Desain Hemat Energi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DESAIN HEMAT ENERGI KONSERVASI ENERGI Disusun oleh: ANITA CAROLINE A (I0212016) PRAYOGI(I0212064) TIARA KURNIA PUTRI (I0213084) ADNAN ZUHDI NUR R (I0214003) ADNANRIZAL ROFIQI (I0214004) AHMAD YANI (I0214009) AJENG AULIYA MARTA (I0214012) ASHMA NABILAH (I0214019) CINDY SOPIA ZURNIDA (I0214026) CLAUDIA TIARA RISTYKA (I0214027) DAVID ARDIAN (I02140310 INTAN PUSPITASARI (I0214048) JOSEPHINE ERSHANTI WINARSO (IO214052) KANYA TIMUR MANOJNA A (I0214053) MARIA KINANTHI NH (I0214058) NISA NISRINA HAES (I0214071) RAHMA PARAMITA RIZKI (I0214076) RARAS SEKARWANGI (I0214077) RATNA JUWITA ISMAIL 9I0214078) REYSA RANARSYA P (I0214079) REZA FAHMI IRAWAN (I0214080) RIZKIA RAHMANI MAULANA (I0214081) RR.ALMIRA HUSNA RAMADHANTY(I0214083) RUSSIANA WAHTU U.S (I0214084) VERONIKA (I0214087) VIVI KURNIA PUTRI (I0214090) WAHYU SETIAJI (I0214091) WINDRA DWI SAPUTRA (I0214092) ZETA KHWARIZMI S (I021496)



PRODI ARSITEKTURFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016



KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN



1. Kenyamanan pakai bangunan = boros energy Semakin tinggi tingkat kenyamanan dari suatu bangunan maka semakin boros energi yang dipakainya. Misalnya saja dari sisi pemakaian energi. Masyarakat Indonesia tergolong konsumen yang paling boros dalam penggunaan energy listrik, jika dibandingkan dengan negara lain. Hasil survey yang dilakukan oleh IAFBI (IkatanAhliFisikaBangunan Indonesia) pada tahun 2000 menyebutkan bahwa bangunan gedung perkantoran dan bangunan komersial di kota besar adalah yang paling banyak dalam penggunaan energy listrik. Sejumlah 90% energy listriknya adalah untuk mesin AC (mesin pendingin ruang dan penerangan), dan penerangan. Kondisi lingkungan tropis Indonesia yang kaya akan intensitas radiasi matahari apabila tidak ditangkal dengan benar dapat mengakibatkan laju peningkatan suhu udara, baik di dalam maupun di luar ruangan. Pada bidang yang terbayangi, maka panas yang masuk ke dalam ruang hanya konduksi akibat perbedaan suhu luar dan suhu dalam saja. Akan tetapi pada bidang yang terkena sinar matahari (tidak terkena bayangan), maka panas yang masuk ke dalam ruangan juga akibat radiasi balik dari panasnya dinding yang terkena sinar matahari. Panas yang masuk pada dinding yang tersinari ini bias mencapai 2 sampai 3 kali nya disbanding konduksi. Terlebih apabila ada sinar matahari yang langsung masuk ke dalam ruangan, panas radiasi matahari yang langsung masuk kedalam ruangan ini bias mencapai 15 kali disbanding panas akibat konduksi. Hal tersebut memberikan pemahaman bahwa bidang-bidang yang terkena sinar matahari akan menyumbang laju peningkatan suhu ruangan sangat signifikan. Gedung yang boros energi bukan hanya mahal biaya operasionalnya namun juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan.Kondisi boros energi terjadi pada hampir seluruh bangunan yang ada di kota, baik besar maupun kecil dan terjadi akibat tingginya kebutuhan (demand) dari pada ketersediaan (supply). Pemborosan dalam penggunaan energi rata-rata digunakan untuk pemenuhan kebutuhan kenyamanan.



Kenyamanan bangunan akan sangat mungkin dicapai melalui penyelesaian rancangan arsitektur. Yang menjadi permasalahan adalah berapa besar energi yang dibutuhkan persatuan luas tertentu untuk membuat bangunan tersebut nyaman.



Tabel Intensitas Konsumsi Energi (IKE) per tahun pada bangunan gedung. Sumber: http://www.blogteknisi.com



Indeks Efisiensi Energi di Jakarta dibandingkan dengan Jepang. Sumber: http://www.bikasolusi.co.id/intensitas-konsumsi-energi/



Pemborosan energi paling banyak disebabkan oleh bangunan-bangunan tinggi. Pada bangunan tinggi, pemborosan energi disebabkan oleh penggunaan listrik untuk AC dan lampu. Pemborosan AC terjadi salah satunya karena masuknya radiasi matahari dari dinding-dinding bangunan tinggi yang menggunakan kaca sebagai dindingnya tanpa adanya penghalang. Untuk menghemat energi pada gedung-gedung tinggi tersebut diperlukan perencanaan selubung bangunan dan konfigurasi bentuk bangunan, termasuk luas jendela dan materialnya. Dengan demikian penggunaan listrik untuk AC dan penerangan dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu pemborosan energi juga terjadi pada penggunaan alat dan barang elektronik rumah tangga. Hal-hal tersebut dapat terjadi karena minimnya atau kurangnya kesadaran akan menghemat penggunaan energi.



2. Kenyamanan pakai bangunan = energi terkendali Sebuah bangunan harus memberikan kenyamanan bagi pengguna. Salah satunya ialah kenyamanan suhu (thermal comfort), dimana suhu dalam sebuah bangunan harus ada pada kondisi yang nyaman, yakni tidak terlalu panas atau tidak terlalu dingin. Selain suhu, aspek yang mempengaruhi kenyamanan ruang adalah pencahayaan. Untuk memenuhi kedua aspek tersebut maka diperlukan sumber energi seperti energi listrik, fosil, dan matahari. Efisiensi energi dalam arsitektur adalah meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuni. Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip konservasi energi (sumber energi yang tidak terbaharui). Penerapan Efesiensi energi pada arsitektur melalui pendekatan perancangan yang dapat dibagi dua, yaitu: 



Perancangan Pasif Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu dan dapat mengantisipasi iklim luar. Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami.







Perancangan aktif Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan aktif adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat teknolgi yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau menghasilkan energi baru. Dalam perancangan secara aktif, harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.



Strategi Penghematan Energi dalam Bangunan Di bawah ini akan diuraikan strategi umum, strategi pada bangunan yang mengggunakan pengkondisian udara dan strategi pada bangunan yang menggunakan ventilasi alami untuk melakukan penghematan penggunaan energi. A. Strategi Umum Bangunan Suhu dalam ruangan dipengaruhi radiasi secara langsung yang menembus kaca dan ruang terbuka dan secara tidak langsung menembus kulit luar bangunan. Total radiasi matahari yang mengenai permukaan luar yaitu intensitas sinar matahari langsung, penyebaran radiasi yang berasal dari langit dan pantulan radiasi dari sekelilingnya. Beberapa hal umum yang perlu diperhatikan dalam penghematan energi adalah : • Orientasi Bangunan Menghadapkan gedung ke arah utara-selatan atau meletakkan sumbu yang terpanjang ke arah barat-timur akan menghasilkan radiasi matahari dalam bangunan ke level terkecil. Dalam situasi yang sulit dimana tidak mungkin meletakkan sumbu terpanjang ke arah utara-selatan, gedung harus di beri penghalang seluruhnya pada sisi timur-barat dan pada beberapa bagian di sisi utara-selatan yang terkena sinar matahari. •



Material gedung dan waktu (time-lag) perpindahan panas



Radiasi permukaan luar gedung akan berpengaruh pada suhu dalam ruangan, hal ini bergantung pada 2 faktor utama yang berkaitan dengan sifat material yaitu perlawanan tehadap suhu (R) dan kapasitas panas (Q). Nilai tertinggi adalah material yang mengirimkan panas terendah kepermukaan dalam. Material dapat memperkecil aliran panas ke dalam permukaan gedung sehingga dapat menjaga suhu dalam ruangan tetap rendah pada jam kerja. Apabila desain gedung tidak dapat menghadirkan dinding yang terlindung, dinding dapat dibuat masif atau material padat sehingga membutuhkan waktu yang lama bagi radiasi panas sampai ke dalam bangunan. Diharapkan panas akan sampai pada saat malam hari di saat kantor telah kosong. Di bawah ini merupakan kurva hasil pengukuran perubahan temperatur dari dinding batako yang merupakan dinding timur dari sebuah rumah percobaan.



(a) Permukaan Luar (b) Permukaan dalam



Gambar 1. Tabel hasil pengukuran perubahan temperatur batako Dari kurva di atas, dapat di lihat bahwa temperatur permukaan luar mencapai maksimum pada 350C sekitar jam 9, pada saat itu temperatur permukaan dalam masih 230C. Kemudian temperatur permukaan luar menurun dan temperatur masih bertambah sampai mencapai maksimum pada 280C sekitar jam 14. Pada saat itu temperatur permukaan luar sudah lebih rendah dari temperatur permukaan dalam. Pada dinding batako ini, temperatur rata-rata 24,80C. •



Bukaan dan alat pelindung Bukaan yang ada pada bangunan harus terlindung untuk mencegah radiasi



langsung ke gedung. Pada situasi dimana dinding kaca atau jendela harus diletakkan di salah satu bagian timur atau barat, harus dilengkapi pembayangan total secara horisontal dan vertikal. Perlindungan yang sempurna dari radiasi matahari langsung dapat membuat suhu dalam ruangan untuk tetap rendah. Pengontrolan terhadap panas karena sinar matahari dapat dilakukan dengan pengunaan solar shading yang akan menghalau sinar matahari langsung masuk ke bangunan serta memberikan pembayangan yang dapat mengurangi panas.



Gambar 2. Pelindung sinar matahari langsung www.liveability.com







Fasade Kaca Pintar Fasade kaca pintar merupakan suatu konsep dinding tirai kaca yang diterapkan



untuk bangunan bertingkat tinggi yang dikondisikan sepenuhnya (fully airconditioned). Ia mampu mengurangi pantulan panas matahari dari bangunan bangunan kaca tinggi yang menyebabkan meningkatnya temperatur lingkungan diperkotaan (heat-island effect) maupun efek rumah kaca pada atmosfer bumi (green house effect). Fasade kaca pintar pada umumnya adalah konstruksi dinding kaca ganda (doubleskin construction) dengan rongga udara antara 35cm- 50cm antara kaca luar dan kaca dalam. Dinding kaca luar ketebalan 12mm dari jenis kaca dengan transmisi tinggi (umumnya kaca bening), sedangkan kaca dalam ketebalan 6-8mm dari jenis high performance glass. Terdapat rongga udara menerus sehingga merupakan cerobong kaca (glass-shaft) dengan ketinggian meliputi beberapa lantai sesuai dengan studi analisis yang dilakukan.



Gambar 3. Fasad Kaca Pintar http://www.planetizen.com/



B.



Strategi bangunan yang menggunakan pengkondisian udara Pada bangunan yang menggunakan pengkondisian udara, AC merupakan satu dari



sebagian peralatan bangunan yang sering diabaikan. Pemeliharaan yang minimum dari sistem pengaturan suhu udara akan dapat menghasilkan pengurangan efisiensi pendingin. Kalau efisiensi pendingin sistem pengaturan suhu udara berkurang, dengan jumlah energi yang sama, suhu yang seharusnya sudah nyaman akan terasa tidak nyaman karena adanya pengurangan efisiensi pendingin. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk penghematan penggunaan pengkondisian udara pada bangunan yaitu dengan konservasi beban pendinginan. Caranya adalah : o



Mengurangi beban pendinginan (mengatur suhu dalam ruangan)



Pengaturan ketinggian suhu dalam ruangan akan dapat memperkecil penggunaan energi untuk pendinginan, meskipun di saat yang sama mengurangi jumlah pekerja yang merasa tidak nyaman. o



Mengurangi waktu operasional



Pembatasan waktu penggunaan AC dapat memperkecil biaya untuk beban pendinginan. Misalnya pengurangan waktu operasional gedung yang sebelumnya hingga jam 9malam diubah menjadi sampai jam 5 sore. C.



Strategi bangunan yang menggunakan ventilasi alami Strategi untuk mencapai suhu nyaman pada ventilasi alami bangunan selain dari



pelaksanaan sebuah desain yang tepat, lingkungan sekitar bangunan harus mampu untuk mendukung dengan memberikan suhu dalam ruangan. Lingkungan sekitar gedung dapat membantu menghasilkan kondisi yang nyaman dalam gedung. Ventilasi alami kerap gagal karena kekurangan bantuan dari lingkungan sekitarnya. Gedung disekeliling bangunan yang padat dapat mempengaruhi gerak udara diseluruh gedung. Permukaan beton atau aspal akan memantulkan kembali panas dari matahari ke dalam gedung yang bisa menambah suhu dalam gedung, oleh sebab itu perlu dikurangi. Sistem pengoptimalisasian penghawaan dengan metode pengaliran udara yang terencana dengan baik. Untuk Indonesia yang terletak di sekitar khatulistiwa dengan kondisi iklim tropis lembab. Sistem penghawaan yang baik adalah melalui ventilasi



silang (cross ventilation) baik secara horizontal maupun vertikal, sehingga akumulasi panas dan lembab di dalam ruangan dapat dikendalikan.



Gambar 4. Ventilasi silang http://sustainabilityworkshop.autodesk.com/ 3. Konservasi energi MenurutUndang-Undang (UU) Energi No.30/2007 danPeraturanPemerintah (PP) tentang Konservasi energi, definisi konservasi energy adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energy dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Sedangkan efisiensi energy bisa diartikan sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi energi yang dibutuhkan dalam menghasilkan suatu jenis produk maupun jasa tanpa mengurangi kualitas dari produk dan jasa yang dihasilkan. Konservasi energy akan mendatangkan manfaat bukan hanya untuk masyarakat yang konsumsi energi per kapitanya telah sangat tinggi, namun juga oleh negara yang konsumsi energi per kapitanya rendah, seperti Indonesia. Dengan melakukan konservasi maka seolah-olah kita menemukan sumber energy baru. Konservasi energy bermanfaat bukan hanya untuk menekan konsumsi dan biaya konsumsi energi, namun juga memberikan dampak yang lebih baik terhadap lingkungan. Salah satu faktor yang membuat konservasi energy tidak berkembang di Indonesia adalah adanya pandangan di kalangan masyarakat bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi dengan kekayaan sumber daya energi yang berlimpah, dan karena itu menggunakan energy secara hemat tidak dianggap sebagai sebuah keharusan.



Pelaksanaankonservasienergimencakupseluruhaspekdalampengelolaanenergi, yaitu: 1. PenyediaanEnergi Setiap orang, badanusahadanbentukusahatetapwajibmelakukankonservasienergi yang meliputiperencanaan yang berorientasipadapenggunaanteknologi yang efisienenergi; pemilihanprasarana, sarana, peralatan, nahandan proses yang efisienenergi; danpengoperasiansistem yang efisienenergi. 2. PengusahaanEnergi Setiap orang, badanusahadanbentukusahatetapwajibmelakukankonservasienergi yang meliputipengusahaansumberdayaenergi, sumberenergidanenergi. Pengusahaanenergidilakukanmelaluipenerapanteknologi yang efisienenergidanmemenuhistandarsesuaidenganketentuanperaturanperundangundangan. 3. PemanfaatanEnergi Penggunaenergiwajibmemanfaatkanenergisecarahematdanefisien. Bagipenggunaenergi yang menggunakanenergilebihbesaratausamadengan 6000 (enamribu) setara ton minyak per tahun, wajibmelakukankonservasienergimelaluimanajemenenergi, menyusun program konservasienergi, mengauditenergisecaraberkala, melaksanakanrekomendasihasil audit danmelaporkankonservasienergikepadapemerintah. 4. KonservasiSumberDayaEnergi Menterimenetapkankebijakankonservasisumberdayaenergi, yaitusumberdayaenergi yang diprioritaskanuntukdiusahakandan/ataudisediakan; jumlahseumberdayaenergi yang dapatdiproduksi; danpembatasansumberdayaenergi yang dalambataswaktutertentutidakdapatdiusahakan. Bangunan dapat berperan dengan baik sebagai filter lingkungan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ken Yeang dalam bukunya, The Green Skyscraper (Yeang, 2000) terdapat beberapa parameter yang menjadi konsep dasar desain sadar energi, diantaranya:



1.



Kenyamanan Termal Bangunan berada pada iklim panas, harus mampu mencegah radiasi matahari secukupnya untuk pendinginan.



2.



Kenyamanan Visual Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan cahaya matahari (penerangan) sesuai dengan kebutuhannya.



3.



Kontrol Lingkungan Pasif Pencapaian kenyamanan termal dan visual dapat memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat kemudian dikontrol dengan elemen-elemen bangunan (seperti atap, dinding, lantai, pintu, jendela, lansekap) yang dirancang tanpa menggunakan energi listrik.



4.



Kontrol Lingkungan Aktif Kenyamanan termal dan visual dengan memanfaatkan potensi iklim dan dirancang dengan bantuan teknologi maupun instrumen yang menggunakan energi (listrik).



5.



Kontrol Lingkungan Hibrid Kenyamanan termal dan visual dengan kompbinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja bangunan yang maksimal Bebarapa aspek bangunan selama proses perencanaan, perancangan dan pengoperasian gedung perlu diperhatikan secara serius karena akan sangat mendukung target 'hemat energi' saat bangunan tersebut di operasikan selama umur bangunan (100 - 150 tahun). Hal tersebut sebenarnya sudah dapat dianalisis (dideteksi/ diprediksi) sejak tahap awal perencanaan melalui life cycle costing analysis (LCCA). Aspek-aspek tersebut adalah:



1.



Aspek Lingkungan Eksternal di Luar Bangunan Aspek lingkungan eksternal utama yang sangat berperan di dalam menentukan tingkat kenyamanan dan selanjutnya menentukan tingkat kehematan energi adalah Iklim yang mencakup antara lain: 



panas radiasi matahari (diffuse atau direct)







ambient temperatur







kelembaban







curah hujan (prespitasi)







kecepatan angin (arah dan kekuatan)







kemurnian udara (air quality)



Aspek lingkungan external lainnya yang ikut menentukan antara lain: topografi, hewan dan vegetasi (landscape). 2.



Aspek Arsitektur Bangunan Beberapa aspek perencanaan bangunan (arsitektur bangunan) sangat menentukan tingkat kehematan pemakaian energi yang dapat dicapai oleh suatu bangunan saat dioperasikan. Antara 40% - 60% energi yang diproduksi oleh sistem AC digunakan untuk mendinginkan beban panas radiasi dan konveksi yang terjadi sebagai konsekuensi tersebut. Aspek-aspek tersebut antara lain: Panas radiasi matahari, udara panas dan lembab yang masuk baik secara langsung, tidak langsung maupun infiltration. Perbedaan temperatur luar (31°C - 35°C) dan kelembaban luar (85%) dengan temperatur nyaman dalam (interior) (22°C - 26°C) dan kelembaban yang diinginkan (60%) yang terjadi karena perbedaan ruang dan proses perpindahan panas diatas perlu dikondisikan. Magnitude nya tergantung kepada aspek arsitektur bangunan antara lain: pemakaian bahan bangunan, pemakaian pelindung matahari, bentuk massa bangunan, orientasi bangunan, dan Iain-lain. Pengambilan keputusan yang menyangkut aspek arsitektur bangunan secara tepat pada tahap awal mampu menurunkan beban panas yang diterima bangunan sebesar 12% - 18%.



3. Preseden - Edith Green Wendell Wyatt Federal Building



Setelah mengalami renovasi, gedung federal edith green-wendell wyatt menjadi bangunan dengan menggunakan konsep green house. Gedung berusia 39 tahun yang terdiri dari 18 lantai tersebut dengan rancangan barunya mampu mereduksi hingga 55% konsumsi energi dan 60% penggunaan air. Telah disimulasikan juga secara biaya melalui kalkulasi pengeluaran utilitas. Penghematan berkisar antara 300.000 hingga 400.000 dollar AS per tahun, atau sekitar RRp 2,9 miliar hingga Rp 3,9 miliar.Berbagai desain hemat energi yang direncanakan untuk mencapai sertifikasi platinum dari US Green Building Council di aplikasikan pada bangunan ini. Sebagian besar merupakan pemanfaatan teknologi inovatif, antara lain:



1. Atap Panel Surya



Seluas 1200m2 bidang miring pada bagian atas gedung federal edith greenwendell wyatt merupakan panel surya 180kW yang mampu menyediakan sekitar 5% dari kebutuhan energi bangunan. Panel surya disini merupakan modul photovoltaic yang menggunakan sel-sel surya untuk mengkonversi sinar matahari menjadi listrik. Dalam mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik sendiri, panel surya memiliki tiga proses konversi. Pertama ketika foton dari sinar matahari mengenai selsel photovoltaic, sebagian akan diserap dan energinya akan ditransfer kepada semikonduktor. Lalu elektron-elektron yang terkena foton tersebut akan terlepas dari atom kemudian mengalir menciptakan arus listrik. Dan yang terakhir, penghubung



logam pada bagian atas dan bawah sel surya akan menyalurkan keluar arus listrik searah untuk digunakan sesuai kebutuhan. 2. Elevator Penghasil Energi



Alat transportasi vertical berupa elevator biasanya membutuhkan pasokan energy besar dalam pengoperasiannya.Namun pada gedung ini, elevator yang digunakan menerapkan teknologi baru yang membuat mesin elevator mampu menghasilkan energy ketika bergerak turun. Sebenarnyainovasiinibukanbenar-benarhalbaru, hanya pengaplikasian salah satu komponen elevator yang di ‘akali’.Pada system mesin penggerak elevator terdapat fitur bernama regenerative converter, dimana motor lift dapat menyerap tenaga ketika pergerakan lift dalam keadaan yang menguntungkan, atau turun. Motor lift akan menyerap energy kinetik yang ditimbulkan oleh gesekan mesin ketika elevator bergerak turun dan mengubahnya menjadi listrik. Kelebihan listrik tersebut kemudian dapat digunakan untuk kebutuhan listrik bangunan.



Bosco Verticale, Milan



Gambar 5. Fasad Bosco Verticale http://www.stefanoboeriarchitetti.net



Bosco Verticale dalam bahasa Italia berarti 'hutan vertikal' atau dalam bahasa Inggris disebut vertical forest. Bosco Verticale dibangun di Porta Nuova yang baru, yaitu area tambahan seluas 34 hektar sebagai area alih pembangunan dari kota Milan yang telah krisis lahan. Apartemen tersebut dirancang oleh arsitek kebangsaan Italia, Stefano Boeri. Konsep rancangan Boeri itu terdiri dari dua menara dengan 27 dan 18 lantai.



Gambar 6. Bosco Verticale http://www.archdaily.com/







Orientasi Bangunan



Bangunan Bosco Verticale pada tiap unitnya memeiliki orientasi ke arah Utara dan Selatan yang akan menghasilkan radiasi matahari dalam bangunan ke level terkecil. Namun terdapat satu unit yang memiliki orientasi ke arah Timur. Hal ini dapat diantisispasi dengan peletakan vegetasi sebagai penghalang sinar matahari langsung di balkon unit.



Gambar 7. Site Plan Bosco Verticale http://www.dezeen.com/







Bukaan dan alat pelindung



Fasad bangunan dipenuhi dengan 200 specimens yang diletakkan di teras kantilever tiap unitnya. Selain menjadi aspek estetika, tanaman ini juga berfungsi sebagai penyaring udara, debu maupun sinar yang masuk ke ruang apartemen. Bukaan seperti jendela tersedia di setiap ruangan untuk meminimalisirkan penggunaan penghawaan buatan maupun pencahayaan buatan.



Gambar 8. Fasad Bosco Verticale http://www.designboom.com/



Gambar 9. Interior Bosco Verticale http://www.residenzeportanuova.com/



Gambar 10. Interior Bosco Verticale http://www.residenzeportanuova.com/







Vegetasi



Dengan adanya vegetasi, energi yang dikonsumsi untuk penghawaan buatan turun sebesar 25%. Insulasi pada dinding bangunan sebesar 0.17W/m²K, yang jika dibandingkan dengan bangunan lokal sekitar 0.34W/m²K. Bosco Verticale juga mampu mereduksi konsumsi energi listrik sebesar 20%.



Gambar 11. Jenis-jenis vegetasi Bosco Verticale http://www.stefanoboeriarchitetti.net



Gambar 12. Vegetasi Bosco Verticale http://www.stefanoboeriarchitetti.net



Pepohonan yang ditanam di teras kantilever ini memiliki sitem keamanan yang disebut Temporary Bind. Sistem ini terdiri atas sabuk tekstil yang dibenamkan bersama akar pohon. Di dasar kontainer tanaman terdapat jaring besi yang dihubungkan dan berfungsi sebagai pengikat dari sabuk tersebut.



Gambar 13. Temporary Bind Bosco Verticale http://www.designboom.com



Ada pula sistem keamanan tanaman kecil yang diletakkan di sudut teras yang disebut dengan redundant bind yaitu dengan memasangkan kerangka berbentuk kubus yang terbuat dari besi dan kayu.



Gambar 14. Redundant Bind Bosco Verticale http://www.designboom.com



Gambar 15. Peranan vegetasi pada Bosco Verticale http://www.archdaily.com/



Fungsi vegetasi dalam arsitektur, antara lain: 1.



Complimentory architecture



Kumpulan pepohonan ini dapat memberikan sesuatu yang lebih indah dan lebih memberi arti yang lebih monumental bagi bangunan. 2.



Soften line



Kehadiran banyak jenis pohon dengan ukuran yang berbeda akan memberikan kesan yang lebih lunak dan nyaman. Pola unit yang kaku akan terkesan lembut apabila di sekitarnya tedapat pohon. 3.



Unity



Suatu kawasan yang luas akan terasa lebih menyatu apabila ditanami pohon. Beberapa pohon yang tingginya tidak sama akan dapat memberikan kesan sebagai pemersatu antar bangunan. 4.



Creating shadow



Vegetasi mampu menciptakan bayangan yang dapat menurunkan suhu maupun menjadi area berteduh.



RELEVANSI DESAIN HEMAT ENERGI PADA STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR TEMA : MATERIAL BANGUNAN Hubungan desain hemat energi dengan material yang digunakan pada Studio Perancangan arsitektur ialah dengan mempelajari Desain Hemat Energi mahasiswa bisa merancang suatu bangunan denganterlebih dahulu memperhatikan aspek fisika bangunan (pencahayaan, kalor, sistem akustik) kemudian dengan mengetahui aspek aspek fisika bangunan, mahasiswa bisa memberikan saran-saran material ramah lingkungan yang akan digunakan sehingga bangunan yang akan dirancang bisa mengurangi pemborosan energi. Selain mengurangi pemborosan energi pada bangunan, mata kuliah Desain Hemat Energi juga memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang bagaimana memilih material yang bisa digunakan dengan biaya perawatan yang sedikit sehingga bangunan bisa menkonservasi energi yang dapat mewujudkan kondisi hemat energi pada bangunan tersebut dan bisa mewujudkan sustainability dan durability yang tinggi selama periode digunakannya suatu bangunan tersebut.



DAFTAR PUSTAKA



https://www.scribd.com/doc/316994667/faktor-faktor-kenyamanan-ruang-pdf http://eprints.uny.ac.id/10014/ https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6231/2.%20SNTT_2015_submission_2 _REVISI.pdf?sequence=1&isAllowed=y http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/Isi3907421574514.pdf http://www.slideshare.net/BrendaMaria7/makalah-mata-kuliah-ekologi-dan-lingkungan-s1pariwisata-2014