanya berdasarkan sifat pintar, tetapi juga berdasarkan sikap konsisten (Maxwell.1995:46). 7.



Integritas adalah prestasi yang dicapai dengan susah payah.



Integritas bukan sebuah faktor yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah hasil dari disiplin pribadi, kepercayaan batin, dan keputusan untuk jujur sepenuhnya dalam segala situasi dalam kehidupan pemimpin. Untuk memperoleh integritas diperlukan suatu proses yang terus berlangsung (Maxwell.1995:47). B. PSIKOLOGI ORGANISASI Psikologi organisasi adalah bidang yang menggunakan metodologi ilmiah untuk lebih memahami perilaku individu dalam pengaturan organisasi. Pengetahuan ini diterapkan, dalam berbagai cara, untuk membantu fungsi organisasi lebih efektif. Hal ini penting karena organisasi yang efektif biasanya lebih produktif, sering memberikan jasa berkualitas tinggi, dan biasanya lebih sukses secara finansial daripada organisasi yang kurang efektif. Pendayagunaan manusia secara efektif dalam usaha yang terorganisasi selalu merupakan persoalan mendesak dalam masyarakat. Menurut Schein (1991: 4) menyatakan bahwa persoalan organisasi seperti itu dapat dilihat paling sedikit dari dua perspektif utama: 1) Perspektif dari masing-masing karyawan yang menggantungkan diri pada organisasi sebagai sumber pekerjaan penghidupan, keanggotaan, identitas, kontrak sosial, dan dasar kehidupan rutin, dengan mengakui kenyataan bahwa orang dalam masyarakat modern menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk berorganisasi; dan 2) Perspektif dari manajer organisasi yang bertindak atas nama organisasi menciptakan kebijakan dan membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi kebiasaan rutin banyak orang, dan yang akhirnya mempengaruhi nasib organisasi sebagai keseluruhan. Psikologi tidak bisa lepas dari suatu kehidupan organisasi. Hal itu, karena teori dan metode memungkinkan para psikolog untuk sedikit demi sedikit memikirkan secara konstruktif persoalan manusia dalam berorganisasi dan menguji pikiran mereka berdasarkan penelitian empiris, maka minat terhadap psikologi organisasi berkembang. C. BUDAYA ORGANISASI



Menurut Robbins (1999: 282) semua organsasi mempuyai budaya yang tidak tertulis yangmendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima dengan baik maupun tidak untuk para karyawan. Dan proses akan berjalan beberapa bulan, kemudian setelah itu kebanyakan karyawan akan memahami budaya organiasi mereka seperti, bagaimana berpakaian untuk kerja dan lain sebagainya. Budaya organisasi adalah kepribadian organisasi yang mempengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi (Gibson, Ivanichevich, dan Donelly, 1988). Fungsi budaya organisasi yaitu 1) memberikan rasa identitas kepada anggota organisasi, 2) memunculkan komitmen terhadap misi organisasi, 3) membimbing dan membentuk standar perilaku anggota organisasi, dan 4) meningkatkan stabilitas sistem sosial (Creemers dan Reynolds, 1993; Greenberg dan Baron, 1995). 1.



Karakteristik Budaya Organisasi Karakteristik budaya organisasi menurut Robbins adalah sebagai berikut:



a.



Inovasi dan Pengambilan Resiko (Inovation and risk taking).



b.



Sejauhmana karyawan didorong untuk inovatif dan mengambil resiko



c.



Perhatian ke rincian atau detil (Attention to detail) Sejauhmana karyawan yang diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan), analisis, dan perhatian ke rincian



d.



Orientasi hasil (Outcome orientation) Sejauhmana manajemen fokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu



e.



Orientasi Orang (People orientation) Sejauhmana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang dalam organisasi tersebut



f.



Orientasi tim (Team orientation) Sejauhmana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim,bukannya individuindividu



g.



Keagresipan (Aggressiveness) Sejauhmana orang – orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai



h.



Kemantapan atau Stabilitas (Stability) Sejauhmana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai kontras dari pertumbuhan



2.



Fungsi Budaya Organisasi Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :



a.



Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.



b.



Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.



c.



Budaya mempermudah timbulnya komitmen sebuah kelompok pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.



d.



Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.



e.



Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.



3.



Ciri-ciri Budaya Organisasi Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:



a.



Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.



b.



Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.



c.



Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.



d.



Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.



e.



Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.



f.



Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.



g.



Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik. Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan



diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar



untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289). 4.



Klasifikasi Budaya Organisasi Stevenson dan Gumpert (dalam Soetopo, 2004) membedakan budaya



organisasi menjadi dua, yaitu: a.



Budaya enterpreneurial dan administratif,



b.



Dan bedasarkan fokus perhatian yang cirinya dilihat dari,



a)



Orientasi strategi



b) Komitmen dalam meraih peluang c)



Komitmen terhadap sumber daya



d) Pengawasan terhadap sumber daya e)



Struktur manajemen Sedangkan Hellriegel dan Slocum (1996) mengajukan kerangka klasifikasi



Orientasi Kontrol Formal



budaya organisasi sebagai berikut :



Budaya Enterpreneurial Budaya Clan Budaya Birokratik



Budaya Pasar



Fleksibel



Internal



Eksternal



Sumber: Hellriegel D. dan Slocum, J.W. Jr (1996) Management. Sevent Edition, South Western College Publishing, ITP Company, p.538 Sumbu vertikal mencerminkan orientasi pengawasan yang relatif formal, jarak dari mantap ke fleksibel. Sumbu horizontal mencerminkan fokus relatif terhadap Mantap perhatian, jarak dari fungsi internal ke fungsi eksternal. Sudut-sudut ekstrim dari empat persegi mewakili empat tipe murni dari budaya organisasi, birokratik, clan, enterpreneurial, dan pasar. Tentu saja, suatu organisasi bisa mempunyai variasi campuran dari empat jenis tersebut, yaitu :



1. Budaya Birokratik, suatu organisasi dengan karyawan yang mempunyai formalisasi nilai peraturan standar prosedur operasi, dan koordinasi hierarkis. 2. Budaya Clan, mempunyai atribut tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi ekstensif, tim kerja, manajemen diri, dan pengaruh sosial. 3. Budaya Enterpreneurial, menunjukkan tingkat pengambilan resiko yang tinggi, dinamis, dan kreativitas. 4. Budaya Pasar, nilai yang akan dicapai terukur, dan karyawan dituntut mencapai sasaran, terutama yang berbasis finansial dan pasar. 5. Faktor-faktor Penguat Budaya Organisasi Menurut Soetopo (2004: 129) mengatakan bahwa dalam suatu budaya yang kuat, tujuan karyawan menyatu dengan tujuan organisasi. Dalam budaya lemah tujuan karyawan berbeda dengan arahan organisasi atau mungkin terpencar-pencar dan berbeda/berlainan. Di sisi lain, budaya yang terlalu kuat bisa juga berakibat kurang menguntungkan bagi suatu organisasi, terutama bila dihadapkan pada tuntutan perubahan secara mendasar. Untuk mengetahui kekuatan suatu budaya organisasi, menurut Sathe (dalam Soetopo, 2004: 129) dapat diidentifikasikan melalui 3 ciri, yaitu a) Kekentalan budaya (thickness of culture), diukur melalui jumlah asumsi bersama. Budaya kental mempunyai banyak asumsi, sedangkan budaya encer sedikit asumsi; b) Tingkat kebersamaan (Extent of sharing), lapisan demi lapisan keyakinan dianut bersama; c) Kejelasan peraturan (Charity of ordering). Dua faktor yang mempengaruhi kekuatan budaya adalah jumlah karyawan dan penyebaran geografis.



Sumber: 1. Integrasi http://rizkimuharlin.blogspot.co.id/2010/12/integrasi-dan-koordinasi-dalam.html Soetopo, Hendyat.2004.Perilaku Organisasi Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan.