Diksi Dan Kalimat Efektif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Yoandra resa veronika



Nim



:2019,11c,1034



Tingkat



: 1a keperawatan



Matakuliah : Bahasa indonesia



BAB I DIKSI



1.1 Pengantar Diksi disebut juga dengan istilah pilihan kata. Menurut KBBI (1988: 205) yang dimaksud dengan diksi ialah pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras (cocok penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar. Dalam Kamus Pelajar: SLTA (2004: 162) yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa istilah diksi didefinisikan sebagai pemilihan kata yang tepat dalam berbahasa. Orang dikatakan mampu berbahasa (tulis) jika mampu memilih kata secara tepat untuk memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam lambang, bahasa. Kata, dengan demikian menjadi modal utama seseorang ketika menulis (Sugihastuti, 2000: 75). Berdasarkan uraian tersebut dalam rangka menghasilkan kalimat yang efektif salah satu kegiatan utama penulis adalah memilih kata. Memilih kata merupakan suatu keterampilan yang sangat penting. Perlu disadari bahwa memilih kata adalah keterampilan yang dapat dibentuk melalui pelatihan. Pekerjaan memilih kata bukanlah pekerjaan yang berat asal penulis memahami konsep memilih kata, kiat memilih kata, dan terampil memanfaatkan kiat memilih kata dalam penyusunan kalimat yang efektif.



Sebuah kata akan mendukung terbentunya kalimat efektif apabila kata itu memiliki kesanggupan untuk mewadahi gagasan yang akan diungkapkan penulis dengan tepat dan memiliki kesanggupan untuk menimbulkan kembali gagasan itu dengan tepat pula pada benak (pikiran dan atau perasaan) pembaca. Dalam kaitan itu, Keraf (1983) menyatakan bahwa pemilihan dan pendayagunaan kata mengacu pada kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulisnya. Kesanggupan sebagaimana terurai di atas, dapat dipenuhi dengan kaidah penggunaan kata, yakni kaidah ketepatan dan kaidah kecocokan. Kaidan ketepatan diukur dari gagasan yang akan disampaikan dan diterima partisipan. Kaidah kecocokan diukur dari kesesuaian dalam dalam konteks penggunaan sesuai dengan kelaziman penggunaan kata, baik konteks kalimat maupun konteks luar kalimat. Konteks luar kalimat itu bermacam-macam, seperti topik (apa yang sedang dibicarakan), tujuan (apa yang ingin dicapai oleh partisipan), situasi komunikasi (resmi atau tidak resmi, akrab, atau kurang akrab), mitra tutur (pendengan atau pembaca), dan jenis wacana (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi). Dalam bahasa tulis, salah satu unsur konteks yang utama dan diperhatikan dan harus diperhatikan adalah pembaca. Mengapa demikian? Harus diingat bahwa pembaca adalah penerima pesan, pembaca adalah sasaran yang dituju. Karena itu, diperlukan pertimbangan agar gagasan penulis diterima dengan tepat dan jelas oleh pembaca. Kemampuan memilih kata merupakan salah satu bagian kemampuan menyusun kalimat efektif. Dalam berbahasa tulis, kemampuan memilih kata



merupakan salah satu bagian kemampuan menyusun kalimat dalam menulis. Berikut ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan kata.



1.2 Penggunaan Bentuk Kata yang Tepat 1.2.1



Pusat Pendidikan dan Latihan atau Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jika pendidikan itu diartikan `proses mendidik` dan didikan diartikan `hasil



mendidik`, dengan taat asas `proses melatih` akan menjadi pelatihan, dan latihan akan diartikan `hasil melatih, yang dilatihkan`. Sejalan dengan itu, yang benar adalah Pusat Pedidikan dan Pelatihan, bukan Pusat Pendidikan dan Latihan. 1.2.2



Langganan atau Berlangganan Kata langganan sering digunakan dalam kalimat seperti di bawah ini. (1) Saya ingin langganan majalah itu. Kata langganan bukanlah verba, melainkan nomina. Verbanya adalah



melanggani atau berlangganan. Kalimat (1) dapat diperbaiki menjadi (1a) ataupun (1b) di bawah ini. (1a) Saya ingin melanggani majalah itu. (1b) Saya ingin berlangganan majalah itu. Kata langganan dapat digunakan seperti di bawah ini. (2) Uang langganan dapat dibayarkan sebulan sekali. 1.2.3



Menghindari atau menghindarkan Kata menghindari dan menghindarkan tidak dibentuk dari kata dasar hindar



serta imbuhan me-...-i dan me- … -kan, tetapi berasal dari bentuk hindari dan



hindarkan yang mendapat awalan me-. Kedua kata itu pemakaiannya sering dikacaukan karena pada umumnya orang menganggap bahwa kedua kata itu memiliki makna yang sama. Akibatnya kedua kalimat seperti berikut ini dianggap mengandung informasi yang sama. (a) Kami telah berusaha menghindari kesulitan. (b) Kami telah berusaha menghindarkan kesulitan. Jika dicermati, tampak bahwa kedua kalimat itu sebenarnya berbeda. Pemakaian kata menghindari mengisyaratkan bahwa yang bergerak bukanlah objek, melainkan subjek atau pelakunya. Dengan demikian, kesulitan yang merupakan objek kalimat (a) sebenarnya tetap ada dan juga tetap tidak teratasi karena subjek kami yang bergerak pada kalimat itu hanya mengupayakan atau mencari jalan yang lain agar tidak berhadapan



dengan



kesulitan.



Hal



itu



berbeda



dengan



penggunaan



kata



menghindarkan pada kalimat (b). Pada kalimat (b) itu yang bergerak adalah objeknya, yaitu kesulitan bukan subjeknya. Karena bergerak, kesulitan itu sudah teratasi sehingga tidak ada lagi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan contoh pemakaian kata menghindari dan menghindarkan yang tepat dengan objek yang konkret. (c) Kecelakaan itu terjadi karena sopir bus tidak dapat menghindari sedan yang melaju dari arah depan. (d) Dia sudah menghindarkan mobil yang dikendarainya itu dari terjangan bus kota. 1.2.4



Pemimpin atau Pimpinan



Kata pemimpin dan pimpinan sama-sama merupakan kata baku di dalam bahasa Indonesia. Kedua kata itu dapat digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia dengan makna yang berbeda. Kata pemimpin mengandung dua makna, yaitu `orang yang memimpin` dan `petunjuk` atau `pedoman`. Dari maknanya yang kedua dapat diketahui bahwa buku, misalnya, yang digunakan sebagai petunjuk atau pedoman, selain dapat disebut buku petunjuk atau buku pedoman, juga disebut buku pemimpin. Kata pimpinan merupakan hasil dari proses memimpin, seperti halnya binaan merupakan hasil dari proses membina atau bangunan merupakan hasil dari proses membangun. Kata pimpinan juga mempunyai arti lain, yaitu `kumpulan pemimpin`. Dalam pengertian itu, kata pimpinan lazim digunakan dalam ungkapan seperti rapat pimpinan, unsur pimpinan, atau pimpinan unit. Sejalan dengan itu, akhiran –an pada kata pimpinan bermakna `kumpulan`, yakni `kumpulan para pemimpin`, seperti lautan yang bermakna `kumpulan laut` dan daratan `kumpulan `darat`. 1.2.5



Diberi atau diberikan Perhatikan kalimat (1) di bawah ini. (1)



Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan iman.



Akhiran –kan pada kata diberikan sehatrusnya tidak muncul. Kalimat itu seharusnya berbunyi: (1a) Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman. (1b) Semoga kekuatan iman diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan. Bandingkan dengan kalimat-kalimat berikut. (2)



Saliman memberi adiknya buku baru.



(3)



Adiknya diberi (Saliman) buku baru.



(4)



Saliman memberikan buku baru kepada adiknya.



(5)



Buku baru diberikan (Saliman) kepada adiknya.



1.3 Kata yang Diberi Makna Sebaliknya 1.3.1



Kata Absen Kata absen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yakni absent. Dalam



kamus Inggris–Indonesia karangan John Echols dan Hassan Shadily (1984: 3) kata absent diberi makna `mangkir, tak hadir`. Akan tetapi, oleh kebanyakan penutur bahasa Indonesia kata absen diberi makna sebaliknya, yaitu `hadir`. Sering kali pada waktu penulis meninggalkan kelas setelah perkuliahan berakhir, ada mahasiswa yang mendatangi penulis sambil berkata, “Pak, saya belum absen”. Penulis menanggapinya dengan menjawab, “Bagus, Anda mahasiswa yang rajin”. Ada lagi mahasiswa yang berkata, “Pak, saya mau absen”. Penulis menjawab dengan kalimat, “ Boleh, kapan?” Mendapat jawaban penulis seperti itu mahasiswa tersebut merasa heran. Mereka tidak menyadari bahwa kata absen sebenarnya berarti `mangkir atau tidak hadir`. Setelah penulis jelaskan bahwa makna kata absen yang sebenarnya, mereka tersenyum malu. Akan tetapi, masih ada lagi yang bertanya kalau kata absensi yang diberi makna daftar kehadiran itu, bagaimana? Dalam kamus Inggris–Indonesia karangan John Echols dan Hassan Shadily (1984: 3) kata absence yang diserap ke dalam bahasa Indonesia absensi bermakna `kemangkiran atau ketidakhadiran`. Karena itu, jika Anda menandatangani daftar absensi berarti Anda tidak hadir.



1.3.2



Bergeming Kata bergeming dibentuk dari bentuk dasar geming mendapat awalan ber-



menjadi bergeming yang berarti `diam saja, tidak bergerak sedikit juga` (KBBI, 1984: 267). Akan tetapi, pada umumnya penutur bahasa Indonesia dalam menggunakan kata bergeming selalu didahului dengan kata tidak sehingga menjadi tidak bergeming seperti yang terdapat pada kalimat berikut ini. (1) Meskipun sudah dipanggil berkali-kali, anak itu tetap tidak bergeming dari tempat duduknya. Kelompok kata tidak bergeming pada kalimat (1) diberi makna `tidak bergerak atau diam saja`. Jadi dalam kalimat itu kata bergeming diartikan `bergerak` yang bertentangan dengan makna yang terdapat pada KBBI. Silakan mencari contohcontoh lain kata-kata dalam bahasa Indonesia yang diberi makna sebaliknya oleh para pemakainya.



BAB II KALIMAT EFEKTIF 2.1 Pengantar Kalimat adalah satuan bagian



terkecil ujaran atau teks (wacana)



yang



mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat



dimulai dengan huruf kapital dan



diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!); sementara itu disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Alunan titinada, pada kebanyakan hal, tidak ada padanannya dalam bentuk tertulis (Moeliono Peny., 1997: 254; Arifin dan S. Arman Tasai, 1995: 78). Melalui kalimat, baik lisan maupun tertulis, seseorang menyampaikan ide, gagasan, atau pesan kepada orang lain. Yang diharapkan melalui penyampaian itu adalah agar mitra wicara atau pembaca memahami isi pikiran si pembicara atau si penulis. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian mitra wicara atau pembaca mengerutkan keningnya karena tidak memahami maksud yang diucapkan atau dituliskan



Keadaan yang digambarkan tadi, mungkin disebabkan oleh kalimat-kalimat yang diucapkan atau dituliskan itu sulit dicerna oleh pihak lain. Meraka tidak dengan cepat menangkap makna kalimat, karena, mungkin kalimat-kalimat itu kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan perkataan lain, pendengar atau pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita disampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Kalimat dikatakan efektif apabila dapat mengungkapkan gagasan pembicara atau penulisnya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula oleh mitra wicara atau pembacanya (Zulkarnain dan Budiono, Peny. 1991: 63). Berikut ini contoh kalimat yang kurang efektif. Kalimat (1) diambil dari sebuah tiket bus dan kalimat (2) diambil dari sebuah majalah. (1) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya melaporkan kepada kami. Kalimat ini kurang jelas maksudnya karena ada bagian yang dihilangkan atau tidak sejajar. Siapakah yang diminta supaya melaporkan kepada kami? Ternyata imbauan ini untuk para penumpang yang membeli tiket di agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi: (1a) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, Anda diharap melaporkan kepada kami. Jika subjek induk kalimat dan anak kalimatnya dibuat sama, ubahannya menjadi: (1b) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, harap dilaporkan kepada kami. (2)



Mereka mengambil botol bir dari dapur yang menurut pemeriksaan labo-



ratorium berisi cairan racun. Apakah yang berisi cairan racun itu? Jika jawabnya botol, letak keterangannya perlu diubah menjadi: (2a) Dari (dalam) dapur mereka mengambil botol air yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa (Arifin dan S. Arman Tasai, 1995: 107).



2.2 Kesepadanan Struktur Yang dimaksud dengan kesepadanan struktur ialah



keseimbangan antara



pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan struktur kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.



2.2.1 Kalimat itu Mempunyai Subjek dan Predikat dengan Jelas Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat, tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek. Contoh: (3) Bagi semua siswa harus membayar iuran osis.



(4) Dalam buku ini membicarakan masalah pendidikan seks bagi remaja. (5) Untuk siswa yang berprestasi baik akan mendapat beasiswa. Kalimat (3), (4), dan (5) di atas salah karena kalimat-kalimat tersebut tidak jelas subjeknya. Ketidakjelasan subjek kalimat-kalimat tersebut disebabkan oleh adanya kata depan bagi, dalam, dan untuk di depan subjek. Dengan menempatkan kata depan seperti itu, subjek menjadi kabur. Agar menjadi kalimat yang efektif kalimat-kalimat di atas harus diubah. Kata depan sebelum subjek harus dihilangkan sehingga menjadi kalimat (3a), (4a), dan (5a) seperti di bawah ini. (3a) Semua siswa harus membayar iuran OSIS. (4a) Buku ini membicarakan masalah pendidikan seks bagi remaja. (5a) Siswa yang berprestasi baik akan mendapatkan beasiswa. Untuk kalimat (4), selain dengan menghilangkan kata depan (preposisi) dalam di depan subjek, agar kalimat tersebut menjadi efektir dapat pula dilakukan dengan cara mengubah kata kerja aktif menjadi kata kerja pasif, sehingga menjadi kalimat (4b) seperti di bawah ini. (4b) Dalam buku ini dibicarakan masalah pendidikan seks bagi remaja.



2.2.2 Tidak terdapat Subjek yang Ganda Kalimat yang memiliki subjek ganda tersusun karena penulisannya kurang hati-hati. Subjek yang ganda dalam sebuah kalimat akan mengaburkan informasi yang ingin disampaiakan. Gagasan yang ada dalam pikiran penulis tidak sejalan dengan kalimat yang dituliskannya. Perhatikan contoh di bawah ini.



(6) Penyusunan laporan ini saya dibantu oleh tenaga-tenaga penyuluh pertanian lapangan. (7) Soal itu saya kurang jelas. Kalimat (6) dan (7) memiliki subjek ganda. Kedua kalimat itu dapat diperbaiki seperti berikut ini. (6a) Dalam menyusun laporan ini, saya dibantu oleh tenaga-tenaga penyuluh pertanian lapangan. (6b) Saya dibantu oleh tenaga-tenaga penyuluh pertanian lapangan dalam menyusun laporan ini. (7a) Soal itu bagi saya kurang jelas. (7b) Bagi saya, soal itu kurang jelas.



2.2.3



Kata Penghubung Intrakalimat Tidak Dipakai pada Kalimat Tunggal Sering kita jumpai kalimat-kalimat tunggal yang diawali dengan kata



penghubung intrakalimat, seperti sedangkan, sehingga, karena, sebab, namun, tapi, ketika, walaupun, meskipun, dan sebagainya. Kata penghubung intrakalimat digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat. Contoh: (8) Karena datang agak lambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (9) Pemimpin kelompok Sidat Macan itu melihat serangan Glagah Putih. Namun ia sama sekali tidak menghindar.



Perbaikan kalimat (8) dan (9) dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi penghubung antarkalimat seperti berikut ini. (8a) Kami datang agak lambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama. (8b) Kami datang agak lambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (9a) Pemimpin kelompok Sidat Macan melihat serangan Glagah Putih, namun sama sekali tidak menghindar. (9b) Pemimpin kelompok Sidat Macan melihat serangan Glagah Putih. Namun demikian, ia sama sekali tidak menghindar.



2.2.4



Predikat Kalimat Tidak Didahului Kata yang Kata yang memang dapat dipakai dalam kalimat, tetapi bukan di depan



predikat kalimat. Predikat kalimat pada umumnya diisi oleh jenis kata kerja (verba). Jika di depan predikat diletakkan kata yang, maka kata tersebut akan menjadi kata benda (nomina). Dengan demikian, kalimat tersebut akhirnya tidak mempunyai predikat. Contoh: (10) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. (11) Pengapuran yang meningkatkan hasil biji kedelai atau jagung sebesar tiga belas persen lebih tinggi daripada yang tidak dikapur. Kalimat (10) dan (11) di atas tidak memiliki predikat karena di depan kata berasal dan meningkatkan yang semestinya merupakan predikat didahului yang.



Kedua kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menghilangkan kata yang di depan kata berasal dan miningkatkan seperti berikut ini. (10a) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. (11a) Pengapuran meningkatkan hasil biji kedelai atau jagung sebesar tiga belas persen lebih tinggi daripada yang tidak dikapur.



2.3



Keparalelan/ Kesejajaran Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang



digunakan dalam kalimat. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan bentuk nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua dan seterusnya menggunakan verba. Contoh: (12) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. (13) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruangan. (14) Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memerlukan kecerdasan, keuletan, dan aparat pelakunya harus sabar. Ketiga kalimat di atas salah karena pemakaian kata-katanya tidak sejajar atau tidak paralel. Karena itu, perlu diubah agar terdapat kesejajaran/ keparalelan. Kalimat (12) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kata dibekukan merupakan kata kerja (verba) pasif, sedang kenaikan adalah kata benda (nomina).



Kalimat (12) dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu, kata kenaikan diubah menjadi dinaikkan sehingga menjadi kalimat (12a) berikut ini. (12a) Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. Kalimat (13) salah karena tidak memiliki kesejajaran. Kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Karena itu, kata memasang harus diubah menjadi pemasangan sehingga menjadi kalimat (13a) berikut ini. Kalimat (14) juga salah karena tidak terdapat kesejajaran. Kata-kata yang tidak sejajar pada kalimat (14), yaitu kecerdasan, keuletan, dan sabar. Agar terdapat kesejajaran, kata sabar harus diubah menjadi kesabaran. Dengan demikian, kalimat (14) tersebut dapat diperbaiki seperti kalimat (14a) berikut ini. (14a) Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat memerlukan kecerdasan, keuletan, dan kesabaran aparat pelakunya. Kesejajaran dapat pula berupa untaian kalimat seperti tampak pada contoh untaian kalimat berikut ini. Mengarang bukanlah pekerjaan yang sukar, yang membuat Anda susah dan tersiksa. Mengarang bukanlah momok, yang membuat orang ketakutan. Mengarang adalah pekerjaan yang menarik, yang membuat orang bahagia. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam kesejajaran itu adalah konsistensi, yang dapat dipilah atas konsistensi kategori dan konsistensi struktur. Konsistensi kategori ditampakkan pada kategori kata. Jika kesejajaran dikenakan pada verba, maka anggota selanjutnya juga verba. Jika kesejajaran dikenakan pada struktur



bentukan peN- atau meN-, maka anggota selanjutnya juga struktur bentukan peN- atau meN-.



2.4



Ketegasan/ Penekanan Kalimat Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan kalimat adalah suatu



perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberikan penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.



2.4.1 Meletakkan Kata yang Ditonjolkan di Awal Kalimat Dalam penyampaian informasi, penekanan ide pokok kalimat dapat dilakukan dengan cara meletakkannya di awal kalimat. Penekanan itu lazim dilakukan untuk menunjukkan hal yang ingin ditonjolkan. Hal itu dapat dipahami karena kesan penerima tuturan akan terpusat pada bagian yang diterima pertama daripada bagian yang lain. Dalam kalimat (15), (16), dan (17) berikut ini tampak jelas bahwa informasi yang ditonjolkan ditampilkan pada bagian awal kalimat. (15) Konidin melenyapkan batuk dengan melegakan tenggorokan Anda. (16) Konidin, tablet batuk dengan formulsai khusus dari Konimex untuk meredakan batuk dengan cepat. (17) Konidin telah terbukti kemanjurannya.



2.4.2 Membuat Urutan yang Logis



Kejadian atau peristiwa hendaknya diurutkan dalam suatu kalimat sehingga tergambar secara logis. Urutan logis dapat disusun secara kronologis, urutan yang makin lama makin penting, atau menggambarkan suatu proses. Urutan logis ini juga dapat dilakukan dengan menyusun dari yang kecil ke yang besar. Perhatikan kalimat (18), (19), dan (20) berikut ini. (18) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta. (19) Kehidupan di desa merana, susah, dan kadang-kadang sulit. (20) Harga minyak mahal, naik terus, tidak menentu. Ketiga kalimat di atas memiliki urutan yang tidak logis sehingga harus diperbaiki. Perbaikannya adalah kalimat (18a), (19a), dan (20a) berikut ini. (18a) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta. (19a) Kehidupan di desa kadang-kadang sulit, susah, dan merana. (20a) Harga minyak tidak menentu, naik terus, bahkan mahal.



2.4.3



Melakukan Pengulangan Kata (Repetisi) Pengulangan kata dalam suatu kalimat kadang-kadang diperlukan untuk



negaskan atau menekankan bagian kalimat yang dianggap penting. Dengan pengulangan itu, bagian kalimat yang diulang menjadi menonjol. Pengulangan itu dapat diperlihatkan pada kalimat (21), (22), dan (23) berikut ini. (21) Untuk menguasai kemahiran menulis diperlukan latihan, latihan, dan sekali lagi latihan.



(22) Dalam pembangunan manusia seutuhnya haruslah seimbang antara pembangunan materiil dan spiritual, seimbang antara pembangunan fisik dan nonfisik. (23) Kenaikan SPP di perguruan tinggi mengundang banyak dimensi, tidak hanya berdimensi administratif, tetapi juga dimensi edukatif dan dimensi sosial, agar mutu pendidikan tetap terbina. Dengan pengulangan tampak jelas bagian kalimat yang mana yang ditekankan dari ketiga contoh kalimat di atas.



2.4.4



Melakukan Pertentangan terhadap Ide yang Ditonjolkan Penekanan ide dalam suautu kalimat dapat dilakukan dengan cara



mempertentangkan ide yang ditonjolkan. Contoh: (24) Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.



2.4.5



Menggunakan Partikel Penegas Untuk menegaskan bagian kalimat dapat dilakukan dengan menambahkan



partikel penegas –lah pada bagian yang ditekankan. Perhatikan contoh kalimat (25) dan (26) berikut ini. (25) Saudaralah yang bertanggung jawab. (26) Orang itulah yang mengajak Tono untuk bekerja di sana.



2.5 Kehematan



Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambahkan kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Beberapa yang dapat dilakukan untuk melakukan penghematan adalah sebagai berikut.



2.5.1 Menghilangkan Pengulangan Subjek Penulis kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat. Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas. Oleh karena itu, pengulangan bagian kalimat yang demikian tidak diperlukan. Perhatikan contoh (27) dan (28) berikut ini. (27) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (28) Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan pemimpin perusahaan itu. Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi (27a) dan (28a) berikut ini. (27a) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan. (28a) Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin perusahaan itu.



2.5.2 Menghindari Pemakaian Superordinat pada Hiponim Kata Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna kata tersebut terkandung makna dasar kelompok makna kata yang bersangkutan. Kata kuning dan ungu sudah mengandung makna kelompok warna. Kata neon sudah bermakna lampu. Perhatikan contoh kalimat (29) dan (30) berikut ini. (29) Warna kuning dan warna ungu adalah warna kesayangan ibu mereka. (30) Rumah penduduk di kota besar terang-benderang oleh cahaya lampu neon. Kalimat (29) dan (30) dapat diperbaiki dengan menghilangkan kata warna dan lampu, seperti tampak pada kalimat (29a) dan (30a) berikut ini. (29a) Kuning dan ungu adalah warna kesayangan ibu mereka. (30a) Rumah penduduk di kota besar terang-benderang oleh cahaya neon.



2.5.3 Menghilangkan Kesinonimam dalam Satu Kalimat Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut ini. (31) Sejak dari pagi dia belum makan. (32) Dia hanya membawa badannya saja. (33) Juara I diharap naik ke atas panggung. Kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki dengan cara menghilangkan bentuk sinonimnya seperti berikut ini. (31a) Sejak pagi dia belum makan. (32a) Dia hanya membawa badannya.



(33a) Juara I diharap naik ke panggung.



2.5.4 Tidak Menjamakkan Kata-kata yang Berbentuk Jamak Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut ini. (34) Para hadirin yang saya hormati. (35) Banyak siswa-siswa yang belum heregistrasi. Kata hadirin pada kalimat (34) sudah memiliki makna jamak sehingga tidak perlu dijamakkan lagi dengan kata para. Kata banyak pada kalimat (35) memiliki makna jamak sehingga kata siswa tidak perlu diulang menjadi siswa-siswa. Kedua kalimat di atas dapat diperbaiki mmenjadi seperti berikut ini. (34a) Hadirin yang saya hormati. (35a) Banyak siswa yang belum heregistrasi.



2.5



Kecermatan Yang dimaksud dengan kalimat cermat adalah kalimat yang tidak



menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pemilihan kata. Pemilihan kata atau penyusunan kalimat yang tidak cermat mengakibatkan nalar yang terkandung dalam kalimat terganggu. Hal itu seharusnya dihindari oleh penyusun kalimat yang ingin menyampaikan informasi secara tepat pula. Perhatikan contoh kalimat (36) berikut ini. (36) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.



Kalimat (36) di atas terdiri atas tiga bagian, yaitu: a. tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan b. ialah untuk mengelola sejumlah manusia, dan c. memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh Ketiga bagian itu tidak jelas hubungannya. Berikut ini ubahan yang menampilkan hubungan antarbagian secara jelas. (36a) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan yang memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh ialah pengelola sejumlah manusia. (36b) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan dedikasi yang tangguh. (36c) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yanhg tangguh. (36d) Tugas pengelolaan sejumlah manusia, yang memerlukan tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, memerlukan kepribadian serta dedikasi yang tangguh. Pemakaian ungkapan dedikasi yang tangguh dalam kalimat (36a), (36b), (36c), dan (36d) di atas, masih perlu dipertimbangkan karena ungkapan tersebut tidak lazim. Ungkapan yang lazim adalah dedikasi yang tinggi. Kalimat yang tidak cermat sering dijumpai karena pemakaian bentuk kata yang kurang tepat. Ada pemakaian pasangan kata berimbuhan peng—an dan –an tanpa mencerminkan perbedaan, (imbuhan peng—dapat juga berwujud pem--, pen--, peny-



dan pe--). Misalnya, kata pemberian sering dipakai secara tidak tepat seperti contoh kalimat berikut ini. (37) Rumah ini pemberian orang tua saya. Jika mengenal kata pengiriman dengan arti `hal atau tindakan mengirim atau mengirimkan` dan penulisan dengan arti `hal atau tindakan menulis dan menuliskan`, maka kata pemberian dalam kalimat di atas akan diartikan `hal atau tindakan memberi atau memberikan`. Arti itu tentu tidak sesuai sebab gagasan dalam kalimat di atas ialah bahwa rumah itu merupakan barang yang diberikan oleh orang tua saya. Pengertian seperti itu dapat dinyatakan dengan kata berian. Bandingkan juga dengan kata kiriman yang berarti `hasil tindakan mengirim atau hal atau barang yang dikirimkan`. Perhatikan contoh kalimat berikut ini yang tepat pemakaian bentuk katanya. (37a) Rmah ini berian orang tua saya. (37b) Pemberian hadiah ini berlangsung semalam.



2.7. Kepaduan Dalam kalimat aktif transitif antara predikat dan objek tidak disisipkan kata tugas, karena predikat objek merupakan kesatuan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang antara predikat dan objek disisipkan dengan kata tugas sehingga kalimatnya menjadi kurang jelas. (38) Rapat yang diselenggarakan kemarin itu membicarakan tentang nasib para karyawan.



(39) Ia sering membicarakan mengenai rendahnya mutu lulusan sekolahsekolah tertentu di kotanya. Kalimat (38) dan (39) di atas dapat diperbaiki menjadi (38a) dan (39a) seperti berikut ini. (38a) Rapat yang diselenggarakan kemarin itu mmembicarakan nasib para karyawan. (39a) Ia sering membicarakan soal rendahnya mutu lulusan sekolah-sekolah tertentu di kotanya. Dengan menghilangkan kata tugas tentang pada kalimat (38) dan menggantikan kata mengenai dengan kata soal, sehingga menjadi kalimat (38a) dan (39a).



2.8 Kelogisan Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimatkalimat di bawah ini. (40) Waktu dan tempat kami persilakan. (41) Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan acara ini. (42) Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka. (43) Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka. (44) Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.



Kalimat-kalimat di atas tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut. (40a) Bapak Gubernur kami persilakan. (41a) Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini. (42a) Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka. (43a) Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka. (44a) Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.



Nama



: yoandra resa veronika



Nim



:2019,11c,1034



Tingkat



: 1a keperawatan



Mata kuliah : Bahasa indonesia



Latihan: 1. Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara pengobatannya tak ada yang tahu. 2. Setelah naskah laporan disusun dengan dengan sebaik-baiknya, barulah diseminarkan untuk memperoleh masukan dari para ahli. 3. Jembatan layang itu belum selesai seperti yang sudah direncanakan disebabkan karena dananya belum dapat dicairkan semuanya. Jawaban 1. penyakin alzheimer alias pikun ada satu segi usia tua, yang sangat mengerikan dan berbahaya ,sebab pencegahan dan cara pengobatanya tidak ada yang tau sampai sekarang ini 2. setelah naskah laporan disusun dengan sebaik-baiknya, barulah di seminarkan untuk memperoleh masukan dari para ahli, 3. Jembatan layang itu belum selesai,seperi yang sudah di rencanakan di sebabkan karena dana nya belum dapat di cairkan semuanya.