DL 2 Keperawatan Islami [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DISCOVERY LEARNING “Pengobatan Islami” Dosen Penanggung Jawab Bapak Jamaludin S.Kep M.Kep



Kelompok 1 B: Ani Selfi Yulianti Puji Astuti Dewi Sartika Yasni Maulidatun nisya Syifa Fauziah Aprilia Wulandari Putri Nurul Fadillah Novi Fitriani Cynthia Alya Tantiani Eneng FitriAnggreani Faruq Ainul Yaqin



(11151040000059) (11151040000065) (11151040000079) (11151040000080) (11151040000084) (11151040000085) (11151040000095) (11151040000096) (11151040000104) (11151040000102) (11151040000118)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018



KATA PENGANTAR



Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta



karunianya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan



kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah dalam bentuk makalah yang berjudul “Fiqih Ibadah dan Pengobatan Islami” tanpa suatu halangan yang amat berarti hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep., sebagai dosen penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Islami yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat kata di dalam makalah ini yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membacanya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan kami dimasa yang akan datang dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.



Penyusun, Kelompok 1 B



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2 DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3 BAB I ...................................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4 1.1



Latar Belakang ........................................................................................................................ 4



1.2



Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5



1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 5 BAB II..................................................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6 2.1 Pengobatan yang halal .................................................................................................................. 6 2.2 Adap Ketika Sakit ......................................................................................................................... 9 2.3 Adab Perawatan Orang Sakit ...................................................................................................... 12 2.4 Adab-adab Menjenguk Orang Sakit ............................................................................................ 14 2.5



Etika Bertemu Pasien Sakaratul Maut................................................................................... 17



2.6 Prinsip Pengobatan Dalam Islam ................................................................................................ 24 2.7



Etika Pengobatan Dalam Islam ......................................................................................... 25



BAB III ................................................................................................................................................. 28 PENUTUP ............................................................................................................................................ 28 3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 30



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap aspek kehidupan manusia, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan pengobatan. Ilmu pengobatan islam sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat. Contohnya, Ibnu sina seorang muslim yang menjadi pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada cara-cara alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang muslim dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah SWT, disamping sebagai instink yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang di butuhkan untuk melestarikan hidupnya seperti makan, minum dan tempat berlindung. Dalam mencari hal-hal tersebut, manusia akan mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik maupun yang membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta mengembangkan pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Karena itu, manusia selalu dalam proses mencari dan menyempurnakan hingga selalu progresif. Berbeda dengan binatang yang hanya dibekali dengan instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah dan dan bersifat statis. Akal lah yang membentuk serta membina kebudayaan manusia dalam bebragai aspek kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan. Resesi yang berkepanjangan menimpa seluruh dunia, termasuk Indonesia. Indonesia saat ini dalam situasi yang tidak menentu, baik dari segi ekonomi maupun politik. Keadaan seperti ini menimbulkan keresahan yang sangat pada segenap lapisan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah atau rakyat miskin. Keperluan hidup mesti dicukupi dari hari ke hari, sementara kemampuan masyarakat miskin untuk memenuhinya sangat terbatas atau tidak mampu. Hal ini membuat suasana kehidupan keras dan kejam, bahkan cenderung ke arah perlombaan yang tidak sehat. Keadaan ini sangat efektif membuat orang stres sehingga mudah terkena penyakit, baik fisik maupun mental. Dimana dokter pun sudah angkat tangan dalam pengobatannya terutama dari golongan menengah kebawah, telah mendorong mereka untuk untuk mencari alternative



4



pengobatan lain yang relative lebih murah dan nota bene juga ampuh dalam mnyembuhkan berbagai penyakit terminal. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pengobatan alternative telah memberi anugrah baru bagi sisakit, sehingga pengobatan alternative memang benar-benar menjadi alternative kususnya bagi masyarakat menengah kebawah. Akan tetapi, semakin menjamurnya tren pengobatan alternative sebagai sebuah fenomena yang positif berubah menjadi kontra produktif. Manakala masyarakat pada umumnya tidak beitu mengetahui kaidah pengobatan itu sendiri sehingga mereka terseret pada bid’ah dan perbuatan syirik. Untuk itulah hendaknya masyarakat memahami batasan-batasan dari pengobatan alternative yang diperbolehkan dalam syariat islam, sehingga mereka tidak mudah terbawa oleh janji-janji para normal (Dukun) maupun ahli-ahli pengobatan alternative lainnya, yang nantinya akan menyeret pada bid’ah dan kemusrikan.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja pengobatan yang halal? 2. Bagaimana adab saat sakit? 3. Bagaimana adab dalam merawat orang sakit? 4. Bagaimana adab menjenguk orang sakit? 5. Bagaimana etika bertemu pasien yang sakaratul maut? 6. Apa saja prinsip pengobatan dalam islam? 7. Bagaimana etika pengobatan dalam islam? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa saja pengobatan yang halal 2. Mengetahui adab saat sakit 3. Mengetahui adab dalam merawat orang sakit 4. Mengetahui adab menjenguk orang sakit 5. Mengetahui etika bertemu pasien yang sakaratul maut 6. Mengetahui prinsip pengobatan dalam islam 7. Mengetahui etika pengobatan dalam islam



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengobatan yang halal pengobatan Nabawi (pengobatan dalam islam pada zaman Rasullulah SAW) 1. Pengobatan dengan meminum madu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang madu yang keluar dari perut lebah: “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (An-Nahl:69) Madu dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di antaranya untuk mengobati sakit perut, seperti ditunjukkan dalam hadits berikut ini: “Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: ‘Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya.’ Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: ‘Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah mencret).’ Nabi bersabda: ‘Allah Maha benar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu.’ Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh.” (HR. Al-Bukhari no. 5684 dan Muslim no. 5731) (Thaha, 2009) 2. Pengobatan dengan habbah sauda` (jintan hitam) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya habbah sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit, kecuali dari penyakit as-samu”. Aku (yakni`Aisyah radhiallahu 'anha) bertanya: “Apakah as-samu itu?” Beliau menjawab: “Kematian.” (HR. Al-Bukhari no. 5687 dan Muslim no. 5727) Jinten hitam atau al Habbah as Sauda ini dikenal juga sebagai Syuwainiz dalambahasa Persia, disebut juga Kammun hitam atau Kammun India, disebut juga dengan biji al Barakah. Dari biji ini bisa dibuat minyak yang berkhasiat mengobati batuk, membantu pencernaan menghilangkan masuk angin dan sejenisnya. Namun saat ini, biasanya jinten hitam ini dikonsumsi dalam bentuk pil. Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah berkata, “Jinten hitam memiliki banyak sekali khasiat. Arti sabda Nabi, ‘obat dari segala jenis penyakit’, seperti firman Allah, ‘Menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabb-nya’, yakni segala sesuatu yang bisa



6



hancur. Banyak lagi ungkapan-ungkapan sejenis. Jinten hitam memang berkkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal” (Thaha, 2009) 3. Pengobatan dengan meminum susu dan air kencing unta Anas radhiallahu 'anhu menceritakan: “Ada sekelompok orang ‘Urainah dari penduduk Hijaz menderita sakit (karena kelaparan atau keletihan). Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, berilah tempat kepada kami dan berilah kami makan.’ Ketika telah sehat, mereka berkata: ‘Sesungguhnya udara kota Madinah tidak cocok bagi kami (hingga kami menderita sakit).’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menempatkan mereka di Harrah, di dekat tempat pemeliharaan unta-unta beliau (yang berjumlah 3-30 ekor). Beliau berkata: ‘Minumlah dari susu dan kencing unta-unta itu.’Tatkala mereka telah sehat, mereka justru membunuh penggembala unta-unta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (setelah sebelumnya mereka mencungkil matanya) dan menggiring unta-unta tersebut (dalam keadaan mereka juga murtad dari Islam). Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengirim utusan untuk mengejar mereka, hingga mereka tertangkap dan diberi hukuman dengan dipotong tangan dan kakikaki mereka serta dicungkil mata mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 5685, 5686 dan Muslim no. 4329) (Thaha, 2009) 4. Pengobatan dengan berbekam (hijamah) Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma mengabarkan “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbekam pada bagian kepalanya dalam keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang berihram) karena sakit pada sebagian kepalanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5701) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda: “Obat/kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (cara pengobatan): minum madu, berbekam dan dengan kay, namun aku melarang umatku dari kay.”11 (HR.Al-Bukhari.No.5680) (Thaha, 2009) 5. Ruqyah Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati tubuh beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu beliau sembuh. Inilah doanya : ”Bismillahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika minsyarri kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika”. 7



Ada 3 cara ruqyah yang dilakukan oleh Nabi : 1. Nafats Yaitu membacakan ayat Al-Qur’an atau doa kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangan kemudian di uasapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka membaca “Almuawwidzat” yaitu tiga surat Al-Qur’an yang diawali dengan “A’udzu” yaitu surat An Naas, Al Falaq, dan Al ikhlas kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu diusapkan keseluruh badan. 2. Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya. Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim : bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila ada manusia yang tergores kemudian luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air liurnya ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka orang tersebut. Inilah doa nya: ”Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasysyafii laa syifa-a illa syifa-uka laa yughodiru saqoman”. 3. Meletakkantangan pada salah satu anggota badan. Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang sedang sakit dengan sabdanya : “letakkanlah tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian bacalah “Basmalah 3x” dan “A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima ajidu wa uhajiru 7x”. Doa Mikjizat Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat nya, salah satunya : “Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah”. (Thaha, 2009) 6. Wafaq Wafaq ialah ayat Al-Qur’an, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis diatas benda seperti kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan atau lainnya oleh para Ahli Hikmah. Salah satu contoh : wafaq untuk orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas putih kemudian diisi air lalu di minumkan. Insya Allah sembuh. (tulis huruf Ha besar 2 kali dan huruf ‘ain 6 kali). “Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla”.(HR.Muslim). “Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit melainkan Allah juga menurunkan obatnya”.(HR.Abu Hurairah).



8



Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hambahamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum mukminin. Shuhaib Ar-Rumi RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : ”Sungguh mengagumkan perkara seorang muslim, sehingga seluruh perkaranya adalah kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia bersyukur maka yang demikian itu baik baginya, dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya”. (HR.Muslim no.2999). Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan kepada kaum mukminin. Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadist : Abdullah bin Masud RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”.(HR.Bukhari no.5661 dan Muslim no.5678). Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana maka jangan beralih memakai obat yang kompleks. Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan. Ibnul Qayyim berkata : “ berpalingnya manusia dari pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-Qur’an, yang merupakan obat bermanfaat.(Ath-thibbun Nabawi hal.6, 29). Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah bukan hanya sekedar sebagai pengobatan alternatif. Namun menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang dari Allah SWT. Namun tentunya berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh bersandar semata dengan pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan penyakitnya. Namun seharusnya ia bersandar dan berantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan yang menurunkan obatnya sekaligus yaitu Allah SWT. Sungguh tidak ada yang dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Karna itulah Nabi Ibrahim memuji Rabbnya : “Dan apabila aku sakit, Dia lah yang meyembuhkan ku”.( QS AsySyu’ara’: 80). (Thaha, 2009) 2.2 Adap Ketika Sakit 1.



Etika saat sakit 1. Hendaknya segera bertobat da n bersungguh-sungguh beramal shalih. 9



2. Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya adalah makhluk yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak mem butuhkan ketaatannya 3. Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan olehnya, dan segera mem-bayar/menunaikan hak-hak dan kewajiban kepada pemiliknya, dan menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. 4. Memperbanyak zikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an dan beristighfar (minta ampun). 5. Mengharap pahala dari Allah dari musibah (penyakit) yang dideritanya, karena dengan demikian ia pasti diberi pahala. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Apa saja yang menimpa seorang mu’min baik berupa kesedihan, kesusahan, keletihan dan penyakit, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah meninggikan karenanya satu derajat baginya dan mengampuni kesalahannya karenanya”. (Muttafaq’alaih). 6. Berserah diri dan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berkeyakinan bahwa kesembuhan itu dari Allah, dengan tidak melupakan usaha- usaha syar`i untuk kesembuhan-nya, seperti berobat dari penyakitnya. 2.



Adap saat sakit Islam adalah agama yang sempurna, yang menuntut seorang muslim agar tetap menjaga keimanannya dan status dirinya sebagai hamba Allah. Di antara bentuk ujian dan cobaan itu adalah adanya berbagai jenis penyakit di zaman ini, karena kemaksiatan dan kedurhakaan umat terhadap Allah dan Rasul-Nya. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum: 41) Seorang muslim akan memandang berbagai penyakit itu sebagai: 1. Ujian dan cobaan dari Allah “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al-Mulk: 2)



10



“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35) Ibnu Katsir t berkata dalam tafsirnya tentang ayat ini: “Kami menguji kalian, terkadang dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan. Maka Kami akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur (terhadap nikmat Allah l), siapa yang sabar dan siapa yang putus asa (dari rahmat-Nya). Sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas c: ‘Kami akan menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan, maksudnya yaitu dengan kesempitan dan kelapangan hidup, dengan kesehatan dan sakit, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan halal dan haram, dengan ketaatan dan kemaksiatan, dengan petunjuk dan kesesatan; kemudian Kami akan membalas amalan-amalan kalian’.” Ujian dan cobaan akan datang silih berganti hingga datangnya kematian. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (AlBaqarah: 214) Ibnu Katsir t berkata: “(Ujian yang akan datang adalah) berbagai penyakit, sakit, musibah, dan cobaan-cobaan lainnya.” Bila demikian, maka sikap seorang muslim tatkala menghadapi berbagai ujian dan cobaan adalah senantiasa berusaha sabar, ikhlas, mengharapkan pahala dari Allah l, terus-menerus memohon pertolongan Allah l sehingga tidak marah dan murka terhadap taqdir yang menimpa dirinya, tidak pula putus asa dari rahmat-Nya. 2. Penghapus dosa. “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatanperbuatan yang buruk.” (Hud: 114) Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah c, dari Nabi n beliau bersabda:



11



َّ ‫ب َوالَ ه ٍ ٍَّم َوالَ ُح ْز ٍن َوالَ أَذًى َوالَ غ ٍ ٍَّم َحتَّى ال‬ ‫ش ْو َك ِة يُشَا ُك َها ِإالَّ َك َّف َر هللاُ ِب َها ِم ْن‬ ٍ ‫ص‬ ٍ ‫ص‬ ِ ‫َما ي‬ َ ‫ب َوالَ َو‬ َ َ‫ْلم ِم ْن ن‬ َ ‫ُصيبُ ْال ُمس‬ َ ‫َخ‬ ُ‫طا َياه‬ “Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (Muttafaqun alaih) Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin t berkata dalam Syarh Riyadhish Shalihin (1/94): “Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah l akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Ini merupakan nikmat Allah . Sehingga, bila musibah itu terjadi dan orang yang tertimpa musibah itu: a. mengingat pahala dan mengharapkannya, maka dia akan mendapatkan dua balasan, yaitu menghapus dosa dan tambahan kebaikan (sabar dan ridha terhadap musibah). b. lupa (akan janji Allah ), maka akan sesaklah dadanya sekaligus menjadikannya lupa terhadap niat mendapatkan pahala dari Allah . 3. Kesehatan adalah nikmat Allah yang banyak dilupakan. Ibnu Abbas c berkata, Rasulullah n bersabda: ٌ ‫َان َم ْغب‬ ‫اس‬ ٌ ِ‫ُون فِ ْي ِه َما َكث‬ ِ َّ‫ير ِمنَ الن‬ ِ ‫نِ ْع َمت‬ “Dua kenikmatan yang kebanyakan orang terlupa darinya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari) 2.3 Adab Perawatan Orang Sakit Manusia adalah makhluk Allah SWT. Dia-lah penciptanya, pemberi kehidupan, pemberi rezeki dan penyembuh hakiki dari semua penyakit. Peran tenaga medis dan para medis hanyalah upaya manusia dengan menurui sunnatullah. Harap si pasien berupaya berobat :



12



Perawatan adalah segala upaya untuk menyembuhkan penyakit seseorang. Pengobatan dapat berupa fisik, kimiawi, operatif dan sebagainya. Islam mengajarkan agar pasien diobati selain dengan cara berzikir dan bertawakkal kepada Allah SWT dan mendoakan orang yang sakit untuk kesembuhannya. Perawatan adalah cara oengobatan dimana si sakit harus menginap dirumah sakit. Sebagai tenaga kesehatan harus memberi perhatian penuh, memonitor dan menilai perkembangan penyakit dan kesembuhannya. Berbagai tugas mulia harus dilakukan dengan tekun dan tulus, seperti: membantu buang hajat, mengganti pakaian, menjaga aurat, jasmaninya selalu bersih/ thaharah, membantu berjalan, berbicara, makan-minum. Juga membantu untuk beribadah/shalat karena dalam keadaan tidak sadarkan diri, membaca AlQur’an, mendengar radio, berilah hiburan yang berjiwa keagamaan, ciptakan pula suasana yang islami dan sebagainya. (Raha, 2013) Adab dan akhlak merawat orang sakit. 1. Menghibur dan memberikan nasihat kesabaran kepada orang sakit. 2. Ini peran kita ketika menjenguk dan menjaga orang sakit, mereka sangat butuh hiburan, teman mengobrol untuk melupakan sejenak sakitnya. Akan tetapi yang paling penting adalah kita ingatkan tentang akhirat dan pahala yang sanngat besar diakhirat kekal, dunia abadi yang tidak bisa dibandingkan dengan dunia 3. Banyak bersabar dan memohon agar diberikan kesabaran merawat orang sakit. 4. Memag menjaga dan menunggu orang sakit butuh kesabaran ekstra, melayaninya, mengambilkan sesuatu, kurang tidur sampai mengurus ketika ia BAB dan BAK. Ini sangat menguras tenaga dan banyak menghabiskan waktu. Rasullulah Shallallahu alaihi Wa sallam bersabda “ tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran. 13



Berdasarkan pdanganan beberapa ahli aspek aspek pelayanan keperawatan adalah sebagai berikut: 1) Penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang social ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas. 2) Perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan suka rela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien. 3) Komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien. 4) Kerja sama, meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerja sama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien. 5) Tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak. 2.4 Adab-adab Menjenguk Orang Sakit 1. Niat Yang Baik Menjenguk orang sakit merupakan amalan baik yang dianjurkan. Sebagaimana amalan lain, menjenguk orang sakit bisa disebut amal sholih jika dilakukan dengan niat ikhlas dan sesuai contoh Nabi shallallahu alaihi wasallam. 2. Bertanya Kepada si Sakit Tentang Keadaannya Dengan bertanya kepada si sakit bisa membuat hatinya merasa senang karena mendapat perhatian dari saudaranya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengunjungi salah seorang sahabat dan berkata: “Bagaimana keadaanmu?” Sahabat itu menjawab: “Demi Allah, wahai Rasulullah, aku mengharapkan ridha Allah namun aku takut akan dosaku.” Kemudian 14



Rasulullah bersabda: “Tidaklah berkumpul dalam hati seorang hamba seperti keadaan ini, melainkan Allah pasti akan memberikan apa yang ia harapkan dan menghilangkan ketakutannya.” (HR. at-Tirmidzi dan beliau berkata: hadits ini hasan) 3. Menghibur Si Sakit dan Memberinya Motivasi Untuk Bersabar Orang yang sakit biasanya merasakan ketidaknyamanan pada jiwanya. Terkadang ia merasa sedih dan putus asa karena rasa sakit yang ia derita. Maka orang yang menjenguknya hendaknya memberi motivasi kepadanya untuk bersabar dan menghiburnya agar ia tidak menganggap bahwa ia telah rugi karena kehilangan nikmat sehat saat sakit. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara menjelaskan kepada si sakit bahwa di balik musibah yang ditimpanya pasti telah ada hikmah yang masih menjadi rahasia Ilahi. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk orang sakit dan berkata kepada si sakit: “Tidak apa apa, semoga penyakit ini menjadi penghapus dosa insya Allah.” (HR al-Bukhari, no. 5656) Dalam kesempatan lainnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menjenguk Ummu ‘Ala, bibi Hizam bin Hakim al-Anshari yang sedang sakit. Beliau membesarkan hati Ummu ‘Ala dengan berkata: “Bergembiralah, wahai Ummu ‘Ala, sesungguhnya Allah akan menggugurkan dosa-dosa orang yang sakit dengan penyakitnya, sebagaimana api menghilangkan kotoran-kotoran dari biji besi.” (Hadits hasan riwayat Abu Dawud, Shahih atTarghib, 3438) 4. Meruqyah dan Mendoakan si Sakit Dalam melakukan kunjungan kepada si sakit, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk berdekatan dengan arah kepala orang yang sakit, atau meletakkan tangan di kening, wajah dan mengusap-usap dada dan perut si sakit. Beliau menanyakan kondisinya. Beliau juga pernah menanyakan tentang apa yang diinginkan oleh orang sakit itu. Apabila menginginkan sesuatu yang tidak berbahaya, maka beliau meminta seseorang untuk membawakannya, dan sembari menempelkan tangan kanannya di tubuh orang yang sakit, beliau membaca doa (di antaranya): Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Penguasa ‘Arsy yang agung untuk menyembuhkanmu. Dibaca 7 X . (Lihat Shahih al-Adab al-Mufrad, no. 416)



15



Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Jibril mendatangiku dan berkata: Wahai Muhammad apakah engkau sedang sakit? Aku berkata: Iya. Maka jibril berdo’a: ‫ش ْيءٍ ُك ٍِّل ِم ْن أَ ْرقِيْكَ هللاِ ِباس ِْم‬ َ َ‫أ َ ْرقِيْكَ هللاِ ِباس ِْم يَ ْش ِفيْكَ هللاُ َحا ِس ٍد أ َ ْو َعي ٍْن نَ ْف ٍس ُك ٍِّل ِش ِ ٍّر ِم ْن يُؤْ ِذيْك‬ “Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala yang mengganggumu, dari keburukan setiap jiwa atau kedengkian mata, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu” (HR. Muslim no. 2186) 5. Tidak Mencela Penyakit Penyakit bukanlah sebuah mimpi buruk. Ada rahasia Ilahi di baliknya. Dengan demikian, hendaknya orang yang menjenguk tidak mencaci penyakit yang diderita si sakit atau memprofokasi si sakit untuk mencerca penyakitnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menegur orang yang mencaci demam (al-hummaa) dengan sabdanya: “Janganlah engkau cela demam itu.” (HR. Muslim, 2575) 6. Menjenguk si sakit meski ia hanya anak kecil Meskipun orang yang sedang sakit masih kecil, kita tetap dianjurkan untuk menjenguknya. Nabi pernah melakukan hal tersebut. Seorang perowi hadits yang masyhur, yakni Imam al-Bukhori rahimahullah telah membuat bab khusus tentang hal ini dalam kitab haditsnya. Beliau memberi nama bab tersebut “Iyadatus Shibyan” (Bab: menjenguk anak kecil). 7. Menjenguk Lain Jenis Diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menjenguk muslimah atau sebaliknya meskipun bukan mahromnya, dengan syarat aman dari fitnah dan menjaga ketakwaan kepada Allah dengan menahan pandangan. Allahu a’lam. Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori bahwa ‘Aisyah radhiyallahu 'anha pernah menjenguk Abu Bakar dan Bilal. ‘Aisyah berkata: “Wahai ayahku, apa yang kau rasakan? Wahai bilal, apa yang kau rasakan. “(HR. al-Bukhori no. 5654) Dalam sebuah hadits telah disebutkan pula bahwa Nabi pernah menjenguk seorang wanita miskin yang sakit. (HR. Malik 531 secara mursal. Dishahihkan Ibnu Abdil Barr secara tersambung VI/254) 8. Memperhatikan Waktu Saat Menjenguk Orang Sakit 16



Seorang yang hendak menjenguk orang sakit hendaknya memperhatikan dan benarbenar memperhatikan waktu menjenguk. Jangan sampai menjenguk di saat si sakit sedang beristirahat atau saat-saat yang lain yang tidak memungkinkan bagi si sakit untuk menerima orang yang menjenguknya. Dalam hal ini orang yang menjenguk hendaknya memperhatikan kebiasaan setempat, yakni menjenguk orang sakit di saat-saat yang orang terbiasamenjenguk. Suatu saat di siang hari di musim panas, ada sesorang yang berkata kepada Imam Ahmad: “Fulan sakit.” Beliau menjawab: “ Ini bukan waktu untuk menjenguk.” (al-Adab asySyar’iyyah II/189) Demikian tadi di antara adab menjenguk orang sakit. Tentunya di sana masih banyak adabadab yang lain. Namun yang sedikit ini, Semoga kita bisa mengamalkannya dan mendapat pahala yang melimpah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Amin ya Robbal ‘alamin



2.5Etika Bertemu Pasien Sakaratul Maut SAKARATUL MAUT DILIHAT DARI SUDUT ISLAM A. Pengertian Sakit Keras dan Sakaratul Maut Sakaratul maut arti harfiahnya adalah14 “mabuk maut”, maksudnya adalah bahwa si sakit sedang dalam keadaan naza’ yaitu dalam keadaan dicabutnya nyawanya oleh malaikat maut, sedang dalam proses pemisahan nyawa dengan badannya. Rasulullah saw. mengunjungi orang sakit ( yag sedang mengahadapi sakaratul maut) kemudian beliau bersabda: “ Aku tahu yang ia jumpai, tidak ada satu uratpun darinya kecuali mengalami/merasakan sakitnya maut atas ketajamannya” ( HR. Ibn Abi Dunya). Dalam melikiskan cengkeraman dan cekikan maut-maut itu Rasulullah bersabda: “ Dia sekedar tiga ratus pukulan dengan pedang “ (HR. Ibn Abi Dunya dari Hasan). Ketika Rasulullah sendiri menjelang wafat, di sisi beliau ada sebuah mangkuk berisi air, kemudian beliau mencelupkan tangan kedalam air, mengusap wajahnya dan berdo’a.: “ Ya Allah mudahkanlah atas saya sakaratul maut itu” ( HR. Bukhari Muslim, dari Aisyah). B. Kewajiban Tenaga Medik/Paramedik Terhadap Orang-orang Sakit Keras Dan Sakaratul Maut Adapun Kewajiban Tenaga Medik/Paramedik Terhadap Orang-orang Sakit Keras Dan Sakaratul Maut adalah : a. Menghadapkan sisakit kearah kiblat, dengan posisi miring di atas sisi kanan.



17



Dalilnya: “ Abu qatadah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. ketika tiba di Madinah menanyakan akan Bara’ bin Ma’rur Dijawab orang: dia telah meninggal dunia dan mewasiatkan sepertiga hartanya buat engkau, ya Rasulullah dan dia telah mewasiatkan juga agar dia dihadapkan ke kiblat bila dia sudah dalam dekat wafat ; maka Nabi saw. bersabda ; wasiatnya itu sudah sesuai dengan Islam”. ( HR. al-Hakim.) Hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menerangkan bahwa Fatimah binti Rasulullah saw. diwaktu dekat akan wafat menghadapkan dirinya ke qiblat dan berbaring atas sisi kanannya. Hikmah antara lain adalah: ketenangan bagi sisakit karena qiblat /ka’bah/baitullah adalah arah tawajuh bagi setiap muslim. b. Memperingatkan dan mengajarinya megucapkan kalimat “Lailahaillallah” Rasulullah bersabda : “ Ajarilah orang-orang kamu yang hamper mati: kalimat La ilahaillallah” ( HR. Al-jama’ah selain Bukhari). Dalam hadis lain Rasulullah bersabda: “ barang siapa akhir perkataannya “ La ilaha illallah” pasti ia masuk surga (HR. Ahmad Abu Daud). c. Menjaga Kebersihan Yang dimaksud dengan kebersihan di sini, selain kebersihan badan, juga kebersihan akidahnya dari segala noda syirik. Dalam keadaan seperti ini, dokter perawat patut menasehatinya supaya sisakit berobat dan berbaik sangka kepada Allah, mengharapkan keampunan dan rahmatnya, sekalipun ia merasa banyak berdosa namun Allah dapat memberinya rahmat. Sahabat Jabir meriwayatka bahwa dia mendengar Nabi Muhammad saw. bersabda: “ Barang siapa di antara kamu yang menghadapi maut, hendaklah ia berbaik sangka bahwa Allah akan memberinya rahmat dan ampun” ( HR.Muslim). Sahabat Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: “ Sesungguhnya Allah menerima taubat hambanya selama ia belum berada dalam keadaan mati “ ( HR. Ibnu Majah dan Tirmizi). Dari Anas, bahwa Nabi saw. mengunjungi seorang pemuda yang dekat mati. Beliau bertanya : Bagaimanakah perasaanmu ? Dia menjawab : Saya mengharapkan ampunan dari Allah dan merasa takut karena dosa-dosaku. Maka Nabi saw. bersabda:” Bila berkumpul dua perasaan ini dalam hati seseorang di saat yang seperti ini, niscaya Allah akan memberi apa yang diharapkannya dan melindunginya dari apa yang ditakutinya” ( HR. Tirmizi). Khusus supaya menjaga pakaian dan tempat sisakit senantiasa bersih dan suci. Sesuai 18



dengan hadis berikut: “ Abi Sa’id al-Khudri ketika dia menghadapi maut, meminta pakaian yang baik, bersih dan lalu dipakainya, seraya berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda: orang yang mati akan dibangkitkan di hari kiamat dengan pakaian yang dipakainya waktu meninggal” ( HR. Abu Daud). d. Menjaga jangan sampai sisakit terganggu.15 Dalilnya:” Ubaidillah bin Abdullah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Ketika Rasulullah saw. dekat wafat di antara hadirin terdapat Umat bin Khattab beliau bersabda: “ Marilah saya tuliskan buat kamu satu surat ( wasiat) yang kamu tidak akan sesat bila kamu mengikutinya. Umar berkata : Sesungguhnya Nabi saw. sudah sakit payah sedang kamu sudah mempunyai Qur’an, maka cukuplah qur’an itu buat kita. Ketika itu timbullah pertikaian di antara hadirin, sebagian mengatakan, dekatkanlah, supaya Nabi saw. dapat menuliskan surat (wasiat) yang kamu tidak akan sesat bila mengikutinya. Sebagian menyetujui pendapat Umar. Diwaktu pertengkaran dan perselisihan di antara mereka sudah memuncak, maka Nabi saw. bersabda: Menjauhlah kamu! Seterusnya Ubaidillah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata:. Adalah suatu kerugian besar terhalangnya Rasulullah saw. menuliskan satu surat (wasiat) itu untuk mereka, disebabkan pertengkaran dan perselisihan mereka” (HR. Sahih Bukhari). e. Adab membacakan surat yasin Bagi mereka yang berpendapat sunat membaca surah yasin kepada orang sakit yang sedang menghadapi sakaratul maut, alasannya adalah Rasulullah saw. bersabda: “ Bacakanlah kepada saudaramu yang sedang mengahadapi maut surat yasin “ (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad dari Ma’qil bin Jasar). Dalam riwayat Ahmad disebutkan: “ Surat yasin adalah jantung al-Qur’an. Barangsiapa yang membacanya karena maencari keridhaan Allah dan kampong akhirat, niscaya Allah akan mengampuninya dan oleh karena itu bacakaanlah surat yasin itu kepada saudaramu yng sedang mengahadapi maut!.



C. Fardhu Kifayah Terhadap Jenazah Mengiring jenazah kekubur, dan mengambil bagian dalam solat jenazah, merupakan kewajiban sebagai hutang budi orang Islam terhadap orang islam lain, demikin pula mengunjungi orang sakit secara teknis, salat jenazah itu pardhu kifayah artinya, cukup jika 19



ini dilakukan oleh beberapa orang Islam. Kaum wanita tak dilarang mengiring jenazah kekubur, walaupun kehadiran mereka tidaklah dianggap perlu, karena kaum wanita sangat mudah terharu, sehingga kemungkinan sekali mereka kehilangan keseimbangan karena dukacita. Salat jenazah dapat dilakukan di mana-mana, di Masjid, dilapangan, bahkan dikuburanpun boleh, asal cukup tempat. Semua orang yang menjalankan solat jenazah harus mengambil wudhu’. Jenazah harus diletakkan di muka mereka. Imam berdiri di tengah jenazah, baik laki-laki maupun .Dan makmum berdiri dibelakangnya dengan membentuk shaf dan menghadap Qiblat. Biasanya, salat jenazah itu sedikitnya terdiri dari tiga shaf, tetapi Imam Bukhari berpendapat bahwa boleh saja salat jenazah itu terdiri dari dua atau tiga shaf, atau lebih . Jika jumlah orang yang mengikuti salat jenazah tidak banyak, maka tak berdosa jika salat jenazah itu terdiri dari satu shaf. Salat jenazah diawali dengan membaca takbir, sambil mengangkat kedua belah tangan setinggi telinga, seperti salat biasa. Seluruhnya baik imam maupun makmum, membaca do’a ( dhikr) dengan suara lemah, seperti yang biasa dibaca dalam raka’at pertama salat biasa sesudah takbiratul -ihram, yaitu do’a istiftah dan surat Fatihah, tanpa ditambah dengan bacaan ayat al-Qur’an ( Q: 23: 66). Setelah itu, lalu membaca takbir kedua, tanpa mengangkat tangan setinggi telinga ; lalu membaca do’a salawat dengan suara lemah. Lalu membaca takbir ketiga, disusul dengan bacaan do’a memohonkan ampun kepada Allah untuk jenazah yang meninggal. Adapun do’a yang diucapkan oleh Nabi Muhammad saw. bermacam-macam, dan ini menunjukkan, bahwa orang boleh saja membacakan do’a yang ia sukai. Berikut ini adalah do’a Nabi Muhammad saw. yang sudah terkenal: ‫أحييته من اللهم نثانا وأ ذاكرنا و وكبيرنا وصغيرنا وغئبنا شاهدنا و وميتنا اغفرلحينا االلهم‬ ‫بعده تفتنا و َّل جره أ تحرمنا َّل اللم الَّيمان على فتوفته منا توفيته ومن الَّسلًم على فأحيه منا‬ Doa lainnya berbunyi sebagai berikut : ‫بالماء واغسله مدخله ووسع نزله واكرم عنه واعف وعافيه وارحمه له اغفر اللهم‬ ‫لدنس ا من الَّبيض الثوب نقيت كما الخطايا من ونقه والبرد والثلج‬ Setelah selesai membaca do’a tersebut, segera disusul dengan takbir keempat, lalu mengucapkan salam sebagaimana lazim diucapkan pada akhir salat. Salat jenazah semacam itu dapat dilakukan terhadap jenazah yang tidak berada ditempat ( sholat gha’ib). Pada waktu di Madinah, Nabi menjalankan shalat jenazah tatkala menerima berita tentang wafatnya Raja Najasyi ( Bu: 23: 4). D. Panduan bagi pasien sakaratul maut



20



Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, “The unique function of the nurse is to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the necessary strength will or knowledge”,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat sakaratul maut hingga meninggal dengan damai. Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal. Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya dengan tenang dan senang hati. Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien dengan cara-cara,seperti ini: 21



1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha illallah”. Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, ‘Laa illaaha illallaah’, maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya.” Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu : 1. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab 2. Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. 3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat. 4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes 5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima. 2.Meninggal dengan membaca syahadat Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang baik. Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.



3. Berbaik Sangka kepada Allah



22



Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya



4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)



5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat : 1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat. 2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.



23



2.6 Prinsip Pengobatan Dalam Islam



1. Meyakini bahwa Allah SWT yang Maha Menyembuhkan segala penyakit Rasulullah SAW mengajarkan bahwa Allah SWT adalah dzat yang maha penyembuh. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan apabila aku sakit, amak Dia-lah yang menyembuhkan aku.” (QS. AsySyu’ara:80) Jika memperhatikan pengobatan masa sekarang yang serba modern ternyata kebalikan dengan pengobatan jaman Rasulullah SAW. Banyak orang yang menggantungkan penyembuhan dengan obat. Padahal, keyakinan semacam itu mendekati perbuatan syirik. Yang memberikan kesekmbuhan bukanlah obat itu, tapi Allah SWT. Jika kita merasa yakin , insya Allah akan diberi kesembuhan dengan cepat. Rasulullah SAW , mengajarkan agar orang yang sakit senantiasa berdoa kepada Allah. Salah satunya adalah doa nabi yunus :” Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minal dhalimin.” 2. Menggunakan obat yang halal dan baik Rasulullah mengajarkan supaya obat yang dikonsumsi penderita harus halal dan baik. Allah SWT yang menurunkan penyakit kepada seseorang, maka Dialah yang menyembuhkannya. Jika kita menginginkan kesembuhan dari Allah, maka obay yang digunakan juga harus baik dan diridhai Allah SWT, karena Allah melarang memasukkan barang yang haram dan merusak ke dalam tubuh kita. Allah berfirman yang artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari pada apa yang Allah telah direzekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya.” (QS. Al-Maidah:88) Rasulullah SAW bersabda: “ setiap daging (jaringan tubuh ) yang tumbuh dari makanan yang haram, maka api neraka baginya.” (HR . Tirmidzi) Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka berobatlah kalian, tapi jangan dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud) 3. Tidak menimbulkan mudharat 24



Dalam menyembuhkan penyakit, harus diperhatikan mengenai dengan kemudharatan obat. Seorang dokter muslim akan selalu mempertimbangkan penggunaan obat sesuai dengan penyakinya. 4. Pengobatan tidak bersifat TBC (Tahayul, Bid’ah, Chufarat ) Pengobatan yang disyariatkn dalam islam adalah pengobatan yang bisa diteliti secara ilmiah. Pengobatan dalam islam tidak boleh berbau syirik (pergi kedukun, kuburan, dll) 5. Selalu ikhtiar dan tawakal Islam mengajarkan bahwa dalam berobat hendaklah mencari obat atau dokter yang lebih baik. Dalam kedokteran islam diajarkan bila ada dua obat yang kualitasnya sama maka pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang lebih efektif dan tidak memliki efek rusak bagi pasien. Itulah sebabnya Raslullah menganjurkan kita untuk berobat pada ahlinya. Sabda Rasulullah SAW: Abu Dawud , An Nasai, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadis ‘Amr Ibnu Syu’aib, dari ayahnya dari kakeknya. Telah berkata Rasulullah SAW:” barangsiapa yang melakukan pengobatan, sedang pengobatannya tidal dikenal sebelum itu, maka dia bertanggung jawab (atas perbuatannya). 2.7 Etika Pengobatan Dalam Islam A. Karakteristik Pengobatan Dalam Islam Sesuai dengan spirit ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur‟an danSunnah, karakteristik pengobatan dalam Islam dapat diuraikan sebagai berikut. a. Ketundukan terhadap ajaran dan moralitas Islam. b. Keharusan bersikap logis dan rasional dalam menjalaninya. c. Keharusan memahami secara komperehensif dengan memberikan perhatianyang seimbang terhadap fisik, akal dan jiwa. d. Keharusan



bersifat



global



denganmempertimbangkan



(mendunia) berbagai



dalam



sumber



praktik dan



penanganannya mengorientasikan



pulakemanfaatannya untuk lapisan masyarakat. e. Keharusan bersifat ilmiah dalam metodologinya dengan mendasarkankonklusikonklusi logisnya pada hasil-hasil obervasi yang valid, statistikayang akurat dan eksperimen yang objektif (dapat dipertanggungjawabkan). 25



f. Keharusan bersifat unik dan istimewa, dengan memberikan solusi terhadapmasalah yang tidak dapat diselesaikan oleh metode pengobatan yang lain (Ahsin, 2007) B. Bahan-Bahan Obat dalam Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an, secara umum pengobatan digolongkan menjadi dua, yaitu pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan obat alami dan pengobatan dengan pendekatan psikologis.32 Ada beberapa bahan obat yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Di antaranya : a. Air. Sebagaimana dalam QS Qaf/50: 9, QS al-Anbiya/21: 30, QS Sad/38: 42.



Terjemahnya: “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.”( QS Qaf/50: 9)



Terjemahnya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS al-Anbiya/21: 30)



Terjemahnya : “(Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS Sad/38: 42) b. Madu lebah. Sebagaimana dalam QS al-Nahl/16: 69.



Terjemahnya: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman



26



(madu)



yang



bermacam-macam



warnanya,



di



dalamnya



terdapat



obat



yang



menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan’.” c. Minyak zaitun. Sebagaimana dalam QS al-Nur/24: 35



Terjemahnya: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus37, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)38, yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” d. Buah Tin dan buah Zaitun. Sebagaimana dalam QS al-tin/95: 1 dan QS alMu’minun/23: 20



Terjemahnya: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun” (QS al-tin/95: 1)



Terjemahnya: “Dan pohon kayu keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan.” (QS alMu’minun/23: 20) e. Buah Kurma dan Anggur. Sebagaimana dalam QS al-Nahl/16: 67 27



Terjemahnya: “Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan” f. Susu. Sebagaimana dalam QS al-Nahl/16: 66.



Terjemahnya: “Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya” (Muhisyam.2010)



BAB III PENUTUP



28



3.1 Kesimpulan Allah itu Maha menyaksikan setiap kejadian dan kehidupan Manusia, termasuk segala kesulitan yang dihadapi hamba-Nya, Allah selalu berkenan membantu siapa saja yang meminta bantuan-Nya, Allah berada dalam diri orang-orang yang beriman, Allah dekat lebih dekat dari urat nadi di leher, dan Allah selalu mengabulkan doa orang-orang yang taqwa, termasuk dalam hal menyembuhkan penyakit.



29



DAFTAR PUSTAKA



Muhammad Mahmud Abdullah, Al-Thibb Al-Qur’ani (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.), diterjemahkan oleh Muhammad Muhisyam.2010.Sembuhkan Penyakitmu dengan AlQur’an Yogjakarta: Beranda Publishing Ahsin, W.Al-Hafidz.2007.Fikih Kesehatan.Jakarta: Amzah Al Wathan Ilmiyah Dar. 2009. Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari. Indonesia : Islamhouse Ihsan, Abdul Abbas Muhammad. 2011. Adab Ketika Sakit. Asy Syariah. Dikutip https://asysyariah.com/adab-ketika-sakit/ pada hari Selasa 20 Maret 2018. Pukul 13.45 Raha, Septian. 2013. Perawatan orang sakit dan adab mengunjingi orang sakit. makalah (online ) diakses pada tanggal 20 maret 2018 pukul 13.32. Orma, Mentari. Sikap perawat dalam pelayanan di RS. makalah (online) diakses pada tanggal 20 maret 2018 pukul 13.40. Al-Ustadz H. Abdullah Shonhaji dkk., Terjemah Sunan Ibnu Majah, (Semarang : CV AsySyifa’, 1992), cet. 1 Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub. 2007. Fiqh Adab cet 1. Bogor: Griya Ilmu J.E. Prawitasari. 2011. Psikologi Klinis. Yogyakarta : Erlangga Muhadi dan Muadin. 2015. Semua penyakit ada obatnya:menyambuhkan penyakit ala Rasulullah. Yogyakarta :andi offset. Ahmad, Sarwat. 2011. Seri fiqih kehidupan: ilmu fiqih. Jakarta: DU Publishing. Sulaiman, Rasjid. 2014. Fiqih Islam. Bandung: Sinar baru algesindo Thaha, Ahmadi. 2009. Kedokteran dalam Islam. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Komaruddin Hidayat. 2006. Psikologi Kematian, Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme Departemen Agama RI, Islam Untuk Disiplin Ilmu Kesehatan Dan Kedokteran 2 (Fiqh Kontemporer), Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2003.



30