Depresi Mayor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FARMAKOTERAPI GANGGUAN SARAF DAN PSIKIATRI



DEPRESI MAYOR FEBRIANSYAH PUTRA 260110140028 INA WIDIA 260110140034 ERMA FEBRIANI 260110140035 TYARA HARDINI 260110140036 SARAH MUTHI’AH 260110140037 NUZAHA BAQIATUS S.A 260110140038 IFLAKHATUL ULFA 260110140039 ANDIKA PUTRI 260110140040 ELI NUR AISYAH 260110140041 AULIANA YUNI K. 260110140042 PUTRI UMNIYYAH 260110140043 NITA SARI 260110140044 HARUMI ANANDA 260110140045 LIZI INDI HIDAYAH 260110140046 CINTA GANTINA 260110140047



Kasus Seorang ibu 34 tahun bekerja sebagai sekretaris bagian pemasaran di sebuah perusahaan tekstil. Dalam tiga bulan terakhir, dia mengalami kesulitan untuk tidur dan sering bangun di tengah malam, serta nafsu makannya berkurang. Dia mengeluh merasa energinya sangat sedikit dan cepat lelah, tapi ia tetap bangun dan berpakaian sehari-hari. Kemudian dia pergi ke dokter dan menyampaikan keluhan tersebut. Di samping itu, dia juga menyampaikan keluhan perasaannya, yaitu dia merasa kehilangan ketertarikan terhadap banyak hal, hilangnya semangat bekerja, jarang masuk kantor, dan kadang-kadang merasa sangat sedih. Seharian dia banyak menghabiskan waktu dengan duduk di depan televisi. Dia memiliki bayi berusia 4 bulan dan merasa bersalah karena merasa susah untuk menjaga bayinya. Mertua dia membantu menjaga bayinya. Dokter mendiagnosis bahwa dia mengalami depresi mayor, dan mengobatinya dengan pemberian obat antidepresi, selain juga menganjurkan dia untuk melakukan konseling ke psikolog.



Depresi? 1.



2.



3.



Merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan kognitif (Nevid, 2005). Gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood yang menurun (Wenar, 2000). Gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan gairah) yang disertai dengan gejala negatif lainnya (Lumonggo, 2009).



“Gangguan suasana hati yang disebabkan oleh suasana yang bervariasi sehingga mengganggu keseimbangan kadar serotonin pada sel neuron dalam otak”



Anatomi



Gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ± 2 minggu (Kaplan, et al, 2010).



ETIOLOGI



Faktor biologis Norephinefrin Biogenic amines Gangguan neurotransmitter lainnya Faktor neuroendokrin



Abnormalitas otak



Serotonin



• Faktor biologis: monoamine neurotransmitter seperti



norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood. • Noreepinefrin: penurunan regulasi atau penurunan



sensitivitas dari reseptor α2 adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressant berperan dalam terjadinya gangguan depresi. • Serotonin: Penurunan jumlah serotoninmencetuskan



terjadinya gangguan depresi. (Kaplan, et al, 2010).



• Gangguan neurotransmitter lainnya: Ach ditemukan pada neuron-



neuron yang terdistribusi secara menyebar pada korteks cerebrum. Kadar choline (prekursor pembentukan Ach) yang abnormal ditemukan pada pasien depresi • Faktor neuroendokrin: Sistem neuroendokrin meregulasi hormon-



hormon penting yang berperan dalam gangguan mood, yang akan mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan tidur, makan, seksual, dan ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan senang • Abnormalitas otak: Studi neuroimaging telah menemukan



abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan gangguan mood. Area-area tersebut adalah korteks prefrontal, hippocampus, korteks cingulate anterior, dan amygdala. (Kaplan, et al, 2010).



Jenis Kelamin



Faktor Resiko



Umur



Faktor SosialEkonomi dan Budaya



• Jenis kelamin: depresi lebih sering terjadi pada wanita



dibandingkan pada pria  perbedaan kadar hormonal wanita dan pria. Sebagian besar disebabkan karena wanita lebih banyak stres • Umur: terjadi dari berbagai kalangan umur. Depresi mayor



umumnya berkembang pada masa dewasa muda, dengan usia rata-rata onsetnya adalah pertengahan 20 tahun. Namun gangguan tersebut dapat dialami bahkan oleh anak kecil tetapi dengan resiko kecil. • Faktor Sosial-Ekonomi dan Budaya: Depresi terjadi karena



ada perubahan sosial dan lingkungan, seperti meningkatnya disintegrasi keluarga karena relokasi, pemaparan terhadap perang, dan konflik internal, serta meningkatnya angka kriminal yang disertai kekerasan, seiring dengan kemungkinan pemaparan terhadap racun atau virus di lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik. (Kaplan, et al, 2010).



Patofisiologi 



Hipotesis amina biogenik Depresi dapat disebabkan oleh penurunan jumlah neurotransmiter norepinefrin (NE), serotonin (5-HT) dan dopamin (DA) dalam otak







Perubahan post-sinaptik pada sensitivitas reseptor Perubahan sensitivitas reseptor NE dan 5-HT dapat berpengaruh pada awal mula munculnya depresi







Hipotesis deregulasi Teori ini lebih di tekankan pada kegagalan regulasi homeostatik pada sistem neurotransmiter, dibandingkan peningkatan atau penurunan absolut aktifvitas neurotransmiter itu sendiri







Hipotesis permisif Menurut teori : Kontrol emosi diperoleh dari keseimbangan antara serotonin dan noradrenalin Kadar 5-HT yang rendah dapat menyebabkan kadar NE menjadi tidak normal menyebabkan gangguan mood (Zulliesikawati.2012)



Beberapa Gejala Kasus Baby Blues Syndrome • Menangis tanpa sebab yang jelas • Mudah kesal • Lelah • Cemas • Tidak sabaran • Enggan memperhatikan si bayi • Tidak percaya diri • Sulit beristirahat dengan tenang • Mudah tersinggung



(Peter,2010).



DEPRESSI ON



FARMAKOLOGI • SSRI • Dopamine Norepinephrine Reuptake Inhibitor • NaSSA • Selective Norepinephrine Reuptake Inhibitor • SSRE • SNRI • Serotonin Modulator • Tetracyclic Antidepressant • Tricyclic Antidepressant • MAOIs



fluoxetine • CARA KERJA OBAT : mengikat SERT



menghambat reuptake serotonin



↑ aksi serotonin



↓ depresi



(Ikawati,



• DOSIS DAN CARA



PEMBERIAN : 20 mg/hari pada pagi hari Jika respon rendah



Ditingkatkan bertahap hingga 80 mg/hari 2 kali sehari (pagi dan siang hari).



• KONTRAINDIKASI: 1. Penderita epilepsi tidak stabil 2. Penderita gagal ginjal. 3. Penderita yang sedang terapi MAOI 4. Penderita yang hipersensitif terhadap Fluoxetine.



• INTERAKSI OBAT : 1. Fluoxetin + tryptophan → efek agitasi, kegelisahan dan gangguan pencernaan. 2. Fluoxetin + antidepresan lain → Kadar plasma antidepresan lain meningkat 2x 3. Fluoxetin + diazepam → Waktu paruh diazepam diperpanjang 4. Fluoxetin + fenitolin → Meningkatkan konsentrasi plasma (Ikapharmindo,2015)



Pemberian Informasi Obat (PIO) Farmakologi Mekanisme kerja fluoxetine menghambat re-uptake serotonin (5-hydroxytryptamine; 5-HT) pada celah sinap pada SSP. Fluoxetine maupun metabolit aktifnya norfluoxetine memiliki farmakokinetik yang berbeda, tapi sama-sama berperan dalam menghambat re-uptake Serotonin. Absorbsi per-oral (80-95%), tidak dipengaruhi makanan dalam lambung, kadar puncak dicapai dalam waktu 6-8 jam, waktu paruh Fluoxetine : 1,9 hari akan diekskresikan melalui urin dan 15% melalui feses.



Kontranindikasi Menyebabkan gangguan ginjal berat, wanita menyusui dan hamil, pemberian bersamaan dengan Monoamin Oksidase Inhibitor (MAOI)



Efek samping paling sering (20-25%) mual, gugup, insomnia.



Dosis - Dosis awal 20 mg perhari (1 x 1 kapsul perhari) pagi atau malam hari. - Dosis dapat ditingkatkan menjadi 40 mg perhari (1 x 2 kapsul) hingga 80 mg perhari, diberikan 1x kali sehari atau dosis terbagi, tergantung respon pasien. - Efektivitas Fluoxetine terlihat dalam 5 - 6 minggu. - Tidak perlu menyesuaikan dosis pada orang tua dan orang gemuk. - Pada gangguan hati (sirosis hati) dan gangguan ginjal ringan sampai sedang perlu menyesuaikan dosis yaitu 1 x ½ kapsul. - Dosis pemeliharaan selama beberapa bulan.



Dalam dosis apakah Fluoxetine tersedia? • Kapsul, Oral: 10 mg, 20 mg, 40 mg • Kapsul pemberian ditunda, Oral: 90 mg • Larutan, Oral: 20 mg/5 mL (5 mL, 120 mL) • Tablet, Oral: 10 mg, 20 mg, 60 mg



Cara Pemakaian Telan kapsul fluoxetine dengan bantuan air dan jangan membuka terlebih dahulu atau mengunyahnya. Fluoxetine dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. 2. Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan untuk mengonsumsi fluoxetine pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalisasi efeknya. 1.



3. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi fluoxetine, disarankan untuk segera meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis fluoxetine pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat. 4. Khasiat fluoxetine tidak akan langsung terasa di awalawal Anda mengonsumsinya. Khasiat biasanya akan terasa setelah 1 atau 2 minggu pemakaian, dan efek maksimalnya akan terasa setelah 1 atau 1,5 bulan pemakaian.



5. Jangan menghentikan pengobatan tanpa seizin dari dokter untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan. 6. Dalam beberapa kasus, fluoxetine menyebabkan kulit penggunanya menjadi sensitif terhadap sinar matahari. Apabila hal ini terjadi pada Anda, maka gunakan payung atau krim tabir surya apabila Anda akan melakukan aktivitas di luar rumah. (Tomb, 2000)



Bagaimana cara penyimpanan Fluoxetine? • Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari



cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. • Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi. Konsultasikan kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman membuang produk Anda. (Tomb, 2000)



Interaksi dengan makanan 1. Jus cranberry dan jus delima bisa memperlambat kecepatan hati untuk memecah pengencer darah obat dan pada Fluoxetine dimana bisa menyebabkan penurunan efektifitas obat



2. Jus anggur mengandung senyawa yang disebut dengan furanokumarin yang dapat mengganggu hati dan menyerap enzim sitokrom P450 isoform CYP3A4 di dinding usus kecil. Kondisi ini akan membuat lebih banyak obat yang diserap sehingga efektivitasnya lebih tinggi dari yang seharusnya dan meningkatkan efek samping obatobatan seperti antidepresan Fluoxetine. (Tomb, 2000)



Monitoring • Bekerja sama dengan dokter • Monitoring efektivitas terapi. • Monitoring Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD) • Menanyakan langsung mengenai perkembangan terapi



pada pasien • Monitoring ketaatan • Membuat buku khusus yan berisi perkembangan terapi pasien ( Depkes RI, 2007)



Konseling Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang dapat digunakan oleh Apoteker dalam membuka sesi konseling yang disampaikan kepada penderita atau keluarganya. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apa yang telah diinformasikan oleh dokter tentang obat anda? 2. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat anda? 3. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat anda? (IAI, 2011).



Edukasi pada pasien •Gangguan depresif bukan cacat kepribadian atau kelemahan



karakter •Semua antidepresan efektivitasnya sama •Sebagian besar penderita yang menerima antidepresan akan mengalami efek samping pada permulaan terapi •Antidepresan sebaiknya diminum pada waktu yang sama setiap hari •Respon terhadap antidepresan tertunda •Antidepresan harus diminum sekurang-kurangnya 6 - 9 bulan, Antidepresan bukan senyawa adiktif (Depkes RI,2007).



Daftar pustaka • Abrahams,Peter. 2010. Panduan Kesehatan Dalam Kehamilan. Jakarta : Karisma. • Depkes RI. 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENDERITA GANGGUAN DEPRESIF.



Jakarta : Depkes RI. • IAI. 2011. ISO Indonesia. Jakarta : ISFI Penerbitan. • Ikapharmindo. 2015. FLUOXETINE HYDROCHLORIDE kapsul. Tersedia online di http://www.ikapharmindo.com/download/Neurologi/Z%20A%20C.pdf (diakses pada 16 Mei 2016). • Ikawati, Z. 2005. Pengantar Farmakologi Molekuler. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. • Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Dua. Editor : Dr. I. Made Wiguna S. Jakarta : Bina Rupa Aksara. • Lumongga, Namora. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Penerbit Prenada Media Group. • Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal. Edisi Kelima. Jilid Pertama. Jakarta: Penerbit Erlangga. • Tomb, David A. 2000. Psikiatri Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. • Wenar, dkk. 2000. Developmental Psychopathology : From Infancy Through Adolenscence. Fourth Edition. Singapore: Mc Graw-HillCompanies, Inc. • Zulliesikawati. 2012. Depresi. Available online at http ://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/depression.pdf [Diakses pada tanggal 16 Mei 2016]. • http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/tabid/245/ID/4266/Kalxetin.aspx