Dental Assistants [PDF]

  • Author / Uploaded
  • RAHMA
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DENTAL ASSISTANT II DENTAL ASSISTANT’S ROLE



Dosen Pembimbing : drg. Endah Aryati Ekoningtyas, MDSc



Disusun Oleh : Rahma Mutiara Hidayah P1337425218036



Semester IV DIV Terapis Gigi dan Mulut



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN AKADEMIK 2020



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masyarakat memerlukan pengetahuan tentang kesehatan gigi. Dimana kesehatan gigi ini bisa kita dapat di klinik, puskesmas, ataupun rumah sakit. Tapi, kebanyakan dokter gigi membuka sebuah klinik sendiri. Dimana di klinik tersebut diisi oleh beberapa jabatan yaitu dokter gigi, perawat gigi atau asisten dokter, resepsionis gigi, dan security klinik. Saat pasian baru datang setelah bertemu dengan security maka pasien tersebut akan menuju tempat dental receptionis. Disini resepsionislah yang berperang dalam membantuh dan memberikan informasi kepada pasien tentang apa yang ada di klinik dan pelayanan apa yang bisa diberikan oleh klinik kepada pasien. Kerjasama antara dokter, perawat, resepsionis dan kariyawan klinik yang akan menentukan citra sebuah klinik dimata pasien dan masyarakat. Seorang resepsionis harus memiliki keterampilan yang baik dan yang dibutuhkan untuk menjadi resepsionis, karena sekarang pekerjaan resepsionis bukan hanya mengangkat telpon di mejanya saja. Zaman sekarang ini seorang resepsionis harus bisa menguasai bahasa inggris sebagai alat komunikasi yang bisa mengangkat derajatnya dalam sebuah klinik. B. RUMUSAN MASALAH 1. Dental assistants role in prevention of infection. 2. Dental assistants role as receptionist. 3. Dental assistants role in managing emergency. 4. Dental assistants role in communication therapeutic. 5. Dental assistants role in clinical ethics. 6. Report of dental assistants role. C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui Dental assistants role in prevention of infection. 2. Untuk mengetahui Dental assistants role as receptionist. 3. Untuk mengetahui Dental assistants role in managing emergency. 4. Untuk mengetahui Dental assistants role in communication therapeutic. 5. Untuk mengetahui Dental assistants role in clinical ethics. 6. Untuk mengetahui report of dental assistants role.



BAB II PEMBAHASAN A. Dental Assistants Role In Prevention Of Infection. Kepatuhan terhadap pengendalian infeksi melindungi baik pasien maupun anggota staf. Memahami bagaimana mengendalikan penyebaran penyakit menular sangat penting bagi semua anggota tim gigi - dan terutama untuk asisten gigi. Ini karena asisten sering berada di garis depan kepatuhan pengendalian infeksi. Berdasarkan angka, survei DANB terbaru menunjukkan 81% dari asisten gigi yang memegang sertifikasi DANB's Certified Dental Assistant (CDA) bertanggung jawab untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan pengendalian infeksi, sementara 74% dari asisten tidak-bersertifikasi melakukan tugas-tugas ini. Tugas-tugas tersebut termasuk pemrosesan instrumen dan sterilisasi - salah satu pekerjaan paling penting di kantor gigi. Asisten gigi juga dapat berfungsi sebagai koordinator pengendalian infeksi kantor gigi. "Setiap hari adalah hari pengendalian infeksi," kata Maggie D., seorang asisten gigi. Untuk pengendalian infeksi berfokus pada membatasi atau mengontrol faktorfaktor yang mempengaruhi penularan infeksi atau yang berkontribusi terhadap penyebaran mikroorganisme. Penyebaran mikroorganisme dapat dikurangi dengan: 



Membatasi kontaminasi permukaan oleh mikroorganisme.







Mengikuti praktek kebersihan pribadi yang baik, terutama kebersihan tangan yang efisien.







Menggunakan alat pelindung diri.







Menggunakan produk sekali pakai mana yang sesuai (misalnya handuk kertas)







Teknik minimalisasi risiko berikut seperti menggunakan rubber dam dan Kumur- kumur sebelum tindakan. Pekerjaan dokter gigi dan perawat gigi tidak akan pernah lepas berhubungan



dengan penderita yang tidak diketahui secara lengkap sejarah kesehatan dan penyakit yang sedang dialami, oleh karena itu dokter gigi harus mempunyai proteksi terhadap



infeksi silang. Sebaiknya ditetapkan suatu standard untuk proteksi diri dokter gigi sehingga kemungkinan infeksi silang sangatlah kecil. 1) Standard Precautions Standard Precautions rnerupakan upaya yang dilakukan dalarn rangka perlindungan, pencegahan dan meminimalkan infeksi silang (cross infections) antara petugas- pasien akibat adanya kontak langsung dengan pasien atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi penyakit menular. Menurut Depkes dan Kesos RI tahun 2001, prinsip kewaspadaan standar adalah bahwa darah dan semua jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir penderita dianggap sebagai surnber potensial untuk penularan infeksi, sehingga diharapkan setiap petugas pelayanan kesehatan rnampu menerapkan prinsip standard precaution. Penerapan kewaspadaan standar ini bertujuan tidak hanya melindungi petugas dari resiko terpapar oleh infeksi namun juga melindungi klien yang mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala macam infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas. 2) Evaluasi Pasien Evaluasi



pasien



merupakan



suatu



kegiatan



yang



sama



seperti



ketika



menganamnesis pasien. Tenaga kesehatan gigi harus mengetahui riwayat kesehatan pasien dengan lengkap dan jika memungkinkan sebaiknya diperbaharui setiap kunjungan pasien. Pengumpulan riwayat medis yang teliti mutlak dilakukan dan bisa membantu identifikasi pasien dengan daya tahan tubuh rendah yang membutuhkan perawatan khusus. 3) Perlindungan Diri Pekerjaan dokter gigi dan perawat gigi tidak akan pernah lepas berhubungan dengan penderita yang tidak diketahui secara lengkap sejarah kesehatan dan penyakit yang sedang dialami, oleh karena itu dokter gigi harus mempunyai proteksi terhadap infeksi silang. Proteksi diri dokter gigi meliputi pemakaian baju praktek, masker, penutup rambut, sarung tangan, pelindung mata sehingga seluruh tubuh dokter gigi dapat terlindungi dari terpapar cairan penderita. Prosedur pemakaian proteksi diri harus ditetapkan oleh badan yang berwenang yang meliputi antara lain cara pemakaian maupun lama pemakaian. 4) Penggunaan Alat Sekali Pakai



Bahan sekali pakai hanya digunakan untuk satu orang pasien. Biasanya bahan tersebut terbuat dari plastik atau bahan logam yang tidak mahal, dan biasanya bersifat tidak tahan panas atau tidak bisa disterilkan. Bahan-bahan sekali pakai harus dibuang setelah dipakai. 5) Air Dental Unit Air yang disuplai pemerintah merupakan salah satu sumber mikroorganisme penyebab penyakit menular. Air yang mengandung mikrooranisme dapat tertahan pada saluran dental unit, akan menyebabkan bakteri-bakteri melekat dan berakumulasi dipermukaan dalam saluran dan membentuk lapisan pelindung yang kotor yang disebut biofilm. Beberapa cara untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari dental unit yaitu : 1. Menyediakan tangki air yang berisi air yang telah direbus atau air destilasi dan masukan kedalam sistem dental unit, sehingga air yang keluar dari handpiece dan semprotan adalah air yang telah direbus. 2. Saluran-saluran air di dental unit secara periodik di cuci dengan larutan desinfektan dan dibilas sebelum merawat pasien. 3. Menggunakan penyaring bakteri (mikrofiltrasi). B. Dental Assistants Role As Receptionist. Resepsionis adalah orang yang bertugas menerima pasien atau klien (baik itu klinik, puskesmas, rumah sakit, hotel, bahkan kantor). Dental receptionist (resepsionis gigi) adalah faktor penting yang merupakan penentu berlangsungnya pelayanan gigi. Resepsionis biasanya ditempatkan dibagian depan puskesmas/klinik. Hal ini bertujuan agar pasien yang datang mudah mengetahui cara yang mudah untuk mencari informasi dan juga sebagai gambaran dari suatu puskesmas/klinik. Resepsionis adalah orang yang pertama kali bertemu dan berbicara pasien atau klien, baik melalui telpon atau secara langsung dan memberikan pelayanan awal bagi seorang pasien yang datang ke puskesmas/klinik. Resepsionis juga bisa menjawab pertanyaan pasien, memberikan dokumen kepada pasien yang baru dan memberikan informasi mengenai puskesmas dan pelayanan kesehatan gigi. Pelayanan yang diberikan oleh resepsionis akan menunjang kelanjutan dari pemeriksaan di puskesmas. Karena pelayanan resepsionis akan ditanggapi oleh pasien sebagai awal dari pemeriksaan. Jadi ketika pelayanan resepsionis membawa kesan baik maka seorang pasien baru bisa menjadi pelanggan tetap disebuah puskesmas / klinik tersebut dan tentunya itu juga dipengaruhi oleh kemampuan atau skill seorang



dokter gigi. Seorang resepsionis harus bisa bekerjasama dengan resepsionis lain, pegawai atau karyawan puskesmas dan dokter gigi di puskesmas tersebut, sehingga bisa membuat pelayanan yang baik terhadap pasien atau klien. Oleh karena itu, sistem dan administrasi resepsionis klinik dokter gigi sangatlah penting untuk menunjang pelayanan gigi, karena dengan terciptanya pelayanan yang ramah, cermat dan tanggap maka kepuasan pasien akan bertambah serta didukung dengan kemampuan dokter gigi dalam mengobati. Keterampilan dari Dental Receptionist dengan beragam tugas pekerjaan, resepsionis gigi yang hebat tenang di bawah tekanan, dapat menyesuaikan prioritas yang bersaing dan senang berkomunikasi dengan pasien. Itu berarti keterampilan seperti manajemen waktu, komunikasi, manajemen data, layanan pelanggan, dan kemampuan beradaptasi. Tugas Dan Kewajiban Receptionist Klinik Gigi : 1. Mewakili Drg Klinik dalam menyambut kedatangan pasien/tamu dengan hormat dan ramah. 2. Dalam berpakaian dan berpenampilan harus rapi bersih dan selalu tersenyum. 3. Tanggap untuk mengetahui tujuan kunjungan pasien/tamu serta memberikan pelayanan sambutan seperlunya. 4. Membuat dokumentasi informasi pasien untuk keperluan administrasi pasien klinik secara up to date dan menjaga kerahasiaan informasi Pasien. Setiap master data pasien harus diarsip dengan urut dan rapi sesuai dengan abjad. 5. Menerima telepon yang masuk harus dilayani dengan baik, sopan dan ramah. Kemudian wajib mengangkat telepon maksimal sebanyak 3 kali dering. 6. Seluruh



telepon



yang



masuk



dan



keluar



harus



dicatat



di log



book telepon dan memo telepon bila ada pesan yang ditinggalkan untuk orang yang tidak ada ditempat. 7. Mengatur jadwal perawatan pasien sesuai dengan jadwal yang sudah dijanjikan, dengan mengkonfirmasi kedatangan pasien dengan telpon/ whatsapp sehari sebelumnya. Setiap jadwal reservasi pasien di catat di Buku Reservasi Pasien. 8. Membuat Nota Penagihan perawatan Pasien yang harus disetujui / ditandatangani oleh Drg ybs. dan Pimpinan Klinik. Setiap Nota Tagihan di arsip dan dicatat secara rapi di Register Tagihan.



9. Melakukan / mengatur penagihan ke pasien baik menerima pembayaran yang harus dibayar langsung ke petugas keuangan klinik atau ditransfer ke rekening klinik yang telah ditentukan. Secara berkala melakukan penagihan 10. Menerima keluhan / complaint dari pasien/tamu untuk segera dilaporkan tertulis kepada Manager Klinik (untuk melakukan Corrective Action) dan Pimpinan Klinik. 11. Mengawasi kebersihan dan kerapian ruangan tunggu pasien serta toilet pasien, yang harus dikerjakan oleh petugas kebersihan. Pastikan bahwa area yang bersinggungan dengan pasien harus dikontrol kebersihan, kerapian dan keasriannya. 12. Mengawasi petugas klinik yang mengatur koordinasi penyampaian barang/pesan antar Drg. 13. Mencatat hal-hal yang penting atau menjadi masalah di Buku Harian Reseptionis untuk menjadi perhatian dari Manager Klinik (diperiksa dan ditindak lanjuti setiap hari) dan diperiksa seminggu sekali oleh Pimpinan Klinik khususnya untuk masalah-masalah yang belum diselesaikan. 14. Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditentukan oleh Manager Klinik / Pimpinan Klinik. Yang Harus Dikembangkan oleh Dental Receptionist untuk Klinik yang Lebih Baik Bagi kebanyakan resepsionis gigi yang bekerja baik di klinik, puskesmas maupun rumah sakit, pola pengembangan klinik gigi tentu tidak terlalu akrab dalam pemikirannya, hal ini dapat dimaklumi karena sistem pelayanan yang pada umumnya bersifat top down (diatur dari atas). resepsionis gigi seakan-akan sudah terpuaskan saja menjadi pelaksana paling depan dalam sebuah sistem pelayanan kesehatan gigi yang sudah terpola secara seragam. Dan hasilnya adalah, sebagian besar resepsionis gigi dari dulu sampai sekarang seolah-olah terperangkap dalam rutinitas yang membosankan tanpa tahu harus mulai dari mana untuk menjadi inovatif dan lebih kreatif. Oleh karenanya, menjadi penting untuk memahami secara bertahap mengenai aspek strategis yang dapat dipertimbangkan untuk diperbaiki dalam pelayanan kesehatan gigi. 1.  Sistem Pengelolaan Pasien



Dalam mengelola pasien, rsepsionis gigi harus mampu menempatkan diri sebagai dental asisten dan perawat yang mumpuni, seorang rsepsionis gigi harus menguasai teknik-teknik berikut : a. Berkomunikasi yang efektif pada waktu menerima dan menangani pasien b. Mencatat data pasien secara baik c. Mengatur sistem perjanjian dan penjadwalan pasien d. Memelihara hubungan baik dengan pasien / klien 2. Sistem Keuangan / Pembiayaan Resepsionis gigi mutlak harus menguasai keterampilan sebagai seorang kasir, bendahara,



akuntan



dan



petugas



asuransi.



Teknik-teknik



yang



harus



dikembangkan adalah : a. Tariffing (penentuan tarif yang diperhitungkan secara cermat) b. Sistem asuransi dan klaim c. Sistem pencatatan pemasukan dan pengeluaran keuangan yang akurat. 3. Sistem Penataan Ruangan Dalam penataan ruangan akan sangat tergantung dari rancangan umum gedung yang ditempati, tetapi prinsip strategis yang dapat dijadikan pegangan adalah sebagai berikut : a. Tata ruang harus dapat memastikan adanya sirkulasi udara yang baik b. Sistem pembuangan limbah yang terjamin keamanannya c. Tata letak perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan pergerakkan yang leluasa d. Penggunaan dental unit, perlengkapan kantor seperti kursi dan meja yang ergonomis e. Pengaturan area yang jelas antara area resepsionis, administrasi, ruang tunggu, ruang sterilisasi, ruang alat dan bahan serta ruang perawatan dan lain-lain. Hal ini harus dikembangkan guna menjamin kenyamanan dan keselamatan serta privacy dalam bekerja. f. Setiap ruangan klinik hendaknya didesain sebagai ruangan yang dapat memberikan kenyamanan kerja, baik bagi operator maupun bagi pasien, hal ini menyangkut tata warna, dekorasi dinding dan seterusnya. 4. Sistem Informasi Saat  ini, sistem informasi sangat identik dengan sistem informasi berbasis komputer, ada banyak keuntungan dari tata cara pengelolaan data, informasi serta



dokumen yang didukung oleh perlengkapan keras dan lunak komputer. Sistem informasi komputer di klinik gigi dapat berupa : a. Software registrasi pasien b. Software keuangan c. Software pengelolaan alat, bahan dan barang d. Software perjanjian pasien Kesemua software itu bisa dibangun dalam sebuah sistem yang terintegrasi yang sangat membantu perawat gigi dalam bekerja secara cepat, akurat dan hemat. C. Dental Assistants Role In Managing Emergency. Gawat darurat merupakan suatu keadaan yang kejadiannya mendadak sehingga mengakibatkan seseorang atau pun banyak orang dengan segera memerlukan penanganan ataupun pertolongan. Pertolongan yang dimaksud di sini tentu saja pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Bila tidak langsung mendapat pertolongan atau semacamnya, maka bisa dipastikan korban tidak akan tertolong atau pun cacat. Karena sifatnya mendadak, maka keadaan darurat bisa terjadi kapan saja, sewaktu-waktu dan di mana saja. Keadaan tidak pilih-pilih, siapa saja bisa mengalami keadaan gawat darurat, sebagai akibat dari proses medik, kecelakaan sampai perjalanan suatu penyakit. Menurut Permenkes No 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan Pasal 3. Kriteria kegawatdaruratan meliputi : 



mengancam nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan;







adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi;







adanya penurunan kesadaran;







adanya gangguan hemodinamik; dan/atau memerlukan tindakan segera.



Berikut adalah beberapa keadaan darurat medis paling umum yang dialami : 



Berdarah. Luka dan luka menyebabkan pendarahan, tetapi luka parah juga bisa menyebabkan pendarahan internal yang tidak bisa Anda lihat.







Kesulitan bernafas.







Seseorang runtuh.







Kejang dan / atau kejang epilepsi.







Sakit parah.







Serangan jantung.







Stroke.



Untuk menentukan tingkat kegawatdaruratan pasien, maka dilakukan skrining atau Tiage. Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah proses skrining secara cepat terhadap semua pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit, yang tujuannya adalah untuk  mengidentifikasi kegawatdaruratannya. Kegawat Daruratan Pada Keadaan Umum a. Syncope Syncope merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya sebagai akibat reaksi psikis. Bisa takut, cemas, gelisah, mual. Gejala dan Tanda : Lemah Pusing pucat yang tampak menonjol pada segitiga hidung dan bibir atas, kulit dinging dan basah, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat, dangkalndan makin lama makin lambat, penglihatan kabur dan akhirnya kehilangan kesadaran. Terapi a. Letakan pasien pada posisi terlentang pada dental chair. Tenangkan pasien. Bila pasien sampai hilang kesadaran, letakkan pasien dengan kepala lebih rendah dari jantung, letakkan handuk basah dingin pada kening pasien b. Rangsang pernafasan pasien dengan bahan merangsang seperti alkohol dan amoniak yang akan mempercepat kesadaran c. Setelah sadar pasien diberi minum hangat sedikit demi sedikit. d. Perlu dicatat tanda-tanda vital (Vital sign)Jika perlu beri 02 b. Reaksi Alergi Kulit dan Membran Mukosa Reaksi ini terjadi dalam satu jam setelah kontak dengan substansi penyebab. Tapi biasanya reaksi ini timbul hanya beberapa detik atau menit saja. Reaksi yang cepat dan menakutkan sebagai reaksi antigen antibodi dan dapat terjadi pada oedem laring, glotis, epiglotis dan lidah yang dapat menutup jalan pernafasan terutama pada anakanak. Gejala dan tanda : Sesak nafas waktu respirasi, terasa adanya benda pada tenggorokan, susah menelan dan sianosis



Terapi : a. Letakan pasien dengan posisi terlentang dan berikan 02 b. Perawat gigi menghubungi dokter umum atau THT, Dokter gigi dapat memberikan suntikan epinefrin 1 : 1000 sebanyak 0,3-0,5 ml pada ventral lidah dan diikuti dengan injeksi antihistamin 25-50 dipenhidramin chloride dan kortikostiroid 40 mg methylprednisolon intra lingual c. Bersiap-siap untuk memberikan bantuan nafas buatan atau penanganan darurat lain untuk kelainan jalan nafas. c. Anaphilactic Shock Tanda dan Gejala : Terjadi kolaps vaskuler parifer, terjadinya penurunan tekanan darah dengan cepat, kecil, wajah pucat. Pasien sesak nafas, gelisah kemudian tidak sadar Terapi : a. Letakkan pasien dengn posisi miring di lantai karena pasien sering muntah b. Perawat gigi dapat menelepon dokter umum terdekat. Sambil menunggu pasien diawasi jalan nafas, raba nadi, bila tidak teraba tekan dada sebelah kiri untuk merangsang jantung berdenyut kembali. Kemudian lakukan pernafasan buatan c. Bila nadi teraba masih lemah, dokter gigi dapat menginjeksi Vasopressor seperti pada tahap penanganan reaksi alergi. d. Tindakan Ventilasi Buatan a) Mouth to mouth technique Pasien direbahkan di lantai, kepala disejajarkan satu tangan operator diletakkan dibawah leher dan satu lagi diletakkan pada kening, dengan posisi kepala sedemikian rupa sehingga mulut pasien akan tyerbuka dengan sendirinya. Hidung pasien dipijat agar tidak ada udara yang keluar dari hidung. Operator mengambil nafas kemudian hembuskan ke dalam mulut pasien sambil memperhatikan dada pasien yang mengembang. Kemudian operator mengambil nafas lagi dan melakukan tindakan seperti tindakan pertama sebanyak 12 kali per menit. Untuk anak-anak peniupan dilakukan 20-30 kali permenit dan tiupan tidak boleh terlalu keras. b) Mouth to nose technique Pasien berada pada posisi sama denga mouth to mouth technique. Tangan operator menutup mulut pasien dan udara pernafasan operator ke hidung pasien, hembusan harus lebih keras dari pada hembusan ke mulut. Kemudian mulut pasien dibuka ketika ada tanda-tanda pasien akan mengeluarkan udara.



Prinsip Dasar Dental Emergency : 1. Mendudukan pasien dengan posisi terlentang 2. Membuka jalan nafas 3. Melihat/mengecek ada/tidaknya pernafasan yang spontan 4. Mempersiapkan tabung oksigen 5. Memonitor tanda-tanda vital 6. Menyiapkan untuk membantu perawatan darurat selanjutnya Kegawatdaruratan Pada Keadaan Lokal 1. Perdarahan Lukanya pembuluh darah akibat rusaknya dinding pembuluh darah. Penanggulangan Perdarahan Secara Lokal. a. Penekanan lokal Penekanan lokal meliputi penekanan secara langsung pada tempat perdarahan dan penekanan tidak langsung misalnya dengan menekan pembuluh darah utama yang mengalirkan darah ke luka b. Kompres dingin Dingin berefek kontraksi pembuluh darah, sehingga dapat mengontrol perdarahan, juga mengurangi atau menghambat inflamasi. Penggunaan kompres dingin harus berulang dan tidak melebihi 20 menit c. Penjepitan/penjahitan d. Obat Vasokonstriksi/ injeksi epinefrin e. Elektro Koagulasi : akan menggumpalkan darah dan protein 2. Terbukanya sinus maksilaris karena ekstraksi gigi atas (P1.M1,M2) Gejala a. Waktu ektraksi gigi diatas pada apex terdapat tulang alveolus yang ikut melekat dan secara inspeksi terdapat lubang besar. b. Keluarnya darah dari socket gigidisertai gelembung udara, karena adanya udara dari rongga hidung yang mengalir melewati perforasi tersebut masuk ke ronggga mulut c. Kemungkinan darah dari ekstraksi masuk ke rongga hidung. d. Pada perforasi yang besar, pasien mengeluh pada waktu minum cairan masuk kedalam hidung dan adanya udara ke dalam mulut.



Terapi Untuk menghindari infeksi dari sinus maksilaris, maka socket bekas pencabutan gigi tidak boleh diirigasi, karena menyebabkan kotoran dari rongga mulut terdorong masuk ke dalam rongga hidung. Pada Socket diisi Iodorm tampon atau alvogyl kurang lebih 2/3 dari tepi gusi. Setiap hari tampon tersebut diganti sampai 3-4 hari. D. Dental Assistants Role In Communication Therapeutic. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif adalah salah satu keterampilan paling penting yang dapat ditumbuhkan oleh seorang asisten gigi. Inti dari setiap praktik gigi terdiri dari beberapa kelompok, pasien, dokter gigi, ahli kesehatan dan staf administrasi. Sebagai asisten dokter gigi, Anda bertanggung jawab untuk mempelajari cara berinteraksi, dan berkomunikasi dengan, semua kelompok ini sebagai bagian dari pekerjaan Anda sehari-hari. Komunikasi yang baik antara pasien dan dokter gigi dikaitkan dengan peningkatan efisiensi dan diagnosis yang lebih akurat, peningkatan hasil dan kepuasan pasien serta kemungkinan keluhan atau litigasi yang lebih kecil. Komunikasi juga merupakan keterampilan yang kompleks (dan klinis) tetapi, yang menarik, pentingnya tidak selalu diterima atau dihargai, baik oleh siswa atau mereka yang lebih berpengalaman. Kebutuhan akan komunikasi yang baik umumnya dipertimbangkan, seperti perannya dalam mengelola pasien yang cemas dan menghindari kesalahpahaman. Cara di mana keterampilan komunikasi dapat dinilai dan diperbarui juga dibahas. Dokter gigi yang menghabiskan waktu berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan kolega mereka cenderung memiliki hubungan interpersonal yang lebih baik dan kehidupan kerja yang lebih memuaskan. Ini, pada gilirannya, kemungkinan akan membuat konsultasi lebih efisien dan meningkatkan hasil pasien. Komunikasi Yang Jelas Dan Efisien 



Berkomunikasi dengan pasien Sebagai asisten gigi, kelompok individu terpenting yang akan Anda ajak berkomunikasi adalah pasien di tempat praktik gigi Anda. Sebagai wajah dari praktik Anda, Anda akan sering menjadi orang yang paling berinteraksi dengan pasien, sehingga Anda harus memperhatikan dan memusatkan perhatian pada kebutuhan mereka. Banyak pasien merasa tidak nyaman dengan gagasan prosedur



gigi, jadi Anda harus dapat meyakinkan mereka dan membuatnya nyaman. Ini terutama berlaku untuk anak-anak yang lebih muda. Anda juga harus dapat mendidik pasien tentang kebersihan gigi yang tepat dan apa yang dapat mereka lakukan untuk menghindari kerusakan gigi dan gusi. 



Berkomunikasi dengan dokter gigi dan ahli kesehatan Komunikasi yang efektif dengan dokter gigi atau ahli kesehatan yang bekerja dengan Anda adalah bagian penting untuk memastikan Anda memberikan perawatan gigi berkualitas tinggi kepada pasien Anda. Kebanyakan dokter gigi dan asisten gigi membangun hubungan kerja yang erat dari waktu ke waktu, dan komunikasi terbuka adalah bagian mendasar dari membangun itu. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan dokter gigi Anda memungkinkan Anda mempelajari



kebiasaan



mereka



dan



mengantisipasi



kebutuhan



mereka,



meningkatkan efisiensi prosedur yang dilakukan dan seberapa efektif Anda sebagai anggota tim. Jangan takut untuk meminta umpan balik; itu adalah cara terbaik untuk mengukur seberapa baik Anda masuk ke tim dan untuk saran tentang bagaimana Anda dapat meningkatkan. 



Berkomunikasi dengan staf administrasi Bagian dari tanggung jawab setiap anggota praktik gigi adalah mendukung anggota tim lainnya dengan tanggung jawab mereka. Komunikasi yang jelas dan efektif di pihak Anda dapat membuat semua perbedaan ketika datang untuk membantu staf administrasi dalam tugas mereka. Meskipun tidak selalu diakui secara luas, sebagian besar penyedia layanan kesehatan berkembang pesat dalam administrasi yang efisien, dengan memastikan komunikasi Anda dengan staf admin sedetail dan seakurat mungkin Anda berkontribusi pada efisiensi pelaksanaan praktik Anda.



E. Dental Assistants Role In Clinical Ethics. Profesi Perawat Gigi adalah sesuai dengan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut mutakhir, etika umum, etika kesehatan gigi,hukum dan agama. Kesehatan gigi dan mulut yang menyangkut pengetahuan dan keterampilan yang telah diajarkan dan dimiliki harus dipelihara dan dipupuk sesuai dengan kemampuan Perawat gigi yang telah ditetapkan. Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu layanan kesehatan gigi dan mulut yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau individu dalam kurun



waktu yang dilaksanakan secara terencana, terarah dan berkesinambungan untuk mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Selain menerapkan etika pergaulan, seorang perawat gigi juga menerapkan tatanan dalam tugasnya, yaitu Etika Keperawatan. Etika umum dan Etika kesehatan gigi harus diamalkan dalam menjalankan profesi secara ikhlas, jujur dan rasa cinta terhadap sesama manusia serta penampilan tingkah laku, tutur kata dan berbagai sifat lain yang terpuji seimbang dengan martabat jabatan profesi perawat gigi. Kata etika sudah tidak asing lagi bagi kita semua, namun kadang kita menyamakan istilah etika dan etiket. Menurut Bertens, perbedaan antara etika dan etiket sebagai berikut: 1. Etika a. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. b. Etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain. c. Etika bersifat absolut, artinya prinsip etika tidak dapat ditawar berlakunya. d. Etika tidak hanya memandang segi lahiriah, tetapi juga batiniahnya. 2. Etiket a. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilakukan manusia. b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan hidup. c. Etiket bersifat relatif, artinya prinsip etiket tergantung d. Oleh tempat, karena adat di satu tempat bisa berbeda di tempat yang lain. e. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriahnya saja. Nilai-Nilai Moral Perawat Seorang perawat (gigi) harus mempunyai nilai moral sebagai berikut. 1. Melayani pribadi manusia. 2. Menghormati hidup manusia dari awal sampai akhir hayat. 3. Merawat dengan teliti dan tanpa membeda-bedakan. 4. Meyakini rahasia jabatan (sebagai perawat). 5. Semangat kerja sama dalam tim dan kesetiaan. 6. Sebagai mediator pasien, keluarga dan masyarakat berkaitan dengan pelayanan kesehatan. 7. Sebagai pelaksana di dalam rencana pengobatan.



8. Memberikan bantuan moral dan professional. 9. Menjaga nama profesi dan mengembangkan diri. Etika Dalam Hubungan Kerja Perawat di dalam memberikan pelayanan kepada pasien, harus melakukan : 



Asuhan perawatan sesuai rencana.







Berkolaborasi di dalam program tim kesehatan.







Mampu berkomunikasi dan membuat keputusan etis baik terhadap sesama perawat, dokter, tim kesehatan, maupun pasien.



Perilaku Etis Profesional Perawat gigi atau perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktik asuhan professional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai atau didapat dari :   



Pendidikan Perawat atau Perawat Gigi. Diskusi formal maupun informal dengan sejawat. Mencontoh dan mencoba perilaku dari pengambil keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu layanan kesehatan gigi dan mulut yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau individu dalam kurun waktu yang dilaksanakan secara terencana, terarah dan berkesinambungan untuk mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Selain menerapkan etika pergaulan, seorang perawat gigi juga menerapkan tatanan dalam tugasnya, yaitu Etika Keperawatan. Perawat gigi harus memiliki dasar, sifat dan pribadi yang baik karena tugasnya yang berkecimpung dengan manusia. Dasar, sifat dan pribadi tersebut yaitu: 1. Mempunyai rasa kasih sayang terhadap semua manusia tanpa pandang bulu. 2. Mempunyai rasa pengorbanan atau rasa sosial yang tinggi. 3. Mempunyai keinginan dan minat dalam perawatan. 4. Disiplin, jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakannya. 5. Mempunyai pemikiran yang sehat dan bijaksana sebagai dasar bertindak yang cepat dan tepat. 6. Sabar, ramah-tamah dan periang.



7. Halus, tenang, tetapi tegas. Perawat gigi sebagai tenaga kesehatan dalam cara berpakaian serta kelengkapan termasuk tata rias harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kesan negatif terhadap pasien. Karena cara berpakaian yang baik akan memberi kesan yang baik pula.



BAB III PENUTUP A.KESIMPULAN