Ditjen POM, 2000) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Daster Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Pada umumnya ekstraksi akan semakin baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan pelarut semakin luas. Dengan demikian, semakin halus serbuk simplisia maka akan semakin baik ekstraksinya. Selain luas bidang, ekstraksi juga dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan (Ahmad, 2006). Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi ke dalam pelarut digolongkan menjadi (Ditjen POM, 2000): a. Maserasi Maserasi berasal dari bahasa latin macerare yang berarti merendam, merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Ditjen POM, 2000). b. Infundasi Infundasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900c selama 15 menit. Infundasi ini proses yang umum digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air dan bahan – bahan nabati (Ditjen POM, 2000). c. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyaringan sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara tahap perkolasi (penetasa/penampungan ekstrak), terus diperoleh ekstrak (Ditjen POM, 2000). d. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000). e. Disgesti Disgesti adalah pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar yaitu 40-500c (Ditjen POM, 2000). f. Dekok Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90 0c selama 30 menit (Ditjen POM, 2000). g. Sokletasi Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas saring) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu (Ditjen POM, 2000). Selain itu, proses ekstraksi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan pada dua kategori berbeda yaitu, Operasi dan Jenis Tahapan (Patel, et al, 2019)



1. Klasifikasi berdasarkan Operasi: Proses Batch Continuous Process 2. Klasifikasi berdasarkan Jenis Fase: a. Cairan- Ekstraksi Cairan - Fase Sampel (Cair) Yang juga dikenal sebagai ekstraksi pelarut yang mengacu pada operasi di mana komponen campuran cairan dipisahkan dengan pelarut cair tidak larut yang sesuai yang secara istimewa melarutkan satu atau lebih komponen. Pemilihan pelarutnya didasarkan pada kualitas pelarut seperti selektivitas, perolehan kembali, koefisien distribusi, kerapatan, dll. Penerapan ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi cair-cair banyak digunakan dalam dekafeinasi kopi dan teh dan pemisahan minyak atsiri (rasa dan wewangian) di industri makanan; paling mungkin digunakan dalam pemisahan olefin/parafin dan isomer struktural di industri petrokimia; paling efisien digunakan dalam pemulihan bahan aktif dari kaldu fermentasi dan pemurnian produk vitamin di industri farmasi; esensial dalam peningkatan kualitas minyak pelumas dan pemisahan aromatik/alifatik di petroleum refinery; dalam industri nuklir ekstraksi cairancairan digunakan untuk pemurnian uranium (Patel, et al, 2019). b. Ekstraksi Fase Padat atau - Fase Sampel (Gas, Cairan) ekstraksi fase padat adalah metode persiapan sampel yang digunakan untuk isolasi, pengayaan dan pemurnian komponen dari larutan air tergantung pada sifat fisik dan kimianya. Hal tersebut melibatkan kontak sampel berair dengan fasa padat atau sorben, di mana senyawa teradsorpsi pada permukaan fasa padat sebelum elusi. Jumlah ekstrak dapat diabaikan dibandingkan dengan jumlah analisis dalam sampel. Ekstraksi fase padat banyak digunakan di laboratorium analitik (Patel, et al, 2019). c. Pelindian atau Cairan Padat - Fase Sampel (Padat) Ekstraksi Fase Ekstrak (Cair) Dasar Pemisahan (Partisi) d. Cairan Superkritis - Fase Sampel (Padat, Cair) Supercritical Fluid Extraction (SFC) biasanya dilakukan untuk ekstraksi dari padatan, tetapi proses ini juga berlaku untuk ekstraksi dari cairan. Ekstraksi jenis tersebut digunakan untuk preparasi sampel di laboratorium analitik. Pada skala yang lebih besar dapat digunakan untuk menghilangkan bahan yang tidak enak (decaffeination) dari aliran produk (minyak) (Patel, et al, 2019).. Kandungan senyawa yang terdapat di dalam tanaman dapat di tarik oleh suatu pelarut saat proses ekstraksi. Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan faktor penting dalam proses ekstraksi. Jenis dan mutu pelarut yang di gunkan menentukan keberhasilan proses ekstraksi (Harbone, 1987). Proses ekstraksi di dasarkan pada sifat pelarut zat dalam pelarut pada saat ekstraksi. Senyawa polar hanya akan larut pada pelarut polar, seperti etanol, methanol, butanol dan air. Senyawa non-polar Juga hanya akan larut pada pelarut non-polar seperti eter, Klorform dan nheksan (Gritter, et,al 1991). Pelarut non-polar (n-heksan, aseton) dapat mengekstrak likopen, triterpenoid dan sebagian kecil karotenoid, sedangkan senyawa xanhtin dan senyawa polar lainya akan terekstrak ke dalam pelarut polar (methanol, etanol) (Arifulloh, 2013). Sedangkan pelarut semi polar mampu menarik senyawa termasuk likopen, b-karoten, vitamin C, padatan terlarutan dan total fenol (Ma’sum dkk., 2014).



Pelarut Yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang di inginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik, dan tidak mudah terbakar (Harborne, 1987). Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut : 1. Selektivitas 2. Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut 3. Ekonomis 4. Ramah lingkungan 5. Keamanan (DepKes RI, 2000). Pembahasan Infundasi Infundasi adalah suatu proses penyarian untuk menyari kandungan zat aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam air. Proses infundasi memiliki prinsip yang sama dengan perebusan, dapat menyari simplisia dengan pelarut air dalam waktu singkat (DepKes RI, 2000). Cara yang biasa dilakukan adalah serbuk bahan dipanaskan dalam panci dengan air secukupnya hingga suhu mencapai 90ºC dan bila terhitung mulai suhu 90ºC maka didiamkan selama 15 menit. Hasil sari disaring selagi panas melalui kertas saring dan bila bahan mengandung minyak atsiri, penyaringan dilakukan setelah dingin (Atun, 2014). Pelarut yang digunakan pada metode tersebut adalah air dengan rasio berat bahan dan air pada metode infundasi adalah 1:10, artinya jika berat bahan 100 gr maka volume air sebagai pelarut adalah 1000 ml. Pelarut air dipilih karena memiliki sifat yang stabil, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak beracun, dan alami serta mudah diperoleh. Namun kekurangan dari pelarut air tesebut adalah sebagai cairan penyari yaitu tidak selektif, sari dapat ditumbuhi kapang atau kuman sehingga cepat rusak, dan pengguapannya diperlukan waktu yang lama (Depkes RI., 1986). Dan dikarenakan sari mudah tercemar oleh kapang atau kuman maka sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Hargono, 1986). Ekstrak daun mangga dilaporkan memiliki kandungan alkaloid, fenol, saponin, kumarin, tanin, flavonoid, triterponoid, steroid, dan glikosida (Masibo & He; 2009). Tujuan ekstraksi metode infundasi dengan pelarut air adalah untuk menarik senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid glikosida yang lebih larut dalam pelarut yang lebih polar seperti air. Dalam percobaan praktikum perbandingan serbuk mangga yang digunakan dengan volume pelarut air adalah 50 gram : 500 ml, hal tersebut sudah sesuai dengan rasio berat bahan : pelarut air yaitu 1:10. Berdasarkan hasil percobaan hasil ekstrak kental yang didapat adalah sebanyak 6,3 gram dengan hasil rendemen sebesar 12,6%. Keuntungan dari penggunaan metode infundasi adalah waktu yang dibutuhkan relatif singkat, memberikan hasil pemeriksaan yang cukup akurat, dan memerlukaan alat yang sangat sederhana sehingga biaya operasional yang diperlukan relatif rendah. Sedangkan kerugian dari metode infundasi adalah zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh), hilangnya zat-zat atsiri, dan tidak cocok untuk mengekstraksi senyawa/



simplisia yang tidak tahan panas, disamping itu simplisia yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut (Ansel, 2005). Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyaringan sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara tahap perkolasi (penetasa/penampungan ekstrak), terus diperoleh ekstrak (Depkes RI, 2000). Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat seperti berpori. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetasan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000). Ekstrak kulit batang johar dilaporkan memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, triterpenoid (Soekiono, 1996). Sedangkan ekstrak batang sereh dilaporkan memiliki kandungan metabolit sekunder seperti saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan minyak atsiri (Khasanah dkk, 2011). Pelarut yang digunakan untuk metode Perkolasi pada ekstrak batang johar dan batang sereh adalah etanol 70%. Etanol merupakan golongan alkohol dengan jumlah atom karbon dua dan mempunyai nilai kepolaran 0,68 (Ashurst, 1995). Keuntungan penggunaan etanol sebagai pelarut adalah mempunyai titik didih yang rendah sehingga lebih mudah menguap, oleh karena itu, jumlah etanol yang tertinggal di dalam ekstrak sangat sedikit. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, mikrobia sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorpsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil, dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya sedikit (DepKes RI, 1986). Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lain dari etanol mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Etanol dengan kadar 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan pengganggu hanya skala kecil yang turun kedalam cairan pengekstraksi (DepKes RI, 1986). Sehingga tujuan dari ekstrasi metode perkolasi dengan pelarut etanol 70% adalah untuk menarik senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar yang terkandung dalam ekstrak kulit batang johar dan batang sereh seperti senyawa fenol, flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid. Mekanisme pelarut organik saat menarik senyawa metabolit sekunder yaitu pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung metabolit sekunder, metabolit sekunder akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel, maka larutan yang lebih pekat akan keluar sel membawa metabolit sekunder. Proses tersebut terus berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel (Hukmah; 2007). Berdasarkan hasil percobaan hasil ekstrak kental yang didapat dari esktrak kulit batang johar adalah sebanyak 2,8 gram dengan hasil rendemen sebesar 5,6%. Sedangkan hasil ekstrak kental yang didapat dari esktrak batang sereh adalah sebanyak 14 gram dengan hasil rendemen sebesar 28%. Kelebihan dari metode perkolasi adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru sehingga tidak akan terjadi kejenuhan pelarut dan penyarian senyawa akan lebih sempurna. Sedangkan kerugiannya adalah bila sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area, selain itu juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu (Agoes, 2007).



Agoes. G. 2007., Teknologi Bahan Alam, ITB Press Bandung. Ansel, 2005, Pengantar Bentuk sediaan Obat, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Ashurst. 1995. Flavouring. Blackie Academic & Profesional, New York. Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. 2000. Materia Medika Indonesia. Jilid VIII Jakarta: Depkes RI. Ditjen POM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak tumbuhan Obat, Jakarta, Departemen Kesehatan RI. Halaman 1- 11. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokima: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan kedua, Diterjemahkan oleh: Kosasih. Bandung: Penerbit ITB. Hargono, D. dkk, 1986, Sediaan Galenik, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hukmah, S. 2007. Aktivitas Antioksidan Katekin dari Teh Hijau (Camellia Sinensis O.K. Var. Assamica (mast)) Hasil Ekstraksi dengan Variasi Pelarut dan Suhu. Skripsi. Malang: Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN. Khasanah dkk, 2011, Pemanfaatan Ekstrak Sereh (Chymbopogon Nardus L.) Sebagai Alternatif Anti Bakteri Staphylococcusepidermidis Pada Deodoran Parfume Spry, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta). Masibo, M. & Q. He. 2009. In Vitro Antimicrobial Activity and the Major Polyphenol in Leaf Extract of Mangifera indica L. Malaysian Journal of Microbiology, 5(2): 73-80. Patel, K, et al, 2019, Extraction Methods: Microwave, Ultrasonic, Pressurized Fluid, Soxhlet Extraction, Etc, University of Mumbai, India. Soekiono, W., 1996, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Triterpenoid dari Ekstrak N-Heksana Kulit Batang Johar (Cassia siamea, Lamk), Universitar Airlangga, Surabaya.