Diagram Fishbone - Nimas Mardhotillah - E1J019051 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Nimas Mardhotillah NPM : E1J019051 MK



: Metodologi Penelitian



DIAGRAM FISHBON



LATAR BELAKANG Cabai merah (Capsicum annuum L) salah satu hasil pertanian yang penting dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Produktivitas cabai di Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Selain itu, permasalahan yang dihadapi adalah mutu cabai kurang baik. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai Indonesia antara lain penggunaan benih yang kurang bermutu, teknik budidaya yang belum efisien dan penanaman kultivar cabai yang tidak tahan terhadap hama serta penyakit. Rendahnya produksi pada tanaman cabai menunjukkan bahwa kurangnya pupuk atau zat pengatur tumbuh pada tanaman cabai.



DIAGRAM FISHBON PENURUNAN HASIL TANAMAN CABAI AKIBAT KUALITAS BENIH RENDAH



MANUSIA MATERIAL PERALATAN



Pengetahuan tentang benih minim Harga benih unggul yang terlalu tinggi mahal Kurangnya kemampuan manusia dalam pengoprasian alat pertanian



PENURUNAN HASIL TANAMAN CABAI AKIBAT KUALITAS BENIH RENDAH



Langkahnya pupuk dan pestiCabai merah (Capsicum annuum L) salah satu hasil pertanian yang penting Masih menggunakan benih tradisional



Lahan yang kurang terawat



Terjadinya Ledakan hama Kesuburan tanah yang rendahh



LINGKUNGAN



Tingginya harga Saprotan Kurangnya alsintan



Penanganan OPT yang kurang intensif Penerapan teknologi yang kurang mewadai Penentuan jarak tanam yang kurang tepat



METODE



PERMASALAHAN YANG AKAN DI PECAHKAN Dari Beberapa permasalahan yang di temukan dalam penurunan hasil tanaman cabai akibat kualitas benih rendah, Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah di materialnya, sehingga dalam hal ini, perlu di pecahkan dan di cari solusinya. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani cabai adalah ketersediaan benih bermutu tinggi. Untuk mendapatkan benih tersebut, selain diperlukan benih sumber dengan mutu genetik tinggi, perlu diperhatikan juga cara budidaya tanaman yang optimal, pemeliharaan, panen, pasca panen dan penyimpanan benih yang baik. Petani sering kali menanam komoditas cabai dengan menggunakan benih hasil panen sendiri. Padahal hasil panen yang dilakukan petani terkadang tidak seragam masaknya dan hal ini dapat menyebabkan kualitas dari benih yang dihasilkan juga rendah. Benih yang dipanen ketika masak fisiologis akan menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang optimal sedangkan benih yang dipanen sebelum maupun sesudah masak fisiologis pertumbuhan dan produksinya tidak akan optimal. Hal ini dapat disebabkan karena benih tersebut belum sempurna (pada panen sebelum masak fisiologis) atau telah memasuki masa penuaan (pada panen sesudah masak fisiologis) (Ashworth,2002). Menurut Tatipata (2004), kemunduran benih dapat ditengarai secara biokimia dan fisiologi. Indikasi fisiologi kemunduran benih dapat ditandai dengan penurunan daya berkecambah dan vigor. Dari permaslahan yang ada, terutama terkait dengan masyarakat yang masih menggunakan benih hasil panen sendiri, masyarakat bisa melihat terlebih dahulu atau paham mana cabai yang siap untuk di jadikan bibit. Seperti masyarakat haru mampu membedakan dan juga menentukan, mana yang sudah masak fisiologis atau mana yang masuk masa penuaan. Selanjutnya kita bisa Melakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan (preventive) merupakan langkah awal yang bijak dan perlu untuk dilakukan. Kecenderungan meningkatnya serangan cendawan (jamur) pada pertanaman seiring dengan meningkatnya curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini sebagai dampak dari La Nina. Serangan penyakit blast (Pycularia orizae) pada pertanaman padi, phytophtora pada kentang, antraknosa pada cabai, bercak daun pada tomat, jamur kapang pada strawberry (Botritys sp), anthracknosa pada tanaman mangga dan lainnya memerlukan tindakan pencegahan lebih awal dari pada penanganan pengobatan (curative) setelah terjadinya serangan penyakit. Jamur atau cendawan sangat menyukai kondisi basah atau lembab, karenanya senantiasa diperhatikan kegiatan sanitasi lingkungan. Termasuk juga selalu menggunakan varietas tahan penyakit. Selain itu hal yang dapat dilakukan ada berupa perlakuan benih (seed treatment) sebelum benih tersebut di tanam/di tabur. Perlakuan benih atau seed treatment merupakan istilah umum metode aplikasi pestisida yakni ketika pestisida dicampur benih yang akan ditanam. Tujuan perlakuan benih antara lain :



  



Perlakuan benih befungsi sebagai penyuci hama benih (seed strelilant). Melindungi benih agar tidak terkontaminasi oleh bibit hama dan/atau penyakit yang mungkin dibawanya. Perlakuan benih sebagai pelindung benih (Seed protectant). Melindungi benih yang baru ditanam agar tidak dirusak oleh organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti semut, anjing tanah, dan hama perusak benih lainnya). Perlakuan benih sebagai pelindung kecambah dan tanaman muda (Seed protectan). Melindungi tanaman muda agar tidak diserang oleh hama/penyakit yang menyerang kecambah atau tanaman muda.



Untuk tujuan disinfeksi dan perlindungan benih, pestisida yang digunakan bisa bersifat pestisida non-sistemik. Namun untuk perlindungan tanaman muda harus menggunakan insektisida atau fungisida sistemik. Beberapa cara perlakuan benih Perlakuan benih dapat dilakukan dengan cara seed dressing, seed coating dan seed pelleting. 



Seed dressing, merupakan cara paling umum untuk benih. Cara ini dilakukan dimana pestisida langsung dicampurkan ada benih beberapa saat sebelum ditanam. Cara ini bisa dilakukan oleh petani sendiri. Pencampuran dapat dilakukan dengan cara kering atau cara basah. Cara kering, benih langsung dicampurkan dengan pestisida yang umumnya dalam bentuk tepung) tanpa dibasahi. Sedangkan cara basah, pestisida untuk seed treatment baik yang berupa cairan atau tepung dibasahi terlebih dahulu dengan air (slurry) kemudian dicampurkan dengan benih. Metoda basah menghasilkan perlakukan yang lebih baik, karena pestisida menempel pada benih dengan lebih baik







Seed coating, cara ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan benih untuk melindungi benih yang akan disimpan atau diperdagangkan. Cara Seed coating dan seed pelleting, pestisida dicampur terlebih dahulu dengan bahan pengikat (sticker) tertentu untuk meningkatkan daya lekat pada benih. Selanjutnya dicampurkan dengan benih sehingga terlapisi oleh lapisan pestisida plus bahan pembawa dan bahan pelekat.



Perbedaan antara seed coating dan seed pelleting, bahwa pada seed coating bentuk benih masih tampak. Sementara seed pelleting bahan pembawanya lebih banyak sehingga benih sudah tidak tampak lagi karena terlapisi dengan tebal.