Diagnosis Dan Tatalaksana Mata Kering Pada Dewasa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering Theodorus Samuel (102013050) Kelompok C1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510 E-mail: [email protected]



Abstrak Mata kering adalah salah satu gangguan multifaktorial yang banyak terjadi dalam keseharian kita, dan dapat sangat mengganggu karena dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan penglihatan, dan instabilitas lapisan cairan bola mata yang beresiko merusak permukaan bola mata. Sindroma mata kering sangat umum ditemui di Amerika Serikat, terutama pada populasi diatas 40 tahun dengan prevalensi sekitar 10-30% dari populasi. Gejala yang ditimbulkan antara lain perasaan mengganjal di bola mata, hiperemia, sekret mukoid, iritasi bola mata, produksi air mata berlebihan akibat refleks sekresi, fotofobia, dan penglihatan kabur yang berfluktuasi. Tatalaksana dan terapi dari sindroma ini tergolong sederhana, yaitu dengan menggunakan tetes air mata buatan atau dapat juga menggunakan terapi lain sesuai dengan etiologinya. Kata Kunci: Sindroma Mata Kering, Keratokonjungtivitis Sika, Air Mata.



Abstract Dry eyes in a multifactorial eye disease of the tears that is very common in our daily practice, which causes huge disturbance in doing our daily chores because of its discomfort, vision impairment, and tear film instability with potential damage to the ocular surface. Dry eye syndrome or dry eye disease is very common in the United States, especially in the population above 40 years old, with a prevalence reaching 10-30% of the general population. The common signs and symptoms are foreign-body sensation, hyperemia, mucoid secretion, eyeball irritation, excessive tears production due to secretion reflex, photophobia, and fluctuating blurry vision. The workup and treatment of this syndrome is relatively easy, which is by admnistering artificial tears or by other types of therapy according to its etiology. Keywords: Dry Eye Syndrome, Keratokonjunctivitis Sicca, Tears.



Pendahuluan



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



Mata adalah suatu organ terpenting pada manusia, tanpanya kita tidak dapat melihat, suatu aksi yang kita lakukan sepanjang hari. Sindroma Mata Kering adalah suatu kelainan yang sederhana, sangat umum, dan dapat sangat mengganggu kegiatan sehari-hari. Diagnosis dan tatalaksana dari sindroma mata kering menjadi sangat penting untuk dipahami dan dikuasai oleh kita, para calon praktisi kesehatan medis di layanan primer. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk memberikan pemahaman seputar sindroma mata kering, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja, diagnosis banding, etiologi, epidemiologi, patogenesis dan patofisiologi, manifestasi klinis, tatalaksana, komplikasi, pencegahan, dan prognosis. “Tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna”, begitu juga dengan tinjauan pustaka ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi pengembangan diri dan ilmu pengetahuan yang lebih baik.



Anamnesis Anamnesis adalah suatu wawancara yang bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai keadaan pasien.1 Anamnesis dapat dilakukan baik secara langsung (autoanamnesis) maupun tidak langsung (alloanamnesis). Untuk pasien baru, sebaiknya dilakukan anamnesis komprehensif agar mendapatkan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan riwayat kesehatan pasien tersebut. Sedangkan untuk pasien lainnya dapat dilakukan anamnesis spesifik yang berkaitan dengan keluhannya.2 Pada orang dewasa, terdapat tujuh komponen dari anamnesis komprehensif, yaitu identifikasi data yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pekerjaan, dan status perkawinan; keluhan utama yang menyebabkan pasien mencari perawatan; riwayat penyakit sekarang yang memberatkan keluhan utama dan mendeskripsikan lokasi, kualitas, kuantitas, waktu, kondisi saat terjadi gejala, faktor yang memperburuk atau meredakan, dan manifestasi hal-hal lain yang terkait gejala; riwayat pasien yang terdiri dari daftar penyakit dahulu dalam empat kategori (medis, bedah, obstetric/ginekologi, dan psikiatri); riwayat keluarga yang mencakup daftar penyakit keluarga dan keadaan anggota keluarga; riwayat pribadi dan sosial; dan tinjauan sistem mengenai gejala yang umum pada masing-masing sistem tubuh.2 Anamnesis pada pasien dengan keluhan utama pada mata dilakukan secara spesifik pada mata dengan menanyakan pada pasien bagaimanakah keadaan penglihatan dan apakah ada gangguan dan perubahan yang mengganggu. Perlu juga ditanyakan adanya pandangan buram saat bekerja atau melihat jauh. Jika ada kekaburan penglihatan, perlu ditanyakan apakah onsetnya mendadak atau perlahan-lahan, apakah letaknya unilateral atau bilateral, dan apakah disertai rasa nyeri. Lokasi spesifik dari gangguan penglihatan juga penting, yaitu apakah terjadi pada keseluruhan lapang pandang atau hanya sebagian, jika hanya sebagian perlu ditanyakan bagian mana. Skotoma atau yang tampak seperti massa kecil berterbangan di mata juga perlu ditanyakan apakah bergerak atau diam. Pasien juga perlu ditanyakan apakah pernah melihat kilatan-kilatan cahaya atau tidak, juga apakah pasien menggunakan 2



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



alat bantu penglihatan (kaca mata atau lensa kontak). Selain itu, diplopia pada pasien juga perlu ditanyakan apakah terjadi secara horizontal atau vertikal. Terakhir, perlu ditanyakan juga apakah pasien menyalami rasa nyeri, perih, atau kemerahan pada mata, serta adanya produksi air mata berlebihan atau kurang.2 Kesulitan melihat dekat dalam jarak kerja mensugestikan hiperopia atau presbiopia, sedangkan kesulitan melihat jarak jauh dapat menandakan miopia. Jika terjadi kehilangan kemampuan melihat mendadak yang unilateral, peril dipikirkan kemungkinan pendarahan vitreous akibat trauma, diabetes, degenerasi macula, ablasio retina, oklusi vena retinalis, atau oklusi arteri retina sentralis. Jika ada rasa nyeri, penyebabnya biasanya ada di kornea atau camera oculi anterior (COA) seperti ulkus kornea, uveitis, hyphema traumatis, glaukoma akut, dan neuritis optik akibat multiple sclerosis.2 Jika kehilangan kemampuan penglihatan terjadi bilateral dan tanpa rasa nyeri, perlu dipikirkan penyebab-penyebab iatrogenik seperti obat-obatan yang mengganggu refraksi seperti preparat golongan kolinergik, antikolinergik, dan steroid. Jika rasa nyeri dirasakan oleh pasien, kemungkinannya adalah paparan radiasi atau zat kimia. Kehilangan penglihatan bilateral yang perlahan-lahan dapat terjadi akibat degenerasi macula atau katarak. Kehilangan penglihatan parsial seperti katarak inti (kehilangan bagian tengah), glaukoma sudut terbuka (kehilangan bagian perifer), dan kerusakan jaras penglihatan (hemianopsia dan defek kuadrantik).2 Massa kecil yang terlihat bergerak mengambang di mata mensugestikan adanya vitreous floaters, fixed defects, atau skotoma yang disebabkan oleh lesi pada jaras penglihatan. Vitreous floaters dapat terjadi akibat ablasio retina dari vitreous, begitu juga dengan kilatan-kilatan cahaya. Diplopia dapat terjadi akibat lesi di batang otak atau serebelum, serta kelemahan atau kelumpuhan dari otot-otot ekstraokuler akibat cranial nerve palsy (N.III dan N.IV). Diplopia yang unilateral saat mata yang lain ditutup menandakan kelainan pada kornea atau lensa. Mata perih, merah, berair, atau kering dapat disebabkan oleh konjungtivitis, pendarahan subkonjungtiva, iritasi kornea, infeksi kornea, iritis akut, atau glaukoma akut sudut tertutup.2 Dari skenario didapatkan hasil anamnesis pasien adalah perempuan berusia 50 tahun yang datang dengan keluhan kedua mata kering, panas, terasa seperti ada yang mengganjal, serta terasa lengkat dan sulit dibuka pada pagi hari sejak 3 bulan yang lalu.



Pemeriksaan Fisik Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan terlebih dahulu penampilan pasien. Apakah pasien tersebut tampak sakit berat, sakit ringan, atau sehat. Kemudian perlu juga diperhatikan tingkat kesadaran pasien tersebut dan apakah pasien tersebut dalam keadaan yang gawat, seperti nyeri, gelisah atau depresi, atau kesulitan jantung dan pernapasan. Warna kulit dan lesi yang jelas juga perlu diperhatikan, begitu juga dengan pakaian, kebersihan, dan bau badannya. Ekspresi wajah, postur, dan aktivitas motorik juga 3



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



dianggap penting untuk diperhatikan. Terakhir, perlu dilakukan pengukuran berat dan tinggi badan (perhitungan Indeks Massa Tubuh/IMT), serta lingkar pinggang jika IMT lebih dari 35.2 Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) penting untuk dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik yang spesifik. Pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh. TTV memberikan informasi awal yang kritis dan biasanya berpengaruh pada pemeriksaan. Pemeriksaan fisik yang spesifik pada pasien dengan keluhan utama pada mata dilakukan dengan memeriksa ketajaman visus, lapang pandang, pemeriksaan konjungtiva dan sklera, pemeriksaan kornea, lensa, dan pupil, pergerakan bola mata, dan pemeriksaan funduskopi.2 Pemeriksaan ketajaman penglihatan dilakukan dengan menggunakan tabel Snellen yang dilakukan di ruangan yang diterangi cahaya yang adekuat. Pasien yang menggunakan kaca mata selain kaca mata baca dan lensa kontak dianjurkan untuk tetap menggunakannya, dan membaca tabel Snellen dari jarak 6 meter sambil menutup mata dengan telapak tangan. Jika pasien tidak dapat membaca huruf yang paling besar, pasien dapat diperiksa dengan diminta menghitung jumlah jari dari jarak yang ditentukan, dan pembedaan terang dan gelap. Pemeriksaan ketajaman penglihatan dekat dengan kartu khusus yang dipegang di tangan dengna jarak 35 sentimeter dilakukan juga untuk menentukan apakah pasien membutuhkan kaca mata baca atau kaca mata bifokal, terutama pada pasien-pasien dengan usia diatas 45 tahun.2 Lapang pandang pasien dapat diperiksa dengan uji konfrontasi (lihat gambar no. 1 ), yaitu dengan memposisikan mata pasien sejajar dengan mata pemeriksa, dan meminta pasien untuk melihat ke arah mata pemeriksa, dan dilakukan pada sebelah mata terlebih dahulu. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari pemeriksa atau benda lainnya yang mencolok dari segi warna dari lateral mendekati ke titik pusat penglihatan pasien dan meminta pasien Gambar no. 1 untuk memberi tanda apabila dapat melihat jari Uji Konfrontasi2 pemeriksa. Pemeriksaan ini dilakukan secara horizontal kiri dan kanan, vertikal atas dan bawah, serta keempat sudut diagonal untuk mengetahui batas-batas lapang pandang pasien.2 Pemeriksaan fisik pada mata juga dilakukan dengan memeriksa posisi dan sesejajaran mata, yaitu dengan melakukan inspeksi dari depan dan samping. Alis mata diperiksa kuantitas, distribusi, dan kulit dibawahnya. Kelopak mata juga perlu diperiksa posisinya, ada atau tidaknya lesi, edema, perubahan warna, abnormalitas kondisi dan posisi bulu mata, dan kemampuan menutup kelopak mata. Apparatus lakrimalis atau kelenjar lakrimal juga diperiksa dengan menginspeksi daerah kelenjar lakrimal untuk mengetahui adanya pembengkakan.2 4



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan ke konjungtiva dan sklera dengan membuka kelopak mata untuk menginspeksi warna, pola vaskularisasi, nodul, dan adanya pembengkakan. Pemeriksaan kornea dan lensa dilakukan dengan menggunakan senter untuk menilai posisi dan keadaan lensa dan kornea. Inspeksi pada iris dilakukan dengan menilai bentuk iris yang normalnya datar dan memiliki sudut yang terbuka dengan kornea. Pupil juga perlu diperhatikan bentuknya, ukurannya, simetrisitasnya, dan refleksnya terhadap cahaya. Ukuran pupil yang normal adalah 3-5 milimeter dan membesar saat di ruangan gelap, dan mengecil saat diberi cahaya Gambar no. 2 terang.2 Uji Konvergensi Mata2



Gambar no. 3 Oftalmoskop2



Otot-otot ekstraokuler juga dinilai dengan meminta pasien untuk menggerakkan bola mata sesuai dengan arahan dari pemeriksa untuk membentuk huruf ‘H’ di udara. Selama ini harus dinilai kehalusan pergerakan bola mata, adanya nistagmus, dan adanya lid lag. Tes konvergensi mata juga dapat dilakukan dengan meminta pasien memfokuskan pandangan ke objek yang kemudian didekatkan ke antara mata pasien oleh pemeriksa untuk mencetuskan konvergensi mata (lihat gambar no. 2). Terakhir, pemeriksaan funduskopi dilakukan dengan oftalmoskop (lihat gambar no. 3) untuk menilai arteri, vena, optic disc, dan optic cup.2



Dari skenario didapatkan hasil pemeriksaan fisik visus kedua mata 6/6, segmen anterior tidak ada kelainan, lensa dan segmen posterior juga dalam batas normal.



Diagnosis Kerja Sindroma mata kering (dry eye syndrome) biasa juga dikenal sebagai keratoconjunctivitis sicca (KCS) atau keratitis sika adalah sebuah penyakit cairan mata yang disebabkan oleh penyebab yang multifaktorial. Sindroma mata kering dapat dibedakan menjadi dua subdivisi, yaitu mata kering murni akibat defisiensi cairan dan mata kering akibat evaporasi.3



Diagnosis Banding Sindroma Sjӧgren Sindroma Sjӧgren adalah kelainan inflamatorik sistemik kronis yang ditandai dengan adanya infiltrate limfositik pada organ-organ eksokrin. Tiga kelainan utama pada penyakit ini adalah xerophthalmia (mata kering), xerostomia (mulut kering), dan perbesaran kelenjar parotis. Sindroma ini dapat terjadi akibat penyakit primer pada kelenjar eksokrin atau berhubungan dengan berbagai penyakit autoimun lainnya. 5



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



Kelainan ini merupakan penyakit rheumatoid kedua tersering di Amerika Serikat setelah Systemic Lupus Erythematosus (SLE), dan mempengaruhi sekitar 0,1-4% dari seluruh populasi. Prognosis dari kelainan ini cenderung baik, dan apabila terjadi kelainan tambahan akibat sindroma Sjӧgren, prognosis dari kelainan ini cenderung mengikuti prognosis dari kelainan sekunder tersebut.4-5



Konjungtivitis Alergik Konjungtivitis alergik terjadi pada pasien-pasien yang sebelumnya sudah memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap suatu zat. Permukaan bola mata dapat mengalami berbagai jenis reaksi alergi yang disebabkan banyak allergen, dan menyebabkan inflamasi pada konjungtiva dan kornea secara bilateral. Pasien-pasien konjungtivitis alergik seringkali memiliki riwayat dan kelainan atopi aktif seperti asma, ekzem, dan rhinitis alergika musiman.6



Pemeriksaan Penunjang Untuk lebih menunjang diagnosis kerja sindroma mata kering, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan sebagai penunjang dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sudah dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud antara lain pengisian kuisioner, Tear Breakup Time (TBUT), pewarnaan epitel, tes Schirmer, tes kuantifikasi komponen air mata, biopsi, dan tes lainnya.3 Kuisioner untuk mendiagnosis sindroma mata kering dan membedakannya dari kelainan lain dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis secara mudah dan murah, bahkan menentukan derajat keparahan penyakitnya. Terdapat sedikitnya 14 kuisioner yang ideal, namun yang paling banyak digunakan adalah OSDI (Ocular Surface Disease Index), SPEED (System for Patient Evaluation of Eye Dryness), VAS (Visual Analog Scale), McMonnies Questionnaire, dan SANDE (Symptom Assessment in Dry Eye).3 TBUT atau waktu pemecahan air mata didapatkan dengan mengukur interval antara waktu pemberian fluorescein dan waktu pertama kali timbulnya titik kering di kornea. TBUT yang kurang dari 10 detik dianggap sebagai hasil yang abnormal dan menandakan instabilitas air mata. TBUT dapat diukur secara objektif menggunakan alat yang disebut dengan Oculus Keratograph 5M.3 Rose bengal, lissamine green, dan pewarnaan fluorescein digunakan untuk menilai epiteliopati. Pewarnaan rose bengal dan lissamine green tidak haya dapat mendeteksi adanya kematian atau devitalisasi sel, tetapi juga dapat mendeteksi sel sehat yang tidak dilindungi secara adekuat oleh lapisan musin air mata. Kelainan sindroma mata kering fase awal hingga menengah bisa dideteksi dengan mudah oleh pewarnaan rose bengal dan lissamine green, dimana konjungtiva terwarnai lebih intens dibandingkan kornea.3



6



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



Tes Schirmer digunakan untuk menilai produksi dari cairan air mata. Penilaian ini dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan anestesi topikal pada permukaan bola mata, kemudian meletakkan satu lapis kertas saring tipis dibelakang palpebra inferior. Setelah itu pasien diminta untuk memejamkan mata selama 5 menit, sehingga dapat dihitung berapa panjang cairan air mata yang terakumulasi di kertas saring secara kapilaritas. Pasien sindroma mata kering biasanya memiliki hasil kurang dari 5 milimeter, sedangkan normalnya sekitar 510 milimeter.3 Uji kuantifikasi komponen air mata dilakukan untuk memeriksa konsentrasi dan komposisi dari air mata, yang terdiri dari komponen lipid, komponen cairan, komponen musin. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah memeriksa produksi dari matriks metalloproteinase 9 atau MMP-9 yang berfungsi sebagai perawat epitel bola mata, dan biasanya diproduksi lebih pada keadaan mata kering. Meibografi juga dapat dilakukan untuk memeriksa morfologi dari kelenjar Meibomian, yang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat seperti Oculus Keratograph 5M dan Tear Science LipiView. Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan misalnya TSAS (Tear Stability Analysis System), TFI (Tear Function Index), TFT (Tear Ferning Test), meiboskopi, meniskometri, dan fluorofotometri. Pemeriksaan terakhir yang dapat dilakukan adalah biopsi jaringan kelenjar lakrimalis dan konjungtiva.3



Etiologi Penyebab dari sindroma mata kering atau keratokonjungtivitis sika sangat banyak dan beragam. Kelainan ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak dalam air mata seperti blefaritis kronis, distikitasis, dan post operasi kelopak mata. Kelainan ini juga dapat terjadi pada mata dengan defisiensi kelenjar air mata seperti pada sindroma Sjӧgren, sindroma Riley Day, alakrimia kongenital, sarcoidosis, limfoma kelenjar air mata, dan penuaan.7 Benign ocular pemphigoid yang menyebabkan defisiensi komponen musin juga dapat menyebabkan sindroma mata kering. Evaporasi juga dapat menjadi akar permasalahan dari penyakit ini, contohnya pada penderita keratitis neuroparalitik, keratitis lagoftalmus, dan orang-orang yang tinggal di gurun pasir. Efek trauma dan parut pada kornea, bahkan hilangnya mikrofili kornea juga dapat menyebabkan sindroma mata kering.7



Epidemiologi Sindroma mata kering sangatlah umum di Amerika Serikat dan menyebabkan gangguan pada 10-30% dari populasi umum, terutama pada populasi yang lebih dari 40 tahun. Diperkirakan lebih dari 3,23 juta perempuan dan 1,68 juta laki-laki berusia diatas 50 tahun terganggu oleh sindroma ini. Akibat perkembangan demografi dan peningkatan usia, disfungsi kelenjar Meibomian akan terus meningkat dalam prevalensi dan menyebabkan banyak keluhan pada praktisi oftalmologi.3 7



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



Sindroma mata kering jauh lebih banyak terjadi pada perempuan. Sindroma mata kering terasosiasi dengan sindroma Sjӧgren diperkirakan terjadi pada 1-2% populasi umum, dimana 90% diantaranya adalah perempuan. Data tentang prevalensi pada ras dan etnis tertentu sangat terbatas, namun terlihat gambaran yang lebih tinggi pada populasi Hispanik dan Asia dibandingkan dengan Kaukasia.3



Patogenesis dan Patofisiologi Terdapat beberapa teori patogenesis dan patofisiologi dari sindroma mata kering, diantaranya adalah predisposisi genetic pada gen Human Leukocyte Antigen B8 (HLA-B8) haplotipe yang menyebabkan pasien masuk dalam fase inflamatorik kronis yang meningkatkan produksi autoantibodi, termasuk didalamnya ANA (Antinuclear Antibody), RF (Rheumatoid Factor), fodrin, reseptor M3 muskarinik, atau antibodi spesifik sindroma Sjӧgren. Hal ini menyebabkan infiltrasi limfositik fokal pada kelenjar lakrimalis dan menyebabkan disfungsi serta penurunan sekresi air mata.3 Teori lain adalah akibat defisiensi hormone seks, yang disebabkan karena kurangnya rangsangan pada reseptor androgen dan estrogen di kelenjar lakrimalis dan Meibomian. Teori ini juga menjelaskan kenapa epidemiologi sindroma mata kering terjadi lebih banyak pada perempuan, yaitu karena pengaruh siklus menstruasi dan kehamilan yang menyebabkan hormone pada wanita lebih berfluktuatif.3 Aktivitas proinflamatorik juga menjadi salah satu teori populer yang mendorong terjadinya sindroma mata kering. Berbagai sitokin proinflamatorik yang dapat menyebabkan destruksi seluler mengalami kelainan pada penderita sindroma mata kering, sehingga terjadilah serangkaian proses autoimun yang melibatkan peningkatan NGF (Nerve Growth Factor) yang dapat menyebabkan kerusakan epitel kornea.3 Teori lain yang dikemukakan adalah defisiensi musin akibat isolasi gen pensintesis musin transmembran dan musin sel goblet. Hal ini menyebabkan air mata mengandung banyak komponen musin dan menjadi mukoid, kental, lengket, dan mudah mongering. Protein air mata juga punya andil dalam menyebabkan sindroma mata kering, misalnya lipokalin yang ada di lapisan mukus air mata dan memberikan stabilitas lapisan air mata di bola mata. Defisiensi lipokalin dapat menyebabkan presipitasi dari lapisan air mata dan menyebabkan air mata menjadi mukoid.3



Manifestasi Klinis Tergantung dari derajat keparahannya, sindroma mata kering dapat bermanifestasi sebagai perasaan mengganjal di bola mata, perasaan tergesek di bola mata, hiperemia, sekret mukoid, iritasi bola mata, kekeringan bola mata, fotofobia, gatal, gangguan penglihatan berfluktuatif, dan produksi air mata berlebih akibat respon refleks.3



8



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



Tatalaksana Tatalaksana untuk sindroma mata kering dapat dilakukan dengan du acara, yaitu secara medikamentosa dan nonmedikamentosa. Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan menggunakan substituen air mata buatan, gel, emulsi, ointment, agen anti inflamasi (siklosporin dan kortikosteroid), asam lemak omega-3 topikal atau sistemik, tetrasiklin topikal atau sistemik, sekretagogue (diquafosol), autolog (serum tali pusat), dan imunosupresan sistemik. Pemberian terapi farmakologis ini harus disesuaikan dengan etiologi yang paling mendominasi.3 Tatalaksana nonmedikamentosa dapat dilakukan dengan melindungi mata dan operasi. Tindakan perlindungan terhadap mata dilakukan dengan menggunakan kaca mata khusus yang dibuat sebagai penutup ruang kelembapan mata dan pelindung dari iritan di lingkungan. Tindakan operatif dilakukan dengan oklusi punctum lakrimalis dengan menggunakan penyumbat untuk menjaga cairan permukaan bola mata agar tidak terserap kedalam sakus lakrimalis. Tindakan operatif lainnya adalah dengan menutup punctum lakrimalis, conjunctival flap, mucous membrane grafting, dan lateral tarsorrhaphy.3



Komplikasi Komplikasi dari sindroma mata kering antara lain infeksi mata karena tidak adanya cairan mukus yang melindungi mata dari zat-zat iritan, kerusakan pada permukaan bola mata karena inflamasi atau abrasi permukaan kornea yang dapat berakibat pada ulkus kornea dan gangguan penglihatan, serta penurunan kualitas hidup karena kekeringan mata dapat mengganggu penderita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Komplikasi lain yang dapat namun jarang terjadi adalah neovaskularisasi kornea akibat kurangnya nutrisi pada kornea.7-8



Pencegahan Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain menghindari aliran udara berlebih pada mata, menghindari pajanan udara kering terlalu lama, menggunakan kaca mata atau proteksi lain pada mata, mengistirahatkan mata pada pekerjaan yang berkonsentrasi tinggi dan lama, memposisikan gadget dibawah ketinggian mata, menghindari asap rokok dan asap polutan lainnya, dan menggunakan air mata buatan secara regular.8



Prognosis Perjalanan penyakit sindroma mata kering sangat bergantung pada tingkat keparahan penyakit. Pada tingkat ringan hingga sedang, pemberian lubrikan mata akan menghilangkan gejala. Secara umum, prognosis penderita sindroma mata kering adalah baik, namun dapat menjadi buruk apabila mengalami komplikasi.3



9



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



Penutup Sindroma mata kering adalah suatu keadaan kekeringan pada bola mata dengan penyebab multifaktorial. Sindroma ini adalah keadaan yang umum dan banyak terjadi di komunitas, namun dapat sangat mengganggu kegiatan sehari-hari dengan gejala seperti mata terasa kering, gatal, mengganjal, bahkan perih. Banyak teori yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai sindroma ini, namun hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Pengobatan untuk sindroma mata kering relatif mudah, yaitu dengan menggunakan lubrikan mata untuk menghindari komplikasi dan menjaga prognosis yang baik.



10



Diagnosis dan Tatalaksana dari Sindroma Mata Kering



DAFTAR PUSTAKA 1



Hartanto YB, Nirmala WK, Ardy, Setiono S, Dharmawan D, Yoavita, et.al.,



2



penyunting. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2008: h. 52. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates’ guide to physical examination and history taking. 11th edition. China: Lippincott Williams & Wilkins; 2013: p. 6-13, 56-7, 114-9, 207-9,



3



221-32, 262. Foster CS, Ekong AS, Anzaar F, Yuksel E, Talavera F, Sheppard JD, et.al. Dry eye syndrome.



4



Medscape.



December



10th



2015.



Downloaded



from



http://tinyurl.com/j9zsm94, March 22nd 2016. Herzlich A, Aquavella JV, Talavera F, Rapuano CJ, Roy H, Murillo-Lopez FH, et.al. Ophthalmologic manifestation of sjogren syndrome. Medscape. March 9th 2015.



5



Downloaded from http://tinyurl.com/zo8xwcf, March 22nd 2016. Miller AV, Francis ML, Pema K, Ranatunga SK, Tumyan A, Diamond HS, et.al. Sjogren



6



syndrome.



Medscape.



September



25th



2015.



Downloaded



from



http://tinyurl.com/hxl62wv, March 22nd 2016. Ventocilla M, Majmudar PA, Bloomenstein MR, Sheppard JD, Freeman J, Rapuano CJ. Allergic conjunctivitis. Medscape. December 1st 2016. Downloaded from



7



http://tinyurl.com/h3exdak, March 22nd 2016. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit



8



Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014: h. 145. Anonim. Dry eyes. Mayo Clinic. July 24th 2015. http://tinyurl.com/gn85ezp, March 22nd 2016.



11



Downloaded



from