Diskusi 1 Kewirausahaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MITOS MENGENAI WIRAUSAHAWAN Selama ini di masyarakat telah muncul berbagai mitos mengenai wirausahawan. Sebagian pihak berpendapat bahwa berbagai mitos ini muncul karena kurangnya penelitian mengenai kewirausahaan. Para peneliti kewirausahaan tentunya bisa merasakan bahwa bidang ini masih terus berkembang, sehingga memang banyak mitos yang masih menjadi kepercayaan masyarakat karena belum ”tergusur” oleh hasil penelitian ilmiah yang membantah kebenaran kepercayaan semacam itu. Berikut ini disajikan sepuluh mitos yang paling sering muncul di masyarakat mengenai wirausahawan. 1. Wirausahawan merupakan orang yang cenderung bertindak dan bukan pemikir. Walaupun memang benar bahwa wirausahawan cenderung merupakan orang lebih suka bert indak, namun tidaklah benar apabila mereka bukan digolongkan sebagai orang yang pemikir. Sebagai contoh, sekarang ini lebih disukai business plan yang jelas dan juga lengkap, yang menunjukkan bahwa wirausaha juga dituntut untuk berpikir. Bagi wirausaha, berpikir sama pentingnya dengan kecenderungan mereka untuk bertindak. 2. Kewirausahaan merupakan bakat yang dibawa seseorang sejak lahir. Selama ini banyak pihak yang lebih percaya bahwa kewirausahaan tidak bisa diajarkan ataupun dipelajari. Sudah sejak lama masyarakat percaya bahwa ciri-ciri kewirausahaan dalam diri seseorang merupakan bakat bawaan yang dibawa sejak lahir. Ciri-ciri ini misalnya, mencakup agresivitas, berinisiatif, bersemangat, bersedia menanggung risiko, memiliki kemampuan analisis yang baik, dan terampil dalam membangun hubungan dengan orang lain. Sekarang ini, kewirausahaan cenderung dianggap sebagai suatu disiplin ilmu, sehingga memat ahkan mitos itu. Kewirausahaan, seperti juga semua bidang ilmu lainnya, memiliki model, proses, dan juga berbagai macam studi kasus yang memungkinkannya untuk dipelajari dan juga diaj arkan. 3. Wirausahawan mesti merupakan penemu hal baru (inventor) Pemikiran bahwa wirausahawan selalu merupakan penemu hal baru ( inventor) muncul karena kesalahan pemahaman. Memang dalam kenyataan cukup banyak penemu yang kemudian menjadi wirausahawan, tetapi juga kenyataan menunjukkan bahwa banyak wirausahawan yang bukan penemu hal baru. Sebagai contoh, di Amerika, Ray Kroc bukanlah penemu makanan cepat saji, tetapi gagasannya yang inovatif mendorong McDonald menjadi perusahaan cepat saji yang terbesar di dunia. Di Indonesia, sudah sangat lama masyarakat minum teh, tetapi gagasan inovatif untuk menjual teh dalam kemasan (botol ataupun kotak) baru belakangan ini muncul. Sekarang ini, pengertian wirausahawan tidak saja mencakup penemu namun juga bukan penemu hal baru. 4. Wirausahawan cenderung gagal di sekolah maupun dalam pergaulan sosial. Pandangan bahwa wirausahawan cenderung gagal di sekolah maupun dalam pergaulan sosial terjadi karena beberapa individu pengusaha ternyata berhasil mengembangkan perusahaan yang sukses setelah mengalami drop-out dari sekolah ataupun setelah berhenti menjadi karyawan. Banyak kasus sejenis ini digelembungkan sehingga muncul pandangan yang keliru mengenai wirausahawan maupun kewirausahaan. Lembaga pendidikan dan organisasi sosial di masa lalu memang kebanyakan tidak memberikan tempat terhadap kewirausahaan. Hal ini terjadi karena pandangan yang lebih diwarnai oleh keberadaan perusahaan-perusahaan besar, sehingga pendidikan bisnis cenderung lebih membahas permasalahan perusahaan-perusahaan ukuran besar. Pandangan yang lebih mutakhir cenderung menganggap wirausahawan sebagai pelopor di bidang ekonomi, sosial, maupun pendidikan. Wirausahawan tidak lagi dianggap sebagai pribadi yang menyeleweng ke luar jalur, melainkan sebagai prof esional. 5. Wirausahawan dipandang memiliki ciri-ciri tertentu. Banyak tulisan dalam buku maupun artikel mengenai kewirausahawan yang memuat daftar ciri-ciri wirausahawan yang berhasil. Ciri-ciri ini sering kali tidak diperiksa keabsahannya, cenderung dihasilkan dari penelit ian terhadap kasus-kasus tertentu dan sering kali tidak dilakukan dengan membandingkannya terhadap ciri-ciri orang yang bukan wirausahawan. Sekarang ini mulai dipahami bahwa besar sekali hambatan maupun kesulitan yang dihadapi dalam menemukan ciri-ciri wirausahawan maupun kewirausahaan yang dapat dianggap berlaku umum. Kondisi lingkungan,



perusahaan, maupun kewirausahaan, ternyata saling mempengaruhi satu sama lain sehingga memungkinkan untuk menjumpai ciri-ciri wirausahawan yang berhasil pada situasi yang berlainan. 6. Wirausahawan hanya tertarik pada uang. Perlu diakui bahwa sebuah perusahaan membut uhkan modal atau uang agar bisa bertahan hidup. Memang benar banyak perusahaan yang gagal karena kondisi keuangannya tidak sehat . Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan modal atau uang belum tentu bisa mencegah kebangkrutan sebuah perusahaan. Apabila ditelusuri, kegagalan karena masalah keuangan sering kali merupakan akibat dari ketidakberesan pada aspek yang lain seperti pengelola yang tidak kompeten, perencanaan yang buruk, kultur kerja yang tidak mendukung, dan berbagai alasan lainnya. Di pihak lain, banyak wirausahawan yang perusahaannya berhasil ternyata sebelumnya tidak memiliki modal yang mencukupi, tetapi mereka berhasil mengatasi kekurangan tersebut sambil membangun usaha dengan bertumpu pada aspek nonuang. Untuk para wirausahawan, modal atau uang memang merupakan sumber daya, tetapi sering kali bukan merupakan tujuan akhir satu-satunya. 7. Keberhasilan wirausahawan tergantung pada nasib baik atau kemujuran. Berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat memang merupakan keuntungan bagi seseorang. Tetapi, kemujuran baru akan terwujud apabila persiapan seseorang sesuai dengan peluang yang ia hadapi. Apabila ia tidak siap, maka peluang itu akan hilang begitu saja tidak sempat dimanfaatkan. Karena itu, hanya wirausaha yang memiliki persiapan yang mencukupi yang akan mampu memanfaatkan peluang, sehingga kebanyakan orang melihat kejadian ini sebagai suatu kemujuran. Wirausahawan yang berpeluang untuk berhasil sebenarnya memang lebih siap menghadapi situasi dan mengubah situasi yang ia hadapi menjadi keberhasilan. Apa yang sering kali terlihat sebagai kemujuran sesungguhnya terdiri dari persiapan yang baik, semangat, keteguhan hati, pemahaman akan permasalahan atau situasi yang dihadapi, dan juga kecerdikan untuk memunculkan cara yang lebih cerdas untuk menghadapi situasi ataupun permasalahan tersebut . 8. Ketidaktahuan merupakan berkah bagi wirausahawan. Sering kali dikat akan bahwa terlalu banyak perencanaan maupun evaluasi j ust ru akan membawa masalah, yaitu membuat kita menjadi memiliki keraguan untuk bert indak sehingga menjadi lumpuh karena malas bergerak. Di masa sekarang, pernyat aan itu tidak lagi berlaku, karena pasar maupun dunia usaha penuh dengan persaingan sehingga diperlukan pemikiran yang matang, perencanaan yang rinci dan persiapan yang matang. Memahami secara lengkap dan benar kekuatan dan kelemahan usaha yang hendak dijalankan membuat seorang pengusaha mampu memiliki rencana cadangan yang baik untuk menghadapi munculnya permasalahan yang tidak terduga. Peluang untuk mengalami akibat buruk dari kegagalan bisa dikurangi melalui strategi yang dirumuskan secara cermat, yang didasarkan pada pemahaman akan proses sebab akibat yang mampu membawa kita pada keberhasilan. Perencanaan yang matang dan cermat merupakan ciri wirausahawan yang berhasil, bukan ketidaktahuan. 9. Lebih banyak wirausahawan yang gagal daripada yang berhasil. Memang benar bahwa kebanyakan wirausahawan berulang kali mengalami kegagalan sebelum mampu mencapai keberhasilan. Kegagalan memang memberikan banyak pelajaran kepada orang yang bersedia belajar dari pengalaman tersebut, dan ternyata kegagalan sering kali mampu membawa seseorang pada keberhasilan. Ini terlihat jelas pada “ prinsip koridor” yang menyatakan bahwa apabila suatu usaha mulai dijalankan, maka berbagai peluang baru yang tidak direncanakan akan segera muncul. Perusahaan 3M misalnya, mengalami kegagalan karena lem yang mereka buat ternyata tidak mampu menempel terlalu kuat . Lem yang gagal itu tidak mereka buang, tetapi dicoba dicari kemungkinan pemanfaat annya. Akhirnya, berhasil dikembangkan kertas post -it, yakni lembar catatan berwarna kuning yang bisa dit empel dan dilepas dengan mudah di dinding. Pernyataan bahwa lebih banyak wirausahawan yang gagal dibanding yang berhasil, ternyata tidak bisa diterima. Seorang peneliti menemukan bahwa masyarakat pandangan kebanyakan orang bahwa lebih banyak wirausahawan yang gagal daripada yang berhasil ternyata tidak tepat. 10. Wirausahawan adalah pengusaha bersifat untung-untungan.



Banyak pihak yang melihat wirausahawan seakan-akan merupakan pengusaha yang perilakunya sangat untung-untungan. Kenyataan di lapangan memperlihat kan bahwa wirausahawan biasanya memilih jenis kegiatan dengan risiko yang sedang ataupun risiko yang bisa dihitung (calculated risk). Wirausahawan yang sukses biasanya pekerja keras dengan perencanaan serta persiapan yang matang, dengan maksud untuk menurunkan risiko, sehingga dengan kemampuan itu sesungguhnya wirausahawan memiliki kapabilitas untuk mengendalikan masa depan. Sepuluh mitos ini perlu dipahami dan perlu dijadikan landasan pemikiran dalam pembahasan mengenai wirausahawan maupun kewirausahaan. Kemampuan untuk membedakan mitos dari kenyataan lapangan akan memberikan peluang untuk mengamati dan menjelaskan berbagai ciri wirausahawan sesuai kenyataan di lapangan, tanpa diganggu oleh berbagai kepercayaan yang sesungguhnya tidak terbukti secara ilmiah. Sumber: EKMA4370/MODUL 1