17 0 95 KB
DENGUE HEMMORRHAGIC FEVER/ DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes
Derajat III (nadi cepat, lemah, hipotensi, ekstremitas dingin)
Derajat IV (nadi tidak teraba, tensi tidak terukur)
Virus masuk kedalam aliran darah/ viremia
Reaksi oleh pusat pengaturan suhu tubuh di hipotalamus
Pelebaran pada dinding pembuluh darah
Pelepasan zat bradikinin, serotonin, thrombin, Histamin
Perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke ekstravaskular
Hipertermi (demam tinggi, timbul mendadak, 2-7 hari)
Reaksi antibody (proses immunologi)
Hipovolemia Syok (suhu turun di hari ke 4-5, klinis memburuk, lemah, gelisah, tangan kaki dingin, nafas cepat, dieresis berkurang, tidak ada nafsu makan)
Agregasi trombosit
Derajat I (demam + gejala tidak khas + uji tornikuet (+))
Derajat II (derajat I+ perdarahan kulit/tempat lain
mual, muntah tidak nafsu makan
Pemeriksaan IgG & IgM Dengue dan NS1
Hepatosplenomegali
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Reaksi antibody (proses immunologi IgG dan IgM pada demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama – ketiga)
Kompleks virus antibodi Aktivasi komplemen C3 dan C5
Edema di peritoneum, pleura dan pericardium
C3a dan C5a dua peptida
Melepaskan Histamin
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah
Anoksia Melepas adhenosin di phosphate (ADP)
Kematian
Trombosit mengalami kerusakan metamorfosis Trombositopenia (Tr< 100.000) pada hari ketiga-sepuluh
Manifestasi perdarahan (petechiae, echimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi dan hematemesis melena
Resiko Perdarahan
Perpindahan cairan/plasma ke ruang ekstraseluler Kekurangan volume plasma Hemokosentrasi (peningkatan hematokrit >20%) Kekurangan volume cairan tubuh
regresi perubahan konsep diri mengalami akibat penyakit yang anak diderita atau tindakan kemunduran ketingkat seperti pembedahan, perkembangan dalam pengaruh citra tubuh sebelumnya terutama anak remaja fungsi fisik, mental, dimana kondisi sakit perilaku dan atau prosedur dapat intelektual menyebabkan perubahan peran, ideal diri dan dampak identitas anak hospitalisasi pada anak
dependensi anak akan merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang tuanya
takut dan ansietas perasaan takut dan cemas yang timbul pada anak karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya
kehilangan dan perpisahan anak akan merasa kehilangan dan perpisahan selama dirawat karena lingkungan yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, perpisahan dengan teman dan terasing dari orang yang dicintai
masa bayi pada anak usia > 6 bln terjadi Stranger anxiety, reaksi yang ditunjukkan menangis, marah, banyak melakukan gerakan, bila ditinggalkan ibunya akan merasa cemas karena perpisahan dan respon nyeri adalah menangis
dampak hospitalisasi pada anak maasa toddler anak dalam masa toddler menunjukkan reaksi cemas akibat perpisahan, kehilangan kemampuan mengontrol diri dan menjadi tergantung dengan lingkugan biasa mengalami regresi dan nyeri terhadap perlukaan
masa pra sekolah anak biasa menolak makan, menangis dn tidak kooperatif dengan petugas saat mengalami perpisahan, kehilangan kontrol terhadap dirinya dan takut terhadap perlukaan
masa remaja (12-18 thn) reaksi yang muncul adalah menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan, tidak kooperatif dengan petugas, perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon bertanya-tanya, menarik diri dan menolak kehadiran orang lain
masa sekolah sampai usia 12 tahun anak yang kehilangan kontrol makan akan berdampak dalam perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok, sosial, perasaan takut mati dan dampak kelemahan fisik hospitalisasi pada anak
Kekurangan volume cairan tubuh
Intervensi: 1. Ukur & monitor TTV (TD, HR, RR, suhu) secara kontinyu 2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul 3. Kaji turgor kulit, CRT, dan membrane mukosa 4. Ukur intake dan output setiap pergantian shift 5. Ukur balance cairan setiap 24 jam 6. Anjurkan memberikan cairan 2500 ml/ hari atau sesuai BB anak 7. Kolaborasi pemberian cairan normal salin dengan atau tanpa dextrose 8. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium DPL (Hb, Ht, Tr, BUN, dan elektrolit)
Hipertermi
Intervensi: 1. Kaji saat timbulnya demam 2. Ukur & observasi TTV setiap 3 jam 3. Anjurkan anak untuk minum 2,5 liter/ 24 jam atay sesuai BB anak 4. Berikan kompres hangat 5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal 6. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan obat-obatan penurun demam
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Intervensi: 1. Timbang BB setiap hari/ sesuai indikasi 2. Observasi keadaan umum dan keluhan anak 3. Tentukan program diet dan pola makan anak 4. Identifikasi makanan yang disukai yang sesuai dengan program diit anak 5. Kolaborasi pemberian obat anti mual
Resiko perdarahan
Intervensi: 1. monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis 2. anjurkan anak untuk banyak istirahat 3. beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan 4. kolaborasi pemberian obat untuk menghentikan perdarahan
Resiko syok hipovolemi
Intervensi: 1. Monitor keadaan umum anak 2. Ukur & observasi TTV tiap 2 jam 3. Monitor tanda-tanda perdarahan 4. Kolaborasi pemeriksaan lab secara berkala (DPL) 5. Kolaborasi pemberian transfuse sesuai indikasi 6. Kolaborasi pemberian cairan normal salin dan plasma sesuai indikasi